Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun Oleh :
Nama : Isnen
NIM : 18160050
2018/2019
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RISIKO BUNUH DIRI
DI RSJD Dr. RM. SOEDJARWADI KLATEN
Disusun Oleh :
Nama : Isnen
NIM : 18160050
1. PENGERTIAN
Bunuh diri adalah perilaku merusak diri yang langsung dan disengaja untuk
mengakhiri kehidupan. Individu secara sadar berkeinginan untuk mati sehingga
melakukan tindakan-tindakn untuk mewujudkan keinginan tersebut. (Kelliat, dkk,
2010).
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk
menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Dalam
sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap diri
sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. (Hartoyo, 2010).
Definisi bunuh diri adalah suatu upaya yang di dasari dan bertujuan untuk
mengakhiri kehidupan individu secara sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan
hasratnya untuk mati. Prilaku bunuh diri meliputi isyarat-isyarat percobaan atau
ancaman verbal yang akan mengakibatkan kematian luka atau menyakiti diri sendiri.
Prilaku bunuh diri merupakan salah satu gangguan respon protektif diri menurut
(Stuart 2009).
Jadi bunuh diri adalah suatu upaya seseorang melukai dirinya sendiri yang dpat
mengakhiri hidupnya.
3. PENYEBAB
Menurut Erwan (2013) penyebab resiko bunuh diri adalah sebagi berikut :
1. Faktor Predisposisi
Lima factor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku destruktif-diri
sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut :
a. Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara
bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat
membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah
gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
b. Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko
bunuh diri adalah antipati, impulsif, dan depresi.
c. Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah
pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian
negatif dalam hidup, penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan perceraian.
Kekuatan dukungan social sangat penting dalam menciptakan intervensi yang
terapeutik, dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab masalah, respons
seseorang dalam menghadapi masalah tersebut, dan lain-lain.
d. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor
penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
e. Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi
peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak sepeti serotonin,
adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui
ekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph (EEG).
2. Faktor presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami
oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang
memalukan.Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau membaca
melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan
bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan.
3. Perilaku Koping
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan
dapat melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih
untuk melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri berhubungan dengan
banyak faktor, baik faktor social maupun budaya. Struktur social dan kehidupan
bersosial dapat menolong atau bahkan mendorong klien melakukan perilaku bunuh
diri. Isolasi social dapat menyebabkan kesepian dan meningkatkan keinginan
seseorang untuk melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam kegiatan
masyarakat lebih mampu menoleransi stress dan menurunkan angka bunuh diri.
Aktif dalam kegiatan keagamaan juga dapat mencegah seseorang melakukan
tindakan bunuh diri.
4. Mekanisme Koping
Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang
berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization,
regression, dan magical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya
tidak ditentang tanpa memberikan koping alternatif.
4. AKIBAT
Tindakan resiko bunuh diri ataupun bunuh diri jelas berujung kematian. Namun
bila bunuh diri digagalkan maka banyak hal yang dapat terjadi pada pasien. Hal yang
kemungkinan dapat terjadi adalah ekspresi keputusasaan, penurunan BB, depresi,
upaya bunuh diri selanjutnya. Menarik diri dari lingkungan sosial dan HDR, sehingga
masalah-masalah yang ditimbulkan akibat bunuh diri perlu diperhatikan oleh perawat
jiwa. Jangan sampai masalah-masalah tersebut justru memudahkan untuk bunih diri
lagi (Hartoyo, 2010)
5. PSIKOPATOLOGI
Menurut Yosep (2007), semua perilaku bunuh diri adalah serius apapun
tujuannya. Orang yang siap membunuh diri adalah orang yang merencanakan
kematian dengan tindak kekerasan, mempunyai rencana spesifik dan mempunyai niat
untuk melakukannya. Perilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi 3 kategori :
1. Ancaman bunuh diri
Peningkatan verbal atau non verbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan
untuk bunuh diri. Ancaman menunjukkan ambivalensi seseorang tentang kematian,
kurangnya respon positif dapat ditafsirkan seseorang sebagai dukungan untuk
melakukan tindakan bunuh diri.
2. Upaya bunuh diri
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang
dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah.
3. Bunuh diri
Mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau terabaikan. Orang
yang melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak langsung mati mungkin jika
mati tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.
7. PENATALAKSANAAN
Strategi pelaksanaan pasien resiko bunuh diri
8. FOKUS INTERVENSI
1. Risiko Bunuh Diri
a. Tujuan Umum
Klien tidak mencederai diri sendiri
b. Tujuan Khusus
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan
a) Perkenalkan diri dengan klien
b) Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
c) Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
d) Bersifat hangat dan bersahabat.
e) Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat
2) Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
Tindakan
a) Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau,
silet, gunting, tali, kaca, dan lain lain).
b) Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh
perawat
c) Awasi klien secara ketat setiap saat
3) Klien dapat mengekspresikan perasaannya
Tindakan
a) Dengarkan keluhan yang dirasakan
b) Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan
dan keputusasaan.
c) Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana
harapannya
d) Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan,
kematian, dan lain lain.
e) Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan
keinginan untuk hidup.
A. Kondisi Klien
Petugas mengatakan bahwa klien sering menyendiri di kamar
Klien sering melukai tubuhnya sendiri
Klien mengatakan ingin mengakhiri hidupnya.
B. Diagnosa Keperawatan
Resiko Bunuh diri
C. Tujuan
Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
1) Pasien dapat mengontrol rasa ingin bunuh diri
2) Pasien dapat berfikir positif terhadap dirinya.
DAFTAR PUSTAKA