Вы находитесь на странице: 1из 15

Makalah Kelompok KMB II

Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Kelenjar Tiroid

Hypoparatiroidsme

KELOMPOK 16

 Goretti Taruk ( C051171026 )


 Sri Rezki Nursuci ( C051171512 )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2019
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan karunia-Nya
sehingga kami dapat meyelesaikan penulisan makalah dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN PASIEN HYEPOPARATIROIDSME” yang merupakan syarat utuk
memeuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 2.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu,
kami berharap kepada pembaca agar memberikan kritik dan saran yang membangun demi
kemajuan dan perkembangan pengetahuan.

Makassar, 26 FEBRUARI 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 2


BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 4
A. LATAR BELAKANG ........................................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH ....................................................................................................... 4
C. TUJUAN PENULISAN ........................................................................................................ 4
BAB II .................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ................................................................................................................................ 5
1. Pengertian Hipoparatiroidsme ............................................................................................ 5
2. Etiologi Hipoparatiroidsme .................................................................................................. 5
3. Manifestasi Klinik Hipoparatiroidsme ............................................................................... 6
4. Patafisiologi Hipoparatiroidsme .......................................................................................... 6
5. Pemeriksaan Penunjang ....................................................................................................... 8
6. Penanganan Pasien Hipoparatiroidsme .............................................................................. 9
7. Asuhan Keperawatan ........................................................................................................... 9
BAB III................................................................................................................................................. 14
PENUTUP........................................................................................................................................ 14
A. KESIMPULAN ....................................................................................................................... 14
B. SARAN ..................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Selama sekresi hormone paratiroid (PTH), kelenjar paratiroid bertanggung
jawab mempertahankan kadar kalsium ekstraseluler. Sekresi hormon paratiroid diatur
secara langsung oleh konsentrasi cairan ion kalsium. Efek utama dari hormon paratiroid
adalah meningkatkan konsentrasi cairan kalsium dengan meningkatkan pelepasan
kalsium dan fosfat dari matriks tulang, meningkatkan penyerapan kalsium oleh ginjal,
dan meningkatkan produksi ginjal. Hormon paratiroid juga menyebabkan phosphaturia,
jika kekurangan cairan fosfat. hiperparatiroidisme biasanya terbagi menjadi primer,
sekunder dan tersier.

Hipoparatiroid adalah gabungan gejala dari produksi hormon paratiroid yang


tidak adekuat. Keadaan ini jarang sekali ditemukan dan umumnya sering sering
disebabkan oleh kerusakan atau pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi
paratiroid atau tiroid, dan yang lebih jarang lagi ialah tidak adanya kelenjar paratiroid
(secara congenital). Kadang-kadang penyebab spesifik tidak dapat diketahui.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan hipoparatiroidisme?
2. Apa yang menyebabkan terjadinya hipotiroidisme?
3. Bagaimana patofisiologis terjadinya hipoparatiroidisme?
4. Bagaimana manifestasi klinis terjadinya hipoparatiroidisme?
5. Apa saja pemeriksaaan penunjang yang dapat menetukan hipoparatiroidisme?
6. Bagaimana penanganan hipoparatiroidisme?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada penderita hipoparatiroidisme?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa itu hipoparatiroidisme.
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya Paratiroidisme.
3. Unruk mengetahui proses patofisiologi terjadinya hipoparatiroidisme.
4. Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis terjadinya hipoparatiroidisme.
5. Untuk megetahui pemeriksaan penunjang pada hipoparatiroidisme.
6. Untuk mengetahui penanganan hipoparatiroidisme.
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pasien hipoparatiroidisme.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Hipoparatiroidsme
Hipoparatiroidisme adalah penyakit yang disebabkan oleh hiposekresi kelenjar
paratiroid. Hipoparatiroidisme disebabkan oleh penyakit, cederah, atau malfungsi kogenital
kelenjar paratiroid. Karena kelenjar paratiroid memiliki fungsi primer yakni mengatur
keseimbangan kalsium maka kondisi hipoparatiroidisme akan menyebabkan hipokalsemia dan
akibatnya terjadi gejala neuromuskuler yang berkisar mulai dari parestesia hingga tetani.

Efek klinis yang di timbulkan oleh hipoparatiroidisme biasanya dapat di koreksi dengan
terapi sulih atau gantian (replacement). Beberapa komplikasi hipokalsemia jangka panjang,
seperti katarak, dan kalsifikasi ganglia basalis bersifat irreversibel.

Hipotiroidisme banyak terdiagnosis pada perempuan daripada laki-laki. Insiden terkait


bedah tiroid. Insiden hipoparatiroidisme sementara setelah tirodektomi totalis bervariasi mulai
dri 6,9% sampai 25%. Insiden setelah paratiroidektomi subtotal adalah 1,6%.

2. Etiologi Hipoparatiroidsme
Hipoparatiroidisme dapat bersifat akut maupun kronis dan bisa di klasifikasikan
sebagai kelainan atau didapat (akuisita). Keadaan yang mungkin menyebabkan
hipoparatiroidisme:

a. Pankreatitits akut atau malabsorpsi


b. Gagal ginjal
c. Osteomalasia
d. Gangguan genetik autoimun atau kondisi kongenital tidak adanya kelenjar paratiroid
(idiopatik).
e. Secara tidak sengaja terjadi pengangkatan atau cedera kelenjar paratiroid (idiopatik)
ketika dilakukan tiroid-ektomi atau pembedahan leher lain atau kadang- kadang
radiasi yang masif pada kelenjar paratiroid (akuisita)
f. Infark iskemik kelenjar paratiroid selama pembedahan, amiloidosis, neoplasma, atau
trauma (akuisita)
g. Kerusaan sintesis dan pelepasan hormon akibat hipomagnesemia, supresifungsi
kelenjar yang normal akibat hiperkalsemia, dan keterlambatan maturasi fungsi
paratiroid (akuisita, reversibel).
3. Manifestasi Klinik Hipoparatiroidsme
Manifestasi klinis hipoparatiroidisme umumnya disebebakan oleh keadaan rendahnya kadar
kalsium serum. Manifestasi klinis pada penyakit hiperparatiroidisme yaitu:

a. Hiperparatiroidisme kronis:
 Iritabilitas neuromuskular, peningkatan refleks tendon dalam, tanda Chvostek
(spasme nervus fasialis yang hiperiritabel, ketika saraf tersebut di ketuk), disfagia,
sindrom otak organik, psikosis, defisiensi mental pada anak- anak dan tetani.
 Sulit berjalan dan tendensi terjatuh atau roboh ( tetani kronis)
b. Hipoparatiroidisme akut:
 Rasa kesemuatan pada ujung jarii-jari tangan, di sekitar mulut dan kadang-
kadang pada kaki (gejala pertama), ketegangan serta spasme otot yang
menjalar serta bertambah parah dan akibat aduksi ibu jari tangan, pergelangan
tangan, serta sendi siku, rasa nyeri yang bervariasi menurut derajat ketegangan
otot tetapi jarang mengenai wajah, tungkai dan kaki (overi tetany yang akut).
 Laringospasme, stridor, dan serangan kejang/ bangkitan (kelainan SSP),
semakin parah pada hiperventilasi, kehamilan, infeksi, penghentian terapi
hormon tiroid atau pemberian deuretik dan sebelum menstruasi (tetani akut)
 Nyeri abdomen, malabsorpsi intestinal disertai steatote, rambut keriting dan
kusam, kerontokan rambut spontan , kuku jari tangan rapuh dan memiliki
garis tonjolan (krista) atau terlepas, kulit kering dan bersisik, dermatitis
eksfoliatif, infeksi kandida, katarak, email gigi yang lemah sehingga mudah
berubah warna , pecah dan keropo ( efek hipokalsemia).

4. Patafisiologi Hipoparatiroidsme
Normalnya paratiroidhormon (PTH) beraksi dalam meningkatkan resorpsi
tulang, yang memelihara keseimbangan kadar serum. PTH juga mengatur bersihan
fosfat ditubulus renalis, sehingga mengatur keseimbangan antar kadar kalsium dan
fosfat. Ketika sekresi paratiroid diturunkan resorpsi tulang berjalan lambat, kadar
kalsium serum menurun, dan iritabilitas neuromaskuler meningkat.
Gejala hipoparatiroidsme disebabkan oleh defisiensi parathormon yang
mengakibatkan kenaikan kadar fosfat darah dan penurunan konsentrasi kalsium darah
(hipokalsemia). Tanpa adanya parathormon akan terjadi penurunan absorpsi intestinal
kalsium dari makanan dan penurunan reapsorpsi kalsium dari tulang dan sepanjang
tubulus renalis.
PATHWAY Defisiensi Parathormon

Peningkatan kadar fosfat darah dan

Penurunan konsentrasi Ca Darah

Penurunan absorpsi intestinal kalsium dari makanan

Penurunan reapsorpsi kalsium dari tulang dan sepanjang tubulus renalis

Penurunan ekskresi fosfat

Hypoparatiroidsme

Penurunan konsentrasi kalsium tulang

Hipokalemia

Kadar Ca Kadar Ca dan


5. Fosfat

Potensial membran
Iritabilitas sistem
terganggu
neuromuskuler

Potensial aksi mudah Implus syaraf ke


Kejang dan
terjadi otat
penurunan
Hipertoni otot kesadaran

Implus syaraf otot ke Disfagia


otot saluran
pernafasan MK; Risiko cedera
Intake nutrisi
Hipertoni otot
kurang
Bronkospasme dan
spasme laring
MK; Gangguan nutrisi
kurang dari kebutuhan
Sesak nafas

MK; Pola nafas tidak efektif


6. Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan berikut ini memastikan diagnosis hipoparatiroidisme, meliputi:

- Radioimmunoassay untuk hormon paratiroid yang memperlihatkan penurunan


kadar hormon tersebut
- Penurunan kadar kalsium serum dan urine
- Peningkatan kadar fosfor serum
- Penurunan kadar kreatinin
- Elektrokardiografi (EKG) yang memperlihatkan pemanjangan interval QT dan
ST akibat hipokalasemia
- Tindakan menggelembungkan menset tensimeter yang dipasang pada lengan
atas hingga mencapai tekanan di antara tekanan sistolik dan diastolik serta
mempertahankan penggelembungan manset tersebut pada tekanan ini selama
tiga menit akan menimbulkan tanda trousseau ( spasme karpal) yang
merupakan bukti klinis hipoparatiroidisme
- Pemeriksaan mata untuk melihata klasifikasi lensa yang dapat mengakibatkan
katarak.

7. Penanganan Pasien Hipoparatiroidsme


a. Penyuntikan segera garam kalsium IV, seperti larutan kalsium glukonat 10%
untuk meningkatkan kadar kalsium serum terionisasi (tetani akut yang
mengancam nyawa pasien)
b. Bernafas dalam kantung kertas dan menghirup gas karbondioksida yang di
hembuskan pasien sendiri akan menimbulkan asidosis respiratorik ringan yang
meningkatkan kadar kalsium serum ( pasien yang sadar dapat bekerja sama)
c. Pemberian sedatif dan antikonvulsan untuk mengendalikan spasme sampai
kadar kalsium meningkat
d. Peningkatan supan kalsium dari makanan
e. Terapi rumatan dengan pemberian suplemen kalsium dan vitamin D per oral
(tetani kronis)
f. Pemberian suplemen vitamin D dan kalsium.

8. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Data Demografi
Identitas klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan,
penanggung biaya.
2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Biasanya klien merasa ada kelainan bentuk tulang, pendarahan yang
sulit berhenti, kejang-kejang, kesemutan dan merasah lemas atau lemah.
Kaji manifestasi distress pernafasan sekunder terhadap laringospasme.
Pada klien dengan hipoparatiroidsme akut, perlu dikaji terhadap adanya
tanda perubahan fisik nyata seperti kulit dan rambut kering.
b. Riwayat penyakit saat ini
Tanyakan pada klien tentang manifestasi bekas atau kesemutan disekitar
mulut atau ujung jari tangan atau ujung jari kaki.
c. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan pada klien apa pernah mengalami tindakan operasi khususnya
pengangkatan kelenjar tiroid atau kelenjar paratiroid
d. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan pada klien apakah ada riwayat keluarga dengan Hipoparatiroidsme
3. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (Breathing)
Amati bunyi suara nafas : pada klien hypoparatiroidsme biasanya terdengar
suara stridor, suara serak
b. B2 (Blood)
Amati adanya distrimia jantung, sianosis, palpitasi
c. B3 (Brain)
Amati adanya parestesis pada bibir, lidah, jari-jari, kaki, kesemutan, tremor,
hiperfleksia, peka rangsang, ansietas, perubahan dalam tingkat kesadaran, tetani
kejang
d. B4 (Bladder)
Pembentukan kalkuli pada ginjal
e. B5 (Bowel)
Mual, muntah, nyeri abdomen
f. B6 (Bone)
Amati tanda fisik, seperti; rambut tipis, pertumbuhan kuku buruk yang
deformitas dan gampang patah, kulit kering. Amati apakah ada kelainan tulang
g. Endokrin
Penurunan sekresi parathormon dari jumlah normal
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola Nafas tidak efektif
2. Risiko Cedera
3. Ketidakseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh)
C. Intervensi Keperawatan

NO Diagnosis Outcome Intervensi


1 Pola nafas tidak efektif Pola nafas kembali - Orientasi
b.d hipertonia otot normal kebutuhan pasien
Kriteria Hasil; akan oksigen dan
- Kekuatan monitor
kontraksi otot kemampuan otot
- Kecapatan pernafasan
bergerak - Terapeutik,
berikan tindakan
untuk mencegah
gangguan dan atur
posisi yang sesuai
- Edukasi pasien
untuk bernafas
dengan dalam dan
pelan
- Kolaborasikan
dengan tenaga
medis lain dengan
tenaga medis untuk
pemberian oksigen
jika dibutuhkan.
2 Risiko cedera b.d Risiko cedera terkontrol - Observasi; tanda-
kejang dan berkurang tanda vital dan
Kriteria Hasil; kebutuhan pasien
- Mengetahui akan keamanan
risiko
- Memonitor - Terapeutik; bila
faktor risiko pasien dalam tirah
lingkungan dan baring berikan
perilaku bantalan pada
individu tempat tidur dan
- Strategi risiko pertahankan dalam
yang efektif posisi rendah
- Perubahan
status kasehatan - Edukasi; Bila
aktivitas kejang
terjadi ajari klien
dalam menangani
kejang dan
orientasikan bila
perlu

- Kolaborasikan
dengan dokter
dalam menangani
gejala dini kejang.
3 Ketidakseimbangan Kebutuhan nutrisi - Observasi
nutrisi (kurang dari terpenuhi makanan/ cairan
kebutuhan tubuh) Kriteria Hasil; yang dicerna
- Nutrisi adekuat - Terapeutik dorong
- Masukan pasien dalam
makanan dan mencerna
cairan adekuat makanan/minuman
- Energi adekuat
- Massa tubuh - Edukasi pasien
normal memakan
makanan yang
lunak dan tinggi
kalsium untuk
mempercepat
proses
kesembuhan.
- Kolaborasikan
dengan ahli gizi
untuk pemelihan
nutrisi yang sesuai
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hipoparatiroidisme adalah penyakit yang disebabkan oleh hiposekresi kelenjar
paratiroid. Hipoparatiroidisme disebabkan oleh penyakit, cederah, atau malfungsi
kogenital kelenjar paratiroid. kelenjar paratiroid memiliki fungsi primer yakni
mengatur keseimbangan kalsium Gejala hipoparatiroidsme disebabkan oleh defisiensi
parathormon yang mengakibatkan kenaikan kadar fosfat darah dan penurunan
konsentrasi kalsium darah (hipokalsemia).

Hipoparatiroid adalah gabungan gejala dari produksi hormon paratiroid yang


tidak adekuat. Keadaan ini jarang sekali ditemukan dan umumnya sering sering
disebabkan oleh kerusakan atau pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi
paratiroid atau tiroid, dan yang lebih jarang lagi ialah tidak adanya kelenjar paratiroid
(secara congenital).

B. SARAN
Dalam pembuatan makalah ini, kelompok masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kelompok meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2002). KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH Manajemen


Klinis untuk Hasil yang Diharapkan (8 ed., Vol. 2). Jakarta: EGC.

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2017). DIAGNOSIS KEPERAWATAN Definisi &


klasifikasi 2015-2017 (10 ed.). Jakarta: EGC.

Kowalak, J. P., Welsh, W., & Mayer, B. (2017). Buku Ajar PATOFISIOLOGI. Jakarta: EGC.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing Outcomes
Classification (5 ed.). Singapore: ELSEVIER.

Price, S. A., & Wilson, L. M. (2006). PATOFISIOLOGI Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit (6 ed., Vol. 2). Jakarta: EGC.

Вам также может понравиться