Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Di mana benih disebar, di situlah ada yang tumbuh dan berkembang. Ketika sudah terlihat
nanti mana batang, mana reranting, mana dedaun, maka kau akan tahu bahwa setiap wujud
akan serupa benihnya. Sama dengan sebermula hidupnya.
Beranda Ladang Sastra Ladang Bahasa Ladang Bebas EYD Bahasa Indonesia ▼
TOKOH:
AJI SAKA
DEWATA CENGKAR
DORA
SEMBADA
KORBAN 1
KORBAN 2
RAKYAT 1
RAKYAT 2
RAKYAT 3
RAKYAT 4
RAKYAT 5
PERAMPOK 1
PERAMPOK 2
BAPAK TUA
DAYANG ISTANA 1
DAYANG ISTANA 2
PENARI
SINOPSIS
Dahulu kala, ada sebuah kerajaan bernama Medang Kamulan yang dipimpin oleh raja bernama
Prabu Dewata Cengkar yang buas dan suka makan manusia. Setiap hari sang raja memakan seorang
manusia yang dibawa oleh Patih Jugul Muda. Sebagian kecil dari rakyat yang resah dan ketakutan
mengungsi secara diam-diam ke daerah lain.
Di desa Medang Kawit ada seorang pemuda bernama Aji Saka yang sakti, rajin dan baik hati.
Suatu hari, bertemulah Aji Saka dengan rakyat-rakyat yang telah sampai di desa Medang Kawit. Aji
Saka pun mendengar cerita tentang kebuasan Prabu Dewata Cengkar, Aji Saka berniat menolong
rakyat Medang Kamulan.
Sebelum berangkat Aji Saka memberikan amanah kepada dua abdinya, yaitu Dora dan
Sembada. Dora diminta untuk pergi terlebih dahulu ke desa Medang Kamulang untuk mengamankan
warga desa Medang Kamulang yang masih belum mau mengungsi. Sedangkan Sembada diminta untuk
menjaga desa Medang Kawit dan menjaga keris pusaka Aji Saka serta memberikan pesan bahwa
Sembada harus tetap menjaga keris pusakanya sampai Aji Saka sendiri yang mengambilnya.
Aji Saka tiba di Medang Kamulan yang sepi. Di istana, Prabu Dewata Cengkar sedang murka
karena Patih Jugul Muda tidak membawa korban untuk sang Prabu. Dengan berani, Aji Saka
menghadap Prabu Dewata Cengkar dan menyerahkan diri untuk disantap oleh sang Prabu dengan
imbalan tanah seluas serban yang digunakannya.
Saat mereka sedang mengukur tanah sesuai permintaan Aji Saka, serban terus memanjang
sehingga luasnya melebihi luas kerajaan Prabu Dewata Cengkar. Prabu marah setelah mengetahui niat
Aji Saka sesungguhnya adalah untuk mengakhiri kedzalimannya. Ketika Prabu Dewata Cengkar sedang
marah, serban Aji Saka melilit kuat di tubuh sang Prabu. Tubuh Prabu Dewata Cengkar dilempar Aji
Saka jauh dan lenyap.
Mengetahui kabar tersebut, seluruh rakyat Medang Kamulan kembali dari tempat pengungsian
mereka. Aji Saka kemudian dinobatkan menjadi Raja Medang Kamulan menggantikan Prabu Dewata
Cengkar dengan gelar Prabu Anom Aji Saka. Ia memimpin Kerajaan Medang Kamulan dengan arif dan
bijaksana, sehingga keadaan seluruh rakyatnya pun kembali hidup tenang, aman, makmur, dan
sentausa.
Setelah beberapa hari, Ajisaka menyuruh Dora pergi ke desa Medang Kawit untuk mengambil
keris pusaka yang dijaga oleh Sembada. Setelah berhari-hari berjalan, sampailah Dora di desa Medang
Kawit. Ketika kedua sahabat tersebut bertemu, mereka saling rangkul untuk melepas rasa rindu.
Setelah itu, Dora pun menyampaikan maksud kedatangannya kepada Sembada.
Sembada yang patuh pada pesan Ajisaka tidak memberikan keris pusaka itu ke Dora. Dora tetap
memaksa agar pusaka itu segera diserahkan. Akhirnya keduanya bertarung tanpa ada yang mau
mengalah. Mereka bersikeras mempertahankan tanggung jawab masing-masing dari Aji Saka. Mereka
bertekad lebih baik mati daripada mengkhianati perintah tuannya. Akhirnya, terjadilah pertarungan
sengit antara kedua orang bersahabat tersebut. Namun karena mereka memiliki ilmu yang sama kuat
dan tangguhnya, sehingga mereka pun mati bersama.
Sementara itu, Aji Saka Sudah mulai gelisah menunggu kedantangan Dora dari desa Medang Kawit.
sudah dua hari Aji Saka menunggu, namun Dora tak kunjung tiba. Akhirnya, ia memutuskan untuk
menyusul ke desa Medang Kawit. Betapa terkejutnya ia saat tiba di sana. Ia mendapati kedua abdi
setianya Dora dan Sembada telah tewas. Mereka tewas karena ingin membuktikan kesetiaannya
kepada tuan mereka. Untuk mengenang kesetiaan kedua abdianya tersebut, Aji Saka menciptakan
aksara Jawa (dhentawyanjana) yang berbunyi:
ha na ca ra ka (Ada utusan)
da ta sa wa la (Sama-sama menjaga pendapat)
pa dha ja ya nya (Sama-sama sakti)
ma ga ba tha nga (Sama-sama mejadi mayat)
BABAK I
ADEGAN I
DISEBUAH KERAJAAN BERNAMA MEDANG KAMULAN, ADA TIGA PENARI SEDANG MENARI
DIHADAPAN SEORANG RAJA YANG SANGAT BUAS DAN SUKA MEMAKAN MANUSIA. SETIAP
HARI SANG RAJA MEMAKAN SEORANG MANUSIA YANG DIBAWA OLEH PATIH JUGUL
MUDA. SETELAH PENARI SELESAI MENARI, MEREKA PUN KELUAR.
DEWATA CENGKAR
DEWATA CENGKAR
“Dengan harta dan kekuasaanku, aku bisa mengoleksi perempuan-perempuan manapun yang ada di
desa Medang Kamulan ini! Hahaha….”
“Betul Prabu! Mana ada perempuan yang tak takluk padamu. Kau seorang raja, hartamu melimpah,
tentulah semua perempuan ingin dimiliki olehmu”
DEWATA CENGKAR
(TERTAWA SINIS) “Oh, ya Patih! Apakah kau sudah menyiapkan makan malam untukku?”
DEWATA CENGKAR
“Hahaha…. Bagus, bagus! Tapi kau tidak menyiapkan korban yang seperti daging kadaluarsa kan?
Seperti kemarin kau membawakan daging alot untukku, daging apakah itu Patih?”
DEWATA CENGKAR
DEWATA CENGKAR
“Betul Prabu! Tetapi dia hanya nenek angkatku, aku sudah tak sanggup dengan tingkahnya. Dia
terlalu cerewet dan sangat genit padaku karena aku tahu, sampai usia tuanya dia juga belum pernah
menikah. Dia perawan tua Prabu!”
DEWATA CENGKAR
“Kau gila Patih! Tapi tidak apalah, ternyata lezat juga dagingnya. Hahaha…”
“Tapi sekarang Prabu, aku sudah mendapatkan korban yang lebih segar dan lezat untukmu!”
DEWATA CENGKAR
“Benar Prabu! Korbanmu nanti adalah seorang kembang desa di Medang Kamulan. Sepertinya dia
rasa jeruk!” (DENGAN NADA BERCANDA)
DEWATA CENGKAR
DEWATA CENGKAR
DEWATA CENGKAR
“Baiklah Prabu!”
KORBAN 1
“Tolong Patih Jugul Muda, jangan bawa aku pada Prabu Dewata Cengkar” (MENANGIS)
“Diam kau! Kau akan menjadi santapan Prabu Dewata Cengkar malam ini. Hahaha”
KORBAN 1
PATIH JUGUL MUDA PUN SUDAH BERHADAPAN DENGAN DEWATA CENGKAR DENGAN MEMBAWA
KORBAN.
PATIH JUGUL MUDA
DEWATA CENGKAR
“Hahaha… bagus Patih! Cepat kau hidangkan untukku. Aku sudah tak sabar ingin menyantapnya”
ADEGAN II
RAKYAT MEDANG KAMULAN DIRUNDUNG RASA TAKUT, DENGAN KEGEMARAN SANG PRABU
DEWATA CENGKAR MEMAKAN DAGING MANUSIA. SEHINGGA RAKYAT MEDANG KAMULAN
BERBONDONG-BONDONG MENGUNGSI KE DAERAH LAIN.
RAKYAT 1
RAKYAT 2
“Menurutku, untuk sementara tempat ini aman dari kejaran Patih Jugul Muda” (MENGELUARKAN
PENDAPATNYA)
RAKYAT 3
“Tapi bagaimana kalau Patih Jugul Muda itu tahu keberadaan kita? Binasalah kita jika
tertangkap oleh Patih Jugul Muda itu” (KHAWATIR)
RAKYAT 2
RAKYAT 3
RAKYAT 2
“Karena jarak dari medang Kamulan sampai ke desa ini sangat jauh, jadi mustahil Patih Jugul Muda
mencari kita sampai ke tempat ini” (MENJELASKAN)
RAKYAT 3
“Kalau sampai kita tertangkap dengan Patih Jugul Muda itu, mau tidak mau ada salah satu di antara
kita yang menjadi korbannya. Siapa yang mau jadi korban?”
RAKYAT 1
“Ya pasti si Gembullah, saat patih jugul muda menemukan kita, tatapannya tentulah akan mengarah
padamu” (MENOLEH KEARAH RAKYAT 2)
RAKYAT 3
“O… tidak bisa! Wani piro? Biar bohai-bohai gini dagingku yang paling alot. Mungkin butuh tujuh hari
tujuh malam untuk merebusnya. Iya kan?”
RAKYAT 1
“Tidak usah direbus tujuh hari tujuh malam juga bisa mbul, rendam saja pake borak!” (TERTAWA
MELEDEK)
RAKYAT 2
“Waduh niat juga ya kalian mau memberikan aku pada Patih Jugul Muda itu! Sungguh teganya…”
RAKYAT 3
Jangan ngambek begitu dong mbul, ini kan masih seandainya! Toh kalaupun kamu duluan yang
tertangkap, sebagai teman aku hanya bisa bantu doa. Bukan begitu? Hehehe (TERTAWA MELEDEK)
RAKYAT 2
Yah itu mah sama saja! Sekalian saja kalian kuliti aku, lalu kalian sate dan kalian makan berdua! Huh!
(MURUNG)
RAKYAT 1
Hustt… Sudah-sudah, saat ini bukan waktu yang tepat untuk bercanda! sekarang kita pikirkan saja
nasib kita ke depan. Mau tinggal di mana kita? Sedangkan desa ini asing bagi kita dan kita sendiri tak
mengenal orang-orang di daerah ini.
RAKYAT 3
Emm…Benar ucapanmu!
RAKYAT 2
RAKYAT 3
Bisa saja! Kau tau keberadaan kesatria itu? Oh, iya. Kira-kira dia tampan tidak ya? (TERSENYUM-
SENYUM MEMBAYANGKAN)
RAKYAT 1
RAKYAT 2
Iya, kamu tuh ya, genit-genit-geniiit banget! Giliran korban saja aku yang diajukan.
RAKYAT 3
Iya… iya aku salah! Tapi siapa tau kan kesatria itu tampan, lalu ketika bertemu dengan ku dia jatuh
cinta. Jadi, aku tidak jomblo lagi kan. Hehehe. (TERTAWA RIANG)
RAKYAT 2
RAKYAT 3
Bilang saja kalian tidak suka kan melihat teman kalian bahagia. Payah! (MEMBUANG MUKA)
RAKYAT 2
Ya sudah sekarang kita cari saja kesatria itu! Nanti keburu malam, kan repot!
RAKYAT 3
RAKYAT 1
Ya ampun, masa baru begitu saja kamu sudah cape. Malu dong sama gembul! (MEREKA
MENGHENTIKAN LANGKAHNYA SAMBIL MENOLEH KE KANAN-KIRI) Lihat! Di sana ada
pendopo. Kalau begitu kita beristirahat dulu saja di sana!
RAKYAT 2
KEMUDIAN DATANGLAH SEORANG KESATRIA BERNAMA AJI SAKA. DIA SEORANG PEMUDA
YANG TAMPAN, BAIK DAN MEMILIKI ILMU YANG SANGAT SAKTI. AJI SAKA MEMILIKI DUA
ORANG ABDI BERNAMA DORA DAN SEMBADA.
DORA
(MENGHENTIKAN LANGKAHNYA) Tuan, Lihat pendopo tempat kita latihan. Mengapa banyak orang?
SEMBADA
AJI SAKA
DORA
SEMBADA
Bukan, sepertinya mereka itu pengembara yang sedang beristirahat di pendopo kita karena
keletihan, lihat saja wajah mereka yang tampak lelah.
DORA
SEMBADA
Ahh, kau itu sok tahu! Kalau memang mereka dari desa seberang, buat apa mereka kemari?
DORA
Mana aku tahu!
AJI SAKA
Daripada kalian menduga-duga, lebih baik kita hampiri saja mereka! (AJI SAKA, DORA DAN SEMBADA
MENGHAMPIRI RAKYAT-RAKYAT)
AJI SAKA
Maaf , kalau boleh tahu kalian ini darimana? Ada maksud apa hendak ke sini?
RAKYAT 2
Kami ini dari kerajaan Medang Kamulan, ingin mencari tempat baru di desa ini.
AJI SAKA
RAKYAT 3
Di sana pemimpin kami Prabu Dewata Cengkar gemar memakan manusia dan kami akan dijadikan
korban berikutnya. Maka dari itu kami pindah ke desa ini untuk menghindar dari Patih Jugul Muda
yang mencarikan korban untuk santapan Prabu Dewata Cengkar.
AJI SAKA
Jadi isu itu benar! Kejam sekali Prabu Dewata Cengkar itu, perilakunya sudah tak layak dibiarkan.
RAKYAT 1
Iya begitulah raja kami di desa Medang Kamulan. Oh ya, Anak muda! boleh kami bertanya?
AJI SAKA
Boleh, silakan!
RAKYAT 1
Begini, kami dengar di desa Medang Kawit ada seorang kesatria yang sakti dan baik hati bernama Aji
Saka, Apakah anak muda mengenalnya?
RAKYAT 3
Oh iya. Boleh juga kan aku bertanya. Apakah kesatria yang bernama Aji Saka itu tampan? (MENUTUP
MUKANYA KARENA MALU)
AJI SAKA
DORA
RAKYAT 2
RAKYAT 3
Iya benar, kami ingin meminta bantuannya, sekaligus memintanya menjadi suamiku. (TERSENYUM-
SENYUM GENIT)
RAKYAT 2
Husst. Ngaco saja kamu! Maaf janganlah ditanggapi ucapan teman kami ini.
SEMBADA
Inilah adalah Aji Saka. Sudah berada di hadapan kalian. (MENUNJUK KE ARAH AJI SAKA)
SEMUA RAKYAT
(MEMBERI HORMAT) Jadi tuan ini Aji Saka. Maaf kami telah lancang.
AJI SAKA
Sudahlah kalian jangan seperti itu. Kita ini sama-sama manusia biasa. Aku memang Aji
Saka. Sekarang kalian beristirahatlah dulu di sini. Aku berjanji akan membantu kalian. Aku akan
datang ke desa Medang Kamulang dan membunuh Prabu Dewata Cengkar untuk mengakhiri
kedzalimannya.
RAKYAT 1
Terima kasih tuan Aji Saka. Kami percaya bahwa tuan pasti bisa menepati janji.
RAKYAT 2
Benar, kami pun percaya bahwa tuan bisa membunuh Prabu Dewata Cengkar agar kami bisa hidup
kembali di Desa Medang Kamulan dengan aman dan sentausa.
AJI SAKA
Baik tuan! (DORA DAN SEMBADA PUN PERGI MENGIKUTI AJI SAKA)
AJI SAKA
(MERANGKUL DORA DAN SEMBADA) Dora, Sembada, aku mempunyai amanah untuk kalian.
DORA
AJI SAKA
Dora, tolong kau datang ke desa Medang Kamulan sekarang. Pantau keadaan di sana dan bantu
masyarakat untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman. Setelah itu, temui aku di sana!
DORA
AJI SAKA
Untukmu Sembada, tolong kau jaga desa Medang Kawit beserta masyarakatnya dan para pengungsi
yang datang. Aku titipkan juga keris pusaka milikiku padamu, jangan sampai ada yang mengambilnya
kecuali aku sendiri yang datang untuk mengambilnya. (MENGELUARKAN KERIS DAN MEMBERIKANYA
KEPADA SEMBADA)
SEMBADA
Baik tuan, aku akan menjaga amanah darimu walaupun nyawa taruhannya. (MENERIMA KERIS
PUSAKA DARI AJI SAKA)
AJI SAKA
ADEGAN III
ADA SEORANG PEREMPUAN YANG SEDANG MENCARI KAYU DIPINGGIR HUTAN. PATIH JUGUL
MUDA YANG SEDANG MENCARI KORBAN UNTUK SANTAPAN PRABU DEWATA CENGKAR AKHIRNYA
MENCOBA MENANGKAP PEREMPUAN ITU.
KORBAN 2
Huh, lelah sekali! Kalau bukan karena kebutuhanku untuk memasak. Aku tak akan keluar rumah dan
mencari kayu dipinggir hutan seperti ini. Apalagi semenjak Prabu Dewata Cengkar menjadi buas dan
suka memakan manusia. Seluruh masyarakat dirundung ketakutan, banyak yang mengungsi dan tak
mau keluar rumah. Mudah-mudahan saja aku tak tertangkap Patih Jugul Muda, lalu dijadikannya
santapan untuk Dewata cengkar. Sepertinya aku harus buru-buru.
(MASUK, MELIHAT-LIHAT SEKITAR) Desa Medang Kamulang semakin hari semakin sepi saja.
Sepertinya masyarakat desa ini sudah banyak yang mengungsi karena ketakutan mereka akan
disantap oleh Prabu Dewata Cengkar. (MENENGOK KE PINGGIR HUTAN DAN MELIHAT SEORANG
PEREMPUAN YANG MENENTENG KAYU) Inilah hari keberuntunganku. Akhirnya kutemukan juga
korban untuk santapan Prabu Dewata Cengkar. Hahaha…. (MENDEKATI PEREMPUAN ITU DAN
MENANGKAPNYA)
KORBAN 2
Ahhhhh…. Apa-apaan ini? Lepaskan aku! (BERONTAK DAN MENATAP PATIH JUGUL MUDA) Patih
Jugul Muda!
Diam kau! Ikut aku! (MEMEGANG TANGAN PEREMPUAN ITU SEMAKIN KENCANG DAN MENARIKNYA)
KORBAN 2
Aku tak mau! Aku tak mau Patih! Lepaskan aku! (TERUS BERUSAHA MELEPASKAN DIRI)
Aku tak akan melepaskanmu. Akan kubawa kau kepada Prabu Dewata Cengkar untuk disantap
olehnya. Hahaha….
KORBAN 2
Tidak! (MENCOBA MEMUKUL PATIH, TETAPI PATIH JUGUL MUDA MENANGKAP TANGANNYA DAN
MEMUKULNYA BALIK HINGGA TERJATUH) Brengsek kau Patih!
Berani kau melawanku! Aku tak akan segan-segan memukulmu lagi. Ayo ikut aku sekarang!
(KEMBALI MENARIK TANGAN PEREMPUAN ITU)
KORBAN 2
(TERTAWA LEPAS DAN SEMAKIN KEJAM MENARIK KORBAN UNTUK MEMBAWANYA KE KERAJAAN)
ADEGAN IV
PERAMPOK 1
Gap! Hidup kita makin susah saja ya! Punya raja koplak seperti itu. Sukanya main perempuan.
Mentang-mentang punya kekuasaan, semua ingin dimilikinya. Mana ada dalam pikirannya
kesejahteraan rakyat. Yang ada cuma bikin rakyat sengsara saja!
PERAMPOK 2
(GAGAP) Betul! Rakyatlah yang jadi korban kalau punya raja seperti itu.
PERAMPOK 1
Kemarin saja aku melihatnya membawa perempuan muda yang sangat cantik, aku yakin, itu pasti
akan jadi simpanan barunya.
PERAMPOK 2
Ya begitulah si koplak itu! Si Paijo kemarin pun cerita padaku, kalau sapi-sapinya dirampas dan
dibawanya kekerajaan.
PERAMPOK 1
Wah, kurang ajar benarnya itu raja! Sudah selirnya di mana-mana, masih saja mengkorupsiin sapi-
sapi rakyat. Edan-edan! (MENGGELENG-GELENGKAN KEPALA)
PERAMPOK 2
Kan kamu juga yang bodoh! Sudah tahu dia koplak begitu. Kenapa waktu itu kau dukung dia jadi raja.
Coba piker nasib rakyat seperti kita, habis sudah! Rakyat-rakyat yang lancar berbicara saja bisa jadi
gagap karena nahan lapar, apalagi yang sudah gagap seperti aku, modar kabeh!
PERAMPOK 1
Halah! (MENEPOK JIDADNYA SENDIRI) Nyesel aku! Tapi, memangnya dulu kau tidak mendukungnya
waktu dia mau naik jadi raja?
PERAMPOK 2
Tidaklah! Aku tidur di rumah. Mending golput daripada dosa memilih pemimpin yang dzalim kaya
begitu. Oh ya, kau lapar tidak sih?
PERAMPOK 1
Ya lapar Gap! Kan kita belum makan dari kemarin. Kalau-kalau ada orang lewat nanti, bagaiamana
kalau kita rampok hartanya?
PERAMPOK 2
Ah! Begini nih kalau orang lapar, pasti jadi brutal dan akhirnya berbuat kriminal.
PERAMPOK 1
Halah, sok baik kau! Nasib orang susah memang begitu Gap! Memangnya kau mau mati kelaparan
di sini?
PERAMPOK 2
PERAMPOK 1
(MELIHAT-LIHAT) Hahaha. Walah-walah, ini dia yang dikata pepatah “pucuk dicinta ulam pun tiba.”
Lihatlah, ada korban tuh!
PERAMPOK 2
PERAMPOK 1
Hey! (MEMBENTAK)
BAPAK TUA
PERAMPOK 2
BAPAK TUA
PERAMPOK 1
BAPAK TUA
Tidak! Saya tidak bawa barang berharga, saya hanya orang miskin yang ingin merantau ke desa
seberang. (MENGGENGGAM BARANG BAWAANNYA)
PERAMPOK 1
Halah! (MERAMPAS BARANG BAWAAN BAPAK TUA DAN MELEMPARNYA KE PERAMPOK 2) Coba kau
lihat apa isi tasnya?
PERAMPOK 2
(MENGOBRAK-ABRIK ISI TAS) Hahaha… lihat apa yang kudapatkan? (MEMEGANG UANG BAPAK TUA
DARI TASNYA)
PERAMPOK 1
Hahaha…. Bagus-bagus!
BAPAK TUA
Jangan! Jangan kau ambil uangku! Itu untuk biaya hidupku selama merantau ke desa sebrang!
PERAMPOK 1
Banyak juga bicaramu orang tua! (MEMUKULI BAPAK TUA ITU BERSAMA PERAMPOK 2)
BAPAK TUA
Tolong... tolong...tolong...!
AJISAKA YANG SEDANG BERJALAN, LALU MENDENGAR TERIAKAN BAPAK TUA ITU. IA PUN SEGERA
MENDEKATINYA.
AJI SAKA
Hey, berhenti! Apa yang kalian lakukan kepada bapak tua itu?
PERAMPOK 1
PERAMPOK 2
AJI SAKA
PERAMPOK 1
Alaaaah, sudah jangan banyak basa-basi. Kita habisi saja dia! (MENGELUARKAN PISAU)
PERAMPOK 2
Baik, ayo kita pertemukan dia pada maut! (MENGAMBIL SEBUAH BALOK DI BAWAH)
PERAMPOK 1
Kurang ajar! Ternyata dia ini orang sakti. Ayo kita kabur sebelum kita yang dihabisi olehnya.
PERAMPOK 2
BAPAK TUA
AJI SAKA
BAPAK TUA
AJI SAKA
Baguslah kalau begitu! Aku tahu pasti bapak adalah warga medang kamulan yang ingin mengungsi
kan?
BAPAK TUA
AJI SAKA
Aku sudah mendengar kabar bahwa di kerajaan Medang Kamulan, Prabu Dewata Cengkar sangat
buas dan gemar memakan manusia. Oleh karena itu, banyak sekali warga dari Medang Kamulan
yang mengungsi. Sekarang bapak, teruslah berjalan menyusuri hutan ini, di perbatasan hutan nanti,
bapak akan bertemu dengan abdiku yang bernama Sembada. Dia akan membantu bapak untuk
mengungsi.
BAPAK TUA
Baiklah Nak! Sekali lagi terima kasih, kau telah menolongku tadi.
AJI SAKA
Iya Pak! Oh ya, aku pamit ingin melanjutkan perjalanan menuju Medang Kamulan. Aku ingin segera
mengakhiri kedzaliman Prabu Dewata Cengkar, agar masyarakat Medang Kamulan bisa kembali lagi
ke desanya dan hidup dengan aman dan sentausa.
BAPAK TUA
AJI SAKA
BAPAK TUA
Baiklah kalau begitu, berhati-hatilah kau, Nak! Aku akan terus berdoa untuk keberhasilanmu.
AJI SAKA
Iya, Nak! (MEREKA PUN SAMA-SAMA BERJALAN KELUAR DENGAN DUA ARAH YANG BERBEDA)
ADEGAN V
SEMBADA
(BERNYANYI DENGAN NADA-NADA KEKHAWATIRAN) Kira-kira, tuan Aji Saka sudah sampai atau
belum ya di desa Medang Kamulang? Semoga saja tuan Aji Saka mampu melawan Prabu Dewata
Cengkar dan kembali lagi ke sini dengan keadaaan baik dan membawa kabar baik pula. Sebelum tuan
Aji Saka kembali ke sini, aku akan menjaga desa Medang Kawit dan keris pusaka ini dengan baik,
sekalipun nyawa taruhannya. (BERJALAN DAN MASIH TERUS BERPIKIR TENTANG KEADAAN AJI SAKA)
Tapi bagaimana kalau tuan Aji Saka gagal. (GELISAH) Tidak-tidak mungkin. Aku tidak boleh berpikir
seperti itu. Hati dan pikiranku semakin tidak karuan saja saat ini. Sepertinya sangat berat sekali
menerima kenyataan tuan Aji Saka pergi jauh dariku. Entah, aku merasakan ada sesuatu yang
mengganjal. Apa mungkin aku mencintainya? Aku tak bisa berbohong pada diriku sendiri, aku sangat
mengkhawatirkannya dan aku sangat merindukan sosoknya dekat di hadapanku. Sudahlah, kurasa
saat ini bukan waktunya aku memikirkan hal seperti ini. (MELIHAT SEORANG BAPAK TUA YANG
SEDANG MENUJU DESA MEDANG KAWIT) Sepertinya orang itu pengungsi dari Medang Kamulang.
BAPAK TUA
SEMBADA
Oh, baik Pak! Mari aku antarkan menuju desa Medang Kawit. Di sana juga sudah banyak pengungsi-
pengungsi lain dari desa Medang Kamulang.
BAPAK TUA
Terima kasih Nak! Mari! (MEREKA BERJALAN BERIRINGAN MENUJU DESA MEDANG KAWIT)
ADEGAN VI
DORA
Bapak-bapak, ibu-ibu, aku Dora dari Desa Medang Kawit. Aku sudah mengetahui kondisi di desa ini.
Jadi, aku ingin mengajak kalian untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman.
RAKYAT 4
Aku tak ingin pergi dari desa ini. Aku akan tetap berada di sini! Aku juga tidak mempercayaimu. Bisa
saja kan, kau ini adalah pesuruh Prabu Dewata Cengkar, nanti kalau kami ikut denganmu, kau
bukannya mengajak kami mengungsi ke tempat yang lebih aman, justru malah membawa kami ke
kerajaan untuk menjadi santapan Prabu Dewata Cengkar. (CURIGA DAN BERMUKA MASAM)
DORA
Percayalah, aku bukanlah pesuruh dari kerajaan Medang Kamulan. Aku benar-benar datang dari
Medang Kawit dan bermaksud membantu kalian di sini.
RAKYAT 4
DORA
Tidakkah kalian takut jika tetap berada di sini? Sedangkan Patih Jugul Muda sedang gencar-
gencarnya mencari korban dan sebagian warga medang kamulan sudah mengungsi.
RAKYAT 4
Kau pasti menakut-nakutiku kan? Aku akan tetap bertahan di sini, sampai aku mati pun, aku akan
tetap berada di sini.
DORA
Aku mengerti, kalian adalah masyarakat desa Medang Kamulang yang setia dan tak mau pergi dari
desa ini, tetapi demi kebaikan kalian! Kalian hanya mengungsi sampai kondisi di sini aman! Tuan Aji
Saka akan berusaha mengakhiri kedzaliman Prabu Dewata Cengkar. Dia adalah seorang kesatria yang
sakti dari desa Medang Kawit.
RAKYAT 5
RAKYAT 4
Oh, iya! Aku pernah mendengar nama itu. Dia memang disebut-sebut sebagai kesatria yang sakti
dari desa seberang. Tapi, apakah benar yang kau katakan itu?
DORA
Ya, aku bicara benar! Aku yakin tuan Aji Saka bisa mengatasi permasalahan ini! Marilah ikut aku
untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman, sampai keadaan desa Medang Kamulang ini sudah
benar-benar aman.
RAKYAT 5
Kurasa tidak ada salahnya kita ikuti orang ini. Lagipula dari kemarin, kita pun dirundung ketakutan
yang luar biasa akan Prabu Dewata Cengkar di sini.
RAKYAT 4
(GELISAH DAN BIMBANG) Aku bingung harus berbuat apa lagi. Jujur, aku pun takut jika terus berada
di sini. Baiklah, seperti kau mempunyai niat yang tulus. Aku akan mengikutimu untuk mengungsi ke
tempat yang lebih aman, dan berharap tuan Aji Saka mampu membinasakan Prabu Dewata Cengkar.
DORA
Baik, mari kita semua keluar dari desa ini! Sebelum Patih Jugul Muda menemukan kita.
SEMUA RAKYAT
Baiklah, ayo segera kita bergegas pergi. (DORA PUN BERJALAN KELUAR BERSAMA-SAMA
MASYARAKAT UNTUK MENGUNGSI)
ADEGAN VII
KETIKA AJI SAKA MELANJUTKAN PERJALANANNYA, TIBA-TIBA TERDENGAR SUARA GAIB DARI SISI-
SISI HUTAN.
SETAN HUTAN
AJI SAKA
SETAN HUTAN
AJI SAKA
SETAN HUTAN
Hahaha… jika kau ingin melewati hutan ini dengan selamat, kau harus menjadi budakku selama
sepuluh tahun terlebih dahulu! Hahaha….
AJI SAKA
SETAN HUTAN
AJI SAKA
Walaupun aku harus mati di sini, aku tak akan menuruti maumu! (GERAM)
SETAN HUTAN
Baiklah, sepertinya kau ini bukan orang sembarangan. Bagaimana kalau kita membuat suatu
kesepakatan?
AJI SAKA
SETAN HUTAN
Hahaha, benarkah itu? Apa kau tak mau menjadi pendampingku, dan menjadi penguasa di hutan ini?
AJI SAKA
Sudahlah, aku tak banyak waktu untuk meladeni setan sepertimu. Menyikirlah kau! (GERAM)
SETAN HUTAN
Kalau begitu, bersiaplah menuju ajalmu! (MENYERANG AJI SAKA DENGAN KEKUATANNYA)
AJI SAKA
(MENGHINDAR DARI SERANGAN SETAN HUTAN) Bismillahirrahmanirrahim…. (BERSILA
MEMANJATKAN DOA, TIBA-TIBA MUNCULAH CAHAYA DARI LANGIT MENGHANTAM SETAN HUTAN)
SETAN HUTAN
AJI SAKA
ADEGAN VIII
DEWATA CENGKAR
Patih! Lama sekali kau membawa makanan untukku. Ke mana saja kau?
Maaf Prabu! Saat ini sulit sekali mencari korban untukmu karena masyarakat Medang Kamulan
sudah banyak yang pergi dari desa ini.
DEWATA CENGKAR
Sepertinya, masyarakat mulai ketakutan akan menjadi santapanmu. Oleh karena itu, mereka pun
mengunsi untuk menghindar dari tangkapanku.
DEWATA CENGKAR
(MARAH) Kurang ajar! Kalau begitu, apabila kau ingin mencarikan korban untukku, kau harus lebih
jauh mencari. Aku tak mau tahu, setiap hari kau harus menyiapkan makanan untukku.
(BINGUNG) Baiklah Prabu! Aku mencurugai, sepertinya masyarakat mengungsi di desa seberang,
setelah perbatasan hutan.
DEWATA CENGKAR
Aku tak peduli, di mana pun jauhnya masyarakat pergi. Yang pasti kau harus menyiapkan makanan
untukku, mengerti kau Patih?
DEWATA CENGKAR
Sudah Prabu! Aku sudah mendapatkan korban untukmu. Walaupun aku belum mencicipinya, tapi
sepertinya korbanmu saat ini rasa duren. Dia mentong dan kau pasti akan puas memakannya.
DEWATA CENGKAR
Hahaha… benarkah itu patih! Cepatlah kau bawakan kehadapanku. Aku ingin melihat wajah dan
tubuhnya. Jangan sampai kau bohongi aku karena aku sudah mulai curiga denganmu. Jangan-jangan
apa yang kau bilang tadi bukan seperti nyatanya. (CURIGA)
Tidak Prabu! Aku berkata benar. Tunggulah, akan segera kubawakan ke hadapanmu. (KELUAR DAN
MEMBAWA KORBAN 2)
Hahaha…. Prabu, lihat inilah santapanmu malam ini! (MENYERET PEREMPUAN ITU KE DAPUR)
KORBAN 2
DEWATA CENGKAR
KORBAN 2
(MENANGIS DAN MEMOHON) Prabu Dewata Cengkar, tolong lepaskanlah aku. Aku tak mau mati dan
menjadi santapanmu. Aku mempunyai anak-anak yang masih kecil dan mereka masih
membutuhkanku. Tolonglah Prabu, biarkan aku pergi.
DEWATA CENGKAR
Hahaha…. Aku tak akan perduli dengan anak-anakmu itu, kalau perlu anak-anak pun akan santap
juga. Jadi, kalian akan kupertemukan lagi di dalam perutku. Mengerti kau Bodoh! Hahahaha….
KORBAN 2
AJI SAKA
DEWATA CENGKAR
AJI SAKA
(DENGAN GAGAH) Perkenalkan. Aku Aji Saka. Aku datang dari desa Medang Kawit.
PRABU DEWATA
Lalu mau apa kau datang kemari?
AJI SAKA
Kau lepaskan perempuan itu, biarkan aku yang menjadi penggantinya untuk santapanmu hari ini.
PRABU DEWATA
Sungguh berani kau anak muda. Baiklah kalau begitu, sepertinya dagingmu lebih lezat dari pada
perempuan itu. Hahaha….
AJI SAKA
Tapi tunggu dulu Prabu! Sebelum aku menjadi santapanmu. Aku memiliki satu syarat yang harus kau
penuhi.
AJI SAKA
DEWATA CENGKAR
Hahaha…. Hanya itu yang kau minta? Kau bercanda anak muda. Jika hanya tanah seluas sorban
itu, sepuluh kali lipatpun akan kuberikan! Coba kau pikirkan dulu, apa kau tidak mau seperti
fathonah, raja di seberang kerjaanku ini, dia memiliki tanah di mana-mana? Gadis-gadis cantik pun
akan kuberikan untukmu, sebutkan saja gadis seperti apa yang kau minta? Apakah Maharani atau
Ayu Ashari dayang-dayangku di sini. (MENATAP AJI SAKA MENCOBA MEMPENGARUHI) Ingat, kau itu
tampan! Gunakan sisa waktumu dengan menikmati dunia ini, sebelum kau menjadi santapanku anak
muda. Hahaha.
AJI SAKA
Tidak! Mungkin menurut pandangan seorang penguasa sepertimu, kebahagiaan hanya diukur
dengan kesenangan dan kemewahan. Tapi aku bukanlah raja sepertimu atau raja-raja lain yang gila
harta, tahta dan wanita. Cukup dengan melihat masyarakat hidup aman dan sentausa, itu
merupakan kebahagiaan yang luar biasa untukku! Sekarang, cukup kau berikan sebidang tanah
seluas sorban ini saja. (MENYERAHKAN SORBANNYA)
DEWATA CENGKAR
Sungguh sayang, wajahmu saja yang tampan tapi kau terlalu bodoh anak muda. Masih sempat kau
memikirkan orang lain, padahal sebentar lagi kau akan mati. Tidakkah kau mau menikmati sisa
waktumu?
AJI SAKA
Tidak! Sudahlah tak perlu prabu berpanjang lebar. Cukuplah tanah seluas sorban ini sebagai
permintaan terakhirku!
DEWATA CENGKAR
Hahaha, kau benar-benar bodoh! Baiklah kuterima permintaanmu! (MENERIMA SORBAN ITU, SAAT
DIPEGANG SORBAN ITU SEMAKIN PANJANG HINGGA MENUTUPI SELURUH KERAJAAN) Apa-apaan
ini? Kau mempermainkanku anak muda! Patih! Cepatlah kau tangkap pemuda itu dan segera
hidangkan untukku. Aku semakin tidak sabar ingin menyantapnya. (GERAM DAN MARAH)
AJI SAKA
(MELEPASKAN PEGANGAN PATIH JUGUL MUDA) Kau telah ingkar janji Prabu! Sekarang seluruh tanah
di kerajaanmu telah menjadi milikku.
DEWATA CENGKAR
Ingkar janji? Hahaha. Untuk raja sepertiku tidaklah menjadi masalah bodoh!
AJI SAKA
Kau tak layak menjadi raja! Kau telah dzalim prabu! (PATIH JUGUL MUDA MENARIK AJI SAKA DAN AJI SAKA
MELAWAN. SETELAH ITU TERJADILAH PERTARUNGAN ANTARA KEDUANYA, HINGGA PATIH JUGUL MUDA
PUN MATI)
DEWATA CENGKAR
Ternyata kau orang sakti! Baiklah aku sendiri yang akan menghabisimu. Dan kau akan menjadi santapanku
saat ini! Hahaha. (TERJADILAH PERTARUNGAN DEWATA CENGKAR DENGAN AJI SAKA)
AJI SAKA
Bismillahirrahmanirrahim…. (TIBA-TIBA SORBAN AJI SAKA MELILIT TUBUH DEWATA CENGKAR DAN
AJI SAKA PUN MELEMPAR TUBUHNYA KE LAUT HINGGA LEYAP DAN MATI) Alhamdulillahirobil
Alamin…. Akhirnya aku berhasil membinasakan Prabu Dewata Cengkar dan membuangnya ke laut
selatan. (TAK LAMA KEMUDIAN, DATANGLAH DORA MENEMUI AJI SAKA)
DORA
Tuan, bagaimana keadaanmu? Apakah kau sudah berhasil membinasakan Prabu Dewata Cengkar?
AJI SAKA
Keadaanku baik-baik saja Dora. Aku telah berhasil membinasakan Prabu Dewata Cengkar!
DORA
AJI SAKA
Dora, sekarang pergilah kau ke Medang Kawit! Ajaklah masyarakat desa Medang Kamulang yang
mengungsi untuk kembali ke sini serta ambillah kerisku! Katakan kepada Sembada bahwa aku yang
menyuruhmu.
DORA
Baik, tuan! (PERGI MENUJU MEDANG KAWIT)
ADEGAN IX
AKHIRNYA DORA PUN SAMPAI DI DESA MEDANG KAWIT DAN MENEMUI SAHABATNYA,
SEMBADA. MEREKA PUN MELEPASKAN RASA RINDU DENGAN SALING MERANGKUL.
DORA
SEMBADA
DORA
SEMBADA
Oh, ya. Lalu bagaimana dengan tuan Aji Saka? Kuharap tuan Aji Saka di sana baik-baik saja. Karena
setiap hari aku selalu memikirkan keadaannya di Medang Kamulan. Semenjak kepergiannya aku jadi
tak bisa tidur. Ayo Dora ceritakan padaku, bagaimana keadaan tuanku Aji Saka?
DORA
Tenanglah, tuan Aji Saka pun baik-baik saja. Dia sudah berhasil mengalahkan Prabu Dewata Cengkar
dan membinasakannya.
SEMBADA
DORA
Tuan Aji Saka saat ini telah menjadi Raja di Medang Kamulan. Jadi, dia sedang sibuk mengatur
keadaan di sana.
SEMBADA
(KAGUM DAN BAHAGIA) benarkah itu Dora, aku begitu sedang mendengarnya. Biarlah tuan Aji Saka
tak berkunjung ke sini, tetapi mendengar keadaannya yang baik-baik saja hatiku sudah lega sekali.
DORA
Ya, aku bicara benar! Tapi mengapa nada-nadamu bicaramu seperti orang yang jatuh cinta? Apakah
kau menyimpan rasa dengan tuan Aji Saka, Sembada?
SEMBADA
(MALU DAN TAK BERANI MENOLEH KE HADAPAN DORA) Tidak sahabatku. Ini hanya bentuk
kekhawatiran seorang abdi kepada tuannya. (MENUTUP-NUTUPI PERASAANNYA)
DORA
Mengapa kau seperti tak percaya padaku, aku benar-benar jujur padamu. Percayalah padaku Dora.
(MENCOBA MEYAKINKAN)
DORA
Aku percaya padamu, kau kan sahabat terbaikku karena aku percaya kau tidak gila kan, Sembada.
Tuan Aji Saka itu kan atasan kita, jadi tak mungkin abdi seperti kita ini jatuh cinta dengannya. Jika
memang benar kau mencintai tuan Aji Saka, kau tahu resikonya, bahwa kau pasti akan terluka, ingat
itu Sembada!
SEMBADA
Iya, aku mengerti akan hal itu, Dora. Oh ya, lalu mau apa kau kemari Dora, apakah kau tidak
membantu tuan Aji Saka di sana? (MENGALIHKAN PEMBICARAAN)
DORA
Iya. (MENGANGGUK-ANGGUKAN KEPALANYA) Aku datang ke sini karena diperintahkan oleh tuan Aji
Saka?
SEMBADA
DORA
Aku diperintahkan datang ke sini untuk mengambil keris pusaka milik tuan Aji Saka.
SEMBADA
Apa? Tidak, sabahatku! Tuan Aji saka berpesan kepadaku bahwa keris ini tidak boleh diberikan
kepada siapa pun, kecuali tuan Aji Saka sendiri yang datang mengambilnya.
DORA
SEMBADA
DORA
Aku telah mempercayaimu tadi, tetapi mengapa sekarang kau yang tak percaya padaku. Aku datang
ke sini memang untuk mengambil keris pusaka milik tuan Aji Saka. Itulah perintah tuan Aji Saka
padaku.
SEMBADA
DORA
SEMBADA
Maaf sahabatku, aku sudah berjanji akan menjaga keris ini meski nyawa taruhannya.
DORA
(KESAL) Jadi kau benar-benar tidak mau menyerahkan keris itu padaku?
SEMBADA
(BERSIKUKUH) Tidak! Aku tidak akan menyerahkannya padamu kecuali tuan Aji Saka sendiri yang
mengambilnya padaku.
DORA
Baiklah kalau begitu mau tidak mau kita harus adu kesaktian untuk menentukan siapa yang berhak
membawa keris itu!
SEMBADA
Baiklah kalau begitu. (DORA DAN SEMBADA PUN BERTARUNG. KARENA MEMILIKI KESAKTIAN YANG
SAMA DAN MEREKA PUN SAMA-SAMA MATI, TETAPI SEBELUM MATI MEREKA SALING BERTATAPAN
DAN SALING MEMANGGIL)
ADEGAN X
AJI SAKA PUN DIANGKAT MENJADI RAJA DI MEDANG KAMULANG SETELAH MENGALAHKAN PRABU
DEWATA CENGKAR. BEBERAPA HARI AJI SAKA MEMBERIKAN AMANAH KEPADA DORA UNTUK
MENGAMBIL KERIS PUSAKA KEPADA SEMBADA, TETAPI DORA BELUM JUGA KEMBALI KE MEDANG
KAMULANG.
AJI SAKA
(GELISAH) Lama sekali Dora kembali ke sini! Apakah ada sesuatu yang terjadi dengannya.
DAYANG ISTANA 1
Apa yang terjadi Prabu Aji Saka! Sepertinya kau begitu gelisah?
AJI SAKA
Ya, memang aku sedang gelisah karena Dora, abdiku belum juga kembali ke sini untuk membawa
keris pusaka yang kutitipkan pada abdiku yang lain, Sembada.
DAYANG ISTANA 2
Oh, kalau seperti itu mengapa tidak kau coba ke sana untuk memastikan apa yang terjadi, daripada
Prabu selalu gelisah di sini!
DAYANG ISTANA 1
Benar Prabu! Ada baiknya jika kau datang ke sana, biarlah kerajaan kami yang akan menjaganya
bersama prajurit-prajurit yang ada. Lagi pula masyarakat pun sudah banyak yang kembali ke rumah
meraka masing-masing. Jadi, kau tidaklah perlu lagi memikirnya nasib mereka. Mereka telah hidup
aman dan sentausa.
AJI SAKA
Benar juga katamu! Aku akan berangkat menuju Medang Kawit untuk mengetahui, apa yang
sebenarnya terjadi? Tolonglah kalian jaga kerajaan ini, aku tak akanpergi lama. Kalau memang sudah
kutemukan Dora dan Sembada serta membawa keris pusaka milikku, aku akan datang lagi ke sini,
untuk mengurus kerajaan ini.
DAYANG ISTANA 1
DAYANG ISTANA 2
Benar, tidak usah khawatir. Berhati-hatilah dalam perjalananmu Prabu Aji Saka.
AJI SAKA
Ya, aku percaya pada kalian. Aku pamit sekarang. (BERGEGAS PERGI MENUJU DESA MEDANG KAWIT)
SESAMPAINYA AJI SAKA DI DESA MEDANG KAWIT, BETAPA TERKEJUTNYA DIA KETIKA MELIHAT
DUA ABDINYA YANG TELAH MATI KARENA TERTUSUK PEDANG. AJI SAKA PUN BERSEDIH ATAS
KEMATIAN KEDUA ABDINYA TERSEBUT.
AJI SAKA
Dora, Sembada! Mengapa kau mati seperti ini? Maafkan aku yang telah lupa memberikan amanah
yang bertentangan terhadap kalian. Kalian sungguh abdiku yang setia. Kalian rela mengorbannya
nyawa untuk mempertahankan amanah dariku. Baiklah Dora, Sembada aku akan membuat sebuah
aksara Jawa untuk mengenang kalian. (MENGUKIR SEBUAH BATU BESAR DENGAN HURUF AKSARA
JAWA, LALU BERDIRI KEHAPADAN MAYAT DORA DAN SEMBADA)
ha na ca ra ka
da ta sa wa la
pa dha ja ya nya
ma ga ba tha nga
~ SELESAI ~
Posting Komentar
‹
›
Beranda
Jalal Ahmad
Sejak kutahu awan lahirkan hujan, hujan lahirkan pelangi, pelangi lahirkan keindahan, yang
sebermulanya adalah disetubuhi angin. Maka aku mencari di mana benih? Sesuatu yang
melahirkan semuanya, ~ Sastra ~ [ Aku cinta bahasa dan sastra Indonesia ]
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.