Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Irfan Islamy (1982) dalam Ismani(1993) secara rinci mengemukakan sumber konflik yang
diuraikan sebagai berikut :
1) Manusia yang agresif dan menggunakan organisasi sebagai tempat untuk menyalurkan
konflik
2) Persaingan karena adanya sumber-sumber yang terbatas seperti modal, material, tenaga
kerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi
3) Adanya kepentingan, hal ini dapat terjadi bila dua unit organisasi atau lebih memiliki
tujuan yang berbeda-beda
4) Perbedaan fungsi/peranan, karena adanya peranan yang dilaksanakan oleh masing-
masing kelompok berbeda dan secara interen berbeda satu sama lain
5) Ketidakkompakan, terutama dalam mencapai tujuan organisasi
6) Adanya harapan peranan yang gagal dilaksanakan
7) Ketidaktentuan tugas dan tanggung jawab
8) Iklim organisasi yang tidak sehat
9) Ambisi yang berlebihan
10) Sifat manusia yang cenderung untuk berbuat rakus
Sementara itu Indriyo Gitosudarmo dan Sudita (1997) mencatat sumber konflik itu seperti
berikut ini
Menurut Amitai Etziomi yang dikutip oleh Miftah Thoha (1998) mengatakan bahwa sumber dan
bentuk kekuasaan itu ada dua yakni kekuasaan jabatan (position power) dan kekuasaan pribadi
(personal power).
Perbedaan keduanya bersemi pada konsep kekuasaan itu sendiri sebagai suatu kemampuan untuk
mempengaruh perilaku. Kekuasaan dapat diperoleh dari jabatan organisasi pengaruh pribadi,
atau keduanya.
Seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain untuk
melakukan kerja karena jabatan organisasi yang disandangnya, maka orang itu memiliki
kekuasaan jabatan. Adapun seseorang yang memperoleh kekuasaan dari para pengikutnya
dikatakan mempunyai kekuasaan pribadi. Bisa saja seseorang bisa memiliki keduanya.
Menurut John French & Bertram Raven (1965) dalam Tyson dan Jackson (2000), bahwa ada
lima basis kekuasaan, yaitu
Taktik Kekuasaan
Taktik kekuasaan adalah cara-cara yang ditempuh oleh seseorang untuk menterjemahkan dasar-
dasar kekuasaan menjadi tindakan-tindakan yang spesifik. Kipnis dan kawan-kawan yang dikutip
oleh Robbins (2002) menawarkan tujuh dimensi taktik atau strategi dalam menggunakan
kekuasaan, yaitu sebagai berikut :
1) Reason (Nalar) : memakai fakta-fakta dan data-data untuk menyajikan ide-ide secara
logis dan rasional.
2) Friendlisness (ramah tamah/keramahan) : dengan ramah, kemauan baik, merendahkan
hati dan bertindak lembut sebelum meminta orang lain melakukan sesuatu.
3) Coation (koalisi) : dengan meminta dukungan orang lain dalam organisasi guna
menunjang permintaan/perintahnya.
4) Bargaining (tawar menawar) : melalui negosiasi/pertukaran keuntungan dan
usaha/kegiatan.
5) Assertiveness (mempertahankan hak/ketegasan) : dengan menggunakan pendekatan
langsung serta paksa seperti menuntut kepatuhan bawahan, member peringatan kepada
bawahan untuk taat.
6) Higher authority (otoritas atasan) : dengan meminta bantuan pimpinan yang lebih tinggi
untuk mendukung perintah-perintahnya.
7) Sanctions (sanksi-sanksi) : menggunakan imbalan dan hukuman, yaitu dengan
memberikan hadiah seperti janji kenaikan gaji, promosi, atau mengancam evaluasi yang
jelek terhadap prestasi kerja, atau hukuman tidak popular.