Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Penulis:
Budi Mulyana, Ak., M.Si.
Widyaiswara Muda Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
Kementerian Keuangan Republik Indonesia
Penata Layout:
Harris Hariadi
Danik Damaryanti
PENGANTAR
DIREKTUR SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
(STAN)
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, akhirnya buku Seri
Akuntansi Pemerintah Indonesia (1 s.d. 3) ini dapat diselesaikan dengan baik.
Buku ini merupakan paket pembelajaran bagi siapa saja yang ingin mendalami
akuntansi pemerintahan di Indonesia, digali dari praktik pengajaran dan studi
kasus di lingkungan Sekolah Tinggi Akuntansi baik melalui proses pembelajaran
di kelas, pelatihan, short course, asistensi, dan/atau bimbingan dan konsultansi ke
beberapa unit/instansi pemerintah maupun swasta, BUMN/BUMD, dan
pemerintah daerah.
Sebagai institusi yang memfokuskan diri pada pengelolaan keuangan
negara, tidak berlebihan jika Sekolah Tinggi Akuntansi Negara terus-menerus
merintis dan mengembangkan pendidikan, pelatihan, dan pengajaran di bidang
keuangan negara. Hal ini tidak terlepas dari tuntutan reformasi birokrasi hingga
diterbitkannya UU Keuangan Negara (UU No. 17/2003). UU ini mengamanatkan
praktik akuntansi pemerintahan, dan mendorong pengaturan standar akuntansi
pemerintahan yang lebih transparan dan akuntabel. Perbaikan pengaturan ini
berjalan secara bertahap, mulai dari penerapan akuntansi pemerintahan berbasis
kas, cash toward accrual, sampai dengan berbasis akrual yang menjadi isu hangat
dewasa ini.
Buku Seri Akuntansi Pemerintah Indonesia ini hadir di tengah-tengah
masih terbatasnya literatur mengenai akuntansi pemerintahan. Seri ini terdiri dari
tiga buku yakni Dasar-dasar Akuntansi Pemerintah (buku 1), Akuntansi
Pemerintah Pusat (buku 2), dan Akuntansi Pemerintah Daerah (buku 3); ditulis
oleh para pengajar/widyaiswara di lingkungan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
yang memiliki kompetensi di bidang akuntansi dan pengelolaan keuangan negara.
Dengan pembagian seperti itu, diharapkan para pengguna dapat mencerna isi buku
dengan mudah.
Akhirnya kepada penulis dan tim pereview, kami ucapkan terima kasih
dan semoga karya ini menjadi amal penulis/pereview yang tidak ada putus-
putusnya; mudah-mudahan buku ini juga memotivasi pengajar lain untuk
menyusun buku sesuai dengan bidang yang diasuhnya. Tak ada gading yang tak
retak, kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Kritik dan saran dapat disampaikan
kepada Sekolah Tinggi Akuntansi Negara untuk perbaikan karya di masa
mendatang.
Direktur
ttd.
i
KATA PENGANTAR
ii
Akhir kata, kami berharap semoga Buku Akuntansi Pemerintah
Daerah ini dapat memberikan manfaat bagi implementasi penyelenggaraan
akuntansi di pemerintah daerah yang berbasis akrual, sehingga dapat
mendukung upaya untuk menciptkan pengelolaan keuangan daerah yang
transparan dan akuntabel. Di samping itu, Buku ini juga diharapkan dapat
menambah khasanah dalam pengembangan keilmuan bidang akuntansi
pemerintahan di Indonesia secara umum, amiin.
Jakarta,
Desember 2014
Penulis
Budi Mulyana
iii
DAFTAR ISI
1
BAB
2
menyertakan informasi tentang posisi kekayaan dan kewajiban pemerintah.
Laporan demikian, selain memuat informasi yang terbatas, juga waktu
penyampaiannya kepada legislatif relatif lama. Keandalan (reliability)
informasi keuangan yang disajikan dalam perhitungan anggaran juga sangat
rendah karena sistem akuntansi yang diselenggarakan belum didasarkan
pada standar akuntansi dan tidak didukung oleh perangkat data dan proses
yang memadai.
Esensi dari reformasi di bidang pelaporan keuangan tersebut adalah
bahwa setiap pengelola keuangan negara diharuskan menyusun laporan
pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN/APBD dengan cakupan
informasi yang lebih luas dengan penyajian yang tepat waktu dan sesuai
dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berterima umum. Hal ini
sebagaimana dinyatakan di dalam Pasal 31, Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 bahwa laporan pertanggungjawaban dimaksud dinyatakan
dalam bentuk laporan keuangan yang setidak-tidaknya meliputi: Laporan
Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan
Keuangan. Selanjutnya, di dalam Pasal 32 Undang-Undang tersebut
dinyatakan bahwa laporan keuangan tersebut disusun berdasarkan Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP). Reformasi dalam pelaporan keuangan
tersebut merupakan upaya konkrit dalam mewujudkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara/daerah.
Adapun reformasi di bidang akuntansi dan pelaporan keuangan di
pemerintah daerah (pemda), bahkan telah bergulir sejak keluarnya PP No.
105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan
Daerah. Peraturan Pemerintah tersebut merupakan salah satu peraturan
yang mengatur tentang pengelolaan keuangan daerah sejak berlakunya era
otonomi daerah yang ditandai dengan ditetapkannya UU No. 22 Tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Di dalam pasal 35, PP 105 Tahun 2000 disebutkan bahwa
penatausahaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah berpedoman
pada standar akuntansi keuangan pemerintah daerah yang berlaku.
Selanjutnya di dalam pasal 38 dinyatakan bahwa laporan
pertanggungjawaban keuangan daerah yang harus disusun oleh kepala
daerah terdiri dari laporan perhitungan APBD, nota perhitungan APBD,
laporan aliran kas dan neraca. Akan tetapi, standar akuntansi pemerintahan
itu sendiri baru ditetapkan pertama kali pada tahun 2005 dengan PP No. 24
3
Tahun 2005, sehingga hal ini menjadi salah satu kendala yang muncul di
dalam penerapan akuntansi di pemda.
Perkembangan pada fase periode berikutnya, seiring dengan keluarnya
undang-undang di bidang keuangan negara sebagaimana telah diuraikan di
atas, PP No. 105 Tahun 2000 dicabut dan selanjutnya diganti dengan PP
No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Nama dari
komponen laporan keuangan pemerintah daerah di dalam PP 58 Tahun
2005 telah sesuai dengan yang dinyatakan di dalam UU Nomor 17 Tahun
2003.
Berikut ini disajikan perbandingan istilah dan komponen laporan
keuangan pemerintah daerah menurut PP 105/2000 dan PP 58/2005.
4
sejumlah perbedaan antara laporan keuangan sektor komersial dengan
laporan keuangan sektor pemerintahan. Hal ini bisa kita cermati dari
beberapa definisi akuntansi di bawah ini dan penjelasan-penjelasan pada
bagian berikutnya.
Menurut American Institute of Certified Public Accountants–-AICPA
(1970), akuntansi didefinisikan sbb.:
Accounting is a service activity. Its function is to provide quantitative
information, primarily financial in nature, about economic entities
that is intended to be useful in making economic decision – in
making reasoned choises among alternative course of action.
5
2. objek akuntansi pemerintahan adalah transaksi-transaksi keuangan
pemerintahan sebagai implikasi dari pelaksanaan APBN/APBD;
3. tujuan (output) akuntansi (pemerintahan adalah laporan keuangan
pemerintah yang merupakan laporan pertanggungjawaban dari
pelaksanaan APBN/APBD.
6
pemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh
pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang
diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.
5. Evaluasi Kinerja
Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam penggunaan
sumber daya ekonomi yang dikelola pemerintah untuk mencapai kinerja
yang direncanakan.
7
rujukan tersebut (SAP dan peraturan pengelolaan keuangan daerah)
disinkronkan di dalam kebijakan akuntansi dan sistem akuntansi
pemerintah daerah.
8
Selanjutnya, di dalam Lampiran I SAP yang baru tersebut dinyatakan
bahwa SAP berbasis akrual wajib diterapkan selambat-lambatnya dalam
waktu 4 (empat) tahun sejak ditetapkannya (wajib diterapkan mulai T.A
2015).
SAP setidaknya mengatur hal-hal yang terkait dengan prinsip
pengakuan, pengukuran dan pelaporan/pengungkapan transaksi dan
kejadian keuangan pemerintah.
1. Prinsip pengakuan berkaitan dengan waktu pengakuan dari pengaruh
transaksi terhadap pos-pos laporan keuangan. Prinsip ini menjawab
pertanyaan: kapan suatu transaksi itu akan dicatat/diakui?. Waktu
pengakuan suatu transaksi tergantung kepada basis akuntansi yang
digunakan. SAP yang berbasis ‘cash toward accrual’ mengakui
pendapatan, belanja dan pembiayaan pada saat kas telah
diterima/dibayarkan di/dari rekening kas negara/daerah (basis kas);
sedangkan pengakuan aset, kewajiban dan ekuitas dana diakui pada saat
terjadinya (basis akrual). Sedangkan SAP berbasis akrual mengakui
pendapatan, beban, aset, kewajiban dan ekuitas pada saat terjadinya atau
pada saat hak/kewajiban pemerintah telah muncul. Sementara itu, LRA
tetap disusun dengan basis kas dengan alasan bahwa LRA merupakan
statutory report.
2. Prinsip pengukuran berkaitan dengan penetapan nilai uang yang harus
dicatat di dalam pos-pos laporan keuangan sebagai akibat terjadinya
transaksi/kejadian yang bersifat keuangan. Prinsip ini menjawab
pertanyaan: pada nilai berapa transaksi akan dicatat?. Beberapa prinsip
pengukuran yang dapat digunakan dijelaskan di dalam SAP, misalnya
prinsip harga perolehan (cost), nilai nominal, estimasi nilai wajar, dsb.
3. Prinsip Pelaporan/Pengungkapan berkaitan dengan bagaimana pos-pos
laporan keuangan dilaporkan di dalam halam muka (on the face)
laporan keuangan dan pengungkapannya di dalam CaLK.
9
KKAP adalah prinsip-prinsip yang mendasari penyusunan dan
pengembangan SAP bagi KSAP dan merupakan rujukan penting bagi
KSAP, penyusun laporan keuangan, dan pemeriksa dalam mencari
pemecahan atas sesuatu masalah yang belum diatur secara jelas dalam
PSAP. Apabila terjadi pertentangan antara PSAP dan KKAP, maka PSAP
diunggulkan secara relatif terhadap KKAP.
IPSAP adalah klarifikasi, penjelasan dan uraian lebih lanjut atas PSAP
yang diterbitkan oleh KSAP. Buletin Teknis adalah informasi yang
diterbitkan oleh KSAP yang memberikan arahan/pedoman secara tepat
waktu untuk mengatasi masalah-masalah akuntansi maupun pelaporan
keuangan yang timbul namun belum diatur secara khusus atau detil di dalam
PSAP.
10
menyajikan laporan keuangan pemerintah daerah. Kebijakan akuntansi
pemda dimaksudkan sebagai pedoman teknis akuntansi tambahan yang
mengacu kepada SAP dan ketentuan perundang-undangan mengenai
keuangan daerah. Sebagai contoh, di dalam PSAP No. 7 dinyatakan bahwa
aset tetap dapat disusutkan dengan tiga metode pilihan, yaitu: 1) metode
garis lurus, 2) metode menurun ganda, dan 3) metode unit produksi.
Selanjutnya apabila pemda ingin menerapkan penyusutan untuk aset
tetapnya, maka harus dirumuskan di dalam kebijakan akuntansinya
mengenai metode penyusutan yang akan dipilih berikut estimasi masa
manfaat dari aset yang akan disusutkan. Contoh lain di dalam PSAP yang
sama disebutkan bahwa pemerintah harus menentukan batas nilai minimal
dari sebuah aset untuk dikapitalisasi sebagai aset tetap (capitalization
threshold), maka pemda harus menentukan batas minimal kapitalisasi itu di
dalam kebijakan akuntansinya.
Sistem akuntansi pemerintah daerah (SAPD) adalah rangkaian
sistematik dari prosedur, penyelenggara, peralatan, dan elemen lain untuk
mewujudkan fungsi akuntansi sejak analisis transaksi sampai dengan
pelaporan keuangan di lingkungan organisasi pemerintah daerah. Suatu
sistem akuntansi pemerintahan setidak-tidaknya mengatur mengenai format
laporan keuangan, kebijakan akuntansi, prosedur akuntansi, bagan akun
standar, jurnal standar, entitas pelaporan dan entitas akuntansi, dokumen
transaksi yang digunakan.
Penyusunan kebijakan akuntansi dan sistem akuntansi pemerintah
daerah peraturan yang harus mengacu/berpedoman kepada beberapa
peraturan, yaitu:
a) Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP- PP No. 71 Tahun 2010);
b) Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan (PUSAP- Peraturan
Menteri Keuangan No. 238/PMK.05/2011);
c) Permendagri No. 64 Tahun 2013;
d) Permendagri, Perda, dan Peraturan Kepala Daerah tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (PKD).
11
sistem akuntansi sudah dibangun. Proses akuntansi tersebut dapat
diselenggarakan secara manual maupun dengan bantuan software aplikasi
komputer akuntansi.
Proses akuntansi pemerintahan diselenggarakan seiring dengan
pelaksanaan anggaran yang dimulai sejak awal tahun anggaran hingga
dihasilkannya laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban
pelaksanaan anggaran untuk setiap akhir tahun anggaran. Berikut ini
digambarkan kaitan peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar
hukum dan/atau pedoman sehingga proses akuntansi dapat diselenggarakan
yang akan menghasilkan output berupa laporan keuangan pemerintah
daerah.
12
Gambar 1.1.
Dasar Hukum Penyelenggaraan Akuntansi dan Penyusunan
LKPD
Paket UU di Bidang KN
UU 17/2003
UU 1/2004
UU 15/2004
PKD SAP
PP Lainnya
PP 58/2005 PP 71/2010
PUSAP
Pedoman PKD PMK
238/PMK.05/2011
Permendagri 13/2006
dan Perubahannya
Pedoman Implementasi
SAP
Permendagri 64/2013
Kebijakan Akuntansi
Peraturan Kepala Daerah
Sistem Akuntansi
Peraturan Kepala Daerah
Proses Akuntansi
Laporan Keuangan
Pemda
13
struktur organisasi dan/atau besaran dana anggaran yang dikelola oleh
SKPD yang bersangkutan.
Dalam kaitannya dengan penyelenggaran akuntansi dan penyusunan
laporan keuangan, hal ini merupakan tugas dari PPK-SKPD. Data transaksi
keuangan beserta bukti transaksinya yang menjadi input dalam proses
akuntansi berasal dari bendahara penerimaan maupun bendahara
pengeluaran.
Ciri khas dari transaksi keuangan daerah adalah adanya transaksi
resiprokal (timbal-balik) antara pengguna anggaran (PA) dan PPKD selaku
BUD. Untuk pelaksanaan anggaran belanja, berdasarkan SPP (Surat
Permintaan Pembayaran) yang diajukan oleh bendahara pengeluaran, PA
menerbitkan SPM (Surat Perintah Membayar) dan disampaikan ke BUD,
selanjutnya Kuasa BUD menerbitkan SP2D (Surat Perintah Pencairan
Dana). Sebaliknya dari sisi pelaksanaan anggaran pendapatan, bendahara
penerimaan SKPD harus menyetorkan setiap pendapatan yang diterimanya
ke rekening Kas Daerah yang dikelola oleh BUD. Pada gambar I.2. di
bawah ini digambarkan secara ringkas struktur kekuasaan pengelolaan
keuangan di pemerintah daerah.
Jabatan PPK-SKPD, Bendahara, dan PPTK tidak boleh saling
merangkap satu dengan lainnya. Jabatan PPK-SKPD, bendahara
penerimaan, dan bendahara pengeluaran masing-masing hanya terdiri dari
1 (satu) orang di setiap SKPD, sedangkan jabatan KPA dan PPTK dapat
ditunjuk untuk setiap biro/bidang/bagian di dalam SKPD, sesuai kebutuhan
organisasi. Pada Gambar I.3 berikut ini diilustrasikan hubungan
pengelolaan keuangan di dalam SKPD berbentuk dinas.
14
Gambar 1.2.
Ilustrasi Struktur Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah
KEPALA DAERAH
Pemegang Kekuasan PKD
SEKRETARIS DAERAH
Koordinator PKD
PPK-SKPD
PPTK
BENDAHARA
15
Gambar 1.3
Ilustrasi Hubungan Pengelolaan Keuangan di SKPD Berbentuk Dinas
16
Pertanyaan Reviu:
1. Jelaskan dasar hukum yang mewajibkan pengelola keuangan
negara/daerah untuk menyusuan laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN/APBD dalam bentuk laporan keuangan?
2. Pada saat PP No. 71 Tahun 2010 tentang SAP diberlakukan, apakah
SAP berbasis CTA masih dapat diterapkan ? jelaskan !
3. SAP dinyatakan dalam bentuk PSAP. Sebutkan unsur-unsur
kelengkapan dari SAP !
4. Jelaskan perbedaan antara basis akuntansi kas menuju akrual dengan
basis akuntansi akrual di dalam akuntansi pemerintahan !
5. Jelaskan pengertian SAP, Kebijakan Akuntasi dan Sistem Akuntansi !
6. Sebutkan dasar peraturan yang menjadi pedoman dan rujukan dalam
penyusunan kebijakan dan sistem akuntansi keuangan daerah !
7. Apa yang dimaksud dengan prinsip pengakuan, pengukuran dan
pelaporan yang diatur di dalam SAP, jelaksan !
8. Apabila terdapat pertentangan antara PSAP dan KK-AP, manakah yang
diunggulkan/diterapkan ?
9. Jelaskan perbedaan antara entitas akuntansi dan entitas pelaporan !
10. Siapakah yang bertugas menyelenggarakan akuntansi dan penyusunan
laporan keuangan di SKPD?
17
BAB
LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH DAERAH 2
TUJUAN PEMBELAJARAN
Bab ini secara umum bertujuan untuk mememberikan gambaran tentang
komponen dan format laporan keuangan pemerintah daerah yang berbasis
akrual.
18
LAK menyajikan informasi mengenai sumber penerimaan dan
penggunaan kas dari aktivitas operasi, investasi non keuangan,
pembiyaan dan aktivitas non anggaran selama satu tahun anggaran. LAK
akan menjelaskan perubahan (kenaikan/penurunan) saldo kas yang
dilaporkan di Neraca.
4. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
CaLK menyajikan informasi tambahan ataupun detil informasi dari
ketiga komponen laporan keuangan di atas (LRA, Neraca, LAK),
maupun informasi lainnya yang tidak berhubungan langsung dengan
ketiga komponen laporan keuangan di atas tetapi dianggap
relevan/dibutuhkan oleh para pengguna laporan keuangan, contoh:
kondisi makro ekonomi, kebijakan keuangan pemerintah, dsb.
19
surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan yang
penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya.
4. Laporan Arus Kas (LAK);
LAK merupakan komponen laporan keuangan yang memberikan
informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara
kas selama suatu periode akuntansi serta saldo kas dan setara kas pada
tanggal pelaporan. Informasi ini disajikan untuk pertanggungjawaban
dan pengambilan keputusan.
5. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE);
LPE merupakan komponen laporan keuangan yang menyajikan
sekurang-kurangnya pos-pos ekuitas awal, surplus/defisit-LO pada
periode bersangkutan; koreksi-koreksi yang langsung
menambah/mengurangi ekuitas, dan ekuitas akhir.
6. Laporan Perubahan SAL (LP-SAL);
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih merupakan komponen
laporan keuangan yang menyajikan secara komparatif dengan periode
sebelumnya pos-pos berikut Saldo Anggaran Lebih awal, Penggunaan
Saldo Anggaran Lebih, Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran
tahun berjalan, Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun Sebelumnya,
dan Saldo Anggaran Lebih Akhir. Bagi pemerintah daerah LP-SAL ini
tidak wajib disusun (bersifat opsional).
7. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
CALK merupakan komponen laporan keuangan yang meliputi
penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang
disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan
Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus
Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Termasuk pula dalam Catatan
atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang diharuskan
dan dianjurkan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan serta
pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian
yang wajar atas laporan keuangan.
20
keuangan untuk pemerintah provinsi dan kabupaten/kota hanya terletak
pada pos pendapatan yang terdapat di dalam LRA, LO dan LAK. Oleh
karena itu, contoh format LRA, LO dan LAK untuk pemerintah provinsi
dan kabupaten/kota akan dijadikan satu, namun menunjukkan perbedaan
tersebut akan diberikan tanda bintang ( * ) pada contoh format laporan
keuangan yang disajikan di bawah ini. Sementara itu, untuk contoh format
neraca, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan SAL dan CaLK
tidak ada perbedaan baik untuk pemerintah provinsi maupun
kabupaten/kota.
Contoh format laporan keuangan pemerintah daerah berbasis akrual
yang diberikan di dalam Lampiran I PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan merupakan contoh format laporan
keuangan di tingkat Pemda (laporan keuangan konsolidasian). Oleh karena
itu, di dalam peraturan kepala daerah tentang kebijakan akuntansi dan/atau
sistem akuntansi harus ditetapkan format dari laporan keuangan di tingkat
SKPD, PPKD, dan di tingkat Pemda (Konsolidasian). Contoh fomat
laporan keuangan di tingkat SKPD, PPKD dan di tingkat Pemda
(konsolidasian) dapat mengacu pada Lampiran II Permendagri No. 64
Tahun 2013 tentang Penerapan SAP Akrual pada Pemerintah Daerah.
Berikut ini adalah penjelasan struktur dan ilustrasi format laporan
keuangan daerah di tingka pemerintah daerah sebagai entitas pelaporan,
atau disebut juga sebagai laporan keuangan konsolidasian.
21
Berikut ini akan diberikan ilustrasi format LRA dengan dua versi, yaitu versi
APBD dan versi format SAP.
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA.......
LAPORAN REALISASI APBD
Untuk Tahun yang Berakhir sd. 31 Desember 20x1 dan 20x0
Anggaran
setelah
No. Uraian
Perubahan Realisasi Lebih Realisasi
20x1 20x1 (Kurang) 20x0
(1) (2) (3) (4) (5)=(4)-(3) (6)
1 PENDAPATAN
1.1 Pendapatan Asli Daerah
1.1.1 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xxx xxx
1.1.2 Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx xxx xxx
1.1.3 Pendapatan Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yg xxx xxx xxx xxx
Dipishakan
1.1.4 Lain-lain PAD yg Sah xxx xxx xxx xxx
Jumlah PAD xxx xxx xxx
1.2 Pendapatan Dana Perimbangan
1.2.1 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xxx xxx
1.2.2 Dana Bagi Hasil Sumber Daya xxx xxx xxx xxx
Alam
1.2.3 Dana Alokasi Umum xxx xxx xxx xxx
1.2.4 Dana Alokasi Khusus xxx xxx xxx xxx
Jumlah Pendapatan Dana xxx xxx xxx xxx
Perimbangan
1.3 Lain-Lain Pendapatan Daerah
yang Sah
1.3.1 Pendapatan Hibah xxx xxx xxx xxx
1.3.2 Dana Darurat xxx xxx xxx xxx
1.3.3 Bagi Hasil dari Pemda xxx xxx xxx xxx
Lainnya*)
1.3.4 Dana Penyesuaian xxx xxx xxx xxx
1.3.5 Bantuan Keuangan dari Pemda xxx xxx xxx xxx
Lainnya
Jumlah Lain-Lain Pendapatan xxx xxx xxx xxx
Daerah yang Sah
Jumlah Pendapatan xxx xxx xxx xxx
22
2 BELANJA
2.1 Belanja Tidak Langsung
2.1.1 Belanja Pegawai xxx xxx xxx xxx
2.1.2 Bunga xxx xxx xxx xxx
2.1.3 Subsidi xxx xxx xxx xxx
2.1.4 Hibah xxx xxx xxx xxx
2.1.5 Bantuan Sosial xxx xxx xxx xxx
2.1.6 Bagi Hasil xxx xxx xxx xxx
2.1.7 Bantuan Keuangan xxx xxx xxx xxx
2.1.8 Belanja Tak Terduga xxx xxx xxx xxx
Jumlah Belanja Tidak Langsung xxx xxx xxx xxx
2.2 Belanja Langsung
2.2.1 Belanja Pegawai xxx xxx xxx xxx
2.2.2 Belanja Barang dan Jasa xxx xxx xxx xxx
2.2.3 Belanja Modal xxx xxx xxx xxx
Jumlah Belanja Langsung xxx xxx xxx xxx
Jumlah Belanja xxx xxx xxx xxx
Surplus /Defisit: [1]-[2] xxx xxx xxx xxx
3. Pembiayaan
3.1. Penerimaan Pembiayaan
3.1.1 SiLPA Tahun Anggaran xxx xxx xxx xxx
sebelumnya
3.1.2 Pencairan Dana Cadangan xxx xxx xxx xxx
3.1.3 Hasil Penjualan Kekayaan xxx xxx xxx xxx
Daerah yang Dipisahkan
3.1.4 Penerimaan Pinjaman Daerah xxx xxx xxx xxx
3.1.5 Penerimaan Piutang Daerah xxx xxx xxx xxx
Jumlah Penerimaan xxx xxx xxx xxx
Pembiayaan
3.2 Pengeluaran Pembiayaan
3.2.1 Pembentukan Dana Cadangan xxx xxx xxx xxx
3.2.2 Penyertaan Modal Daerah xxx xxx xxx xxx
3.2.3 Pembayaran Pokok Utang xxx xxx xxx xxx
3.2.4 Pemberian Pinjaman Daerah xxx xxx xxx xxx
Jumlah Pengeluaran xxx xxx xxx xxx
Pembiayaan
Pembiayaan Neto xxx xxx xxx xxx
[3.1] –[3.2]
SILPA Tahun Anggaran xxx xxx xxx xxx
Berkenaan [Surplus/Defisit +
Pembiayaan Neto]
23
b. Contoh format Laporan Realisasi APBD berdasarkan format SAP adalah
sebagai berikut:
24
Anggaran
setelah
No. Uraian
Perubahan Realisasi Lebih Realisasi
20x1 20x1 (Kurang) 20x0
1.3 Lain-Lain Pendapatan Daerah
yang Sah
1.3.1 Pendapatan Hibah xxx xxx xxx xxx
1.3.2 Dana Darurat xxx xxx xxx xxx
Jumlah Lain-Lain Pendapatan xxx xxx xxx xxx
Daerah yang Sah
Jumlah Pendapatan xxx xxx xxx xxx
2 BELANJA
2.1 Belanja Operasi
2.1.1 Belanja Pegawai xxx xxx xxx xxx
2.1.2 Belanja Barang xxx xxx xxx xxx
2.1.3 Bunga xxx xxx xxx xxx
2.1.4 Subsidi xxx xxx xxx xxx
2.1.5 Hibah xxx xxx xxx xxx
2.1.6 Bantuan Sosial xxx xxx xxx xxx
Jumlah Belanja Operasi xxx xxx xxx xxx
2.2 Belanja Modal
2.2.1 Belanja Tanah xxx xxx xxx xxx
2.2.2 Belanja Peralatan dan Mesin xxx xxx xxx xxx
2.2.3 Belanja Gedung dan Bangunan xxx xxx xxx xxx
2.2.4 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx xxx xxx
2.2.5 Belanja Aset Tetap Lainnya xxx xxx xxx xxx
2.2.6 Belanja Aset Lainnya xxx xxx xxx xxx
Jumlah Belanja Modal xxx xxx xxx xxx
2.3 Belanja Tak Terduga xxx xxx xxx xxx
2.4 Transfer (Bagi Hasil dan xxx xxx xxx xxx
Bantuan Keuangan)
Jumlah Belanja xxx xxx xxx xxx
Surplus /Defisit: [1]-[2] xxx xxx xxx xxx
3. Pembiayaan
3.1. Penerimaan Pembiayaan
3.1.1 SiLPA Tahun Anggaran xxx xxx xxx xxx
sebelumnya
3.1.2 Pencairan Dana Cadangan xxx xxx xxx xxx
3.1.3 Hasil Penjualan Kekayaan xxx xxx xxx xxx
Daerah yang Dipisahkan
3.1.4 Penerimaan Pinjaman Daerah xxx xxx xxx xxx
3.1.5 Penerimaan Piutang Daerah xxx xxx xxx xxx
Jumlah Penerimaan xxx xxx xxx xxx
Pembiayaan
3.2 Pengeluaran Pembiayaan
3.2.1 Pembentukan Dana Cadangan xxx xxx xxx xxx
25
3.2.2 Penyertaan Modal Daerah xxx xxx xxx xxx
3.2.3 Pembayaran Pokok Utang xxx xxx xxx xxx
3.2.4 Pemberian Pinjaman Daerah xxx xxx xxx xxx
Jumlah Pengeluaran xxx xxx xxx xxx
Pembiayaan
Pembiayaan Neto xxx xxx xxx xxx
[3.1] –[3.2]
SILPA Tahun Anggaran xxx xxx xxx xxx
Berkenaan [Surplus/Defisit +
Pembiayaan Neto]
26
Contoh format LP-SAL
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA..........
LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGARAN LEBIH
Per 31 Desember 20x1 dan 20x0
No Uraian 20x1 20x0
1 Saldo Anggaran Lebih (SAL) Awal xxx xxx
2 Penggunaan SAL sebagai Penerimaan (xxx) (xxx)
Pembiayaan Tahun Berjalan
3 Sub Total (1-2) xxx xxx
4 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) akhir xxx Xxx
tahun berjalan
5 Sub Total (3+4) xxx xxx
6 Koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya xxx xxx
7 Lain-lain xxx xxx
8 Saldo Anggaran Lebih (SAL) Akhir (5+6+7) xxx xxx
Contoh format LO
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA.......
LAPORAN OPERASIONAL
Untuk Tahun yang Berakhir sd. 31 Desember 20x1 dan 20x0
27
Kenaikan/
No. Uraian 20x1 20x0
Penurunan %
(1) (2) (3) (4) (5)=(3)-(4) (6)=(3)/(4)
KEGIATAN
OPERASIONAL
1 PENDAPATAN
1.1 Pendapatan Asli Daerah
1.1.1 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xxx xxx
1.1.2 Pendapatan Retribusi xxx xxx xxx xxx
Daerah
1.1.3 Pendapatan dari
Pengelolaan Aset Daerah
yang Dipisahkan
1.1.4 Lain-lain PAD yg Sah xxx xxx xxx xxx
Jumlah PAD xxx xxx xxx xxx
1.2 Pendapatan Transfer
1.2.1 Transfer Pem.Pusat-Dana
Perimbangan
1.2.1.1 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xxx xxx
1.2.1.2 Dana Bagi Hasil SDA xxx xxx xxx xxx
1.2.1.3 Dana Alokasi Umum xxx xxx xxx xxx
1.2.1.4 Dana Alokasi Khusus xxx xxx xxx xxx
Jumlah Pendapatan xxx xxx xxx xxx
Transfer Pem Pusat – Dana
Perimbangan
1.2.2 Transfer Pem Pusat Lainnya
1.2.2.1 Dana Penyesuaian xxx xxx xxx xxx
Jumlah Pendapatan xxx xxx xxx xxx
Transfer Lainnya
1.2.3 Transfer Pem Provinsi*)
1.2.3.1 Pendapatan Bagi Hasil Pajak xxx xxx xxx xxx
1.2.3.2 Pendapatan Bagi Hasil xxx xxx xxx xxx
Lainnya
Jumlah Pendapatan xxx xxx xxx xxx
Transfer Pem Provinsi
1.2.4 Transfer dari Pemda Lainya
1.2.4.1 Transfer Bantuan Keuangan xxx xxx xxx xxx
Jumlah Pendapatan xxx xxx xxx xxx
Transfer
1.3 Lain-Lain Pendapatan yang
Sah
1.3.1 Pendapatan Hibah Xxx xxx xxx xxx
1.3.2 Pendapatan Dana Darurat xxx xxx xxx xxx
1.3.3. Pendapatan Lainnya xxx xxx xxx xxx
Jumlah Lain-lain Pendpatan xxx xxx xxx xxx
yang Sah
JUMLAH PENDAPATAN xxx xxx xxx xxx
2 BEBAN
28
Kenaikan/
No. Uraian 20x1 20x0
Penurunan %
(1) (2) (3) (4) (5)=(3)-(4) (6)=(3)/(4)
2.1. Beban Operasi
2.1.1 Beban Pegawai xxx xxx xxx xxx
2.1.2 Beban Persediaan xxx xxx xxx xxx
2.1.3 Beban Barang dan Jasa xxx xxx xxx xxx
(selain Beban Persediaan)
2.1.4 Beban Bunga xxx xxx xxx xxx
2.1.5 Beban Subsidi xxx xxx xxx xxx
2.1.6 Beban Hibah xxx xxx xxx xxx
2.1.7 Beban Bantuan Sosial xxx xxx xxx xxx
2.1.8 Beban Tak Terduga (Lain- xxx xxx xxx xxx
lain)
2.1.9 Beban Penyusutan xxx xxx xxx xxx
2.1.10 Beban Penyisihan Piutang xxx xxx xxx xxx
Tak Tertagih
Jumlah Beban Operasi xxx xxx xxx xxx
2.2 Transfer
2.2.1 Bagi Hasil
2.2.2 Bantuan Keuangan
Jumlah Transfer xxx xxx xxx xxx
Jumlah Total Beban xxx xxx xxx xxx
Surplus (Defisit) dari xxx xxx xxx xxx
operasi: [1]-[2]
3 SURPLUS (DEFISIT)
DARI KEGIATAN NON
OPERASIONAL
3.1 Surplus Penjualan Aset Non xxx xxx xxx xxx
Lancar
3.2 Surplus Penyelesaian xxx xxx xxx xxx
Kewajiban Jangka Panjang
3.3 Surplus dari Kegiatan Non xxx xxx xxx xxx
Operasional Lainnya
3.4 Defisit Penjualan Aset Non xxx xxx xxx xxx
Lancar
3.5 Defisit Peyelesaian xxx xxx xxx xxx
Kewajiban Jangka Panjang
3.6 Defisit dari Kegiatan Non xxx xxx xxx xxx
Operasional Lainnya
Surplus/Defisit dari xxx xxx xxx xxx
Kegiatan Non Operasional
Jumlah surplus/defisit sblm xxx xxx xxx xxx
Pos Luar Biasa
4 POS LUAR BIASA
4.1 Pendapatan Luar Biasa xxx xxx xxx xxx
4.2 Beban Luar Biasa xxx xxx xxx xxx
29
Kenaikan/
No. Uraian 20x1 20x0
Penurunan %
(1) (2) (3) (4) (5)=(3)-(4) (6)=(3)/(4)
Pos Luar Biasa xxx xxx xxx xxx
Surplus/Defisit LO xxx xxx xxx xxx
5. Neraca
Neraca menyajikan informasi mengenai posisi keuangan suatu entitas
pada tanggal tertentu. Struktur Neraca di tingkat Pemda terdiri dari pos-pos
berikut:
a. Kas (dan Setara Kas) di Kas Daerah;
b. Kas di Bendahara Penerimaan;
c. Kas di Bendahara Pengeluaran;
d. Investasi jangka Pendek
e. Piutang Pajak Daerah;
f. Piutang Retribusi Daerah;
g. Piutang Dana Perimbangan;
h. Piutang Lain-Lain;
i. Penyisihan Piutang
j. Investasi Jangka Panjang;
k. Aset Tetap;
l. Dana Cadangan;
30
m. Aset Lainnya;
n. kewajiban jangka Pendek;
o. kewajiban jangka Panjang;
p. Ekuitas.
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA…..
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
Untuk Tahun yang Berakhir sd. 31 Desember 20x1 dan 20x0
No Uraian 20x1 20x0
1 Ekuitas Awal xxx Xxx
2 Surplus/Defisit LO xxx Xxx
3 Jumlah Ekuitas Akhir sebelum Dampak Kumulatif: (1) + xxx xxx
(2)
4 Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan
Mendasar:
4.1 Koreksi nilai persediaan xxx Xxx
4.2 Selisih revaluasi aset tetap xxx Xxx
4.3 Lain-lain xxx Xxx
Jumlah Dampak Kumulatif (4.1 + 4.2 + 4.3) xxx xxx
5 Ekuitas Akhir (3) + (4) xxx Xxx
31
Contoh format Neraca
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA……
NERACA
Per 31 Desember 20x1 dan 20x0
URAIAN Jumlah Kenaikan
20x1 20x0 (Penurunan)
(1) (2) (3) (4)=(2)-(3)
ASET
ASET LANCAR
Kas
Kas di Kas Daerah xxx xxx xxx
Kas di Bendahara Penerimaan xxx xxx xxx
Kas di Bendahara Pengeluaran xxx xxx xxx
Jumlah Kas xxx xxx xxx
Investasi Jangka Pendek xxx xxx xxx
Piutang
Piutang Pajak Daerah xxx xxx xxx
Piutang Retribusi Daerah xxx xxx xxx
Piutang Dana Bagi Hasil xxx xxx xxx
Piutang Dana Alokasi Umum xxx xxx xxx
Piutang Dana Alokasi Khusus xxx xxx xxx
Bagian Lancar Pinjaman Kepada BUMD xxx xxx xxx
Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx xxx
Bagian Lancar Tuntutan Ganti Kerugian xxx xxx xxx
Piutang Lain-lain xxx xxx xxx
Penyisihan Piutang Tak Tertagih (xxx) (xxx) (xxx)
Jumlah Piutang xxx xxx xxx
Persediaan xxx xxx xxx
Jumlah Aset Lancar xxx xxx xxx
INVESTASI JANGKA PANJANG
Investasi Nonpermanen
Pinjaman Kepada Perusanaan Negara xxx xxx xxx
Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xxx
Pinjaman Kepada Pemerintah Daerah xxx xxx xxx
Investasi dalam Surat Utang Negara xxx xxx xxx
Investasi Dana Bergulir xxx xxx xxx
Investasi Nonpermanen Lainnya xxx xxx xxx
Jumlah Investasi Non Permanen xxx xxx xxx
Investasi Permanen
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx xxx
32
URAIAN Jumlah Kenaikan
20x1 20x0 (Penurunan)
Penyertaan Modal dalam Proyek xxx xxx xxx
Penyertaan Modal Perusahaan Patungan xxx xxx xxx
Investasi Permanen Lainnya xxx xxx xxx
Jumlah Investasi Permanen xxx xxx xxx
Jumlah Investasi Jk Panjang xxx xxx xxx
ASET TETAP
Tanah
Tanah xxx xxx xxx
Jumlah Tanah xxx xxx xxx
Peralatan dan Mesin
Alat-alat Berat xxx xxx xxx
Alat-alat Angkutan xxx xxx xxx
Alat Benqkel xxx xxx xxx
Alat Pertanian dan Petemakan xxx xxx xxx
Alat-alat Kantor dan Rumah Tangga xxx xxx xxx
Alat Studio dan Alat Komunikasi xxx xxx xxx
Alat Ukur xxx xxx xxx
Alat-alat Kedokteran xxx xxx xxx
Alat Laboratorium xxx xxx xxx
Alat Keamanan xxx xxx xxx
Jumlah Peralatan dan Mesin xxx xxx xxx
Gedung dan Bangunan
Bangunan Gedung xxx xxx xxx
Bangunan Monumen xxx xxx xxx
Jumlah Gedung dan Bangunan xxx xxx xxx
Jalan, Irigasi dan Jaringan
Jalan dan Jembatan xxx xxx xxx
Bangunan Air (Irigasi) xxx xxx xxx
Instalasi xxx xxx xxx
Jaringan xxx xxx xxx
Jumlah Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx xxx
Aset Tetap Lainnya
Buku dan Perpustakaan xxx xxx xxx
Barang Bercorak Kesenian/Kebudayaan xxx xxx xxx
Hewan/Ternak dan Tumbuhan xxx xxx xxx
Aset Renovasi xxx xxx xxx
Jumlah Aset Tetap Lainnya xxx xxx xxx
Konstruksi Dalam Pengerjaan
Konstruksi Dalam Pengerjaan xxx xxx xxx
33
URAIAN Jumlah Kenaikan
20x1 20x0 (Penurunan)
Jumlah Konstruksi Dalam Pengerjaan xxx xxx xxx
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap ... (xxx) (xxx) (xxx)
Jumlah Aset Tetap xxx xxx xxx
DANA CADANGAN
Dana Cadangan xxx xxx xxx
Jumlah Aset Dana Cadangan xxx xxx xxx
ASET LAINNYA
Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx xxx
Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah xxx xxx xxx
Kemitraan dengan Fihak Ketiga xxx xxx xxx
Aset Tak Berwujud xxx xxx xxx
Aset Lain-Lain xxx xxx xxx
Jumlah Aset Lainnya xxx xxx xxx
34
6. Laporan Arus Kas (LAK)
Laporan Arus Kas menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran
kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas
operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris.
35
URAIAN 20x1 20x0
36
URAIAN 20x1 20x0
37
Agar dapat digunakan oleh pengguna dalam memahami dan
membandingkannya dengan laporan keuangan entitas lainnya, Catatan atas
Laporan Keuangan biasanya disajikan dengan susunan sebagai berikut:
a. Informasi umum tentang entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi;
b. Kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro;
c. Ikhtisar pencapaian target keuangan berikut hambatan dan kendalanya;
d. Kebijakan akuntansi yang penting:
1) Entits Pelaporan;
2) Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan;
3) Basis pengukuran yang digunakan penyusunan laporan keuangan;
4) Kessuaian kebijakan-kebijakan akuntansi yang diterapkan dengan
ketentuan-ketentuan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
dan/atau Kebijakan Akuntansi oleh suatu entitas pelaporan;
5) Setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk
memahami laporan keuangan.
e. Penjelasan pos-pos Laporan Keuangan:
1) Rincian dan penjelasan masing-masing pos Laporan Keuangan;
2) Penungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan dan/atau Kebijakan Akuntansi yang belum
disajikan dalam lembar muka Laporan Keuangan.
f. Informasi tambahan lainnya yang diperlukan.
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA.....
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 20xx
PENDAHULUAN
Bab I Informasi Umum
1.1 Maksud dan tujuan penyusunan laporan keuangan Pemda
1.2 Landasan hukum penyusunan laporan keuangan Pemda
1.3 Sistematika penulisan catatan atas laporan keuangan Pemda
38
3.1 Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan
3.2 Hambatan dan kendala pencapaian target
39
Pertanyaan Reviu:
1. Jelaskan perbedaan komponen laporan keuangan pemda berdasarkan
SAP berbasis CTA dan SAP berbasis akrual !
2. Setelah diterapkannya SAP berbasis akrual, komponen laporan
keuangan manakah yang tetap disusun dengan basis kas ?
3. Apakah semua jenis belanja di LRA dapat menjadi beban di LO ?
jelaskan !
4. Apakah jumlah SILPA dapat bersaldo negatif? jelaskan !
5. Apakah jumlah SILPA akan selalu menunjukkan jumlah kas yang
menjadi hak (milik) pemda ? jelaskan !
6. Kenapa pos pembiayaan di LRA tidak masuk di dalam LO ? jelaskan !
7. Sebutkan jenis-jenis beban di LO yang tidak bersifat pengeluaran uang
(non-cash items) !
8. Apakah saldo akhir kas di Neraca harus selalu sama dengan saldo akhir
kas di Laporan Arus Kas? jelaskan!
9. Apakah penyusunan Laporan Perubahan SAL bagi pemda bersifat
wajib ? jelaskan !
10. Apakah penyusunan CaLK bersifat wajib? Jelaskan pula tujuan dari
penyajian CaLK !
40
41
BAB
A. Pengertian
Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa sistem
akuntansi pemerintah daerah (SAPD) adalah rangkaian sistematik dari
prosedur, penyelenggara, peralatan, dan elemen lain untuk mewujudkan
fungsi akuntansi sejak analisis transaksi sampai dengan pelaporan keuangan
di lingkungan organisasi pemerintah daerah. Suatu sistem akuntansi
pemerintahan setidak-tidaknya mengatur mengenai format laporan
keuangan untuk tingkat entitas akuntansi dan entitas pelaporan, prosedur
akuntansi, bagan akun standar, jurnal standar, dokumen transaksi yang
digunakan.
Dengan telah ditetapkannya sistem akuntansi (dan kebijakan
akuntansi), proses akuntansi untuk menghasilkan laporan keuangan dapat
diselenggarakan. Terdapat tiga komponen laporan keuangan yang
dihasilkan secara langsung dari proses penjurnalan transaksi, yaitu LRA
(Laporan Realisasi Anggaran), LO (Laporan Operasional) dan Neraca.
Sementara itu, LAK (Laporan Arus Kas), LPE (Laporan Perubahan
Ekuitas), LP-SAL (Laporan Perubahal Saldo Anggaran Lebih), dihasilkan
42
melalui analisis dari neraca, LO dan LRA, dengan kata lain tidak dihasilkan
secara langsung dari proses penjurnalan transaksi. Adapun CaLK (Catatan
atas Laporan Keuangan) merupakan penjelasan pelengkap yang lebih rinci
atas komponen-komponen laporan keuangan sebagaimana disebutkan di
atas (LRA, LP-SAL, LO, LP-Ekuitas, Neraca, dan LAK) dan informasi
lainnya yang dianggap relevan dan/atau signifikan bagi pengguna laporan
keuangan.
CaLK tentunya tidak dihasilkan langsung dari proses akuntansi, karena
informasi di dalam CaLK bersifat kuantitatif/keuangan maupun
kualitatif/deskriptif. Bahkan informasi dalam CaLK juga mencakup
informasi non-akuntansi dan bisa dilengkapi dengan berbagai macam tabel
maupun grafik yang dianggap relevan, sehingga CaLK harus disusun secara
manual.
43
b. SA-Konsolidator sebagai wakil pemda (entitas pelaporan) yang akan
mencatat transaksi resiprokal antara SKPD dan PPKD (selaku BUD)
dan melakukan proses konsolidasi laporan keuangan dari laporan
keuangan seluruh SKPD dan laporan keuangan PPKD menjadi
laporan keuangan di tingkat pemda.(laporan keuangan konsolidasian)
yang terdiri dari LRA (laporan realisasi APBD), LP-SAL (opsional),
LO, LPE, Neraca, LAK, dan CaLK.
44
Gambar 3.1
Bagan Alir Penggabungan Laporan Keuangan SKPD dan PPKD menjadi
Laporan Keuangan di Tingkat Pemerintah Daerah
Catatan:
Penyusunan LPE di tingkat entitas akuntansi dapat disusun tersendiri atau
digabung dengan pos ekuitas di dalam neraca
C. Pihak-Pihak Terkait
Pihak-pihak yang terkait di dalam penyelenggaraan sistem akuntansi SKPD
secara umum terdiri dari:
1. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD)
Fungsi Akuntansi SKPD dilaksanakan oleh Pejabat Penatausahaan
Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPK-SKPD) untuk
menyelenggarakan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan SKPD
dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran (DPA)-SKPD.
45
2. Bendahara Penerimaan SKPD
Laporan pertanggungjawaban (SPJ) administratif/fungsional bendahara
penerimaan SKPD (berikut bukti transaksinya) yang disampaikan kepada
pengguna anggaran setiap bulan melalui PPK-SKPD, merupakan bahan
bagi PPK-SKPD untuk mencatat pelaksanaan DPA-SKPD dari sisi
transaksi pendapatan.
3. Bendahara Pengeluaran SKPD
Laporan pertanggungjawaban (SPJ) administratif/fungsional bendahara
pengeluaran SKPD (berikut bukti transaksinya) yang disampaikan kepada
pengguna anggaran setiap bulan melalui PPK-SKPD, merupakan bahan
bagi PPK-SKPD untuk mencatat pelaksanaan DPA-SKPD dari sisi
transaksi belanja.
Di samping SPJ administratif/fungsional yang diajukan setiap akhir bulan,
bendahara pengeluaran juga dapat mengajukan SPJ per tanggal tertentu yang
merupakan pertanggungjawaban belanja yang belum masuk dalam SPJ
administratif/fungsional akhir bulan sebelumnya, yang akan diajukan
permintaan uang penggantiannya (SPP-GU) sebelum akhir bulan yang
bersangkutan.
4. Pengurus Barang
Laporan Barang Milik Daerah SKPD (Kartu Inventaris Barang/KIB,
Laporan Mutasi Barang/LMB, dan dokumen yang terkait) yang
disampaikan oleh pengurus barang secara periodik (misalnya setiap akhir
bulan) kepada Kepala SKPD melalui PPK-SKPD, merupakan bahan untuk
mencatat dan/atau merekonsiliasi antara saldo dan mutasi (tambah/kurang)
aset tetap menurut fungsi akuntansi-PPK SKPD dengan KIB/LMB yang
dihasilkan oleh pengurus barang.
5. Penyimpan Barang
Buku persediaan dan laporan hasil stock opname persediaan yang
disampaikan secara periodik (misalnya setiap akhir bulan) oleh petugas
penyimpan barang kepada Kepala SKPD melalui PPK-SKPD, merupakan
bahan bagi fungsi akuntansi-PPK SKPD untuk mencatat dan/atau
merekonsiliasi posisi saldo dan mutasi (tambah/kurang) persediaan.
6. Kepala SKPD (Pengguna Anggaran)
Kepala SKPD selaku pengguna anggaran menandatangani/mengesahkan
SPJ Bendahara Penerimaan, SPJ Bendahara Pengeluaran, Laporan Barang
46
SKPD, dan Laporan Keuangan SKPD. Kepala SKPD, selaku entitas
akuntansi, menandatangani/mengesahkan laporan keuangan SKPD, untuk
selanjutnya disampaikan kepada kepala daerah melalui entitas pelaporan
yaitu PPKD, sebagai bentuk laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
anggaran SKPD yang dipimpinnya.
4. PPKD
PPKD selaku pengguna anggaran menandatangani laporan keuangan PPKD
sebagai bentuk laporan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran PPKD.
47
PPKD menerima laporan keuangan SKPD sebagai bahan penyusunan
Laporan Keuangan Konsolidasian.
5. Kepala SKPD
Kepala SKPD (sebagai entitas akuntansi) menyampaikan laporan keuangan
kepada kepala daerah melalui PPKD (sebagai entitas pelaporan) untuk
keperluan pertanggungjawaban pelakanaan anggaran SKPD sekaligus untuk
keperluan penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasian.
D. Sistem Pembukuan
Persamaan dasar akuntansi merupakan konsepsi dasar dalam
pencatatan transaksi berdasarkan sistem pembukuan ganda (double entry
system). Sistem double entry ini digunakan baik untuk mencatat transaksi
yang melibatkan pos-pos neraca dan LO (basis akrual), yaitu aset, kewajiban,
ekuitas, pendapatan-LO, dan beban; maupun untuk mencatat transaksi pos-
pos LRA (basis kas) yaitu pendapatan-LRA, belanja dan pembiayaan.
Dengan demikian, laporan keuangan berupa LRA, LO dan dihasilkan
melalui penjurnalan transaksi dengan mekanisme debit-kredit (pembukuan
double entry). Sistem pembukuan selanjutnya dapat dibagi ke dalam dua
subsistem:
1. Sub-sistem akuntansi finansial/keuangan
Sub sistem ini merupakan proses akuntansi (penjurnalan, posting,
neraca saldo, ayat penyesuaian, neraca saldo setelah penyesuaian,
penyusunan laporan keuangan, jurnal penutup, neraca saldo setelah
tutup buku) untuk mencatat transaksi dengan basis akrual yang akan
menghasilkan LO dan Neraca.
2. Sub-sistem akuntansi pelaksanaan anggaran
Sub sistem ini merupakan proses akuntansi (penjurnalan, posting,
neraca saldo, ayat penyesuaian (jika terdapat ayat jurnal koreksi), neraca
saldo setelah penyesuaian, penyusunan laporan keuangan, jurnal
penutup) untuk mencatat transaksi dengan basis kas yang akan
menghasilkan LRA.
48
PERSAMAAN AKUNTANSI UMUM
49
Aset = Kewajiban + Persamaan 2:
Ekuitas persamaan
akuntansi (posisi
neraca) dimana
pemerintah
memiliki utang
yang timbul dari
belanja ataupun
dari penarikan
pinjaman
(pembiayaan)
50
mengkredit akun utang; dan sebaliknya jika transaksi mengakibatkan
berkurangnya utang, maka akan dicatat dengan mendebit akun utang. Cara
yang sama berlaku untuk ekuitas, dan pendapatan.
Secara ringkasnya kaidah debit-kredit dan saldo normalnya dari
masing-masing akun yang digunakan dalam pencatatan transaksi keuangan
pemerintah untuk subsistem akuntansi finansial (transaksi basis akrual)
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
KAIDAH DEBIT-KREDIT DAN SALDO NORMAL
AKUN-AKUN NERACA DAN LO
AKUN DEBIT KREDIT SALDO
NORMAL
ASET (+)* (-)** DEBIT
KEWAJIBAN (-) (+) KREDIT
EKUITAS (-) (+) KREDIT
PENDAPATAN-LO (-) (+) KREDIT
BEBAN (+) (-) DEBIT
*) tanda (+) artinya bertambah.
**) tanda (-) artinya berkurang.
51
E. Bagan Akun
Elemen dari sistem akuntansi lainnya yang harus disiapkan oleh pemda
adalah bagan akun (chart of accounts). Bagan akun berisi nama dan kode
akun yang akan digunakan untuk mencatat dan mengklasifikasikan setiap
jenis transaksi yang serupa secara detil. Nama dan kode akun dapat
dikembangkan dari struktur/format laporan keuangan yang ingin dihasilkan
oleh pemda sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan
mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan No. 238/PMK.05/2011
tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan (PUSAP) dan
Permendagri No. 64 Tahun 2013.
Khusus untuk kode rekening penganggaran (pendapatan-LRA, belanja,
dan pembiayaan) masih menggunakan kode rekening berdasarkan
Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah sebagaimana telah direvisi dua kali, terakhir dengan Permendagri
No. 21 Tahun 2011. Dengan demikian, penyusunan LRA disusun dengan
dua format, yaitu terlebih dahulu disusun LRA format Permendagri
selanjutnya dilakukan konversi ke LRA format SAP.
Berdasarkan PUSAP, daftar akun yang menjadi acuan untuk
pengembangan sistem akuntansi pemda dalam rangka penerapan SAP
berbasis akrual (Lampiran I PP 71/2010) adalah sebagai berikut
1. Akun Neraca
a. Akun Aset
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah daerah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana
manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat
diperoleh, baik oleh pemerintah daerah maupun masyarakat, serta dapat
diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang
diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber
sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
52
Klasifikasi akun aset dapat dilihat pada tabel berikut:
53
Digunakan untuk mencatat pengeluaran yang telah dibayarkan
dimana pengeluaran tersebut belum menjadi beban pada tahun
berjalan.
117 Persediaan
Digunakan untuk mencatat persediaan yang dimiliki oleh
pemerintah daerah, termasuk di dalamnya persediaan untuk
diserahkan ke masyarakat dan/atau pihak ketiga. Persediaan
mencakup antara lain: Persediaan Alat Tulis Kantor, Persediaan
Alat Listrik, Persediaan Material/Bahan, Persediaan Benda Pos,
Persediaan Bahan Bakar, dan Persediaan Bahan Makanan Pokok.
199 Aset Untuk Dikonsolidasikan
Digunakan untuk mencatat reciprocal account untuk kepentingan
konsolidasi, yang mencakup antara lain RK SKPD.
54
Digunakan untuk mencatat kepemilikan tanah pemerintah daerah,
yang mencakup antara lain: Tanah Kantor, Tanah Sarana
Kesehatan Rumah Sakit, Tanah Sarana Kesehatan Puskesmas,
Tanah Sarana Kesehatan Poliklinik, Tanah Sarana Pendidikan
Taman Kanak-Kanak, Tanah Sarana Pendidikan Sekolah Dasar,
Tanah Sarana Pendidikan Menengah Umum dan Kejuruan,
Tanah Sarana Pendidikan Menengah Lanjutan dan Kejuruan,
Tanah Sarana Pendidikan Luar Biasa/Khusus, Tanah Sarana
Pelatihan dan Kursus, Tanah Sarana Sosial Panti Asuhan, Tanah
Sarana Sosial Panti Jompo, Tanah Sarana Umum Terminal,
Tanah Sarana Umum Dermaga, Tanah Sarana Umum Lapangan
Terbang Perintis, Tanah Sarana Umum Rumah Potong Hewan,
Tanah Sarana Umum Tempat Pelelangan Ikan, Tanah Sarana
Umum Pasar, Tanah Sarana Umum Tempat Pembuangan Akhir
Sampah, Tanah Sarana Umum Taman, Tanah Sarana Umum
Pusat Hiburan Rakyat, Tanah Sarana Umum Ibadah, Tanah
Sarana Stadion Olahraga, Tanah Perumahan, Tanah Pertanian,
Tanah Perkebunan, Tanah Perikanan, Tanah Peternakan, Tanah
Perkampungan, Tanah Pergudangan/Tempat Penimbunan
Material Bahan Baku.
132 Peralatan dan Mesin
Digunakan untuk mencatat Peralatan dan Mesin yang mencakup
antar lain: Alat-alat Berat, Alat-alat Angkutan Darat Bermotor,
Alat-alat Angkutan Darat tidak Bermotor, Alat-alat Angkutan di
Air Bermotor, Alat-alat Angkutan Air tidak Bermotor, Alat-alat
Angkutan Udara, Alat-alat Bengkel, Alat-alat Pengolahan
Pertanian dan Peternakan, Peralatan Kantor, Perlengkapan
Kantor, Komputer, Meubelair, Peralatan Dapur, Penghias
Ruangan Rumah Tangga, Alat-alat Studio, Alat-alat Komunikasi,
Alat-alat Ukur, Alat-alat Kedokteran, Alat-alat Laboratorium, Alat-
alat Persenjataan/Keamanan.
133 Gedung dan Bangunan
Digunakan untuk mencatat Gedung dan Bangunan milik
pemerintah daerah yang mencakup antara lain: Gedung Kantor,
Gedung Rumah Jabatan, Gedung Rumah Dinas, Gedung Gudang,
Bangunan Monumen, Tugu Peringatan.
134 Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Digunakan untuk mencatat Jalan, Irigasi, dan Jaringan yang
mencakup antara lain: Jalan, Jembatan, Jaringan Air, Penerangan
Jalan, Taman dan Hutan Kota, dan Instalasi Listrik dan Telepon.
55
135 Aset Tetap Lainya
Digunakan untuk mencatat kepemilikan Aset Tetap Lainnya yang
mencakup antara lain: Buku dan Kepustakaan, Barang Bercorak
Kesenian dan Kebudayaan, Hewan/Ternak dan Tanaman.
136 Konstruksi Dalam Pengerjaan
Digunakan untuk mencatat aset tetap yang sedang dalam proses
pembangunan namun pada tanggal laporan keuangan belum
selesai seluruhnya.
137 Akumulasi Penyusutan
Digunakan untuk mencatat akumulasi penyusutan aset tetap yang
dimiliki Pemerintah Daerah.
14 Dana Cadangan
Merupakan dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan
yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi
dalam satu tahun anggaran.
141 Dana Cadangan
Digunakan untuk mencatat penyisihan dana untuk menampung
kebutuhan yang memerlukan dana yang relatif besar yang tidak
dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran.
15 Aset Lainnya
Merupakan kelompok Aset yang tidak termasuk dalam kategori-
kategori sebelumnya.
151 Tagihan Jangka Panjang
Digunakan untuk mencatat Tagihan Jangka Panjang pemerintah
yang mencakup antara lain Tagihan Penjualan Angsuran dan
Tuntutan Ganti Rugi.
152 Kemitraan dengan Pihak Ketiga
Digunakan untuk mencatat Kemitraan dengan Pihak Ketiga yang
mencakup antara lain: Bangun guna serah (Build, Operate and
Transfer/BOT), Bangun serah guna (Build, Transfer and
Operate/BTO), dan Kerjasama Operasi (KSO).
153 Aset Tidak Berwujud
Digunakan untuk mencatat Aset Tidak Berwujud yang mencakup
antara lain goodwill, lisensi dan frenchise, hak cipta, paten, dan aset
tidak berwujud lainnya.
154 Aset Lain-lain
Digunakan untuk mencatat Aset Lainnya yang tidak dapat
dikelompokkan ke dalam kategori sebelumnya.
56
b. Akun Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah daerah.
Klasifikasi dari akun Kewajiban sebagaimana tercantum pada tabel
berikut:
Kodefikasi Uraian Akun
2 Kewajiban
21 Kewajiban Jangka Pendek
Merupakan kelompok kewajiban yang jatuh tempo dalam
waktu kurang dari dua belas bulan setelah tanggal pelaporan.
211 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
Digunakan untuk mencatat utang yang disebabkan
kedudukan pemerintah daerah sebagai pemotong pajak atau
pungutan lainnya yang mencakup antara lain: Utang Taspen,
Utang Askes, Utang PPh Pusat, Utang PPN Pusat, Utang
Taperum, dan Utang Perhitungan Pihak Ketiga Lainnya.
212 Utang Bunga
Digunakan untuk mencatat Utang Bunga yang dimiliki
pemerintah daerah yang mencakup antara lain: Utang Bunga
Kepada Pemerintah Pusat, Utang Bunga Kepada Daerah
Otonom Lainnya, Utang Bunga Kepada BUMN/BUMD,
Utang Bunga kepada Bank/Lembaga Keuangan Bukan
Bank, Utang Bunga dalam Negeri lainnya, dan Utang Bunga
Luar Negeri.
213 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
Digunakan untuk mencatat Bagian Lancar Utang Jangka
Panjang pemerintah daerah yang mencakup antara lain:
Utang Bank, Utang Obligasi, Utang kepada Pemerintah
Pusat, Utang kepada Pemerintah Provinsi, dan Utang kepada
Pemerintah Kabupaten/Kota.
214 Pendapatan Diterima Dimuka
Digunakan untuk mencatat Pendapatan Diterima Dimuka
yang mencakup antara lain: Setoran Kelebihan Pembayaran
Kepada Pihak III, Uang Muka Penjualan, dan Uang Muka
Lelang Penjualan Aset Daerah.
215 Utang Beban
57
Digunakan untuk mencatat utang karena belum
dibayarkannya suatu belanja atas kegiatan yang telah selesai
dilaksanakan oleh pemerintah daerah.
Utang Beban mencakup antara lain: Utang Beban Pegawai,
Utang Beban Barang, Utang Beban Bunga, Utang Beban
Subsidi, Utang Beban Hibah, Utang Beban Lain-lain, dan
Utang Beban Transfer.
216 Utang Jangka Pendek Lainnya
Digunakan untuk mencatat Utang Jangka Pendek yang tidak
termasuk dalam klasifikasi utang di atas.
22 Kewajiban Jangka Panjang
Merupakan kelompok kewajiban yang jatuh temponya lebih
dari 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan.
221 Utang Dalam Negeri
Digunakan untuk mencatat Utang Dalam Negeri pemerintah
daerah yang mencakup antara lain: Utang dari Sektor
Perbankan, Utang dari Lembaga Keuangan Bukan Bank,
Utang Obligasi, Utang dari Pemerintah Pusat, Utang dari
Pemerintah Daerah lainnya, dan Premium (Diskonto)
Obligasi.
223 Utang Luar Negeri
Digunakan untuk mencatat Utang Luar Negeri yang
diperoleh pemerintah daerah.
224 Utang Jangka Panjang Lainnya
Digunakan untuk mencatat Utang Jangka Panjang yang tidak
termasuk dalam klasifikasi di atas.
c. Akun Ekuitas
Ekuitas merupakan kekayaan bersih Pemerintah Daerah yang
merupakan selisih antara aset dan kewajiban Pemerintah Daerah pada
tanggal laporan. Klasifikasi Akun Ekuitas sebagaimana tercantum dalam
tabel sebagai berikut:
58
Adalah kekayaan bersih pemerintah daerah yang
merupakan selisih antara Aset dan Kewajiban pada
tanggal laporan. Saldo Ekuitas berasal dari Ekuitas
awal ditambah (dikurang) oleh Surplus/Defisit–LO
dan perubahan lainnya seperti koreksi nilai
persediaan, selisih revaluasi Aset Tetap, dan lain-lain.
312 Ekuitas SAL
Digunakan untuk mencatat akun perantara dalam
rangka penyusunan Laporan Realisasi Angaran dan
Laporan Perubahan SAL, yang mencakup antara lain
Estimasi Pendapatan, Estimasi Penerimaan
Pembiayaan, Apropriasi Belanja, Apropriasi
Pengeluaran Pembiayaan dan Estimasi Perubahan
SAL.
313 Ekuitas untuk Dikonsolidasikan
Digunakan untuk mencatat reciprocal account untuk
kepentingan konsolidasi, yang mencakup antara lain
Rekening Koran PPKD.
a. Akun Pendapatan-LRA
Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum
Daerah yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun
anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah daerah, dan
tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah daerah.
Klasifikasi Akun Pendapatan-LRA sebagaimana tercantum dalam tabel
sebagai berikut:
Kodefikasi Uraian Akun
4 Pendapatan-LRA
41 Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LRA
Merupakan Pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut
berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan.
411 Pendapatan Pajak Daerah-LRA
Digunakan untuk mencatat pendapatan pajak daerah, antara
lain: Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air
Permukaan, dan Pajak Rokok untuk Pendapatan Pajak
59
Provinsi dan Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak
Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Parkir, Pajak Air
Bawah Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Lingkungan,
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Bumi dan
Bangunan Pedesaan dan Perkotaan, Bea Perolehan Hak Atas
Tanah dan Bangunan, dan pajak daerah lainnya yang
ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
412 Pendapatan Retribusi Daerah-LRA
Digunakan untuk mencatat retribusi daerah, antara lain:
Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha, dan Retribusi
Perizinan Tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
413 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan-LRA
Digunakan untuk mencatat hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan, antara lain: Bagian Laba atas Penyertaan
Modal pada Perusahaan Milik Daerah/BUMD, Bagian Laba
atas Penyertaan Modal pada Perusahaan Milik Negara/BUMN,
dan Bagian Laba atas Penyertaan Modal pada Perusahaan
Swasta.
414 Lain-Lain PAD yang Sah-LRA
Digunakan untuk mencatat Lain-Lain PAD yang sah, antara
lain: antara lain Penerimaan Jasa Giro, Pendapatan Bunga
Deposito, Tuntutan Ganti Kerugian Daerah, Komisi, Potongan
dan Selisih Nilai Tukar Rupiah, Pendapatan Denda atas
Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan, Pendapatan Denda
Pajak, Pendapatan Denda Retribusi, Pendapatan Hasil
Eksekusi atas Jaminan, Pendapatan dari Pengembalian,
Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum, Pendapatan dari
Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan, Pendapatan dari
Angsuran/Cicilan Penjualan, dan Hasil dari Pemanfaatan
Kekayaan Daerah, Pendapatan Zakat, dan Pendapatan BLUD,
dan Hasil Penjualan Aset Daerah yang tidak dipisahkan.
42 Pendapatan Transfer – LRA
Merupakan penerimaan uang yang berasal dari entitas
pelaporan lain, misalnya penerimaan dana perimbangan dari
Pemerintah Pusat dan dana bagi hasil dari Pemerintah Provinsi.
421 Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat
Digunakan untuk mencatat Pendapatan Transfer dari
Pemerintah Pusat yang mencakup antara lain: Bagi Hasil Pajak,
Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam, DAU, dan DAK.
60
422 Pendapatan Tranfer Pemerintah Pusat - Lainnya
Digunakan untuk mencatat Pendapatan Tranfer Pemerintah
Pusat Lainnya, antara lain: Dana Otonomi Khusus, Dana
Penyesuaian, dan Dana Darurat.
423 Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
Digunakan untuk mencatat Pendapatan Transfer Pemerintah
Daerah Lainnya, antara lain: Pendapatan Bagi Hasil Pajak dan
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya.
424 Bantuan Keuangan
Digunakan untuk mencatat pendapatan Bantuan Keuangan
dari Pemerintah Daerah Lainnya baik bantuan keuangan yang
bersifat umum maupun yang bersifat khusus.
43 Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah-LRA
Merupakan kelompok pendapatan lain yang tidak termasuk
dalam kategori pendapatan sebelumnya.
431 Pendapatan Hibah
Digunakan untuk mencatat pendapatan hibah, antara lain:
Pendapatan Hibah dari Pemerintah Pusat, Pendapatan Hibah
dari Pemerintah Daerah Lainnya, Pendapatan Hibah dari
Badan/Lembaga/Organisasi Swasta Dalam Negeri, dan
Pendapatan Hibah dari Kelompok Masyarakat/Perorangan.
432 Pendapatan Lainnya
Digunakan untuk mencatat Pendapatan Lainnya selain
Pendapatan Hibah.
b. Akun Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah
yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
pemerintah daerah.
Klasifikasi akun belanja pada pemerintah daerah sebagaimana
tercantum pada tabel berikut:
Kodefikasi Uraian Akun
5 Belanja
51 Belanja Operasi
Merupakan pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-
hari Pemerintah Daerah yang memberi manfaat jangka
pendek. Belanja Operasi antara lain meliputi Belanja
61
Pegawai, Belanja Barang, Bunga, Subsidi, Hibah, dan
Bantuan Sosial.
511 Belanja Pegawai
Pengeluaran yang merupakan kompensasi terhadap pegawai
baik dalam bentuk uang atau barang, yang harus dibayarkan
kepada pegawai pemerintah dalam maupun luar negeri baik
kepada pejabat negara, Pegawai Negeri Sipil dan pegawai
yang dipekerjakan oleh pemerintah yang belum berstatus
PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan
termasuk pembayaran honorarium kegiatan kepada non
pegawai dan pemberian hadiah atas kegiatan tertentu terkait
dengan suatu prestasi, kecuali pekerjaan yang berkaitan
dengan pembentukan modal.
Belanja pegawai mencakup antara lain: Belanja Gaji dan
Tunjangan, Belanja Tambahan Penghasilan PNS, Belanja
Penerimaan Lainnya Pimpinan dan Anggota DPRD serta
KDH/WKDH, Biaya Pemungutan Pajak Daerah,
Honorarium PNS, Honorarium Non PNS, Uang Lembur,
serta Belanja Pegawai BLUD (dari APBD).
512 Belanja Barang dan Jasa
Belanja Barang dan Jasa dicatat untuk menampung
pembelian barang dan jasa yang habis pakai, untuk
memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun
yang tidak dipasarkan serta pengadaan barang yang
dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada
masyarakat/pihak ketiga termasuk pembayaran honorarium
kegiatan kepada non pegawai, pemberian hadiah uang atas
kegiatan tertentu terkait dengan suatu prestasi dan belanja
perjalanan.
Belanja Barang dan Jasa mencakup antara lain: Belanja
Bahan Pakai Habis, Belanja Bahan/Material, Belanja Jasa
Kantor, Belanja Premi Asuransi, Belanja Perawatan
Kendaraan Bermotor, Belanja Cetak dan Penggandaan,
Belanja Sewa Rumah/Gedung/Gudang/Parkir, Belanja Sewa
Sarana Mobilitas, Belanja Sewa Alat Berat, Belanja Sewa
Perlengkapan dan Peralatan Kantor, Belanja Makanan dan
Minuman, Belanja Pakaian Dinas dan Atributnya, Belanja
Pakaian Kerja, Belanja Pakaian khusus dan hari-hari
tertentu, Belanja Perjalanan Dinas, Belanja Perjalanan
Pindah Tugas, Belanja Pemeliharaan, Belanja Jasa
62
Konsultasi, Belanja Barang Untuk Diserahkan kepada
Masyarakat/Pihak Ketiga, Belanja Barang dan Jasa BLUD,
Belanja Beasiswa Pendidikan PNS, Belanja Kursus,
Pelatihan, Sosialisasi dan Bimbingan Teknis PNS,
Pembayaran honorarium kepada non pegawai dan
pemberian hadiah uang atas kegiatan tertentu terkait dengan
suatu prestasi.
513 Belanja Bunga
Akun Belanja Bunga digunakan untuk alokasi Pengeluaran
pemerintah daerah untuk pembayaran bunga (interest) yang
dilakukan atas kewajiban penggunaan pokok utang
(principal outstanding) termasuk belanja pembayaran biaya-
biaya yang terkait dengan pinjaman dan hibah pemerintah
daerah yang diterima pemerintah daerah seperti biaya
commitment fee dan biaya denda.
Belanja Bunga mencakup antara lain Bunga Utang Pinjaman
dan Bunga Utang Obligasi.
514 Belanja Subsidi
Pengeluaran atau alokasi anggaran yang diberikan
pemerintah daerah kepada BUMN/BUMD atau pihak
ketiga lainnya yang memproduksi dan mengimpor barang
serta menyediakan jasa untuk dijual dan diserahkan dalam
rangka memenuhi hajat hidup orang banyak agar harga
jualnya dapat dijangkau masyarakat.
Belanja Subsidi mencakup antara lain: digunakan untuk
menganggarkan bantuan biaya produksi kepada
perusahaan/lembaga yang menghasilkan barang/jasa
pelayanan umum masyarakat agar harga jual barang/jasa
yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak.
515 Belanja Hibah
Pengeluaran pemerintah berupa transfer dalam bentuk
uang, barang atau jasa, bersifat tidak wajib yang secara
spesifik telah ditetapkan peruntukkannya.
Belanja Hibah mencakup antara lain: Belanja Hibah kepada
Pemerintah Pusat, Belanja Hibah kepada Pemerintah
Daerah Lainnya, Belanja Hibah kepada Perusahaan
Daerah, Belanja Hibah kepada Pemerintah Desa, Belanja
Hibah kepada Masyarakat, Belanja Hibah kepada
Organisasi Kemasyarakatan dan Belanja Hibah untuk
Satuan Pendidikan Dasar.
63
516 Belanja Bantuan Sosial
Pengeluaran pemerintah daerah berupa uang atau barang
serta jasa yang diberikan kepada masyarakat guna
melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial.
Bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada anggota
masyarakat dan / atau lembaga non pemerintah bidang
pendidikan dan keagamaan.
Belanja Bantuan Sosial mencakup antara lain: Belanja
Bantuan Sosial kepada Organisasi Sosial Kemasyarakatan
dan Belanja Bantuan Sosial kepada Masyarakat.
52 Belanja Modal
Pengeluaran anggaran yang digunakan dalam rangka
memperoleh atau menambah aset tetap dan aset lainnya
yang memberi manfaat lebih dari 1 (Satu) periode akuntansi
serta melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap atau
aset lainnya yang ditetapkan Pemerintah Daerah. Aset Tetap
tersebut dipergunakan untuk operasional kegiatan sehari-
hari suatu satuan kerja atau untuk dimanfaatkan oleh
masyarakat.
521 Belanja Modal Tanah
Akun Belanja Modal Pengadaan Tanah digunakan untuk
alokasi belanja pengadaan tanah yang akan digunakan dalam
kegiatan pemerintahan (menjadi Aset Tetap pemerintah).
Belanja Modal Tanah mencakup pengadaan berbagai jenis
tanah antara lain: Tanah Kantor, Tanah Sarana Kesehatan
Rumah Sakit, Tanah Sarana Kesehatan Puskesmas, Tanah
Sarana Kesehatan Poliklinik, Tanah Sarana Pendidikan
Taman Kanak-kanak, Tanah Sarana Pendidikan Sekolah
Dasar, Tanah Sarana Pendidikan Menengah Umum dan
Kejuruan, Tanah Sarana Pendidikan Menengah Lanjutan
dan Kejuruan, Tanah Sarana Pendidikan Luar
Biasa/Khusus, Tanah Sarana Pelatihan dan Kursus, Tanah
Sarana Sosial Panti Asuhan, Tanah Sarana Sosial Panti
Jompo, Tanah Sarana Umum Terminal, Tanah Sarana
Umum Dermaga, Tanah Sarana Umum Lapangan Terbang
Perintis, Tanah Sarana Umum Rumah Potong Hewan,
Tanah Sarana Umum Tempat Pelelangan Ikan, Tanah
Sarana Umum Pasar, Tanah Sarana Umum Tempat
Pembuangan Akhir Sampah, Tanah Sarana Umum Taman,
Tanah Sarana Umum Pusat Hiburan Rakyat, Tanah Sarana
64
Umum Ibadah, Tanah Sarana Stadion Olahraga, Tanah
Perumahan, Tanah Pertanian, Tanah Perkebunan, Tanah
Perikanan, Tanah Peternakan, Tanah Perkampungan,
Tanah Pergudangan / Tempat Penimbunan Material Bahan
Baku, dan Belanja modal Tanah BLUD.
522 Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Akun Belanja Modal Pengadaan Peralatan dan Mesin
digunakan untuk alokasi belanja pengadaan peralatan dan
mesin yang akan digunakan dalam kegiatan pemerintahan
(menjadi Aset Tetap pemerintah daerah).
Belanja Modal Peralatan dan Mesin mencakup pengadaan
berbagai jenis peralatan dan mesin antara lain: Alat-alat
Berat, Alat-alat Angkutan Darat Bermotor, Alat-alat
Angkutan Darat tidak Bermotor, Alat-alat Angkutan di Air
Bermotor, Alat-alat Angkutan Air tidak Bermotor, Alat-alat
Angkutan Udara, Alat-alat Bengkel, Alat-alat Pengolahan
Pertanian dan Peternakan, Peralatan Kantor, Perlengkapan
Kantor, Komputer, Meubelair, Peralatan Dapur, Penghias
Ruangan Rumah Tangga, Alat-alat Studio, Alat-alat
Komunikasi, Alat-alat Ukur, Alat-alat Kedokteran, Alat-alat
Laboratorium, Alat-alat Persenjataan/Keamanan, serta
Peralatan dan Mesin BLUD.
523 Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Akun Belanja Modal Gedung dan Bangunan digunakan
untuk alokasi belanja pengadaan gedung dan bangunan yang
akan digunakan dalam kegiatan pemerintahan daerah
(menjadi Aset Tetap pemerintah daerah).
Belanja Modal Gedung dan Bangunan mencakup
pengadaan berbagai gedung pemerintah daerah antara lain:
Gedung Kantor Gedung Rumah Jabatan, Gedung Rumah
Dinas, Gedung Gudang, Bangunan Monumen, Tugu
Peringatan, dan Gedung dan Bangunan BLUD.
524 Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Akun Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan digunakan
untuk alokasi belanja pengadaan jalan, irigasi dan jaringan
yang akan digunakan dalam kegiatan pemerintahan daerah
(menjadi Aset Tetap pemerintah daerah).
Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan mencakup
pengadaan aset antara lain: Jalan, Jembatan, Jaringan Air,
65
Penerangan Jalan, Taman, dan Hutan Kota, Instalasi Listrik
& Telepon, Jalan, Irigasi, dan Jaringan BLUD.
525 Belanja Modal Aset Tetap Lainnya
Akun Belanja Modal Aset Tetap Lainnya digunakan untuk
alokasi belanja pengadaan yang nantinya akan menghasilkan
Aset Tetap Lainnya yang akan digunakan dalam kegiatan
pemerintahan daerah (menjadi Aset Tetap Lainnya
pemerintah daerah).
Belanja Modal Aset Tetap Lainnya mencakup antara lain:
Belanja Modal Pengadaan Buku dan Kepustakaan, Barang
Bercorak Kesenian, Kebudayaan, Hewan/Ternak dan
Tanaman, serta Aset Tetap Lainnya BLUD.
53 Belanja Tak Terduga
Pengeluaran/belanja pemerintah daerah yang sifat
pengeluarannya tidak dapat diklasifikasikan ke dalam pos-
pos pengeluaran jenis belanja di atas. Pengeluaran ini
bersifat tidak biasa dan tidak diharapkan berulang yang
dikategorikan untuk keperluan mendesak dan keadaan
darurat seperti penanggulangan bencana alam, bencana
sosial, wabah penyakit dan pengeluaran tidak terduga
lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka
penyelenggaraan kewenangan pemerintah daerah.
c. Akun Transfer-LRA
Transfer adalah pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan kepada
entitas pelaporan lain. Pada Pemerintah Daerah, transfer dapat
diklasifikasikan ke dalam tabel berikut:
Kodefikasi Uraian Akun
6 Transfer
61 Transfer Bagi Hasil Pendapatan
Merupakan dana yang dialokasikan kepada daerah
berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai
kebutuhan daerah dari suatu pemerintah daerah ke
pemerintahan daerah yang lebih rendah.
611 Transfer Bagi Hasil Pajak
Merupakan dana yang diberikan kepada Pemerintah
Daerah berdasarkan peraturan perundangan di bidang Pajak
Daerah.
612 Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
66
Merupakan dana yang diberikan kepada Pemerintah
Daerah berdasarkan peraturan perundangan lainnya.
62 Transfer Bantuan Keuangan
Merupakan dana yang diberikan kepada pemerintah daerah
lainnya yang digunakan untuk pemerataan atau peningkatan
kemampuan keuangan, baik yang bersifat umum maupun
bersifat khusus termasuk bantuan keuangan kepada Partai
Politik.
621 Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah
Lainnya
Digunakan untuk pemberian Bantuan Keuangan dari
Pemerintah Daerah yang bersangkutan kepada Pemerintah
Daerah Lainnya yang mencakup antara lain Bantuan
Keuangan kepada Propinsi dan Bantuan Keuangan kepada
Kabupaten/Kota.
622 Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
Digunakan untuk pemberian Bantuan Keuangan dari
Pemerintah Daerah yang bersangkutan kepada Pemerintah
Desa.
623 Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
Bantuan Keuangan yang diberikan di luar entitas
pelaporan/pemerintahan seperti Bantuan Keuangn kepada
Partai Politik.
d. Surplus/Defisit
Surplus/Defisit adalah selisih lebih/kurang antara pendapatan-LRA dan
belanja selama satu periode. Penghitungan Surplus/Defisit tidak diberikan
kode akun tersendiri. Angka ini merupakan selisih lebih/kurang antara
Total Pendapatan dikurangi dengan total belanja plus transfer
[S/D = ∑Pendapatan – (∑Belanja + ∑Transfer)].
e. Akun Pembiayaan
Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah daerah,
baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan
diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah daerah terutama
dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus
anggaran.
67
1) Akun Penerimaan Pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas
Umum Daerah yang dimaksudkan untuk menutup defisit.
Akun Penerimaan Pembiayaan bagi pemerintah daerah
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kodefikasi Uraian Akun
7 Pembiayaan
71 Penerimaan Pembiayaan
Digunakan untuk mencatat penerimaan pembiayaan yang
dimaksudkan untuk menutup defisit.
711 Penggunaan SILPA
Digunakan untuk mencatat penggunaan SILPA dari tahun
sebelumnya.
712 Pencairan Dana Cadangan
Digunakan untuk mencatat Pencairan Aset Dana Cadangan yang
akan digunakan pada tahun berjalan.
713 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Digunakan untuk mencatat Hasil Penjualan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan yang mencakup antara lain Penjualan
Perusahaan Milik Daerah/BUMD dan Penjualan Aset Milik
Pemerintah Daerah yang Dikerjasamakan dengan Pihak Ketiga.
714 Pinjaman Dalam Negeri
Digunakan untuk mencatat penerimaan Pinjaman Dalam Negeri
yang mencakup antara lain: Pinjaman dari Pemerintah Pusat,
Pinjaman dari Bank, Pinjaman dari Lembaga Keuangan Bukan
Bank, Penerbitan Obligasi Daerah dan Pinjaman dari
Pemerintah Daerah lainnya.
715 Penerimaan Kembali Piutang
Digunakan untuk mencatat Penerimaan Kembali Piutang yang
mencakup antara lain Piutang kepada Perusahaan Negara,
Piutang kepada Perusahaan Daerah, Piutang kepada Pemerintah
Daerah Lainnya.
716 Penerimaan Kembali Investasi Dana Bergulir
68
Akun Pengaluaran Pembiayaan Pemerintah diklasifikasikan sebagi
berikut:
Kodefikasi Uraian Akun
7 Pembiayaan
72 Pengeluaran Pembiayaan
Digunakan untuk mencatat alokasi pengeluaran pembiayaan
untuk memanfaatkan surplus anggaran.
721 Pembentukan Dana Cadangan
Digunakan untuk mencatat pembentukan dana cadangan untuk
menampung kebutuhan yang memerlukan dana yang relatif
besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran.
722 Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah Daerah
Digunakan untuk mencatat Penyertaan Modal Pemerintah
Daerah yang mencakup antara lain: Penyertaan Modal Pada
BUMN, BUMD, dan perusahaan swasta termasuk investasi
non permanen.
723 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri
Digunakan untuk mencatat Pembayaran Pokok Pinjaman
Dalam Negeri yang mencakup antara lain: Pembayaran Pokok
Pinjaman kepada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Lain,
Bank, Lembaga Keuangan Bukan Bank, dan
pelunasan/pembelian kembali Obligasi Daerah.
724 Pemberian Pinjaman Daerah
Digunakan untuk mencatat Pemberian Pinjaman Daerah yang
mencakup antara lain Pemberian Pinjaman Daerah kepada
Perusahaan Negara, Perusahaan Daerah, dan Pemerintah
Daerah Lainnya.
f. SILPA
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) adalah selisih lebih antara
realisasi pendapatan-LRA dan belanja, serta penerimaan dan pengeluaran
pembiayaan dalam APBD selama satu periode pelaporan.
a. Akun Pendapatan-LO
Pendapatan-LO adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai
penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan
tidak perlu dibayar kembali.
69
Klasifikasi Akun Pendapatan-LO sebagaimana tercantum dalam tabel
sebagai berikut:
Kodefikasi Uraian Akun
8 Pendapatan-LO
81 Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LO
Merupakan Pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut
berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan Peraturan
Perundang-Undangan.
811 Pendapatan Pajak Daerah-LO
Digunakan untuk mencatat pendapatan pajak daerah, antara
lain: Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air
Permukaan, dan Pajak Rokok untuk Pendapatan Pajak Provinsi
dan Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak
Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Parkir, Pajak Air
Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Lingkungan, Pajak
Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan, dan pajak-pajak daerah lainnya yang ditetapkan
dengan Peraturan Daerah.
812 Pendapatan Retribusi Daerah-LO
Digunakan untuk mencatat retribusi daerah, antara lain:
Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha, dan Retribusi
Perizinan Tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
813 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan-LO
Digunakan untuk mencatat hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan, antara lain: Bagian Laba atas Penyertaan
Modal pada BUMD, Bagian Laba atas Penyertaan Modal pada
BUMN, dan Bagian Laba atas Penyertaan Modal pada
Perusahaan Patungan/Milik Swasta.
819 Lain-Lain PAD yang Sah-LO
Digunakan untuk mencatat Lain-Lain PAD yang sah, antara
lain: Penerimaan Jasa Giro, Pendapatan Bunga Deposito,
Tuntutan Ganti Kerugian Daerah, Komisi, Potongan dan Selisih
Nilai Tukar Rupiah, Pendapatan Denda atas Keterlambatan
Pelaksanaan Pekerjaan, Pendapatan Denda Pajak, Pendapatan
Denda Retribusi, Pendapatan Hasil Eksekusi atas Jaminan,
Pendapatan dari Pengembalian, Fasilitas Sosial dan Fasilitas
70
Umum, Pendapatan dari Penyelenggaraan Pendidikan dan
Pelatihan, Pendapatan dari Angsuran/Cicilan Penjualan,
Pendapatan Zakat, Hasil dari Pemanfaatan Kekayaan Daerah,
dan Pendapatan BLUD.
82 Pendapatan Transfer – LO
Merupakan penerimaan uang yang berasal dari entitas
pelaporan lain, misalnya penerimaan dana perimbangan dari
Pemerintah Pusat dan dana bagi hasil dari Pemerintah Provinsi.
821 Pendapatan Transfer dari Pemerintah Pusat
Digunakan untuk mencatat Pendapatan Transfer dari
Pemerintah Pusat yang mencakup antara lain: Bagi Hasil Pajak,
Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam, DAU, dan DAK.
822 Pendapatan Tranfer Pemerintah Pusat – Lainnya
Digunakan untuk mencatat Pendapatan Tranfer Pemerintah
Pusat Lainnya, antara lain: Dana Otonomi Khusus, Dana
Penyesuaian, dan Dana Darurat.
823 Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
Digunakan untuk mencatat Pendapatan Tranfer Pemerintah
Pusat Lainnya, antara lain: Pendapatan Bagi Hasil Pajak dan
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya.
824 Bantuan Keuangan
Digunakan untuk mencatat Pendapatan Bantuan Keuangan dari
Pemerintah Daerah Lainnya baik bantuan keuangan yang
bersifat umum maupun yang bersifat khusus.
83 Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah-LO
Merupakan kelompok pendapatan lain yang tidak termasuk
dalam kategori pendapatan sebelumnya.
831 Pendapatan Hibah
Digunakan untuk mencatat pendapatan hibah, antara lain:
Pendapatan Hibah dari Pemerintah pusat, Pendapatan Hibah
dari Pemerintah Daerah Lainnya, Pendapatan Hibah dari
Badan/Lembaga/Organisasi Swasta Dalam Negeri, dan
Pendapatan Hibah dari Kelompok Masyarakat/Perorangan.
832 Pendapatan Lainnya
Digunakan untuk mencatat Pendapatan Lainnya selain
Pendapatan Hibah.
84 Pendapatan Non Operasional-LO
Pendapatan Non Operasional mencakup antara lain Suprlus
Penjualan Aset Nonlancar, Surplus Penyelesaian Kewajiban
71
Jangka Panjang, Surplus dari Kegiatan Non Operasional
Lainnya.
85 Pos Luar Biasa
Pos Luar Biasa digunakan untuk mencatat pendapatan yang
terjadi karena kejadian atau transaksi yang bukan merupakan
operasi biasa, tidak sering atau rutin terjadi, dan berada di luar
kendali atau pengaruh entitas bersangkutan.
b. Akun Beban
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam
periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa
pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.
Menurut SAP, Beban diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi.
Klasifikasi ekonomi pada prinsipnya mengelompokkan berdasarkan jenis
beban.
Klasifikasi Akun Beban sebagaimana tercantum dalam tabel sebagai
berikut:
72
Akun Beban Barang dicatat untuk menampung pembelian
barang dan jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang
dan jasa yang dipasarkan maupun yang tidak dipasarkan serta
pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau
dijual kepada masyarakat termasuk pembayaran honorarium
kegiatan kepada non pegawai dan pemberian hadiah atas
kegiatan tertentu terkait dengan suatu prestasi.
Beban Barang mencakup antara lain: Beban Persediaan, Beban
Jasa, Beban Pemeliharaan, dan Beban Perjalanan Dinas, Beban
Beasiswa Pendidikan PNS, Beban Kursus, pelatihan, sosialisasi,
dan bimbingan teknis PNS, termasuk pembayaran honorarium
kegiatan kepada non pegawai dan pemberian hadiah atas
kegiatan tertentu terkait dengan suatu prestasi.
913 Beban Bunga
Akun Beban Bunga digunakan untuk alokasi Pengeluaran
pemerintah daerah untuk pembayaran bunga (interest) yang
dilakukan atas kewajiban penggunaan pokok utang (principal
outstanding) termasuk beban pembayaran biaya-biaya yang
terkait dengan pinjaman dan hibah pemerintah yang diterima
pemerintah daerah seperti biaya commitment fee dan biaya
denda.
Beban Bunga mencakup antara lain Bunga Utang Pinjaman dan
Bunga Utang Obligasi.
914 Beban Subsidi
Pengeluaran atau alokasi anggaran yang diberikan pemerintah
daerah kepada BUMN/BUMD atau pihak ketiga lainnya yang
memproduksi dan mengimpor barang serta menyediakan jasa
untuk dijual dan diserahkan dalam rangka memenuhi hajat
hidup orang banyak agar harga jualnya dapat dijangkau
masyarkat.
Beban Subsidi mencakup antara lain: digunakan untuk
menganggarkan bantuan biaya produksi kepada
perusahaan/lembaga yang menghasilkan barang/jasa pelayanan
umum masyarakat agar harga jual barang/jasa yang dihasilkan
dapat terjangkau oleh masyarakat banyak.
915 Beban Hibah
Pengeluaran pemerintah berupa transfer dalam bentuk uang,
barang atau jasa, bersifat tidak wajib yang secara spesifik telah
ditetapkan peruntukannya.
73
Beban Hibah mencakup antara lain: Beban Hibah kepada
Pemerintah Pusat, Beban Hibah kepada Pemerintah Daerah
Lainnya, Beban Hibah kepada Pemerintah Desa, Beban Hibah
kepada Perusahaan Daerah, Beban Hibah kepada Masyarakat,
Beban Hibah kepada Organisasi Kemasyarakatan dan Beban
Hibah untuk Satuan Pendidikan Dasar.
916 Beban Bantuan Sosial
Digunakan untuk mencatat transfer uang atau barang yang
diberikan kepada masyarakat guna melindungi dari
kemungkinan terjadinya resiko sosial. Bantuan sosial dapat
langsung diberikan kepada anggota masyarakat dan/atau
lembaga kemasyarakatan termasuk didalamnya bantuan untuk
lembaga non pemerintah bidang pendidikan dan keagamaan.
Pengeluaran pemerintah yang dialokasikan dalam Beban
Bantuan Sosial harus memenuhi kriteria sebagaimana Buletin
Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan yang mengatur
mengenai Akuntansi Beban Bantuan Sosial.
Beban Bantuan Sosial mencakup antara lain: Beban Bantuan
Sosial kepada Organisasi Sosial Kemasyarakatan, Beban
Bantuan Sosial kepada Kelompok Masyarakat, dan Beban
Bantuan Sosial kepada Anggota Masyarakat.
917 Beban Penyusutan
Digunakan untuk mencatat penyusutan akan aset tetap yang
dimiliki pemerintah daerah. Beban penyusutan mencakup
antara lain: Beban Penyusutan Peralatan dan Mesin, Beban
Penyusutan Gedung dan Bangunan, Beban Penyusutan Jalan,
Irigasi, dan Jaringan, Beban Penyusutan Aset Tetap Lainnya,
dan Beban Penyusutan Aset Lainnya.
918 Beban Penyisihan Piutang
Digunakan untuk mencatat beban cadangan yang harus
dibentuk sebesar persentase tertentu dari akun piutang terkait
ketertagihan piutang.
919 Beban Lain-lain
Digunakan untuk mencatat beban pemerintah daerah yang sifat
pengeluarannya tidak dapat diklasifikasikan ke dalam pos-pos
pengeluaran jenis beban di atas. Pengeluaran ini bersifat tidak
biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan
bencana alam, bencana sosial dan pengeluaran tidak terduga
lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan
kewenangan pemerintah daerah.
74
c. Akun Beban Transfer-LO
Beban Transfer adalah beban berupa pengeluaran uang atau kewajiban
untuk mengeluarkan uang dari entitas pelaporan kepada suatu entitas
pelaporan lain yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.
Klasifikasi Beban Transfer sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:
Kodefikasi Uraian Akun
92 Beban Transfer
921 Bagi Hasil Pajak
Merupakan dana yang diberikan kepada Pemerintah
Daerah berdasarkan peraturan perundangan di bidang
Pajak Daerah.
922 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
Merupakan dana yang diberikan kepada Pemerintah
Daerah berdasarkan peraturan perundangan lainnya.
923 Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah
Lainnya
Digunakan untuk pemberian Bantuan Keuangan dari
Pemerintah Daerah yang bersangkutan kepada Pemerintah
Daerah Lainnya yang mencakup antara lain Bantuan
Keuangan kepada Propinsi dan Bantuan Keuangan kepada
Kabupaten/Kota.
924 Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
Digunakan untuk pemberian Bantuan Keuangan dari
Pemerintah Daerah yang bersangkutan kepada Pemerintah
Desa.
925 Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
Bantuan Keuangan yang diberikan di luar entitas
pelaporan/pemerintahan yaitu Bantuan Partai Politik.
75
Beban Luar Biasa adalah beban yang terjadi dari kejadian luar biasa.
Kodefikasi Uraian Akun
94 Beban Luar Biasa
Digunakan untuk mencatat kejadian luar biasa, yakni
kejadian yang: (1) tidak dapat diramalkan terjadi pada awal
tahun anggaran; (2) tidak diharapkan terjadi berulang-ulang;
(3) kejadian diluar kendali entitas pemerintah.
76
Pertanyaan Reviu:
77
BAB
PRINSIP-PRINSIP
AKUNTANSI – BASIS AKRUAL 4
TUJUAN PEMBELAJARAN
Bab ini secara umum bertujuan untuk menjelaskan prinsip-prinsip
akuntansi yang pokok untuk pos-pos LRA, LO dan Neraca.
78
otomatis tetap relevan untuk dibahas di dalam bab ini. Dengan demikian,
di dalam bab ini akan dibahas secara berurutan mengenai prinsip-prinsip
akuntansi yang mencakup pos-pos LRA, LO dan Neraca.
79
dianggarkan terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai, maka
asas bruto dapat dikecualikan.
7. Pengecualian azas bruto dapat terjadi jika penerimaan kas dari
pendapatan tersebut lebih mencerminkan aktivitas pihak lain dari pada
pemerintah daerah atau penerimaan kas tersebut berasal dari transaksi
yang perputarannya cepat, volume transaksi banyak dan jangka
waktunya singkat.
8. Dalam hal badan layanan umum, pendapatan diakui dengan mengacu
pada peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan layanan
umum.
9. Pengembalian yang sifatnya sistemik (normal) dan berulang (recurring)
atas penerimaan pendapatan-LRA (contoh restitusi penerimaan pajak)
pada periode penerimaan maupun pada periode sebelumnya
dibukukan sebagai pengurang pendapatan-LRA.
10. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non- recurring)
atas penerimaan pendapatan-LRA yang terjadi pada periode
penerimaan pendapatan-LRA dibukukan sebagai pengurang
pendapatan-LRA pada periode yang sama. Perlakuan ini diberlakukan
juga untuk koreksi kesalahan yang terjadi pada periode sebelumnya jika
laporan keuangan tahun yang bersangkutan belum diterbitkan (masih
dalam proses penyusunan/pemeriksaan).
11. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-recurring)
atas penerimaan pendapatan-LRA yang terjadi pada periode
sebelumnya (jika laporan keuangan tahun yang bersangkutan telah
diterbitkan/disampaikan ke DPRD) dibukukan sebagai pengurang
Saldo Anggaran Lebih (atau SiLPA) pada periode ditemukannya
koreksi dan pengembalian tersebut.
80
2. Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas
Umum Daerah. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran,
pengakuannya dilakukan pada saat pertanggungjawaban atas
pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang melakukan fungsi
perbendaharaan (BUD) atau oleh pengguna anggaran (tergantung
kebijakan akuntansi yang ditetapkan oleh pemda di dalam peraturan
kepala daerah).
3. Dalam hal badan layanan umum, belanja diakui dengan mengacu pada
peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan layanan
umum.
4. Belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja),
organisasi, dan fungsi. Klasifikasi belanja menurut jenisnya, dapat dirinci
lebih lanjut berdasarkan objek dan rincian objek belanja.
5. Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokan belanja yang didasarkan
pada jenis belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas. Klasifikasi
ekonomi untuk pemerintah daerah meliputi belanja pegawai, belanja
barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, bantuan
keuangan, bagi hasil, dan belanja tak terduga.
6. Klasifikasi kelompok (klasifikasi di dalam format APBD) adalah
pengelompokkan belanja di dalam APBD berdasarkan Permendagri
13/2006 dan perubahannya, yang terdiri dari belanja tidak langsung dan
belanja langsung. Belanja tidak langsung adalah belanja yang tidak
terkait langsung dengan program/kegiatan, terdiri dari: contoh belanja
gaji/tunjangan, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, bantuan keuangan,
bagi hasil, dan belanja tak terduga. Belanja langsung adalah belanja yang
terkait langsung dengan adanya program/kegiatan, terdiri dari: belanja
pegawai selain gaji dan tunjangan (berupa honor2), belanja barang dan
belanja modal.
7. Belanja operasi (klasifikasi di dalam SAP) adalah pengeluaran anggaran
untuk kegiatan sehari -hari pemerintah pusat/daerah yang memberi
manfaat jangka pendek. Belanja operasi meliputi belanja pegawai,
belanja barang, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial. Di dalam SAP
tidak dikenal pengelompokkan belanja ke dalam belanja langsung dan
belanja tidak langsung. Sehingga penyusunan LRA masih harus disusun
dalam dua versi, yaitu LRA versif format APBD dan LRA versi format
SAP (contoh format LRA dengan kedua versi tsb telah diberikan pada
Bab 2).
81
8. Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan/renovasi
aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode
akuntansi. Belanja modal untuk perolehan/renovasi aset tetap meliputi
belanja modal tanah; gedung dan bangunan; peralatan dan mesin; jalan
irigasi dan jaringan; dan aset tetap lainnya. Contoh belanja modal untuk
aset lainnya adalah perolehan software aplikasi komputer yang biasanya
diberi secara terpisah dari komputernya (aset tak berwujud), seperti
software aplikasi akuntansi, perbendaharaan, dsb.
9. Belanja tak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang
sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti
penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak
terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan
kewenangan pemerintah daerah.
10. Transfer keluar adalah pengeluaran uang dari entitas pelaporan ke
entitas pelaporan lain seperti pengeluaran dana perimbangan oleh
pemerintah pusat, transfer bagi hasil/bantuan keuangan dari suatu
pemda ke pemda yang lain.
11. Klasifikasi menurut organisasi yaitu klasifikasi berdasarkan unit
organisasi pengguna anggaran.
12. Klasifikasi menurut fungsi adalah klasifikasi yang didasarkan pada
fungsi-fungsi utama pemerintah pusat/daerah dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat.
13. Realisasi anggaran belanja dilaporkan sesuai dengan klasifikasi yang
ditetapkan dalam dokumen anggaran.
14. Koreksi atas pengeluaran belanja (penerimaan kembali belanja) yang
terjadi pada periode pengeluaran belanja dibukukan sebagai pengurang
belanja pada periode yang sama. Perlakuan ini berlaku juga untuk
koreksi kesalahan belanja yang terjadi pada periode sebelumnya jika
laporan keuangan tahun yang bersangkutan belum diterbitkan (masih
dalam proses penyusunan/pemeriksaan).
15. Koreksi atas pengeluaran belanja yang terjadi pada periode
sebelumnya (setelah laporan keuangan tahun yang bersangkutan
diterbitkan/disampaikan ke DPRD) akan dicatat dalam pos
pendapatan lain-lain-LRA.
82
C. Prinsip-prinsip Akuntansi Pembiayaan Daerah (LRA)
83
D. Prinsip-prinsip Akuntansi Pendapatan Daerah-LO
84
5. Akuntansi pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu
dengan membukukan pendapatan bruto, dan tidak mencatat jumlah
netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).
6. Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LO bruto (biaya)
bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat di
estimasi terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai, maka asas
bruto dapat dikecualikan. Dalam hal badan layanan umum, pendapatan
diakui dengan mengacu pada peraturan perundangan yang mengatur
mengenai badan layanan umum.
7. Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang (recurring) atas
pendapatan-LO pada periode penerimaan maupun pada periode
sebelumnya dibukukan sebagai pengurang pendapatan.
8. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-recurring)
atas pendapatan-LO yang terjadi pada periode penerimaan pendapatan
dibukukan sebagai pengurang pendapatan pada periode yang sama.
Prinsip ini berlaku juga untuk koreksi kesalahan yang terjadi pada
periode sebelumnya, namun laporan keuangannya belum diterbitkan,
misalnya ketika masih dalam proses penyusunan/pemeriksaan.
9. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-recurring)
atas pendapatan-LO yang terjadi pada periode sebelumnya (laporan
keuangan tahun yang bersangkutan telah diterbitkan/disampaikan ke
DPRD) dibukukan sebagai pengurang ekuitas pada periode
ditemukannya koreksi dan pengembalian tersebut.
85
Contohnya tagihan rekening telepon dan rekening listrik yang belum
dibayar pemerintah.
4. Saat terjadinya konsumsi aset adalah saat pengeluaran kas kepada pihak
lain yang tidak didahului timbulnya kewajiban dan/atau konsumsi aset
nonkas dalam kegiatan operasional pemerintah. Contoh beban
perlengkapan yang telah terpakai (konsumsi ATK, obat-obatan, dsb).
5. Saat terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa adalah
saat terjadi penurunan nilai aset sehubungan dengan penggunaan aset
bersangkutan/berlalunya waktu. Contoh penurunan manfaat ekonomi
atau potensi jasa adalah penyusutan aset tetap.
6. Beban dalam bentuk barang/jasa harus dilaporkan dalam Laporan
Operasional dengan cara menaksir nilai wajar barang/jasa tersebut pada
tanggal transaksi. Di samping itu, transaksi semacam ini juga harus
diungkapkan sedemikian rupa pada Catatan atas Laporan Keuangan
sehingga dapat memberikan semua informasi yang relevan mengenai
bentuk dari beban tersebut. Transaksi beban dalam bentuk barang/jasa
antara lain hibah dalam wujud barang, barang rampasan, dan jasa
konsultansi.
7. Dalam hal badan layanan umum, beban diakui dengan mengacu pada
peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan layanan
umum.
8. Beban diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi. Klasifikasi
ekonomi pada prinsipnya mengelompokkan berdasarkan jenis beban.
Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah pusat yaitu beban pegawai,
beban barang, beban bunga, beban subsidi, beban hibah, beban
bantuan sosial, beban penyusutan aset tetap/amortisasi, beban transfer,
dan beban lain-lain. Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah daerah
terdiri dari beban pegawai, beban barang, beban bunga, beban subsidi,
beban hibah, beban bantuan sosial, beban penyusutan aset
tetap/amortisasi, beban transfer, dan beban tak terduga. Contoh bagan
akun beban dapat dilihat di bab 3, subbab bagan akun.
9. Penyusutan/amortisasi dapat dilakukan dengan berbagai metode yang
dapat dikelompokkan menjadi:
a. Metode garis lurus (straight line method);
b. Metode saldo menurun ganda (double declining balance method);
c. Metode unit produksi (unit of production method).
86
10. Beban Transfer adalah beban berupa pengeluaran uang atau kewajiban
untuk mengeluarkan uang dari entitas pelaporan kepada suatu entitas
pelaporan lain yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.
11. Koreksi atas beban, termasuk penerimaan kembali beban, yang
terjadi pada periode beban dibukukan sebagai pengurang beban pada
periode yang sama. Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi
atas beban dibukukan dalam pendapatan lain-lain. Dalam hal
mengakibatkan penambahan beban dilakukan dengan pembetulan
pada akun ekuitas.
87
G. Prinsip-prinsip Akuntansi Pos Luar Biasa - LO
Prinsip-prinsip akuntansi pos luar biasa-LO dapat diikhtisarkan sbb:
1. Pos Luar Biasa disajikan terpisah dari pos-pos lainnya dalam Laporan
Operasional dan disajikan sesudah Surplus/Defisit sebelum Pos Luar
Biasa.
2. Pos Luar Biasa memuat kejadian luar biasa yang mempunyai
karakteristik sebagai berikut:
a. kejadian yang tidak dapat diramalkan terjadi pada awal tahun
anggaran; (b) tidak diharapkan terjadi berulang-ulang; dan
b. kejadian diluar kendali entitas pemerintah.
3. Sifat dan jumlah rupiah kejadian luar biasa harus diungkapkan pula
dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Prinsip-prinsip akuntansi aset dalam bab ini hanya bersifat umum yang
bersumber pada Lampiran I PP 71/2010, PSAP No. 01 (prinsip akuntansi
aset secara spesifik dapat dilihat pada Lampiran I PP 71/2010: PSAP 05,
06, 07, 08 dan buletin teknis terkait) sbb:
1. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana
manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat
diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat
diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang
diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-
sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
2. Aset diklasifikasikan ke dalam aset lancar dan non lancar, sbb:.
Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika:
a. diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk
dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan,
atau
b. berupa kas dan setara kas.
Semua aset selain yang termasuk dalam (a) dan (b), diklasifikasikan
sebagai aset nonlancar.
Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek,
piutang, dan persediaan. Pos-pos investasi jangka pendek antara lain
88
deposito berjangka 3 (tiga) sampai 12 (dua belas) bulan dan surat
berharga yang mudah diperjualbelikan. Pos-pos piutang antara lain
piutang pajak, retribusi, denda, penjualan angsuran, tuntutan ganti rugi,
dan piutang lainnya yang diharapkan diterima dalam waktu 12 (dua
belas) bulan setelah tanggal pelaporan.
Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan
disimpan untuk digunakan, misalnya barang pakai habis seperti alat
tulis kantor, obat-obatan; barang tak habis pakai seperti komponen
peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen bekas.
Aset Nonlancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang dan
aset tak berwujud, yang digunakan secara langsung atau tidak langsung
untuk kegiatan pemerintah atau yang digunakan masyarakat umum.
Aset nonlancar diklasifikasikan menjadi investasi jangka panjang, aset
tetap, dana cadangan, dan aset lainnya (termasuk aset tak berwujud).
3. Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh
oleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur
dengan andal. Aset diakui pada saat diterima atau kepemilikannya
dan/atau kepenguasaannya berpindah.
4. Pengukuran aset adalah sebagai berikut:
a. Kas dicatat sebesar nilai nominal;
b. Investasi jangka pendek dicatat sebesar nilai perolehan;
c. Piutang dicatat sebesar nilai nominal;
d. Persediaan dicatat sebesar (1) Biaya Perolehan apabila diperoleh
dengan pembelian; (2) Harga pokok produksi apabila diperoleh
dengan memproduksi sendiri; (3) Nilai wajar apabila diperoleh
dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan.
e. Investasi jangka panjang dicatat sebesar biaya perolehan termasuk
biaya tambahan lainnya yang terjadi untuk memperoleh
kepemilikan yang sah atas investasi tersebut;
f. Aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan. Apabila penilaian aset
tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan,
maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat
perolehan. Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara
swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku,
dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan
pengawasan, perlengkapan, tenaga istrik, sewa peralatan, dan semua
89
biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset
tetap tersebut.
g. Aset moneter dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan
dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing menggunakan
kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca.
5. Seluruh aset tetap disusutkan, kecuali untuk tanah dan konstruksi dalam
pengerjaan. Di samping itu, mengacu ke Lampiran I Permendagri No.
64 Tahun 2013, terdapat juga aset tetap lainnya yang tidak disusutkan
seperti hewan, tanaman, dan buku perpustakaan. Hewan dan tanaman
langsung dihapuskan (tanpa pengakuan penyusutan) jika mati,
sementara buku perpustakaan langsung dihapuskan jika sudah tidak
dapat digunakan lagi.
Metode penyusutan yang diusulkan di Lampiran I Permendagri No. 64
Tahun 2013 adalah metode garis lurus. Namun demikian, pemerintah
daerah dapat memilih metode penyusutannya sendiri dengan pilihan
yang diberikan menurut SAP, yiatu a) metode garis lurus, b) metode
saldo menurun ganda, dan c) metode unit produksi.
90
yang akan menyerap aset lancar dalam tahun pelaporan berikutnya.
Kewajiban jangka pendek lainnya adalah kewajiban yang jatuh tempo
dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Misalnya
bunga pinjaman, utang belanja, utang perhitungan fihak ketiga (PFK),
dan bagian lancar utang jangka panjang.
5. Suatu entitas pelaporan tetap mengklasifikasikan kewajiban jangka
panjangnya, meskipun kewajiban tersebut jatuh tempo dan untuk
diselesaikan dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan
jika:
a. jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12 (dua belas)
bulan;
b. entitas bermaksud mendanai kembali (refinance) kewajiban tersebut
atas dasar jangka panjang; dan
c. maksud tersebut didukung dengan adanya suatu perjanjian
pendanaan kembali (refinancing), atau adanya penjadualan kembali
terhadap pembayaran, yang diselesaikan sebelum laporan keuangan
disetujui.
6. Beberapa kewajiban yang jatuh tempo untuk dilunasi pada tahun
berikutnya mungkin diharapkan dapat didanai kembali (refinancing)
atau digulirkan (roll over) berdasarkan kebijakan entitas pelaporan dan
diharapkan tidak akan segera menyerap dana entitas. Kewajiban yang
demikian dipertimbangkan untuk menjadi suatu bagian dari
pembiayaan jangka panjang dan diklasifikasikan sebagai kewajiban
jangka panjang. Namun dalam situasi di mana kebijakan pendanaan
kembali tidak berada pada entitas (seperti dalam kasus tidak adanya
persetujuan pendanaan kembali), pendanaan kembali ini tidak dapat
dipertimbangkan secara otomatis dan kewajiban ini diklasifikasikan
sebagai pos jangka pendek kecuali penyelesaian atas perjanjian
pendanaan kembali sebelum persetujuan laporan keuangan
membuktikan bahwa substansi kewajiban pada tanggal pelaporan adalah
jangka panjang. Beberapa perjanjian pinjaman menyertakan persyaratan
tertentu (covenant) yang menyebabkan kewajiban jangka panjang
menjadi kewajiban jangka pendek (payable on demand) jika persyaratan
tertentu yang terkait dengan posisi keuangan peminjam dilanggar.
Dalam keadaan demikian, kewajiban dapat diklasifikasikan sebagai
kewajiban jangka panjang hanya jika: a) pemberi pinjaman telah
menyetujui untuk tidak meminta pelunasan sebagai konsekuensi adanya
91
pelanggaran, dan b) tidak mungkin terjadi pelanggaran berikutnya dalam
waktu 12 (dua belas) 6 bulan setelah tanggal pelaporan.
7. Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber
daya ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada
sampai saat pelaporan, dan perubahan atas kewajiban tersebut
mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan andal.
Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima atau pada saat
kewajiban timbul.
8. Kewajiban diukur/dicatat sebesar nilai nominal.
9. Kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam
mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing menggunakan kurs
tengah bank sentral pada tanggal neraca.
92
Pertanyaan Reviu:
1. Jelaskan pengertian pendapaan–LRA dan bagaimana prinsip
pengakuannya !
2. Pendapatan akan dicatat dengan azas bruto. Jelaskan apa yang
dimaksud dengan azas tersebut !
3. Jelaskan pengertian pendapaan–LO dan bagaimana prinsip
pengakuannya!
4. Jelaskan perbedaan antara belanja dan beban dari sisi pengertian dan
prinsip pengakuannya!
5. Jelaskan perlakuan akuntansi untuk koreksi kesalahan pendapatan
yang berulang dan yang tidak berulang !
6. Jelaskan perlakuan akuntansi untuk koreksi kesalahan belanja/beban !
7. Jelaskan pengertian dan klasifikasi aset !
8. Pada dasarnya perolehan aset akan dicatat sebesar harga perolehannya
(cost). Jelaskan apa yang dimaksud dengan harga perolehan !
9. Apakah pendapatan hibah berupa barang akan dilaporkan di LRA atau
di LO ?
10. Jelaskan pengertian dan klasifikasi kewajiban !
93
BAB
AKUNTANSI SKPD
5
TUJUAN PEMBELAJARAN
Bab ini secara umum bertujuan untuk memberikan ilustrasi siklus
akuntansi pada SKPD.
94
ataupun melalui bendahara pengeluaran SKPD dengan mekanisme uang
persediaan (UP) / tambah uang persediaan (TU).
Mekanisme di atas akan menimbulkan hubungan antara SKPD dengan
PPKD (selaku BUD). Untuk tujuan akuntansi, hubungan antara berbagai
SKPD dan PPKD selaku BUD dapat dipandang dari dua aspek berikut:
1. Aspek hubungan keuangan; hubungan antara SKPD dan PPKD dapat
dipandang sebagai hubungan antara kantor pusat dan kantor cabang.
PPKD diperlakukan sebagai kantor pusat, sementara itu SKPD-SKPD
diperlakukan sebagai kantor cabang.
2. Aspek pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran; hubungan antara
SKPD dan PPKD sebagai entitas yang mandiri, sehingga SKPD dan
PPKD masing-masing mempunyai tanggung jawab untuk menyusun
laporan keuangannya masing-masing.
95
Sub sistem ini merupakan proses akuntansi (penjurnalan, posting, dan
seterusnya) untuk mencatat transaksi dengan basis akrual yang akan
menghasilkan LO dan Neraca. Transaksi yang dicatat di dalam sub-
sistem ini untuk akuntansi SKPD meliputi:
a. Pendapatan-LO
b. Beban
c. Aset
d. Kewajiban
e. Ekuitas
96
Tabel 5.1 Struktur Anggaran SKPD
*)Keterangan:
Akun ‘Estimasi Perubahan SAL’ dicatat di sisi debit apabila anggaran SKPD
97
menunjukkan jumlah defisit, atau jika total jumlah anggaran pendapatan
lebih kecil dari total jumlah anggaran belanja. Demikian sebaliknya, jika
anggaran SKPD menunjukkan jumlah surplus, akun ‘Estimasi Perubahan
SAL’ dicatat di sisi kredit.
98
− LPJ Penerimaan dan Penyetoran
Pendapatan dari Bendahara
Penerimaan
a. Jurnal Transaksi Pendapatan-LRA
Catatan:
1) Pada sub-sistem akuntansi pelaksanaan anggaran tidak akan dicatat
piutang pendapatan maupun utang belanja, karena sub-sistem tsb hanya
mencatat transaksi kas untuk menghasilkan LRA. Pengakuan
utang/piutang hanya akan dicatat pada sub-sistem akuntansi keuangan
yang menggunakan basis akrual untuk menghasilkan LO dan Neraca.
2) Pendapatan yang telah diterima oleh bendahara penerimaan SKPD
pada akhir tahun, mungkin saja belum sempat disetorkan ke Kasda.
Namun demikian, pendapatan tersebut sudah dapat diakui (dicatat
dalam jurnal) pada saat pembayarannya diterima oleh bendahara
penerimaan, sehingga tidak ada lagi pengakuan ke akun ’Pendapatan
yang Ditangguhkan’.
99
Transaksi pendapatan-LO akan dicatat di dalam sub-sistem akuntansi
keuangan, yang dicatat dengan basis akrual untuk dilaporkan di dalam LO.
Jurnal untuk mencatat pendapatan-LO, yang diakui dengan basis akrual,
tergantung dari prosedur pemungutan pendapatannya itu sendiri, apakah
didahului dengan penerbitan surat ketetapan atau tidak.
1) Pendapatan dengan surat ketetapan
Apabila suatu pendapatan baru akan ditagih setelah pemda menerbitkan
surat ketetapan (SKP/SKR), maka pengakuan pendapatan sudah dapat
diakui pada saat pemda menerbitkan SKP/SKR dengan jurnal sbb:
Piutang Pendapatan xxx
Pendapatan-LO xxx
Jurnal Alternatif
Untuk pertimbangan praktisnya, pada saat pemda menerbitkan SKP/SKR
boleh saja pendapatan belum dicatat di dalam buku jurnal, akan tetapi
jurnalnya baru dibuat setelah pembayaran kas-nya diterima oleh bendahara
penerimaan atau pada saat telah disetor ke Kasda.
Apabila jurnal dibuat pada saat kas telah diterima oleh bendahara
penerimaan, maka jurnalnya adalah:
Kas di Bendahara Penerimaa n xxx
Pendapatan-LO xxx
Atau, jika dijurnal sekali saja pada saat disetor ke Kasda, maka jurnalnya
menjadi:
100
RK-PPKD xxx
Pendapatan-LO xxx
Jurnal Alternatif
Jurnal di atas dapat dibuat dengan satu kali jurnal saja, yaitu pada saat disetor
ke Kasda, sbb.:
RK-PPKD xxx
Pendapatan-LO xxx
101
dalam LRA. Belanja yang dilaksanakan oleh SKPD umumnya terdiri dari:
belanja pegawai (gaji, tunjangan, honor); belanja barang dan jasa; dan belanja
modal.
Saat pengakuan belanja tergantung dari cara pembayaran belanjanya itu
sendiri, sebagai berikut.
102
saja, sedangkan Belanja Modal merupakan belanja perolehan aset tetap
yang memiliki manfaat lebih dari satu tahun/satu periode akuntansi. Oleh
karenanya, belanja modal tidak masuk di dalam LO. Akan tetapi, di dalam
LO akan dimasukkan beban penyusutan aset tetap, yang merupakan
pengakuan atas penurunan nilai perolehan aset tetap.
103
1) Beban dibayar secara LS
Setelah SKPD menerima SP2D-LS dari BUD/Kuasa BUD, SKPD akan
menjurnal sbb.:
Beban (selain belanja modal) xxx
RK-PPKD xxx
(a) Pada saat diterima SP2D-UP ataupun SP2D-TU jurnal yang dibuat (oleh
SKPD) adalah
Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
RK-PPKD xxx
(b) Saat SPJ pembayaran belanja disahkan oleh PA/KPA, jurnal yang dibuat
adalah
Beban (selain belanja modal) xxx
Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
(c) Saat menerima SP2D-GU, jurnal yang dibuat adalah sama seperti ketika
menerima SP2D-UP, yaitu:
Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
RK-PPKD xxx
(d) Saat sisa dana TU ataupun sisa dana UP disetorkan kembali ke Kasda,
berdasarkan bukti penyetoran, jurnal yang buat adalah
RK-PPKD xxx
Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
Catatan:
• Jika yang terjadi adalah transaksi belanja modal, maka di dalam
subsistem akuntansi keuangan akan dicatat dengan jurnal:
104
Aset Tetap (sesuai jenis asetnya) xxx
RK-PPKD/Kas di Bendahara Pengeluaran* xxx
*sesuai cara pembayarannya
Contoh dari transaksi ini misalnya, adanya tagihan belanja listrik/telpon yang
harus dibayar di bulan Desember, namun belum bisa dibayarkan hingga
akhir tahun.
Jika yang terjadi adalah belanja modal, maka jurnal penyesuaian yang dibuat
adalah:
Aset Tetap (sesuai jenis asetnya) xxx
Utang Beban xxx
105
1) Pada saat dilakukan pembelian persediaan (contoh ATK, obat-obatan,
benda pos, dsb) jurnal yang dibuat tergantung dari cara pembayarannya,
seperti yang diuraikan pada jurnal standar transaksi beban berupa
belanja pada huruf (a) di atas.
Jika pembelian persediaan dibayar secara LS, jurnal yang dibuat adalah:
Beban Persediaan xxx
RK-PPKD xxx
106
Setelah jurnal penyesuaian tsb diposting ke buku besar persediaan, maka
saldo akhir persediaan akan menjadi Rp 4.750.000, sesuai dengan hasil
inventarisasi persediaan akhir tahun.
107
Contoh (2): Saldo persediaan awal tahun menunjukkan saldo sebesar
Rp1.500.000, dan saldo persediaan akhir tahun sebesar Rp 1.000.000.
1 Januari 20xx, dibuat ayat jurnal pembalik untuk menutup saldo persediaan
awal tahun:
Beban Persediaan 1.500.000
Persediaan 1.500.000
Catatan:
• Untuk menentukan nilai persediaan akhir dapat ditentukan dengan
menginventarisasi jumlah kuantitas persediaan dikalikan dengan harga
beli yang terakhir kali. Alternatif lain, dapat juga dihitung dengan
metode FIFO, tergantung dari pilihan metode yang ditentukan di dalam
kebijakan akuntansi setiap pemda.
• Jumlah realisasi belanja persediaan yang dilaporkan di dalam LRA
adalah sesuai dengan nilai realisasi belanja pada tahun yang
bersangkutan tanpa harus dikurangi dengan nilai persediaan yang masih
ada pada akhr tahun, alasannya karena LRA disajikan secara basis kas.
Dengan demikian, akun ’Belanja Persediaan’ di LRA dan akun ’Beban
Persediaan’ di LO akan menunjukkan saldo yang berbeda. Hal tersebut
dikarenakan adanya perbedaan dalam penggunaan basis akuntansi,
LRA disajikan dengan basis kas, sedangkan LO disajikan dengan basis
akrual.
108
dilaporkan sejumlah estimasi nilai bersih yang dapat direalisasi. Jurnal
penyisihan piutang tak tertagih adalah sebagai berikut.
109
dicatat ke akun ’Beban/Kerugian Penghapusan Piutang’. Jurnal yang dibuat
adalah sebagai berikut
Penyisihan Piutang Tak Tertagih xxx
Beban/Kerugian Piutang Tak Tertagih xxx
Piutang xxx
110
berdasarkan estimasi dengan pembayaran yang seharusnya berdasarkan
perhitungan final setelah akhir tahun berjalan.
Jurnal koreksi kesalahan pendapatan baik untuk kesalahan tahun
berjalan maupun kesalahan yang berasal dari tahun sebelumnya adalah sbb.
(jurnalnya sama):
Sub-sistem akuntansi pelaksanaan anggaran (Pendapatan-LRA) akan
menjurnal:
Pendapatan-LRA xxx*
Estimasi Perubahan SAL xxx
*) Jumlah yang dicatat di dalam jurnal tersebut adalah jumlah restitusi yang
dibayarkan oleh pemda (PPKD) kepada WP.
Keterangan:
• Pembayaran kas untuk restitusi akan dilakukan oleh PPKD, sehingga
SKPD tidak mengkredit pada akun ’Kas di Bendahara Penerimaan’.
• Apabila ternyata WP kurang bayar, maka jurnal yang dibuat oleh SKPD
adalah jurnal penyesuaian biasa (bukan jurnal koreksi kesalahan) yang
dibuat akhir tahun, yaitu dengan jurnal:
Piutang xxx
Pendapatan-LO xxx
111
1) Koreksi atas kesalahan yang terjadi pada tahun berjalan
Jurnal koreksi yang dibuat adalah sbb.:
112
yang sering terjadi, tidak seperti dalam koreksi pendapatan di atas. Koreksi
kesalahan belanja hanya dibedakan dengan dua kemungkinan berikut ini.
*) Jumlah yang dicatat pada jurnal di atas adalah sebesar kelebihan belanja
yang disetorkan kembali ke Kasda.
113
Sebagaimana telah diuraikan pada Subbab A tentang Pendekatan
Akuntansi, LO dan Neraca dihasilkan dari subsistem keuangan yang
menerapkan proses akuntansi dengan basis akrual. Semua jurnal yang
terkait dengan pencatatan akun pendapatan LO, beban, aset, kewajiban, dan
ekuitas akan dicatat dengan basis akrual. Pada bagian berikutnya akan
diuraikan teknik penjurnalan untuk akun-akun neraca yang tentunya terkait
dengan pelaksanaan anggaran dan transaksi keuangan lainnya yang bersifat
non-anggaran, namun dicatat dengan basis akrual.
Di dalam neraca SKPD tidak akan muncul akun ’Investasi’ (baik jangka
pendek maupun jangka panjang) maupun akun ’Dana Cadangan’, karena
SKPD tidak memiliki kewenangan untuk melakukan investasi maupun
pembentukan dana cadangan. Kewenangan investasi dan pembentukan
dana cadangan hanya ada pada PPKD.
114
Pengeluaran’ pada neraca akhir tahun idealnya menunjukkan saldo nihil,
karena sisa UP di bendahara pengeluaran umumnya harus disetor ke Kasda
paling lambat akhir tahun anggaran. Terlebih lagi sisa TU yang harus segera
disetor paling lambat satu bulan setelah tanggal SP2D-TU atau segera
disetor setelah belanja suatu kegiatan selesai dibayarkan. Jika pada neraca
akhir tahun akun ’Kas di Bendahara Pengeluaran’ masih memiliki saldo,
hal ini kemungkinan berasal dari sisa UP/TU yang belum disetor ke Kasda,
ataupun uang pemotongan PPh/PPN yang belum disetor ke Kas Negara.
Akun ’Piutang’ umumnya terkait dengan transaksi pendapatan, yaitu
pada saat pengakuan pendapatan yang sudah menjadi hak pemda/SKPD
dan pada saat penerimaan pembayarannya. Jurnal yang terkait dengan akun
piutang tersebut dapat dilihat pada Subbab C, angka 2.2 (Jurnal Transaksi
Pendapatan-LO). Apabila pada neraca akhir tahun terdapat saldo pada
akun ’Piutang’, hal ini berarti SKPD memiliki tagihan pendapatan yang
sudah menjadi hak pemda/SKPD namun masih belum diterima
pembayarannya. Bagi SKPD yang tidak memiliki kewenangan memungut
pendapatan daerah, akun ini kemungkinan besar tidak akan muncul di
neraca. Pemda dapat menerapkan kebijakan akuntansi untuk penetapan
penyisihan piutang tak tertagih, jurnal untuk penyisihan piutang dan
penghapusan piutang dapat dilihat pada Subab C, angka 4 huruf d (Jurnal
Akuntansi Beban berupa Penyisihan Piutang).
Akun ’Persediaan’ akan muncul di Neraca untuk menunjukkan saldo
nilai persediaan yang masih ada pada akhir tahun. Pada saat SKPD
melakukan belanja persediaan umumnya akan dicatat dengan mendebit
akun ’Belanja/Beban Persediaan’, sehingga untuk mengakui saldo
persediaan yang masih ada pada akhir tahun dilakukan dengan membuat
jurnal penyesuaian akhir tahun. Contoh jurnal penyesuaian untuk mengakui
persediaan akhir dapat dilihat pada Subab C, angka 4 huruf c (Jurnal
Akuntansi Beban berupa Konsumsi Aset). Yang termasuk ke dalam akun
persediaan antara lain mencakup: ATK, persediaan obat-obatan, bahan-
bahan pakai habis lainnya, termasuk barang berupa peralatan/mesin/aset
tetap yang dibeli untuk dijual kembali/diserahkan ke pihak ketiga yang
masih ada pada akhir tahun.
Akun ’Beban Dibayar Dimuka’ akan muncul di Neraca apabila SKPD
membayar dimuka untuk belanja barang dan jasa (bukan belanja modal)
yang manfaatnya lebih dari satu periode akuntansi. Contoh beban ini adalah
sewa gedung/kendaraan dibayar dimuka untuk jangka waktu lebih dari satu
115
tahun anggaran. Transaksi ini sepertinya jarang terjadi dalam prakteknya,
mengingat aturan pelaksanaan anggaran yang mungkin belum
memperkenankan adanya pembayaran sewa (atau belanja lain sejenisnya)
yang sekaligus dibayar dalam suatu tahun anggaran untuk kontrak sewa
beberapa tahun ke depan. Kecuali untuk kondisi tertentu dan/atau jika
secara aturan diperkenankan adanya pembayaran belanja dibayar dimuka,
mungkin transaki ini dapat terjadi. Contoh jurnal untuk mencatat transaksi
ini dapat dilihat pada Subab C, angka 4 huruf b.2 (Beban Dibayar Dimuka).
116
Aset Tetap (sesuai jenisnya)* xxx
RK-PPKD atau Kas di Bendahara Pengeluaran** xxx
*)Apabila aset tetap yang diperoleh dengan cara dibangun belum selesai sd
akhir tahun anggaran, maka aset terebut akan dicatat ke akun ’Konstruksi
dalam Pengerjaan”; dan apabila persentasi penyelesaian lebih besar dari
persentase pembayaran, maka selisihnya akan didebit ke akun ’Konstruksi
dalam Pengerjaan’ dan kredit ke akun ’Utang Belanja/Beban’.
**) sesuai cara pembayarannya (LS atau UP/GU/TU).
b) Apabila aset tetap diperoleh dari hibah, maka jurnal yang dibuat hanya di
subsistem akuntansi keuangan sbb.:
c) Apabila sebuah SKPD menerima transfer aset tetap dari SKPD lain pada
pemda yang sama, maka jurnal yang dibuat hanya di subsistem akuntansi
keuangan, sbb.:
SKPD yang melakukan transfer:
Ekuitas xxx
Akumulasi Penyusutan* xxx
Aset Tetap (misal kendaraan) xxx
117
Di dalam penerapan SAP Akrual, pengakuan penyusutan aset tetap
sudah menjadi keharusan, bukan opsional seperti pada SAP-CTA (SAP
berbasis kas menuju akrual). Semua aset tetap disusutkan, kecuali untuk
tanah, KDP, dan mungkin beberapa aset tetap tertentu lainnya, sesuai
kebijakan akuntansi yang ditetapkan oleh sebuah pemda, seperti aset tetap
lainnya berupa buku perpustakaan, hewan, pepohonan. Metode
penyusutan yang diterapakan di pemerintah pusat saat ini adalah metode
garis lurus dengan nilai sisa nol. Demikian juga, di dalam Permendagri No.
64/2013 metode penyusutan yang direkomendasikan adalah metode garis
lurus. Nilai penyusutan dengan metode garis lurus dihitung dengan cara
membagi nilai perolehan dengan jumlah tahun masa manfaatnya, dengan
rumus sbb.:
Rumus tersebut dengan asumsi nilai sisa dianggap tidak ada (nol).
Penyusutan aset tetap biasanya hanya dicatat sekali di akhir tahun melalui
jurnal penyesuaian, dengan jurnal sbb.:
Beban Penyusutan Aset Tetap xxx
Akumulasi Penyusutan-Aset Tetap xxx
118
Sedangkan untuk perbaikan atau renovasi aset tetap yang sifatnya tidak
rutin akan dikapitalisasi (menambah nilai aset tetap yang bersangkutan)
dengan syarat: (a) nilainya melebihi batas minimal kapitalisasi; (b)
menambah masa manfaat atau meningkatkan nilai ekonomis/kapasitas dari
aset yang bersangkutan. Untuk perbaikan yang sifatnya tidak rutin dan
memenuhi kedua syarat untuk dikapitalisasi akan dianggarkan di dalam
belanja modal. Transaksi pembayaran biaya perbaikan/renovasi ini akan
dicatat dengan jurnal sbb.:
Subsistem Akuntansi Pelaksanaan Anggaran (LRA)
Belanja Modal xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx
(a) Jika aset tetap yang dihapuskan tidak dapat dijual, jurnal yang dibuat
adalah sbb.:
Akumulasi Penyusutan xxx
Kerugian Penghapusan Aset Tetap* xxx
Aset Tetap (sesuai jenis aset yang dihapuskan) xxx
119
biasa, akun ’Kerugian Penghapusan Aset Tetap’ akan dilaporkan di LO,
di bawah pos ’Surplus/Defisit Non-Operasional’. Akan tetapi, jika
penghapusan aset tetap tersebut karena hancur/rusak berat akibat
bencana alam/bencana sosial, maka akun ’Kerugian Penghapusan Aset
Tetap’ akan dilaporkan di LO, di bawah ’Pos Luar Biasa’.
(b) Jika aset tetap yang dihapuskan dapat dijual, jurnal yang dibuat adalah
sbb.:
*) Jika kas hasil penjualan aset tetap lebih kecil dari nilai buku aset tetap ybs,
maka selisihnya akan dicatat ke akun ’Defisit Penjualan Aset Tetap’.
Sebaliknya, Jika kas hasil penjualan aset tetap lebih besar dari nilai buku aset
tetap ybs, maka selisihnya akan dicatat ke akun ’Surplus Penjualan Aset
Tetap’ yang dicatat di sisi kredit.
**) Apabila di SKPD tsb ada bendahara penerimaan, maka hasil penjualan
aset tsb dapat diadministrasikan oleh bendahara penerimaan, jika tidak ada,
dapat diadministrasikan oleh bendahara pengeluaran.
120
memudahkan pekerjaan di dalam pengelolaan keuangan. Di samping itu,
aset tetap yang sudah tidak digunakan lagi, namun belum dihapuskan dapat
direklasfikasi ke aset lainnya. Berikut contoh penjurnalan untuk transaki
aset lainnya.
1) Jurnal untuk mencatat perolehan aset tak berwujud sama seperti jurnal
peroleh aset tetap, yaitu:
Aset tak berwujud tidak disusutkan, namun langsung dihapuskan jika sudah
tidak memberikan manfaat lagi, dengan jurnal:
Subsistem Akuntansi Keuangan (LO dan Neraca)
2) Jurnal untuk mencatat reklasifikasi aset tetap yang tidak dapat digunakan lagi
ke aset lainnya adalah sbb.:
*Aset lainnya dicatat sebesar nilai buku dari aset tetap yang direklas.
121
Kerugian Penghapusan Aset Lainnya xxx
Aset Lainnya xxx
2) Jika aset yang dihapuskan tsb dapat dijual, jurnal yang dibuat adalah
sbb.:
*) Jika nilai buku aset lainnya lebih besar dari kas hasil penjualan aset tsb,
maka selisihnya dicatat ke akun ’Defisit Penjualan Aset Lainnya’, atau jika
kondisi sebaliknya, maka selisihnya akan dicatat ke akun ’Surplus Penjualan
Aset Lainnya’ yang akan dicatat di sisi kredit.
122
Selanjutnya, jika utang tsb dibayar pada tahun anggaran berikut, jurnal yang
dibuat adalah:
Subsistem Akuntansi Pelaksanaan Anggaran (LRA)
Belanja… xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx
123
9. Jurnal Transaksi Ekuitas
Akun Ekuitas yang dilaporkan di neraca mencerminkan hak residual
pemda/SKPD. Jurnal yang terkait dengan akun ekuitas umumnya dilakukan
pada saat membuat jurnal penutup pada akhir tahun, yaitu untuk menutup
akun ’Pendapatan-LO’ dan ’Beban’. Jurnal yang dibuat adalah sbb.:
Jurnal untuk menutup akun-akun Pendapatan-LO dan Beban terlebih
dahulu akan ditutup ke akun ’Surplus/Defisit-LO, sbb.:
Pendapatan-LO xxx
Surplus/Defisit-LO* xxx
Beban xxx
*Ekuitas di kredit jika saldo Surplus/Defisit lebih kecil dari saldo RK-
PPKD. Demikian sebaliknya, Ekuitas akan di debit jika saldo
Surplus/Defisit lebih besar dari saldo RK-PPKD.
124
untuk setiap jenis transaksi yang biasa terjadi pada SKPD, hingga akhirnya
dihasilkan laporan keuangan SKPD.
ASET Rp KEWAJIBAN Rp
Aset Lancar Kewajiban Jangka
Kas di Bendahara 1.500.000 Pendek 1.350.000
Pengeluaran*) 500.000 Utang PPh 150.000
Persediaan 2.000.000 Utang PPN 1.500.000
Total Aset Lancar
Aset Tetap 250.000.000
Tanah 240.000.000 EKUITAS 639.500.000
Gedung/Bangunan 149.000.000 Ekuitas**
Peralatan dan Mesin 639.000.000
Total Aset Tetap
TOTAL ASET 641.000 TOTAL 641.000
KEWAJIBAN &
EKUITAS
*) Kas di Bendahara Pengeluaran merupakan potongan PPh/PPn yang
belum disetor ke Kas Negara sd akhir tahun 2012.
**)Akun Ekuitas di dalam SAP Akrual tidak dibagi lagi menjadi Ekuitas Dana
Lancar, Ekuitas Dana Diinvestasikan, dsb., karena akun Ekuitas di sini sudah
merupakan Ekuitas yg bersifat full accrual.
125
Ringkasan DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran) Dinas Perhubungan
untuk T.A. 2013 adalah sbb.:
Uraian Jumlah
Retribusi Rp24.000.000
Belanja
Belanja Tidak Langsung:
Belanja Pegawai Rp1.500.000.000
Belanja Langsung:
Belanja Pegawai Rp65.000.000
Belanja Barang dan Jasa 150.000.000
Belanja Modal 120.000.000
Total Belanja Langsung Rp335.000.000
Total Belanja Rp1.835.000.000
126
g) Dari jumlah SKR yang diterbitkan selama tahun berjalan, pendapatan
retribusi yang diterima bendahara penerimaan sebesar Rp25.500.000.
Pendapatan yang diterima tersebut telah disetor seluruhnya ke rekening
Kas Daerah, berdasarkan bukti transaksi berupa STS (Surat Tanda
Setoran).
h) Total SPJ belanja UP yang telah disahkan oleh PA selama tahun
anggaran, tidak termasuk SPJ penggunaan UP yang terakhir, adalah sbb.:
Belanja Langsung Jumlah
Belanja Pegawai (honor-honor) Rp53.750.000
Belanja Barang dan Jasa Rp62.500.000
Total Rp116.250.000
127
dengan asumsi nilai residu nol (nihil). Gedung dan Bangunan
disusutkan dengan tarif penyusutan sebesar 2,5% per tahun, sedangkan
peralatan dan mesin disusutkan dengan tarif penyusutan sebesar 10%
per tahunnya. Semua aset tetap (kecuali tanah dan KDP) yang diperoleh
pada tahun berjalan dianggap telah dapat disusutkan untuk setahun
penuh.
c) Tagihan belanja barang dan jasa berupa belanja langganan daya dan jasa
untuk bulan Desember 2013 sebesar Rp15.325.000 belum terbayarkan.
BAGIAN I:
PROSES AKUNTANSI PADA SUBSISTEM AKUNTANSI
KEUANGAN
JURNAL UMUM
(Entitas Akuntansi Keuangan)
Tanggal Rekening / uraian Ref. Debit Kredit
(No.
Transaksi)
2013
a Utang PPh 1.350.000
Utang PPN 150.000
Kas di Bendahara 1.500.000
Pengeluaran
(Pembayaran utang PPh/PPN)
128
b Kas di Bendahara Pengeluaran 50.000.000
RK-PPKD 50.000.000
(Penerimaan SP2D UP)
c Beban Gaji dan Tunjangan 1.487.500.000
RK-PPKD 1.487.500.000
(Pembayaran belanja LS gaji&
tunjangan)
d Peralatan dan Mesin 110.000.000
RK-PPKD 110.000.000
(Pembayaran belanja modal-LS)
e Beban Barang dan Jasa 55.000.000
RK-PPKD 55.000.000
(Pembayaran belanja barang dan
jasa-LS)
f Piutang Retribusi 27.000.000
Pendapatan Retribusi 27.000.000
(Pengakuan piutang retribusi
berdasarkan penerbitan SKR)
g Kas di Bendahara Penerimaan 25.500.000
Piutang Retribusi 25.500.000
(Penerimaan pembayaran
piutang retribusi)
RK-PPKD 25.500.000
Kas di Bendahara Penerimaan 25.500.000
(Penyetoran pendapatan ke
Kasda)
k RK-PPKD 11.500.000
129
Kas di Bendahara 11.500.000
Pengeluaran
(Pengembalian sisa UP akhir
tahun: Rp 50.000.000 – Rp
38.500.000)
JURNAL PENYESUAIAN
AKHIR TAHUN:
m Persediaan 500.000
Beban Barang dan Jasa 500.000
(Saldo persediaan mengalami
kenaikan sebesar Rp500.000,
sehingga beban persediaan yang
sudah dicatat dalam akun Beban
Barang dan Jasa harus dikurangi
sebesar jumlah tsb.)
130
(untuk mencatat utang belanja
langganan daya dan jasa)
BUKU BESAR
(Entitas Akuntansi Keuangan)
131
f Penerbitan SKR 27.000.000 27.000.000
g Penerimaan retribusi 25.500.000 1.500.000
132
Debit Kredit
Jan 1 Saldo awal -
n Penyusutan tahun 2013 31.900.000 31.900.000
133
Nama Rek. : RK-PPKD
No. Rek. :
Tgl Uraian Ref Debit Kredit Saldo
Debit Kredit
b Penerimaan UP 50.000.000 50.000.000
c Belanja gaji dan 1.487.500.000 1.537.500.000
tunjangan
d belanja modal 110.000.000 1.647.500.000
e belanja barang 55.000.000 1.702.500.000
dan jasa (LS)
g Penyetoran 25.500.000 1.677.000.000
retribusi ke
Kasda
i Penerimaan 116.250.000 1.793.250.000
SP2D GU
k Penyetoran sisa 11.500.000 1.781.750.000
UP
134
j SPJ belanja honor 11.000.000 64.750.000
pengawai UP
NERACA SALDO
(Entitas Akuntansi Keuangan)
135
1.xxx Tanah 250.000.000
1.xxx Gedung 240.000.000
1.xxx Peralatan dan Mesin 259.000.000
1.xxx Akumulasi Penyusutan Aset Tetap 31.900.000
2.xxx Utang PPh -
2.xxx Utang PPN
3.xxx Utang Beban Barang dan Jasa 15.325.000
3.xxx Ekuitas 639.500.000
3.xxx RK-PPKD 1.781.750.000
8.xxx Pendapatan Retribusi-LO 27.000.000
9.xxx Beban Pegawai - Gaji dan 1.487.500.000
Tunjangan
9.xxx Beban Pegawai-Beban Honor 64.750.000
9.xxx Beban Barang dan Jasa 159.825.000
9.xxx Beban Penyusutan 31.900.000
Catatan: Jumlah kolom debit dan kredit pada Neraca Saldo di atas harus seimbang
(balance), apabila tidak, berarti ada kesalahan yang mungkin terjadi pada saat
mencatat jumlah pada jurnal, buku besar, atau pada saat memindahkan saldo
rekening buku besar ke neraca saldo, atau mungkin salah menempatkan posisi
saldo, misalnya yang seharusnya di debit tetapi ditempatkan di kredit, atau
sebaliknya.
LAPORAN KEUANGAN
(Entitas Akuntansi Keuangan)
136
Pemerintah Kabupaten Makmur Jaya
Dinas Perhubungan
Neraca
Per 31 Desember 2013
ASET Rp KEWAJIBAN Rp
Aset Lancar Kewajiban Jangka
Kas di Bendahara - Pendek 15.325.000
Penerimaan - Utang Beban
Kas di Bendahara 1.500.000 Barang/Jasa
Pengeluaran 1.000.000
Piutang Retribusi 2.500.000 639.500.000
Persediaan EKUITAS *)
Total Aset Lancar Ekuitas awal tahun (1.716.975.000)
250.000.000 Ekuitas untuk 1.781.750.000
Aset Tetap 240.000.000 Konsolidasi:
Tanah 259.000.000 Surplus (Defisit)-LO 64.775.000
Gedung/Bangunan (31.900.000) RK-PPKD 704.275.000
Peralatan dan Mesin 717.100.000 Selisih Surplus (Defisit)-
Akum. Penyusutan LO dan RK-PPKD
Total Aset Tetap Ekuitas akhir tahun
TOTAL
TOTAL ASET 719.600.000 KEWAJIBAN & 719.600.000
EKUITAS
Keterangan:
*)Tidak perlu dibuatkan Laporan Perubahan Ekuitas tersendiri untuk
memudahkan pengonsolidasian Neraca PPKD dan Neraca seluruh SKPD.
Laporan Perubahan Ekuitas cukup dibuatkan di dalam Laporan Keuangan
di Tingkat Pemda (Laporan Keuangan Konsolidasian)
Neraca dapat disajikan dengan dua macam format, yaitu format I (I-
accounts) dan format T (T-accounts). Untuk tujuan kesederhaan, pada
ilustrasi neraca di atas disajikan dengan format T. Akan tetapi, neraca yang
secara formal disusun oleh pemda umumnya berupa neraca komparatif
dengan menggunakan format I. Neraca komparatif yang dimaksud adalah
neraca dengan penyajian saldo untuk dua tahun berturut-turut, dengan
maksud untuk memberikan perbandingan antara saldo akhir tahun berjalan
dengan saldo akhir tahun sebelumnya, sehingga dapat memberikan
gambaran mengenai kenaikan atau penurunan dari setiap saldo akun neraca
137
yang disajikan. Format I (I-accounts) yaitu format neraca yang menyajikan
pos aset, kewajiban dan ekuitas secara vertikal, dengan pos aset ditempatkan
di posisi atas, kemudian disusul di bawahnya dengan pos kewajiban, dan
terakhir pos ekuitas di bagian paling bawah. Contoh neraca dengan format
I telah diilustrasikan di Bab 2.
2013
Des 31 Pendapatan Retribusi-LO 27.000.000
Surplus (Defisit)-LO 1.716.975.000
Beban Pegawai - Gaji dan 1.487.500.000
Tunjangan
Beban Pegawai-Beban 64.750.000
Honor
Beban Barang dan Jasa 159.825.000
Beban Penyusutan 31.900.000
31 RK-PPKD 1.781.750.000
Surplus (Defisit)-LO 1.716.975.000
Ekuitas 64.775.000
138
Setelah ayat jurnal penutup di atas diposting ke buku besar, maka akun-
akun buku besar yang masih terbawa ke periode selanjutnya hanya terdiri
dari akun-akun neraca yang merupakan akun riil/permanen. Berikut neraca
saldo setelah tutup buku.
BAGIAN II:
PROSES AKUNTANSI PADA SUBSISTEM AKUNTANSI
PELAKSANAAN ANGGARAN
JURNAL UMUM
(Entitas Akuntansi Pelaksanaan Anggaran)
139
Tanggal Rekening / uraian Ref. Debit Kredit
(No.
Transaksi)
2013
Estimasi Pendapatan Retribusi 24.000.000
Estimasi Perubahan SAL 1.811.000.000
Apropriasi Belanja 1.835.000.000
(Jurnal Anggaran)
c Belanja Gaji dan Tunjangan 1.487.500.000
Estimasi Perubahan SAL 1.487.500.000
BUKU BESAR
(Entitas Akuntasi Pelaksanaan Anggaran)
140
Jan Penetapan anggaran 24.000.000 24.000.000
2013
141
Nama Rek. : Belanja Pegawai-Gaji dan Tunjangan
No. Rek. :
Tgl Uraian Ref Debit Kredit Saldo
Debit Kredit
c Pembayaran gaji dan 1.487.500.000 1.487.500.000
tunjangan-SP2D LS
142
Debit Kredit
d Belanja Modal-Peralatan 110.000.000 110.000.000
dan Mesin, SP2D LS
NERACA SALDO
(Entitias Pelaksanaan Anggaran)
143
Pemerintah Kabupaten Makmur Jaya
Dinas Perhubungan
Laporan Realisasi Anggaran
Untuk Tahun Anggaran yang Berakhir 31 Desember 2013
BELANJA
Belanja Tidak
Langsung: 1.500.000.000 1.487.500.000 (12.500.000) 99,16%
Belanja Pegawai-
Gaji dan Tunjangan
Belanja Langsung:
Belanja Pegawai- 65.000.000 64.750.000 (250.000) 99,61%
Honor2 150.000.000 145.000.000 (5.000.000) 96,67%
Belanja Barang dan 120.000.000 110.000.000 (10.000.000) 91,67%
Jasa
Belanja Modal
Total Belanja 335.000.000 319.750.000 (15.250.000) 95,44%
Langsung
Total Belanja 1.835.000.000 1.807.250.000 (27.750.000) 98,49%
Surplus (Defisit) (1.811.000.000) (1.781.750.000) (29.250.000)
144
(1) (2) (3) (4)=(3) – (2) (5)=(3)/(2)
PENDAPATAN
BELANJA
Belanja Operasi
Belanja Pegawai
(Gaji, Tunjangan 1.565.000.000 1.552.250.000 (12.750.000) 99,19%
dan Honor2) 150.000.000 145.000.000 (5.000.000) 96,67%
Belanja Barang
dan Jasa
Belanja Modal
Belanja Modal 120.000.000 110.000.000 (10.000.000) 91,67%
Peralatan dan
Mesin
Total Belanja 1.835.000.000 1.807.250.000 (27.750.000) 98,49%
Surplus (Defisit) (1.811.000.000) (1.781.750.000) (29.250.000)
JURNAL UMUM
2013
Des, Apropriasi Belanja 1.835.000.000
31
Estimasi Perubahan SAL 1.811.000.000
Estimasi Pendapatan 24.000.000
Retribusi
(Menutup akun-akun Anggaran)
145
Belanja Gaji dan Tunjangan 1.487.500.000
Belanja Pegawai-Beban 64.750.000
Honor
Belanja Barang dan Jasa 145.000.000
Belanja Modal 110.000.000
(Menutup akun-akun
pelaksanaan anggaran)
146
SOAL LATIHAN
A. SOAL TEORI
PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT !
1. Berikut ini adalah komponen laporan keuangan yang dihasilkan dari
akuntansi berbasis akrual, kecuali:
a. Laporan Operasional (LO)
b. Neraca
c. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
d. Laporan Perubahan Ekuitas
147
DATA UNTUK SOAL NO. 6 sd 8
PENDAPATAN-LRA (BASIS KAS) VS PENDAPATAN-LO (BASIS
AKRUAL)
Data Pendapatan untuk T.A. 2013:
- Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKP) dan dan Surat Ketetapan
Retribusi (SKR) yang diterbitkan selama T.A 2013 berjumlah Rp
15.000.000.000. Dari jumlah tersebut telah diterima
pembayarannya sebesar Rp 14.850.000.000.
- Saldo piutang pendapatan pajak/retribusi daerah per 31 Desember
2012 sebesar Rp135.000.000. Dari jumlah tersebut diterima
pembayarannya pada T.A 2013 sebesar Rp120.000.000.
148
DATA UNTUK SOAL NO. 9 sd 10
BELANJA-LRA (BASIS KAS) VS BEBAN-LO (BASIS AKRUAL)
Data Belanja untuk T.A. 2013:
- Pembayaran Belanja Pegawai
Rp 784.240.000
- Pembayaran Belanja Barang dan Jasa (termasuk pembayaran
Utang Belanja Barang dan Jasa dari tahun lalu sebesar
Rp5.500.000) Rp 426.750.000
- Pembayaran Belanja Modal
Rp 88.000.000
- Beban Penyusutan Aset Tetap
Rp 50.000.000
- Tagihan Belanja Barang dan Jasa tahun berjalan (TA 2013)
yang belum terbayar
Rp 3.500.000
B. PROBLEM
PROBELM 1
Berikut ini adalah ringkasan DPA Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Pemkab Maju Jaya untuk TA. 2013:
Uraian Jumlah
Retribusi Rp 135.000.000
149
Belanja
Belanja Tidak Langsung:
Belanja Pegawai-Gaji dan Tunjangan Rp 1.235.000.000
Belanja Langsung:
Belanja Pegawai-Honorarium Rp 260.000.000
Belanja Barang dan Jasa 370.000.000
Belanja Modal 320.000.000
Total Belanja Langsung Rp 950.000.000
150
Belanja Langsung Jumlah
Belanja Pegawai (honor-honor) Rp 70.000.000
Belanja Barang dan Jasa Rp 42.000.000
Total Rp 112.000.000
151
DIMINTA:
A. Membuat jurnal untuk mencatat transaksi di atas di dalam SAK
B. Menyusun LRA
C. Membuat jurnal untuk mencatat transaksi di atas di dalam SAPA
D. Menyusun LO
PROBLEM 2
Berikut ini disajikan data Neraca Saldo sebelum penyesuaian akhir tahun
dan data untuk penyesuaian akhir tahun yang terdapat di Dinas Kebersihan
dan Pertamanan Pemkot Perjuangan pada akhir tahun 2013.
152
9.xx Beban Penyusutan -
DIMINTA:
a) Buatlah ayat jurnal penyesuaian yang diperlukan pada akhir tahun!
b) Susun Neraca Saldo setelah ayat jurnal penyesuaian !
c) Susun LO
d) Susun LPE; dan
e) Susun Neraca.
PROBLEM 3
Berikut ini disajikan data akuntansi yang terkait dengan transaksi pada Dinas
Perhubungan Pemkab Stan-Jaya selama Tahun Anggaran (TA) 2013.
1) Neraca Saldo per 1 Januari 2013
Persediaan Rp 1.200.000
Tanah Rp 875.000.000
Peralatan dan Mesin Rp 750.000.000
Gedung dan Bangunan Rp 2.400.000.000
Kewajiban -
153
Uraian Jumlah
Retribusi Rp 85.000.000
Belanja
Belanja Tidak Langsung:
Belanja Pegawai-Gaji dan Tunjangan Rp 1.450.000.000
Belanja Langsung:
Belanja Pegawai-Honorarium Rp 75.000.000
Belanja Barang dan Jasa 140.000.000
Belanja Modal 115.000.000
Total Belanja Langsung Rp 330.000.000
Total Belanja Rp 1.780.000.000
154
Total Rp182.500.000
DIMINTA:
1) membuat ayat jurnal yang diperlurkan untuk mencatat transaksi di
atas, baik jurnal basis kas maupun jurnal akrual.
2) menyusun Laporan Keuangan Dinas Perhubungan untuk tahun
anggaran yang berakhir 31 Desember 2013, yang terdiri dari:
a) LRA (Laporan Realisasi Anggaran)
b) LO (Laporan Operasional)
c) LPE (Laporan Perubahan Ekuitas)
d) Neraca per 31 Desember 2013.
155
PROBLEM 4
Berikut ini disajikan data akuntansi dari Dinas
Pariwisat Pemka Budi Luhur untuk T.A. 2013
Aset Tetap
Tanah 600.000.000
Peralatan dan Mesin 750.000.000
Gedung dan 800.000.000
Bangunan
Total Aset Tetap 2.150.000.000
156
Belanja Tidak Langsung:
5.1.1 Belanja Pegawai-Belanja Gaji dan Tunjangan 1.280.750.000
Belanja Langsung:
5.2.1 Belanja Pegawai-Honor PNS dan Non PNS 165.000.000
5.2.2 Belanja Barang dan Jasa 875.000.000
5.2.3 Belanja Modal 90.000.000
Total Belanja Langsung 1.130.000.000
Total Belanja 2.410.750.000
Surplus (Defisit) (2.285.750.000)
Register SP2D-UP/GU/TU*
No. Urian/Nama SP2D-UP SP2D-GU SP2D-TU SP2D-TU SP2D-GU
Rek Rekening Nihil Nihil
- -
75.000.000
5.2.1 Belanja 97.500.000 55.000.000 55.000.000 6.475.000
Pegawai-Honor
PNS dan Non
PNS
5.2.2. Belanja Barang 625.875.000 75.000.000 73.500.000 38.950.000
dan Jasa
157
Sisa dana TU maupun UP yang tidak terpakai telah disetorkan ke rekening Kas
Umum Daerah (Saudara diminta menghitung sendiri sisa TU dan UP tersebut)
Register SP2D-LS**
No. Uraian/Nama Rekening SP2D-LS SP2D-LS Contra
Rek Belanja Tidak Belanja Post
Langsung Langsung
5.1.1 Belanja Pegawai-Gaji 1.258.500.000 - 750.000
dan Tunjangan
5.2.1 Belanja Pegawai-Honor - -
PNS dan Non PNS
5.2.2 Belanja Barang dan Jasa - 132.000.000
5.2.3 Belanja Modal- - 88.000.000
Peralatan dan Mesin
**) Keterangan Register SP2D-LS adalah sbb.:
Jumlah pada kolom SP2D-LS Belanja Tidak Langsung merupakan total belanja
gaji dan tunjangan selama T.A. 2013
Jumlah pada kolom Contra Post merupakan pengembalian kelebihan belanja gaji
dan tunjangan tahun berjalan ke rekening Kas Umum Daerah.
Jumlah pada kolom SP2D-LS Belanja Langsung merupakan total belanja barang
dan jasa serta belanja modal selama T.A. 2013
158
Jumlah pada kolom STS (Surat Tanda Setoran) merupakan total penerimaan
pendapatan yang telah disetor ke rekening Kas Umum Daerah selama T.A. 2013
DIMINTA:
1. Buat jurnal untuk mencatat ringkasan transaksi selama tahun berjalan dengan
urutan seperti yang diminta berikut ini, baik pada subsistem akuntansi
keuangan maupun subsistem akuntansi pelaksanaan anggaran:
a. Jurnal penerimaan uang persediaan (UP) berdasarkan SP2D-UP
b. Jurnal pengakuan belanja UP yang telah disahkan
c. Jurnal penerimaan SP2D-GU
d. Jurnal penerimaan tambah uang persediaan (TU) berdasarkan SP2D-TU
e. Jurnal pengakuan belanja TU yang telah disahkan berdasarkan SP2D-TU
Nihil
f. Jurnal penyetoran sisa TU ke rekening Kas Umum Daerah
g. Jurnal pengakuan belanja UP terakhir yang telah disahkan berdasarkan
SP2D-GU Nihil
h. Jurnal penyetoran sisa UP ke rekening Kas Umum Daerah
i. Jurnal pengakuan belanja gaji dan tunjangan berdasarkan SP2D-LS
j. Jurnal pengakuan belanja barang dan jasa berdasarkan SP2D-LS
k. Jurnal pengakuan belanja modal berdasarkan SP2D-LS
159
l. Jurnal koreksi pengembalian kelebihan pembayaran gaji dan tunjangan ke
rekening Kas Umum Daerah.
m. Jurnal pengakuan penerimaan pendapatan dan piutang tahun sebelumnya.
n. Jurnal penyetoran pendapatan berdasarkan STS
o. Jurnal pengakuan piutang retribusi pada akhir tahun berjalan.
p. Jurnal pencatatan pemungutan/pemotongan dan penyetoran PPh/PPN
160
161
BAB
AKUNTANSI PPKD
6
TUJUAN PEMBELAJARAN
Bab ini secara umum bertujuan untuk memberikan ilustrasi siklus
akuntansi PPKD
162
Berdasarkan aturan tersebut di atas, sistem akuntansi yang harus
diselenggarakan di SKPKD terdiri dari:
163
menghasilkan LRA. Transaksi yang dicatat di dalam sub-sistem ini
untuk akuntansi PPKD meliputi:
a. Jurnal Anggaran
b. Pendapatan-LRA
c. Belanja; dan
d. Pembiayaan
Untuk mencatat/menjurnal transaksi pendapatan-LRA maupun belanja
akan digunakan akun ‘Estimasi Perubahan SAL’ sebagai akun
lawannya.
2. Sub-sistem akuntansi finansial/keuangan
Sub sistem ini merupakan proses akuntansi (penjurnalan, posting, dan
seterusnya) untuk mencatat transaksi dengan basis akrual yang akan
menghasilkan LO dan Neraca. Transaksi yang dicatat di dalam sub-
sistem ini untuk akuntansi PPKD meliputi:
a. Pendapatan-LO;
b. Beban;
c. Aset;
d. Kewajiban; dan
e. Ekuitas
f. Transaksi resiprokal antara PPKD dan SKPD
3. Sub-sistem akuntansi konsolidator
Sub-sistem ini memproses pengonsolidasian laporan keuangan seluruh
SKPD dan laporan keuangan PPKD menjadi laporan keuangan di
tingkat pemda (Laporan Keuangan Pemerintah Daerah).
164
di dalam RKA PPKD belum memperhitungkan jumlah surplus/defisit dari
SKPD-SKPD, sementara SILPA di dalam rancangan APBD merupakan
SILPA di tingkat Pemda dalam arti sudah merupakan gabungan dari
seluruh anggaran SKPD dan anggaran PPKD. Berikut digambarkan secara
ringkas struktur anggaran PPKD.
Tabel 6.1
Struktur Anggaran PPKD
No. Uraian Jumlah
Urut
1 PENDAPATAN
1.1. Pendapatan Dana Perimbangan XXX
1.2. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah XXX
Total Pendapatan XXX
2 BELANJA
2.1 BELANJA TIDAK LANGSUNG:
2.1.1. Belanja Bunga XXX
2.1.2. Belanja Subsidi XXX
2.1.3 Belanja Hibah XXX
2.1.4. Belanja Bantuan Sosial XXX
2.1.5 Belanja Bagi Hasil XXX
2.1.6 Belanja Bantuan Keuangan XXX
2.1.7 Belanja Tidak Terduga XXX
Total Belanja XXX
SURPLUS/DEFISIT (1-2) XXX
3. PEMBIAYAAN
3.1. PENERIMAAN PEMBIAYAAN
3.2. PENGELUARAN PEMBIAYAAN
PEMBIAYAAN NETO (3.1 – 3.2) XXX
SILPA (Surplus/Defisit + Pembiayaan Neto) XXX
165
PPKD. Meski secara kaidah penjurnalan pada prinsipnya sama dengan
jurnal transaksi SKPD, pada bagian ini tetap akan diuraikan jurnal standar
akuntansi PPKD agar lebih memudahkan dalam pemahamannya.
*) Keterangan:
Akun ‘Estimasi Perubahan SAL’ dicatat di sisi kredit apabila anggaran
PPKD menunjukkan surplus/SILPA positif, atau jika total jumlah anggaran
pendapatan dan anggaran penerimaan pembiayaan lebih besar dari total
jumlah anggaran belanja dan pengeluaran pembiayaan.
166
a. Jurnal Transaksi Pendapatan-LRA
Transaksi pendapatan-LRA akan dicatat di dalam sub-sistem akuntansi
pelaksanaan anggaran, yang dicatat dengan basis kas untuk dilaporkan di
dalam LRA. Pendapatan-LRA diakui pada saat kas telah diterima di
rekening Kas Daerah (Kasda). Jurnal yang dibuat adalah dengan mengkredit
akun ’Pendapatan’ dan mendebit akun ’Estimasi Perubahan SAL’.
Berdasarkan bukti penerimaan (nota kredit/rekening koran/buktir
penerimaan lainnya yg sah), jurnal yang dibuat adalah:
Estimasi Perubahan SAL xxx
Pendapatan-LRA xxx
Jurnal Alternatif
Untuk pertimbangan praktisnya, pada saat pemda boleh saja baru akan
mencatat pendapatan tersebut ketika sudah diterima di rekening Kasda
dengan jurnal sbb:
Kas di Kas Daerah xxx
Pendapatan-LO xxx
167
Selanjutnya, untuk mengakui pendapatan yang sudah menjadi hak pemda
namun belum diterima pembayarannya hingga akhir tahun, maka pada
akhir tahun yang bersangkutan harus dibuatkan jurnal penyesuaian untuk
mengakui piutang pendapatan, sbb.:
Piutang Pendapatan xxx
Pendapatan-LO xxx
168
a. Belanja yang dibayara secara LS
Belanja yang dibayar secara LS akan dicatat setelah kas dibayarkan dari
rekening Kasda, berdasarkan bukti berupa SP2D-LS akan dibuat jurnal
sbb.:
Belanja xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx
169
jumlahnya dapat berbeda antara belanja-LRA dengan beban (LO), hal
tersebut dikarenakan adanya perbedaan dari basis akuntansi yang digunakan
untuk mencatat kedua akun tersebut. Seperti yang telah dijelaskan bahwa
belanja dicatat berdasarkan basis kas yaitu pada saat kas dibayarkan dari
rekening Kasda, sedangkan beban dicatat/diakui pada saat belanja sudah
menjadi kewajiban pemda meskipun kasnya belum dibayarkan dari Kasda.
Berikut akan diuraikan jurnal standar untuk beberapa kemungkinan
transaksi yang terjadi.
(b) Selanjutnya, pada saat SPJ pembayaran belanja disahkan oleh PPKD
selaku PA, jurnal yang dibuat adalah
Beban (selain belanja modal) xxx
Kas di Bendahara Pengeluaran-PPKD xxx
(c) Saat menerima SP2D-GU, jurnal yang dibuat adalah sama seperti ketika
menerima SP2D-UP, yaitu:
Kas di Bendahara Pengeluaran-PPKD xxx
Kas di Kas Daerah xxx
170
Kas di Bendahara Pengeluaran-PPKD xxx
171
Setelah jurnal tersebut diposting ke buku besar, maka saldo akun
’Penyisihan Piutang Tak Tertagih’ akan menunjukkan saldo akhir sebesar
Rp 30 juta.
Keterangan:
Akun ’Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih’ akan dilaporkan di LO,
sedangkan akun ’Penyisihan Piutang Tak Tertagih’ akan dilaporkan di
Neraca sebagai contra account (rekening pengurang) dari akun ’Piutang’.
Apabila saldo akun ’Penyisihan Piutang Tak Tertagih’ memiliki jumlah yang
lebih kecil dari jumlah piutang yang dihapuskan, maka selisihnya dicatat ke
akun ’Beban/Kerugian Penghapusan Piutang’. Jurnal yang dibuat adalah
sbb”
Penyisihan Piutang Tak Tertagih xxx
Beban/Kerugian Piutang Tak Tertagih xxx
Piutang xxx
172
Kas di Kas Daerah xxx
Utang Jangka Panjang xxx
173
Sub-sistem akuntansi pelaksanaan anggaran (Pendapatan-LRA) akan
menjurnal:
Pendapatan-LRA xxx*
Estimasi Perubahan SAL xxx
174
Kesalahan karena pembayaran belanja/beban terlalu besar dari jumlah
yang seharusnya dibayarkan mungkin jarang sekali terjadi. Namun bila hal
itu terjadi, jurnal koreksi yang perlu dibuat adalah sbb.:
*) Jumlah yang dicatat pada jurnal di atas adalah sebesar kelebihan belanja
yang diterima kembali oleh pemda/PPKD.
Jurnal di atas berlaku untuk kesalahan yang berasal dari tahun sebelumnya,
namun koreksinya dilakukan sebelum laporan keuangan tahun berkenaan
diterbitkan.
175
Sebagian dari contoh jurnal yang terkait dengan transaksi aset sudah
diuraikan di atas, misalnya transaksi penerimaan/pengeluaran kas di kasda
yang terkait dengan pendapatan dan belanja/beban, dan juga jurnal
pengakuan piutang yang terkait dengan pendapatan yang belum diterima
tetapi sudah menjadi hak pemda. Seperti telah dijelaskan pada bagian
sebelumnya bahwa di neraca PPKD tidak terdapat akun persediaan dan aset
tetap (akun tersebut terdapat pada neraca SKPKD selaku SKPD). Oleh
karena itu, pada bagian ini akan diuraikan transaksi aset yang umumnya
terdapat pada Neraca PPKD, misalnya akun investasi dan dana cadangan.
Berikut akan diberikan contoh jurnal standar yang terkait dengan transaksi
investasi dan dana cadangan.
a. Transaksi Investasi
1) Investasi jangka pendek
Investasi jangka pendek bukan transaksi pembiayaan, tetapi sekedar
untuk memanfaatkan idle-cash yang ada di kas daerah, sehingga dapat
memberikan pendapatan berupa bunga/dividen. Transaksi investasi jangka
pendek ini tidak dimaksudkan sebagai investasi permanen sehingga
sewaktu-waktu dapat ditarik/dicairkan kembali pada saat dibutuhkan.
Pada saat investasi jangka pendek dilakukan, dengan bukti misalnya SP2D,
jurnal yang dibuat adalah:
Investasi Jangka Pendek xxx
Kas di Kas Daerah xxx
176
2) Investasi jangka panjang
Transaski pada saat penanaman modal atau pemberian pinjaman jangka
panjang oleh pemda merupakan transaksi pembiayaan yang contoh
jurnalnya telah diuraikan pada bagian sebelumnya. Pada bagian berikut
akan diberikan contoh jurnal transaksi yang terkait dengan transaki investasi
permanen dengan metode biaya (untuk kepemilikan kurang dari 20%) dan
dengan metode ekuitas (untuk kepemilikan lebih dari 20%, atau kurang dari
20% namun memiliki pengaruh signifikan).
Pada saat perolehan investasi, akun ’Investasi’ akan dicatat sebesar harga
perolehan, terlepas dari berapa persen tingkat kepemilikan pemda. Jurnal
pada saat perolehan, misalnya penanaman modal pada BUMD (seperti
yang telah dicontohkan pada jurnal transaksi pembiayaan di atas):
Sub-sistem akuntansi keuangan
Investasi jangka Panjang xxx
Kas di Kas Daerah xxx
177
Jurnal pada saat investee (misalnya BUMD) mengumunkan laba:
Sub-sistem akuntansi keuangan
Investasi Jangka Pangjang xxx
Pendapatan Investasi -LO (PAD) xxx*
178
Penerimaan Pembiayaan-Penjualan Investasi pada BUMD
xxx*
*) jumlah yang dicatat pada akun ’penerimaan pembiayaan..’ adalah
sebesar kas yang diterima dari hasil penjualan investasi tsb.
Pada saat diterima pendapatan bunga atas dana cadangan, bila bunga
tersebut ditambahkan ke dana cadangan, jurnal yang dibuat adalah:
Sub-sistem akuntansi keuangan
Dana Cadangan xxx
Pendapatan Bunga-LO xxx
Sedangkan bila bunga dari dana cadangan di transer ke kas daerah (tidak
ditambahkan ke dana cadangan), jurnal yang dibuat adalah:
Sub-sistem akuntansi keuangan
Kas di Kas Daerah xxx
Pendapatan Bunga-LO xxx
179
Pendapatan Bunga-LRA xxx
Pada saat utang beban tsb dibayar pada tahun anggaran berikutnya,
jurnal yang dibuat adalah:
Sub-sistem akuntansi keuangan
Utang Beban xxx
Kas di Kas Daerah xxx
Sub-sistem akuntansi pelaksanaan anggaran
Belanja xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx
180
Penarikan dan pembayaran utang jangka panjang merupakan transaksi
pembiayaan. Pada bagian sebelum telah diberikan contoh jurnal standar
transaksi pembiayaan. Berikut akan diilustrasikan kembali termasuk contoh
jurnal untuk pengakuan beban bunganya.
Jurnal pada saat penarikan/penerbitan utang jangka panjang:
Sub-sistem akuntansi keuangan
Kas di Kas Daerah xxx
Utang Jangka Panjang xxx
Sub-sistem akuntansi pelaksanaan anggaran
Estimasi Perubahan SAL xxx
Penerimaan Pembiayaan-Penarikan Pinjaman xxx
181
Catatan:
Akun ’Utang Jangka Panjang’ dicatat sebesar nilai nominalnya. Jika pemda
mendapat keringanan pembayarn utang, sehingga jumlah yang dibayar lebih
kecil dari nilai nominal utangnya, maka selisihnya dicatat ke akun ’Surplus
Pembayaran Kewajiban’, di sisi kredit.
182
11. Jurnal Standar Transaksi Resiprokal
Jurnal ini dibuat untuk mencatat transaksi resiprokal (transaksi timbal-
balik) antara PPKD selaku BUD dengan SKPD, yang secara umum
mencatat penerbitan SP2D dan penerimaan setoran dari SKPD. Jurnal ini
hanya dibuat di sub-sistem akuntansi keuangan, sbb.:
a. Pada saat BUD menerbitkan SP2D, baik LS maupun UP/GU/TU,
jurnal yang dibuat di dalam akuntansi PPKD adalah:
c. Pada saat BUD menerima setoran sisa dana TU ataupun sisa UP dari
SKPD, berdasarkan bukti berupa nota kredit/rekening koran, copy STS,
jurnal yang dibuat di dalam akuntansi PPKD adalah:
183
Ilustrasi Akuntansi PPKD
Akun Ekuitas di dalam SAP Akrual tidak dibagi lagi ke dalam Ekuitas
Dana Lancar, Ekuitas Dana Diinvestasikan, Ekuitas Dana Cadangan,
karena akun Ekuitas di sini sudah merupakan Ekuitas yg bersifat full
accrual.
Saldo Kas di Kasda merupakan SiLPA awal tahun 2013 karena semua
SKPD sudah menyetorkan baik kas di bendahara pengeluran maupun
bendahara penerimaan. Di samping itu, PPKD selaku BUD tidak
memilik utang PFK (Perhitungan Fihak Ketiga), seperti utang PPh/PPN,
iuran taspen, iuran askes.
PPKD tidak memilik utang jangka panjang.
184
B. Ringkasan DPA PPKD T.A. 2013
3. Pembiayaan
3.1. Penerimaan Pembiayaan
3.1.1 SiLPA awal Tahun Anggaran 35.750.654.000
3.1.2 Pencairan Dana Cadangan -
3.1.3 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang -
Dipisahkan
3.1.4 Penerimaan Pinjaman Daerah 25.000.000.000
3.1.5 Penerimaan Piutang Daerah -
Jumlah Penerimaan Pembiayaan 60.750.654.000
3.2 Pengeluaran Pembiayaan
3.2.1 Pembentukan Dana Cadangan 5.000.000.000
185
3.2.2 Penyertaan Modal Daerah 2.500.000.000
3.2.3 Pembayaran Pokok Utang
3.2.4 Pemberian Pinjaman Daerah
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan 7.500.000.000
Pembiayaan Neto [3.1] –[3.2] 53.250.654.000
SILPA Akhir Tahun Anggaran*) 400.100.654.000
[Surplus/Defisit + Pembiayaan Neto]
*)
Perlu diingat bahwa SILPA pada DPA PPKD belum mencerminkan
SILPA di tingkat Pemda, karena SILPA di DPA PPKD tersebut belum
digabung dengan surplus/defisit dari seluruh SKPD.
186
e) Jumlah total SP2D UP/GU dan TU yang diterbitkan kepada seluruh
SKPD adalah Rp 3.576.000.000
f) Jumlah total sisa UP dan TU yang disetorkan kembali oleh seluruh
SKPD ke rekening Kasda adalah Rp 124.760.000
g) Jumlah total SP2D LS realisasi belanja tidak langsung PPKD terdiri
dari:
187
Jawaban ilustrasi soal di atas akan diberikan dengan sistematika berikut:
Jurnal Umum
Tgl Uraian/Nama Akun Debit Kredit
a) Kas di Kas Daerah 351.350.000.000
Pendapatan DBH – LO 55.850.000.000
Pendapatan DAU – LO 250.000.000.000
Pendapatan DAK – LO 45.500.000.000
(Penerimaan pendapatan
dana perimbangan)
b) Kas di Kas Daerah 35.467.546.000
RK-SKPD 35.467.546.000
(Transaksi resiprokal-
penerimaan setoran
pendapatan SKPD)
c) RK-SKPD 390.756.540.000
Kas di Kas Daerah 390.756.540.000
(Transaksi resiprokal-
penerbitan SP2D-LS kepada
SKPD)
188
Kas di Kas Daerah 3.576.000.000
(Transaksi resiprokal-
penerbitan SP2D
UP/GU/TU kepada SKPD)
189
Setelah seluruh jurnal di atas diposting ke buku besar, diperoleh neraca
saldo akhir tahun (setelah ayat jurnal penyesuaian) sbb.:
190
LAPORAN KEUANGAN
(Entitas Akuntansi Keuangan)
191
Pemerintah Kabupaten Makmur Jaya
PPKD
Neraca
Per 31 Desember 2013
ASET Rp KEWAJIBAN Rp
Aset Lancar Kewajiban Jangka
Kas di Kas 40.470.152.000 Pendek 109.732.000
Daerah*) 5.000.000.000 Utang PPh/PPN 250.000.000
Piutang DAU 45.470.152.000 Utang Bunga
Total Aset Total Kewajiban 359.732.000
Lancar Jangka
Pendek
Investasi Jk Panjang 12.500.000.000
Penyertaan Modal Kewajiban Jangka 25.000.000.000
pada 5.000.000.000 Panjang
BUMD Utang Pada 25.359.732.000
358.740.234.000 Pemerintah
Dana Cadangan Pusat
45.750.654.000
RK-SKPD Total Kewajiban 350.600.000.000
396.350.654.000
EKUITAS **)
Ekuitas Awal Tahun
Surplus (Defisit)-LO
Ekuitas Akhir
Tahun
TOTAL
TOTAL ASET 421.710.386.000 KEWAJIBAN & 421.710.386.000
EKUITAS
192
AYAT JURNAL PENUTUP*)
(Entitas Akuntansi Keuangan)
JURNAL UMUM
Tanggal Rekening / uraian Ref. Debit Kredit
(No.
Transaksi)
2013
Des 31 Pendapatan DBH – LO 55.850.000.000
Pendapatan DAU – LO 255.000.000.000
Pendapatan DAK – LO 45.500.000.000
Beban Bunga 250.000.000
Beban Bantuan Sosial 3.500.000.000
Beban Bantuan 2.000.000.000
Keuangan
Suplus (Defisit)-LO 350.600.000.000
31 Suplus (Defisit)-LO 350.600.000.000
Ekuitas 8.140.234.000
RK-SKPD 358.740.234.000
Setelah ayat jurnal penutup tersebut diposting ke buku besar, maka akun-
akun besar yang masih terbawa ke tahun berikutnya tinggal akun-akun
neraca berikut ini.
193
Pemerintah Kabupaten Makmur Jaya
PPKD
Neraca Saldo Setelah Tutup Buku
(Entitas Akuntansi Keuangan)
Per 31 Desember 2013
No. Nama Akun Debit Kredit
Rek
1.xxx Kas di Kas Daerah 40.470.152.000
1.xxx Piutang DAU 5.000.000.000
1.x.xx Penyertaan Modal 12.500.000.000
Pemda pada Perusda
1.xxx Dana Cadangan 5.000.000.000
2.xxx Utang PPh dan PPN 109.732.000
2.xxx Utang kepada 25.000.000.000
Pemerintah Pusat
2.xxx Utang Bunga 250.000.000
3.xxx Ekuitas 37.610.420.000
Jumlah 62.970.152.000 62.970.152.000
Jurnal Umum
Tgl Uraian/Nama Akun Debit Kredit
Estimasi Pendapatan 354.850.000.000
Estimasi Penerimaan Pembiayaan 60.750.654.000
Aproriasi Belanja 8.000.000.000
Aproriasi Pengeluaran 7.500.000.000
Pembiayaan
Estimasi Perubahan SAL 400.100.654.000
(Jurnal Anggaran PPKD)
194
Pendapatan DBH – LRA 55.850.000.000
Pendapatan DAU – LRA 250.000.000.000
Pendapatan DAK – LRA 45.500.000.000
(Penerimaan pendapatan dana
perimbangan)
g) Belanja Bantuan Sosial 3.500.000.000
Belanja Bantuan Keuangan 2.000.000.000
Estimasi Perubahan SAL 5.500.000.000
(Pembayaran belanja tidak langsung
PPKD)
h) Estimasi Perubahan SAL 25.000.000.000
Penerimaan Pembiayaan- 25.000.000.000
Penarikan Pinjaman dari
Pemerintah Pusat
(Penerimaan pinjaman jk panjang
dari pemerintah pusat)
i) Pengeluaran Pembiayaan- 5.000.000.000
Pembentukan Dana Cadangan
Estimasi Perubahan SAL 5.000.000.000
(Pembentukan dana cadangan)
j) Pengeluraran Pembiayaan- 2.500.000.000
Penyertaan Modal Pada BUMD
Estimasi Perubahan SAL 2.500.000.000
(Penyertaan modal pada BUMD)
195
4.xxx Pendapatan DBH-LRA 55.850.000.000
4.xxx Pendapatan DAU-LRA 250.000.000.000
4.xxx Pendapatan DAK-LRA 45.500.000.000
5.xxx Belanja Bantuan Sosial 3.500.000.000
5.xxx Belanja Bantuan Keuangan 2.000.000.000
7.1xx Penerimaan Pembiayaan- 25.000.000.000
Penarikan Pinjaman Kepada
Pemerintah Pusat
7.2xx Pengeluaran Pembiayaan- 5.000.000.000
Pembentukan Dana Cadangan
7.2xx Pengeluaran Pembiayaan- 2.500.000.000
Penyertaan Modal pada
BUMD
428.600.654.000 428.600.654.000
BELANJA
Belanja Tidak Langsung:
Belanja Bantuan Sosial 3.500.000 3.500.000 -
196
Belanja Bantuan Keuangan 2.000.000 2.000.000 -
Belanja Tak Terduga 2.500.000 - (2.500.000)
Total Belanja 8.000.000 5.500.000 (2.500.000)
Surplus (Defisit) 346.850.000 345.850.000 (1.000.000)
PEMBIAYAAN
Penerimaan Pembiayaan
SiLPA awal tahun 35.750.654 35.750.654
Penerimaan Pembiayaan- 25.000.000 25.000.000 -
Penarikan
Pinjaman Kepada Pemerintah
Pusat
Jumlah Penerimaan Pembiayaan 60.750.654 60.750.654
Pengeluaran Pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan- 5.000.000 5.000.000 -
Pembentukan
Dana Cadangan
Pengeluaran Pembiayaan- 2.500.000 2.500.000 -
Penyertaan
Modal pada BUMD
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan 7.500.000 7.500.000
Pembiayaan Neto 53.250.654 53.250.654 -
SILPA Akhir Tahun*) 400.100.654 399.100.654 (1.000.000)
*)
SILPA tersebut merupakan SILPA sebelum memperhitungkan surplus
(defisit) dari seluruh SKPD.
197
Pendapatan DAK 45.500.000 45.500.000 -
Total Pendapatan Transfer 354.850.000 351.350.000 (3.500.000)
BELANJA
Belanja Operasi
Belanja Bantuan Sosial 3.500.000 3.500.000 -
Belanja Tak Terduga 2.500.000 - (2.500.000)
Transfer Bantuan Keuangan 2.000.000 2.000.000 -
Total Belanja 8.000.000 5.500.000 (2.500.000)
Surplus (Defisit) 346.850.000 345.850.000 (1.000.000)
PEMBIAYAAN
Penerimaan Pembiayaan
SiLPA awal tahun 35.750.654 35.750.654
Penerimaan Pembiayaan-Penarikan
Pinjaman Kepada Pemerintah
Pusat 25.000.000 25.000.000 -
Jumlah Penerimaan Pembiayaan 60.750.654 60.750.654
Pengeluaran Pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan- -
Pembentukan Dana Cadangan 5.000.000 5.000.000
Pengeluaran Pembiayaan-
Penyertaan Modal pada BUMD 2.500.000 2.500.000 -
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan 7.500.000 7.500.000
Pembiayaan Neto 53.250.654 53.250.654 -
SILPA Akhir Tahun*) 400.100.654 399.100.654 (1.000.000)
*)
SILPA-PPKD tersebut merupakan SILPA sebelum memperhitungkan
surplus (defisit) dari seluruh SKPD
2013
Des, Aproriasi Belanja 8.000.000.000
31
Apropriasi Pengeluaran
Pembiayaan 7.500.000.000
Estimasi Perubahan SAL 400.100.654.000
198
Estimasi Pendapatan 354.850.000.000
Estimasi Penerimaan
Pembiayaan 60.750.654.000
199
SOAL LATIHAN
A. SOAL TEORI
200
B. PROBLEM
PROBLEM 1
Berikut ini disajikan data akuntansi PPKD Pemkab Sejahtera untuk T.A.
2013.
Pemerintah Kabupaten Sejahtera
PPKD
Neraca Saldo
Per 1 Januari 2013
Nama Rek Debit Kredit
(Rp) (Rp)
Kas di Kas Daerah 45.750.765.000
Piutang DAU 15.000.000.000
Penyertaan Modal pada 25.000.000.000
Perusahaan Daerah
Ekuitas 85.750.765.000
Jumlah 85.750.765.000 85.750.765.000
Anggaran
No. Urut Uraian
Perubahan
(1) (2) (3)
1 PENDAPATAN
1.2 Pendapatan Dana Perimbangan
1.2.1 Pendapatan Dana Bagi Hasil 40.350.000.000
1.2.2 Pendapatan Dana Alokasi Umum 275.000.000.000
1.2.3 Pendapatan Dana Alokasi Khusus 25.000.000.000
Jumlah Dana Perimbangan 340.350.000.000
1.3 Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah
1.3.1 Pendapatan Hibah -
Jumlah Lain-Lain Pendapatan Daerah yang -
Sah
201
Jumlah Pendapatan 340.350.000.000
2 BELANJA
2.2 Belanja Tidak Langsung
2.2.1 Belanja Bunga -
2.2.2 Belanja Subsidi -
2.2.3 Belanja Hibah -
2.2.4 Belanja Bantuan Sosial 5.000.000.000
2.2.5 Belanja Bagi Hasil -
2.2.6 Belanja Bantuan Keuangan 2.500.000.000
2.2.7 Belanja Tak Terduga 4.500.000.000
Jumlah Belanja 12.000.000.000
Surplus /Defisit: [1]-[2] 328.350.000.000
3. Pembiayaan
3.1. Penerimaan Pembiayaan
3.1.1 SiLPA Tahun Anggaran sebelumnya*) 45.750.765.000
3.1.2 Pencairan Dana Cadangan -
3.1.3 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang -
Dipisahkan
3.1.4 Penerimaan Pinjaman Daerah 20.000.000.000
3.1.5 Penerimaan Piutang Daerah -
Jumlah Penerimaan Pembiayaan 65.750.765.000
3.2 Pengeluaran Pembiayaan
3.2.1 Pembentukan Dana Cadangan
3.2.2 Penyertaan Modal Daerah 2.500.000.000
3.2.3 Pembayaran Pokok Utang
3.2.4 Pemberian Pinjaman Daerah
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan 2.500.000.000
Pembiayaan Neto [3.1] –[3.2] 63.250.765.000
SILPA PPKD Akhir Tahun Anggaran 391.600.765.000
[Surplus/Defisit + Pembiayaan Neto]
Uraian Jumlah
(Rp)
Pendapatan DBH 38.500.000.000
Pendapatan DAU* 290.000.000.000
202
Pendapatan DAK 25.000.000.000
Jumlah 353.500.000.000
*Keterangan: dari jumlah pendapatan DAU tersebut termasuk
penerimaan Piutang DAU sebesar Rp15.000.000.000.
Uraian Jumlah
(Rp)
Belanja Bantuan Sosial 5.000.000.000
Belanja Bantuan Keuangan 2.500.000.000
Belanja Tak Terduga 1.500.000.000
Jumlah 9.000.000.000
203
Diminta:
1) Ayat jurnal yang diperlukan;
2) LRA PPKD untuk tahun anggaran yang berakhir 31 Des 2013.
3) LO-PPKD untuk tahun anggaran yang berakhir 31 Des 2013.
4) Neraca PPKD per 31 Des 2013
PROBLEM 2
Data-data yang tersedia untuk pelaksanaan akuntansi PPKD Pemerintah
Kabupaten Adil Makmur adalah sbb.:
A. Data Neraca PPKD awal per 1 Januari 2013
Pemerintah Kabupaten Adil Makmur
PPKD
Neraca Saldo
Per 1 Januari 2013
No. Nama Rek Debit Kredit
Rek
1.1.1.x Kas di Kas Daerah 35.750.654.000
1.2.1.x Penyertaan Modal pada 10.000.000.000
Perusahaan Daerah
3.1.1.x Ekuitas 45.750.654.000
Jumlah 45.750.654.000 45.750.654.000
No. Anggaran
Uraian
Urut stlh Perubahan
(1) (2) (3)
1 PENDAPATAN
1.2 Pendapatan Dana Perimbangan
1.2.1 Pendapatan Dana Bagi Hasil 54.350.000.000
1.2.2 Pendapatan Dana Alokasi Umum 255.000.000.000
204
1.2.3 Pendapatan Dana Alokasi Khusus 45.500.000.000
Jumlah Dana Perimbangan 354.850.000.000
1.3 Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah
1.3.1 Pendapatan Hibah -
Jumlah Lain-Lain Pendapatan Daerah -
yang Sah
Jumlah Pendapatan 354.850.000.000
2 BELANJA
2.2 Belanja Tidak Langsung
2.2.1 Belanja Bunga -
2.2.2 Belanja Subsidi -
2.2.3 Belanja Hibah -
2.2.4 Belanja Bantuan Sosial 3.500.000.000
2.2.5 Belanja Bagi Hasil -
2.2.6 Belanja Bantuan Keuangan 2.000.000.000
2.2.7 Belanja Tak Terduga 2.500.000.000
Jumlah Belanja 8.000.000.000
Surplus /Defisit: [1]-[2] 346.850.000.000
3. Pembiayaan
3.1. Penerimaan Pembiayaan
3.1.1 SiLPA Tahun Anggaran sebelumnya 35.750.654.000
3.1.2 Pencairan Dana Cadangan -
3.1.3 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang -
Dipisahkan
3.1.4 Penerimaan Pinjaman Daerah 25.000.000.000
3.1.5 Penerimaan Piutang Daerah -
Jumlah Penerimaan Pembiayaan 60.750.654.000
3.2 Pengeluaran Pembiayaan
3.2.1 Pembentukan Dana Cadangan 5.000.000.000
3.2.2 Penyertaan Modal Daerah 2.500.000.000
3.2.3 Pembayaran Pokok Utang
3.2.4 Pemberian Pinjaman Daerah
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan 7.500.000.000
Pembiayaan Neto [3.1] –[3.2] 53.250.654.000
205
SILPA Tahun Anggaran Berkenaan 400.100.650.000
[Surplus/Defisit + Pembiayaan Neto]
206
No. Uraian Jumlah
Rek (Rp)
Belanja Bantuan Sosial 3.500.000.000
Belanja Bantuan Keuangan 2.000.000.000
Jumlah 5.500.000.000
Diminta:
1) Ayat jurnal yang diperlukan;
2) LRA PPKD untuk tahun anggaran yang berakhir 31 Des 2013
3) LO-PPKD untuk tahun anggaran yang berakhir 31 Des 2013.
4) Neraca PPKD per 31 Des 2013
207
BAB
PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
KONSOLIDASIAN
7
TUJUAN PEMBELAJARAN
Bab ini secara umum bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai
cara pengonsolidasian laporan keuangan dari seluruh entitas
akuntansi/pengguna anggaran menjadi laporan keuangan di tingkat
pemerintah daerah.
Bab ini secara spesifik memberikan penjelasan mengenai cara
pengonsoliasian komponen-komponen laporan keuangan dari seluruh
entitas akuntansi, dan ilustrasi penyusunan Laporan Arus Kas, sebagai
berikut:
A. Entitas Akuntansi dan Entitas Pelaporan
B. Proses Penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasian
C. Penyusunan Laporan Arus Kas
208
entitas akuntansi (Dinas, Badan, Satker lainnya). Sistem pengendalian intern
dalam hal ini memegang peranan penting untuk menjamin agar laporan
keuangan gabungan di tingkat pemda menjadi andal dan tepat waktu
disajikan. Salah satu prosedur pengendalian intern yang umum dilakukan
adalah melakukan verifikasi dan rekonsiliasi laporan keuangan SKPD-
SKPD dengan catatan akuntansi dan/atau laporan yang dihasilkan oleh
PPKD sendiri.
209
1. Kertas Kerja Penyusunan Laporan Realisasi APBD
210
Belanja Pegawai - 1.576.000 1.576.000
Belanja Barang dan Jasa - 12.064.280 12.064.280
Belanja Modal - 165.000.000 165.000.000
Jumlah Belanja Langsung - 178.640.280 178.640.280
JUMLAH BELANJA 5.500.000 394.207.780 399.707.780
SURPLUS/(DEFISIT) 345.850.000 (358.740.234) (12.890.234)
3 PEMBIAYAAN DAERAH
3.1 Penerimaan Pembiayaan
Daerah
SiLPA awal tahun 35.750.654 - 35.750.654
Penerimaan Pinjaman dari 25.000.000 - 25.000.000
Pempus
Jumlah Penerimaan 60.750.654 - 60.750.654
pembiayaan
3.2 Pengeluaran Pembiayaan
Daerah
Pembentukan Dana 5.000.000 - 5.000.000
Cadangan
Penyertaan Modal pada 2.500.000 - 2.500.000
BUMD
Jumlah Pengeluaran 7.500.000 - 7.500.000
pembiayaan
Pembiayaan Neto 53.250.654 - 53.250.654
Sisa Lebih Pembiayaan 399.100.654 (358.740.234) 40.360.420
Anggaran (SILPA)*
Keterangan:
*)Untuk mengecek apakah SILPA gabungan (SILPA Final) sebesar
Rp40.360.420.000 sudah benar atau belum ? Silahkan Anda lihat pada
Neraca PPKD per 31 Desember 2013 di Bab 6, jumlah Kas di Kas Daerah
akhir tahun 2013 dikurangi dengan uang PFK yang belum disetor, dalam
hal ini yaitu Utang PPh/PPN (di Bab 6), dan selisihnya sama dengan SILPA
gabungan (SILPA Final) sebesar Rp40.360.420.000.
211
(a) LRA format APBD
212
Jumlah 387.600.000 386.817.546 (782.454) x
Pendapatan
2 BELANJA
2.1 Belanja Tidak
Langsung
2.1.1 Belanja Pegawai 225.000.000 215.567.500 (9.432.500) x
2.1.2 Bunga - - - x
2.1.3 Subsidi - - - x
2.1.4 Hibah - - - x
2.1.5 Bantuan Sosial 3.500.000 3.500.000 - x
2.1.6 Bagi Hasil - - - x
2.1.7 Bantuan 2.000.000 2.000.000 - x
Keuangan
2.1.8 Belanja Tak 2.500.000 - (2.500.000) x
Terduga
Jumlah Belanja 233.000.000 221.067.500 (11.932.500) x
Tidak Langsung
2.2 Belanja
Langsung
2.2.1 Belanja Pegawai 1.600.000 1.576.000 (24.000) x
2.2.2 Belanja Barang 12.200.000 12.064.280 (135.720) x
dan Jasa
2.2.3 Belanja Modal 170.000.000 165.000.000 (5.000.000) x
Jumlah Belanja 183.800.000 178.640.280 (5.159.720) x
Langsung
Jumlah Belanja 416.800.000 399.707.780 (17.092.220) x
Surplus /Defisit: (29.200.000) (12.890.234) (16.309.766) x
[1]-[2]
3. Pembiayaan
3.1. Penerimaan
Pembiayaan
3.1.1 SiLPA Tahun 35.750.654 35.750.654 - x
Anggaran
sebelumnya
3.1.2 Pencairan Dana - - - x
Cadangan
3.1.3 Hasil Penjualan - - - x
Kekayaan
Daerah yang
Dipisahkan
213
*)Kolom (6) 3.1.4 Penerimaan 25.000.000 25.000.000 - x
diisi dengan Pinjaman
Daerah
realisasi LRA
3.1.5 Penerimaan - - - x
tahun anggaran Piutang Daerah
sebelumnya, Jumlah 60.750.654 60.750.654 - x
dalam ilustrasi di Penerimaan
atas yaitu T.A Pembiayaan
2012. 3.2 Pengeluaran
Pembiayaan
3.2.1 Pembentukan 5.000.000 5.000.000 - x
Dana Cadangan
3.2.2 Penyertaan 2.500.000 2.500.000 - x
Modal Daerah
3.2.3 Pembayaran - - - x
Pokok Utang
3.2.4 Pemberian - - - x
Pinjaman
Daerah
Jumlah 7.500.000 7.500.000 - x
Pengeluaran
Pembiayaan
Pembiayaan 53.250.654 53.250.654 - x
Neto
[3.1] –[3.2]
SILPA Tahun 24.050.654 40.360.420 16.309.766 x
Anggaran
Berkenaan
[Surplus/Defisit
+ Pembiayaan
Neto]
214
(b) LRA format SAP
Anggaran
setelah
No. Uraian
Perubahan Realisasi Lebih Realisasi
2013 2013 (Kurang) 2012
(1) (2) (3) (4) (5)=(4)-(3) (6)
1 PENDAPATAN
1.1 Pendapatan Asli
Daerah
1.1.1 Pendapatan Pajak 21.500.000 23.659.500 2.159.500 xxx
Daerah
1.1.2 Pendapatan 7.700.000 7.674.400 (25.600) xxx
Retribusi Daerah
1.1.3 Pendapatan Hasil 3.000.000 3.500.000 500.000
Pengelolaan xxx
Kekayaan Daerah
yg Dipishakan
1.1.4 Lain-lain PAD yg 550.000 633.646 83.646 xxx
Sah
Jumlah PAD 32.750.000 35.467.546 2.717.546 xxx
1.2 Pendapatan
Transfer
1.2.1 Transfer Pem
Pusat-Dana
Perimbangan
1.2.1. Dana Bagi Hasil 54.350.000 55.850.000 1.500.000 xxx
1
1.2.1. Dana Alokasi 255.000.000 250.000.000 (5.000.000) xxx
3 Umum
1.2.1. Dana Alokasi 45.500.000 45.500.000 - xxx
4 Khusus
Jumlah Pendaptan 354.850.000 351.350.000 (3.500.000) xxx
Transfer Dana
Perimbangan
215
1.2.2 Transfer Pem - - - x
Pusat-Lainnya
Jumlah 354.850.000 351.350.000 (3.500.000) x
PendaptanTransfe
r Pem.Pusat
1.2.3 Transfer - - - x
Pemerintah
Provinsi
1.2.4 Transfer dari - - - x
Pemda Lainnya
Jumlah 354.850.000 351.350.000 (3.500.000) x
Pendapatan
Transfer
1.3 Lain-Lain - - - x
Pendapatan
Daerah yang Sah
Jumlah 387.600.000 386.817.546 (782.454) x
Pendapatan
2 BELANJA
2.1 Belanja Operasi
2.1.1 Belanja Pegawai 226.600.000 217.143.500 (9.456.500) x
2.1.2 Belanja Barang 12.200.000 12.064.280 (135.720) x
2.1.3 Bunga - - - x
2.1.4 Subsidi - - - x
2.1.5 Hibah - - - x
2.1.6 Bantuan Sosial 3.500.000 3.500.000 - x
Jumlah Belanja 242.300.000 232.707.780 (10.492.220 x
Operasi )
2.2 Belanja Modal 12.200.000 12.064.280 (135.720)
2.3 Belanja Tak 2.500.000 - (2.500.000) x
Terduga
2.4 Transfer- Bantuan 2.000.000 2.000.000 - x
Keuangan
Jumlah Belanja 416.800.000 399.707.780 (17.092.220 x
)
Surplus /Defisit: (29.200.000 (12.890.234 (16.309.766 x
[1]-[2] ) ) )
3. Pembiayaan
3.1. Penerimaan
Pembiayaan
216
*)Kolom (6) 3.1.1 SiLPA Tahun 35.750.654 35.750.654 - x
diisi dengan Anggaran
sebelumnya
realisasi LRA
3.1.2 Pencairan Dana - - - x
tahun anggaran Cadangan
sebelumnya, 3.1.3 Hasil Penjualan - - - x
dalam ilustrasi di Kekayaan Daerah
atas yaitu T.A yang Dipisahkan
3.1.4 Penerimaan 25.000.000 25.000.000 - x
2012.
Pinjaman Daerah
3.1.5 Penerimaan - - - x
Piutang Daerah
Jumlah 60.750.654 60.750.654 - x
Penerimaan
Pembiayaan
3.2 Pengeluaran
Pembiayaan
3.2.1 Pembentukan 5.000.000 5.000.000 - x
Dana Cadangan
3.2.2 Penyertaan Modal 2.500.000 2.500.000 - x
Daerah
3.2.3 Pembayaran - - - x
Pokok Utang
3.2.4 Pemberian - - - x
Pinjaman Daerah
Jumlah 7.500.000 7.500.000 - x
Pengeluaran
Pembiayaan
Pembiayaan Neto 53.250.654 53.250.654 - x
[3.1] –[3.2]
SILPA Tahun 24.050.654 40.360.420 16.309.766 x
Anggaran
Berkenaan
[Surplus/Defisit +
Pembiayaan Neto]
217
2. Kertas Kerja Penyusunan Laporan Operasional Konsolidasian
218
Keterangan LO:
1) Pendapatan pajak daerah tahun berjalan yang telah diterima sebesar
Rp23.659.500.000. Jumlah tsb seluruhnya berasal dari pajak daerah
yang diakui tahun berjalan, dalam arti tidak ada yang berasal dari
pembayaran piutang pajak daerah tahun lalu. Untuk pengakuan
pendapatan-LO yg berbasis akrual, dari jumlah pajak daerah yang
diterima tersebut ditambah dengan piutang pendapatan pajak daerah
tahun berjalan yang belum diterima pembayarannya sebesar Rp
40.500.000, sehingga jumlah pendapatan pajak daerah yang dilaporkan
di LO seluruhnya berjumlah Rp23.700.000.000
2) Pendapatan retribusi daerah tahun berjalan yang ditelah diterima
sebesar Rp7.674.400.000. Jumlah tsb seluruhnya berasal dari retribusi
daerah yang diakui tahun berjalan, dalam arti tidak ada yang berasal dari
pembayaran piutang retriubsi tahun lalu. Untuk pengakuan
pendapatan-LO yg berbasis akrual, dari jumlah retribusi yang diterima
tersebut ditambah dengan piutang retribusi tahun berjalan yang belum
diterima pembayarannya sebesar Rp12.500.000, sehingga jumlah
pendapatan retribusi yang dilaporkan di LO seluruhnya berjumlah
Rp7.686.900.000.
3) Jumlah pendapatan DAU yang dilaporkan di LRA adalah jumlah yang
telah diterima (basis kas). Sementara di dalam LO, jumlah pendapatan
DAU yang diakui adalah jumlah yang seharusnya diterima tahun
berjalan yaitu sebesar Rp255.000.000.000 (basis akrual).
4) Belanja barang dan jasa yang dilaporkan di LRA sebesar
Rp12.064.280.000 merupakan belanja yang telah dibayar
(dipertanggungjawabkan) pada tahun berjalan. Jumlah tsb seluruhnya
merupakan beban tahun berjalan, dalam arti tidak ada pembayaran
untuk membayar utang belanja barang dan jasa tahun lalu. Oleh karena
itu, jumlah beban barang dan jasa yg dilaporkan di LO (basis akrual)
berasal dari jumlah belanja barang dan jasa yang telah dilaporkan di
LRA ditambah dengan belanja barang dan jasa tahun berjalan yang
sudah terjadi tetapi belum dibayar (utang belanja) yaitu sebesar
Rp110.410.000, dan dikurangi dengan kenaikan saldo persediaan akhir
sebesar Rp35.000.000, sehingga total beban barang dan jasa di LO
sebesar Rp12.139.690.000 (.Rp12.064.280.000+Rp110.410.000 –
Rp35.000.000).
219
5) Di LRA tidak terdapat belanja bunga, karena belum ada belanja bunga
yang sudah dibayar. Namun bunga yang terutang pada tahun berjalan
atas pinjaman jangka panjang kepada pemerintah pusat sebesar
Rp250.000.000 sudah dapat diakui di LO sebagai beban bunga tahun
berjalan.
6) Di dalam ilustrasi LO di atas, jumlah akumulasi penyusutan sama
dengan jumlah beban penyusutan, yaitu Rp 45.750.000.000. Hal ini
terjadi karena ilustrasi tsb dibuat dengan asumsi bahwa penerapan
penyusutan aset tetap baru diterapkan pertama kalinya di T.A 2013.
Perlakuan akuntansi dalam penerapan penyusutan aset tetap di tahun
pertama (diterapkannya penyusutan) yang lebih tepat adalah dengan
melakukan penyesuaian di awal tahun untuk mengakui penyusutan aset
tetap yang berlaku surut, mulai diperolehnya aset tetap sd akhir tahun
sebelum tahun pertama diterapkannya penyusutan, dalam ilustrasi ini
berarti sd akhir tahun 2012. Penyusutan yang berlaku surut tsb dibuat
dengan ayat jurnal penyesuaian di awal tahun dengan mendebit akun
‘Ekuitas’ dan mengkredit akun ‘Akumulasi Penyusutan Aset Tetap’,
sehingga saldo akun ‘‘Akumulasi Penyusutan Aset Tetap’ pada tahun
pertama disusutkannya aset tetap seharusnya saldonya lebih besar dari
saldo akun ‘beban penyusutan’, karena ada sebagian saldo akumulasi
penyusutan aset tetap yang didebitkan ke akun ‘Ekuitas’. Namun
demikian, untuk menyederhanakan ilustrasi, maka semua jumlah
penyusutan aset tetap yang diakui di tahun pertama (diterapkannya
penyusutan) seluruhnya di debit ke akun ‘Beban Penyusutan’ dan di
kredit ke akun ‘Akumulasi Penyusutan.
Di dalam LO tidak ada belanja modal, karena belanja modal
merupakan belanja untuk memperoleh aset tetap dan aset lain-
lain yang memiliki manfaat lebih dari satu tahun, sehingga di
dalam entitas akuntansi keuangan pengaruh dari transaksi
belanja modal langsung dicatat dengan mendebit akun aset yang
bersangkutan (bukan dengan jurnal korolari). Namun di sisi lain,
harus ada pengakuan penyusutan atas aset yang dikapitalisasi
tersebut sebagai beban penyusutan yang harus dilaporkan di
LO. Di sisi lain, akumulasi penyusutan dilaporkan di Neraca
sebagai contra account atas pos aset tetap. Beban penyusutan
hanya ada di LO SKPD, karena di Neraca PPKD tidak pernah
ada pos aset tetap.
220
7) Dalam ilustrasi ini diasumsikan tidak ada transaksi surplus/defisit dari
kegiatan non operasional dan juga tidak ada transaksi luar biasa. Di
samping itu di LO tidak akan pernah disajikan pos transaksi
pembiayaan, karena pemibiayaan itu bukan pendapatan maupun
beban. Sehingga LO dalam ilustrasi di atas hanya disajikan sampai
‘Surplus/Defisit dari Kegiatan Operasional.
221
Kenaikan/
No. Uraian 2013 2012* Penuruna %
n
(1) (2) (3) (4) (5)=(3)-(4) (6)=(3)/(4
)
1.2.3 Transfer Pem Provinsi - xxx xxx xxx
1.2.4 Transfer dari Pemda Lainya - xxx xxx xxx
Jumlah Pendapatan Transfer 356.350.000 xxx xxx xxx
1.3 Lain-Lain Pendapatan yang Sah - xxx xxx xxx
JUMLAH PENDAPATAN 391.870.546 xxx xxx xxx
2 BEBAN
2.1. Beban Operasi
2.1.1 Beban Pegawai 217.143.500 xxx xxx xxx
2.1.2 Beban Barang dan Jasa 12.139.690 xxx xxx xxx
2.1.3 Beban Bunga 250.000 xxx xxx xxx
2.1.4 Beban Subsidi - xxx xxx xxx
2.1.5 Beban Hibah - xxx xxx xxx
2.1.6 Beban Bantuan Sosial 3.500.000 xxx xxx xxx
2.1.7 Beban Tak Terduga (Lain-lain) - xxx xxx xxx
2.1.8 Beban Penyusutan 45.750.000 xxx xxx xxx
2.1.9 Beban Penyisihan Piutang Tak - xxx xxx xxx
Tertagih
Jumlah Beban Operasi 278.783.190 xxx xxx xxx
2.2 Transfer
2.2.1 Bagi Hasil - xxx xxx xxx
2.2.2 Bantuan Keuangan 2.000.000 xxx xxx xxx
Jumlah Transfer 2.000.000 xxx xxx xxx
Jumlah Total Beban 280.783.190 xxx xxx xxx
Surplus (Defisit) dari operasi: [1]-[2] 111.087.356 xxx xxx xxx
222
3. Kertas Kerja Penyusunan Neraca Konsolidasian
PEMERINTAH KABUPATEN MAKMUR JAYA
Kertas Kerja
Neraca Daerah Konsolidasian
Per 31 Desember 2013
(dalam ribuan rupiah)
Ayat Eliminasi Neraca
No. Nama PPKD ∑SKPD Konsolidasian
Rekening Debit Kredit
1 ASET
1.1 Aset Lancar
Kas di Kas 40.470.152 - 40.470.152
Daerah
Kas di - -
Bendahara
Penerimaan
Kas di - -
Bendahara
Pengeluaran
Piutang Pajak 40.500 40.500
Daerah
Piutang 12.500 12.500
Retribusi
Piutang DAU 5.000.000 - 5.000.000
Persediaan 235.000 235.000
Total Aset 45.470.152 288.000 45.758.152
Lancar
223
Total Aset 17.500.000 869.600.000 887.100.000
Non Lancar
1)
RK-∑SKPD 358.740.234 - 358.740.234 -
TOTAL 421.710.386 869.888.000 932.858.152
ASET
2 KEWAJIBAN
2.1 Kewajiban
Jangka Pendek
3)
Utang PFK 109.732 - 109.732
Utang Belanja 110.410 110.410
Utang Bunga 250.000 - 250.000
Total 359.732 110.410 470.142
Kewajiban
jangka Pendek
2.2 Kewajiban
Jangka
Panjang
Pinjaman 25.000.000 - 25.000.000
kepada
Pemerintah
Pusat
TOTAL 25.359.732 110.410 25.470.142
KEWAJIBAN
3 EKUITAS
Ekuitas Awal 45.750.654 750.550.000 796.300.654
Tahun
Surplus 350.600.000 (239.512.644) 111.087.356
(Defisit)-LO
1)
RK-PPKD 358.740.234 358.740.234 -
TOTAL 396.350.654 869.777.590 907.388.010
EKUITAS
AKHIR
TAHUN
224
Keterangan:
1)
∑RK-SKPD = ∑RK-PPKD = Total SP2D LS SKPD (+) Total
SP2D UP/GU/TU SKPD (-) Pengembalian Sisa UP/GU/TU
dari SKPD (-) Pendapatan SKPD yang telah disetor ke Kasda.
Data angka-angka nya sudah disajikan pada soal ilustrasi di Bab
6.
2)
Penyusutan aset tetap di asumsikan baru diakui tahun ini,
sehingga jumlah akumulasi penyusutan sama dengan jumlah
beban
penyusutan yang diakui tahun ini.
3)
Utang PFK adalah uang potongan PPh/PPN yang belum
disetor ke Kas Negara.
225
Neraca di Tingkat Pemda
ASET
ASET LANCAR
Kas
Kas di Kas Daerah 40.470.152 xxx xxx
Kas di Bendahara Penerimaan - xxx xxx
Kas di Bendahara Pengeluaran - xxx xxx
Jumlah Kas 40.470.152 xxx xxx
Investasi Jangka Pendek - xxx xxx
Piutang
Piutang Pajak Daerah 40.500 xxx xxx
Piutang Retribusi Daerah 12.500 xxx xxx
Piutang DAU 5.000.000 xxx xxx
Jumlah Piutang 5.053.500 xxx xxx
Persediaan 235.000 xxx xxx
Jumlah Aset Lancar 45.758.152 xxx xxx
226
Jumlah Kenaikan
URAIAN
2013 2012* (Penurunan)
ASET TETAP
Aset Tetap 915.000.000 xxx xxx
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap (45.750.000) xxx xxx
Nilai Buku Aset Tetap 869.250.000 xxx xxx
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA xxx xxx
PENDEK
Utang PFK 109.732 xxx xxx
Utang Belanja 110.410 xxx xxx
Utang Bunga 250.000 xxx xxx
Utang Jangka Pendek Lainnya - xxx xxx
Jumlah Kewajiban jk Pendek 470.142 xxx xxx
KEWAJIBAN JANGKA
PANJANG
Utang Kepada Pemerintah Pusat 25.000.000 xxx xxx
Utang Jangka Panjang Lainnya - xxx xxx
Jumlah Kewajiban jk Panjang 25.000.000 xxx xxx
JUMLAH TOTAL KEWAJIBAN 25.470.142 xxx xxx
227
Jumlah Kenaikan
URAIAN
2013 2012* (Penurunan)
EKUITAS
EKUITAS 907.388.010 xxx xxx
JUMLAH TOTAL KEWAJIBAN 932.858.152 xxx xxx
DAN EKUITAS
*Diisi dengan saldo-saldo Neraca akhir T.A 2012 (T.A. sebelumnya)
Aktivitas Operasi
Aktivitas operasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas
yang ditujukan untuk kegiatan operasional pemerintah selama satu periode
akuntansi.
Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan indikator yang
menunjukkan kemampuan operasi pemerintah dalam menghasilkan kas
yang cukup untuk membiayai aktivitas operasionalnya di masa yang akan
datang tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar.
Arus masuk kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari:
(a) Penerimaan Perpajakan;
(b) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)/Retribusi;
(c) Penerimaan Hibah;
228
(d) Penerimaan Bagian Laba perusahaan negara/daerah dan Investasi
Lainnya;
(e) Penerimaan Lain-lain/penerimaan dari pendapatan Luar Biasa; dan
(f) Penerimaan Transfer.
229
Arus keluar kas untuk aktivitas operasi terutama digunakan untuk:
(a) Pembayaran Pegawai;
(b) Pembayaran Barang;
(c) Pembayaran Bunga;
(d) Pembayaran Subsidi;
(e) Pembayaran Hibah;
(f) Pembayaran Bantuan Sosial;
(g) Pembayaran Lain-lain/Kejadian Luar Biasa; dan
(h) Pembayaran Transfer.
Aktivitas Investasi
Aktivitas investasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas
yang ditujukan untuk perolehan dan pelepasan aset tetap serta investasi
lainnya yang tidak termasuk dalam setara kas.
Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas bruto dalam rangka perolehan dan pelepasan sumber daya
ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan dan mendukung pelayanan
pemerintah kepada masyarakat di masa yang akan datang.
Arus masuk kas dari aktivitas investasi terdiri dari:
(a) Penjualan Aset Tetap;
(b) Penjualan Aset Lainnya;
(c) Pencairan Dana Cadangan;
(d) Penerimaan dari Divestasi;
(e) Penjualan Investasi dalam bentuk Sekuritas.
Aktivitas Pendanaan
Aktivitas Pendanaan adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas
yang yang berhubungan dengan pemberian piutang jangka panjang dan/atau
pelunasan utang jangka panjang yang mengakibatkan perubahan dalam
jumlah dan komposisi piutang jangka panjang dan utang jangka panjang.
230
Arus kas dari aktivitas pendanaan mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas yang berhubungan dengan perolehan atau pemberian
pinjaman jangka panjang.
Arus masuk kas dari aktivitas pendanaan antara lain:
(a) Penerimaan utang luar negeri;
(b) Penerimaan dari utang obligasi
(c) Penerimaan kembali pinjaman kepada pemerintah daerah;
(d) Penerimaan kembali pinjaman kepada perusahaan negara.
Arus keluar kas dari aktivitas pendanaan antara lain:
(a) Pembayaran pokok utang luar negeri;
(b) Pembayaran pokok utang obligasi;
(c) Pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada pemerintah daerah;
(d) Pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada perusahaan negara.
Aktivitas Transitoris
Aktivitas transitoris adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas
yang tidak termasuk dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Arus
kas dari aktivitas transitoris mencerminkan penerimaan dan pengeluaran
kas bruto yang tidak mempengaruhi pendapatan, beban, dan pendanaan
pemerintah. Arus kas dari aktivitas transitoris antara lain transaksi
Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), pemberian/penerimaan kembali uang
persediaan kepada/dari bendahara pengeluaran, serta kiriman uang.
PFK menggambarkan kas yang berasal dari jumlah dana yang dipotong
dari Surat Perintah Membayar atau diterima secara tunai untuk pihak ketiga
misalnya potongan Taspen dan Askes. Kiriman uang menggambarkan
mutasi kas antar rekening kas umum negara/daerah.
Arus masuk kas dari aktivitas transitoris meliputi penerimaan PFK dan
penerimaan transitoris seperti kiriman uang masuk dan penerimaan
kembali uang persediaan dari bendahara pengeluaran.
Arus keluar kas dari aktivitas transitoris meliputi pengeluaran PFK dan
pengeluaran transitoris seperti kiriman uang keluar dan pemberian uang
persediaan kepada bendahara pengeluaran.
231
relevan, sepert data mengenai arus kas masuk/keluar dari transaksi
transitoris (non anggaran).
232
Jumlah Arus Keluar 172.500.000 xxx
Jumlah Arus Kas Bersih dart Aktivitas Investasi (172.500.000) xxx
233
SOAL LATIHAN
A. SOAL TEORI
1) Apakah jumlah SILPA akhir tahun pada LRA-PPKD akan sama
jumlahnya dengan SILPA akhir tahun pada LRA konsolidasian ?
jelaskan !
2) Jika LRA pada sebuah SKPD adalah surplus, apakah saldo akun
RK-SKPD yang bersangkutan (pada pembukuan PPKD) akan
bersaldo debit atau kredit ? jelaskan !
3) Apakah uang PFK yang masih belum disetor merupakan bagian
dari SILPA ? jelaskan !
4) Apakah mungkin terjadi defisit (belanja melebihi pendapatan) pada
LRA-PPKD ? jelaskan !
5) Sebutkan klasifikasi arus kas di dalam LAK berdsarkan Lampiran I
PP 71 Tahun 2010 !
B. PROBLEM
Keterangan:
1)
Di dalam saldo total Aset, antara lain terdapat saldo Kas di Bendahara
Penerimaan yang belum disetor ke Kasda sebesar Rp 7.560 (000); sado
Kas di Bendahara Pengeluaran sebesar Rp 56.750 (000) terdiri dari uang
potongan PPh/PPN sebesar Rp25.650 (000) yang belum disetor ke Kas
234
Negara sd akhir tahun, dan sisanya merupakan saldo UP yang belum
disetor ke Kasda sd akhir tahun.
2)
Kewajiban terdiri dari Utang PPh/PPN yang belum disetor ke Kas
Negara
3)
Pendapatan-LRA sebesar Rp 45.768.976 (000) adalah total PAD yang
telah diterima SKPD. PAD-LRA diakui/dicatat pada saat telah diterima
oleh SKPD. Sebagaimana telah dijelaskan pada keterangan nomor (1) di
atas, bahwa dari jumlah total PAD-LRA tersebut masih ada yang belum
disetor ke Kasda sebesar Rp7.560 (000).
DIMINTA:
235
1.xx Persediaan 357.830
1.xx Aset Tetap 875.500.000
3)
1.xx Akumulasi Penyusutan 35.675.000
1.xx Aset Lainnya 678.956
4)
2.xx Kewajiban Jangka Pendek 78.950
3.xx Ekuitas (awal tahun) 748.901.786
3.xx RK-PPKD 271.110.525
3.xx Estimasi Perubahan SAL 271.015.910
5)
4.xx Pendapatan Asli Daerah –LRA 32.570.275
5.xx Belanja Pegawai-Gaji dan 187.675.435
Tunjangan
5.xx Belanja Pegawai-Honor-Honor 2.560.750
5.xx Belanja Barang dan Jasa 15.850.000
5.xx Belanja Modal 97.500.000
8.xx Pendapatan Asli Daerah –LO 32.694.945
9.xx Beban Pegawai-Gaji dan 187.675.435
Tunjangan
9.xx Beban Pegawai-Honor-Honor 2.560.750
9.xx Beban Barang dan Jasa 15.715.000
9.xx Beban Penyusutan 5.675.000
1.392.047.391 1.392.047.391
Keterangan:
1)
Saldo Kas di Bendahara Penerimaan merupakan pendapatan yang
belum disetor ke Kasda sd akhir tahun 2014;
2)
Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran sebesar Rp167.815 terdiri dari
uang potongan PPh/PPN yang belum disetor ke Kas Negara sebesar
Rp78.950, dan sisanya merupakan saldo UP yang belum disetor ke
Kasda sd akhir tahun 2014;
3)
Penyusutan aset tetap diasumsikan sudah diterapkan sejak T.A 2013;
4)
Kewajiban jangka pendek hanya terdiri dari uang potongan PPh/PPN
yang belum disetor ke Kas Negara sd akhir tahun 2014.
5)
PAD-LRA sebesar Rp 32.570.275 adalah PAD yang telah diterima
SKPD. Dari jumlah tersebut telah disetor ke Kasda, kecuali sejumlah
Rp5.750 yang belum disetor ke Kasda sd akhir tahun 2014.
236
(b). Neraca Saldo PPKD
DIMINTA:
1 Susun Kertas Kerja LRA Konsolidasian;
2 Susun LRA Pemda dalam format APBD maupun format SAP;
3 Susun Kerta Kerja LO Konsolidasian;
237
4 Susun LO Pemda;
5 Susun Kertas Kerja Neraca Konsolidasian;
6 Susun LPE Pemda; dan
7 Susun Neraca Pemda
238
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku/Bahan Bacaan
B. Peraturan Perudang-Undangan
239
Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan
Kinerja Instansi Pemerintah;
Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana
telah direvisi dengan Permendagri No. 59 Tahun 2007 dan terakhir
degan Permendagri No. 21 Tahun 2011.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 55 Tahun 2008 tentang Tata Cara
Penatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban
Bendahara serta Penyampaiannya.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 64 Tahun 2013 tentang Penerepan
SAP Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah.
240
BIODATA PENULIS
241