Вы находитесь на странице: 1из 245

BUKU SERI AKUNTANSI PEMERINTAH

AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH (BUKU 3)

Penulis:
Budi Mulyana, Ak., M.Si.
Widyaiswara Muda Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Tim Pereview/Editor Seri Akuntansi Pemerintah Indonesia (buku 1 – 3):


Kusmanadji, Agus Sunarya Sulaeman, Akhmad Priharjanto, Yuniarto
Hadiwibowo, Muhadi Prabowo, Agung Widihatmoko, Budi Waluyo, Pratin,
Ali Tafriji Biswan

Penata Layout:
Harris Hariadi
Danik Damaryanti

Hak cipta ada pada:


Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
Jl. Bintaro Utama Sektor V, Bintaro Jaya
Tangerang Selatan

Cetakan pertama, Desember 2014


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
JALAN BINTARO UTAMA SEKTOR V, BINTARO JAYA - TANGERANG SELATAN 15222
TELEPON (021) 7361654-58 FAKSIMILI (021) 7361653 SITUS WWW.STAN.AC.ID

PENGANTAR
DIREKTUR SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
(STAN)

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, akhirnya buku Seri
Akuntansi Pemerintah Indonesia (1 s.d. 3) ini dapat diselesaikan dengan baik.
Buku ini merupakan paket pembelajaran bagi siapa saja yang ingin mendalami
akuntansi pemerintahan di Indonesia, digali dari praktik pengajaran dan studi
kasus di lingkungan Sekolah Tinggi Akuntansi baik melalui proses pembelajaran
di kelas, pelatihan, short course, asistensi, dan/atau bimbingan dan konsultansi ke
beberapa unit/instansi pemerintah maupun swasta, BUMN/BUMD, dan
pemerintah daerah.
Sebagai institusi yang memfokuskan diri pada pengelolaan keuangan
negara, tidak berlebihan jika Sekolah Tinggi Akuntansi Negara terus-menerus
merintis dan mengembangkan pendidikan, pelatihan, dan pengajaran di bidang
keuangan negara. Hal ini tidak terlepas dari tuntutan reformasi birokrasi hingga
diterbitkannya UU Keuangan Negara (UU No. 17/2003). UU ini mengamanatkan
praktik akuntansi pemerintahan, dan mendorong pengaturan standar akuntansi
pemerintahan yang lebih transparan dan akuntabel. Perbaikan pengaturan ini
berjalan secara bertahap, mulai dari penerapan akuntansi pemerintahan berbasis
kas, cash toward accrual, sampai dengan berbasis akrual yang menjadi isu hangat
dewasa ini.
Buku Seri Akuntansi Pemerintah Indonesia ini hadir di tengah-tengah
masih terbatasnya literatur mengenai akuntansi pemerintahan. Seri ini terdiri dari
tiga buku yakni Dasar-dasar Akuntansi Pemerintah (buku 1), Akuntansi
Pemerintah Pusat (buku 2), dan Akuntansi Pemerintah Daerah (buku 3); ditulis
oleh para pengajar/widyaiswara di lingkungan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
yang memiliki kompetensi di bidang akuntansi dan pengelolaan keuangan negara.
Dengan pembagian seperti itu, diharapkan para pengguna dapat mencerna isi buku
dengan mudah.
Akhirnya kepada penulis dan tim pereview, kami ucapkan terima kasih
dan semoga karya ini menjadi amal penulis/pereview yang tidak ada putus-
putusnya; mudah-mudahan buku ini juga memotivasi pengajar lain untuk
menyusun buku sesuai dengan bidang yang diasuhnya. Tak ada gading yang tak
retak, kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Kritik dan saran dapat disampaikan
kepada Sekolah Tinggi Akuntansi Negara untuk perbaikan karya di masa
mendatang.

Direktur

ttd.

Kusmanadji, Ak., CA, MBA

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadhirat Allah SWT, karena


berkat rahmat dan karunia-Nya penyusunan buku Akuntansi Pemerintah
Daerah ini telah dapat diselesaikan. Seiring dengan perkembangan saat ini
yang mengharuskan semua instansi pemerintah pengguna anggaran, baik di
Pusat maupun di Daerah, untuk menerapkan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) yang berbasis akrual dalam rangka penyusunan dan
penyajian laporan keuangannya, Buku ini dimaksudkan sebagai sumbangsih
pemikiran untuk memenuhi kebutuhan salah satu literatur di bidang
akuntansi pemerintahan, khususnya untuk sektor pemerintah daerah.
Sebagai sebuah literatur, Buku ini pada prinsipnya dirancang untuk
menjabarkan bagaimana penerapan SAP berbasis akrual, sebagaimana
tercantum di dalam Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010, ke dalam proses
akuntansi pemerintah daerah secara sistematis, mulai dari akuntansi SKPD,
akuntansi PPKD, hingga penyusunan laporan keuangan konsolidasian.
Sementara itu, pendekatan jurnal yang digunakan mengacu kepada
Permendagri No. 64 Tahun 2013 tentang Penerapan SAP Berbasis Akrual
pada Pemerintah Daerah.
Agar dapat memberikan pemahaman secara komprehensif, Buku ini
terbagi ke dalam 7 bab, diawali dengan overviu (lingkungan) akuntansi
pemerintah daerah pada Bab I, dilanjutkan dengan teori-teori dan prinsip-
prinsip akuntansi yang mendasari praktek akuntansi pemerintah daerah
pada Bab II sd Bab IV, dan dilengkapi dengan ilustrasi proses akuntansinya
mulai dari akuntansi SKPD, akuntansi PPKD, dan penyusunan laporan
keuangan konsolidasian, pada Bab V sd Bab VII, serta ditambah dengan
latihan soal pada setiap akhir Bab.
Seperti kata pepatah ’tak ada gading yang tak retak’, demikian halnya di
dalam penyusunan Buku ini disadari masih terdapat sejumlah kekurangan.
Oleh karena itu, kami berharap saran dan masukan yang konstruktif dari
berbagai pihak yang concern dengan pengembangan bidang akuntansi
keuangan daerah. Satu hal yang pasti adalah bahwa kami akan terus
berusaha untuk menyempurnakan Buku ini seiring dengan perkembangan
peraturan maupun Standar Akuntansi Pemerintahan, termasuk saran dan
masukan dari berbagai pihak.

ii
Akhir kata, kami berharap semoga Buku Akuntansi Pemerintah
Daerah ini dapat memberikan manfaat bagi implementasi penyelenggaraan
akuntansi di pemerintah daerah yang berbasis akrual, sehingga dapat
mendukung upaya untuk menciptkan pengelolaan keuangan daerah yang
transparan dan akuntabel. Di samping itu, Buku ini juga diharapkan dapat
menambah khasanah dalam pengembangan keilmuan bidang akuntansi
pemerintahan di Indonesia secara umum, amiin.

Jakarta,
Desember 2014

Penulis

Budi Mulyana

iii
DAFTAR ISI

OVERVIEW AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH ........................................................................... 2


A. REFORMASI PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAHAN ............................................................................. 2
B. PENGERTIAN DAN TUJUAN AKUNTANSI ....................................................................................................... 4
C. AKUNTANSI DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH .............................................................................. 7
D. STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN ....................................................................................................... 8
E. KEBIJAKAN DAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH ............................................................... 10
F. GAMBARAN UMUM STRUKTUR KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH ........................... 12
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH ...........................................................................18
A. KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN SAP BERBASIS KAS MENUJU AKRUAL ............. 18
B. KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN SAP BERBASIS AKRUAL ..................................... 19
C. STRUKTUR DAN FORMAT LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL ......... 20
SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH................................................................................42
A. PENGERTIAN .................................................................................................................................................. 42
B. STRUKTUR SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH ........................................................................ 43
C. PIHAK-PIHAK TERKAIT ................................................................................................................................ 45
D. SISTEM PEMBUKUAN .................................................................................................................................... 48
E. BAGAN AKUN ................................................................................................................................................. 52
PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI – BASIS AKRUAL ........................................................................78
A. PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI PENDAPATAN DAERAH-LRA ................................................................. 79
B. PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI BELANJA DAERAH (LRA) ...................................................................... 80
C. PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI PEMBIAYAAN DAERAH (LRA).............................................................. 83
D. PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI PENDAPATAN DAERAH-LO .................................................................... 84
E. PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI BEBAN DAERAH-LO ................................................................................ 85
F. PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI SURPLUS/DEFISIT- LO ........................................................................... 87
G. PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI POS LUAR BIASA - LO ............................................................................. 88
H. PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI ASET ........................................................................................................... 88
I. PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI KEWAJIBAN ............................................................................................... 90
J. PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI EKUITAS..................................................................................................... 92
AKUNTANSI SKPD ..................................................................................................................................94
A. SISTEM AKUNTANSI SKPD ......................................................................................................................... 94
B. STRUKTUR ANGGARAN SKPD .................................................................................................................... 96
C. JURNAL STANDAR AKUNTANSI SKPD ....................................................................................................... 97
D. ILUSTRASI AKUNTANSI SKPD ..................................................................................................................124
AKUNTANSI PPKD............................................................................................................................... 162
A. SISTEM AKUNTANSI PPKD .......................................................................................................................162
B. STRUKTUR ANGGARAN PPKD ..................................................................................................................164
C. JURNAL STANDAR AKUNTANSI PPKD.....................................................................................................165
D. ILUSTRASI AKUNTANSI PPKD ..................................................................................................................183
PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN ........................................................ 208
A. ENTITAS AKUNTANSI DAN ENTITAS PELAPORAN ..................................................................................208
B. PROSES PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN ..........................................................209
C. LAPORAN ARUS KAS ...................................................................................................................................228
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................... 239

1
BAB

OVERVIEW AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH 1


TUJUAN PEMBELAJARAN
Bab ini secara umum bertujuan untuk menggambarkan signifikansi
peranan akuntansi dan pelaporan keuangan di dalam pengelolaan
keuangan negara/daerah.

Bab ini secara spesifik menjelaskan ruang lingkup akuntansi dan


pelaporan keuangan pada pemerintah daerah, sebagai berikut:
A. Reformasi Pelaporan Keuangan Pemerintahan;
B. Pengertian dan Tujuan Akuntansi;
C. Akuntansi dan Pengelolaan Keuangan Daerah;
D. Standar Akuntansi Pemerintahan;
E. Kebijakan dan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah.
F. Gambaran Umum Struktur Kekuasaan Pengelolaan Keuangan
Daerah

A. Reformasi Pelaporan Keuangan Pemerintahan

Reformasi di bidang pelaporan keuangan pemerintahan di Indonesia


merupakan bagian tak terpisahkan dari reformasi di bidang pengelolaan
keuangan negara yang ditandai dengan berlakunya paket Undang-Undang
di Bidang Keuangan Negara, yang terdiri dari Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara.
Sebelum berlakunya paket Undang-Undang di Bidang Keuangan
Negara tersebut di atas, ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku pada saat itu mengharuskan pertanggungjawaban pengelolaan
keuangan negara dalam bentuk perhitungan anggaran negara/daerah.
Wujud laporan ini hanya menginformasikan aliran kas pada APBN/APBD
sesuai dengan format anggaran yang disahkan oleh legislatif, tanpa

2
menyertakan informasi tentang posisi kekayaan dan kewajiban pemerintah.
Laporan demikian, selain memuat informasi yang terbatas, juga waktu
penyampaiannya kepada legislatif relatif lama. Keandalan (reliability)
informasi keuangan yang disajikan dalam perhitungan anggaran juga sangat
rendah karena sistem akuntansi yang diselenggarakan belum didasarkan
pada standar akuntansi dan tidak didukung oleh perangkat data dan proses
yang memadai.
Esensi dari reformasi di bidang pelaporan keuangan tersebut adalah
bahwa setiap pengelola keuangan negara diharuskan menyusun laporan
pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN/APBD dengan cakupan
informasi yang lebih luas dengan penyajian yang tepat waktu dan sesuai
dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berterima umum. Hal ini
sebagaimana dinyatakan di dalam Pasal 31, Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 bahwa laporan pertanggungjawaban dimaksud dinyatakan
dalam bentuk laporan keuangan yang setidak-tidaknya meliputi: Laporan
Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan
Keuangan. Selanjutnya, di dalam Pasal 32 Undang-Undang tersebut
dinyatakan bahwa laporan keuangan tersebut disusun berdasarkan Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP). Reformasi dalam pelaporan keuangan
tersebut merupakan upaya konkrit dalam mewujudkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara/daerah.
Adapun reformasi di bidang akuntansi dan pelaporan keuangan di
pemerintah daerah (pemda), bahkan telah bergulir sejak keluarnya PP No.
105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan
Daerah. Peraturan Pemerintah tersebut merupakan salah satu peraturan
yang mengatur tentang pengelolaan keuangan daerah sejak berlakunya era
otonomi daerah yang ditandai dengan ditetapkannya UU No. 22 Tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Di dalam pasal 35, PP 105 Tahun 2000 disebutkan bahwa
penatausahaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah berpedoman
pada standar akuntansi keuangan pemerintah daerah yang berlaku.
Selanjutnya di dalam pasal 38 dinyatakan bahwa laporan
pertanggungjawaban keuangan daerah yang harus disusun oleh kepala
daerah terdiri dari laporan perhitungan APBD, nota perhitungan APBD,
laporan aliran kas dan neraca. Akan tetapi, standar akuntansi pemerintahan
itu sendiri baru ditetapkan pertama kali pada tahun 2005 dengan PP No. 24

3
Tahun 2005, sehingga hal ini menjadi salah satu kendala yang muncul di
dalam penerapan akuntansi di pemda.
Perkembangan pada fase periode berikutnya, seiring dengan keluarnya
undang-undang di bidang keuangan negara sebagaimana telah diuraikan di
atas, PP No. 105 Tahun 2000 dicabut dan selanjutnya diganti dengan PP
No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Nama dari
komponen laporan keuangan pemerintah daerah di dalam PP 58 Tahun
2005 telah sesuai dengan yang dinyatakan di dalam UU Nomor 17 Tahun
2003.
Berikut ini disajikan perbandingan istilah dan komponen laporan
keuangan pemerintah daerah menurut PP 105/2000 dan PP 58/2005.

Komponen Laporan Keuangan Pemda


Berdasarkan PP 105/2000 vs PP 58/2005
No. PP 105/2000 PP 58/2005
1 Laporan Perhitungan APBD Laporan Realisasi APBD
2 Neraca Neraca
3 Laporan Aliran Kas Laporan Arus Kas
4 Nota Perhitungan APBD Catatan atas Laporan Keuangan

Di lingkungan pemerintah daerah, setiap pengguna anggaran baik


satuan kerja perangkat daerah (SKPD) maupun satuan kerja pengelola
keuangan daerah (SKPKD), disebut entitas akuntansi, wajib menyusun
laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan anggaran yang dikelolanya
dalam bentuk laporan keuangan, untuk selanjutnya disampaikan ke entitas
pelaporan untuk digabungkan menjadi laporan keuangan di tingkat
pemerintah daerah. Entitas pelaporan adalah pemerintah daerah yang
pelaksanaanya diselenggarakan oleh SKPKD. Selanjutnya di dalam Pasal 51
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 dinyatakan bahwa untuk
menghasilkan laporan keuangan tersebut harus melalui sistem akuntansi.

B. Pengertian dan Tujuan Akuntansi

Pengertian akuntansi bila dilihat dari prosesnya (aktivitasnya) baik di


sektor komersial maupun di sektor pemerintahan pada prinsipnya adalah
sama. Namun demikian, terdapat sejumlah perbedaan dari jenis transaksi
yang menjadi objek akuntansinya sehingga hal tersebut menyebabkan

4
sejumlah perbedaan antara laporan keuangan sektor komersial dengan
laporan keuangan sektor pemerintahan. Hal ini bisa kita cermati dari
beberapa definisi akuntansi di bawah ini dan penjelasan-penjelasan pada
bagian berikutnya.
Menurut American Institute of Certified Public Accountants–-AICPA
(1970), akuntansi didefinisikan sbb.:
Accounting is a service activity. Its function is to provide quantitative
information, primarily financial in nature, about economic entities
that is intended to be useful in making economic decision – in
making reasoned choises among alternative course of action.

Definisi akuntansi dari AICPA di atas adalah dalam konteks pengertian


secara umum, yang bila diterjemahan secara bebas, akuntansi didefinisikan
sebagai suatu aktivitas jasa yang bertujuan untuk menyajiakan informasi yang
bersifat keuangan dari suatu entitas (organisasi), yang bermanfaat untuk
pengambilan keputusan.
Sugijanto, dkk (1995) memberikan definisi akuntansi pemerintahan,
lebih kepada prosesnya, sebagai berikut:
Akuntansi pemerintahan meliputi aktivitas pencatatan,
pengklasifikasian, pengikhtisaran, pelaporan transaksi-transaksi
keuangan pemerintah sebagai suatu kesatuan dari unit-unitnya, serta
penafsiran atas hasil aktivitas ini.

Pengertian akuntansi yang diberikan oleh Sugijanto, dkk tersebut mengacu


kepada pengertian akuntansi yang disarankan oleh Committee on
Terminology dari AICPA (1941) sebagai berikut:
Accounting is the art of recording, classifying and summarizing, in a
significant manner and in terms of money, transactions and events,
which are in part at least, of financial character, and interpreting the
results there of.

Berdasarkan beberapa pengertian akuntansi di atas dapat diikhtisarkan


beberapa kata kunci yang dapat menjelaskan pengertian dan tujuan
akuntansi pemerintahan, sbb:
1. akuntansi adalah aktivitas pencatatan, pengklasifikasian, pengikhtisaran
dan pelaporan;

5
2. objek akuntansi pemerintahan adalah transaksi-transaksi keuangan
pemerintahan sebagai implikasi dari pelaksanaan APBN/APBD;
3. tujuan (output) akuntansi (pemerintahan adalah laporan keuangan
pemerintah yang merupakan laporan pertanggungjawaban dari
pelaksanaan APBN/APBD.

Akuntansi keuangan daerah dimaksudkan sebagai aktivitas akuntansi


yang diselenggarakan baik oleh satuan kerja perangkat daerah (SKPD)
selaku pengguna anggaran maupun oleh pejabat pengelola keuangan daerah
(PPKD) selaku pengguna anggaran dan sekaligus selaku bendahara umum
daerah (BUD) yang bertujuan untuk menghasilkan laporan keuangan
sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan anggaran (APBD).
Laporan keuangan yang dihasilkan dari proses akuntansi tentu saja tidak
hanya berfungsi sebagai alat pertanggungjawaban (akuntabilitas). Sugijanto,
dkk (1995) menyebutkan tiga tujuan pokok dari akuntansi pemerintahan,
yaitu: pertanggungjawaban, manajerial dan pengawasan. Sementara itu, di
dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan (Lampiran I PP No.
71 Tahun 2010) dinyatakan bahwa laporan keuangan memiliki peran untuk
memenuhi kepentingan sebagai berikut:
1. Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.
2. Manajemen
Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan
suatu entitas pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan
fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset,
kewajiban, dan ekuitas pemerintah untuk kepentingan masyarakat.
3. Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada
masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak
untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas
pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang
dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-
undangan.
4. Keseimbangan Antargenerasi (intergenerational equity)
Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan

6
pemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh
pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang
diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.
5. Evaluasi Kinerja
Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam penggunaan
sumber daya ekonomi yang dikelola pemerintah untuk mencapai kinerja
yang direncanakan.

C. Akuntansi dan Pengelolaan Keuangan Daerah

Di dalam Pasal 1 PP 58 Tahun 2005 dinyatakan bahwa yang dimaksud


dengan pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Bila dikaitkan
dengan definisi pengelolaan keuangan daerah tersebut, penyelenggaraan
akuntansi termasuk di dalam domain penatausahaan. Dengan demikian,
aktivitas akuntansi merupakan bagian dari aktivitas pengelolaan keuangan
daerah yang bertujuan untuk menghasilkan laporan keuangan sebagai
bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah.
Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan
uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan
dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Pengelolaan keuangan daerah
tersebut tercermin atau identik dengan pengelolaan anggaran pendapatan
dan belanja daerah (APBD). APBD adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah
daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
Akuntansi keuangan daerah merupakan akuntansi yang mencatat dan
melaporkan pengaruh dari transaksi keuangan daerah seiring dengan
pelaksanaan APBD. Dengan demikian, penyelenggaraan akuntansi di
pemerintah daerah harus merujuk baik pada Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) maupun pada peraturan-peraturan yang terkait dengan
pengelolaan keuangan daerah, antara lain PP No. 58/2005 yang diatur lebih
lanjut di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana
telah direvisi dengan Permendagri No. 59 Tahun 2007 dan terakhir dengan
Permendagri No. 21 Tahun 2011 (revisi kedua). Dalam prakteknya, dua

7
rujukan tersebut (SAP dan peraturan pengelolaan keuangan daerah)
disinkronkan di dalam kebijakan akuntansi dan sistem akuntansi
pemerintah daerah.

D. Standar Akuntansi Pemerintahan

Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa UU No. 17/2003


mengharuskan penyusunan laporan keuangan pemerintah berpedoman
pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). SAP adalah prinsip-prinsip
akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan
keuangan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
SAP tersebut disusun oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
(KSAP). SAP yang pertama ditetapkan adalah SAP dengan basis cash
toward accrual (CTA) atau basis kas menuju akrual, ditetapkan dengan PP
No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Penerapan SAP yang berbasis CTA tersebut masih bersifat sementara
(transisional). Hal tersebut sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 36 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang
menyatakan bahwa selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan
belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan
pengukuran berbasis kas. Selanjutnya, di dalam Pasal 70 ayat (2) Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara ditegaskan
kembali bahwa pelaksanaan pengakuan dan pengukuran pendapatan dan
belanja berbasis akrual dilaksanakan selambat-lambatnya pada tahun
anggaran 2008, dan selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan
belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan
pengukuran berbasis kas.
Dalam perkembangan berikutnya, Pemerintah baru menetapkan SAP
berbasis akrual pada tahun 2010 yaitu dengan terbitnya Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang SAP, sebagai pengganti
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang SAP (berbasis CTA).
SAP berbasis akrual, sebagaimana dimuat di dalam Lampiran I PP No. 71
Tahun 2010, diterapkan selambat-lambatnya mulai tahun anggaran 2015,
sehingga di dalam masa transisi sebelum memasuki tahun Anggaran 2015,
pemerintah pusat/daerah dapat menggunakan SAP berbasis CTA,
sebagaimana dimuat di dalam Lampiran II PP No. 71 Tahun 2010.

8
Selanjutnya, di dalam Lampiran I SAP yang baru tersebut dinyatakan
bahwa SAP berbasis akrual wajib diterapkan selambat-lambatnya dalam
waktu 4 (empat) tahun sejak ditetapkannya (wajib diterapkan mulai T.A
2015).
SAP setidaknya mengatur hal-hal yang terkait dengan prinsip
pengakuan, pengukuran dan pelaporan/pengungkapan transaksi dan
kejadian keuangan pemerintah.
1. Prinsip pengakuan berkaitan dengan waktu pengakuan dari pengaruh
transaksi terhadap pos-pos laporan keuangan. Prinsip ini menjawab
pertanyaan: kapan suatu transaksi itu akan dicatat/diakui?. Waktu
pengakuan suatu transaksi tergantung kepada basis akuntansi yang
digunakan. SAP yang berbasis ‘cash toward accrual’ mengakui
pendapatan, belanja dan pembiayaan pada saat kas telah
diterima/dibayarkan di/dari rekening kas negara/daerah (basis kas);
sedangkan pengakuan aset, kewajiban dan ekuitas dana diakui pada saat
terjadinya (basis akrual). Sedangkan SAP berbasis akrual mengakui
pendapatan, beban, aset, kewajiban dan ekuitas pada saat terjadinya atau
pada saat hak/kewajiban pemerintah telah muncul. Sementara itu, LRA
tetap disusun dengan basis kas dengan alasan bahwa LRA merupakan
statutory report.
2. Prinsip pengukuran berkaitan dengan penetapan nilai uang yang harus
dicatat di dalam pos-pos laporan keuangan sebagai akibat terjadinya
transaksi/kejadian yang bersifat keuangan. Prinsip ini menjawab
pertanyaan: pada nilai berapa transaksi akan dicatat?. Beberapa prinsip
pengukuran yang dapat digunakan dijelaskan di dalam SAP, misalnya
prinsip harga perolehan (cost), nilai nominal, estimasi nilai wajar, dsb.
3. Prinsip Pelaporan/Pengungkapan berkaitan dengan bagaimana pos-pos
laporan keuangan dilaporkan di dalam halam muka (on the face)
laporan keuangan dan pengungkapannya di dalam CaLK.

SAP dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi


Pemerintahan (PSAP), dan dilengkapi dengan Kerangka Konseptual
Akuntansi Pemerintahan (KKAP), Interpretasi SAP (IPSAP) dan Buletin
Teknis. SAP berbasis CTA terdiri dari 11 PSAP (menjadi Lampiran II PP
No. 71/2010). Sementara itu PSAP berbasis akrual, termuat di dalam
Lampiran I PP No. 71/2010, terdiri dari 12 PSAP.

9
KKAP adalah prinsip-prinsip yang mendasari penyusunan dan
pengembangan SAP bagi KSAP dan merupakan rujukan penting bagi
KSAP, penyusun laporan keuangan, dan pemeriksa dalam mencari
pemecahan atas sesuatu masalah yang belum diatur secara jelas dalam
PSAP. Apabila terjadi pertentangan antara PSAP dan KKAP, maka PSAP
diunggulkan secara relatif terhadap KKAP.
IPSAP adalah klarifikasi, penjelasan dan uraian lebih lanjut atas PSAP
yang diterbitkan oleh KSAP. Buletin Teknis adalah informasi yang
diterbitkan oleh KSAP yang memberikan arahan/pedoman secara tepat
waktu untuk mengatasi masalah-masalah akuntansi maupun pelaporan
keuangan yang timbul namun belum diatur secara khusus atau detil di dalam
PSAP.

E. Kebijakan dan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah


Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintahan menyatakan bahwa
penyusunan laporan keuangan dimaksud dihasilkan melalui sistem
akuntansi pemerintahan. Hal ini berarti bahwa untuk menerapkan SAP
dalam rangka menghasilkan laporan keuangan perlu ditetapkan kebijakan
akuntansi dan sistem akuntansi. Bagi Pemerintah Pusat, kebijakan akuntansi
dan sistem akuntansi ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan,
sedangkan bagi Pemerintah Daerah kedua aturan tersebut ditetapkan
dengan peraturan kepala daerah.
Selanjutnya, di dalam PP No. 71 Tahun 2010 dinyatakan bahwa
ketentuan lebih lanjut untuk penerapan SAP akrual pada pemerintah
daerah diatur di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri).
Sebagai tindak lanjutnya, telah terbit Permendagri No. 64 Tahun 2013
tentang Penerapan SAP Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah.
Permendagri tersebut pada dasarnya merupakan pedoman atau acuan bagi
pemerintah daerah untuk menyiapkan dua instrumen penting untuk dapat
menerapkan SAP dalam rangka penyusunan dan penyajian laporan
keuangan, yaitu: kebijakan akuntansi dan sistem akuntansi pemerintah
daerah.
Kebijakan akuntansi daerah adalah adalah prinsip-prinsip, dasar- dasar,
konvensi-konvensi, aturan-aturan dan praktik-praktik spesifik yang dipilih
oleh pemerintah daerah sebagai pedoman dalam menyusun dan

10
menyajikan laporan keuangan pemerintah daerah. Kebijakan akuntansi
pemda dimaksudkan sebagai pedoman teknis akuntansi tambahan yang
mengacu kepada SAP dan ketentuan perundang-undangan mengenai
keuangan daerah. Sebagai contoh, di dalam PSAP No. 7 dinyatakan bahwa
aset tetap dapat disusutkan dengan tiga metode pilihan, yaitu: 1) metode
garis lurus, 2) metode menurun ganda, dan 3) metode unit produksi.
Selanjutnya apabila pemda ingin menerapkan penyusutan untuk aset
tetapnya, maka harus dirumuskan di dalam kebijakan akuntansinya
mengenai metode penyusutan yang akan dipilih berikut estimasi masa
manfaat dari aset yang akan disusutkan. Contoh lain di dalam PSAP yang
sama disebutkan bahwa pemerintah harus menentukan batas nilai minimal
dari sebuah aset untuk dikapitalisasi sebagai aset tetap (capitalization
threshold), maka pemda harus menentukan batas minimal kapitalisasi itu di
dalam kebijakan akuntansinya.
Sistem akuntansi pemerintah daerah (SAPD) adalah rangkaian
sistematik dari prosedur, penyelenggara, peralatan, dan elemen lain untuk
mewujudkan fungsi akuntansi sejak analisis transaksi sampai dengan
pelaporan keuangan di lingkungan organisasi pemerintah daerah. Suatu
sistem akuntansi pemerintahan setidak-tidaknya mengatur mengenai format
laporan keuangan, kebijakan akuntansi, prosedur akuntansi, bagan akun
standar, jurnal standar, entitas pelaporan dan entitas akuntansi, dokumen
transaksi yang digunakan.
Penyusunan kebijakan akuntansi dan sistem akuntansi pemerintah
daerah peraturan yang harus mengacu/berpedoman kepada beberapa
peraturan, yaitu:
a) Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP- PP No. 71 Tahun 2010);
b) Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan (PUSAP- Peraturan
Menteri Keuangan No. 238/PMK.05/2011);
c) Permendagri No. 64 Tahun 2013;
d) Permendagri, Perda, dan Peraturan Kepala Daerah tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (PKD).

Apabila kebijakan akuntansi dan sistem akuntansi telah ditetapkan,


maka proses akuntansi dapat diselenggarakan. Proses akuntansi adalah
serangkaian kegiatan akuntansi mulai dari penjurnalan transaksi, posting ke
buku besar, penyusunan neraca saldo, jurnal penyesuaian, hingga
penyusunan laporan keuangan. Proses akuntansi akan dapat berjalan bila

11
sistem akuntansi sudah dibangun. Proses akuntansi tersebut dapat
diselenggarakan secara manual maupun dengan bantuan software aplikasi
komputer akuntansi.
Proses akuntansi pemerintahan diselenggarakan seiring dengan
pelaksanaan anggaran yang dimulai sejak awal tahun anggaran hingga
dihasilkannya laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban
pelaksanaan anggaran untuk setiap akhir tahun anggaran. Berikut ini
digambarkan kaitan peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar
hukum dan/atau pedoman sehingga proses akuntansi dapat diselenggarakan
yang akan menghasilkan output berupa laporan keuangan pemerintah
daerah.

F. Gambaran Umum Struktur Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah


Di dalam Pasal 6, UU No. 17 Tahun 2003 dinyatakan bahwa Presiden
selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan
negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan. Kekuasaan
sebagaimana dimaksud selanjutnya:
1. dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan
Wakil Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang
dipisahkan;
2. dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna
Anggaran/Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang
dipimpinnya;
3. diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala
pemerintahan daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili
pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang
dipisahkan.

Selanjutnya di dalam Pasal 5 PP No. 58 Tahun 2005 diatur lebih lanjut


bahwa Kepala daerah selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan
daerah, selanjutnya melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya
kepada:
1. Sekretaris daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah;
2. Kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah (SKPKD) selaku
pejabat pengelola keuangan daerah (PPKD); dan
3. Kepala satuan kerja perangkat daerah (SKPD) selaku pejabat pengguna
anggaran/pengguna barang.

12
Gambar 1.1.
Dasar Hukum Penyelenggaraan Akuntansi dan Penyusunan
LKPD
Paket UU di Bidang KN
UU 17/2003
UU 1/2004
UU 15/2004

PKD SAP
PP Lainnya
PP 58/2005 PP 71/2010

PUSAP
Pedoman PKD PMK
238/PMK.05/2011
Permendagri 13/2006
dan Perubahannya

Pedoman Implementasi
SAP
Permendagri 64/2013

Kebijakan Akuntansi
Peraturan Kepala Daerah

Sistem Akuntansi
Peraturan Kepala Daerah

Proses Akuntansi

Laporan Keuangan
Pemda

Kepala SKPD dalam pelaksanaan kewenangannya selaku pengguna


anggaran dibantu oleh kuasa pengguna anggaran (KPA), Bendahara
Penerimaan/Pengeluaran, Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-
SKPD), dan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan. Adapun penunjukkan
KPA bersifat opsional (tidak wajib), hal ini disesuaikan dengan besaran

13
struktur organisasi dan/atau besaran dana anggaran yang dikelola oleh
SKPD yang bersangkutan.
Dalam kaitannya dengan penyelenggaran akuntansi dan penyusunan
laporan keuangan, hal ini merupakan tugas dari PPK-SKPD. Data transaksi
keuangan beserta bukti transaksinya yang menjadi input dalam proses
akuntansi berasal dari bendahara penerimaan maupun bendahara
pengeluaran.
Ciri khas dari transaksi keuangan daerah adalah adanya transaksi
resiprokal (timbal-balik) antara pengguna anggaran (PA) dan PPKD selaku
BUD. Untuk pelaksanaan anggaran belanja, berdasarkan SPP (Surat
Permintaan Pembayaran) yang diajukan oleh bendahara pengeluaran, PA
menerbitkan SPM (Surat Perintah Membayar) dan disampaikan ke BUD,
selanjutnya Kuasa BUD menerbitkan SP2D (Surat Perintah Pencairan
Dana). Sebaliknya dari sisi pelaksanaan anggaran pendapatan, bendahara
penerimaan SKPD harus menyetorkan setiap pendapatan yang diterimanya
ke rekening Kas Daerah yang dikelola oleh BUD. Pada gambar I.2. di
bawah ini digambarkan secara ringkas struktur kekuasaan pengelolaan
keuangan di pemerintah daerah.
Jabatan PPK-SKPD, Bendahara, dan PPTK tidak boleh saling
merangkap satu dengan lainnya. Jabatan PPK-SKPD, bendahara
penerimaan, dan bendahara pengeluaran masing-masing hanya terdiri dari
1 (satu) orang di setiap SKPD, sedangkan jabatan KPA dan PPTK dapat
ditunjuk untuk setiap biro/bidang/bagian di dalam SKPD, sesuai kebutuhan
organisasi. Pada Gambar I.3 berikut ini diilustrasikan hubungan
pengelolaan keuangan di dalam SKPD berbentuk dinas.

14
Gambar 1.2.
Ilustrasi Struktur Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah

KEPALA DAERAH
Pemegang Kekuasan PKD

SEKRETARIS DAERAH
Koordinator PKD

KEPALA SKPD PPKD


Pengguna anggaran BUD

KPA Kuasa BUD

PPK-SKPD

PPTK

BENDAHARA

15
Gambar 1.3
Ilustrasi Hubungan Pengelolaan Keuangan di SKPD Berbentuk Dinas

16
Pertanyaan Reviu:
1. Jelaskan dasar hukum yang mewajibkan pengelola keuangan
negara/daerah untuk menyusuan laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN/APBD dalam bentuk laporan keuangan?
2. Pada saat PP No. 71 Tahun 2010 tentang SAP diberlakukan, apakah
SAP berbasis CTA masih dapat diterapkan ? jelaskan !
3. SAP dinyatakan dalam bentuk PSAP. Sebutkan unsur-unsur
kelengkapan dari SAP !
4. Jelaskan perbedaan antara basis akuntansi kas menuju akrual dengan
basis akuntansi akrual di dalam akuntansi pemerintahan !
5. Jelaskan pengertian SAP, Kebijakan Akuntasi dan Sistem Akuntansi !
6. Sebutkan dasar peraturan yang menjadi pedoman dan rujukan dalam
penyusunan kebijakan dan sistem akuntansi keuangan daerah !
7. Apa yang dimaksud dengan prinsip pengakuan, pengukuran dan
pelaporan yang diatur di dalam SAP, jelaksan !
8. Apabila terdapat pertentangan antara PSAP dan KK-AP, manakah yang
diunggulkan/diterapkan ?
9. Jelaskan perbedaan antara entitas akuntansi dan entitas pelaporan !
10. Siapakah yang bertugas menyelenggarakan akuntansi dan penyusunan
laporan keuangan di SKPD?

17
BAB

LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH DAERAH 2
TUJUAN PEMBELAJARAN
Bab ini secara umum bertujuan untuk mememberikan gambaran tentang
komponen dan format laporan keuangan pemerintah daerah yang berbasis
akrual.

Bab ini secara spesifik menjelaskan perbedaan komponen laporan keuangan


pemerintah daerah berdasarkan kedua jenis SAP, sebagai berikut:
A. Komponen laporan keuangan daerah berdasarkan SAP-CTA;
B. Komponen laporan keuangan daerah berdasarkan SAP-Akrual
C. Struktur dan format laporan keuangan daerah (SAP-Akrual);

A. Komponen Laporan Keuangan Berdasarkan SAP Berbasis Kas Menuju


Akrual
Berdasarkan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual (Lampiran II, PP
No. 71 Tahun 2010), pemerintah daerah selaku entitas pelaporan
diwajibkan untuk menyusun laporan keuangan yang sekurang-kurangnya
terdiri dari:

1. Laporan Realisasi APBD (LRA)


LRA menyajikan informasi mengenai realisasi anggaran pendapatan,
belanja dan pembiayaan dalam satu tahun anggaran tertentu yang
diperbandingkan dengan anggarannya masing-masing dalam tahun
anggaran yang bersangkutan.
2. Neraca
Neraca menyajikan informasi mengenai posisi keuangan pada tanggal
tertentu yang terdiri dari aset, kewajiban (utang) dan ekuitas dana
(kekayaan bersih).
3. Laporan Arus Kas (LAK)

18
LAK menyajikan informasi mengenai sumber penerimaan dan
penggunaan kas dari aktivitas operasi, investasi non keuangan,
pembiyaan dan aktivitas non anggaran selama satu tahun anggaran. LAK
akan menjelaskan perubahan (kenaikan/penurunan) saldo kas yang
dilaporkan di Neraca.
4. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
CaLK menyajikan informasi tambahan ataupun detil informasi dari
ketiga komponen laporan keuangan di atas (LRA, Neraca, LAK),
maupun informasi lainnya yang tidak berhubungan langsung dengan
ketiga komponen laporan keuangan di atas tetapi dianggap
relevan/dibutuhkan oleh para pengguna laporan keuangan, contoh:
kondisi makro ekonomi, kebijakan keuangan pemerintah, dsb.

B. Komponen Laporan Keuangan Berdasarkan SAP Berbasis Akrual


Dalam perkembangan berikutnya, sebagaimana amanat UU 17/2003
dan UU 1/2004, ditetapkan SAP Berbasis Akrual yang dimuat di dalam
Lampiran I PP 71/2010 sebagai pengganti dari SAP Berbasis Kas Menuju
Akrual (PP 24/2005). Komponen laporan keuangan yang harus disusun
oleh pemerintah pusat maupun pemda berdasarkan SAP yang baru tersebut
terdiri dari:
1. Neraca;
Neraca merupakan komponen laporan keuangan yang
menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai
aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.
2. Laporan Realisasi Anggaran (LRA);
LRA merupakan komponen laporan keuangan yang menyediakan
informasi mengenai realisasi pendapatan-LRA, belanja, transfer,
surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan dari suatu entitas pelaporan yang
masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya. Informasi
tersebut berguna bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi
keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi,
akuntabilitas dan ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran.
3. Laporan Operasional (LO);
LO merupakan komponen laporan keuangan yang menyediakan
informasi mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan entitas
pelaporan yang tercerminkan dalam pendapatan-LO, beban, dan

19
surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan yang
penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya.
4. Laporan Arus Kas (LAK);
LAK merupakan komponen laporan keuangan yang memberikan
informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara
kas selama suatu periode akuntansi serta saldo kas dan setara kas pada
tanggal pelaporan. Informasi ini disajikan untuk pertanggungjawaban
dan pengambilan keputusan.
5. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE);
LPE merupakan komponen laporan keuangan yang menyajikan
sekurang-kurangnya pos-pos ekuitas awal, surplus/defisit-LO pada
periode bersangkutan; koreksi-koreksi yang langsung
menambah/mengurangi ekuitas, dan ekuitas akhir.
6. Laporan Perubahan SAL (LP-SAL);
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih merupakan komponen
laporan keuangan yang menyajikan secara komparatif dengan periode
sebelumnya pos-pos berikut Saldo Anggaran Lebih awal, Penggunaan
Saldo Anggaran Lebih, Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran
tahun berjalan, Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun Sebelumnya,
dan Saldo Anggaran Lebih Akhir. Bagi pemerintah daerah LP-SAL ini
tidak wajib disusun (bersifat opsional).
7. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
CALK merupakan komponen laporan keuangan yang meliputi
penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang
disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan
Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus
Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Termasuk pula dalam Catatan
atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang diharuskan
dan dianjurkan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan serta
pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian
yang wajar atas laporan keuangan.

C. Struktur Dan Format Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Berbasis


Akrual
Pada subbab ini akan dijelaskan struktur (elemen-elemen laporan
keuangan) dan contoh format laporan keuangan di tingkat pemerintah
daerah (laporan keuangan konsolidasian). Perbendaan antara laporan

20
keuangan untuk pemerintah provinsi dan kabupaten/kota hanya terletak
pada pos pendapatan yang terdapat di dalam LRA, LO dan LAK. Oleh
karena itu, contoh format LRA, LO dan LAK untuk pemerintah provinsi
dan kabupaten/kota akan dijadikan satu, namun menunjukkan perbedaan
tersebut akan diberikan tanda bintang ( * ) pada contoh format laporan
keuangan yang disajikan di bawah ini. Sementara itu, untuk contoh format
neraca, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan SAL dan CaLK
tidak ada perbedaan baik untuk pemerintah provinsi maupun
kabupaten/kota.
Contoh format laporan keuangan pemerintah daerah berbasis akrual
yang diberikan di dalam Lampiran I PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan merupakan contoh format laporan
keuangan di tingkat Pemda (laporan keuangan konsolidasian). Oleh karena
itu, di dalam peraturan kepala daerah tentang kebijakan akuntansi dan/atau
sistem akuntansi harus ditetapkan format dari laporan keuangan di tingkat
SKPD, PPKD, dan di tingkat Pemda (Konsolidasian). Contoh fomat
laporan keuangan di tingkat SKPD, PPKD dan di tingkat Pemda
(konsolidasian) dapat mengacu pada Lampiran II Permendagri No. 64
Tahun 2013 tentang Penerapan SAP Akrual pada Pemerintah Daerah.
Berikut ini adalah penjelasan struktur dan ilustrasi format laporan
keuangan daerah di tingka pemerintah daerah sebagai entitas pelaporan,
atau disebut juga sebagai laporan keuangan konsolidasian.

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)


LRA menyajikan informasi realisasi pendapatan-LRA, belanja, transfer,
surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan, yang masing-masing
diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode. Laporan
Realisasi Anggaran sekurang-kurangnya mencakup pos-pos sebagai berikut:
a. Pendapatan-LRA;
b. Belanja;
c. Transfer;
d. Surplus/Defisit-LRA;
e. Penerimaan pembiayaan;
f. Pengeluaran pembiayaan;
g. Pembiayaan neto;
h. Sisa lebih pembiayaan anggaran (SILPA).

21
Berikut ini akan diberikan ilustrasi format LRA dengan dua versi, yaitu versi
APBD dan versi format SAP.

a. Contoh format Laporan Realisasi APBD berdasarkan format APBD


(Permendagri 13/2006 dan perubahannya) adalah sebagai berikut:

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA.......
LAPORAN REALISASI APBD
Untuk Tahun yang Berakhir sd. 31 Desember 20x1 dan 20x0
Anggaran
setelah
No. Uraian
Perubahan Realisasi Lebih Realisasi
20x1 20x1 (Kurang) 20x0
(1) (2) (3) (4) (5)=(4)-(3) (6)
1 PENDAPATAN
1.1 Pendapatan Asli Daerah
1.1.1 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xxx xxx
1.1.2 Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx xxx xxx
1.1.3 Pendapatan Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yg xxx xxx xxx xxx
Dipishakan
1.1.4 Lain-lain PAD yg Sah xxx xxx xxx xxx
Jumlah PAD xxx xxx xxx
1.2 Pendapatan Dana Perimbangan
1.2.1 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xxx xxx
1.2.2 Dana Bagi Hasil Sumber Daya xxx xxx xxx xxx
Alam
1.2.3 Dana Alokasi Umum xxx xxx xxx xxx
1.2.4 Dana Alokasi Khusus xxx xxx xxx xxx
Jumlah Pendapatan Dana xxx xxx xxx xxx
Perimbangan
1.3 Lain-Lain Pendapatan Daerah
yang Sah
1.3.1 Pendapatan Hibah xxx xxx xxx xxx
1.3.2 Dana Darurat xxx xxx xxx xxx
1.3.3 Bagi Hasil dari Pemda xxx xxx xxx xxx
Lainnya*)
1.3.4 Dana Penyesuaian xxx xxx xxx xxx
1.3.5 Bantuan Keuangan dari Pemda xxx xxx xxx xxx
Lainnya
Jumlah Lain-Lain Pendapatan xxx xxx xxx xxx
Daerah yang Sah
Jumlah Pendapatan xxx xxx xxx xxx

22
2 BELANJA
2.1 Belanja Tidak Langsung
2.1.1 Belanja Pegawai xxx xxx xxx xxx
2.1.2 Bunga xxx xxx xxx xxx
2.1.3 Subsidi xxx xxx xxx xxx
2.1.4 Hibah xxx xxx xxx xxx
2.1.5 Bantuan Sosial xxx xxx xxx xxx
2.1.6 Bagi Hasil xxx xxx xxx xxx
2.1.7 Bantuan Keuangan xxx xxx xxx xxx
2.1.8 Belanja Tak Terduga xxx xxx xxx xxx
Jumlah Belanja Tidak Langsung xxx xxx xxx xxx
2.2 Belanja Langsung
2.2.1 Belanja Pegawai xxx xxx xxx xxx
2.2.2 Belanja Barang dan Jasa xxx xxx xxx xxx
2.2.3 Belanja Modal xxx xxx xxx xxx
Jumlah Belanja Langsung xxx xxx xxx xxx
Jumlah Belanja xxx xxx xxx xxx
Surplus /Defisit: [1]-[2] xxx xxx xxx xxx

3. Pembiayaan
3.1. Penerimaan Pembiayaan
3.1.1 SiLPA Tahun Anggaran xxx xxx xxx xxx
sebelumnya
3.1.2 Pencairan Dana Cadangan xxx xxx xxx xxx
3.1.3 Hasil Penjualan Kekayaan xxx xxx xxx xxx
Daerah yang Dipisahkan
3.1.4 Penerimaan Pinjaman Daerah xxx xxx xxx xxx
3.1.5 Penerimaan Piutang Daerah xxx xxx xxx xxx
Jumlah Penerimaan xxx xxx xxx xxx
Pembiayaan
3.2 Pengeluaran Pembiayaan
3.2.1 Pembentukan Dana Cadangan xxx xxx xxx xxx
3.2.2 Penyertaan Modal Daerah xxx xxx xxx xxx
3.2.3 Pembayaran Pokok Utang xxx xxx xxx xxx
3.2.4 Pemberian Pinjaman Daerah xxx xxx xxx xxx
Jumlah Pengeluaran xxx xxx xxx xxx
Pembiayaan
Pembiayaan Neto xxx xxx xxx xxx
[3.1] –[3.2]
SILPA Tahun Anggaran xxx xxx xxx xxx
Berkenaan [Surplus/Defisit +
Pembiayaan Neto]

*)Akun ‘Pendapatan Bagi Hasil’ adalah untuk LRA Kabupaten/Kota

23
b. Contoh format Laporan Realisasi APBD berdasarkan format SAP adalah
sebagai berikut:

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN KABUPATEN/KOTA.......


LAPORAN REALISASI APBD
Untuk Tahun yang Berakhir sd. 31 Desember 20x1 dan 20x0
Anggaran
setelah
No. Uraian
Perubahan Realisasi Lebih Realisasi
20x1 20x1 (Kurang) 20x0
(1) (2) (3) (4) (5)=(4)-(3) (6)
1 PENDAPATAN
1.1 Pendapatan Asli Daerah
1.1.1 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xxx xxx
1.1.2 Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx xxx xxx
1.1.3 Pendapatan Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yg Dipishakan xxx xxx xxx xxx
1.1.4 Lain-lain PAD yg Sah xxx xxx xxx xxx
Jumlah PAD xxx xxx xxx xxx
1.2 Pendapatan Transfer
1.2.1 Transfer Pem Pusat-Dana
Perimbangan
1.2.1.1 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xxx xxx
1.2.1.2 Dana Bagi Hasil Sumber Daya xxx xxx xxx xxx
Alam
1.2.1.3 Dana Alokasi Umum xxx xxx xxx xxx
1.2.1.4 Dana Alokasi Khusus xxx xxx xxx xxx
Jumlah Pendaptan Transfer xxx xxx xxx xxx
Dana Perimbangan
1.2.2 Transfer Pem Pusat-Lainnya
1.2.2.1 Dana Penyesuaian xxx xxx xxx xxx
Jumlah Pendapatan Transfer xxx xxx xxx xxx
Pempus Lainnya
Jumlah PendaptanTransfer xxx xxx xxx xxx
Pem.Pusat
1.2.3 Transfer Pemerintah Provinsi*) xxx xxx xxx xxx
1.2.3.1 Pendapatan Bagi Hasil Pajak xxx xxx xxx xxx
1.2.3.2 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya xxx xxx xxx xxx
Jumlah Pendapaan Transfer xxx xxx xxx xxx
Pem. Provinsi
1.2.4 Transfer dari Pemda Lainnya
1.2.4.1 Tranfer Bantuan Keuangan xxx xxx xxx xxx
Jumlah Transfer dari Pemda xxx xxx xxx xxx
Lainnya
Jumlah Pendapatan Transfer xxx xxx xxx xxx

24
Anggaran
setelah
No. Uraian
Perubahan Realisasi Lebih Realisasi
20x1 20x1 (Kurang) 20x0
1.3 Lain-Lain Pendapatan Daerah
yang Sah
1.3.1 Pendapatan Hibah xxx xxx xxx xxx
1.3.2 Dana Darurat xxx xxx xxx xxx
Jumlah Lain-Lain Pendapatan xxx xxx xxx xxx
Daerah yang Sah
Jumlah Pendapatan xxx xxx xxx xxx
2 BELANJA
2.1 Belanja Operasi
2.1.1 Belanja Pegawai xxx xxx xxx xxx
2.1.2 Belanja Barang xxx xxx xxx xxx
2.1.3 Bunga xxx xxx xxx xxx
2.1.4 Subsidi xxx xxx xxx xxx
2.1.5 Hibah xxx xxx xxx xxx
2.1.6 Bantuan Sosial xxx xxx xxx xxx
Jumlah Belanja Operasi xxx xxx xxx xxx
2.2 Belanja Modal
2.2.1 Belanja Tanah xxx xxx xxx xxx
2.2.2 Belanja Peralatan dan Mesin xxx xxx xxx xxx
2.2.3 Belanja Gedung dan Bangunan xxx xxx xxx xxx
2.2.4 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx xxx xxx
2.2.5 Belanja Aset Tetap Lainnya xxx xxx xxx xxx
2.2.6 Belanja Aset Lainnya xxx xxx xxx xxx
Jumlah Belanja Modal xxx xxx xxx xxx
2.3 Belanja Tak Terduga xxx xxx xxx xxx
2.4 Transfer (Bagi Hasil dan xxx xxx xxx xxx
Bantuan Keuangan)
Jumlah Belanja xxx xxx xxx xxx
Surplus /Defisit: [1]-[2] xxx xxx xxx xxx

3. Pembiayaan
3.1. Penerimaan Pembiayaan
3.1.1 SiLPA Tahun Anggaran xxx xxx xxx xxx
sebelumnya
3.1.2 Pencairan Dana Cadangan xxx xxx xxx xxx
3.1.3 Hasil Penjualan Kekayaan xxx xxx xxx xxx
Daerah yang Dipisahkan
3.1.4 Penerimaan Pinjaman Daerah xxx xxx xxx xxx
3.1.5 Penerimaan Piutang Daerah xxx xxx xxx xxx
Jumlah Penerimaan xxx xxx xxx xxx
Pembiayaan
3.2 Pengeluaran Pembiayaan
3.2.1 Pembentukan Dana Cadangan xxx xxx xxx xxx

25
3.2.2 Penyertaan Modal Daerah xxx xxx xxx xxx
3.2.3 Pembayaran Pokok Utang xxx xxx xxx xxx
3.2.4 Pemberian Pinjaman Daerah xxx xxx xxx xxx
Jumlah Pengeluaran xxx xxx xxx xxx
Pembiayaan
Pembiayaan Neto xxx xxx xxx xxx
[3.1] –[3.2]
SILPA Tahun Anggaran xxx xxx xxx xxx
Berkenaan [Surplus/Defisit +
Pembiayaan Neto]

*)Akun ‘Pendapatan Transfer dari Provinsi’ adalah untuk LRA Kabupaten/Kota

2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LP-SAL)


Laporan Perubahan SAL bersifat opsional bagi pemda tergantung
apakah jumlah SiLPA awal tahun dimasukkan seluruhnya atau hanya
sebagian saja sebagai pos penerimaan pembiayaan APBD. Apabila SiLPA
awal tahun yang dimasukkan ke dalam pos penerimaan pembiayaan
merupakan jumlah seluruh SiLPA yang ada pada awal tahun, maka pemda
tidak perlu menyusun LP-SAL. Hal ini dikarenakan jumlah SILPA akhir
tahun di LRA akan menunjukan keseluruhan saldo akhir SILPA. Akan
tetapi, apabila SiLPA awal tahun yang dimasukkan ke dalam pos
penerimaan pembiayaan hanya sebagian saja dari jumlah SiLPA yang akan
benar-benar digunakan untuk menutup defisit dan/atau sebagai sumber
pembiayaan, maka pemda harus menyusun LP-SAL.

LP-SAL menyajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya pos-pos


sebagai berikut:
a. Saldo Anggaran Lebih Awal;
b. Penggunaan Saldo Anggaran Lebih;
c. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran tahun berjalan;
d. Koreksi kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya;
e. Lain-Lain;
f. Saldo Anggaran Lebih Akhir.

26
Contoh format LP-SAL

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA..........
LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGARAN LEBIH
Per 31 Desember 20x1 dan 20x0
No Uraian 20x1 20x0
1 Saldo Anggaran Lebih (SAL) Awal xxx xxx
2 Penggunaan SAL sebagai Penerimaan (xxx) (xxx)
Pembiayaan Tahun Berjalan
3 Sub Total (1-2) xxx xxx
4 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) akhir xxx Xxx
tahun berjalan
5 Sub Total (3+4) xxx xxx
6 Koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya xxx xxx
7 Lain-lain xxx xxx
8 Saldo Anggaran Lebih (SAL) Akhir (5+6+7) xxx xxx

3. Laporan Operasional (LO)


Laporan Operasional menyajikan berbagai unsur pendapatan-LO,
beban, surplus/defisit dari operasi, surplus/defisit dari kegiatan non
operasional, surplus/defisit sebelum pos luar biasa, pos luar biasa, dan
surplus/defisit-LO, yang diperlukan untuk penyajian yang wajar secara
komparatif. Laporan Operasional mencakup pos-pos informasi berikut:
a. Pendapatan-LO;
b. Beban;
c. Surplus/Defisit dari operasi;
d. Kegiatan Non Operasional;
e. Surplus/Defisit sebelum Pos Luar Biasa;
f. Pos Luar Biasa;
g. Surplus/Defisit-LO.

Contoh format LO

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA.......
LAPORAN OPERASIONAL
Untuk Tahun yang Berakhir sd. 31 Desember 20x1 dan 20x0

27
Kenaikan/
No. Uraian 20x1 20x0
Penurunan %
(1) (2) (3) (4) (5)=(3)-(4) (6)=(3)/(4)
KEGIATAN
OPERASIONAL
1 PENDAPATAN
1.1 Pendapatan Asli Daerah
1.1.1 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xxx xxx
1.1.2 Pendapatan Retribusi xxx xxx xxx xxx
Daerah
1.1.3 Pendapatan dari
Pengelolaan Aset Daerah
yang Dipisahkan
1.1.4 Lain-lain PAD yg Sah xxx xxx xxx xxx
Jumlah PAD xxx xxx xxx xxx
1.2 Pendapatan Transfer
1.2.1 Transfer Pem.Pusat-Dana
Perimbangan
1.2.1.1 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xxx xxx
1.2.1.2 Dana Bagi Hasil SDA xxx xxx xxx xxx
1.2.1.3 Dana Alokasi Umum xxx xxx xxx xxx
1.2.1.4 Dana Alokasi Khusus xxx xxx xxx xxx
Jumlah Pendapatan xxx xxx xxx xxx
Transfer Pem Pusat – Dana
Perimbangan
1.2.2 Transfer Pem Pusat Lainnya
1.2.2.1 Dana Penyesuaian xxx xxx xxx xxx
Jumlah Pendapatan xxx xxx xxx xxx
Transfer Lainnya
1.2.3 Transfer Pem Provinsi*)
1.2.3.1 Pendapatan Bagi Hasil Pajak xxx xxx xxx xxx
1.2.3.2 Pendapatan Bagi Hasil xxx xxx xxx xxx
Lainnya
Jumlah Pendapatan xxx xxx xxx xxx
Transfer Pem Provinsi
1.2.4 Transfer dari Pemda Lainya
1.2.4.1 Transfer Bantuan Keuangan xxx xxx xxx xxx
Jumlah Pendapatan xxx xxx xxx xxx
Transfer
1.3 Lain-Lain Pendapatan yang
Sah
1.3.1 Pendapatan Hibah Xxx xxx xxx xxx
1.3.2 Pendapatan Dana Darurat xxx xxx xxx xxx
1.3.3. Pendapatan Lainnya xxx xxx xxx xxx
Jumlah Lain-lain Pendpatan xxx xxx xxx xxx
yang Sah
JUMLAH PENDAPATAN xxx xxx xxx xxx
2 BEBAN

28
Kenaikan/
No. Uraian 20x1 20x0
Penurunan %
(1) (2) (3) (4) (5)=(3)-(4) (6)=(3)/(4)
2.1. Beban Operasi
2.1.1 Beban Pegawai xxx xxx xxx xxx
2.1.2 Beban Persediaan xxx xxx xxx xxx
2.1.3 Beban Barang dan Jasa xxx xxx xxx xxx
(selain Beban Persediaan)
2.1.4 Beban Bunga xxx xxx xxx xxx
2.1.5 Beban Subsidi xxx xxx xxx xxx
2.1.6 Beban Hibah xxx xxx xxx xxx
2.1.7 Beban Bantuan Sosial xxx xxx xxx xxx
2.1.8 Beban Tak Terduga (Lain- xxx xxx xxx xxx
lain)
2.1.9 Beban Penyusutan xxx xxx xxx xxx
2.1.10 Beban Penyisihan Piutang xxx xxx xxx xxx
Tak Tertagih
Jumlah Beban Operasi xxx xxx xxx xxx
2.2 Transfer
2.2.1 Bagi Hasil
2.2.2 Bantuan Keuangan
Jumlah Transfer xxx xxx xxx xxx
Jumlah Total Beban xxx xxx xxx xxx
Surplus (Defisit) dari xxx xxx xxx xxx
operasi: [1]-[2]
3 SURPLUS (DEFISIT)
DARI KEGIATAN NON
OPERASIONAL
3.1 Surplus Penjualan Aset Non xxx xxx xxx xxx
Lancar
3.2 Surplus Penyelesaian xxx xxx xxx xxx
Kewajiban Jangka Panjang
3.3 Surplus dari Kegiatan Non xxx xxx xxx xxx
Operasional Lainnya
3.4 Defisit Penjualan Aset Non xxx xxx xxx xxx
Lancar
3.5 Defisit Peyelesaian xxx xxx xxx xxx
Kewajiban Jangka Panjang
3.6 Defisit dari Kegiatan Non xxx xxx xxx xxx
Operasional Lainnya
Surplus/Defisit dari xxx xxx xxx xxx
Kegiatan Non Operasional
Jumlah surplus/defisit sblm xxx xxx xxx xxx
Pos Luar Biasa
4 POS LUAR BIASA
4.1 Pendapatan Luar Biasa xxx xxx xxx xxx
4.2 Beban Luar Biasa xxx xxx xxx xxx

29
Kenaikan/
No. Uraian 20x1 20x0
Penurunan %
(1) (2) (3) (4) (5)=(3)-(4) (6)=(3)/(4)
Pos Luar Biasa xxx xxx xxx xxx
Surplus/Defisit LO xxx xxx xxx xxx

*)Akun ‘Pendapatan Transfer dari Provinsi’ adalah untuk LO Kabupaten/Kota

4. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)


Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan sekurang-kurangnya pos-pos
sebagai berikut:
a. Ekuitas awal;
b. Surplus/defisit – LO pada periode bersangkutan;
c. Koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas, yang
antara lain berasal dari dampak kumulatif yang disebabkan oleh
perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan mendasar,
misalnya :
1) Koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada
periode-periode sebelumnya;
2) Perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap.
d. Ekuitas akhir.

5. Neraca
Neraca menyajikan informasi mengenai posisi keuangan suatu entitas
pada tanggal tertentu. Struktur Neraca di tingkat Pemda terdiri dari pos-pos
berikut:
a. Kas (dan Setara Kas) di Kas Daerah;
b. Kas di Bendahara Penerimaan;
c. Kas di Bendahara Pengeluaran;
d. Investasi jangka Pendek
e. Piutang Pajak Daerah;
f. Piutang Retribusi Daerah;
g. Piutang Dana Perimbangan;
h. Piutang Lain-Lain;
i. Penyisihan Piutang
j. Investasi Jangka Panjang;
k. Aset Tetap;
l. Dana Cadangan;

30
m. Aset Lainnya;
n. kewajiban jangka Pendek;
o. kewajiban jangka Panjang;
p. Ekuitas.

Contoh format LPE

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA…..
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
Untuk Tahun yang Berakhir sd. 31 Desember 20x1 dan 20x0
No Uraian 20x1 20x0
1 Ekuitas Awal xxx Xxx
2 Surplus/Defisit LO xxx Xxx
3 Jumlah Ekuitas Akhir sebelum Dampak Kumulatif: (1) + xxx xxx
(2)
4 Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan
Mendasar:
4.1 Koreksi nilai persediaan xxx Xxx
4.2 Selisih revaluasi aset tetap xxx Xxx
4.3 Lain-lain xxx Xxx
Jumlah Dampak Kumulatif (4.1 + 4.2 + 4.3) xxx xxx
5 Ekuitas Akhir (3) + (4) xxx Xxx

31
Contoh format Neraca
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA……
NERACA
Per 31 Desember 20x1 dan 20x0
URAIAN Jumlah Kenaikan
20x1 20x0 (Penurunan)
(1) (2) (3) (4)=(2)-(3)
ASET
ASET LANCAR
Kas
Kas di Kas Daerah xxx xxx xxx
Kas di Bendahara Penerimaan xxx xxx xxx
Kas di Bendahara Pengeluaran xxx xxx xxx
Jumlah Kas xxx xxx xxx
Investasi Jangka Pendek xxx xxx xxx
Piutang
Piutang Pajak Daerah xxx xxx xxx
Piutang Retribusi Daerah xxx xxx xxx
Piutang Dana Bagi Hasil xxx xxx xxx
Piutang Dana Alokasi Umum xxx xxx xxx
Piutang Dana Alokasi Khusus xxx xxx xxx
Bagian Lancar Pinjaman Kepada BUMD xxx xxx xxx
Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx xxx
Bagian Lancar Tuntutan Ganti Kerugian xxx xxx xxx
Piutang Lain-lain xxx xxx xxx
Penyisihan Piutang Tak Tertagih (xxx) (xxx) (xxx)
Jumlah Piutang xxx xxx xxx
Persediaan xxx xxx xxx
Jumlah Aset Lancar xxx xxx xxx
INVESTASI JANGKA PANJANG
Investasi Nonpermanen
Pinjaman Kepada Perusanaan Negara xxx xxx xxx
Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xxx
Pinjaman Kepada Pemerintah Daerah xxx xxx xxx
Investasi dalam Surat Utang Negara xxx xxx xxx
Investasi Dana Bergulir xxx xxx xxx
Investasi Nonpermanen Lainnya xxx xxx xxx
Jumlah Investasi Non Permanen xxx xxx xxx
Investasi Permanen
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx xxx

32
URAIAN Jumlah Kenaikan
20x1 20x0 (Penurunan)
Penyertaan Modal dalam Proyek xxx xxx xxx
Penyertaan Modal Perusahaan Patungan xxx xxx xxx
Investasi Permanen Lainnya xxx xxx xxx
Jumlah Investasi Permanen xxx xxx xxx
Jumlah Investasi Jk Panjang xxx xxx xxx
ASET TETAP
Tanah
Tanah xxx xxx xxx
Jumlah Tanah xxx xxx xxx
Peralatan dan Mesin
Alat-alat Berat xxx xxx xxx
Alat-alat Angkutan xxx xxx xxx
Alat Benqkel xxx xxx xxx
Alat Pertanian dan Petemakan xxx xxx xxx
Alat-alat Kantor dan Rumah Tangga xxx xxx xxx
Alat Studio dan Alat Komunikasi xxx xxx xxx
Alat Ukur xxx xxx xxx
Alat-alat Kedokteran xxx xxx xxx
Alat Laboratorium xxx xxx xxx
Alat Keamanan xxx xxx xxx
Jumlah Peralatan dan Mesin xxx xxx xxx
Gedung dan Bangunan
Bangunan Gedung xxx xxx xxx
Bangunan Monumen xxx xxx xxx
Jumlah Gedung dan Bangunan xxx xxx xxx
Jalan, Irigasi dan Jaringan
Jalan dan Jembatan xxx xxx xxx
Bangunan Air (Irigasi) xxx xxx xxx
Instalasi xxx xxx xxx
Jaringan xxx xxx xxx
Jumlah Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx xxx
Aset Tetap Lainnya
Buku dan Perpustakaan xxx xxx xxx
Barang Bercorak Kesenian/Kebudayaan xxx xxx xxx
Hewan/Ternak dan Tumbuhan xxx xxx xxx
Aset Renovasi xxx xxx xxx
Jumlah Aset Tetap Lainnya xxx xxx xxx
Konstruksi Dalam Pengerjaan
Konstruksi Dalam Pengerjaan xxx xxx xxx

33
URAIAN Jumlah Kenaikan
20x1 20x0 (Penurunan)
Jumlah Konstruksi Dalam Pengerjaan xxx xxx xxx
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap ... (xxx) (xxx) (xxx)
Jumlah Aset Tetap xxx xxx xxx

DANA CADANGAN
Dana Cadangan xxx xxx xxx
Jumlah Aset Dana Cadangan xxx xxx xxx
ASET LAINNYA
Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx xxx
Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah xxx xxx xxx
Kemitraan dengan Fihak Ketiga xxx xxx xxx
Aset Tak Berwujud xxx xxx xxx
Aset Lain-Lain xxx xxx xxx
Jumlah Aset Lainnya xxx xxx xxx

JUMLAH TOTAL ASET xxx xxx xxx


KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK xxx xxx xxx
Utang Perhitungan Fihak Ketiga xxx xxx xxx
Utang Bunga xxx xxx xxx
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Dalam xxx xxx xxx
Pendapatan Diterima Dimuka xxx xxx xxx
Utang Jangka Pendek Lainnya xxx xxx xxx
Jumlah Kewajiban jk Pendek xxx xxx xxx
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Utang Kepada Pemerintah Pusat xxx xxx xxx
Utang Kepada Pemda Lainnya xxx xxx xxx
Utang Kepada Bank/Lembaga Keuangan xxx xxx xxx
Utang Obligasi Daerah xxx xxx xxx
Premium (Diskonto) Obligasi xxx xxx xxx
Utang Jangka Panjang Lainnya xxx xxx xxx
Jumlah Kewajiban jk Panjang xxx xxx xxx
JUMLAH TOTAL KEWAJIBAN xxx xxx xxx
EKUITAS
EKUITAS xxx xxx xxx
JUMLAH TOTAL KEWAJIBAN DAN xxx xxx xxx

34
6. Laporan Arus Kas (LAK)
Laporan Arus Kas menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran
kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas
operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris.

Contoh format LAK


PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA……
LAPORAN ARUS KAS
Untuk Tahun yang Berakhir sampai dengan 31 Desember 20x1 dan 20x0

URAIAN 20x1 20x0

ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI xxx xxx


Arus Kas Masuk
Penerimaan Pajak Daerah xxx xxx
Penerimaan Retribusi daerah xxx xxx
Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah xxx xxx
yang Dipisahkan
Penerimaan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah xxx xxx
Penerimaan Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx
Penerimaan Dana Bagi Hasil Bukan Pajak xxx xxx
Penerimaan Dana Alokasi Umum xxx xxx
Penerimaan Dana Alokasi Khusus xxx xxx
Penerimaan Dana Penyesuaian xxx xxx
Penerimaan Pendapatan Bagi Hasil dari Pemda lain*) xxx xxx
Penerimaan Hibah xxx xxx
Penerimaan Dana Darurat xxx xxx
Penerimaan Pendapatan Lainnya xxx xxx
Jumlah Arus Masuk xxx xxx
Arus Kas Keluar xxx xxx
Pembayaran Pegawai xxx xxx
Pembayaran Barang dan Jasa xxx xxx
Pembayaran Bunga xxx xxx
Pembayaran Subsidi xxx xxx

35
URAIAN 20x1 20x0

Pembayaran Hibah xxx xxx


Pembayaran Bantuan Sosial xxx xxx
Pembayaran Bantuan Keuangan xxx xxx
Pembayaran Tak Terduga xxx xxx
Pembayaran Bagi Hasil/Transfer ke Entitas Pelaporan xxx xxx
Lain
Jumlah Arus Keluar xxx xxx
Jumlah Arus Kas Bersih dari Aktlvitas Operasi xxx xxx

ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI


Arus Kas Masuk
Pencairan Dana Cadangan xxx xxx
Penjualan atas Tanah xxx xxx
Penjualan atas Peralatan dan Mesin xxx xxx
Penjualan atas Gedung dan Bangunan xxx xxx
Penjualan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx
Penjualan Aset Tetap Lainnya xxx xxx
Penjualan Aset Lainnya xxx xxx
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx
Penerimaan Penjualan Investasi Non Permanen xxx xxx
Jumlah Arus Masuk xxx xxx
Arus Kas Keluar
Pembentukan Dana Cadangan xxx xxx
Perolehan Tanah xxx xxx
Perolehan Peralatan dan Mesin xxx xxx
Perolehan Gedung dan Bangunan xxx xxx
Perolehan Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx
Perolehan Aset Tetap Lainnya xxx xxx
Perolehan Aset Lainnya xxx xxx
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx
Pengeluaran Pembelian Investasi Non Permanen xxx xxx

36
URAIAN 20x1 20x0

Jumlah Arus Keluar xxx xxx


Jumlah Arus Kas Bersih dart Aktivitas Investasi xxx xxx
ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN
Arus Kas Masuk
Pinjaman dan Obligasi xxx xxx
Penerimaan Kembali Pinjaman xxx xxx
Jumlah Arus Masuk xxx xxx
Arus Kas Keluar
Pembayaran Pokok Utang Pinjaman dan Obligasi xxx xxx
Pemberian Pinjaman xxx xxx
Jumlah Arus Keluar xxx xxx
Jumlah Arus Kas Bersih dart Aktivitas Pembiayaan xxx xxx

ARUS KAS DARI AKTIVITAS TRANSITORIS


Arus Kas Masuk
Penerimaan Perhitungan Pihak Ketiga xxx xxx
Jumlah Arus Masuk xxx xxx
Arus Kas Keluar
Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga xxx xxx
Jumlah Arus Keluar xxx xxx
Jumlah Arus Kas Bersih dari Aktivitas Transitoris xxx xxx

Kenaikan (Penurunan) Bersih Kas Selama Periode xxx xxx


Saldo Awal Kas di BUD dan Kas di Bendahara Pengeluaran xxx xxx
Saldo Akhir Kas di BUD dan Kas di Bendahara Pengeluaran xxx xxx
Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan xxx xxx
Saldo Akhir Kas xxx xxx
*) Akun ‘Penerimaan Pendapatan Bagi Hasil dari Pemda lain’ adalah untuk LAK
Kabupaten/Kota.

7. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)

37
Agar dapat digunakan oleh pengguna dalam memahami dan
membandingkannya dengan laporan keuangan entitas lainnya, Catatan atas
Laporan Keuangan biasanya disajikan dengan susunan sebagai berikut:
a. Informasi umum tentang entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi;
b. Kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro;
c. Ikhtisar pencapaian target keuangan berikut hambatan dan kendalanya;
d. Kebijakan akuntansi yang penting:
1) Entits Pelaporan;
2) Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan;
3) Basis pengukuran yang digunakan penyusunan laporan keuangan;
4) Kessuaian kebijakan-kebijakan akuntansi yang diterapkan dengan
ketentuan-ketentuan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
dan/atau Kebijakan Akuntansi oleh suatu entitas pelaporan;
5) Setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk
memahami laporan keuangan.
e. Penjelasan pos-pos Laporan Keuangan:
1) Rincian dan penjelasan masing-masing pos Laporan Keuangan;
2) Penungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan dan/atau Kebijakan Akuntansi yang belum
disajikan dalam lembar muka Laporan Keuangan.
f. Informasi tambahan lainnya yang diperlukan.

Contoh format CaLK

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA.....
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 20xx

PENDAHULUAN
Bab I Informasi Umum
1.1 Maksud dan tujuan penyusunan laporan keuangan Pemda
1.2 Landasan hukum penyusunan laporan keuangan Pemda
1.3 Sistematika penulisan catatan atas laporan keuangan Pemda

Bab II Ekonomi makro dan kebijakan keuangan/fiskal


2.1 Ekonomi Makro/Ekonomi Regional
2.2 Kebijakan keuangan
Bab III Penyajian Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan

38
3.1 Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan
3.2 Hambatan dan kendala pencapaian target

Bab IV Kebijakan akuntansi


4.1 Entitas akuntansi dan Entitas Pelaporan
4.2 Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan
4.3 Basis pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan
4.4 Penerapan kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada
dalam SAP
Bab V Penjelasan pos-pos laporan keuangan
5.1 Rincian dari penjelasan masing-masing pos-pos pelaporan keuangan
5.1.1 Pendapatan-LRA
5.1.2 Belanja
5.1.3 Pembiayaan
5.1.4 Pendapatan-LO
5.1.5 Beban
5.1.5 Aset
5.1.6 Kewajiban
5.1.7 Ekuitas
5.1.8 Arus Kas
Bab VI Penjelasan atas informasi-informasi non keuangan
Bab VII Penutup

39
Pertanyaan Reviu:
1. Jelaskan perbedaan komponen laporan keuangan pemda berdasarkan
SAP berbasis CTA dan SAP berbasis akrual !
2. Setelah diterapkannya SAP berbasis akrual, komponen laporan
keuangan manakah yang tetap disusun dengan basis kas ?
3. Apakah semua jenis belanja di LRA dapat menjadi beban di LO ?
jelaskan !
4. Apakah jumlah SILPA dapat bersaldo negatif? jelaskan !
5. Apakah jumlah SILPA akan selalu menunjukkan jumlah kas yang
menjadi hak (milik) pemda ? jelaskan !
6. Kenapa pos pembiayaan di LRA tidak masuk di dalam LO ? jelaskan !
7. Sebutkan jenis-jenis beban di LO yang tidak bersifat pengeluaran uang
(non-cash items) !
8. Apakah saldo akhir kas di Neraca harus selalu sama dengan saldo akhir
kas di Laporan Arus Kas? jelaskan!
9. Apakah penyusunan Laporan Perubahan SAL bagi pemda bersifat
wajib ? jelaskan !
10. Apakah penyusunan CaLK bersifat wajib? Jelaskan pula tujuan dari
penyajian CaLK !

40
41
BAB

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH 3


TUJUAN PEMBELAJARAN
Bab ini secara umum bertujuan untuk menjelaskan ruang lingkup sistem
akuntansi pemerintah daerah.

Bab ini secara spesifik menjelaskan elemen-elemen sistem akuntansi


pemerintah daerah, sebagai berikut:
A. Pengertian Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD);
B. Struktur Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah;
C. Pihak-Pihak Terkait
D. Sistem Pembukuan;
E. Bagan Akun.

A. Pengertian
Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa sistem
akuntansi pemerintah daerah (SAPD) adalah rangkaian sistematik dari
prosedur, penyelenggara, peralatan, dan elemen lain untuk mewujudkan
fungsi akuntansi sejak analisis transaksi sampai dengan pelaporan keuangan
di lingkungan organisasi pemerintah daerah. Suatu sistem akuntansi
pemerintahan setidak-tidaknya mengatur mengenai format laporan
keuangan untuk tingkat entitas akuntansi dan entitas pelaporan, prosedur
akuntansi, bagan akun standar, jurnal standar, dokumen transaksi yang
digunakan.
Dengan telah ditetapkannya sistem akuntansi (dan kebijakan
akuntansi), proses akuntansi untuk menghasilkan laporan keuangan dapat
diselenggarakan. Terdapat tiga komponen laporan keuangan yang
dihasilkan secara langsung dari proses penjurnalan transaksi, yaitu LRA
(Laporan Realisasi Anggaran), LO (Laporan Operasional) dan Neraca.
Sementara itu, LAK (Laporan Arus Kas), LPE (Laporan Perubahan
Ekuitas), LP-SAL (Laporan Perubahal Saldo Anggaran Lebih), dihasilkan

42
melalui analisis dari neraca, LO dan LRA, dengan kata lain tidak dihasilkan
secara langsung dari proses penjurnalan transaksi. Adapun CaLK (Catatan
atas Laporan Keuangan) merupakan penjelasan pelengkap yang lebih rinci
atas komponen-komponen laporan keuangan sebagaimana disebutkan di
atas (LRA, LP-SAL, LO, LP-Ekuitas, Neraca, dan LAK) dan informasi
lainnya yang dianggap relevan dan/atau signifikan bagi pengguna laporan
keuangan.
CaLK tentunya tidak dihasilkan langsung dari proses akuntansi, karena
informasi di dalam CaLK bersifat kuantitatif/keuangan maupun
kualitatif/deskriptif. Bahkan informasi dalam CaLK juga mencakup
informasi non-akuntansi dan bisa dilengkapi dengan berbagai macam tabel
maupun grafik yang dianggap relevan, sehingga CaLK harus disusun secara
manual.

B. Struktur Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah


Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa sistem
akuntansi pemerintah daerah (SAPD) ditetapkan dengan peraturan kepala
daerah (Pasal 96, PP 58/2005). Pedoman lebih lanjut untuk penyusunan
peraturan kepala daerah tentang sistem akuntansi pemda (berbasis akrual)
diatur di dalam Permendagri No. 64 Tahun 2013 tentang Penerapan SAP
Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah.
SAPD dapat dikelompokkan ke dalam dua sub sistem pokok berikut:
1. Sistem Akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SA-SKPD)
SKPD merupakan entitas akuntansi yang berkewajiban menyusunan
laporan keuangan dan menyampaikannya kepada kepala daerah melalui
PPKD. Oleh karena itu, SKPD menyelenggarkan SA-SKPD untuk
menghasilkan laporan keuangan SKPD yang terdiri dari Laporan Realisasi
Anggaran SKPD (LRA-SKPD), Laporan Operasional SKPD (LO-SKPD),
Laporan Perubahan Ekuitas SKPD (LPE-SKPD), Neraca -SKPD, dan
Catatan atas Laporan Keuangan SKPD (CaLK-SKPD).
2. Sistem Akuntansi Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (SA-PPKD)
SA-PPKD terbagi ke dalam dua subsistem yang terintegrasi, yaitu:
a. SA-PPKD sebagai pengguna anggaran (entitas akuntansi) yang akan
menghasilkan laporan keuangan PPKD yang terdiri dari LRA-PPKD,
LO-PPKD, LPE, Neraca-PPKD, dan CaLK-PPKD.

43
b. SA-Konsolidator sebagai wakil pemda (entitas pelaporan) yang akan
mencatat transaksi resiprokal antara SKPD dan PPKD (selaku BUD)
dan melakukan proses konsolidasi laporan keuangan dari laporan
keuangan seluruh SKPD dan laporan keuangan PPKD menjadi
laporan keuangan di tingkat pemda.(laporan keuangan konsolidasian)
yang terdiri dari LRA (laporan realisasi APBD), LP-SAL (opsional),
LO, LPE, Neraca, LAK, dan CaLK.

44
Gambar 3.1
Bagan Alir Penggabungan Laporan Keuangan SKPD dan PPKD menjadi
Laporan Keuangan di Tingkat Pemerintah Daerah

Catatan:
Penyusunan LPE di tingkat entitas akuntansi dapat disusun tersendiri atau
digabung dengan pos ekuitas di dalam neraca

C. Pihak-Pihak Terkait
Pihak-pihak yang terkait di dalam penyelenggaraan sistem akuntansi SKPD
secara umum terdiri dari:
1. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD)
Fungsi Akuntansi SKPD dilaksanakan oleh Pejabat Penatausahaan
Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPK-SKPD) untuk
menyelenggarakan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan SKPD
dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran (DPA)-SKPD.

45
2. Bendahara Penerimaan SKPD
Laporan pertanggungjawaban (SPJ) administratif/fungsional bendahara
penerimaan SKPD (berikut bukti transaksinya) yang disampaikan kepada
pengguna anggaran setiap bulan melalui PPK-SKPD, merupakan bahan
bagi PPK-SKPD untuk mencatat pelaksanaan DPA-SKPD dari sisi
transaksi pendapatan.
3. Bendahara Pengeluaran SKPD
Laporan pertanggungjawaban (SPJ) administratif/fungsional bendahara
pengeluaran SKPD (berikut bukti transaksinya) yang disampaikan kepada
pengguna anggaran setiap bulan melalui PPK-SKPD, merupakan bahan
bagi PPK-SKPD untuk mencatat pelaksanaan DPA-SKPD dari sisi
transaksi belanja.
Di samping SPJ administratif/fungsional yang diajukan setiap akhir bulan,
bendahara pengeluaran juga dapat mengajukan SPJ per tanggal tertentu yang
merupakan pertanggungjawaban belanja yang belum masuk dalam SPJ
administratif/fungsional akhir bulan sebelumnya, yang akan diajukan
permintaan uang penggantiannya (SPP-GU) sebelum akhir bulan yang
bersangkutan.
4. Pengurus Barang
Laporan Barang Milik Daerah SKPD (Kartu Inventaris Barang/KIB,
Laporan Mutasi Barang/LMB, dan dokumen yang terkait) yang
disampaikan oleh pengurus barang secara periodik (misalnya setiap akhir
bulan) kepada Kepala SKPD melalui PPK-SKPD, merupakan bahan untuk
mencatat dan/atau merekonsiliasi antara saldo dan mutasi (tambah/kurang)
aset tetap menurut fungsi akuntansi-PPK SKPD dengan KIB/LMB yang
dihasilkan oleh pengurus barang.
5. Penyimpan Barang
Buku persediaan dan laporan hasil stock opname persediaan yang
disampaikan secara periodik (misalnya setiap akhir bulan) oleh petugas
penyimpan barang kepada Kepala SKPD melalui PPK-SKPD, merupakan
bahan bagi fungsi akuntansi-PPK SKPD untuk mencatat dan/atau
merekonsiliasi posisi saldo dan mutasi (tambah/kurang) persediaan.
6. Kepala SKPD (Pengguna Anggaran)
Kepala SKPD selaku pengguna anggaran menandatangani/mengesahkan
SPJ Bendahara Penerimaan, SPJ Bendahara Pengeluaran, Laporan Barang

46
SKPD, dan Laporan Keuangan SKPD. Kepala SKPD, selaku entitas
akuntansi, menandatangani/mengesahkan laporan keuangan SKPD, untuk
selanjutnya disampaikan kepada kepala daerah melalui entitas pelaporan
yaitu PPKD, sebagai bentuk laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
anggaran SKPD yang dipimpinnya.

Adapun pihak-pihak yang terkait di dalam penyelenggaraan sistem


akuntansi PPKD secara umum terdiri dari:
1. Pejabat Penatausahaan Keuangan Satuan Kerja Pengelola Keuangan
Daerah (PPK-SKPKD)
Fungsi Akuntansi PPKD dilaksanakan oleh PPK-SKPKD untuk
menyelenggarakan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan PPKD
dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran (DPA)-SKPKD.
2. BUD/Kuasa BUD
BUD/Kuasa BUD memperoleh rekening koran harian Kas Daerah
(termasuk bukti pendukungnya yang terkait, jika ada, seperti nota
debit/kredit, bukti transfer) dari Bank tempat disimpannya rekening Kas
Daerah. Berdasarkan rekening koran tersebut, PPK-SKPKD mencatat
transaksi pendapatan dan penerimaan pembiayaan PPKD.
3. Bendahara Pengeluaran PPKD
Bendahara Pengeluaran PPKD menyampaikan laporan pengeluaran harian
transaksi belanja dan pengeluaran pembiayaan PPKD, disertai bukti
pengeluaran berupa SP2D, rekening koran/nota debit kepada PPKD
melalui PPK-SKPKD. Laporan harian Bendahara Pengeluaran PPKD
merupakan bahan bagi PPK-SKPKD untuk mencatat pelaksanaan DPA-
SKPD dari sisi transaksi belanja/beban dan pengeluaran pembiayaan PPKD.
Di samping itu, setiap akhir bulan, Bendahara Pengeluaran PPKD
menyampaikan laporan pertanggungjawaban bulanan, disertai bukti
transaksinya, kepada PPKD (selaku pengguna anggaran) melalui PPK-
SKPKD. Laporan bulanan ini dapat digunakan sebagai bahan rekonsiliasi
dengan LRA-PPKD yang dihasilkan oleh fungsi akuntansi PPK-SKPKD.

4. PPKD
PPKD selaku pengguna anggaran menandatangani laporan keuangan PPKD
sebagai bentuk laporan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran PPKD.

47
PPKD menerima laporan keuangan SKPD sebagai bahan penyusunan
Laporan Keuangan Konsolidasian.

5. Kepala SKPD
Kepala SKPD (sebagai entitas akuntansi) menyampaikan laporan keuangan
kepada kepala daerah melalui PPKD (sebagai entitas pelaporan) untuk
keperluan pertanggungjawaban pelakanaan anggaran SKPD sekaligus untuk
keperluan penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasian.

D. Sistem Pembukuan
Persamaan dasar akuntansi merupakan konsepsi dasar dalam
pencatatan transaksi berdasarkan sistem pembukuan ganda (double entry
system). Sistem double entry ini digunakan baik untuk mencatat transaksi
yang melibatkan pos-pos neraca dan LO (basis akrual), yaitu aset, kewajiban,
ekuitas, pendapatan-LO, dan beban; maupun untuk mencatat transaksi pos-
pos LRA (basis kas) yaitu pendapatan-LRA, belanja dan pembiayaan.
Dengan demikian, laporan keuangan berupa LRA, LO dan dihasilkan
melalui penjurnalan transaksi dengan mekanisme debit-kredit (pembukuan
double entry). Sistem pembukuan selanjutnya dapat dibagi ke dalam dua
subsistem:
1. Sub-sistem akuntansi finansial/keuangan
Sub sistem ini merupakan proses akuntansi (penjurnalan, posting,
neraca saldo, ayat penyesuaian, neraca saldo setelah penyesuaian,
penyusunan laporan keuangan, jurnal penutup, neraca saldo setelah
tutup buku) untuk mencatat transaksi dengan basis akrual yang akan
menghasilkan LO dan Neraca.
2. Sub-sistem akuntansi pelaksanaan anggaran
Sub sistem ini merupakan proses akuntansi (penjurnalan, posting,
neraca saldo, ayat penyesuaian (jika terdapat ayat jurnal koreksi), neraca
saldo setelah penyesuaian, penyusunan laporan keuangan, jurnal
penutup) untuk mencatat transaksi dengan basis kas yang akan
menghasilkan LRA.

Berdasarkan konsep double entry, setiap pengaruh transaksi yang


dicatat (dibukukan) akan selalu berada dalam suatu keseimbangan antara
sisi kiri (debit) dan sisi kanan (kredit). Berikut akan digambarkan konsep
persamaan dasar akuntansi yang akan diturunkan ke dalam penjurnalan
dengan mekanisme debet-kredit.

48
PERSAMAAN AKUNTANSI UMUM

ASET = KEWAJIBAN + MODAL PEMILIK


ASET = HAK KREDITOR + HAK RESIDUAL
PEMILIK
AKTIVA = PASSIVA

Berdasarkan persamaan akuntansi umum di atas, dapat diturunkan


sebuah persamaan akuntansi yang spesifik untuk akuntansi pemerintahan
dengan berpedoman pada SAP berbasis akrual sebagai berikut:

PERSAMAAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN

ASET = KEWAJIBAN + EKUITAS


ASET = HAK PIHAK KETIGA (KREDITOR) + HAK
RESIDUAL PEMERINTAH

Untuk memberikan ilustrasi lebih lanjut dari persamaan dasar


akuntansi pemerintah di atas, berikut ini dikembangkan beberapa kondisi
persamaan akuntansi pemerintahan.

PERSAMAAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN

SISI SISI KANAN


KIRI = (KREDIT)
(DEBIT)
Keterangan
Aset = Ekuitas Persamaan 1:
persamaan
akuntansi (posisi
neraca) dimana
pemerintah tidak
memiliki utang

49
Aset = Kewajiban + Persamaan 2:
Ekuitas persamaan
akuntansi (posisi
neraca) dimana
pemerintah
memiliki utang
yang timbul dari
belanja ataupun
dari penarikan
pinjaman
(pembiayaan)

Aset = Kewajiban + Persamaan 3:


Ekuitas + persamaan
Pendapatan LO– akuntansi setelah
Beban dipengaruhi
pelaksanaan
` APBD (selain
transaksi
pembiayaan)

Di dalam proses akuntansi, sebagaimana dijelaskan di atas, transaksi


akan dicatat pertama kali pada buku jurnal dengan menggunakan kaidah
debit-kredit sebagai implementasi dari double entry system. Jika dikatakan
suatu akun ‘didebit’, ini berarti bahwa jumlah yang mempengaruhi akun
tersebut akan dicatat pada buku jurnal di kolom jumlah pada sisi debit (kiri).
Demikian sebaliknya, jika dikatakan suatu akan ‘dikredit’, ini berarti bahwa
jumlah yang mempengaruhi akun tersebut akan dicatat pada buku jurnal di
kolom jumlah pada sisi kredit (sisi kanan).
Suatu transaksi yang mengakibatkan bertambahnya aset akan dicatat
dengan mendebit akun aset; dan sebaliknya jika transaksi mengakibatkan
berkurangnya aset akan dicatat dengan mengkredit akun aset. Hal yang
sama berlaku untuk beban.
Aturan yang sebaliknya dari aturan debit-kredit untuk aset dan beban
akan berlaku untuk akun utang, ekuitas, dan pendapatan. Contoh, untuk
transaksi yang mengakibatkan bertambahnya utang, akan dicatat dengan

50
mengkredit akun utang; dan sebaliknya jika transaksi mengakibatkan
berkurangnya utang, maka akan dicatat dengan mendebit akun utang. Cara
yang sama berlaku untuk ekuitas, dan pendapatan.
Secara ringkasnya kaidah debit-kredit dan saldo normalnya dari
masing-masing akun yang digunakan dalam pencatatan transaksi keuangan
pemerintah untuk subsistem akuntansi finansial (transaksi basis akrual)
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
KAIDAH DEBIT-KREDIT DAN SALDO NORMAL
AKUN-AKUN NERACA DAN LO
AKUN DEBIT KREDIT SALDO
NORMAL
ASET (+)* (-)** DEBIT
KEWAJIBAN (-) (+) KREDIT
EKUITAS (-) (+) KREDIT
PENDAPATAN-LO (-) (+) KREDIT
BEBAN (+) (-) DEBIT
*) tanda (+) artinya bertambah.
**) tanda (-) artinya berkurang.

Adapun kaidah debit-kredit untuk mencatat transaksi pelaksanaan


APBD pada subsistem akuntansi pelaksanaan anggaran (transaksi basis kas)
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2
KAIDAH DEBIT-KREDIT DAN SALDO NORMAL
AKUN-AKUN LRA
AKUN*** DEBIT KREDIT SALDO
NORMAL
PENDAPATAN-LRA (-) (+) KREDIT
BELANJA (+) (-) DEBIT
PENERIMAAN PEMBIAYAAN (-) (+) KREDIT
PENGELUARAN (+) (-) DEBIT
PEMBIAYAAN
***Untuk mencatat akun-akun LRA secara ‘double entry’ akan menggunakan
akun ‘Estimasi Perubahan SAL’ sebagai akun ‘lawan’ baik untuk lawan akun
pendapatan-LRA, belanja, maupun pembiayaan.

51
E. Bagan Akun
Elemen dari sistem akuntansi lainnya yang harus disiapkan oleh pemda
adalah bagan akun (chart of accounts). Bagan akun berisi nama dan kode
akun yang akan digunakan untuk mencatat dan mengklasifikasikan setiap
jenis transaksi yang serupa secara detil. Nama dan kode akun dapat
dikembangkan dari struktur/format laporan keuangan yang ingin dihasilkan
oleh pemda sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan
mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan No. 238/PMK.05/2011
tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan (PUSAP) dan
Permendagri No. 64 Tahun 2013.
Khusus untuk kode rekening penganggaran (pendapatan-LRA, belanja,
dan pembiayaan) masih menggunakan kode rekening berdasarkan
Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah sebagaimana telah direvisi dua kali, terakhir dengan Permendagri
No. 21 Tahun 2011. Dengan demikian, penyusunan LRA disusun dengan
dua format, yaitu terlebih dahulu disusun LRA format Permendagri
selanjutnya dilakukan konversi ke LRA format SAP.
Berdasarkan PUSAP, daftar akun yang menjadi acuan untuk
pengembangan sistem akuntansi pemda dalam rangka penerapan SAP
berbasis akrual (Lampiran I PP 71/2010) adalah sebagai berikut

BAGAN AKUN STANDAR UNTUK PEMERINTAH DAERAH

1. Akun Neraca

a. Akun Aset
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah daerah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana
manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat
diperoleh, baik oleh pemerintah daerah maupun masyarakat, serta dapat
diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang
diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber
sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.

52
Klasifikasi akun aset dapat dilihat pada tabel berikut:

Kodefikasi Uraian Akun


1 Aset
11 Aset Lancar
Merupakan Aset yang diharapkan segera untuk dapat
direalisasikan atau dimiliki untuk dipakai atau dijual dalam waktu
12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan.
111 Kas
Digunakan untuk mencatat kas yang dimiliki pemerintah daerah
yang mencakup antara lain: Kas di Kas Daerah, Kas di Bendahara
Penerimaan, Kas di Bendahara Pengeluaran, dan Kas di BLUD.
112 Investasi Jangka Pendek
Digunakan untuk mencatat investasi yang dilakukan pemerintah
daerah yang berjangka waktu lebih dari tiga bulan hingga dua belas
bulan yang bertujuan dalam rangka manajemen kas, yang artinya
pemerintah daerah dapat menjual investasi tersebut apabila timbul
kebutuhan kas.
Investasi Jangka Pendek mencakup antara lain Investasi Dalam
Saham dan Investasi Dalam Obligasi.
113 Piutang Pendapatan
Digunakan untuk mencatat piutang akan pendapatan yang dimiliki
pemerintah daerah, antara lain: Piutang Pajak, Piutang Retribusi,
Piutang Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan,
Piutang Lain-lain PAD yang Sah, Piutang Transfer Pemerintah
Pusat, Piutang Transfer Pemerintah Pusat – Lainnya, Piutang
Transfer Pemerintah Daerah, Piutang Bantuan Keuangan, dan
Piutang Hibah dan Piutang Pendapatan Lainnya.
114 Piutang Lainnya
Digunakan untuk mencatat Piutang Lainnya yang dimiliki
Pemerintah Daerah, antara lain Bagian Lancar Tagihan Jangka
Panjang dan Bagian Lancar Pinjaman Jangka Panjang kepada
Entitas Lainnya.
115 Penyisihan Piutang
Digunakan untuk mencatat penyisihan piutang yang dibentuk
sebesar persentase tertentu dari akun piutang terkait kemungkinan
tidak tertagihnya piutang. Penyisihan Piutang mencakup antara
lain Penyisihan Piutang Pendapatan dan Penyisihan Piutang
Lainnya.
116 Beban Dibayar Dimuka

53
Digunakan untuk mencatat pengeluaran yang telah dibayarkan
dimana pengeluaran tersebut belum menjadi beban pada tahun
berjalan.
117 Persediaan
Digunakan untuk mencatat persediaan yang dimiliki oleh
pemerintah daerah, termasuk di dalamnya persediaan untuk
diserahkan ke masyarakat dan/atau pihak ketiga. Persediaan
mencakup antara lain: Persediaan Alat Tulis Kantor, Persediaan
Alat Listrik, Persediaan Material/Bahan, Persediaan Benda Pos,
Persediaan Bahan Bakar, dan Persediaan Bahan Makanan Pokok.
199 Aset Untuk Dikonsolidasikan
Digunakan untuk mencatat reciprocal account untuk kepentingan
konsolidasi, yang mencakup antara lain RK SKPD.

12 Investasi Jangka Panjang


Merupakan Aset non Lancar berupa Investasi yang diadakan
dengan maksud untuk mendapatkan manfaat ekonomi dan
manfaat sosial dalam jangka waktu lebih dari satu periode
akuntansi.
121 Investasi Jangka Panjang Non Permanen
Digunakan untuk mencatat investasi jangka panjang yang
dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan. Investasi
Jangka Panjang Non Permanen mencakup antara lain: Pinjaman
Jangka Panjang kepada Entitas Lainnya, Investasi dalam Obligasi,
Investasi dalam Proyek Pembangunan, Dana Bergulir, dan
Investasi Non Permanen Lainnya.
122 Investasi Jangka Panjang Permanen
Digunakan untuk mencatat investasi jangka panjang yang
dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan. Investasi Jangka
Panjang Permanen mencakup antara lain Penyertaan Modal
Pemerintah Daerah dan Investasi Permanen Lainnya.
13 Aset Tetap
Merupakan Aset yang mempunyai manfaat ekonomi lebih dari 12
(dua belas) bulan dan dipergunakan untuk operasional
pemerintahan atau untuk dimanfaatkan oleh masyarakat. Aset ini
meliputi tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan,
irigasi, dan jaringan, aset tetap lainnya, dan konstruksi dalam
pengerjaan.
131 Tanah

54
Digunakan untuk mencatat kepemilikan tanah pemerintah daerah,
yang mencakup antara lain: Tanah Kantor, Tanah Sarana
Kesehatan Rumah Sakit, Tanah Sarana Kesehatan Puskesmas,
Tanah Sarana Kesehatan Poliklinik, Tanah Sarana Pendidikan
Taman Kanak-Kanak, Tanah Sarana Pendidikan Sekolah Dasar,
Tanah Sarana Pendidikan Menengah Umum dan Kejuruan,
Tanah Sarana Pendidikan Menengah Lanjutan dan Kejuruan,
Tanah Sarana Pendidikan Luar Biasa/Khusus, Tanah Sarana
Pelatihan dan Kursus, Tanah Sarana Sosial Panti Asuhan, Tanah
Sarana Sosial Panti Jompo, Tanah Sarana Umum Terminal,
Tanah Sarana Umum Dermaga, Tanah Sarana Umum Lapangan
Terbang Perintis, Tanah Sarana Umum Rumah Potong Hewan,
Tanah Sarana Umum Tempat Pelelangan Ikan, Tanah Sarana
Umum Pasar, Tanah Sarana Umum Tempat Pembuangan Akhir
Sampah, Tanah Sarana Umum Taman, Tanah Sarana Umum
Pusat Hiburan Rakyat, Tanah Sarana Umum Ibadah, Tanah
Sarana Stadion Olahraga, Tanah Perumahan, Tanah Pertanian,
Tanah Perkebunan, Tanah Perikanan, Tanah Peternakan, Tanah
Perkampungan, Tanah Pergudangan/Tempat Penimbunan
Material Bahan Baku.
132 Peralatan dan Mesin
Digunakan untuk mencatat Peralatan dan Mesin yang mencakup
antar lain: Alat-alat Berat, Alat-alat Angkutan Darat Bermotor,
Alat-alat Angkutan Darat tidak Bermotor, Alat-alat Angkutan di
Air Bermotor, Alat-alat Angkutan Air tidak Bermotor, Alat-alat
Angkutan Udara, Alat-alat Bengkel, Alat-alat Pengolahan
Pertanian dan Peternakan, Peralatan Kantor, Perlengkapan
Kantor, Komputer, Meubelair, Peralatan Dapur, Penghias
Ruangan Rumah Tangga, Alat-alat Studio, Alat-alat Komunikasi,
Alat-alat Ukur, Alat-alat Kedokteran, Alat-alat Laboratorium, Alat-
alat Persenjataan/Keamanan.
133 Gedung dan Bangunan
Digunakan untuk mencatat Gedung dan Bangunan milik
pemerintah daerah yang mencakup antara lain: Gedung Kantor,
Gedung Rumah Jabatan, Gedung Rumah Dinas, Gedung Gudang,
Bangunan Monumen, Tugu Peringatan.
134 Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Digunakan untuk mencatat Jalan, Irigasi, dan Jaringan yang
mencakup antara lain: Jalan, Jembatan, Jaringan Air, Penerangan
Jalan, Taman dan Hutan Kota, dan Instalasi Listrik dan Telepon.

55
135 Aset Tetap Lainya
Digunakan untuk mencatat kepemilikan Aset Tetap Lainnya yang
mencakup antara lain: Buku dan Kepustakaan, Barang Bercorak
Kesenian dan Kebudayaan, Hewan/Ternak dan Tanaman.
136 Konstruksi Dalam Pengerjaan
Digunakan untuk mencatat aset tetap yang sedang dalam proses
pembangunan namun pada tanggal laporan keuangan belum
selesai seluruhnya.
137 Akumulasi Penyusutan
Digunakan untuk mencatat akumulasi penyusutan aset tetap yang
dimiliki Pemerintah Daerah.

14 Dana Cadangan
Merupakan dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan
yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi
dalam satu tahun anggaran.
141 Dana Cadangan
Digunakan untuk mencatat penyisihan dana untuk menampung
kebutuhan yang memerlukan dana yang relatif besar yang tidak
dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran.

15 Aset Lainnya
Merupakan kelompok Aset yang tidak termasuk dalam kategori-
kategori sebelumnya.
151 Tagihan Jangka Panjang
Digunakan untuk mencatat Tagihan Jangka Panjang pemerintah
yang mencakup antara lain Tagihan Penjualan Angsuran dan
Tuntutan Ganti Rugi.
152 Kemitraan dengan Pihak Ketiga
Digunakan untuk mencatat Kemitraan dengan Pihak Ketiga yang
mencakup antara lain: Bangun guna serah (Build, Operate and
Transfer/BOT), Bangun serah guna (Build, Transfer and
Operate/BTO), dan Kerjasama Operasi (KSO).
153 Aset Tidak Berwujud
Digunakan untuk mencatat Aset Tidak Berwujud yang mencakup
antara lain goodwill, lisensi dan frenchise, hak cipta, paten, dan aset
tidak berwujud lainnya.
154 Aset Lain-lain
Digunakan untuk mencatat Aset Lainnya yang tidak dapat
dikelompokkan ke dalam kategori sebelumnya.

56
b. Akun Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah daerah.
Klasifikasi dari akun Kewajiban sebagaimana tercantum pada tabel
berikut:
Kodefikasi Uraian Akun
2 Kewajiban
21 Kewajiban Jangka Pendek
Merupakan kelompok kewajiban yang jatuh tempo dalam
waktu kurang dari dua belas bulan setelah tanggal pelaporan.
211 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
Digunakan untuk mencatat utang yang disebabkan
kedudukan pemerintah daerah sebagai pemotong pajak atau
pungutan lainnya yang mencakup antara lain: Utang Taspen,
Utang Askes, Utang PPh Pusat, Utang PPN Pusat, Utang
Taperum, dan Utang Perhitungan Pihak Ketiga Lainnya.
212 Utang Bunga
Digunakan untuk mencatat Utang Bunga yang dimiliki
pemerintah daerah yang mencakup antara lain: Utang Bunga
Kepada Pemerintah Pusat, Utang Bunga Kepada Daerah
Otonom Lainnya, Utang Bunga Kepada BUMN/BUMD,
Utang Bunga kepada Bank/Lembaga Keuangan Bukan
Bank, Utang Bunga dalam Negeri lainnya, dan Utang Bunga
Luar Negeri.
213 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
Digunakan untuk mencatat Bagian Lancar Utang Jangka
Panjang pemerintah daerah yang mencakup antara lain:
Utang Bank, Utang Obligasi, Utang kepada Pemerintah
Pusat, Utang kepada Pemerintah Provinsi, dan Utang kepada
Pemerintah Kabupaten/Kota.
214 Pendapatan Diterima Dimuka
Digunakan untuk mencatat Pendapatan Diterima Dimuka
yang mencakup antara lain: Setoran Kelebihan Pembayaran
Kepada Pihak III, Uang Muka Penjualan, dan Uang Muka
Lelang Penjualan Aset Daerah.
215 Utang Beban

57
Digunakan untuk mencatat utang karena belum
dibayarkannya suatu belanja atas kegiatan yang telah selesai
dilaksanakan oleh pemerintah daerah.
Utang Beban mencakup antara lain: Utang Beban Pegawai,
Utang Beban Barang, Utang Beban Bunga, Utang Beban
Subsidi, Utang Beban Hibah, Utang Beban Lain-lain, dan
Utang Beban Transfer.
216 Utang Jangka Pendek Lainnya
Digunakan untuk mencatat Utang Jangka Pendek yang tidak
termasuk dalam klasifikasi utang di atas.
22 Kewajiban Jangka Panjang
Merupakan kelompok kewajiban yang jatuh temponya lebih
dari 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan.
221 Utang Dalam Negeri
Digunakan untuk mencatat Utang Dalam Negeri pemerintah
daerah yang mencakup antara lain: Utang dari Sektor
Perbankan, Utang dari Lembaga Keuangan Bukan Bank,
Utang Obligasi, Utang dari Pemerintah Pusat, Utang dari
Pemerintah Daerah lainnya, dan Premium (Diskonto)
Obligasi.
223 Utang Luar Negeri
Digunakan untuk mencatat Utang Luar Negeri yang
diperoleh pemerintah daerah.
224 Utang Jangka Panjang Lainnya
Digunakan untuk mencatat Utang Jangka Panjang yang tidak
termasuk dalam klasifikasi di atas.

c. Akun Ekuitas
Ekuitas merupakan kekayaan bersih Pemerintah Daerah yang
merupakan selisih antara aset dan kewajiban Pemerintah Daerah pada
tanggal laporan. Klasifikasi Akun Ekuitas sebagaimana tercantum dalam
tabel sebagai berikut:

Kodefikasi Uraian Akun


3 Ekuitas
31 Ekuitas
Adalah kekayaan bersih Pemerintah Daerah yang
merupakan selisih antara aset dan kewajiban
Pemerintah Daerah pada tanggal laporan.
311 Ekuitas

58
Adalah kekayaan bersih pemerintah daerah yang
merupakan selisih antara Aset dan Kewajiban pada
tanggal laporan. Saldo Ekuitas berasal dari Ekuitas
awal ditambah (dikurang) oleh Surplus/Defisit–LO
dan perubahan lainnya seperti koreksi nilai
persediaan, selisih revaluasi Aset Tetap, dan lain-lain.
312 Ekuitas SAL
Digunakan untuk mencatat akun perantara dalam
rangka penyusunan Laporan Realisasi Angaran dan
Laporan Perubahan SAL, yang mencakup antara lain
Estimasi Pendapatan, Estimasi Penerimaan
Pembiayaan, Apropriasi Belanja, Apropriasi
Pengeluaran Pembiayaan dan Estimasi Perubahan
SAL.
313 Ekuitas untuk Dikonsolidasikan
Digunakan untuk mencatat reciprocal account untuk
kepentingan konsolidasi, yang mencakup antara lain
Rekening Koran PPKD.

2. Akun Laporan Realisasi Anggaran

a. Akun Pendapatan-LRA
Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum
Daerah yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun
anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah daerah, dan
tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah daerah.
Klasifikasi Akun Pendapatan-LRA sebagaimana tercantum dalam tabel
sebagai berikut:
Kodefikasi Uraian Akun
4 Pendapatan-LRA
41 Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LRA
Merupakan Pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut
berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan.
411 Pendapatan Pajak Daerah-LRA
Digunakan untuk mencatat pendapatan pajak daerah, antara
lain: Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air
Permukaan, dan Pajak Rokok untuk Pendapatan Pajak

59
Provinsi dan Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak
Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Parkir, Pajak Air
Bawah Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Lingkungan,
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Bumi dan
Bangunan Pedesaan dan Perkotaan, Bea Perolehan Hak Atas
Tanah dan Bangunan, dan pajak daerah lainnya yang
ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
412 Pendapatan Retribusi Daerah-LRA
Digunakan untuk mencatat retribusi daerah, antara lain:
Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha, dan Retribusi
Perizinan Tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
413 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan-LRA
Digunakan untuk mencatat hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan, antara lain: Bagian Laba atas Penyertaan
Modal pada Perusahaan Milik Daerah/BUMD, Bagian Laba
atas Penyertaan Modal pada Perusahaan Milik Negara/BUMN,
dan Bagian Laba atas Penyertaan Modal pada Perusahaan
Swasta.
414 Lain-Lain PAD yang Sah-LRA
Digunakan untuk mencatat Lain-Lain PAD yang sah, antara
lain: antara lain Penerimaan Jasa Giro, Pendapatan Bunga
Deposito, Tuntutan Ganti Kerugian Daerah, Komisi, Potongan
dan Selisih Nilai Tukar Rupiah, Pendapatan Denda atas
Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan, Pendapatan Denda
Pajak, Pendapatan Denda Retribusi, Pendapatan Hasil
Eksekusi atas Jaminan, Pendapatan dari Pengembalian,
Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum, Pendapatan dari
Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan, Pendapatan dari
Angsuran/Cicilan Penjualan, dan Hasil dari Pemanfaatan
Kekayaan Daerah, Pendapatan Zakat, dan Pendapatan BLUD,
dan Hasil Penjualan Aset Daerah yang tidak dipisahkan.
42 Pendapatan Transfer – LRA
Merupakan penerimaan uang yang berasal dari entitas
pelaporan lain, misalnya penerimaan dana perimbangan dari
Pemerintah Pusat dan dana bagi hasil dari Pemerintah Provinsi.
421 Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat
Digunakan untuk mencatat Pendapatan Transfer dari
Pemerintah Pusat yang mencakup antara lain: Bagi Hasil Pajak,
Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam, DAU, dan DAK.

60
422 Pendapatan Tranfer Pemerintah Pusat - Lainnya
Digunakan untuk mencatat Pendapatan Tranfer Pemerintah
Pusat Lainnya, antara lain: Dana Otonomi Khusus, Dana
Penyesuaian, dan Dana Darurat.
423 Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
Digunakan untuk mencatat Pendapatan Transfer Pemerintah
Daerah Lainnya, antara lain: Pendapatan Bagi Hasil Pajak dan
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya.
424 Bantuan Keuangan
Digunakan untuk mencatat pendapatan Bantuan Keuangan
dari Pemerintah Daerah Lainnya baik bantuan keuangan yang
bersifat umum maupun yang bersifat khusus.
43 Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah-LRA
Merupakan kelompok pendapatan lain yang tidak termasuk
dalam kategori pendapatan sebelumnya.
431 Pendapatan Hibah
Digunakan untuk mencatat pendapatan hibah, antara lain:
Pendapatan Hibah dari Pemerintah Pusat, Pendapatan Hibah
dari Pemerintah Daerah Lainnya, Pendapatan Hibah dari
Badan/Lembaga/Organisasi Swasta Dalam Negeri, dan
Pendapatan Hibah dari Kelompok Masyarakat/Perorangan.
432 Pendapatan Lainnya
Digunakan untuk mencatat Pendapatan Lainnya selain
Pendapatan Hibah.

b. Akun Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah
yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
pemerintah daerah.
Klasifikasi akun belanja pada pemerintah daerah sebagaimana
tercantum pada tabel berikut:
Kodefikasi Uraian Akun
5 Belanja
51 Belanja Operasi
Merupakan pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-
hari Pemerintah Daerah yang memberi manfaat jangka
pendek. Belanja Operasi antara lain meliputi Belanja

61
Pegawai, Belanja Barang, Bunga, Subsidi, Hibah, dan
Bantuan Sosial.
511 Belanja Pegawai
Pengeluaran yang merupakan kompensasi terhadap pegawai
baik dalam bentuk uang atau barang, yang harus dibayarkan
kepada pegawai pemerintah dalam maupun luar negeri baik
kepada pejabat negara, Pegawai Negeri Sipil dan pegawai
yang dipekerjakan oleh pemerintah yang belum berstatus
PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan
termasuk pembayaran honorarium kegiatan kepada non
pegawai dan pemberian hadiah atas kegiatan tertentu terkait
dengan suatu prestasi, kecuali pekerjaan yang berkaitan
dengan pembentukan modal.
Belanja pegawai mencakup antara lain: Belanja Gaji dan
Tunjangan, Belanja Tambahan Penghasilan PNS, Belanja
Penerimaan Lainnya Pimpinan dan Anggota DPRD serta
KDH/WKDH, Biaya Pemungutan Pajak Daerah,
Honorarium PNS, Honorarium Non PNS, Uang Lembur,
serta Belanja Pegawai BLUD (dari APBD).
512 Belanja Barang dan Jasa
Belanja Barang dan Jasa dicatat untuk menampung
pembelian barang dan jasa yang habis pakai, untuk
memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun
yang tidak dipasarkan serta pengadaan barang yang
dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada
masyarakat/pihak ketiga termasuk pembayaran honorarium
kegiatan kepada non pegawai, pemberian hadiah uang atas
kegiatan tertentu terkait dengan suatu prestasi dan belanja
perjalanan.
Belanja Barang dan Jasa mencakup antara lain: Belanja
Bahan Pakai Habis, Belanja Bahan/Material, Belanja Jasa
Kantor, Belanja Premi Asuransi, Belanja Perawatan
Kendaraan Bermotor, Belanja Cetak dan Penggandaan,
Belanja Sewa Rumah/Gedung/Gudang/Parkir, Belanja Sewa
Sarana Mobilitas, Belanja Sewa Alat Berat, Belanja Sewa
Perlengkapan dan Peralatan Kantor, Belanja Makanan dan
Minuman, Belanja Pakaian Dinas dan Atributnya, Belanja
Pakaian Kerja, Belanja Pakaian khusus dan hari-hari
tertentu, Belanja Perjalanan Dinas, Belanja Perjalanan
Pindah Tugas, Belanja Pemeliharaan, Belanja Jasa

62
Konsultasi, Belanja Barang Untuk Diserahkan kepada
Masyarakat/Pihak Ketiga, Belanja Barang dan Jasa BLUD,
Belanja Beasiswa Pendidikan PNS, Belanja Kursus,
Pelatihan, Sosialisasi dan Bimbingan Teknis PNS,
Pembayaran honorarium kepada non pegawai dan
pemberian hadiah uang atas kegiatan tertentu terkait dengan
suatu prestasi.
513 Belanja Bunga
Akun Belanja Bunga digunakan untuk alokasi Pengeluaran
pemerintah daerah untuk pembayaran bunga (interest) yang
dilakukan atas kewajiban penggunaan pokok utang
(principal outstanding) termasuk belanja pembayaran biaya-
biaya yang terkait dengan pinjaman dan hibah pemerintah
daerah yang diterima pemerintah daerah seperti biaya
commitment fee dan biaya denda.
Belanja Bunga mencakup antara lain Bunga Utang Pinjaman
dan Bunga Utang Obligasi.
514 Belanja Subsidi
Pengeluaran atau alokasi anggaran yang diberikan
pemerintah daerah kepada BUMN/BUMD atau pihak
ketiga lainnya yang memproduksi dan mengimpor barang
serta menyediakan jasa untuk dijual dan diserahkan dalam
rangka memenuhi hajat hidup orang banyak agar harga
jualnya dapat dijangkau masyarakat.
Belanja Subsidi mencakup antara lain: digunakan untuk
menganggarkan bantuan biaya produksi kepada
perusahaan/lembaga yang menghasilkan barang/jasa
pelayanan umum masyarakat agar harga jual barang/jasa
yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak.
515 Belanja Hibah
Pengeluaran pemerintah berupa transfer dalam bentuk
uang, barang atau jasa, bersifat tidak wajib yang secara
spesifik telah ditetapkan peruntukkannya.
Belanja Hibah mencakup antara lain: Belanja Hibah kepada
Pemerintah Pusat, Belanja Hibah kepada Pemerintah
Daerah Lainnya, Belanja Hibah kepada Perusahaan
Daerah, Belanja Hibah kepada Pemerintah Desa, Belanja
Hibah kepada Masyarakat, Belanja Hibah kepada
Organisasi Kemasyarakatan dan Belanja Hibah untuk
Satuan Pendidikan Dasar.

63
516 Belanja Bantuan Sosial
Pengeluaran pemerintah daerah berupa uang atau barang
serta jasa yang diberikan kepada masyarakat guna
melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial.
Bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada anggota
masyarakat dan / atau lembaga non pemerintah bidang
pendidikan dan keagamaan.
Belanja Bantuan Sosial mencakup antara lain: Belanja
Bantuan Sosial kepada Organisasi Sosial Kemasyarakatan
dan Belanja Bantuan Sosial kepada Masyarakat.
52 Belanja Modal
Pengeluaran anggaran yang digunakan dalam rangka
memperoleh atau menambah aset tetap dan aset lainnya
yang memberi manfaat lebih dari 1 (Satu) periode akuntansi
serta melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap atau
aset lainnya yang ditetapkan Pemerintah Daerah. Aset Tetap
tersebut dipergunakan untuk operasional kegiatan sehari-
hari suatu satuan kerja atau untuk dimanfaatkan oleh
masyarakat.
521 Belanja Modal Tanah
Akun Belanja Modal Pengadaan Tanah digunakan untuk
alokasi belanja pengadaan tanah yang akan digunakan dalam
kegiatan pemerintahan (menjadi Aset Tetap pemerintah).
Belanja Modal Tanah mencakup pengadaan berbagai jenis
tanah antara lain: Tanah Kantor, Tanah Sarana Kesehatan
Rumah Sakit, Tanah Sarana Kesehatan Puskesmas, Tanah
Sarana Kesehatan Poliklinik, Tanah Sarana Pendidikan
Taman Kanak-kanak, Tanah Sarana Pendidikan Sekolah
Dasar, Tanah Sarana Pendidikan Menengah Umum dan
Kejuruan, Tanah Sarana Pendidikan Menengah Lanjutan
dan Kejuruan, Tanah Sarana Pendidikan Luar
Biasa/Khusus, Tanah Sarana Pelatihan dan Kursus, Tanah
Sarana Sosial Panti Asuhan, Tanah Sarana Sosial Panti
Jompo, Tanah Sarana Umum Terminal, Tanah Sarana
Umum Dermaga, Tanah Sarana Umum Lapangan Terbang
Perintis, Tanah Sarana Umum Rumah Potong Hewan,
Tanah Sarana Umum Tempat Pelelangan Ikan, Tanah
Sarana Umum Pasar, Tanah Sarana Umum Tempat
Pembuangan Akhir Sampah, Tanah Sarana Umum Taman,
Tanah Sarana Umum Pusat Hiburan Rakyat, Tanah Sarana

64
Umum Ibadah, Tanah Sarana Stadion Olahraga, Tanah
Perumahan, Tanah Pertanian, Tanah Perkebunan, Tanah
Perikanan, Tanah Peternakan, Tanah Perkampungan,
Tanah Pergudangan / Tempat Penimbunan Material Bahan
Baku, dan Belanja modal Tanah BLUD.
522 Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Akun Belanja Modal Pengadaan Peralatan dan Mesin
digunakan untuk alokasi belanja pengadaan peralatan dan
mesin yang akan digunakan dalam kegiatan pemerintahan
(menjadi Aset Tetap pemerintah daerah).
Belanja Modal Peralatan dan Mesin mencakup pengadaan
berbagai jenis peralatan dan mesin antara lain: Alat-alat
Berat, Alat-alat Angkutan Darat Bermotor, Alat-alat
Angkutan Darat tidak Bermotor, Alat-alat Angkutan di Air
Bermotor, Alat-alat Angkutan Air tidak Bermotor, Alat-alat
Angkutan Udara, Alat-alat Bengkel, Alat-alat Pengolahan
Pertanian dan Peternakan, Peralatan Kantor, Perlengkapan
Kantor, Komputer, Meubelair, Peralatan Dapur, Penghias
Ruangan Rumah Tangga, Alat-alat Studio, Alat-alat
Komunikasi, Alat-alat Ukur, Alat-alat Kedokteran, Alat-alat
Laboratorium, Alat-alat Persenjataan/Keamanan, serta
Peralatan dan Mesin BLUD.
523 Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Akun Belanja Modal Gedung dan Bangunan digunakan
untuk alokasi belanja pengadaan gedung dan bangunan yang
akan digunakan dalam kegiatan pemerintahan daerah
(menjadi Aset Tetap pemerintah daerah).
Belanja Modal Gedung dan Bangunan mencakup
pengadaan berbagai gedung pemerintah daerah antara lain:
Gedung Kantor Gedung Rumah Jabatan, Gedung Rumah
Dinas, Gedung Gudang, Bangunan Monumen, Tugu
Peringatan, dan Gedung dan Bangunan BLUD.
524 Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Akun Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan digunakan
untuk alokasi belanja pengadaan jalan, irigasi dan jaringan
yang akan digunakan dalam kegiatan pemerintahan daerah
(menjadi Aset Tetap pemerintah daerah).
Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan mencakup
pengadaan aset antara lain: Jalan, Jembatan, Jaringan Air,

65
Penerangan Jalan, Taman, dan Hutan Kota, Instalasi Listrik
& Telepon, Jalan, Irigasi, dan Jaringan BLUD.
525 Belanja Modal Aset Tetap Lainnya
Akun Belanja Modal Aset Tetap Lainnya digunakan untuk
alokasi belanja pengadaan yang nantinya akan menghasilkan
Aset Tetap Lainnya yang akan digunakan dalam kegiatan
pemerintahan daerah (menjadi Aset Tetap Lainnya
pemerintah daerah).
Belanja Modal Aset Tetap Lainnya mencakup antara lain:
Belanja Modal Pengadaan Buku dan Kepustakaan, Barang
Bercorak Kesenian, Kebudayaan, Hewan/Ternak dan
Tanaman, serta Aset Tetap Lainnya BLUD.
53 Belanja Tak Terduga
Pengeluaran/belanja pemerintah daerah yang sifat
pengeluarannya tidak dapat diklasifikasikan ke dalam pos-
pos pengeluaran jenis belanja di atas. Pengeluaran ini
bersifat tidak biasa dan tidak diharapkan berulang yang
dikategorikan untuk keperluan mendesak dan keadaan
darurat seperti penanggulangan bencana alam, bencana
sosial, wabah penyakit dan pengeluaran tidak terduga
lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka
penyelenggaraan kewenangan pemerintah daerah.

c. Akun Transfer-LRA
Transfer adalah pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan kepada
entitas pelaporan lain. Pada Pemerintah Daerah, transfer dapat
diklasifikasikan ke dalam tabel berikut:
Kodefikasi Uraian Akun
6 Transfer
61 Transfer Bagi Hasil Pendapatan
Merupakan dana yang dialokasikan kepada daerah
berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai
kebutuhan daerah dari suatu pemerintah daerah ke
pemerintahan daerah yang lebih rendah.
611 Transfer Bagi Hasil Pajak
Merupakan dana yang diberikan kepada Pemerintah
Daerah berdasarkan peraturan perundangan di bidang Pajak
Daerah.
612 Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya

66
Merupakan dana yang diberikan kepada Pemerintah
Daerah berdasarkan peraturan perundangan lainnya.
62 Transfer Bantuan Keuangan
Merupakan dana yang diberikan kepada pemerintah daerah
lainnya yang digunakan untuk pemerataan atau peningkatan
kemampuan keuangan, baik yang bersifat umum maupun
bersifat khusus termasuk bantuan keuangan kepada Partai
Politik.
621 Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah
Lainnya
Digunakan untuk pemberian Bantuan Keuangan dari
Pemerintah Daerah yang bersangkutan kepada Pemerintah
Daerah Lainnya yang mencakup antara lain Bantuan
Keuangan kepada Propinsi dan Bantuan Keuangan kepada
Kabupaten/Kota.
622 Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
Digunakan untuk pemberian Bantuan Keuangan dari
Pemerintah Daerah yang bersangkutan kepada Pemerintah
Desa.
623 Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
Bantuan Keuangan yang diberikan di luar entitas
pelaporan/pemerintahan seperti Bantuan Keuangn kepada
Partai Politik.

d. Surplus/Defisit
Surplus/Defisit adalah selisih lebih/kurang antara pendapatan-LRA dan
belanja selama satu periode. Penghitungan Surplus/Defisit tidak diberikan
kode akun tersendiri. Angka ini merupakan selisih lebih/kurang antara
Total Pendapatan dikurangi dengan total belanja plus transfer
[S/D = ∑Pendapatan – (∑Belanja + ∑Transfer)].

e. Akun Pembiayaan
Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah daerah,
baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan
diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah daerah terutama
dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus
anggaran.

67
1) Akun Penerimaan Pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas
Umum Daerah yang dimaksudkan untuk menutup defisit.
Akun Penerimaan Pembiayaan bagi pemerintah daerah
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kodefikasi Uraian Akun
7 Pembiayaan
71 Penerimaan Pembiayaan
Digunakan untuk mencatat penerimaan pembiayaan yang
dimaksudkan untuk menutup defisit.
711 Penggunaan SILPA
Digunakan untuk mencatat penggunaan SILPA dari tahun
sebelumnya.
712 Pencairan Dana Cadangan
Digunakan untuk mencatat Pencairan Aset Dana Cadangan yang
akan digunakan pada tahun berjalan.
713 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Digunakan untuk mencatat Hasil Penjualan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan yang mencakup antara lain Penjualan
Perusahaan Milik Daerah/BUMD dan Penjualan Aset Milik
Pemerintah Daerah yang Dikerjasamakan dengan Pihak Ketiga.
714 Pinjaman Dalam Negeri
Digunakan untuk mencatat penerimaan Pinjaman Dalam Negeri
yang mencakup antara lain: Pinjaman dari Pemerintah Pusat,
Pinjaman dari Bank, Pinjaman dari Lembaga Keuangan Bukan
Bank, Penerbitan Obligasi Daerah dan Pinjaman dari
Pemerintah Daerah lainnya.
715 Penerimaan Kembali Piutang
Digunakan untuk mencatat Penerimaan Kembali Piutang yang
mencakup antara lain Piutang kepada Perusahaan Negara,
Piutang kepada Perusahaan Daerah, Piutang kepada Pemerintah
Daerah Lainnya.
716 Penerimaan Kembali Investasi Dana Bergulir

2) Akun Pengeluaran Pembiayaan


Pengeluaran Pembiayaan adalah semua pengeluaran Rekening Kas
Umum Negara/Daerah yang dimaksudkan untuk memanfaatkan surplus
anggaran.

68
Akun Pengaluaran Pembiayaan Pemerintah diklasifikasikan sebagi
berikut:
Kodefikasi Uraian Akun
7 Pembiayaan
72 Pengeluaran Pembiayaan
Digunakan untuk mencatat alokasi pengeluaran pembiayaan
untuk memanfaatkan surplus anggaran.
721 Pembentukan Dana Cadangan
Digunakan untuk mencatat pembentukan dana cadangan untuk
menampung kebutuhan yang memerlukan dana yang relatif
besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran.
722 Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah Daerah
Digunakan untuk mencatat Penyertaan Modal Pemerintah
Daerah yang mencakup antara lain: Penyertaan Modal Pada
BUMN, BUMD, dan perusahaan swasta termasuk investasi
non permanen.
723 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri
Digunakan untuk mencatat Pembayaran Pokok Pinjaman
Dalam Negeri yang mencakup antara lain: Pembayaran Pokok
Pinjaman kepada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Lain,
Bank, Lembaga Keuangan Bukan Bank, dan
pelunasan/pembelian kembali Obligasi Daerah.
724 Pemberian Pinjaman Daerah
Digunakan untuk mencatat Pemberian Pinjaman Daerah yang
mencakup antara lain Pemberian Pinjaman Daerah kepada
Perusahaan Negara, Perusahaan Daerah, dan Pemerintah
Daerah Lainnya.

f. SILPA
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) adalah selisih lebih antara
realisasi pendapatan-LRA dan belanja, serta penerimaan dan pengeluaran
pembiayaan dalam APBD selama satu periode pelaporan.

3. Akun Laporan Operasional (LO)

a. Akun Pendapatan-LO
Pendapatan-LO adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai
penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan
tidak perlu dibayar kembali.

69
Klasifikasi Akun Pendapatan-LO sebagaimana tercantum dalam tabel
sebagai berikut:
Kodefikasi Uraian Akun
8 Pendapatan-LO
81 Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LO
Merupakan Pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut
berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan Peraturan
Perundang-Undangan.
811 Pendapatan Pajak Daerah-LO
Digunakan untuk mencatat pendapatan pajak daerah, antara
lain: Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air
Permukaan, dan Pajak Rokok untuk Pendapatan Pajak Provinsi
dan Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak
Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Parkir, Pajak Air
Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Lingkungan, Pajak
Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan, dan pajak-pajak daerah lainnya yang ditetapkan
dengan Peraturan Daerah.
812 Pendapatan Retribusi Daerah-LO
Digunakan untuk mencatat retribusi daerah, antara lain:
Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha, dan Retribusi
Perizinan Tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
813 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan-LO
Digunakan untuk mencatat hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan, antara lain: Bagian Laba atas Penyertaan
Modal pada BUMD, Bagian Laba atas Penyertaan Modal pada
BUMN, dan Bagian Laba atas Penyertaan Modal pada
Perusahaan Patungan/Milik Swasta.
819 Lain-Lain PAD yang Sah-LO
Digunakan untuk mencatat Lain-Lain PAD yang sah, antara
lain: Penerimaan Jasa Giro, Pendapatan Bunga Deposito,
Tuntutan Ganti Kerugian Daerah, Komisi, Potongan dan Selisih
Nilai Tukar Rupiah, Pendapatan Denda atas Keterlambatan
Pelaksanaan Pekerjaan, Pendapatan Denda Pajak, Pendapatan
Denda Retribusi, Pendapatan Hasil Eksekusi atas Jaminan,
Pendapatan dari Pengembalian, Fasilitas Sosial dan Fasilitas

70
Umum, Pendapatan dari Penyelenggaraan Pendidikan dan
Pelatihan, Pendapatan dari Angsuran/Cicilan Penjualan,
Pendapatan Zakat, Hasil dari Pemanfaatan Kekayaan Daerah,
dan Pendapatan BLUD.
82 Pendapatan Transfer – LO
Merupakan penerimaan uang yang berasal dari entitas
pelaporan lain, misalnya penerimaan dana perimbangan dari
Pemerintah Pusat dan dana bagi hasil dari Pemerintah Provinsi.
821 Pendapatan Transfer dari Pemerintah Pusat
Digunakan untuk mencatat Pendapatan Transfer dari
Pemerintah Pusat yang mencakup antara lain: Bagi Hasil Pajak,
Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam, DAU, dan DAK.
822 Pendapatan Tranfer Pemerintah Pusat – Lainnya
Digunakan untuk mencatat Pendapatan Tranfer Pemerintah
Pusat Lainnya, antara lain: Dana Otonomi Khusus, Dana
Penyesuaian, dan Dana Darurat.
823 Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
Digunakan untuk mencatat Pendapatan Tranfer Pemerintah
Pusat Lainnya, antara lain: Pendapatan Bagi Hasil Pajak dan
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya.
824 Bantuan Keuangan
Digunakan untuk mencatat Pendapatan Bantuan Keuangan dari
Pemerintah Daerah Lainnya baik bantuan keuangan yang
bersifat umum maupun yang bersifat khusus.
83 Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah-LO
Merupakan kelompok pendapatan lain yang tidak termasuk
dalam kategori pendapatan sebelumnya.
831 Pendapatan Hibah
Digunakan untuk mencatat pendapatan hibah, antara lain:
Pendapatan Hibah dari Pemerintah pusat, Pendapatan Hibah
dari Pemerintah Daerah Lainnya, Pendapatan Hibah dari
Badan/Lembaga/Organisasi Swasta Dalam Negeri, dan
Pendapatan Hibah dari Kelompok Masyarakat/Perorangan.
832 Pendapatan Lainnya
Digunakan untuk mencatat Pendapatan Lainnya selain
Pendapatan Hibah.
84 Pendapatan Non Operasional-LO
Pendapatan Non Operasional mencakup antara lain Suprlus
Penjualan Aset Nonlancar, Surplus Penyelesaian Kewajiban

71
Jangka Panjang, Surplus dari Kegiatan Non Operasional
Lainnya.
85 Pos Luar Biasa
Pos Luar Biasa digunakan untuk mencatat pendapatan yang
terjadi karena kejadian atau transaksi yang bukan merupakan
operasi biasa, tidak sering atau rutin terjadi, dan berada di luar
kendali atau pengaruh entitas bersangkutan.

b. Akun Beban
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam
periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa
pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.
Menurut SAP, Beban diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi.
Klasifikasi ekonomi pada prinsipnya mengelompokkan berdasarkan jenis
beban.
Klasifikasi Akun Beban sebagaimana tercantum dalam tabel sebagai
berikut:

Kodefikasi Uraian Akun


9 Beban
91 Beban Operasi
Merupakan beban berupa pengeluaran untuk kegiatan sehari-
hari Pemerintah Daerah yang memberi manfaat jangka pendek.
911 Beban Pegawai
Pengeluaran yang merupakan kompensasi terhadap pegawai
baik dalam bentuk uang atau barang, yang harus dibayarkan
kepada pegawai pemerintah daerah dalam maupun luar negeri
baik kepada pejabat negara, Pegawai Negeri Sipil dan pegawai
yang dipekerjakan oleh pemerintah daerah yang belum
berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah
dilaksanakan, kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan
pembentukan modal.
Beban pegawai mencakup antara lain: Beban Gaji dan
Tunjangan, Beban Tambahan Penghasilan PNS, Beban
Penerimaan Lainnya Pimpinan dan Anggota DPRD serta
KDH/WKDH, Biaya Pemungutan Pajak Daerah, Honorarium
PNS, Honorarium Non PNS, Uang Lembur, dan Beban
Pegawai BLUD (dari APBD).
912 Beban Barang

72
Akun Beban Barang dicatat untuk menampung pembelian
barang dan jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang
dan jasa yang dipasarkan maupun yang tidak dipasarkan serta
pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau
dijual kepada masyarakat termasuk pembayaran honorarium
kegiatan kepada non pegawai dan pemberian hadiah atas
kegiatan tertentu terkait dengan suatu prestasi.
Beban Barang mencakup antara lain: Beban Persediaan, Beban
Jasa, Beban Pemeliharaan, dan Beban Perjalanan Dinas, Beban
Beasiswa Pendidikan PNS, Beban Kursus, pelatihan, sosialisasi,
dan bimbingan teknis PNS, termasuk pembayaran honorarium
kegiatan kepada non pegawai dan pemberian hadiah atas
kegiatan tertentu terkait dengan suatu prestasi.
913 Beban Bunga
Akun Beban Bunga digunakan untuk alokasi Pengeluaran
pemerintah daerah untuk pembayaran bunga (interest) yang
dilakukan atas kewajiban penggunaan pokok utang (principal
outstanding) termasuk beban pembayaran biaya-biaya yang
terkait dengan pinjaman dan hibah pemerintah yang diterima
pemerintah daerah seperti biaya commitment fee dan biaya
denda.
Beban Bunga mencakup antara lain Bunga Utang Pinjaman dan
Bunga Utang Obligasi.
914 Beban Subsidi
Pengeluaran atau alokasi anggaran yang diberikan pemerintah
daerah kepada BUMN/BUMD atau pihak ketiga lainnya yang
memproduksi dan mengimpor barang serta menyediakan jasa
untuk dijual dan diserahkan dalam rangka memenuhi hajat
hidup orang banyak agar harga jualnya dapat dijangkau
masyarkat.
Beban Subsidi mencakup antara lain: digunakan untuk
menganggarkan bantuan biaya produksi kepada
perusahaan/lembaga yang menghasilkan barang/jasa pelayanan
umum masyarakat agar harga jual barang/jasa yang dihasilkan
dapat terjangkau oleh masyarakat banyak.
915 Beban Hibah
Pengeluaran pemerintah berupa transfer dalam bentuk uang,
barang atau jasa, bersifat tidak wajib yang secara spesifik telah
ditetapkan peruntukannya.

73
Beban Hibah mencakup antara lain: Beban Hibah kepada
Pemerintah Pusat, Beban Hibah kepada Pemerintah Daerah
Lainnya, Beban Hibah kepada Pemerintah Desa, Beban Hibah
kepada Perusahaan Daerah, Beban Hibah kepada Masyarakat,
Beban Hibah kepada Organisasi Kemasyarakatan dan Beban
Hibah untuk Satuan Pendidikan Dasar.
916 Beban Bantuan Sosial
Digunakan untuk mencatat transfer uang atau barang yang
diberikan kepada masyarakat guna melindungi dari
kemungkinan terjadinya resiko sosial. Bantuan sosial dapat
langsung diberikan kepada anggota masyarakat dan/atau
lembaga kemasyarakatan termasuk didalamnya bantuan untuk
lembaga non pemerintah bidang pendidikan dan keagamaan.
Pengeluaran pemerintah yang dialokasikan dalam Beban
Bantuan Sosial harus memenuhi kriteria sebagaimana Buletin
Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan yang mengatur
mengenai Akuntansi Beban Bantuan Sosial.
Beban Bantuan Sosial mencakup antara lain: Beban Bantuan
Sosial kepada Organisasi Sosial Kemasyarakatan, Beban
Bantuan Sosial kepada Kelompok Masyarakat, dan Beban
Bantuan Sosial kepada Anggota Masyarakat.
917 Beban Penyusutan
Digunakan untuk mencatat penyusutan akan aset tetap yang
dimiliki pemerintah daerah. Beban penyusutan mencakup
antara lain: Beban Penyusutan Peralatan dan Mesin, Beban
Penyusutan Gedung dan Bangunan, Beban Penyusutan Jalan,
Irigasi, dan Jaringan, Beban Penyusutan Aset Tetap Lainnya,
dan Beban Penyusutan Aset Lainnya.
918 Beban Penyisihan Piutang
Digunakan untuk mencatat beban cadangan yang harus
dibentuk sebesar persentase tertentu dari akun piutang terkait
ketertagihan piutang.
919 Beban Lain-lain
Digunakan untuk mencatat beban pemerintah daerah yang sifat
pengeluarannya tidak dapat diklasifikasikan ke dalam pos-pos
pengeluaran jenis beban di atas. Pengeluaran ini bersifat tidak
biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan
bencana alam, bencana sosial dan pengeluaran tidak terduga
lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan
kewenangan pemerintah daerah.

74
c. Akun Beban Transfer-LO
Beban Transfer adalah beban berupa pengeluaran uang atau kewajiban
untuk mengeluarkan uang dari entitas pelaporan kepada suatu entitas
pelaporan lain yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.
Klasifikasi Beban Transfer sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:
Kodefikasi Uraian Akun
92 Beban Transfer
921 Bagi Hasil Pajak
Merupakan dana yang diberikan kepada Pemerintah
Daerah berdasarkan peraturan perundangan di bidang
Pajak Daerah.
922 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
Merupakan dana yang diberikan kepada Pemerintah
Daerah berdasarkan peraturan perundangan lainnya.
923 Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah
Lainnya
Digunakan untuk pemberian Bantuan Keuangan dari
Pemerintah Daerah yang bersangkutan kepada Pemerintah
Daerah Lainnya yang mencakup antara lain Bantuan
Keuangan kepada Propinsi dan Bantuan Keuangan kepada
Kabupaten/Kota.
924 Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
Digunakan untuk pemberian Bantuan Keuangan dari
Pemerintah Daerah yang bersangkutan kepada Pemerintah
Desa.
925 Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
Bantuan Keuangan yang diberikan di luar entitas
pelaporan/pemerintahan yaitu Bantuan Partai Politik.

d. Akun Beban Non Operasional


Beban Non Operasional merupakan beban yang sifatnya tidak rutin
Kodefikasi Uraian Akun
93 Beban Non Operasional
Non Operasional mencakup antara lain Defisit Penjualan
Aset Nonlancar, Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka
Panjang, Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya.

e. Akun Beban Luar Biasa

75
Beban Luar Biasa adalah beban yang terjadi dari kejadian luar biasa.
Kodefikasi Uraian Akun
94 Beban Luar Biasa
Digunakan untuk mencatat kejadian luar biasa, yakni
kejadian yang: (1) tidak dapat diramalkan terjadi pada awal
tahun anggaran; (2) tidak diharapkan terjadi berulang-ulang;
(3) kejadian diluar kendali entitas pemerintah.

76
Pertanyaan Reviu:

1. Jelaskan struktur SAPD !


2. Sebutkan pihak-pihak yang terkait dengan penyelenggaran sistem
akuntansi SKPD, dan jelaskan peranan dari masing-masing pihak
tersebut !
3. Sebutkan pihak-pihak yang terkait dengan penyelenggaran sistem
akuntansi PPKD, dan jelaskan peranan dari masing-masing pihak
tersebut !
4. Sebutkan komponen-komponen laporan keuangan yang dihasilkan
dari sistem akuntansi SKPD !
5. Apakah laporan keuangan pemerintah dapat dihasilkan tanpa melalui
sistem akuntansi? jelaskan !
6. Sebutkan unsur-unsur apa saja yang secara umum diatur di dalam
pengembangan sistem akuntansi pemerintahan !
7. Bagaimana kaidah debit-kredit untuk akun-akun LO dan Neraca,
jelaskan !
8. Sebutkan komponen laporan keuangan yang akan dihasilkan oleh
Sistem akuntansi konsolidator (entitas pelaporan) ?
9. Komponen laporan keuangan manakah yang dihasilkan langsung dari
proses akuntansi dan yang tidak dapat dihasilkan langsung dari proses
akuntansi ?
10. Kenapa LRA harus disusun dengan dua versi ? jelaskan !

77
BAB

PRINSIP-PRINSIP
AKUNTANSI – BASIS AKRUAL 4
TUJUAN PEMBELAJARAN
Bab ini secara umum bertujuan untuk menjelaskan prinsip-prinsip
akuntansi yang pokok untuk pos-pos LRA, LO dan Neraca.

Bab ini secara spesifik bertujuan untuk menjelaskan secara ringkas


mengenai definisi, klasifikasi, prinsip pengakuan, pengukuran dan
pelaporan dan pos-pos LRA, LO, dan Neraca, sebagai berikut:
A. Prinsip-prinsip Akuntansi Pendapatan-LRA;
B. Prinsip-prinsip Akuntansi Belanja;
C. Prinsip-prinsip Akuntansi Pembiayaan;
D. Prinsip-prinsip Akuntansi Pendapatan-LO;
E. Prinsip-prinsip Akuntansi Beban;
F. Prinsip-prinsip Akuntansi Surplus/Defisit-LO
G. Prinsip-prinsip Akuntansi Pos Luar Biasa
H. Prinsip-prinsip Akuntansi Aset;
I. Prinsip-prinsip Akuntansi Kewajiban;
J. Prinsip-prinsip Akuntansi Ekuitas.

Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa meskipun


pemerintah sudah menerapkan SAP Akrual, LRA tetap harus disusun
karena Undang-Undang Keuangan Negara mensyaratkan agar LRA tetap
disusun/disajikan, sehingga LRA disebut statutory report. Oleh karena itu,
berdasarkan SAP Akrual (PP No. 71 Tahun 2010), akun pendapatan secara
garis besarnya dibedakan menjadi dua bagian, yaitu pendapatan–LRA
(pendapatan yang akan dilaporkan di Laporan Realisasi Anggaran) dan
pendapatan–LO (pendapatan yang akan dilaporkan di Laporan
Operasional). Oleh karena itu, pembahasan tentang akuntansi belanja dan
pembiayaan, karena sama-sama merupakan komponen LRA, maka secara

78
otomatis tetap relevan untuk dibahas di dalam bab ini. Dengan demikian,
di dalam bab ini akan dibahas secara berurutan mengenai prinsip-prinsip
akuntansi yang mencakup pos-pos LRA, LO dan Neraca.

Berikut ini akan diuraikan prinsip-prinsip akuntansi berdasarkan SAP


Akrual (Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010) dan mengacu pada
Permendagri Nomor 64 Tahun 2013.

A. Prinsip-prinsip Akuntansi Pendapatan Daerah-LRA


Prinsip-prinsip akuntansi pendapatan-LRA dapat diikhtisarkan sbb:
1. Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum
Daerah yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun
anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak
perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
2. Pendapatan-LRA diakui pada saat:
a. diterima pada Rekening Kas Umum Daerah; atau
b. diterima oleh SKPD; atau
c. diterima oleh entitas lain di luar pemerintah daerah atas nama
BUD.
3. Pendapatan-LRA diklasifikasikan menurut kelompok/jenisnya. Masing-
masing jenis pendapatan dapat dirinci berdasarkan objek dan rincian
objek pendapatan. Terdapat sedikit perbedaan klasifikasi pendapatan
antara versi APBD dan SAP, sehingga menyebabkan penyusunan LRA
harus dibuat dalam dua versi, yaitu LRA versif format APBD dan LRA
versi format SAP (contoh format LRA dengan kedua versi tsb telah
diberikan pada Bab 2).
4. Transfer masuk (pendapatan transfer) adalah penerimaan uang dari
entitas pelaporan lain, misalnya penerimaan dana perimbangan dari
pemerintah pusat, dana bagi hasil dari pemerintah provinsi. Pendapatan
transfer-LRA diakui pada saat transfer telah diterima di rekening Kas
Umum Daerah.
5. Akuntansi pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu
dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah
netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).
6. Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LRA bruto (biaya)
bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat

79
dianggarkan terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai, maka
asas bruto dapat dikecualikan.
7. Pengecualian azas bruto dapat terjadi jika penerimaan kas dari
pendapatan tersebut lebih mencerminkan aktivitas pihak lain dari pada
pemerintah daerah atau penerimaan kas tersebut berasal dari transaksi
yang perputarannya cepat, volume transaksi banyak dan jangka
waktunya singkat.
8. Dalam hal badan layanan umum, pendapatan diakui dengan mengacu
pada peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan layanan
umum.
9. Pengembalian yang sifatnya sistemik (normal) dan berulang (recurring)
atas penerimaan pendapatan-LRA (contoh restitusi penerimaan pajak)
pada periode penerimaan maupun pada periode sebelumnya
dibukukan sebagai pengurang pendapatan-LRA.
10. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non- recurring)
atas penerimaan pendapatan-LRA yang terjadi pada periode
penerimaan pendapatan-LRA dibukukan sebagai pengurang
pendapatan-LRA pada periode yang sama. Perlakuan ini diberlakukan
juga untuk koreksi kesalahan yang terjadi pada periode sebelumnya jika
laporan keuangan tahun yang bersangkutan belum diterbitkan (masih
dalam proses penyusunan/pemeriksaan).
11. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-recurring)
atas penerimaan pendapatan-LRA yang terjadi pada periode
sebelumnya (jika laporan keuangan tahun yang bersangkutan telah
diterbitkan/disampaikan ke DPRD) dibukukan sebagai pengurang
Saldo Anggaran Lebih (atau SiLPA) pada periode ditemukannya
koreksi dan pengembalian tersebut.

B. Prinsip-prinsip Akuntansi Belanja Daerah (LRA)


Akun-akun belanja hanya ada di LRA, sementara di LO menggunakan
akun beban. Prinsip-prinsip akuntansi belanja (LRA) dapat diikhtisarkan
sbb:
1. Belanja daerah adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih (atau SiLPA) dalam
periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah.

80
2. Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas
Umum Daerah. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran,
pengakuannya dilakukan pada saat pertanggungjawaban atas
pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang melakukan fungsi
perbendaharaan (BUD) atau oleh pengguna anggaran (tergantung
kebijakan akuntansi yang ditetapkan oleh pemda di dalam peraturan
kepala daerah).
3. Dalam hal badan layanan umum, belanja diakui dengan mengacu pada
peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan layanan
umum.
4. Belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja),
organisasi, dan fungsi. Klasifikasi belanja menurut jenisnya, dapat dirinci
lebih lanjut berdasarkan objek dan rincian objek belanja.
5. Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokan belanja yang didasarkan
pada jenis belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas. Klasifikasi
ekonomi untuk pemerintah daerah meliputi belanja pegawai, belanja
barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, bantuan
keuangan, bagi hasil, dan belanja tak terduga.
6. Klasifikasi kelompok (klasifikasi di dalam format APBD) adalah
pengelompokkan belanja di dalam APBD berdasarkan Permendagri
13/2006 dan perubahannya, yang terdiri dari belanja tidak langsung dan
belanja langsung. Belanja tidak langsung adalah belanja yang tidak
terkait langsung dengan program/kegiatan, terdiri dari: contoh belanja
gaji/tunjangan, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, bantuan keuangan,
bagi hasil, dan belanja tak terduga. Belanja langsung adalah belanja yang
terkait langsung dengan adanya program/kegiatan, terdiri dari: belanja
pegawai selain gaji dan tunjangan (berupa honor2), belanja barang dan
belanja modal.
7. Belanja operasi (klasifikasi di dalam SAP) adalah pengeluaran anggaran
untuk kegiatan sehari -hari pemerintah pusat/daerah yang memberi
manfaat jangka pendek. Belanja operasi meliputi belanja pegawai,
belanja barang, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial. Di dalam SAP
tidak dikenal pengelompokkan belanja ke dalam belanja langsung dan
belanja tidak langsung. Sehingga penyusunan LRA masih harus disusun
dalam dua versi, yaitu LRA versif format APBD dan LRA versi format
SAP (contoh format LRA dengan kedua versi tsb telah diberikan pada
Bab 2).

81
8. Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan/renovasi
aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode
akuntansi. Belanja modal untuk perolehan/renovasi aset tetap meliputi
belanja modal tanah; gedung dan bangunan; peralatan dan mesin; jalan
irigasi dan jaringan; dan aset tetap lainnya. Contoh belanja modal untuk
aset lainnya adalah perolehan software aplikasi komputer yang biasanya
diberi secara terpisah dari komputernya (aset tak berwujud), seperti
software aplikasi akuntansi, perbendaharaan, dsb.
9. Belanja tak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang
sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti
penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak
terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan
kewenangan pemerintah daerah.
10. Transfer keluar adalah pengeluaran uang dari entitas pelaporan ke
entitas pelaporan lain seperti pengeluaran dana perimbangan oleh
pemerintah pusat, transfer bagi hasil/bantuan keuangan dari suatu
pemda ke pemda yang lain.
11. Klasifikasi menurut organisasi yaitu klasifikasi berdasarkan unit
organisasi pengguna anggaran.
12. Klasifikasi menurut fungsi adalah klasifikasi yang didasarkan pada
fungsi-fungsi utama pemerintah pusat/daerah dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat.
13. Realisasi anggaran belanja dilaporkan sesuai dengan klasifikasi yang
ditetapkan dalam dokumen anggaran.
14. Koreksi atas pengeluaran belanja (penerimaan kembali belanja) yang
terjadi pada periode pengeluaran belanja dibukukan sebagai pengurang
belanja pada periode yang sama. Perlakuan ini berlaku juga untuk
koreksi kesalahan belanja yang terjadi pada periode sebelumnya jika
laporan keuangan tahun yang bersangkutan belum diterbitkan (masih
dalam proses penyusunan/pemeriksaan).
15. Koreksi atas pengeluaran belanja yang terjadi pada periode
sebelumnya (setelah laporan keuangan tahun yang bersangkutan
diterbitkan/disampaikan ke DPRD) akan dicatat dalam pos
pendapatan lain-lain-LRA.

82
C. Prinsip-prinsip Akuntansi Pembiayaan Daerah (LRA)

Akun-akun pembiayaan hanya ada di LRA, sementara di LO tidak ada


akun pembiayaan. Hal tersebut karena LO hanya melaporkan transaksi
yang sifatnya pendapatan dan beban, sedangkan pembiayaan itu bukan
pendapatan maupun beban. Prinsip-prinsip akuntansi pembiayaan (LRA)
dapat diikhtisarkan sbb:
1. Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar
kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada
tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran
berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama
dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus
anggaran.
2. Pembiayaan diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu:
penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.
3. Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas
Umum Daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan
obligasi pemerintah, hasil privatisasi perusahaan negara/daerah,
penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada fihak ketiga,
penjualan investasi permanen lainnya, dan pencairan dana cadangan.
4. Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas
Umum Daerah.
5. Akuntansi penerimaan pembiayaan dilaksanakan berdasarkan azas
bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak
mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan
pengeluaran).
6. Pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran Rekening Kas
Umum Daerah antara lain pemberian pinjaman kepada pihak ketiga,
penyertaan modal pemerintah, pembayaran kembali pokok pinjaman
dalam periode tahun anggaran tertentu, dan pembentukan dana
cadangan.
7. Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari Rekening
Kas Umum Daerah.
8. Pembiayaan neto adalah selisih antara penerimaan pembiayaan setelah
dikurangi pengeluaran pembiayaan dalam periode tahun anggaran
tertentu.

83
D. Prinsip-prinsip Akuntansi Pendapatan Daerah-LO

Prinsip-prinsip akuntansi pendapatan-LO dapat diikhtisarkan sbb:


1. Pendapatan-LO daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui
sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.
2. Pendapatan-LO diklasifikasikan menurut sumber pendapatan, yaitu
pendapatan asli daerah, pendapatan transfer, dan lain-lain pendapatan
yang sah. Masing-masing pendapatan tersebut diklasifikasikan menurut
jenis pendapatan, objek, dan rincian objek pendapatan.
3. Pendapatan-LO diakui pada saat:
a. Timbulnya hak atas pendapatan;
b. Pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya
ekonomi.
c. Pendapatan-LO yang diperoleh berdasarkan peraturan perundang-
undangan diakui pada saat timbulnya hak untuk menagih
pendapatan. Contoh, pemda dapat mengakui pendapatan pajak
daerah ketika pemda telah menetapkan surat ketetapan pajak
daerah (SKP).
d. Pendapatan-LO yang diperoleh sebagai imbalan atas suatu
pelayanan yang telah selesai diberikan berdasarkan peraturan
perundang-undangan, diakui pada saat timbulnya hak untuk
menagih imbalan. Contoh, pemda dapat mengakui pendapatan
retribusi daerah ketika pemda telah menetapkan surat ketetapan
retribusi (SKR).
e. Pendapatan-LO yang diakui pada saat direalisasi adalah hak yang
telah diterima oleh pemerintah tanpa terlebih dahulu adanya
penagihan. Contoh, penerimaan jasa giro,
4. Transaksi pendapatan-LO dalam bentuk barang/jasa harus dilaporkan
dalam Laporan Operasional dengan cara menaksir nilai wajar
barang/jasa tersebut pada tanggal transaksi. Di samping itu, transaksi
semacam ini juga harus diungkapkan sedemikian rupa pada Catatan atas
Laporan Keuangan sehingga dapat memberikan semua informasi yang
relevan mengenai bentuk dari pendapatan tersebut. Transaksi
pendapatan dalam bentuk barang/jasa antara lain hibah dalam wujud
barang, barang rampasan, dan jasa konsultansi.

84
5. Akuntansi pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu
dengan membukukan pendapatan bruto, dan tidak mencatat jumlah
netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).
6. Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LO bruto (biaya)
bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat di
estimasi terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai, maka asas
bruto dapat dikecualikan. Dalam hal badan layanan umum, pendapatan
diakui dengan mengacu pada peraturan perundangan yang mengatur
mengenai badan layanan umum.
7. Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang (recurring) atas
pendapatan-LO pada periode penerimaan maupun pada periode
sebelumnya dibukukan sebagai pengurang pendapatan.
8. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-recurring)
atas pendapatan-LO yang terjadi pada periode penerimaan pendapatan
dibukukan sebagai pengurang pendapatan pada periode yang sama.
Prinsip ini berlaku juga untuk koreksi kesalahan yang terjadi pada
periode sebelumnya, namun laporan keuangannya belum diterbitkan,
misalnya ketika masih dalam proses penyusunan/pemeriksaan.
9. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-recurring)
atas pendapatan-LO yang terjadi pada periode sebelumnya (laporan
keuangan tahun yang bersangkutan telah diterbitkan/disampaikan ke
DPRD) dibukukan sebagai pengurang ekuitas pada periode
ditemukannya koreksi dan pengembalian tersebut.

E. Prinsip-prinsip Akuntansi Beban Daerah-LO

Prinsip-prinsip akuntansi beban-LO dapat diikhtisarkan sbb:


1. Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam
periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa
pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.
2. Beban diakui pada saat:
a. timbulnya kewajiban;
b. terjadinya konsumsi aset;
c. terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.
3. Saat timbulnya kewajiban adalah saat terjadinya peralihan hak dari pihak
lain ke pemerintah tanpa diikuti keluarnya kas dari kas umum daerah.

85
Contohnya tagihan rekening telepon dan rekening listrik yang belum
dibayar pemerintah.
4. Saat terjadinya konsumsi aset adalah saat pengeluaran kas kepada pihak
lain yang tidak didahului timbulnya kewajiban dan/atau konsumsi aset
nonkas dalam kegiatan operasional pemerintah. Contoh beban
perlengkapan yang telah terpakai (konsumsi ATK, obat-obatan, dsb).
5. Saat terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa adalah
saat terjadi penurunan nilai aset sehubungan dengan penggunaan aset
bersangkutan/berlalunya waktu. Contoh penurunan manfaat ekonomi
atau potensi jasa adalah penyusutan aset tetap.
6. Beban dalam bentuk barang/jasa harus dilaporkan dalam Laporan
Operasional dengan cara menaksir nilai wajar barang/jasa tersebut pada
tanggal transaksi. Di samping itu, transaksi semacam ini juga harus
diungkapkan sedemikian rupa pada Catatan atas Laporan Keuangan
sehingga dapat memberikan semua informasi yang relevan mengenai
bentuk dari beban tersebut. Transaksi beban dalam bentuk barang/jasa
antara lain hibah dalam wujud barang, barang rampasan, dan jasa
konsultansi.
7. Dalam hal badan layanan umum, beban diakui dengan mengacu pada
peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan layanan
umum.
8. Beban diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi. Klasifikasi
ekonomi pada prinsipnya mengelompokkan berdasarkan jenis beban.
Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah pusat yaitu beban pegawai,
beban barang, beban bunga, beban subsidi, beban hibah, beban
bantuan sosial, beban penyusutan aset tetap/amortisasi, beban transfer,
dan beban lain-lain. Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah daerah
terdiri dari beban pegawai, beban barang, beban bunga, beban subsidi,
beban hibah, beban bantuan sosial, beban penyusutan aset
tetap/amortisasi, beban transfer, dan beban tak terduga. Contoh bagan
akun beban dapat dilihat di bab 3, subbab bagan akun.
9. Penyusutan/amortisasi dapat dilakukan dengan berbagai metode yang
dapat dikelompokkan menjadi:
a. Metode garis lurus (straight line method);
b. Metode saldo menurun ganda (double declining balance method);
c. Metode unit produksi (unit of production method).

86
10. Beban Transfer adalah beban berupa pengeluaran uang atau kewajiban
untuk mengeluarkan uang dari entitas pelaporan kepada suatu entitas
pelaporan lain yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.
11. Koreksi atas beban, termasuk penerimaan kembali beban, yang
terjadi pada periode beban dibukukan sebagai pengurang beban pada
periode yang sama. Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi
atas beban dibukukan dalam pendapatan lain-lain. Dalam hal
mengakibatkan penambahan beban dilakukan dengan pembetulan
pada akun ekuitas.

F. Prinsip-prinsip Akuntansi Surplus/Defisit- LO

Prinsip-prinsip akuntansi surplus/defisit -LO dapat diikhtisarkan sbb:


1. Surplus/Defisit dari Kegiatan Operasional
a. Surplus dari kegiatan operasional adalah selisih lebih antara
pendapatan (LO) dan beban selama satu periode pelaporan.
b. Defisit dari kegiatan operasional adalah selisih kurang antara
pendapatan dan beban selama satu periode pelaporan.
c. Selisih lebih/kurang antara pendapatan dan beban selama satu
periode pelaporan dicatat dalam pos Surplus/Defisit dari Kegiatan
Operasional.
2. Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional
a. Pos-pos yang sifatnya tidak rutin dikelompokkan tersendiri dalam
kegiatan non operasional.
b. Surplus/defisit dari kegiatan non operasional antara lain
surplus/defisit dari penjualan aset non lancar, penyelesaian kewajiban
jangka panjang.
c. Selisih lebih/kurang antara surplus/defisit dari kegiatan operasional
dan surplus/defisit dari kegiatan non operasional merupakan
surplus/defisit sebelum pos luar biasa.
3. Surplus/Defisit LO
a. Surplus/Defisit-LO adalah penjumlahan selisih lebih/kurang antara
surplus/defisit kegiatan operasional, kegiatan non operasional, dan
kejadian luar biasa.
b. Saldo Surplus/Defisit-LO pada akhir periode pelaporan dipindahkan
ke Laporan Perubahan Ekuitas.

87
G. Prinsip-prinsip Akuntansi Pos Luar Biasa - LO
Prinsip-prinsip akuntansi pos luar biasa-LO dapat diikhtisarkan sbb:
1. Pos Luar Biasa disajikan terpisah dari pos-pos lainnya dalam Laporan
Operasional dan disajikan sesudah Surplus/Defisit sebelum Pos Luar
Biasa.
2. Pos Luar Biasa memuat kejadian luar biasa yang mempunyai
karakteristik sebagai berikut:
a. kejadian yang tidak dapat diramalkan terjadi pada awal tahun
anggaran; (b) tidak diharapkan terjadi berulang-ulang; dan
b. kejadian diluar kendali entitas pemerintah.
3. Sifat dan jumlah rupiah kejadian luar biasa harus diungkapkan pula
dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

H. Prinsip-prinsip Akuntansi Aset

Prinsip-prinsip akuntansi aset dalam bab ini hanya bersifat umum yang
bersumber pada Lampiran I PP 71/2010, PSAP No. 01 (prinsip akuntansi
aset secara spesifik dapat dilihat pada Lampiran I PP 71/2010: PSAP 05,
06, 07, 08 dan buletin teknis terkait) sbb:
1. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana
manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat
diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat
diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang
diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-
sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
2. Aset diklasifikasikan ke dalam aset lancar dan non lancar, sbb:.
Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika:
a. diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk
dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan,
atau
b. berupa kas dan setara kas.
Semua aset selain yang termasuk dalam (a) dan (b), diklasifikasikan
sebagai aset nonlancar.

Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek,
piutang, dan persediaan. Pos-pos investasi jangka pendek antara lain

88
deposito berjangka 3 (tiga) sampai 12 (dua belas) bulan dan surat
berharga yang mudah diperjualbelikan. Pos-pos piutang antara lain
piutang pajak, retribusi, denda, penjualan angsuran, tuntutan ganti rugi,
dan piutang lainnya yang diharapkan diterima dalam waktu 12 (dua
belas) bulan setelah tanggal pelaporan.
Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan
disimpan untuk digunakan, misalnya barang pakai habis seperti alat
tulis kantor, obat-obatan; barang tak habis pakai seperti komponen
peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen bekas.
Aset Nonlancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang dan
aset tak berwujud, yang digunakan secara langsung atau tidak langsung
untuk kegiatan pemerintah atau yang digunakan masyarakat umum.
Aset nonlancar diklasifikasikan menjadi investasi jangka panjang, aset
tetap, dana cadangan, dan aset lainnya (termasuk aset tak berwujud).
3. Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh
oleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur
dengan andal. Aset diakui pada saat diterima atau kepemilikannya
dan/atau kepenguasaannya berpindah.
4. Pengukuran aset adalah sebagai berikut:
a. Kas dicatat sebesar nilai nominal;
b. Investasi jangka pendek dicatat sebesar nilai perolehan;
c. Piutang dicatat sebesar nilai nominal;
d. Persediaan dicatat sebesar (1) Biaya Perolehan apabila diperoleh
dengan pembelian; (2) Harga pokok produksi apabila diperoleh
dengan memproduksi sendiri; (3) Nilai wajar apabila diperoleh
dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan.
e. Investasi jangka panjang dicatat sebesar biaya perolehan termasuk
biaya tambahan lainnya yang terjadi untuk memperoleh
kepemilikan yang sah atas investasi tersebut;
f. Aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan. Apabila penilaian aset
tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan,
maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat
perolehan. Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara
swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku,
dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan
pengawasan, perlengkapan, tenaga istrik, sewa peralatan, dan semua

89
biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset
tetap tersebut.
g. Aset moneter dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan
dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing menggunakan
kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca.

5. Seluruh aset tetap disusutkan, kecuali untuk tanah dan konstruksi dalam
pengerjaan. Di samping itu, mengacu ke Lampiran I Permendagri No.
64 Tahun 2013, terdapat juga aset tetap lainnya yang tidak disusutkan
seperti hewan, tanaman, dan buku perpustakaan. Hewan dan tanaman
langsung dihapuskan (tanpa pengakuan penyusutan) jika mati,
sementara buku perpustakaan langsung dihapuskan jika sudah tidak
dapat digunakan lagi.
Metode penyusutan yang diusulkan di Lampiran I Permendagri No. 64
Tahun 2013 adalah metode garis lurus. Namun demikian, pemerintah
daerah dapat memilih metode penyusutannya sendiri dengan pilihan
yang diberikan menurut SAP, yiatu a) metode garis lurus, b) metode
saldo menurun ganda, dan c) metode unit produksi.

I. Prinsip-prinsip Akuntansi Kewajiban

Prinsip-prinsip akuntansi kewajiban dalam bab ini hanya bersifat umum


yang bersumber pada Lampiran I PP 71/2010, PSAP No. 01 (prinsip
akuntansi kewajiban secara spesifik dapat dilihat pada Lampiran I PP
71/2010: PSAP 09 dan buletin teknis terkait) sbb:.
1. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
Pemerintah.
2. Kewajiban diklasifikasikan ke dalam kewajiban jangka pendek dan
jangka panjang.
3. Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika
diharapkan dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal
pelaporan. Semua kewajiban lainnya diklasifikasikan sebagai kewajiban
jangka panjang.
4. Kewajiban jangka pendek dapat dikategorikan dengan cara yang sama
seperti aset lancar. Beberapa kewajiban jangka pendek, seperti utang
transfer pemerintah atau utang kepada pegawai merupakan suatu bagian

90
yang akan menyerap aset lancar dalam tahun pelaporan berikutnya.
Kewajiban jangka pendek lainnya adalah kewajiban yang jatuh tempo
dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Misalnya
bunga pinjaman, utang belanja, utang perhitungan fihak ketiga (PFK),
dan bagian lancar utang jangka panjang.
5. Suatu entitas pelaporan tetap mengklasifikasikan kewajiban jangka
panjangnya, meskipun kewajiban tersebut jatuh tempo dan untuk
diselesaikan dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan
jika:
a. jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12 (dua belas)
bulan;
b. entitas bermaksud mendanai kembali (refinance) kewajiban tersebut
atas dasar jangka panjang; dan
c. maksud tersebut didukung dengan adanya suatu perjanjian
pendanaan kembali (refinancing), atau adanya penjadualan kembali
terhadap pembayaran, yang diselesaikan sebelum laporan keuangan
disetujui.
6. Beberapa kewajiban yang jatuh tempo untuk dilunasi pada tahun
berikutnya mungkin diharapkan dapat didanai kembali (refinancing)
atau digulirkan (roll over) berdasarkan kebijakan entitas pelaporan dan
diharapkan tidak akan segera menyerap dana entitas. Kewajiban yang
demikian dipertimbangkan untuk menjadi suatu bagian dari
pembiayaan jangka panjang dan diklasifikasikan sebagai kewajiban
jangka panjang. Namun dalam situasi di mana kebijakan pendanaan
kembali tidak berada pada entitas (seperti dalam kasus tidak adanya
persetujuan pendanaan kembali), pendanaan kembali ini tidak dapat
dipertimbangkan secara otomatis dan kewajiban ini diklasifikasikan
sebagai pos jangka pendek kecuali penyelesaian atas perjanjian
pendanaan kembali sebelum persetujuan laporan keuangan
membuktikan bahwa substansi kewajiban pada tanggal pelaporan adalah
jangka panjang. Beberapa perjanjian pinjaman menyertakan persyaratan
tertentu (covenant) yang menyebabkan kewajiban jangka panjang
menjadi kewajiban jangka pendek (payable on demand) jika persyaratan
tertentu yang terkait dengan posisi keuangan peminjam dilanggar.
Dalam keadaan demikian, kewajiban dapat diklasifikasikan sebagai
kewajiban jangka panjang hanya jika: a) pemberi pinjaman telah
menyetujui untuk tidak meminta pelunasan sebagai konsekuensi adanya

91
pelanggaran, dan b) tidak mungkin terjadi pelanggaran berikutnya dalam
waktu 12 (dua belas) 6 bulan setelah tanggal pelaporan.
7. Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber
daya ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada
sampai saat pelaporan, dan perubahan atas kewajiban tersebut
mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan andal.
Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima atau pada saat
kewajiban timbul.
8. Kewajiban diukur/dicatat sebesar nilai nominal.
9. Kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam
mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing menggunakan kurs
tengah bank sentral pada tanggal neraca.

J. Prinsip-prinsip Akuntansi Ekuitas

Prinsip akuntansi ekuitas berdasarkan SAP Akrual, Lampiran I PP


71/2010, PSAP No. 01, adalah sbb:.
1. Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih
antara aset dan kewajiban pemerintah pada tanggal laporan.
2. Saldo ekuitas di Neraca berasal dari saldo akhir ekuitas pada Laporan
Perubahan Ekuitas.
Adapun Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan sekurang-kurangnya
pos-pos:
1. Ekuitas awal
2. Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan
3. Koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas, yang
antara lain berasal dari dampak kumulatif yang disebabkan oleh
perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan mendasar,
misalnya:
a. koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada
periode-periode sebelumnya;
b. perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap.
4. Ekuitas akhir.

92
Pertanyaan Reviu:
1. Jelaskan pengertian pendapaan–LRA dan bagaimana prinsip
pengakuannya !
2. Pendapatan akan dicatat dengan azas bruto. Jelaskan apa yang
dimaksud dengan azas tersebut !
3. Jelaskan pengertian pendapaan–LO dan bagaimana prinsip
pengakuannya!
4. Jelaskan perbedaan antara belanja dan beban dari sisi pengertian dan
prinsip pengakuannya!
5. Jelaskan perlakuan akuntansi untuk koreksi kesalahan pendapatan
yang berulang dan yang tidak berulang !
6. Jelaskan perlakuan akuntansi untuk koreksi kesalahan belanja/beban !
7. Jelaskan pengertian dan klasifikasi aset !
8. Pada dasarnya perolehan aset akan dicatat sebesar harga perolehannya
(cost). Jelaskan apa yang dimaksud dengan harga perolehan !
9. Apakah pendapatan hibah berupa barang akan dilaporkan di LRA atau
di LO ?
10. Jelaskan pengertian dan klasifikasi kewajiban !

93
BAB

AKUNTANSI SKPD
5
TUJUAN PEMBELAJARAN
Bab ini secara umum bertujuan untuk memberikan ilustrasi siklus
akuntansi pada SKPD.

Bab ini secara spesifik bertujuan untuk menjelaskan dan memberikan


ilustrasi komprehensif akuntansi SKPD, sebagai berikut:
A. Sistem Akuntansi SKPD
B. Struktur Anggaran SKPD
C. Jurnal Standar Akuntansi SKPD
D. Ilustrasi Akuntansi SKPD

A. Sistem Akuntansi SKPD

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan unit pemerintahan


di lingkungan pemda selaku pengguna anggaran, yang dapat berbentuk
dinas, badan, dan kantor. Sebagai pengguna anggaran, SKPD harus
menyelenggarakan sistem akuntansi guna menghasilkan laporan keuangan
sebagai bentuk pertanggungjawaban penggunaan anggaran yang dikelolanya.
Di dalam sistem pengelolaan APBD mengharuskan seluruh
penerimaan uang oleh SKPD disetorkan ke rekening Kas Umum Daerah
dan pengeluaran dilakukan dari rekening Kas Umum Daerah. Istilah Kas
Umum Daerah sering juga disebut Kas Daerah atau sering disingkat Kasda.
Pengelola Kasda adalah BUD, yang tidak lain adalah PPKD.
Dengan demikian, walaupun SKPD telah memiliki dokumen
pelaksanaan anggaran (DPA), aliran kas masuk ke pengguna anggaran yang
berasal dari pendapatan daerah harus disetorkan ke Kas Daerah. Demikian
juga untuk setiap pembayaran belanja SKPD, uang yang digunakan adalah
uang yang berasal dari Kas Daerah yang dibayarkan baik dengan cara
pembayaran langsung (LS) oleh BUD ke pihak penerima pembayaran

94
ataupun melalui bendahara pengeluaran SKPD dengan mekanisme uang
persediaan (UP) / tambah uang persediaan (TU).
Mekanisme di atas akan menimbulkan hubungan antara SKPD dengan
PPKD (selaku BUD). Untuk tujuan akuntansi, hubungan antara berbagai
SKPD dan PPKD selaku BUD dapat dipandang dari dua aspek berikut:
1. Aspek hubungan keuangan; hubungan antara SKPD dan PPKD dapat
dipandang sebagai hubungan antara kantor pusat dan kantor cabang.
PPKD diperlakukan sebagai kantor pusat, sementara itu SKPD-SKPD
diperlakukan sebagai kantor cabang.
2. Aspek pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran; hubungan antara
SKPD dan PPKD sebagai entitas yang mandiri, sehingga SKPD dan
PPKD masing-masing mempunyai tanggung jawab untuk menyusun
laporan keuangannya masing-masing.

Hubungan kantor pusat dan cabang yang diaplikasikan pada akuntansi


di SKPD dan PPKD ini dapat dilihat dengan digunakannya akun Rekening
Koran PPKD (RK-PPKD) pada setiap SKPD. Sementara itu, PPKD
menggunakan akun Rekening Koran SKPD (RK-SKPD). Dengan
demikian, akun RK-SKPD dan akun RK-PPKD merupakan akun
resiprokal yang mencerminkan hubungan timbal-balik keuangan antara
PPKD (selaku BUD) dan SKPD (selaku pengguna anggaran). Akuntansi
SKPD dan PPKD ini dianggap sebagai pendekatan akuntansi kantor pusat
dan kator cabang (Home Office-Branch Accounting).
Sistem pembukuan selanjutnya dapat dibagi ke dalam dua subsistem:
1. Sub-sistem akuntansi pelaksanaan anggaran
Sub sistem ini merupakan proses akuntansi (penjurnalan, posting, dan
seterusnya) untuk mencatat transaksi dengan basis kas yang akan
menghasilkan LRA. Transaksi yang dicatat di dalam sub-sistem ini
untuk akuntansi SKPD meliputi:
a. Jurnal Anggaran
b. Pendapatan-LRA
c. Belanja
Untuk mencatat/menjurnal transaksi pendapatan-LRA maupun belanja
akan digunakan akun ‘Estimasi Perubahan SAL’ (SAL= Saldo
Anggaran Lebih) sebagai akun lawannya.
2. Sub-sistem akuntansi finansial/keuangan

95
Sub sistem ini merupakan proses akuntansi (penjurnalan, posting, dan
seterusnya) untuk mencatat transaksi dengan basis akrual yang akan
menghasilkan LO dan Neraca. Transaksi yang dicatat di dalam sub-
sistem ini untuk akuntansi SKPD meliputi:
a. Pendapatan-LO
b. Beban
c. Aset
d. Kewajiban
e. Ekuitas

B. Struktur Anggaran SKPD

Transaksi pelaksanaan anggaran apa saja yang akan terjadi di SKPD,


hal itu sudah tergambar di dalam anggaran (DPA) SKPD yang
bersangkutan. Dengan adanya pembagian kewenangan yang jelas dalam hal
penganggaran dan pelaksanaannya antara PPKD dan Kepala SKPD, maka
tidak akan terjadi tumpang tindih (overlap) penganggaran antara PPKD dan
SKPD.
Penganggaran pendapatan dan belanja yang tidak dianggarkan di dalam
DPA PPKD, akan dianggarkan di dalam DPA SKPD. Sementara itu,
penganggaran pembiayaan seluruhnya merupakan kewenangan PPKD
sehingga anggaran pembiayaan tidak akan muncul di dalam DPA SKPD.
Dengan demikian struktur anggaran SKPD sebagaimana tertuang di
dalam DPA SKPD umumnya terdiri dari:
1. Anggaran Pendapatan Asli Daerah (PAD);
2. Anggaran Belanja Tidak Langsung, hanya berupa belanja pegawai (gaji
dan tujangan); dan
3. Anggaran Belanja Langsung, terdiri dari belanja pegawai, barang dan
jasa, dan belanja modal.

Perlu diingat bahwa tidak semua SKPD memiliki kewenangan untuk


memungut pendapatan pajak/retribusi. Kewenangan untuk memungut
PAD berupa pajak daerah berada pada SKPKD sedangkan SKPD tertentu
memiliki kewenangan untuk memungut retribusi. Dengan demikian,
tentunya tidak semua SKPD memiliki bendahara penerimaan. Lain halnya
dengan anggaran belanja, tentu semua SKPD memiliki anggaran belanja,
dan oleh karenanya di setiap SKPD akan ada bendahara pengeluaran.

96
Tabel 5.1 Struktur Anggaran SKPD

No. Uraian Jumlah


Urut
1 PENDAPATAN
1.1. Pendapatan Asli Daerah
2 BELANJA (2.1 + 2.2.) XXX
2.1 BELANJA TIDAK LANGSUNG:
2.1.1. Belanja Pegawai
2.2. BELANJA LANGSUNG:
2.2.1 Belanja Pegawai XXX
2.2.2 Belanja Barang Dan Jasa XXX
2.2.3 Belanja Modal XXX
Total Belanja XXX
SURPLUS/DEFISIT (1-2) XXX

C. Jurnal Standar Akuntansi SKPD

1. Jurnal Anggaran SKPD


Jurnal ini dilakukan pada sub-sistem akuntansi pelaksanaan anggaran,
yaitu untuk mencatat data anggaran SKPD berdasarkan dokumen
pelaksanaan anggaran SKPD (DPA-SKPD). Berdasarkan dokumen ini,
SKPD (dalam hal ini petugas akuntansi PPK-SKPD) akan mencatat akun
“Estimasi Pendapatan” di debit sebesar total anggaran pendapatan, dan
“Apropriasi Belanja” di kredit sebesar total anggaran belanja. Selisih antara
anggaran pendapatan dan anggaran belanja dicatat ke akun ‘Estimasi
Perubahan SAL’ (SAL= Saldo Anggaran Lebih). Jurnal anggaran tersebut
dicatat sbb:

Estimasi Pendapatan xxx


Estimasi Perubahan SAL* xxx
Apropriasi Belanja xxx

*)Keterangan:
Akun ‘Estimasi Perubahan SAL’ dicatat di sisi debit apabila anggaran SKPD

97
menunjukkan jumlah defisit, atau jika total jumlah anggaran pendapatan
lebih kecil dari total jumlah anggaran belanja. Demikian sebaliknya, jika
anggaran SKPD menunjukkan jumlah surplus, akun ‘Estimasi Perubahan
SAL’ dicatat di sisi kredit.

Bagi SKPD yang tidak memiliki tupoksi memungut pendapatan


daerah, biasanya tidak menetapkan target (anggaran) pendapatan. Oleh
karena itu, bagi SKPD yang hanya memiliki anggaran belanja akan membuat
jurnal anggaran sbb.:

Estimasi Perubahan SAL xxx


Apropriasi Belanja xxx

2. Jurnal Transaksi Pendapatan SKPD


Transaksi pendapatan SKPD umumnya hanya berupa pendapatan
asli daerah (PAD). Pendapatan akan dilaporkan di dalam dua jenis laporan
yaitu LRA dan LO. Pendapatan yang akan dilaporkan di LRA, disebut
‘Pendapatan-LRA’, akan dicatat dengan basis kas, sedangkan pendapatan
yang akan dilaporkan di LO, disebut ‘pendapatan-LO’, akan dicatat dengan
basis akrual. Oleh karena itu, pada bagian ini akan dibedakan bagaimana
teknis pencatatan untuk kedua tipe pendapatan tsb.
Dokumen sumber yang digunakan sebagai dasar pencatatan
transaksi pendapatan di Satker ini adalah sebagai berikut:

Tabel 5.2 Dokumen Sumber Pendapatan Daerah


Transaksi Dokumen sumber
Penerimaan PAD − Surat Ketetapan Pajak Daerah
− Surat Ketetapan Retribusi
− Surat tanda bukti pembayaran
− Bukti penerimaan lainnya
− Surat tanda setoran (STS)
− Dokumen pendukung:

98
− LPJ Penerimaan dan Penyetoran
Pendapatan dari Bendahara
Penerimaan
a. Jurnal Transaksi Pendapatan-LRA

Transaksi pendapatan-LRA akan dicatat di dalam sub-sistem akuntansi


pelaksanaan anggaran, yang dicatat dengan basis kas untuk dilaporkan di
dalam LRA. Pendapatan-LRA diakui pada saat kas telah diterima oleh
bendahara penerimaan SKPD. Berdasarkan bukti penerimaan pendapatan
(kwitansi), jurnal yang dibuat adalah:

Estimasi Perubahan SAL xxx


Pendapatan-LRA xxx

Jurnal di atas berlaku baik untuk mencatat pendapatan yang didahului


dengan penerbitan surat ketetapan {Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKP) /
Surat Ketetapan Retribusi (SKR)} maupun pendapatan yang tanpa
menggunakan surat ketetapan, karena keduanya akan dicatat pada saat
pembayarannya telah diterima oleh bendahara penerimaan atau disetorkan
langsung ke Kasda.

Catatan:
1) Pada sub-sistem akuntansi pelaksanaan anggaran tidak akan dicatat
piutang pendapatan maupun utang belanja, karena sub-sistem tsb hanya
mencatat transaksi kas untuk menghasilkan LRA. Pengakuan
utang/piutang hanya akan dicatat pada sub-sistem akuntansi keuangan
yang menggunakan basis akrual untuk menghasilkan LO dan Neraca.
2) Pendapatan yang telah diterima oleh bendahara penerimaan SKPD
pada akhir tahun, mungkin saja belum sempat disetorkan ke Kasda.
Namun demikian, pendapatan tersebut sudah dapat diakui (dicatat
dalam jurnal) pada saat pembayarannya diterima oleh bendahara
penerimaan, sehingga tidak ada lagi pengakuan ke akun ’Pendapatan
yang Ditangguhkan’.

1. Jurnal Transaksi Pendapatan-LO

99
Transaksi pendapatan-LO akan dicatat di dalam sub-sistem akuntansi
keuangan, yang dicatat dengan basis akrual untuk dilaporkan di dalam LO.
Jurnal untuk mencatat pendapatan-LO, yang diakui dengan basis akrual,
tergantung dari prosedur pemungutan pendapatannya itu sendiri, apakah
didahului dengan penerbitan surat ketetapan atau tidak.
1) Pendapatan dengan surat ketetapan
Apabila suatu pendapatan baru akan ditagih setelah pemda menerbitkan
surat ketetapan (SKP/SKR), maka pengakuan pendapatan sudah dapat
diakui pada saat pemda menerbitkan SKP/SKR dengan jurnal sbb:
Piutang Pendapatan xxx
Pendapatan-LO xxx

Selanjutnya, pada saat diterimanya kas dari piutang pendapatan tsb


(berdasarkan bukti penerimaan/kwitansi) akan dicatat dengan jurnal:
Kas di Bendahara Penerimaan xxx
Piutang Pendapatan xxx

Selanjutnya, pada saat kas tersebut disetorkan ke Kasda (berdasarkan bukti


setor) akan dicatat dengan jurnal:
RK-PPKD xxx
Kas di Bendahara Penerimaan xxx

Jurnal Alternatif
Untuk pertimbangan praktisnya, pada saat pemda menerbitkan SKP/SKR
boleh saja pendapatan belum dicatat di dalam buku jurnal, akan tetapi
jurnalnya baru dibuat setelah pembayaran kas-nya diterima oleh bendahara
penerimaan atau pada saat telah disetor ke Kasda.
Apabila jurnal dibuat pada saat kas telah diterima oleh bendahara
penerimaan, maka jurnalnya adalah:
Kas di Bendahara Penerimaa n xxx
Pendapatan-LO xxx

Selanjutnya, pada saat disetor ke Kasda dijurnal:


RK-PPKD xxx
Kas di Bendahara Penerimaan xxx

Atau, jika dijurnal sekali saja pada saat disetor ke Kasda, maka jurnalnya
menjadi:

100
RK-PPKD xxx
Pendapatan-LO xxx

Apabila pendapatan-LO baru dicatat ketika pembayarannya telah


diterima oleh bendahara penerimaan atau ketika telah disetor ke Kasda, jika
masih terdapat SKP/SKR yang sudah diterbitkan, namun belum diterima
pembayarannya sampai dengan akhir tahun, maka pada akhir tahun yang
bersangkutan harus dibuatkan jurnal penyesuaian untuk mengakui piutang
pendapatan, sbb.:
Piutang Pendapatan xxx
Pendapatan-LO xxx

2) Pendapatan tanpa melalui surat penetapan


Sebagian pendapatan pemda dapat diterima tanpa melalui penerbitan
surat penetapan seperti SKP/SKR, contoh pendapatan jasa giro/bunga,
pendapatan retribusi masuk objek wisata yang dikelola pemda dengan
penjualan karcis masuk, dsb. Jurnal yang dibuat untuk mengakui
pendapatan jenis ini dilakukan pada saat kas telah diterima oleh bendahara
penermaan SKPD yaitu:
Kas di Bendahara Penerimaa n xxx
Pendapatan-LO xxx

Selanjutnya, setelah kas dari penerimaan pendapatan tsb disetor ke Kasda,


berdasarkan bukti setor (STS) akan dijurnal:
RK-PPKD xxx
Kas di Bendahara Penerimaan xxx

Jurnal Alternatif
Jurnal di atas dapat dibuat dengan satu kali jurnal saja, yaitu pada saat disetor
ke Kasda, sbb.:
RK-PPKD xxx
Pendapatan-LO xxx

3. Jurnal Transaksi Belanja SKPD

Transaksi belanja akan dicatat di dalam sub-sistem akuntansi


pelaksanaan anggaran, yang dicatat dengan basis kas untuk dilaporkan di

101
dalam LRA. Belanja yang dilaksanakan oleh SKPD umumnya terdiri dari:
belanja pegawai (gaji, tunjangan, honor); belanja barang dan jasa; dan belanja
modal.
Saat pengakuan belanja tergantung dari cara pembayaran belanjanya itu
sendiri, sebagai berikut.

1) Belanja yang dibayara secara LS


Belanja yang dibayar secara LS (langsung dibayar oleh BUD) akan diakui
setelah SKPD menerima SP2D-LS dari BUD/Kuasa BUD. Jurnal yang
dibuat yaitu:
Belanja xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx

2) Belanja yang dibayar oleh bendahara pengeluaran SKPD


Belanja yang dibayarkan oleh bendahara pengeluaran SKPD dengan
menggunakan dana uang persediaan (UP/GU/TU) akan diakui setelah
pertanggungjawaban (SPJ) belanja tersebut disetujui/disahkan oleh
PA/KPA. Jurnal yang dibuat tetap sama dengan jurnal belanja LS di atas.
Perbedaan pencatatan belanja LS dan UP/GU/TU hanya terletak pada saat
pengakuan/pencatatannya. Jurnal yang dibuat yaitu:
Belanja xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx

Dokumen sumber yang dijadikan dasar dalam pencatatan transaksi


belanja/beban dapat dilihat pada Tabel 5.3.

4. Jurnal Transaksi Beban

Transaksi beban akan dicatat di dalam sub-sistem akuntansi keuangan,


yang dicatat dengan basis akrual untuk dilaporkan di dalam LO. Beban
antara lain terdiri dari belanja (akrual) yang menjadi beban tahun berjalan
(tidak termasuk belanja modal), konsumsi aset, dan pengakuan penurunan
nilai aset. Teknik penjurnalan beban berdasarkan jenis bebannya akan
diuraikan di bawah ini.
a. Beban berupa belanja
Semua belanja akan dicatat dan dilaporkan di dalam LRA. Akan tetapi,
tidak semua belanja menjadi beban di dalam LO. Belanja yang akan dicatat
sebagai ’Beban’ adalah hanya belanja yang menjadi beban periode berjalan

102
saja, sedangkan Belanja Modal merupakan belanja perolehan aset tetap
yang memiliki manfaat lebih dari satu tahun/satu periode akuntansi. Oleh
karenanya, belanja modal tidak masuk di dalam LO. Akan tetapi, di dalam
LO akan dimasukkan beban penyusutan aset tetap, yang merupakan
pengakuan atas penurunan nilai perolehan aset tetap.

Tabel 5.3 Dokumen Sumber Belanja/Beban

Dokumen Lampiran Dokumen


No Transaksi Belanja
Sumber Sumber
11 Belanja dengan − SP2D LS − SPM
mekanisme LS − Kwitansi − SPD
− Daftar gaji dan − berita acara serah
tunjangan terima barang/ jasa
− bukti − resume kontrak
pengeluaran
lainnya
22 Belanja dengan − SP2D − SPM
mekanisme UP/GU/TU UP/GU/TU − SPD
− SPJ dan LPJ − bukti transaksi
Bendahara lainnya
Pengeluaran
− Buku Kas
Umum
− Bukti transaksi:
kwitansi, daftar
honor, sppd,
dsb
33 Penerimaan PFK - SP2D
- Faktur pajak
- Bukti potongan
44 - Surat Setoran
Penyetoran PFK PPh/PPN
(SSP)

103
1) Beban dibayar secara LS
Setelah SKPD menerima SP2D-LS dari BUD/Kuasa BUD, SKPD akan
menjurnal sbb.:
Beban (selain belanja modal) xxx
RK-PPKD xxx

2). Beban dibayar oleh bendahara pengeluaran SKPD


Belanja yang dibayar oleh bendahara pengeluaran SKPD
menggunakan uang persediaan (UP) atau dana tambah uang persediaan
(TU), sehingga sebelumnya SKPD harus mengajukan SPP/SPM
UP/GU/TU kepada BUD. Selanjutnya, jika disetujui, kuasa BUD akan
menerbitkan SP2D UP/GU/TU.

(a) Pada saat diterima SP2D-UP ataupun SP2D-TU jurnal yang dibuat (oleh
SKPD) adalah
Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
RK-PPKD xxx

(b) Saat SPJ pembayaran belanja disahkan oleh PA/KPA, jurnal yang dibuat
adalah
Beban (selain belanja modal) xxx
Kas di Bendahara Pengeluaran xxx

(c) Saat menerima SP2D-GU, jurnal yang dibuat adalah sama seperti ketika
menerima SP2D-UP, yaitu:
Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
RK-PPKD xxx

(d) Saat sisa dana TU ataupun sisa dana UP disetorkan kembali ke Kasda,
berdasarkan bukti penyetoran, jurnal yang buat adalah
RK-PPKD xxx
Kas di Bendahara Pengeluaran xxx

Catatan:
• Jika yang terjadi adalah transaksi belanja modal, maka di dalam
subsistem akuntansi keuangan akan dicatat dengan jurnal:

104
Aset Tetap (sesuai jenis asetnya) xxx
RK-PPKD/Kas di Bendahara Pengeluaran* xxx
*sesuai cara pembayarannya

b. Utang Beban dan Beban Dibayar Dimuka


1) Utang Beban
Apabila terdapat belanja yang sudah terjadi atau sudah menjadi
kewajiban pemda, dimana barang/jasanya sudah diterima, namun belum
dilakukan pembayarannya hingga akhir tahun, maka diakui adanya utang
belanja dengan membuat jurnal penyesuaian berikut:
Beban (selain belanja modal) xxx
Utang Beban xxx

Contoh dari transaksi ini misalnya, adanya tagihan belanja listrik/telpon yang
harus dibayar di bulan Desember, namun belum bisa dibayarkan hingga
akhir tahun.

Jika yang terjadi adalah belanja modal, maka jurnal penyesuaian yang dibuat
adalah:
Aset Tetap (sesuai jenis asetnya) xxx
Utang Beban xxx

2) Beban Dibayar Dimuka


Apabila terdapat belanja yang dibayar dimuka (misalnya sewa
kendaraan dibayar dimuka), namun barang/jasanya belum dilterima
seluruhnya hingga akhir tahun, maka harus dibuat jurnal penyesuaian pada
akhir tahun untuk mengakui adanya sisa hak pemda untuk mendapatkan
barang/jasa. Jika pada saat membayar belanja yang dibayar dimuka itu
SKPD mencatatnya dengan pendekatan beban (dicatat ke akun ’Beban’),
maka jurnal penyesuaian yang dibuat pada akhir tahun adalah:
Beban Dibayar Dimuka xxx
Beban xxx

Akun ’Beban Dibayar Dimuka’ akan dilaporkan sebagai aset di dalam


Neraca, sebesar nilai yang masih menjadi hak SKPD.

c. Beban berupa konsumsi aset

105
1) Pada saat dilakukan pembelian persediaan (contoh ATK, obat-obatan,
benda pos, dsb) jurnal yang dibuat tergantung dari cara pembayarannya,
seperti yang diuraikan pada jurnal standar transaksi beban berupa
belanja pada huruf (a) di atas.

Jika pembelian persediaan dibayar secara LS, jurnal yang dibuat adalah:
Beban Persediaan xxx
RK-PPKD xxx

Jika pembelian persediaan dibayar oleh bendahara pengeluaran dengan


UP/GU/TU, jurnal yang dibuat setelah SPJ disahkan, yaitu:
Beban Persediaan xxx
Kas di Bendahara Pengeluaran xxx

2) Apabila persediaan dibukukan dengan metode perioedik, pada akhir


tahun harus dibuat jurnal penyesuaian untuk memutahirkan saldo
persediaan akhir tahun. Terdapat dua kemungkinan dalam membuat
ayat jurnal penyesuaiannya, yaitu (a) tidak dibuat ayat jurnal pembalik di
awal tahun, dan (b) dibuat jurnal pembalik di awal tahun.

Berikut ini akan diberikan contoh membuat jurnal penyesuaian akhir


tahun untuk dua kondisi: (a) tidak dibuat ayat jurnal pembalik di awal tahun,
dan (b) dibuat jurnal pembalik di awal tahun.

(a) Tidak dibuat ayat jurnal pembalik di awal tahun.


Bila tidak dibuatkan ayat jurnal pembalik di awal tahun, maka nilai
persediaan yang dicatat pada jurnal penyesuaian akhir tahun adalah nilai
persediaan akhir tahun (berdasarkan hasil inventarisasi) dikurangi dengan
saldo persediaan awal tahun.

Contoh (1): Saldo persediaan awal tahun menunjukkan saldo sebesar


Rp1.500.000, dan saldo persediaan akhir tahun sebesar Rp4.750.000, maka
jurnal penyesuaian akhir tahun yang dibuat adalah:
Persediaan 3.250.000
Beban Persediaan 3.250.000

106
Setelah jurnal penyesuaian tsb diposting ke buku besar persediaan, maka
saldo akhir persediaan akan menjadi Rp 4.750.000, sesuai dengan hasil
inventarisasi persediaan akhir tahun.

Contoh (2): Saldo persediaan awal tahun menunjukkan saldo sebesar


Rp1.500.000, dan saldo persediaan akhir tahun sebesar Rp1.000.000, maka
jurnal penyesuaian akhir tahun yang dibuat adalah:

Beban Persediaan 500.000


Persediaan 500.000

Setelah jurnal penyesuaian tsb diposting ke buku besar persediaan, maka


saldo akhir persediaan akan menjadi Rp1.000.000, sesuai dengan hasil
inventarisasi persediaan akhir tahun.

(b) dibuat ayat jurnal pembalik di awal tahun.


Bila dibuatkan ayat jurnal pembalik di awal tahun, maka nilai
persediaan yang dicatat pada jurnal penyesuaian akhir tahun adalah sebesar
nilai persediaan akhir tahun berdasarkan hasil inventarisasi tanpa dikurangi
dengan saldo persediaan awal tahun.

Contoh (1): Saldo persediaan awal tahun menunjukkan saldo sebesar Rp


1.500.000, dan saldo persediaan akhir tahun sebesar Rp4.750.000. 1 Januari
20xx, dibuat ayat jurnal pembalik untuk menutup saldo persediaan awal
tahun:
Beban Persediaan 1.500.000
Persediaan 1.500.000

31 Deseber 20xx, dibuat ayat jurnal penyesuaian saldo persediaan akhir


tahun:
Persediaan 4.750.000
Beban Persediaan 4.750.000

Setelah jurnal penyesuaian tsb diposting ke buku besar persediaan, maka


saldo akhir persediaan akan menunjukkan saldo Rp 4.750.000. Hasil akhir
akan sama dengan pendekatan jurnal yang diilustrasikan pada huruf (a)
contoh (1) dengan kondisi tidak dibuat ayat jurnal pembalik di awal tahun.

107
Contoh (2): Saldo persediaan awal tahun menunjukkan saldo sebesar
Rp1.500.000, dan saldo persediaan akhir tahun sebesar Rp 1.000.000.
1 Januari 20xx, dibuat ayat jurnal pembalik untuk menutup saldo persediaan
awal tahun:
Beban Persediaan 1.500.000
Persediaan 1.500.000

31 Desember 20xx, dibuat ayat jurnal penyesuaian saldo persediaan akhir


tahun:
Persediaan 1.000.000
Beban Persediaan 1.000.000

Setelah jurnal penyesuaian tsb diposting ke buku besar persediaan, maka


saldo akhir persediaan akan menunjukkan saldo Rp 1.000.000. Hasil akhir
akan sama dengan pendekatan jurnal yang diilustrasikan pada huruf (a)
contoh (2) dengan kondisi tidak dibuat ayat jurnal pembalik di awal tahun.

Catatan:
• Untuk menentukan nilai persediaan akhir dapat ditentukan dengan
menginventarisasi jumlah kuantitas persediaan dikalikan dengan harga
beli yang terakhir kali. Alternatif lain, dapat juga dihitung dengan
metode FIFO, tergantung dari pilihan metode yang ditentukan di dalam
kebijakan akuntansi setiap pemda.
• Jumlah realisasi belanja persediaan yang dilaporkan di dalam LRA
adalah sesuai dengan nilai realisasi belanja pada tahun yang
bersangkutan tanpa harus dikurangi dengan nilai persediaan yang masih
ada pada akhr tahun, alasannya karena LRA disajikan secara basis kas.
Dengan demikian, akun ’Belanja Persediaan’ di LRA dan akun ’Beban
Persediaan’ di LO akan menunjukkan saldo yang berbeda. Hal tersebut
dikarenakan adanya perbedaan dalam penggunaan basis akuntansi,
LRA disajikan dengan basis kas, sedangkan LO disajikan dengan basis
akrual.

d. Beban berupa penyisihan piutang tak tertagih


1) Pada akhir tahun dapat dibuat jurnal penyesuaian untuk membentuk
penyisihan piutang tak tertagih, sehingga nilai piutang di neraca

108
dilaporkan sejumlah estimasi nilai bersih yang dapat direalisasi. Jurnal
penyisihan piutang tak tertagih adalah sebagai berikut.

Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih xxx


Penyisihan Piutang Tak Tertagih xxx

Apabila di dalam Neraca saldo akhir tahun sebelum jurnal penyesuaian


dibuat sudah terdapat saldo akun ’Penyisihan Piutang Tak Tertagih’, maka
jumlah penyisihan piutang tak tertagih yang akan dicatat di dalam jurnal
penyesuaian akhir tahun harus dikurangi dengan saldo sebelum
penyesuaian. Sebagai contoh, di dalam Neraca saldo akhir tahun 20xx
sebelum dibuat jurnal penyesuaian, akun ’Penyisihan Piutang Tak Tertagih’
menunjukkan saldo Rp 25 juta. Selanjutnya, pada akhir tahun 20xx
dilakukan perhitungan estimasi penyisihan piutang tak tertagih berdasarkan
analisis umur piutang, diperoleh jumlah penyisihan piutang sebesar Rp 30
juta, maka jurnal penyesuaian akhir tahun yang dibuat adalah sbb.:

Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih Rp5.000.000


Penyisihan Piutang Tak Tertagih Rp5.000.000

Setelah jurnal tersebut diposting ke buku besar, maka saldo akun


’Penyisihan Piutang Tak Tertagih’ akan menunjukkan saldo akhir sebesar
Rp30 juta.
Keterangan:
Akun ’Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih’ akan dilaporkan di LO,
sedangkan akun ’Penyisihan Piutang Tak Tertagih’ akan dilaporkan di
Neraca sebagai contra account (rekening pengurang) dari akun ’Piutang’.

2) Bila sebuah piutang dihapuskan dan sebelumnya telah dibentuk


penyisihan piutang tak tertagih, maka penghapusan piutang tsb akan
dijurnal:

Penyisihan Piutang Tak Tertagih xxx


Piutang xxx

Apabila saldo akun ’Penyisihan Piutang Tak Tertagih’ memiliki jumlah


yang lebih kecil dari jumlah piutang yang dihapuskan, maka selisihnya

109
dicatat ke akun ’Beban/Kerugian Penghapusan Piutang’. Jurnal yang dibuat
adalah sebagai berikut
Penyisihan Piutang Tak Tertagih xxx
Beban/Kerugian Piutang Tak Tertagih xxx
Piutang xxx

3) Bila sebuah piutang dihapuskan, namun belum pernah dibentuk penyisihan


piutang tak tertagih, maka penghapusan piutang tsb akan dijurnal:

Beban/Kerugian Piutang Tak Tertagih xxx


Piutang xxx

e. Beban berupa pengakuan penyusutan aset tetap


Jurnal untuk mengakui penyusutan aset tetap dilakukan dengan
membuat ayat jurnal penyesuaian di akhir tahun, yaitu:
Beban Penyusutan Aset Tetap xxx
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap xxx

Akun ’Beban Penyusutan Aset Tetap’ akan dilaporkan di LO, sedangkan


akun ’Akumulasi Penyusutan Aset Tetap’ akan dilaporkan di Neraca
sebagai contra account (rekening pengurang) dari aset tetap.

5. Jurnal Koreksi Kesalahan Pendapatan-LRA / Pendapatan-LO


a. Koreksi atas kesalahan yang berulang (recurring)
Yang dimaksud dengan koreksi kesalahan pendapatan yang berulang
adalah koreksi atas kelebihan penerimaan pendapatan yang sering terjadi.
Hal ini biasanya terjadi apabila pemda menerapkan sistem self-assessment
di dalam pemungutan pajaknya. Di dalam sistem self-assessment, wajib
pajak (WP) diperkenankan untuk terlebih dahulu menghitung, membayar
pajak dimuka, dan melaporkannya sendiri ke pemda. Setelah itu pada akhir
tahun pemda akan menetapkan berapa pajak yang seharusnya dibayar oleh
WP untuk tahun yang bersangkutan. Apabila total pembayaran pajak yang
telah dibayar oleh WP selama tahun berjalan ternyata melebihi jumlah pajak
yang seharusnya dibayar menurut perhitungan yang ditetapkan oleh Pemda,
maka WP berhak mendapatkan restitusi (pengembalian kelebihan
pembayaran pajak). Restitusi dianggap merupakan hal yang biasa, karena
timbul akibat perbedaan antara jumlah pembayaran pajak dimuka

110
berdasarkan estimasi dengan pembayaran yang seharusnya berdasarkan
perhitungan final setelah akhir tahun berjalan.
Jurnal koreksi kesalahan pendapatan baik untuk kesalahan tahun
berjalan maupun kesalahan yang berasal dari tahun sebelumnya adalah sbb.
(jurnalnya sama):
Sub-sistem akuntansi pelaksanaan anggaran (Pendapatan-LRA) akan
menjurnal:
Pendapatan-LRA xxx*
Estimasi Perubahan SAL xxx

Sub-sistem akuntansi keuangan (Pendapatan-LO) akan menjurnal:


Pendapatan-LO xxx*
RK-PPKD xxx

*) Jumlah yang dicatat di dalam jurnal tersebut adalah jumlah restitusi yang
dibayarkan oleh pemda (PPKD) kepada WP.

Keterangan:
• Pembayaran kas untuk restitusi akan dilakukan oleh PPKD, sehingga
SKPD tidak mengkredit pada akun ’Kas di Bendahara Penerimaan’.
• Apabila ternyata WP kurang bayar, maka jurnal yang dibuat oleh SKPD
adalah jurnal penyesuaian biasa (bukan jurnal koreksi kesalahan) yang
dibuat akhir tahun, yaitu dengan jurnal:
Piutang xxx
Pendapatan-LO xxx

b. Koreksi atas kesalahan yang tidak berulang (non-recurring)


Yang dimaksud dengan koreksi kesalahan pendapatan yang tidak berulang
adalah koreksi atas kelebihan penerimaan pendapatan yang jarang terjadi.
Hal ini bisa terjadi apabila pemda menerapkan sistem official-assessment di
dalam pemungutan pendapatannya (pajak/retribusi). Dengan sistem ini
wajib pajak/wajib retribusi membayar pajak/retribusi berdasarkan surat
ketetapan yang diterbitkan oleh pemda. Contoh pembayaran pajak bumi
dan bangunan (PBB) yang dibayar berdasarkan surat penetapan yang
diterbitkan oleh pemda.
Jurnal koreksi untuk kesalahan jenis ini dibagi ke dalam dua kemungkinan,
sbb.:

111
1) Koreksi atas kesalahan yang terjadi pada tahun berjalan
Jurnal koreksi yang dibuat adalah sbb.:

Sub-sistem akuntansi pelaksanaan anggaran (Pendapatan-LRA) akan


menjurnal:
Pendapatan-LRA xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx

Sub-sistem akuntansi keuangan (Pendapatan-LO) akan menjurnal:


Pendapatan-LO xxx
RK-PPKD xxx

Jurnal di atas berlaku untuk kesalahan yang terjadi pada periode


sebelumnya, namun koreksinya dilakukan sebelum laporan keuangan
tahun berkenaan diterbitkan. Sebagai contoh, kesalahan kelebihan
pembayaran oleh wajib bayar terjadi pada T.A. 2013, koreksi dilakukan
pada T.A. 2014 sebelum laporan keuangan T.A. 2013
diterbitkan/diserahkan ke DPRD.

2) Koreksi atas kesalahan yang berasal dari tahun sebelumnya


Yang dimaksud dengan koreksi atas kesalahan yang terjadi pada periode
sebelumnya adalah koreksi atas kesalahan yang terjadi pada periode
sebelumnya dimana laporan keuangan tahun berkenaan sudah diterbitkan.
Contoh, kesalahan kelebihan pembayaran oleh wajib bayar terjadi pada
T.A. 2013, koreksi dilakukan pada T.A. 2014 dan laporan keuangan T.A.
2013 sudah diterbitkan/diserahkan ke DPRD.
Untuk koreksi kesalahan jenis ini, SKPD tidak perlu membuat jurnal
koreksi, karena yang membayar restitusi adalah PPKD dengan
menggunakan (mendebit) akun ’Belanja/Beban Tak Terduga’, dan
sebagaimana diketahui bahwa akun ’Belanja/Beban Tak Terduga’ hanya
ada di dalam sistem akuntansi PPKD. Dengan kata lain, jurnal koreksi
kesalahan jenis ini hanya dilakukan di dalam akuntansi PPKD.

6. Jurnal Koreksi Kesalahan Belanja / Beban


Yang dimaksud koreksi kesalahan belanja/beban adalah koreksi atas
kelebihan pembayaran belanja oleh pemda (BUD/Bendahara pengeluaran
SKPD). Dalam konteks kesalahan belanja/beban tidak ada istilah kesalahan

112
yang sering terjadi, tidak seperti dalam koreksi pendapatan di atas. Koreksi
kesalahan belanja hanya dibedakan dengan dua kemungkinan berikut ini.

1) Koreksi atas kesalahan yang terjadi pada tahun berjalan


Jurnal koreksi yang dibuat adalah sbb.:
Sub-sistem akuntansi pelaksanaan anggaran (Belanja-LRA) akan menjurnal:
Estimasi Perubahan SAL xxx*
Belanja xxx
Sub-sistem akuntansi keuangan (Beban-LO) akan menjurnal:
RK-PPKD xxx*
Beban xxx

*) Jumlah yang dicatat pada jurnal di atas adalah sebesar kelebihan belanja
yang disetorkan kembali ke Kasda.

Jurnal di atas berlaku untuk kesalahan yang terjadi pada periode


sebelumnya, namun koreksinya dilakukan sebelum laporan keuangan
tahun berkenaan diterbitkan.

2) Koreksi atas kesalahan yang berasal dari tahun sebelumnya


Yang dimaksud dengan koreksi atas kesalahan yang terjadi pada
periode sebelumnya adalah koreksi atas kesalahan yang terjadi pada periode
sebelumnya dimana laporan keuangan tahun berkenaan sudah diterbitkan.
Contoh, kesalahan kelebihan pembayaran belanja terjadi pada T.A. 2013,
koreksi dilakukan pada T.A. 2014 dan laporan keuangan T.A. 2013 sudah
diterbitkan/diserahkan ke DPRD.
Jurnal koreksi yang dibuat adalah sbb.:
Sub-sistem akuntansi pelaksanaan anggaran (LRA) akan menjurnal:
Estimasi Perubahan SAL xxx
Lain-lain Pendapatan – LRA (PAD) xxx

Sub-sistem akuntansi keuangan (LO) akan menjurnal:


RK-PPKD xxx
Lain-lain Pendapatan – LO (PAD) xxx

7. Jurnal Transaksi Aset

113
Sebagaimana telah diuraikan pada Subbab A tentang Pendekatan
Akuntansi, LO dan Neraca dihasilkan dari subsistem keuangan yang
menerapkan proses akuntansi dengan basis akrual. Semua jurnal yang
terkait dengan pencatatan akun pendapatan LO, beban, aset, kewajiban, dan
ekuitas akan dicatat dengan basis akrual. Pada bagian berikutnya akan
diuraikan teknik penjurnalan untuk akun-akun neraca yang tentunya terkait
dengan pelaksanaan anggaran dan transaksi keuangan lainnya yang bersifat
non-anggaran, namun dicatat dengan basis akrual.
Di dalam neraca SKPD tidak akan muncul akun ’Investasi’ (baik jangka
pendek maupun jangka panjang) maupun akun ’Dana Cadangan’, karena
SKPD tidak memiliki kewenangan untuk melakukan investasi maupun
pembentukan dana cadangan. Kewenangan investasi dan pembentukan
dana cadangan hanya ada pada PPKD.

a. Jurnal Transksi Aset Lancar


Aset lancar pada neraca SKPD dapat mencakup akun-akun berikut:
1) Kas di Bendahara Penerimaan
2) Kas di Bendahara Pengeluaran
3) Piutang
4) Penyisihan Piutang Tak Tertagih (contra account atas Piutang)
5) Persediaan
6) Beban Dibayar Dimuka

Akun ’Kas di Bendahara Penerimaan’ terkait dengan transaksi


penerimaan pendapatan oleh bendahara penerimaan SKPD dan
penyetorannya ke Kasda. Jurnal yang terkait dengan akun tersebut dapat
dilihat pada Subbab C, angka 2.2 (Jurnal Transaksi Pendapatan-LO). Akun
’Kas di Bendahara Penerimaan’ pada neraca akhir tahun umumnya
menunjukkan saldo nihil, karena pendapatan yang diterima SKPD harus
segera disetor ke Kasda paling lambat satu hari kerja, kecuali jika terdapat
penerimaan pendapatan pada tanggal 31 Desember yang tidak sempat
disetor ke Kasda.
Akun ’Kas di Bendahara Pengeluaran’ terkait dengan transaksi
pembayaran belanja oleh bendahara pengeluaran SKPD dengan
menggunakan UP/GU/TU dan penyetoran sisa UP/TU ke Kasda. Jurnal
yang terkait dengan akun tersebut dapat dilihat pada Subbab C, angka 4
huruf a (Jurnal Transaksi Beban berupa belanja). Akun ’Kas di Bendahara

114
Pengeluaran’ pada neraca akhir tahun idealnya menunjukkan saldo nihil,
karena sisa UP di bendahara pengeluaran umumnya harus disetor ke Kasda
paling lambat akhir tahun anggaran. Terlebih lagi sisa TU yang harus segera
disetor paling lambat satu bulan setelah tanggal SP2D-TU atau segera
disetor setelah belanja suatu kegiatan selesai dibayarkan. Jika pada neraca
akhir tahun akun ’Kas di Bendahara Pengeluaran’ masih memiliki saldo,
hal ini kemungkinan berasal dari sisa UP/TU yang belum disetor ke Kasda,
ataupun uang pemotongan PPh/PPN yang belum disetor ke Kas Negara.
Akun ’Piutang’ umumnya terkait dengan transaksi pendapatan, yaitu
pada saat pengakuan pendapatan yang sudah menjadi hak pemda/SKPD
dan pada saat penerimaan pembayarannya. Jurnal yang terkait dengan akun
piutang tersebut dapat dilihat pada Subbab C, angka 2.2 (Jurnal Transaksi
Pendapatan-LO). Apabila pada neraca akhir tahun terdapat saldo pada
akun ’Piutang’, hal ini berarti SKPD memiliki tagihan pendapatan yang
sudah menjadi hak pemda/SKPD namun masih belum diterima
pembayarannya. Bagi SKPD yang tidak memiliki kewenangan memungut
pendapatan daerah, akun ini kemungkinan besar tidak akan muncul di
neraca. Pemda dapat menerapkan kebijakan akuntansi untuk penetapan
penyisihan piutang tak tertagih, jurnal untuk penyisihan piutang dan
penghapusan piutang dapat dilihat pada Subab C, angka 4 huruf d (Jurnal
Akuntansi Beban berupa Penyisihan Piutang).
Akun ’Persediaan’ akan muncul di Neraca untuk menunjukkan saldo
nilai persediaan yang masih ada pada akhir tahun. Pada saat SKPD
melakukan belanja persediaan umumnya akan dicatat dengan mendebit
akun ’Belanja/Beban Persediaan’, sehingga untuk mengakui saldo
persediaan yang masih ada pada akhir tahun dilakukan dengan membuat
jurnal penyesuaian akhir tahun. Contoh jurnal penyesuaian untuk mengakui
persediaan akhir dapat dilihat pada Subab C, angka 4 huruf c (Jurnal
Akuntansi Beban berupa Konsumsi Aset). Yang termasuk ke dalam akun
persediaan antara lain mencakup: ATK, persediaan obat-obatan, bahan-
bahan pakai habis lainnya, termasuk barang berupa peralatan/mesin/aset
tetap yang dibeli untuk dijual kembali/diserahkan ke pihak ketiga yang
masih ada pada akhir tahun.
Akun ’Beban Dibayar Dimuka’ akan muncul di Neraca apabila SKPD
membayar dimuka untuk belanja barang dan jasa (bukan belanja modal)
yang manfaatnya lebih dari satu periode akuntansi. Contoh beban ini adalah
sewa gedung/kendaraan dibayar dimuka untuk jangka waktu lebih dari satu

115
tahun anggaran. Transaksi ini sepertinya jarang terjadi dalam prakteknya,
mengingat aturan pelaksanaan anggaran yang mungkin belum
memperkenankan adanya pembayaran sewa (atau belanja lain sejenisnya)
yang sekaligus dibayar dalam suatu tahun anggaran untuk kontrak sewa
beberapa tahun ke depan. Kecuali untuk kondisi tertentu dan/atau jika
secara aturan diperkenankan adanya pembayaran belanja dibayar dimuka,
mungkin transaki ini dapat terjadi. Contoh jurnal untuk mencatat transaksi
ini dapat dilihat pada Subab C, angka 4 huruf b.2 (Beban Dibayar Dimuka).

b. Jurnal Transaksi Aset Tetap


Beberapa contoh jurnal yang terkait dengan aset tetap telah disinggung di
bagian sebelumnya, namun untuk memberikan gambaran yang lebih
sistematis pada bagian ini akan diuraikan mulai dari perolehan aset teap
hingga penghapusannya.
1). Perolehan aset tetap
Aset tetap bergerak, seperti peralatan dan mesin, umumnya diperoleh
dengan cara membeli, sedangkan aset tetap tidak bergerak (tanah,
bangunan, jalan, irigasi, dan sejenisnya) umumnya diperoleh dengan cara
membangun. Dengan kedua cara perolehan tsb aset tetap yang diperoleh
akan dicatat sebesar harga perolehannya, yaitu sebesar harga beli/biaya
konstruksi ditambah biaya-biaya lain yang secara langsung terkait dengan
perolehan aset tersebut hingga siap digunakan. Biaya-biaya apa saja yang
terkait dengan perolehan aset tetap, selain harga beli/biaya konstruksi, dapat
dilihat pada dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) SKPD yang terkait
dengan kegiatan perolehan aset tetap tersebut.
Sedangkan aset tetap yang diperoleh dari hibah atau sumbangan dicatat
sebesar estimasi nilai wajarnya. Berikut akan diberikan contoh penjurnalan
untuk beberapa cara peroleh aset tetap.

a) Apabila aset tetap diperoleh dengan cara membeli atau membangun


maka akan terjadi realisasi belanja modal, sehingga jurnal yang dibuat adalah
sbb.:
Subsistem Akuntansi Pelaksanaan Anggaran (LRA)
Belanja Modal xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx

Subsistem Akuntansi Keuangan (Neraca)

116
Aset Tetap (sesuai jenisnya)* xxx
RK-PPKD atau Kas di Bendahara Pengeluaran** xxx

*)Apabila aset tetap yang diperoleh dengan cara dibangun belum selesai sd
akhir tahun anggaran, maka aset terebut akan dicatat ke akun ’Konstruksi
dalam Pengerjaan”; dan apabila persentasi penyelesaian lebih besar dari
persentase pembayaran, maka selisihnya akan didebit ke akun ’Konstruksi
dalam Pengerjaan’ dan kredit ke akun ’Utang Belanja/Beban’.
**) sesuai cara pembayarannya (LS atau UP/GU/TU).

b) Apabila aset tetap diperoleh dari hibah, maka jurnal yang dibuat hanya di
subsistem akuntansi keuangan sbb.:

Aset Tetap (sesuai jenisnya) xxx


Pendapatan Hibah-LO xxx

c) Apabila sebuah SKPD menerima transfer aset tetap dari SKPD lain pada
pemda yang sama, maka jurnal yang dibuat hanya di subsistem akuntansi
keuangan, sbb.:
SKPD yang melakukan transfer:
Ekuitas xxx
Akumulasi Penyusutan* xxx
Aset Tetap (misal kendaraan) xxx

SKPD yang menerima transfer:


Aset Tetap (misal kendaraan) xxx
Akumulasi Penyusutan* xxx
Ekuitas xxx

*) Apabila aset tetap yang ditransfer tersebut sudah diakui penyusutannya


maka akun penyusutan untuk aset yang ditransfer tsb dihapuskan
(didebitkan) oleh SKPD yang mentransfer, dan sebaliknya dicatat
(dikreditkan) oleh SKPD yang menerima transfer. Tidak ada pengakuan
keuntungan/kerugian dari transfer aset antar SKPD dalam satu Pemda yang
sama.

2). Penyusutan aset tetap

117
Di dalam penerapan SAP Akrual, pengakuan penyusutan aset tetap
sudah menjadi keharusan, bukan opsional seperti pada SAP-CTA (SAP
berbasis kas menuju akrual). Semua aset tetap disusutkan, kecuali untuk
tanah, KDP, dan mungkin beberapa aset tetap tertentu lainnya, sesuai
kebijakan akuntansi yang ditetapkan oleh sebuah pemda, seperti aset tetap
lainnya berupa buku perpustakaan, hewan, pepohonan. Metode
penyusutan yang diterapakan di pemerintah pusat saat ini adalah metode
garis lurus dengan nilai sisa nol. Demikian juga, di dalam Permendagri No.
64/2013 metode penyusutan yang direkomendasikan adalah metode garis
lurus. Nilai penyusutan dengan metode garis lurus dihitung dengan cara
membagi nilai perolehan dengan jumlah tahun masa manfaatnya, dengan
rumus sbb.:

Penyusutan = Nilai Perolehan / Masa Manfaat

Rumus tersebut dengan asumsi nilai sisa dianggap tidak ada (nol).

Penyusutan aset tetap biasanya hanya dicatat sekali di akhir tahun melalui
jurnal penyesuaian, dengan jurnal sbb.:
Beban Penyusutan Aset Tetap xxx
Akumulasi Penyusutan-Aset Tetap xxx

3). Biaya yang dikeluarkan setelah perolehan aset tetap


Aset tetap agar dapat dioperasikan secara normal tentunya
membutuhkan biaya pemeliharaan secara rutin. Biaya untuk pemeliharaan
rutin ini akan dianggarkan di dalam belanja pemeliharaan (belanja barang
dan jasa). Transaksi pembayaran belanja pemeliharaan ini tidak akan
menambah nilai aset tetap yang bersangkutan, akan tetapi hanya
dicatat/dilaporkan sebagai belanja/beban barang dan jasa dengan jurnal sbb.:
Subsistem Akuntansi Pelaksanaan Anggaran (LRA)
Belanja Pemeliharaan xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx

Subsistem Akuntansi Keuangan (LO)


Beban Pemeliharaan xxx
RK-PPKD atau Kas di Bendahara Pengeluaran* xxx
*) tergantung cara pembayarannya

118
Sedangkan untuk perbaikan atau renovasi aset tetap yang sifatnya tidak
rutin akan dikapitalisasi (menambah nilai aset tetap yang bersangkutan)
dengan syarat: (a) nilainya melebihi batas minimal kapitalisasi; (b)
menambah masa manfaat atau meningkatkan nilai ekonomis/kapasitas dari
aset yang bersangkutan. Untuk perbaikan yang sifatnya tidak rutin dan
memenuhi kedua syarat untuk dikapitalisasi akan dianggarkan di dalam
belanja modal. Transaksi pembayaran biaya perbaikan/renovasi ini akan
dicatat dengan jurnal sbb.:
Subsistem Akuntansi Pelaksanaan Anggaran (LRA)
Belanja Modal xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx

Subsistem Akuntansi Keuangan (Neraca)


Aset Tetap (sesuai jenisnya) xxx
RK-PPKD atau Kas di Bendahara Pengeluaran*
xxx
*) tergantung cara pembayarannya

4). Penghapusan aset tetap


Aset tetap akan dihapuskan dengan alasan rusak berat, hilang, atau
alasan lainnya sehingga dapat dihapuskan. Jurnal penghapusan aset tetap
dibuat berdasarkan bukti berupa SK Kepala Daerah (atau pejabat yang
berwenang) tentang penghapusan aset dan berita acara penghapusan.
Berikut contoh penjurnalan untuk beberapa kondisi penghapusan aset
tetap.

(a) Jika aset tetap yang dihapuskan tidak dapat dijual, jurnal yang dibuat
adalah sbb.:
Akumulasi Penyusutan xxx
Kerugian Penghapusan Aset Tetap* xxx
Aset Tetap (sesuai jenis aset yang dihapuskan) xxx

*) akun ’Kerugian Penghapusan Aset Tetap’ digunakan apabila aset tetap


yang dihapuskan masih memiliki nilai buku. Nilai buku adalah selisih
antara harga perolehan aset yang dihapuskan dengan akumulasi
penyusutannya. Apabila penghapusan aset tetap tsb karena alasan yang

119
biasa, akun ’Kerugian Penghapusan Aset Tetap’ akan dilaporkan di LO,
di bawah pos ’Surplus/Defisit Non-Operasional’. Akan tetapi, jika
penghapusan aset tetap tersebut karena hancur/rusak berat akibat
bencana alam/bencana sosial, maka akun ’Kerugian Penghapusan Aset
Tetap’ akan dilaporkan di LO, di bawah ’Pos Luar Biasa’.

(b) Jika aset tetap yang dihapuskan dapat dijual, jurnal yang dibuat adalah
sbb.:

Subsistem Akuntansi Pelaksanaan Anggaran (LRA)


Estimasi Perubahan SAL xxx
Pendapatan Lain-Lain (PAD)-LRA* xxx
*) hasil penjualan aset yang dihapuskan

Subsistem Akuntansi Keuangan (Neraca dan LO)


Kas di Bendahara Pengeluaran/Penerimaan ** xxx
Akumulasi Penyusutan xxx
Defisit Penjualan Aset Tetap * xxx
Aset Tetap (sesuai jenis aset yang dihapuskan) xxx

*) Jika kas hasil penjualan aset tetap lebih kecil dari nilai buku aset tetap ybs,
maka selisihnya akan dicatat ke akun ’Defisit Penjualan Aset Tetap’.
Sebaliknya, Jika kas hasil penjualan aset tetap lebih besar dari nilai buku aset
tetap ybs, maka selisihnya akan dicatat ke akun ’Surplus Penjualan Aset
Tetap’ yang dicatat di sisi kredit.

Jurnal penyetoran hasil penjualan aset ke Kada:


RK-PPKD xxx
Kas di Bendahara Pengeluaran/Penerimaan** xxx

**) Apabila di SKPD tsb ada bendahara penerimaan, maka hasil penjualan
aset tsb dapat diadministrasikan oleh bendahara penerimaan, jika tidak ada,
dapat diadministrasikan oleh bendahara pengeluaran.

c. Jurnal Transaksi Aset Lainnya


Contoh aset lainnya yang sering muncul di neraca SKPD adalah aset
tak berwujud, seperti software aplikasi tertentu yang dirancang khusus untuk

120
memudahkan pekerjaan di dalam pengelolaan keuangan. Di samping itu,
aset tetap yang sudah tidak digunakan lagi, namun belum dihapuskan dapat
direklasfikasi ke aset lainnya. Berikut contoh penjurnalan untuk transaki
aset lainnya.

1) Jurnal untuk mencatat perolehan aset tak berwujud sama seperti jurnal
peroleh aset tetap, yaitu:

Subsistem Akuntansi Pelaksanaan Anggaran (LRA)


Belanja Modal xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx

Subsistem Akuntansi Keuangan (Neraca)


Aset Tak Berwujud xxx
RK-PPKD atau Kas di Bendahara Pengeluaran xxx

Aset tak berwujud tidak disusutkan, namun langsung dihapuskan jika sudah
tidak memberikan manfaat lagi, dengan jurnal:
Subsistem Akuntansi Keuangan (LO dan Neraca)

Kerugian Penghapusan Aset Lainnya xxx


Aset Tak Berwujud xxx

2) Jurnal untuk mencatat reklasifikasi aset tetap yang tidak dapat digunakan lagi
ke aset lainnya adalah sbb.:

Subsistem Akuntansi Keuangan (Neraca)

Akumulasi Penyusutan xxx


Aset Lainnya * xxx
Aset Tetap (sesuai jenis aset yang dihapuskan) xxx

*Aset lainnya dicatat sebesar nilai buku dari aset tetap yang direklas.

Selanjutnya, bila aset lainnya yang berupa aset tetap tersebut


dihapuskan akan dijurnal sbb.:
1) Jika aset yang dihapuskan tsb tidak dapat dijual, jurnal yang dibuat adalah sbb.:

121
Kerugian Penghapusan Aset Lainnya xxx
Aset Lainnya xxx
2) Jika aset yang dihapuskan tsb dapat dijual, jurnal yang dibuat adalah
sbb.:

Subsistem Akuntansi Pelaksanaan Anggaran (LRA)


Estimasi Perubahan SAL xxx
Pendapatan Lain-Lain (PAD)-LRA* xxx
*) hasil penjualan aset yang dihapuskan

Subsistem Akuntansi Keuangan (LO dan Neraca)


Kas di Bendahara Penerimaan/Bendahara Pengeluran xxx
Defisit Penjualan Aset Lainnya* xxx
Aset Lainnya xxx

*) Jika nilai buku aset lainnya lebih besar dari kas hasil penjualan aset tsb,
maka selisihnya dicatat ke akun ’Defisit Penjualan Aset Lainnya’, atau jika
kondisi sebaliknya, maka selisihnya akan dicatat ke akun ’Surplus Penjualan
Aset Lainnya’ yang akan dicatat di sisi kredit.

Jurnal penyetoran hasil penjualan aset ke Kada:


RK-PPKD xxx
Kas di Bendahara Pengeluaran/Penerimaan** xxx

8. Jurnal Transaksi Kewajiban


Kewajiban (utang) yang mungkin muncul di neraca SKPD adalah
kewajiban jangka pendek, antara lain yaitu utang belanja, utang pemotongan
PPH/PPN yang belum disetor ke Kas Negara. Berikut ini akan diuraikan
contoh transaksi kewajiban di SKPD.
a. Jurnal pengakuan utang belanja
Jurnal pengakuan utang belanja umumnya dibuat melalui jurnal
penyesuaian akhir tahun, yaitu untuk mengakui belanja barang atau jasa
yang sudah diterima/dinikmati pemda/SKPD namun belum dibayar hingga
akhir tahun. Jurnal yang dibuat adalah sbb.:
Subsistem Akuntansi Keuangan (LO dan Neraca)
Beban…. xxx
Utang Beban xxx

122
Selanjutnya, jika utang tsb dibayar pada tahun anggaran berikut, jurnal yang
dibuat adalah:
Subsistem Akuntansi Pelaksanaan Anggaran (LRA)
Belanja… xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx

Subsistem Akuntansi Keuangan (Neraca)


Utang Beban… xxx
RK-PPKD atau Kas di Bendahara Pengeluaran xxx

b. Jurnal yang terkait dengan utang PPh/PPN


Jurnal yang terkait dengan utang PPh/PPN berasal dari pembayaran
belanja yang dibayar oleh bendahara pengeluaran (dengan menggunakan
UP/TU). Bendahara pengeluaran memiliki kewajiban untuk
memungut/memotong PPh/PPN atas belanja yang menjadi objek pajak.
Jurnal yang dibuat pada saat memotong/memungut PPh/PPN adalah sbb.:
Subsistem Akuntansi Keuangan (Neraca)
Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
Utang PPh.. xxx
Utang PPN xxx

Sebagai alternatif, jurnal pemotongan/pemungutan PPh/PPN di atas


dapat juga dibuat sekaligus dengan jurnal pembayaran belanja/beban oleh
bendahara pengeluaran, sehingga akun ’Kas di Bendahara Pengeluaran’
dicatat sebesar nilai bersih pembayaran setelah dipotong PPh/PPN, sebagai
berikut:
Beban…. xxx
Utang PPh.. xxx
Utang PPN xxx
Kas di Bendahara Pengeluaran xxx

Selanjutnya, pada saat uang hasil pemotongan PPh/PPN tsb disetorka ke


Kas Negara, berdasarkan bukti berupa SSP (Surat Setoran Pajak) yang
sudah divalidasi oleh bank tempat penyetoran, akan dijurnal sbb.:
Subsistem Akuntansi Keuangan (Neraca)
Utang PPh.. xxx
Utang PPN xxx
Kas di Bendahara Pengeluaran xxx

123
9. Jurnal Transaksi Ekuitas
Akun Ekuitas yang dilaporkan di neraca mencerminkan hak residual
pemda/SKPD. Jurnal yang terkait dengan akun ekuitas umumnya dilakukan
pada saat membuat jurnal penutup pada akhir tahun, yaitu untuk menutup
akun ’Pendapatan-LO’ dan ’Beban’. Jurnal yang dibuat adalah sbb.:
Jurnal untuk menutup akun-akun Pendapatan-LO dan Beban terlebih
dahulu akan ditutup ke akun ’Surplus/Defisit-LO, sbb.:
Pendapatan-LO xxx
Surplus/Defisit-LO* xxx
Beban xxx

*) Akun Surplus/Defisit-LO di debit jika LO SKPD menunjukkan saldo


defisit. Saldo defisit terjadi bila total saldo akun-akun Beban lebih besar
dari total saldo akun-akun Pendapatan-LO. Kondisi yang sebaliknya disebut
surplus, dan jika yang terjadi adalah surplus, maka akun Surplus/Defisit-LO
akan dikredit. SKPD pada umumnya akan melaporkan defisit karena
mereka lebih bersifat cost center. Akun surplus/defisit non-operasional dan
pos luar biasa juga pada akhirnya akan ditutup ke akun ’Ekuitas’.

Melanjutkan jurnal di atas, selanjutnya akun Surplus/Defisit-LO dan RK-


PPKD akan ditutup ke akun Ekuitas, dengan jurnal sbb.:
RK-PPKD xxx
Surplus/Defisit-LO xxx
Ekuitas xxx*

*Ekuitas di kredit jika saldo Surplus/Defisit lebih kecil dari saldo RK-
PPKD. Demikian sebaliknya, Ekuitas akan di debit jika saldo
Surplus/Defisit lebih besar dari saldo RK-PPKD.

D. Ilustrasi Akuntansi SKPD


Untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang penerapan
akuntansi pemda berbasis akrual untuk SKPD, berikut ini akan langsung
diberikan ilustrasi soal dan jawabannya secara komprehensif mulai dari
jurnal, buku besar, neraca saldo sampai disusunnya laporan keuangan
SKPD. Adapun untuk menyederhanakan ilustrasi, transaksi akan dibuat
secara ringkas per jenis transaksi, bukan per tanggal transaksi karena
penekanannya di sini adalah pemahaman tentang bagaimana penjurnalan

124
untuk setiap jenis transaksi yang biasa terjadi pada SKPD, hingga akhirnya
dihasilkan laporan keuangan SKPD.

Ilustrasi Akuntansi SKPD-berbasis akrual


Pemkab Makmur Jaya mulai menerapkan akuntansi berbasis akrual
berdasarkan PP No. 71 Tahun 2010, yang mulai diterapkan sejak T.A.
2013. Berikut ini adalah data-data akuntansi pada Dinas Perhubungan
Kabupaten Makmur Jaya.

Pemkab Makmur Jaya


Dinas Perhubungan
Neraca
Per 31 Januari 2012

ASET Rp KEWAJIBAN Rp
Aset Lancar Kewajiban Jangka
Kas di Bendahara 1.500.000 Pendek 1.350.000
Pengeluaran*) 500.000 Utang PPh 150.000
Persediaan 2.000.000 Utang PPN 1.500.000
Total Aset Lancar
Aset Tetap 250.000.000
Tanah 240.000.000 EKUITAS 639.500.000
Gedung/Bangunan 149.000.000 Ekuitas**
Peralatan dan Mesin 639.000.000
Total Aset Tetap
TOTAL ASET 641.000 TOTAL 641.000
KEWAJIBAN &
EKUITAS
*) Kas di Bendahara Pengeluaran merupakan potongan PPh/PPn yang
belum disetor ke Kas Negara sd akhir tahun 2012.
**)Akun Ekuitas di dalam SAP Akrual tidak dibagi lagi menjadi Ekuitas Dana
Lancar, Ekuitas Dana Diinvestasikan, dsb., karena akun Ekuitas di sini sudah
merupakan Ekuitas yg bersifat full accrual.

125
Ringkasan DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran) Dinas Perhubungan
untuk T.A. 2013 adalah sbb.:

Uraian Jumlah

Retribusi Rp24.000.000

Belanja
Belanja Tidak Langsung:
Belanja Pegawai Rp1.500.000.000
Belanja Langsung:
Belanja Pegawai Rp65.000.000
Belanja Barang dan Jasa 150.000.000
Belanja Modal 120.000.000
Total Belanja Langsung Rp335.000.000
Total Belanja Rp1.835.000.000

Untuk menyederhanakan ilustrasi, transaksi yang terjadi selama Tahun


Anggaran 2013 di Dinas Perhubungan diringkaskan sbb:

a) Bendahara pengeluaran menyetorkan uang PPh dan PPN yang berasal


dari potongan pajak tahun lalu, masing-masing sebesar Rp1.350.000 dan
Rp150.000 ke rekening Kas Negara, berdasarkan bukti transaksi berupa
SSP (Surat Setoran Pajak Pusat).
b) Bendahara pengeluaran menerima uang persediaan (UP) dari BUD
sebesar Rp50.000.000 berdasarkan bukti transaksi berupa SP2D UP.
c) Total realisasi belanja gaji dan tunjangan selama setahun sebesar
Rp1.487.500.000 berdasarkan bukti transaksi berupa SP2D-LS Gaji dan
Tunjangan.
d) Total realisasi belanja modal yang seluruhnya untuk pengadaan peralatan
dan mesin sebesar Rp110.000.000 berdasarkan bukti transaksi berupa
SP2D-LS Belanja Barang.
e) Total realisasi belanja barang dan jasa untuk konsumsi yang dibayar
secara LS sebesar Rp55.000.000 berdasarkan SP2D-LS Belanja Barang
dan Jasa.
f) Surat Ketetapan Retribusi (SKR) yang diterbitkan selama tahun berjalan
sebesar Rp27.000.000.

126
g) Dari jumlah SKR yang diterbitkan selama tahun berjalan, pendapatan
retribusi yang diterima bendahara penerimaan sebesar Rp25.500.000.
Pendapatan yang diterima tersebut telah disetor seluruhnya ke rekening
Kas Daerah, berdasarkan bukti transaksi berupa STS (Surat Tanda
Setoran).
h) Total SPJ belanja UP yang telah disahkan oleh PA selama tahun
anggaran, tidak termasuk SPJ penggunaan UP yang terakhir, adalah sbb.:
Belanja Langsung Jumlah
Belanja Pegawai (honor-honor) Rp53.750.000
Belanja Barang dan Jasa Rp62.500.000
Total Rp116.250.000

i) Total SP2D GU yang diterima selama tahun berjalan untuk mengganti


penggunaan UP yang telah disahkan sesuai dengan data transaksi pada
huruf (g) yaitu sebesar Rp116.250.000.
j) SPJ belanja UP yang terakhir telah disahkan oleh PA pada minggu
terakhir Desember 2013 untuk belanja sbb:
Belanja Langsung Jumlah
Belanja Pegawai (honor-honor) Rp11.000.000
Belanja Barang dan Jasa Rp27.500.000
Total Rp38.500.000

k) Sisa UP telah disetor seluruhnya pada akhir tahun ke rekening Kas


Daerah sebesar Rp11.500.000. Berdasarkan bukti transaksi berupa STS.
l) PPh dan PPN yang dipotong/dipungut oleh bendahara pengeluaran
selama tahun berjalan telah disetor seluruhnya ke rekening Kas Negara
masing-masing sebesar Rp5.235.000 dan Rp8.100.000.

Data akuntansi untuk penyesuaian akhir tahun 2013:


a) Diketahui dari jumlah belanja barang dan jasa selama T.A. 2013, belanja
persediaan selama tahun berjalan sebesar Rp7.700.000. Adapun nilai
persediaan yang masih tersisa pada akhir tahun diestimasi sebesar
Rp1.000.000.
b) Berdasarkan kebijakan akuntansi Pemkab Makmur Jaya, penyusutan
aset tetap mulai diterapkan terhitung T.A. 2013. Semua aset tetap yang
dapat disusutkan dihitung penyusutannya dengan metode garis lurus

127
dengan asumsi nilai residu nol (nihil). Gedung dan Bangunan
disusutkan dengan tarif penyusutan sebesar 2,5% per tahun, sedangkan
peralatan dan mesin disusutkan dengan tarif penyusutan sebesar 10%
per tahunnya. Semua aset tetap (kecuali tanah dan KDP) yang diperoleh
pada tahun berjalan dianggap telah dapat disusutkan untuk setahun
penuh.
c) Tagihan belanja barang dan jasa berupa belanja langganan daya dan jasa
untuk bulan Desember 2013 sebesar Rp15.325.000 belum terbayarkan.

Jawaban ilustrasi soal di atas akan diberikan dengan sistematika berikut:

Bagian I-Proses Akuntansi pada Subsistem Akuntansi Keuangan


Pencatatan secara double entry, mulai dari jurnal, buku besar, neraca saldo
hingga dihasilkan laporan keuangan berupa Laporan Operasional (LO) dan
Neraca SKPD.

Bagaian II-Proses Akuntansi pada Subsistem Akuntansi Pelaksanaan


Anggaran
Pencatatan secara double entry, untuk mencatat pendapatan LRA dan
Belanja hingga dihasilkan laporan keuangan berupa Laporan Realisasi
Anggaran (LRA) SKPD.

BAGIAN I:
PROSES AKUNTANSI PADA SUBSISTEM AKUNTANSI
KEUANGAN

JURNAL UMUM
(Entitas Akuntansi Keuangan)
Tanggal Rekening / uraian Ref. Debit Kredit
(No.
Transaksi)

2013
a Utang PPh 1.350.000
Utang PPN 150.000
Kas di Bendahara 1.500.000
Pengeluaran
(Pembayaran utang PPh/PPN)

128
b Kas di Bendahara Pengeluaran 50.000.000
RK-PPKD 50.000.000
(Penerimaan SP2D UP)
c Beban Gaji dan Tunjangan 1.487.500.000
RK-PPKD 1.487.500.000
(Pembayaran belanja LS gaji&
tunjangan)
d Peralatan dan Mesin 110.000.000
RK-PPKD 110.000.000
(Pembayaran belanja modal-LS)
e Beban Barang dan Jasa 55.000.000
RK-PPKD 55.000.000
(Pembayaran belanja barang dan
jasa-LS)
f Piutang Retribusi 27.000.000
Pendapatan Retribusi 27.000.000
(Pengakuan piutang retribusi
berdasarkan penerbitan SKR)
g Kas di Bendahara Penerimaan 25.500.000
Piutang Retribusi 25.500.000
(Penerimaan pembayaran
piutang retribusi)
RK-PPKD 25.500.000
Kas di Bendahara Penerimaan 25.500.000
(Penyetoran pendapatan ke
Kasda)

h Beban Pegawai-Honor 53.750.000


Beban Barang dan Jasa 62.500.000
Kas di Bendahara Pengeluran 116.250.000
(Pengesahan SPJ belanja UP)
i Kas di Bendahara Pengeluaran 116.250.000
RK-PPKD 116.250.000
(Penerimaan SP2D-GU)

j Beban Pegawai-Honor 11.000.000


Beban Barang dan Jasa 27.500.000
Kas di Bendahara 38.500.000
Pengeluaran
(Jurnal untuk mencatat SPJ
penggunaan UP yang terakhir)

k RK-PPKD 11.500.000

129
Kas di Bendahara 11.500.000
Pengeluaran
(Pengembalian sisa UP akhir
tahun: Rp 50.000.000 – Rp
38.500.000)

l Kas di Bendahara Pengeluaran 13.335.000


Utang PPh 5.235.000
Utang PPN 8.100.000
(Jurnal pemotongah PPh/PPN)

Utang PPh 5.235.000


Utang PPN 8.100.000
Kas di Bendahara 13.335.000
Pengeluaran
(Jurnal penyetoran PPh/PPN)

JURNAL PENYESUAIAN
AKHIR TAHUN:
m Persediaan 500.000
Beban Barang dan Jasa 500.000
(Saldo persediaan mengalami
kenaikan sebesar Rp500.000,
sehingga beban persediaan yang
sudah dicatat dalam akun Beban
Barang dan Jasa harus dikurangi
sebesar jumlah tsb.)

n Beban Penyusutan Aset Tetap 31.900.000


Akumulasi Penyusutan Aset 31.900.000
Tetap
(untuk menyederhanakan
ilustrasi akun beban dan akum
penyusutan dicatat masing2
dengan satu akun).
Penyusutan gedung:
240 jt x 2,5%
Penyusutan peralatan dan
mesin:
(149 jt + 110 jt) x 10%

o Beban Barang dan Jasa 15.325.000


Utang Beban Barang dan Jasa 15.325.000

130
(untuk mencatat utang belanja
langganan daya dan jasa)

BUKU BESAR
(Entitas Akuntansi Keuangan)

Nama Rek. : Kas di Bendahara Penerimaan


No. Rek. :
Tgl Uraian Ref Debit Kredit Saldo
Debit Kredit
g Penerimaan Retribusi 25.500.000 25.500.000
Penyetoran Retribusi 25.500.000 -
ke Kasda

Nama Rek. : Kas di Bendahara Pengeluaran


No. Rek. :
Tgl Uraian Ref Debit Kredit Saldo
Debit Kredit
Jan Saldo awal 1.500.000
1
a Penyetoran 1.500.000 -
PPh/PPN
b Penerimaan UP 50.000.000 50.000.000
h SPJ belanja UP 116.250.000
i SP2D GU 116.250.000 50.000.000
j SPJ Pembayaran 38.500.000 11.500.000
Honor dan Belanja
Barang dan Jasa
k Penyetoran sisa UP 11.500.000 -
ke Kasda
l Pemotongan 13.335.000 -
PPH/PPN
Penyetoran 13.335.000 -
PPH/PPN

Nama Rek. : Piutang Retribusi


No. Rek. :
Tgl Uraian Ref Debit Kredit Saldo
Debit Kredit

131
f Penerbitan SKR 27.000.000 27.000.000
g Penerimaan retribusi 25.500.000 1.500.000

Nama Rek. : Persediaan


No. Rek. :
Tgl Uraian Ref Debit Kredit Saldo
Debit Kredit
Jan 1 Saldo awal 500.000
k Jurnal penyesuaian 500.000 1.000.000
kenaikan saldo persediaan
akhir

Nama Rek. : Tanah


No. Rek. :
Tgl Uraian Ref Debit Kredit Saldo
Debit Kredit
Jan 1 Saldo awal 250.000.000

Nama Rek. : Gedung


No. Rek. :
Tgl Uraian Ref Debit Kredit Saldo
Debit Kredit
Jan 1 Saldo awal 240.000.000

Nama Rek. : Peralatan dan Mesin


No. Rek. :
Tgl Uraian Ref Debit Kredit Saldo
Debit Kredit
Jan Saldo awal 149.000.000
1
Pengadaan peralatan 110.000.000 259.000.000
dan mesin

Nama Rek. : Akumulasi Penyusutan Aset Tetap


No. Rek. :
Tgl Uraian Ref Debit Kredit Saldo

132
Debit Kredit
Jan 1 Saldo awal -
n Penyusutan tahun 2013 31.900.000 31.900.000

Nama Rek. : Utang PPh


No. Rek. :
Tgl Uraian Ref Debit Kredit Saldo
Debit Kredit
Jan 1 Saldo awal 150.000
a Penyetoran PPh 150.000 -
l Pemotongan PPh 5.235.000 5.235.000
Penyetoran PPh 5.235.000 -

Nama Rek. : Utang PPN


No. Rek. :
Tgl Uraian Ref Debit Kredit Saldo
Debit Kredit
Jan Saldo awal 1.350.000
1
a Penyetoran PPN 1.350.000 -
l Pemotongan PPN 8.100.000 8.100.000
penyetoran PPN 8.100.000 -

Nama Rek. : Utang Beban Barang dan Jasa


No. Rek. :
Tgl Uraian Ref Debit Kredit Saldo
Debit Kredit
o Utang/tagihan 15.325.000 15.325.000
langganan daya dan jasa

Nama Rek. : Ekuitas


No. Rek. :
Tgl Uraian Ref Debit Kredit Saldo
Debit Kredit
Jan 1 Saldo awal 639.500.000

133
Nama Rek. : RK-PPKD
No. Rek. :
Tgl Uraian Ref Debit Kredit Saldo
Debit Kredit
b Penerimaan UP 50.000.000 50.000.000
c Belanja gaji dan 1.487.500.000 1.537.500.000
tunjangan
d belanja modal 110.000.000 1.647.500.000
e belanja barang 55.000.000 1.702.500.000
dan jasa (LS)
g Penyetoran 25.500.000 1.677.000.000
retribusi ke
Kasda
i Penerimaan 116.250.000 1.793.250.000
SP2D GU
k Penyetoran sisa 11.500.000 1.781.750.000
UP

Nama Rek. : Pendapatan Retribusi-LO


No. Rek. :
Tgl Uraian Ref Debit Kredit Saldo
Debit Kredit
f Penerbitan SKR 27.000.000 27.000.000

Nama Rek. : Beban Pegawai-Gaji dan Tunjangan


No. Rek. :
Tgl Uraian Ref Debit Kredit Saldo
Debit Kredit
c Pembayaran gaji 1.487.500.000 1.487.500.000
dan tunjangan

Nama Rek. : Beban Pegawai-Honor


No. Rek. :
Tgl Uraian Ref Debit Kredit Saldo
Debit Kredit
h SPJ belanja honor 53.750.000 53.750.000
pegawai UP

134
j SPJ belanja honor 11.000.000 64.750.000
pengawai UP

Nama Rek. : Beban Barang dan Jasa


No. Rek. :
Tgl Uraian Ref Debit Kredit Saldo
Debit Kredit
e Belanja barang dan jasa 55.000.000 55.000.000
–LS
h SPJ belanja barang dan 62.500.000 117.500.000
jasa UP
j SPJ belanja barang dan 27.500.000 145.000.000
jasa UP
k Kenaikan persediaan 500.000 144.500.000
akhir
o beban yang belum 15.325.000 159.825.000
dibayar sd akhir tahun

Nama Rek. : Beban Penyusutan Aset Tetap


No. Rek. :
Tgl Uraian Ref Debit Kredit Saldo
Debit Kredit
n Penyusutan tahun 2013 31.900.000 31.900.000

NERACA SALDO
(Entitas Akuntansi Keuangan)

Pemerintah Kabupaten Makmur Jaya


Dinas Perhubungan
Neraca Saldo
Per 31 Desember 2013
No. Rek. Nama Rekening Debit Kredit

1.xxx Kas di Bendahara Penerimaan -


1.xxx Kas di Bendahara Pengeluaran -
1.xxx Piutang Retribusi 1.500.000
1.xxx Persediaan 1.000.000

135
1.xxx Tanah 250.000.000
1.xxx Gedung 240.000.000
1.xxx Peralatan dan Mesin 259.000.000
1.xxx Akumulasi Penyusutan Aset Tetap 31.900.000
2.xxx Utang PPh -
2.xxx Utang PPN
3.xxx Utang Beban Barang dan Jasa 15.325.000
3.xxx Ekuitas 639.500.000
3.xxx RK-PPKD 1.781.750.000
8.xxx Pendapatan Retribusi-LO 27.000.000
9.xxx Beban Pegawai - Gaji dan 1.487.500.000
Tunjangan
9.xxx Beban Pegawai-Beban Honor 64.750.000
9.xxx Beban Barang dan Jasa 159.825.000
9.xxx Beban Penyusutan 31.900.000

JUMLAH 2.495.475.000 2.495.475.000


*Neraca Saldo ini setelah memasukkan ayat jurnal penyesuaian

Catatan: Jumlah kolom debit dan kredit pada Neraca Saldo di atas harus seimbang
(balance), apabila tidak, berarti ada kesalahan yang mungkin terjadi pada saat
mencatat jumlah pada jurnal, buku besar, atau pada saat memindahkan saldo
rekening buku besar ke neraca saldo, atau mungkin salah menempatkan posisi
saldo, misalnya yang seharusnya di debit tetapi ditempatkan di kredit, atau
sebaliknya.
LAPORAN KEUANGAN
(Entitas Akuntansi Keuangan)

Pemerintah Kabupaten Makmur Jaya


Dinas Perhubungan
Laporan Operasional
Untuk Tahun Anggaran yang Berakhir 31 Desember 2013
Uraian Jumlah
PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pendapatan Retribusi 27.000.000
BEBAN
Beban Pegawai (Gaji dan Tunjangan + Honor2) 1.552.250.000
Beban Barang dan Jasa 159.825.000
Beban Penyusutan 31.900.000
Jumlah Beban 1.743.975.000
SURPLUS (DEFISIT) LO (1.716.975.000)

136
Pemerintah Kabupaten Makmur Jaya
Dinas Perhubungan
Neraca
Per 31 Desember 2013
ASET Rp KEWAJIBAN Rp
Aset Lancar Kewajiban Jangka
Kas di Bendahara - Pendek 15.325.000
Penerimaan - Utang Beban
Kas di Bendahara 1.500.000 Barang/Jasa
Pengeluaran 1.000.000
Piutang Retribusi 2.500.000 639.500.000
Persediaan EKUITAS *)
Total Aset Lancar Ekuitas awal tahun (1.716.975.000)
250.000.000 Ekuitas untuk 1.781.750.000
Aset Tetap 240.000.000 Konsolidasi:
Tanah 259.000.000 Surplus (Defisit)-LO 64.775.000
Gedung/Bangunan (31.900.000) RK-PPKD 704.275.000
Peralatan dan Mesin 717.100.000 Selisih Surplus (Defisit)-
Akum. Penyusutan LO dan RK-PPKD
Total Aset Tetap Ekuitas akhir tahun
TOTAL
TOTAL ASET 719.600.000 KEWAJIBAN & 719.600.000
EKUITAS

Keterangan:
*)Tidak perlu dibuatkan Laporan Perubahan Ekuitas tersendiri untuk
memudahkan pengonsolidasian Neraca PPKD dan Neraca seluruh SKPD.
Laporan Perubahan Ekuitas cukup dibuatkan di dalam Laporan Keuangan
di Tingkat Pemda (Laporan Keuangan Konsolidasian)

Neraca dapat disajikan dengan dua macam format, yaitu format I (I-
accounts) dan format T (T-accounts). Untuk tujuan kesederhaan, pada
ilustrasi neraca di atas disajikan dengan format T. Akan tetapi, neraca yang
secara formal disusun oleh pemda umumnya berupa neraca komparatif
dengan menggunakan format I. Neraca komparatif yang dimaksud adalah
neraca dengan penyajian saldo untuk dua tahun berturut-turut, dengan
maksud untuk memberikan perbandingan antara saldo akhir tahun berjalan
dengan saldo akhir tahun sebelumnya, sehingga dapat memberikan
gambaran mengenai kenaikan atau penurunan dari setiap saldo akun neraca

137
yang disajikan. Format I (I-accounts) yaitu format neraca yang menyajikan
pos aset, kewajiban dan ekuitas secara vertikal, dengan pos aset ditempatkan
di posisi atas, kemudian disusul di bawahnya dengan pos kewajiban, dan
terakhir pos ekuitas di bagian paling bawah. Contoh neraca dengan format
I telah diilustrasikan di Bab 2.

AYAT JURNAL PENUTUP*

(Entitas Akuntansi Keuangan)


JURNAL UMUM

Tanggal Rekening / uraian Ref. Debit Kredit


(No.
Transaksi)

2013
Des 31 Pendapatan Retribusi-LO 27.000.000
Surplus (Defisit)-LO 1.716.975.000
Beban Pegawai - Gaji dan 1.487.500.000
Tunjangan
Beban Pegawai-Beban 64.750.000
Honor
Beban Barang dan Jasa 159.825.000
Beban Penyusutan 31.900.000

31 RK-PPKD 1.781.750.000
Surplus (Defisit)-LO 1.716.975.000
Ekuitas 64.775.000

*)Tujuan ayat jurnal penutup adalah untuk menutup (menihilkan) akun-


akun yang sifatnya sementara, yaitu semua akun yang masuk dalam LO dan
akun resiprokan (RK-PPKD). Teknik membuat jurnal penutup pada
prinsipnya sederhana, yaitu dengan mendebitkan akun-akun yang bersaldo
debit, dan mengkreditkan akun-akun yang bersaldo debit. Contoh, akun
pendapatan semua bersaldo kredit, maka untuk menutupnya, akun-akun
pendapatan tersebut di dalam jurnal penutup akan dicatat di sebelah debit.
Dengan cara yang sama, untuk menutup akun-akun beban di dalam jurnal
penutup akun-akun beban dicatat di sisi kredit.

138
Setelah ayat jurnal penutup di atas diposting ke buku besar, maka akun-
akun buku besar yang masih terbawa ke periode selanjutnya hanya terdiri
dari akun-akun neraca yang merupakan akun riil/permanen. Berikut neraca
saldo setelah tutup buku.

NERACA SALDO SETELAH TUTUP BUKU


(Entitas Akuntansi Keuangan)

Pemerintah Kabupaten Makmur Jaya


Dinas Perhubungan
Neraca Saldo
Per 31 Desember 2013

No. Rek. Nama Rekening Debit Kredit

1.xxx Kas di Bendahara Penerimaan -


1.xxx Kas di Bendahara Pengeluaran -
1.xxx Piutang Retribusi 1.500.000
1.xxx Persediaan 1.000.000
1.xxx Tanah 250.000.000
1.xxx Gedung 240.000.000
1.xxx Peralatan dan Mesin 259.000.000
1.xxx Akumulasi Penyusutan Aset 31.900.000
Tetap
2.xxx Utang PPh -
2.xxx Utang PPN -
3.xxx Utang Beban Barang dan Jasa 15.325.000
3.xxx Ekuitas 704.275.000
Jumlah 751.500.000 751.500.000

BAGIAN II:
PROSES AKUNTANSI PADA SUBSISTEM AKUNTANSI
PELAKSANAAN ANGGARAN

JURNAL UMUM
(Entitas Akuntansi Pelaksanaan Anggaran)

139
Tanggal Rekening / uraian Ref. Debit Kredit
(No.
Transaksi)

2013
Estimasi Pendapatan Retribusi 24.000.000
Estimasi Perubahan SAL 1.811.000.000
Apropriasi Belanja 1.835.000.000
(Jurnal Anggaran)
c Belanja Gaji dan Tunjangan 1.487.500.000
Estimasi Perubahan SAL 1.487.500.000

d Belanja Modal 110.000.000


Estimasi Perubahan SAL 110.000.000

e Belanja Barang dan Jasa 55.000.000


Estimasi Perubahan SAL 55.000.000

g Estimasi Perubahan SAL 25.500.000


Pendapatan Retribusi-LRA 25.500.000

h Belanja Pegawai-Honor 53.750.000


Belanja Barang dan Jasa 62.500.000
Estimasi Perubahan SAL 116.250.000
(SPJ penggunaan UP belanja
barang dan jasa (tidak termasuk
SPJ penggunaan UP yang
terakhir)
j Belanja Pegawai-Honor 11.000.000
Belanja Barang dan Jasa 27.500.000
Estimasi Perubahan SAL 38.500.000
(SPJ penggunaan UP terakhir
untuk belanja barang dan jasa)

BUKU BESAR
(Entitas Akuntasi Pelaksanaan Anggaran)

Nama Rek. : Estimasi Pendapatan


No. Rek. :
Tgl Uraian Ref Debit Kredit Saldo
Debit Kredit

140
Jan Penetapan anggaran 24.000.000 24.000.000
2013

Nama Rek. : Apropriasi Belanja


No. Rek. :
Tgl Uraian Ref Debit Kredit Saldo
Debit Kredit
Jan Penetapan anggaran 1.835.000.000 1.835.000.000
2013

Nama Rek. : Estimasi Perubahan SAL


No. Rek. :
Tgl Uraian Ref Debit Kredit Saldo
Debit Kredit
Jan Penetapan 1.811.000.000 1.811.000.000
2013 anggaran
c Belanja 1.487.500.000 323.500.000
Gaji&Tunj
d Belanja 110.000.000 213.500.000
modal
e Belanja 55.000.000 158.500.000
barang &
jasa
g Penerimaan 25.500.000 184.000.000
pendapatan
retribusi
h SPJ belanja 116.250.000 67.750.000
UP
j SPJ belanja 38.500.000 29.250.000
UP yang
terakhir

Nama Rek. : Pendapatan Retribusi-LRA


No. Rek. :
Tgl Uraian Ref Debit Kredit Saldo
Debit Kredit
g Penerimaan retribusi ke 25.500.000 25.500.000
Kasda dengan STS No...

141
Nama Rek. : Belanja Pegawai-Gaji dan Tunjangan
No. Rek. :
Tgl Uraian Ref Debit Kredit Saldo
Debit Kredit
c Pembayaran gaji dan 1.487.500.000 1.487.500.000
tunjangan-SP2D LS

Nama Rek. : Belanja Pegawai-Honor


No. Rek. :
Tgl Uraian Ref Debit Kredit Saldo
Debit Kredit
h SPJ penggunaan UP 53.750.000 53.750.000
belanja pegawai/honor2
(tidak termasuk SPJ
penggunaan UP yang
terakhir)
j SPJ penggunaan UP 11.000.000 64.750.000
terakhir untuk belanja
pegawai/honor2

Nama Rek. : Belanja Barang dan Jasa


No. Rek. :
Tgl Uraian Ref Debit Kredit Saldo
Debit Kredit
e Belanja barang dan jasa 55.000.000 55.000.000
–LS
h SPJ penggunaan UP 62.500.000 117.500.000
belanja barang dan jasa
(tidak termasuk SPJ
penggunaan UP yang
terakhir)
j SPJ penggunaan UP 27.500.000 145.000.000
terakhir untuk belanja
barang dan jasa

Nama Rek. : Belanja Modal


No. Rek. :
Tgl Uraian Ref Debit Kredit Saldo

142
Debit Kredit
d Belanja Modal-Peralatan 110.000.000 110.000.000
dan Mesin, SP2D LS

NERACA SALDO
(Entitias Pelaksanaan Anggaran)

Pemerintah Kabupaten Makmur Jaya


Dinas Perhubungan
Neraca Saldo
Per 31 Desember 2013

No. Nama Akun/Rek Debit Kredit


Rek
3.xxx Estimasi Pendapatan 24.000.000
3.xxx Apropriasi Belanja 1.835.000.000
3.xxx Estimasi Perubahan SAL 29.250.000
4.xxx Pendapatan Retribusi-LRA 25.500.000
5.xxx Belanja Pegawai - Gaji dan Tunjangan 1.487.500.000
5.xxx Belanja Pegawai-Beban Honor 64.750.000
5.xxx Belanja Barang dan Jasa 145.000.000
5.xxx Belanja Modal 110.000.000
Jumlah 1.860.500.000 1.860.500.000

LAPORAN REALISASI ANGGRAN SKPD


(Entitas Akuntansi Pelaksanaan Anggaran)
Proses akuntansi pada subsistem akuntansi pelaksanaan anggaran akan
menghasilkan laporan keuangan berupa laporan realisasi anggaran. SKPD
tidak perlu menyusun Laporan Perubahan SAL maupun Laporan Arus
Kas. SAL adalah akumulasian dari SiLPA. SiLPA merupakan jumlah kas
yang dimiliki oleh Pemda. Sementara itu, SKPD tidak diperkenankan
menahan kas di bendahara SKPD hingga akhir tahun berlalu.

143
Pemerintah Kabupaten Makmur Jaya
Dinas Perhubungan
Laporan Realisasi Anggaran
Untuk Tahun Anggaran yang Berakhir 31 Desember 2013

(1) LRA Format Permendagri 13/2006)


Uraian Anggaran Realisasi Selisih Capaian
(Rp) (Rp) Lebih
(Kurang)
(Rp)
(1) (2) (3) (4)=(3) – (2) (5)=(3)/(2)
PENDAPATAN

Pendapatan Retribusi 24.000.000 25.500.000 1.500.000 106%

BELANJA
Belanja Tidak
Langsung: 1.500.000.000 1.487.500.000 (12.500.000) 99,16%
Belanja Pegawai-
Gaji dan Tunjangan
Belanja Langsung:
Belanja Pegawai- 65.000.000 64.750.000 (250.000) 99,61%
Honor2 150.000.000 145.000.000 (5.000.000) 96,67%
Belanja Barang dan 120.000.000 110.000.000 (10.000.000) 91,67%
Jasa
Belanja Modal
Total Belanja 335.000.000 319.750.000 (15.250.000) 95,44%
Langsung
Total Belanja 1.835.000.000 1.807.250.000 (27.750.000) 98,49%
Surplus (Defisit) (1.811.000.000) (1.781.750.000) (29.250.000)

Pemerintah Kabupaten Makmur Jaya


Dinas Perhubungan
Laporan Realisasi Anggaran
Untuk Tahun Anggaran yang Berakhir 31 Desember 2013

(2) LRA Format SAP


Uraian Anggaran Realisasi Selisih Capaian
(Rp) (Rp) Lebih
(Kurang)
(Rp)

144
(1) (2) (3) (4)=(3) – (2) (5)=(3)/(2)
PENDAPATAN

Pendapatan 24.000.000 25.500.000 1.500.000 106%


Retribusi

BELANJA
Belanja Operasi
Belanja Pegawai
(Gaji, Tunjangan 1.565.000.000 1.552.250.000 (12.750.000) 99,19%
dan Honor2) 150.000.000 145.000.000 (5.000.000) 96,67%
Belanja Barang
dan Jasa
Belanja Modal
Belanja Modal 120.000.000 110.000.000 (10.000.000) 91,67%
Peralatan dan
Mesin
Total Belanja 1.835.000.000 1.807.250.000 (27.750.000) 98,49%
Surplus (Defisit) (1.811.000.000) (1.781.750.000) (29.250.000)

AYAT JURNAL PENUTUP


(Entitas Akuntansi Pelaksanaan Anggaran)

JURNAL UMUM

Tanggal Rekening / uraian Ref. Debit Kredit


(No.
Transaksi)

2013
Des, Apropriasi Belanja 1.835.000.000
31
Estimasi Perubahan SAL 1.811.000.000
Estimasi Pendapatan 24.000.000
Retribusi
(Menutup akun-akun Anggaran)

Pendapatan Retribusi-LRA 25.500.000


Estimasi Perubahan SAL 1.781.750.000

145
Belanja Gaji dan Tunjangan 1.487.500.000
Belanja Pegawai-Beban 64.750.000
Honor
Belanja Barang dan Jasa 145.000.000
Belanja Modal 110.000.000
(Menutup akun-akun
pelaksanaan anggaran)

Setelah ayat jurnal penutup di atas di posting ke akun-akun buku besar


entitas akuntansi pelaksanaan anggaran, maka akun-akun tsb akan bersaldo
nihil. Dengan demikian, saldo dari akun-akun pelaksanaan anggaran tsb
tidak berlanjut/diakumulasikan dengan jumlah realisasi anggaran pada
tahun-tahun berikutnya.

146
SOAL LATIHAN

A. SOAL TEORI
PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT !
1. Berikut ini adalah komponen laporan keuangan yang dihasilkan dari
akuntansi berbasis akrual, kecuali:
a. Laporan Operasional (LO)
b. Neraca
c. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
d. Laporan Perubahan Ekuitas

2. Belanja modal akan dilaporkan di dalam komponen laporan


keuangan berikut:
a. LO
b. LRA
c. LRA dan LO
d. Laporan Perubahan Ekuitas

3. Surplus/defisit-LO akan berpengaruh langsung terhadap akun


berikut:
a. SiLPA
b. Ekuitas
c. SiLPA dan Ekuitas
d. Kas

4. Surplus/defisit-LRA akan berpengaruh langsung terhadap akun


berikut:
a. SiLPA
b. Ekuitas
c. SiLPA dan Ekuitas
d. Dana Cadangan

5. Beban penyusutan aset tetap akan dilaporkan di dalam:


a. LRA
b. LO
c. Laporan Perubahan SAL
d. LO dan Laporan Perubahan SAL

147
DATA UNTUK SOAL NO. 6 sd 8
PENDAPATAN-LRA (BASIS KAS) VS PENDAPATAN-LO (BASIS
AKRUAL)
Data Pendapatan untuk T.A. 2013:
- Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKP) dan dan Surat Ketetapan
Retribusi (SKR) yang diterbitkan selama T.A 2013 berjumlah Rp
15.000.000.000. Dari jumlah tersebut telah diterima
pembayarannya sebesar Rp 14.850.000.000.
- Saldo piutang pendapatan pajak/retribusi daerah per 31 Desember
2012 sebesar Rp135.000.000. Dari jumlah tersebut diterima
pembayarannya pada T.A 2013 sebesar Rp120.000.000.

6. Berdasarkan data di atas, jumlah Pendapatan Pajak dan Retribusi


Daerah-LRA (yang dilaporkan di Laporan Realisasi Anggaran)
untuk T.A. 2013 berjumlah:
a. Rp 14.850.000.000
b. Rp 15.000.000.000
c. Rp 15.120.000.000
d. Rp 14.970.000.000

7. Berdasarkan data di atas, jumlah Pendapatan Pajak dan Retribusi


Daerah-LO (yang dilaporkan di dalam Laporan Operasional) untuk
T.A. 2013 berjumlah:
a. Rp 14.850.000.000
b. Rp 15.000.000.000
c. Rp 15.120.000.000
d. Rp 14.970.000.000

8. Berdasarkan data di atas, jumlah Piutang Pajak dan Retribusi


Daerah per 31 Desember 2013 adalah:
a. Rp 165.000.000
b. Rp 150.000.000
c. Rp 15.000.000.000
d. Rp 15.135.000.000

148
DATA UNTUK SOAL NO. 9 sd 10
BELANJA-LRA (BASIS KAS) VS BEBAN-LO (BASIS AKRUAL)
Data Belanja untuk T.A. 2013:
- Pembayaran Belanja Pegawai
Rp 784.240.000
- Pembayaran Belanja Barang dan Jasa (termasuk pembayaran
Utang Belanja Barang dan Jasa dari tahun lalu sebesar
Rp5.500.000) Rp 426.750.000
- Pembayaran Belanja Modal
Rp 88.000.000
- Beban Penyusutan Aset Tetap
Rp 50.000.000
- Tagihan Belanja Barang dan Jasa tahun berjalan (TA 2013)
yang belum terbayar
Rp 3.500.000

9. Berdasarkan data di atas, jumlah total Belanja-LRA T.A. 2013


berjumlah:
a. Rp 1.298.990.000
b. Rp 1.293.490.000
c. Rp 1.348.990.000
d. Rp 1.352.490.000

10. Berdasarkan data di atas, jumlah total Beban-LO T.A. 2013


berjumlah:
a. Rp 1.298.990.000
b. Rp 1.258.990.000
c. Rp 1.255.490.000
d. Rp 1.208..990.000

B. PROBLEM
PROBELM 1
Berikut ini adalah ringkasan DPA Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Pemkab Maju Jaya untuk TA. 2013:
Uraian Jumlah

Retribusi Rp 135.000.000

149
Belanja
Belanja Tidak Langsung:
Belanja Pegawai-Gaji dan Tunjangan Rp 1.235.000.000
Belanja Langsung:
Belanja Pegawai-Honorarium Rp 260.000.000
Belanja Barang dan Jasa 370.000.000
Belanja Modal 320.000.000
Total Belanja Langsung Rp 950.000.000

Transaksi yang terjadi selama Tahun Anggaran 2013 di Dinas Perindustrian


dan Perdagangan Pemkab Maju Jaya diringkaskan sbb:

a) Total SP2D-LS gaji dan tunjangan sebesar Rp1.215.000.000.


b) Diterima SP2D-UP sebesar Rp 75.000.000.
c) Total SP2D-LS belanja modal renovasi gedung kantor sebesar
Rp275.000.000.
d) Total SPJ belanja UP yang telah disahkan oleh PA selama tahun
anggaran (tidak termasuk SPJ penggunaan UP yang terakhir) adalah
sbb.:

Belanja Langsung Jumlah


Belanja Pegawai (honor-honor) Rp 175.000.000
Belanja Barang dan Jasa Rp 286.000.000
Total Rp 461.000.000

e) Total SP2D GU yang diterima selama tahun berjalan untuk mengganti


penggunaan UP yang telah disahkan sesuai dengan data transaksi pada
huruf (d) di atas.
f) Dari jumlah SKR yang diterbitkan selama tahun berjalan, pendapatan
retribusi yang diterima bendahara penerimaan sebesar Rp142.000.000.
g) Pendapatan yang diterima pada butir (f) tersebut telah disetor seluruhnya
ke rekening Kas Daerah.
h) Diterima SP2D-TU sebesar Rp 132.000.000 dengan rencana rincian
penggunaan sbb.:

150
Belanja Langsung Jumlah
Belanja Pegawai (honor-honor) Rp 70.000.000
Belanja Barang dan Jasa Rp 42.000.000
Total Rp 112.000.000

i) SPJ belanja TU yang telah disahkan oleh PA sebesar Rp131.200.000


dengan rincian sbb.:

Belanja Langsung Jumlah


Belanja Pegawai (honor-honor) Rp 70.000.000
Belanja Barang dan Jasa Rp 41.200.000
Total Rp 111.200.000

j) Sisa dana TU telah disetorkan seluruhnya ke Kas Daerah (Saudara


diminta untuk menghitung sendiri jumlah sisa TU yang disetor tsb).
k) Terdapat kelebihan pembayaran belanja perjalanan dinas yang telah di
SPJ-kan dalam tahun berjalan sebesar Rp 700.000. Jumlah tersebut telah
dikembalikan/disetorkan ke Kas Daerah. (catat ke rekening
belanja/beban barang dan jasa)
l) SPJ belanja UP yang terakhir telah disahkan oleh PA pada minggu
terakhir Desember 2013 untuk belanja sbb:

Belanja Langsung Jumlah


Belanja Pegawai (honor-honor) Rp 8.000.000
Belanja Barang dan Jasa Rp 27.500.000
Belanja Modal Peralatan Rp 33.000.000
Total Rp 68.500.000

m) Sisa UP telah disetor seluruhnya pada akhir tahun ke rekening Kas


Daerah. (Saudara diminta untuk menghitung sendiri sisa UP tersebut).
n) Tagihan retribusi yang belum diterima sd akhir tahun 2013 sebesar Rp
2.500.000.

d) Nilai persediaan akhir tahun sebesar Rp 3.600.000, sedangkan nilai


persediaan awal tahun berjumlah Rp 2.000.000.
e) Penyusutan aset tetap tahun ini dihitung sebesar Rp 85.000.000.

151
DIMINTA:
A. Membuat jurnal untuk mencatat transaksi di atas di dalam SAK
B. Menyusun LRA
C. Membuat jurnal untuk mencatat transaksi di atas di dalam SAPA
D. Menyusun LO

PROBLEM 2
Berikut ini disajikan data Neraca Saldo sebelum penyesuaian akhir tahun
dan data untuk penyesuaian akhir tahun yang terdapat di Dinas Kebersihan
dan Pertamanan Pemkot Perjuangan pada akhir tahun 2013.

Pemerintah Kota Perjuangan


Dinas Kebersihan dan Pertamanan

Neraca Saldo Sebelum Penyesuaian


(Entitas Akuntansi Keuangan)
Per 31 Desember 2013
No. Rek. Nama Rekening Jumlah

1.xx Kas di Bendahara Penerimaan -


1.xx Kas di Bendahara Pengeluaran -
1.xx Piutang Retribusi 1.500.000
1.xx Persediaan 500.000
1.xx Tanah 250.000.000
1.xx Gedung 240.000.000
1.xx Peralatan dan Mesin 259.000.000
1.xx Akumulasi Penyusutan Aset Tetap -
2.xx Utang PPh dan PPN -
3.xx Utang Beban Barang dan Jasa -
3.xx Ekuitas 639.500.000
3.xx RK-PPKD 1.781.750.000
8.xx Pendapatan Retribusi-LO 27.000.000
9.xx Beban Pegawai - Gaji dan Tunjangan 1.487.500.000
9.xx Beban Pegawai-Beban Honor 64.750.000
9.xx Beban Barang dan Jasa 145.000.000

152
9.xx Beban Penyusutan -

Neraca saldo di atas belum memperhitungkan data penyesuaian akhir tahun


2013 sebagai berikut:
a) Pembelian persediaan selama tahun berjalan dicatat ke dalam akun
’Beban Barang dan Jasa’. Adapun nilai persediaan yang masih tersisa
pada akhir tahun diestimasi sebesar Rp1.000.000.
b) Gedung dan Bangunan disusutkan dengan tarif penyusutan sebesar
2,5% per tahun dari harga perolehannya, sedangkan peralatan dan
mesin disusutkan dengan tarif penyusutan sebesar 10% per tahun dari
harga perolehannya.
c) Tagihan belanja barang dan jasa berupa belanja langganan daya dan
jasa untuk bulan Desember 2013 sebesar Rp15.325.000 belum
terbayarkan.

DIMINTA:
a) Buatlah ayat jurnal penyesuaian yang diperlukan pada akhir tahun!
b) Susun Neraca Saldo setelah ayat jurnal penyesuaian !
c) Susun LO
d) Susun LPE; dan
e) Susun Neraca.

PROBLEM 3
Berikut ini disajikan data akuntansi yang terkait dengan transaksi pada Dinas
Perhubungan Pemkab Stan-Jaya selama Tahun Anggaran (TA) 2013.
1) Neraca Saldo per 1 Januari 2013
Persediaan Rp 1.200.000
Tanah Rp 875.000.000
Peralatan dan Mesin Rp 750.000.000
Gedung dan Bangunan Rp 2.400.000.000
Kewajiban -

2) Ringkasan DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran) Dinas


Perhubungan untuk T.A. 2013 adalah sbb.:

153
Uraian Jumlah

Retribusi Rp 85.000.000

Belanja
Belanja Tidak Langsung:
Belanja Pegawai-Gaji dan Tunjangan Rp 1.450.000.000
Belanja Langsung:
Belanja Pegawai-Honorarium Rp 75.000.000
Belanja Barang dan Jasa 140.000.000
Belanja Modal 115.000.000
Total Belanja Langsung Rp 330.000.000
Total Belanja Rp 1.780.000.000

3) Ringkasan transaksi selama tahun anggaran 2013 adalah sbb:

a) Bendahara pengeluaran menerima uang persediaan (UP) dari BUD


sebesar Rp75.000.000 berdasarkan bukti transaksi berupa SP2D
UP.
b) Total realisasi belanja gaji dan tunjangan selama setahun sebesar
Rp1.387.500.000 berdasarkan bukti transaksi berupa SP2D-LS Gaji
dan Tunjangan.
c) Total realisasi belanja modal yang seluruhnya untuk pengadaan
peralatan dan mesin sebesar Rp110.000.000 berdasarkan bukti
transaksi berupa SP2D-LS Belanja Barang dan Jasa.
d) Pendapatan retribusi yang telah menjadi hak pemda untuk tahun
berjalan, telah diterima seluruhnya oleh bendahara penerimaan
sebesar Rp88.500.000.
e) Seluruh pendapatan tsb pada butir (d) telah disetor ke rekening Kas
Daerah.
f) Total SP2D GU yang diterima selama tahun berjalan meliputi
pengesahan belanja yang dibayar dengan UP dan sekaligus pengisian
kembali UP yang terpakai dengan rincian sbb:

Belanja Langsung Jumlah


Belanja Pegawai-Honorarium Rp 56.000.000
Belanja Barang dan Jasa Rp 126.500.000

154
Total Rp182.500.000

g) Belanja UP yang terakhir telah disahkan dengan diterimanya SP2D


GU Nihil (bukti transaksi pengesahan belanja UP tanpa pengisian
UP yang terpakai) untuk belanja sbb:

Belanja Langsung Jumlah


Belanja Pegawai (honor-honor) Rp 18.000.000
Belanja Barang dan Jasa Rp 11.450.000
Total Rp 29.450.000

h) Sisa UP telah disetor seluruhnya pada akhir tahun ke rekening Kas


Daerah (Saudara menghitung sendiri jumlah sisa UP dimaksud).
i) Nilai persediaan pada akhir tahun ditaksir sebesar Rp 1.750.000.
j) Penyusutan aset tetap mulai diterapkan tahun 2013. Penyusutan
untuk tahun ini ditetapkan sebesar Rp 146.000.000.

DIMINTA:
1) membuat ayat jurnal yang diperlurkan untuk mencatat transaksi di
atas, baik jurnal basis kas maupun jurnal akrual.
2) menyusun Laporan Keuangan Dinas Perhubungan untuk tahun
anggaran yang berakhir 31 Desember 2013, yang terdiri dari:
a) LRA (Laporan Realisasi Anggaran)
b) LO (Laporan Operasional)
c) LPE (Laporan Perubahan Ekuitas)
d) Neraca per 31 Desember 2013.

155
PROBLEM 4
Berikut ini disajikan data akuntansi dari Dinas
Pariwisat Pemka Budi Luhur untuk T.A. 2013

A. Neraca awal Dinas Pariwisata per 1 Januari 2013 adalah sbb:

Dinas Pariwisata - Pemkab Budi Luhur


NERACA
Per 1 Januari 2013

Uraian Jumlah (Rp) Uraian Jumlah (Rp)


ASET KEWAJIBAN
Aset Lancar Kewajiban jk -
Pendek
Kas di Bendahara -
Penerimaan
Kas di Bendahara - EKUITAS
Pengeluaran
Piutang 4.000.000 Ekuitas 2.154.550.000
Persediaan 550.000
Total Aset Lancar 4.550.000

Aset Tetap
Tanah 600.000.000
Peralatan dan Mesin 750.000.000
Gedung dan 800.000.000
Bangunan
Total Aset Tetap 2.150.000.000

TOTAL ASET 2.154.550.000 TOTAL 2.154.550.000


KEWAJIBAN
DAN
EKUITAS
DANA
B. Ringkasan DPA Dinas Pariwisata untuk T.A. 2013 adalah sebagai berikut:
No. Uraian Mata Anggaran Jumlah
Rek Anggaran
(Rp)
4.1.2 Pendapatan Retribusi 125.000.000

156
Belanja Tidak Langsung:
5.1.1 Belanja Pegawai-Belanja Gaji dan Tunjangan 1.280.750.000

Belanja Langsung:
5.2.1 Belanja Pegawai-Honor PNS dan Non PNS 165.000.000
5.2.2 Belanja Barang dan Jasa 875.000.000
5.2.3 Belanja Modal 90.000.000
Total Belanja Langsung 1.130.000.000
Total Belanja 2.410.750.000
Surplus (Defisit) (2.285.750.000)

C. Ringkasan transaksi pelaksanaan anggaran selama tahun berjalan (2013)


terangkum di dalam register-register di bawah ini:

Register SP2D-UP/GU/TU*
No. Urian/Nama SP2D-UP SP2D-GU SP2D-TU SP2D-TU SP2D-GU
Rek Rekening Nihil Nihil
- -
75.000.000
5.2.1 Belanja 97.500.000 55.000.000 55.000.000 6.475.000
Pegawai-Honor
PNS dan Non
PNS
5.2.2. Belanja Barang 625.875.000 75.000.000 73.500.000 38.950.000
dan Jasa

*) Keterangan Register SP2D-UP/GU/TU adalah sbb.:


SP2D-UP diterbitkan sekali pada awal T.A. 2013
Jumlah pada kolom SP2D-GU menunjukkan jumlah total SPJ belanja UP yang
telah disahkan dan sekaligus menunjukkan jumlah penggantian UP yang terpakai
selama T.A. 2013
Jumlah pada kolom SP2D-TU menunjukkan jumlah total dana TU yang
diterbitkan selama T.A. 2013
Jumlah pada kolom SP2D-TU Nihil menunjukkan jumlah total SPJ belanja TU
yang telah disahkan selama T.A. 2013.
Jumlah pada kolom SP2D-GU Nihil menunjukkan jumlah SPJ belanja UP yang
telah disahkan untuk SPJ yang terakhir di bulan Desember 2013.

157
Sisa dana TU maupun UP yang tidak terpakai telah disetorkan ke rekening Kas
Umum Daerah (Saudara diminta menghitung sendiri sisa TU dan UP tersebut)

Register SP2D-LS**
No. Uraian/Nama Rekening SP2D-LS SP2D-LS Contra
Rek Belanja Tidak Belanja Post
Langsung Langsung
5.1.1 Belanja Pegawai-Gaji 1.258.500.000 - 750.000
dan Tunjangan
5.2.1 Belanja Pegawai-Honor - -
PNS dan Non PNS
5.2.2 Belanja Barang dan Jasa - 132.000.000
5.2.3 Belanja Modal- - 88.000.000
Peralatan dan Mesin
**) Keterangan Register SP2D-LS adalah sbb.:
Jumlah pada kolom SP2D-LS Belanja Tidak Langsung merupakan total belanja
gaji dan tunjangan selama T.A. 2013
Jumlah pada kolom Contra Post merupakan pengembalian kelebihan belanja gaji
dan tunjangan tahun berjalan ke rekening Kas Umum Daerah.
Jumlah pada kolom SP2D-LS Belanja Langsung merupakan total belanja barang
dan jasa serta belanja modal selama T.A. 2013

Register SKR, TBP dan STS***


No. Uraian/Nama SKR TBP STS
Rek Rekening
4.1.2 Retribusi Perijinan 134.000.000 135.200.000 134.700.000

***) Keterangan Register SKR, TBP dan STS adalah sbb.:


Jumlah pada kolom SKR (Surat Ketetapan Retribusi) merupakan total hak
pungut retribusi yang ditetapkan untuk T.A. 2013. Jumlah yang ditetapkan di
dalam SKR tersebut belum termasuk tagihan atas piutang retribusi yang diakui
pada tahun sebelumnya.
Jumlah pada kolom TBP (Tanda Bukti Penerimaan) merupakan total
penerimaan pendapatan selama T.A 2013. Adapun dari jumlah total penerimaan
tersebut termasuk penerimaan piutang pendapatan yang diakui pada tahun
sebelumnya sebesar Rp 3.700.000.

158
Jumlah pada kolom STS (Surat Tanda Setoran) merupakan total penerimaan
pendapatan yang telah disetor ke rekening Kas Umum Daerah selama T.A. 2013

Register Pemungutan/Pemotongan dan Penyetoran PPh/PPN****


No. Uraian/Nama Pemungutan/ Penyetoran ke
Rek Rekening Pemotongan Rek Kas
Negara
3.1.2 Utang PPh dan PPN 61.780.000 61.780.000

****Register ini merupakan daftar PPh/PPN yang dipungut/dipotong dan disetor


oleh bendahara pengeluaran Dinas Perhubungan.

Ayat penyesuaian akhir tahun


Berdasarkan hasil stock opname persediaan akhir tahun masih tersisa dengan
nilai Rp1.500.000.
Penyusutan aset tetap baru diterapkan mulai T.A 2013 dengan nilai penyusutan
sebesar Rp107.500.000.

DIMINTA:
1. Buat jurnal untuk mencatat ringkasan transaksi selama tahun berjalan dengan
urutan seperti yang diminta berikut ini, baik pada subsistem akuntansi
keuangan maupun subsistem akuntansi pelaksanaan anggaran:
a. Jurnal penerimaan uang persediaan (UP) berdasarkan SP2D-UP
b. Jurnal pengakuan belanja UP yang telah disahkan
c. Jurnal penerimaan SP2D-GU
d. Jurnal penerimaan tambah uang persediaan (TU) berdasarkan SP2D-TU
e. Jurnal pengakuan belanja TU yang telah disahkan berdasarkan SP2D-TU
Nihil
f. Jurnal penyetoran sisa TU ke rekening Kas Umum Daerah
g. Jurnal pengakuan belanja UP terakhir yang telah disahkan berdasarkan
SP2D-GU Nihil
h. Jurnal penyetoran sisa UP ke rekening Kas Umum Daerah
i. Jurnal pengakuan belanja gaji dan tunjangan berdasarkan SP2D-LS
j. Jurnal pengakuan belanja barang dan jasa berdasarkan SP2D-LS
k. Jurnal pengakuan belanja modal berdasarkan SP2D-LS

159
l. Jurnal koreksi pengembalian kelebihan pembayaran gaji dan tunjangan ke
rekening Kas Umum Daerah.
m. Jurnal pengakuan penerimaan pendapatan dan piutang tahun sebelumnya.
n. Jurnal penyetoran pendapatan berdasarkan STS
o. Jurnal pengakuan piutang retribusi pada akhir tahun berjalan.
p. Jurnal pencatatan pemungutan/pemotongan dan penyetoran PPh/PPN

2. Posting ke buku besar


3. Susun Neraca Saldo
4. Ayat jurnal penyesuaian
5. Susun Neraca Saldo setelah penyesuaian
6. Susun LRA
7. Susun LO
8. Susun Neraca
9. Buat jurnal penutup (untuk menutup akun-akun LRA maupun akun-akun
LO).
10. Buat Neraca Saldo setelah tutup buku

160
161
BAB

AKUNTANSI PPKD
6
TUJUAN PEMBELAJARAN
Bab ini secara umum bertujuan untuk memberikan ilustrasi siklus
akuntansi PPKD

Bab ini secara spesifik bertujuan untuk menjelaskan dan memberikan


ilustrasi komprehensif siklus akuntansi PPKD, sebagai berikut:
A. Sistem Akuntansi PPKD
B. Struktur Anggaran PPKD
C. Jurnal Standar Akuntansi PPKD
D. Ilustrasi Akuntansi PPKD
E. Proses Akuntansi PPKD

A. Sistem Akuntansi PPKD


Di dalam Pasal 98 Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang
Perubahan atas Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, dinyatakan sebagai berikut:
1. Pada SKPKD disusun RKA (Rencana Kerja dan Anggaran) -SKPD dan
RKA-PPKD.
2. RKA-SKPD memuat program/kegiatan yang dilaksanakan oleh PPKD
selaku SKPD;
3. RKA-PPKD digunakan untuk menampung:
a. pendapatan yang berasal dari dana perimbangan dan pendapatan
hibah;
b. belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial,
belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan, dan belanja tidak
terduga; dan penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan
daerah.

162
Berdasarkan aturan tersebut di atas, sistem akuntansi yang harus
diselenggarakan di SKPKD terdiri dari:

1. Sistem Akuntansi SKPD (SKPKD dalam kapasitas selaku SKPD),


menghasilkan laporan keuangan seperti SKPD pada umumnya,
yaitu berupa LRA, LO, LPE, Neraca dan CaLK.
2. Sistem Akuntansi PPKD terdiri dari:
a. Sistem Akuntansi PPKD sebagai BUD, menghasilkan laporan
keuangan PPKD berupa LRA, LO, LPE, Neraca, dan CaLK
selaku PPKD.
b. Sistem Akuntansi Konsolidator Pemda, menghasilkan laporan
keuangan Pemda (laporan keuangan konsolidasian) secara
lengkap berupa LRA, Laporan Perubahan SAL (opsional), LO,
LPE, Neraca, LAK, dan CaLK.

Akuntansi untuk SKPKD dalam kapasitasnya sebagai SKPD tidak ada


perbedaan dengan akuntansi pada SKPD lainnya, sebagaimana yang telah
dibahas pada Bab 5. Oleh karena itu, pembahasan di dalam bab ini adalah
akuntansi untuk PPKD dalam rangka pelaksanaan DPA-PPKD. Di
samping itu, sebagaimana telah dijelaskan di Bab 5, bahwa di dalam sistem
pengelolaan APBD mengharuskan seluruh penerimaan uang oleh SKPD
disetorkan ke rekening Kas Umum Daerah dan pengeluaran dilakukan dari
rekening Kas Umum Daerah (Kasda). Pengelola Kasda adalah PPKD yang
secara otomatis adalah BUD. OLeh karena itu, di dalam akuntansi PPKD
meliputi juga akuntansi transaksi resiprokal (transaksi timbal-balik) antara
PPKD (selaku BUD) dengan SKPD (selaku pengguna anggaran).
Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa akuntansi
transaksi resiprokal antara PPKD dan SKPD tersebut diselenggarakan
dengan metode akuntansi “hubungan kantor pusat dan cabang” (Home
Office-Branch Accounting). Untuk mencatat transaksi resiprokal tsb, SKPD
menggunakan akun “RK-PPKD”, sedangkan PPKD akan menggunakan
akun RK-SKPD (ditulis sesuai dengan nama SKPD-nya masing-masing).
Sistem akuntansi PPKD selanjutnya dapat dibagi ke dalam dua
subsistem:
1. Sub-sistem akuntansi pelaksanaan anggaran
Sub sistem ini merupakan proses akuntansi (penjurnalan, posting, dan
seterusnya) untuk mencatat transaksi dengan basis kas yang akan

163
menghasilkan LRA. Transaksi yang dicatat di dalam sub-sistem ini
untuk akuntansi PPKD meliputi:
a. Jurnal Anggaran
b. Pendapatan-LRA
c. Belanja; dan
d. Pembiayaan
Untuk mencatat/menjurnal transaksi pendapatan-LRA maupun belanja
akan digunakan akun ‘Estimasi Perubahan SAL’ sebagai akun
lawannya.
2. Sub-sistem akuntansi finansial/keuangan
Sub sistem ini merupakan proses akuntansi (penjurnalan, posting, dan
seterusnya) untuk mencatat transaksi dengan basis akrual yang akan
menghasilkan LO dan Neraca. Transaksi yang dicatat di dalam sub-
sistem ini untuk akuntansi PPKD meliputi:
a. Pendapatan-LO;
b. Beban;
c. Aset;
d. Kewajiban; dan
e. Ekuitas
f. Transaksi resiprokal antara PPKD dan SKPD
3. Sub-sistem akuntansi konsolidator
Sub-sistem ini memproses pengonsolidasian laporan keuangan seluruh
SKPD dan laporan keuangan PPKD menjadi laporan keuangan di
tingkat pemda (Laporan Keuangan Pemerintah Daerah).

B. Struktur Anggaran PPKD


Berdasarkan Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas
Permendagri No. 13 Tahun 2006 diatur bahwa SKPKD harus memisahkan
RKA SKPKD dalam kapasitasnya sebagai SKPD dan sebagai pengelola
keuangan daerah, sehingga muncul satu jenis RKA baru yang disebut RKA
PPKD. Dengan demikian, di SKPKD terdapat dua jenis RKA yaitu RKA
SKPD dan RKA PPKD selaku BUD. RKA PPKD memuat anggaran
pendapatan dana perimbangan dan hibah, anggaran belanja tidak langsung
selain belanja pegawai dan pembiayaan. Sementara itu, anggaran belanja
langsung tidak ada di dalam RKA PPKD.
Perlu diingat bahwa jumlah SILPA yang terdapat di dalam RKA PPKD
tidak akan sama dengan SILPA di dalam Rancangan APBD, karena SILPA

164
di dalam RKA PPKD belum memperhitungkan jumlah surplus/defisit dari
SKPD-SKPD, sementara SILPA di dalam rancangan APBD merupakan
SILPA di tingkat Pemda dalam arti sudah merupakan gabungan dari
seluruh anggaran SKPD dan anggaran PPKD. Berikut digambarkan secara
ringkas struktur anggaran PPKD.

Tabel 6.1
Struktur Anggaran PPKD
No. Uraian Jumlah
Urut
1 PENDAPATAN
1.1. Pendapatan Dana Perimbangan XXX
1.2. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah XXX
Total Pendapatan XXX
2 BELANJA
2.1 BELANJA TIDAK LANGSUNG:
2.1.1. Belanja Bunga XXX
2.1.2. Belanja Subsidi XXX
2.1.3 Belanja Hibah XXX
2.1.4. Belanja Bantuan Sosial XXX
2.1.5 Belanja Bagi Hasil XXX
2.1.6 Belanja Bantuan Keuangan XXX
2.1.7 Belanja Tidak Terduga XXX
Total Belanja XXX
SURPLUS/DEFISIT (1-2) XXX
3. PEMBIAYAAN
3.1. PENERIMAAN PEMBIAYAAN
3.2. PENGELUARAN PEMBIAYAAN
PEMBIAYAAN NETO (3.1 – 3.2) XXX
SILPA (Surplus/Defisit + Pembiayaan Neto) XXX

C. Jurnal Standar Akuntansi PPKD


Jurnal standar untuk akuntansi PPKD pada dasarnya memiki kaidah
yang sama dengan jurnal standar untuk akuntansi SKPD yang telah
diuraikan pada bab sebelumnya. Perbedaannya hanya terletak pada namun
akun yang digunakan, dan adanya transaksi pembiayaan untuk akuntansi

165
PPKD. Meski secara kaidah penjurnalan pada prinsipnya sama dengan
jurnal transaksi SKPD, pada bagian ini tetap akan diuraikan jurnal standar
akuntansi PPKD agar lebih memudahkan dalam pemahamannya.

1. Jurnal Anggaran PPKD


Jurnal ini dilakukan pada sub-sistem akuntansi pelaksanaan anggaran,
yaitu untuk mencatat data anggaran PPKD berdasarkan dokumen
pelaksanaan anggaran PPKD (DPA-PPKD). Berdasarkan dokumen ini,
PPKD (dalam hal ini petugas akuntansi PPK-PPKD) akan mencatat jurnal
anggaran sbb.:

Estimasi Pendapatan xxx


Estimasi Penerimaan Pembiayaan xxx
Apropriasi Belanja xxx
Apropriasi Pengeluaran Pembiayaan xxx
Estimasi Perubahan SAL* xxx

*) Keterangan:
Akun ‘Estimasi Perubahan SAL’ dicatat di sisi kredit apabila anggaran
PPKD menunjukkan surplus/SILPA positif, atau jika total jumlah anggaran
pendapatan dan anggaran penerimaan pembiayaan lebih besar dari total
jumlah anggaran belanja dan pengeluaran pembiayaan.

2. Jurnal Transaksi Pendapatan PPKD


Berdasarkan struktur anggaran PPKD seperti yang diilustrasikan di
atas, pendapatan yang dicatat dalam akuntansi PPKD umumnya berupa
Pendapatan Dana Perimbangan, seperti Dana Bagi Hasil (DBH), Dana
Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK); dan Lain-Lain
Pendapatan Daerah yang Sah, seperti pendapatan bagi hasil dari pemerintah
provinsi (bagi pemda kabupaten/kota), pendapatan dana darurat, hibah,
pendapatan dana penyesuaian dari pemerintah pusat.
Pendapatan akan dilaporkan di dalam dua jenis laporan yaitu LRA dan
LO. Pendapatan yang akan dilaporkan di LRA, disebut ‘Pendapatan-LRA’,
akan dicatat dengan basis kas, sedangkan pendapatan yang akan dilaporkan
di LO, disebut ‘Pendapatan-LO’, akan dicatat dengan basis akrual. Oleh
karena itu, pada bagian ini akan dibedakan bagaimana teknis pencatatan
untuk kedua tipe pendapatan tsb.

166
a. Jurnal Transaksi Pendapatan-LRA
Transaksi pendapatan-LRA akan dicatat di dalam sub-sistem akuntansi
pelaksanaan anggaran, yang dicatat dengan basis kas untuk dilaporkan di
dalam LRA. Pendapatan-LRA diakui pada saat kas telah diterima di
rekening Kas Daerah (Kasda). Jurnal yang dibuat adalah dengan mengkredit
akun ’Pendapatan’ dan mendebit akun ’Estimasi Perubahan SAL’.
Berdasarkan bukti penerimaan (nota kredit/rekening koran/buktir
penerimaan lainnya yg sah), jurnal yang dibuat adalah:
Estimasi Perubahan SAL xxx
Pendapatan-LRA xxx

b. Jurnal Transaksi Pendapatan-LO


Transaksi pendapatan-LO akan dicatat di dalam sub-sistem akuntansi
keuangan, yang dicatat dengan basis akrual untuk dilaporkan di dalam LO.
Jurnal untuk mencatat pendapatan-LO, yang diakui dengan basis akrual,
tergantung dari prosedur pemungutan pendapatannya itu sendiri, apakah
didahului dengan penerbitan surat ketetapan atau tidak.

1) Pendapatan dengan surat ketetapan


Apabila suatu pendapatan yang akan diterima pemda didahului dengan
surat ketetapan, seperti Keppres tentang DAU, Surat Keputusan Menteri
Keuangan tentang DBH/DAK, dan sebagainya, maka ketika surat ketetapan
seperti itu telah terbit, pemda sudah dapat mengakui pendapatan tersebut
dengan jurnal sbb:
Piutang Pendapatan xxx
Pendapatan-LO xxx

Selanjutnya, pada saat diterimanya kas dari piutang pendapatan tsb


(berdasarkan bukti penerimaan) akan dicatat dengan jurnal:
Kas di Kas Daerah xxx
Piutang Pendapatan xxx

Jurnal Alternatif
Untuk pertimbangan praktisnya, pada saat pemda boleh saja baru akan
mencatat pendapatan tersebut ketika sudah diterima di rekening Kasda
dengan jurnal sbb:
Kas di Kas Daerah xxx
Pendapatan-LO xxx

167
Selanjutnya, untuk mengakui pendapatan yang sudah menjadi hak pemda
namun belum diterima pembayarannya hingga akhir tahun, maka pada
akhir tahun yang bersangkutan harus dibuatkan jurnal penyesuaian untuk
mengakui piutang pendapatan, sbb.:
Piutang Pendapatan xxx
Pendapatan-LO xxx

2) Pendapatan tanpa melalui surat penetapan


Sebagian pendapatan pemda ada yang diterima tanpa melalui
penerbitan surat penetapan seperti di atas, contoh pendapatan jasa
giro/bunga. Jurnal yang dibuat untuk mengakui pendapatan jenis ini
dilakukan pada saat kas telah diterima di rekening Kasda dengan jurnal:
Kas di Kas Daerah xxx
Pendapatan-LO xxx

3. Jurnal Transaksi Belanja


Transaksi belanja akan dicatat di dalam sub-sistem akuntansi
pelaksanaan anggaran, yang dicatat dengan basis kas untuk dilaporkan di
dalam LRA. Berdasarkan struktur anggaran PPKD seperti diuraikan di atas,
belanja yang dilaksanakan oleh PPKD (selaku pengguna anggaran) terdiri
dari belanja tidak langsung selain belanja pegawai (gaji dan tunjugan). Di
dalam anggaran PPKD tidak terdapat anggaran belanja langsung, sehingga
di dalam akuntansi PPKD tidak akan terjadi transaksi belanja langsung,
seperti belanja pegawai (honor); belanja barang dan jasa; dan belanja modal.
Hal tersebut dikarenakan bahwa belanja langsung dianggarkan di dalam
DPA SKPKD dalam kapasitas selaku SKPD.
Cara pencatatan jurnal dan saat pengakuan belanja tergantung dari cara
pembayaran belanjanya itu sendiri, yang bisa dibayarkan secara LS atau
menggunakan UP/GU/TU. Namun demikian, belanja PPKD umumnya
dibayar secara LS (dibayar langsung dari rekening Kasda ke fihak
penerima). Secara umum jurnal yang dibuat untuk mencatat belanja adalah
dengan mendebit akun ’ Belanja’ dan mengkredit akun ’Estimasi Perubahan
SAL’.

168
a. Belanja yang dibayara secara LS
Belanja yang dibayar secara LS akan dicatat setelah kas dibayarkan dari
rekening Kasda, berdasarkan bukti berupa SP2D-LS akan dibuat jurnal
sbb.:
Belanja xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx

b. Belanja yang dibayar oleh bendahara pengeluaran PPKD


Apabila terdapat belanja yang tidak memungkinkan dibayar secara LS,
contoh belanja bantuan sosial untuk jumlah yang relatif kecil, maka
pembayaran belanja tsb dapat dibayarkan dari uang persediaan (UP). Pada
subsistem akuntansi pelaksanaan anggaran (subsistem yang mencatat
pendapatan-LRA, belanja, dan pembiayaan) jurnal yang dibuat hanya pada
saat SPJ belanja disahkan oleh PPKD selaku pengguna anggaran.
Sedangkan jurnal untuk mencatat penerbitan SP2D UP itu dicatat di
subsistem akuntansi keuangan.
Jurnal yang dibuat untuk mencatat pembayaran belanja yang
dibayarkan dari UP tersebut dilakukan setelah SPJ belanja disahkan oleh
PPKD, dengan jurnal sbb.:
Belanja xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx

4. Jurnal Transaksi Beban


Transaksi beban akan dicatat di dalam sub-sistem akuntansi keuangan,
yang dicatat dengan basis akrual untuk dilaporkan di dalam LO. Beban pada
PPKD umumnya terdiri dari belanja (akrual) yang menjadi beban tahun
berjalan. Beban yang akan dilaporkan pada LO-PPKD tidak termasuk
beban konsumsi aset ataupun penyusutan aset tetap seperti yang terjadi pada
akuntansi SKPD, hal tersebut dikarenakan bahwa di dalam transaksi
akuntansi PPKD tidak terdapat transaksi belanja langsung seperti pembelian
persediaan maupun pembelian aset tetap (belanja modal), sehingga di dalam
Neraca PPKD tidak akan terdapat akun persediaan maupun aset tetap.

a. Beban berupa belanja


Semua belanja yang dicatat/dilaporkan di LRA-PPKD adalah belanja
tidak langsung yang dibayarkan pada tahun berjalan. Belanja tersebut
dilaporkan juga di dalam LO dengan akun ’Beban..’. Akan tetapi, dari sisi

169
jumlahnya dapat berbeda antara belanja-LRA dengan beban (LO), hal
tersebut dikarenakan adanya perbedaan dari basis akuntansi yang digunakan
untuk mencatat kedua akun tersebut. Seperti yang telah dijelaskan bahwa
belanja dicatat berdasarkan basis kas yaitu pada saat kas dibayarkan dari
rekening Kasda, sedangkan beban dicatat/diakui pada saat belanja sudah
menjadi kewajiban pemda meskipun kasnya belum dibayarkan dari Kasda.
Berikut akan diuraikan jurnal standar untuk beberapa kemungkinan
transaksi yang terjadi.

1) Beban dibayar secara LS


Berdasarkan SP2D-LS untuk pembayaran belanja tidak langsung, PPKD
akan menjurnal sbb.:
Beban xxx
Kas di Kas Daerah xxx

2). Beban dibayar oleh bendahara pengeluaran PPKD


Seperti telah diuraikan di atas bahwa mungkin saja terdapat belanja tidak
langsung, seperti belanja bantuan sosial yang dibayar dengan menggunakan
uang persediaan (UP).
(a) Pada saat SP2D-UP untuk pembayaran belanja tsb diterbitkan jurnal
yang dibuat adalah:
Kas di Bendahara Pengeluaran-PPKD xxx
Kas di Kas Daerah xxx

(b) Selanjutnya, pada saat SPJ pembayaran belanja disahkan oleh PPKD
selaku PA, jurnal yang dibuat adalah
Beban (selain belanja modal) xxx
Kas di Bendahara Pengeluaran-PPKD xxx

(c) Saat menerima SP2D-GU, jurnal yang dibuat adalah sama seperti ketika
menerima SP2D-UP, yaitu:
Kas di Bendahara Pengeluaran-PPKD xxx
Kas di Kas Daerah xxx

(d) Saat sisa dana UP disetorkan kembali ke Kasda, berdasarkan bukti


penyetoran, jurnal yang buat adalah:
Kas di Kas Daerah xxx

170
Kas di Bendahara Pengeluaran-PPKD xxx

3). Utang Beban


Apabila terdapat belanja yang sudah terjadi atau sudah menjadi
kewajiban pemda, namun belum dilakukan pembayarannya hingga akhir
tahun, maka diakui adanya utang beban. Contoh, misalnya Pemerintah
Provinsi sudah menerbitkan SK Gubernur ttg Bagi Hasil Pajak ke
kabupaten/kota, namun sd akhir tahun berjalan masih terdapat jumlah bagi
hasil pajak yang belum dibayar, maka untuk jumlah yang belum dibayar tsb
dapat dicatat sebagai utang beban dengan jurnal berikut:
Beban xxx
Utang Beban xxx

b. Beban berupa penyisihan piutang tak tertagih


Jurnal untuk transaksi yang terkait dengan utang-piutang hanya akan
dicatat di dalam subsistem akuntansi keuangan, karena transaksi tersebut
hanya akan berpengaruh pada Neraca dan/atau LO.
Pada akhir tahun dapat dibuat jurnal penyesuaian untuk membentuk
penyisihan piutang tak tertagih, sehingga nilai piutang di neraca dilaporkan
sejumlah estimasi nilai bersih yang dapat direalisasi. Jurnal penyisihan
piutang tak tertagih adalah sbb.
Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih xxx
Penyisihan Piutang Tak Tertagih xxx

Apabila di dalam Neraca saldo akhir tahun sebelum jurnal penyesuaian


dibuat sudah terdapat saldo akun ’Penyisihan Piutang Tak Tertagih’, maka
jumlah penyisihan piutang tak tertagih yang akan dicatat di dalam jurnal
penyesuaian akhir tahun harus dikurangi dengan saldo sebelum
penyesuaian. Sebagai contoh, di dalam Neraca saldo akhir tahun 20xx
sebelum dibuat jurnal penyesuaian, akun ’Penyisihan Piutang Tak Tertagih’
menunjukkan saldo Rp 25 juta. Selanjutnya, pada akhir tahun 20xx
dilakukan perhitungan estimasi penyisihan piutang tak tertagih berdasarkan
analisis umur piutang, diperoleh jumlah penyisihan piutang sebesar Rp 30
juta, maka jurnal penyesuaian akhir tahun yang dibuat adalah sbb.:

Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih Rp5.000.000


Penyisihan Piutang Tak Tertagih Rp5.000.000

171
Setelah jurnal tersebut diposting ke buku besar, maka saldo akun
’Penyisihan Piutang Tak Tertagih’ akan menunjukkan saldo akhir sebesar
Rp 30 juta.

Keterangan:
Akun ’Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih’ akan dilaporkan di LO,
sedangkan akun ’Penyisihan Piutang Tak Tertagih’ akan dilaporkan di
Neraca sebagai contra account (rekening pengurang) dari akun ’Piutang’.

Bila sebuah piutang dihapuskan dan sebelumnya telah dibentuk


penyisihan piutang tak tertagih, maka penghapusan piutang tsb akan
dijurnal:
Penyisihan Piutang Tak Tertagih xxx
Piutang xxx

Apabila saldo akun ’Penyisihan Piutang Tak Tertagih’ memiliki jumlah yang
lebih kecil dari jumlah piutang yang dihapuskan, maka selisihnya dicatat ke
akun ’Beban/Kerugian Penghapusan Piutang’. Jurnal yang dibuat adalah
sbb”
Penyisihan Piutang Tak Tertagih xxx
Beban/Kerugian Piutang Tak Tertagih xxx
Piutang xxx

Bila sebuah piutang dihapuskan, namun belum pernah dibentuk penyisihan


piutang tak tertagih, maka penghapusan piutang tsb akan dijurnal:
Beban/Kerugian Piutang Tak Tertagih xxx
Piutang xxx

5. Jurnal Transaksi Pembiayaan


Transaksi pembiayaan akan berpengaruh terhadap LRA dan Neraca,
tetapi tidak berpengaruh terhadap LO. Jurnal transaksi pembiayaan akan
dicatat dalam dua sub-sistem sbb.:
a. Sub-sistem akuntansi keuangan
Sub-sistem ini akan mencatat transaksi pembiayaan yang terkait dengan
akun-akun neraca. Contoh transaksi penerimaan pembiayaan berupa
penarikan pinjaman jangka panjang, akan dicatat dengan jurnal berikut:

172
Kas di Kas Daerah xxx
Utang Jangka Panjang xxx

Contoh lain, transaksi pengeluaran pembiayaan berupa investasi jangka


panjang-penanaman modal di BUMD, akan dicatat dengan jurnal berikut:
Investasi jangka Panjang xxx
Kas di Kas Daerah xxx

b. Sub-sistem akuntansi pelaksanaan anggaran


Sub-sistem ini akan mencatat transaksi pembiayaan yang terkait dengan
akun-akun LRA. Melanjutkan contoh di atas, transaksi penarikan pinjaman
jangka panjang akan dicatat dengan jurnal berikut:

Estimasi Perubahan SAL xxx


Penerimaan Pembiayaan-Penarikan Pinjaman xxx

Contoh lain, transaksi pengeluaran pembiayaan berupa investasi jangka


panjang-penanaman modal di BUMD, akan dicatat dengan jurnal berikut:

Pengeluaran Pembiayaan-Penanaman Modal pada BUMD xxx


Estimasi Perubahan SAL xxx

6. Jurnal Koreksi Kesalahan Pendapatan-LRA / Pendapatan-LO


Di dalam akuntansi PPKD dapat dikatakan tidak akan terjadi transaksi
koreksi atas kesalahan pendapatan yang berulang/sering terjadi. Kesalahan
pendapatan yang berulang umumnya terjadi karena pemungutan pajak yang
bersifat self assessment. Seperti yang telah dijelaskan di bab sebelumnya,
pemungutan pajak umumnya manjadi transaksi SKPD karena dianggarkan
di dalam DPA-SKPD (atau DPA-SKPKD selaku SKPD).
Dengan demikian, di dalam akuntansi PPKD ini tidak akan dibahas
tentang koreksi atas kesalahan yang berulang, melainkan hanya satu jenis
kelasahan yaitu kesalahan yang jarang terjadi.

a. Koreksi atas kesalahan pada tahun berjalan

Jurnal koreksi untuk pengembalian kelebihan penerimaan pendapatan


pada tahun terjadinya kesalahan tersebut adalah sbb:

173
Sub-sistem akuntansi pelaksanaan anggaran (Pendapatan-LRA) akan
menjurnal:
Pendapatan-LRA xxx*
Estimasi Perubahan SAL xxx

Sub-sistem akuntansi keuangan (Pendapatan-LO) akan menjurnal:


Pendapatan-LO xxx*
Kas di Kas Daerah xxx

*) Jumlah yang dicatat di dalam jurnal tersebut adalah kelebihan jumlah


pendapatan dari yang jumla seharusnya diterima. Jurnal di atas berlaku
untuk kesalahan yang terjadi pada periode sebelumnya, namun koreksinya
dilakukan sebelum laporan keuangan tahun berkenaan diterbitkan.

b. Koreksi atas kesalahan yang berasal dari tahun sebelumnya

Apabila pengembalian kelebihan penerimaan pendapatan tersebut


berasal dari pendapatan yang diterima tahun sebelumnya, dan laporan
keuangan tahun anggaran sebelumnya tersebut telah diterbitkan, maka
jurnal yang dibuat adalah sbb.:
Sub-sistem akuntansi pelaksanaan anggaran (Pendapatan-LRA) akan
menjurnal:
Belanja Tak Terduga xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx

Sub-sistem akuntansi keuangan (Pendapatan-LO) akan menjurnal:


Beban Tak Terduga xxx
Kas di Kas Daerah xxx

Sebagai contoh, kesalahan kelebihan penerimaan bagi hasil pajak


dari pemerintah provinsi terjadi pada T.A. 2013, koreksi dilakukan pada
T.A. 2014 setelah laporan keuangan T.A. 2013 diterbitkan/diserahkan ke
DPRD.

7. Jurnal Koreksi Kesalahan Belanja / Beban

174
Kesalahan karena pembayaran belanja/beban terlalu besar dari jumlah
yang seharusnya dibayarkan mungkin jarang sekali terjadi. Namun bila hal
itu terjadi, jurnal koreksi yang perlu dibuat adalah sbb.:

a) Koreksi atas kesalahan belanja/beban yang terjadi pada tahun berjalan


Jurnal koreksi yang dibuat adalah sbb.:
Sub-sistem akuntansi pelaksanaan anggaran (Belanja-LRA) akan menjurnal:
Estimasi Perubahan SAL xxx*
Belanja xxx

Sub-sistem akuntansi keuangan (Beban-LO) akan menjurnal:


Kas di Kas Daerah xxx*
Beban xxx

*) Jumlah yang dicatat pada jurnal di atas adalah sebesar kelebihan belanja
yang diterima kembali oleh pemda/PPKD.

Jurnal di atas berlaku untuk kesalahan yang berasal dari tahun sebelumnya,
namun koreksinya dilakukan sebelum laporan keuangan tahun berkenaan
diterbitkan.

b) Koreksi atas kesalahan yang berasal dari tahun sebelumnya

Contoh, kesalahan kelebihan pembayaran belanja terjadi pada T.A. 2013,


koreksi dilakukan pada T.A. 2014 dan laporan keuangan T.A. 2013 sudah
diterbitkan/diserahkan ke DPRD.
Jurnal koreksi yang dibuat adalah sbb.:
Sub-sistem akuntansi pelaksanaan anggaran (LRA) akan menjurnal:
Estimasi Perubahan SAL xxx
Lain-lain Pendapatan – LRA (PAD) xxx

Sub-sistem akuntansi keuangan (LO) akan menjurnal:


Kas di Kas Daerah xxx
Lain-lain Pendapatan – LO (PAD) xxx

8. Jurnal Standar Transaksi Aset

175
Sebagian dari contoh jurnal yang terkait dengan transaksi aset sudah
diuraikan di atas, misalnya transaksi penerimaan/pengeluaran kas di kasda
yang terkait dengan pendapatan dan belanja/beban, dan juga jurnal
pengakuan piutang yang terkait dengan pendapatan yang belum diterima
tetapi sudah menjadi hak pemda. Seperti telah dijelaskan pada bagian
sebelumnya bahwa di neraca PPKD tidak terdapat akun persediaan dan aset
tetap (akun tersebut terdapat pada neraca SKPKD selaku SKPD). Oleh
karena itu, pada bagian ini akan diuraikan transaksi aset yang umumnya
terdapat pada Neraca PPKD, misalnya akun investasi dan dana cadangan.
Berikut akan diberikan contoh jurnal standar yang terkait dengan transaksi
investasi dan dana cadangan.

a. Transaksi Investasi
1) Investasi jangka pendek
Investasi jangka pendek bukan transaksi pembiayaan, tetapi sekedar
untuk memanfaatkan idle-cash yang ada di kas daerah, sehingga dapat
memberikan pendapatan berupa bunga/dividen. Transaksi investasi jangka
pendek ini tidak dimaksudkan sebagai investasi permanen sehingga
sewaktu-waktu dapat ditarik/dicairkan kembali pada saat dibutuhkan.
Pada saat investasi jangka pendek dilakukan, dengan bukti misalnya SP2D,
jurnal yang dibuat adalah:
Investasi Jangka Pendek xxx
Kas di Kas Daerah xxx

Pada saat menerima pendapatan dari investasi jangka pendek, dengan


bukti misalnya nota kredit/rekening koran, jurnal yang dibuat adalah:
Sub-sistem akuntansi keuangan
Kas di Kas Daerah xxx
Pendapatan Bunga-LO (PAD) xxx

Sub-sistem akuntansi pelaksanaan anggaran


Estimasi Perubahan SAL xxx
Pendapatan Bunga-LRA xxx
Pada saat pencairan/penarikan investasi jangka pendek, dengan bukti
misalnya nota kredit/rekening koran, jurnal yang dibuat adalah:
Kas di Kas Daerah xxx
Investasi Jangka Pendek xxx

176
2) Investasi jangka panjang
Transaski pada saat penanaman modal atau pemberian pinjaman jangka
panjang oleh pemda merupakan transaksi pembiayaan yang contoh
jurnalnya telah diuraikan pada bagian sebelumnya. Pada bagian berikut
akan diberikan contoh jurnal transaksi yang terkait dengan transaki investasi
permanen dengan metode biaya (untuk kepemilikan kurang dari 20%) dan
dengan metode ekuitas (untuk kepemilikan lebih dari 20%, atau kurang dari
20% namun memiliki pengaruh signifikan).
Pada saat perolehan investasi, akun ’Investasi’ akan dicatat sebesar harga
perolehan, terlepas dari berapa persen tingkat kepemilikan pemda. Jurnal
pada saat perolehan, misalnya penanaman modal pada BUMD (seperti
yang telah dicontohkan pada jurnal transaksi pembiayaan di atas):
Sub-sistem akuntansi keuangan
Investasi jangka Panjang xxx
Kas di Kas Daerah xxx

Sub-sistem akuntansi pelaksanaan anggaran


Pengeluaran Pembiayaan-Penanaman Modal pada BUMD xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx

Pencatatan pendapatan investasi jangka panjang yang bersifat permanen


(penanaman modal) dengan metode biaya. Dengan metode biaya, pemda
tidak perlu mencatat lab/rugi yang diumumkan oleh pihak investee, tetap
hanya mencatat pada saat penerimaan dividen.
Jurnal untuk mencatat pendaptan bunga/dividen:
Sub-sistem akuntansi keuangan
Kas di Kas Daerah xxx
Pendapatan Investasi -LO (PAD) xxx

Sub-sistem akuntansi pelaksanaan anggaran


Estimasi Perubahan SAL xxx
Pendapatan Investasi -LRA xxx
Pencatatan pendapatan investasi jangka panjang yang bersifat permanen
(penanaman modal) dengan metode ekuitas. Dengan metode ekuitas,
pemda/PPKD tidak hanya mencatat saat menerima dividen, tetapi juga
mencatat laba/rugi yang diumumkan oleh pihak investee.

177
Jurnal pada saat investee (misalnya BUMD) mengumunkan laba:
Sub-sistem akuntansi keuangan
Investasi Jangka Pangjang xxx
Pendapatan Investasi -LO (PAD) xxx*

*) sebesar jumlah laba investee yang diumumkan dikalikan dengan


persentasi kepemilikan/investasi yang dimiliki pemda yang
bersangkutan. Jurnal ini tidak mempengaruhi LRA, tetapi hanya
mempengaruhi Neraca dan LO, sehingga tidak perlu dibuat jurnal pada
sub-sistem akuntansi pelaksanaan anggaran.

Jurnal pada saat investee membayarkan dividen


Sub-sistem akuntansi keuangan
Kas di Kas Daerah xxx
Investasi Jangka Pangjang xxx*

Sub-sistem akuntansi pelaksanaan anggaran


Estimasi Perubahan SAL xxx
Pendapatan Investasi -LRA xxx

*) sebesar jumlah dividen yang diterima oleh pemda yang


bersangkutan.

Apabila investasi permanen tersebut dijual/diprivatisasi jurnal yang dibuat


adalah sbb.:
Sub-sistem akuntansi keuangan
Kas di Kas Daerah xxx
Investasi Jangka Pangjang xxx*
Surplus(defisit) Penjualan Investasi Jangka Panjang xxx**

*) akun ’Investasi jangka panjang’ akan di kredit sebesar nilai buku


investasi yang dijual.
**)akun ’surplus (defisit)’ akan dicatat di sisi kredit bila hasil
penjualan investasi tersebut lebih besar dari nilai buku akun ’investasi’,
dan bila sebaliknya akan dicatat di sisi debit.

Sub-sistem akuntansi pelaksanaan anggaran


Estimasi Perubahan SAL xxx

178
Penerimaan Pembiayaan-Penjualan Investasi pada BUMD
xxx*
*) jumlah yang dicatat pada akun ’penerimaan pembiayaan..’ adalah
sebesar kas yang diterima dari hasil penjualan investasi tsb.

2) Transaksi Dana Cadangan


Transaksi pembentukan dan pencairan dana cadangan juga merupakan
transaksi pembiayaan. Akun dana cadangan merupakan aset non-lancar,
karena dana cadangan biasanya dibentuk dalam beberapa tahun untuk
kemudian dicairkan pada tahun tertentu untuk sebuah tujuan pengeluaran
yang khusus.
Pada saat dana cadangan dibentuk, jurnal yang dibuat adalah:
Sub-sistem akuntansi keuangan
Dana Cadangan xxx
Kas di Kas Daerah xxx

Sub-sistem akuntansi pelaksanaan anggaran


Pengeluaran Pembiayaan-Pembentukan Dana Cadangan xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx

Pada saat diterima pendapatan bunga atas dana cadangan, bila bunga
tersebut ditambahkan ke dana cadangan, jurnal yang dibuat adalah:
Sub-sistem akuntansi keuangan
Dana Cadangan xxx
Pendapatan Bunga-LO xxx

Sub-sistem akuntansi pelaksanaan anggaran


Tidak ada jurnal pada sub-sistem ini

Sedangkan bila bunga dari dana cadangan di transer ke kas daerah (tidak
ditambahkan ke dana cadangan), jurnal yang dibuat adalah:
Sub-sistem akuntansi keuangan
Kas di Kas Daerah xxx
Pendapatan Bunga-LO xxx

Sub-sistem akuntansi pelaksanaan anggaran


Estimasi Perubahan SAL xxx

179
Pendapatan Bunga-LRA xxx

Pada saat dana cadangan dicairkan, jurnal yang dibuat adalah:


Sub-sistem akuntansi keuangan
Kas di Kas Daerah xxx
Dana Cadangan xxx
Sub-sistem akuntansi pelaksanaan anggaran
Estimasi Perubahan SAL xxx
Penerimaan Pembiayaan-Pencairan Dana Cadangan xxx

9. Jurnal Standar Transaksi Kewajiban


Kewajiban diklasifikasikan ke dalam dua kelompok: 1) Kewajiban
jangka pendek; 2) Kewajiban jangka panjang. Contoh jurnal untuk mengakui
timbulnya kewajiban jangka pendek yang terkait dengan utang beban,
maupun timbulnya kewajiban jangka panjang (transaksi pembiayaan) telah
diilustrasikan pada bagian sebelumnya. Pada bagian ini akan diuraikan
kembali secara lebih lengkap jurnal transaksi yang terkait dengan kewajiban
(utang).
a. Kewajiban jangka pendek
Apabila terdapat belanja/beban yang sudah menjadi kewajiban pemda,
namun belum dibayarkan hingga akhir tahun anggaran, jurnal yang
dibuat untuk mengakui kewajiban tsb adalah sbb.:
Sub-sistem akuntansi keuangan
Beban xxx
Utang Beban xxx

Pada saat utang beban tsb dibayar pada tahun anggaran berikutnya,
jurnal yang dibuat adalah:
Sub-sistem akuntansi keuangan
Utang Beban xxx
Kas di Kas Daerah xxx
Sub-sistem akuntansi pelaksanaan anggaran
Belanja xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx

b. Kewajiban jangka panjang

180
Penarikan dan pembayaran utang jangka panjang merupakan transaksi
pembiayaan. Pada bagian sebelum telah diberikan contoh jurnal standar
transaksi pembiayaan. Berikut akan diilustrasikan kembali termasuk contoh
jurnal untuk pengakuan beban bunganya.
Jurnal pada saat penarikan/penerbitan utang jangka panjang:
Sub-sistem akuntansi keuangan
Kas di Kas Daerah xxx
Utang Jangka Panjang xxx
Sub-sistem akuntansi pelaksanaan anggaran
Estimasi Perubahan SAL xxx
Penerimaan Pembiayaan-Penarikan Pinjaman xxx

Apabila terdapat beban bunga yang sudah menjadi kewajiban pemda


namun belum dibayar sampai akhir tahun anggaran, jurnal yang dibuat
adalah:
Sub-sistem akuntansi keuangan
Beban xxx
Utang Beban xxx

Pada saat bunga dibayar, jurnal yang dibuat:


Sub-sistem akuntansi keuangan
Beban xxx*
Utang Beban xxx**
Kas di Kas Daerah xxx
*) beban bunga yang menjadi beban tahun berjalan
**) beban bunga yang menjadi beban tahun sebelumnya (dan sudah diakui
dengan jurnal pengakuan utang beban bunga) yang dibayarpada tahun
berjalan.

Sub-sistem akuntansi pelaksanaan anggaran


Belanja xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx

Pada saat utang jangka panjang dilunasi, jurnal yang dibuat:


Sub-sistem akuntansi keuangan
Utang Jangka Panjang xxx
Kas di Kas Daerah xxx

181
Catatan:
Akun ’Utang Jangka Panjang’ dicatat sebesar nilai nominalnya. Jika pemda
mendapat keringanan pembayarn utang, sehingga jumlah yang dibayar lebih
kecil dari nilai nominal utangnya, maka selisihnya dicatat ke akun ’Surplus
Pembayaran Kewajiban’, di sisi kredit.

Sub-sistem akuntansi pelaksanaan anggara


Pengeluaran Pembiayaan-Pembayaran Pinjaman jk Panjang xxx*
Estimasi Perubahan SAL xxx
*) Jumlah yang dicatat dalam pengeluran pembiayaan adalah jumlah yang
dibayarkan pemda.

10. Jurnal Standar Transaksi Ekuitas


Akun Ekuitas yang dilaporkan di neraca mencerminkan hak residual
pemda/PPKD. Jurnal yang terkait dengan akun ekuitas umumnya dilakukan
pada saat membuat jurnal penutup pada akhir tahun, yaitu untuk menutup
akun ’Pendapatan-LO’ dan ’Beban’. Jurnal yang dibuat adalah sbb.:
Jurnal untuk menutup akun-akun Pendapatan-LO dan Beban terlebih
dahulu akan ditutup ke akun ’Surplus/Defisit-LO, sbb.:
Pendapatan-LO xxx
Beban xxx
Surplus/Defisit-LO* xxx

*) Akun Surplus/Defisit-LO di kredit jika LO PPKD menunjukkan saldo


surplus. Saldo surplus terjadi bila total saldo akun-akun pendapatan-LO
lebih besar dari total saldo akun-akun beban. Akun surplus/defisit-LO
PPKD belum menunjukkan surplus/defisit di tingkat Pemda, karena saldo
akun tersebut belum merupakan gabungan dengan surplus/defisit dari
seluruh SKPD, melainkan baru mencerminkan transaksi pelaksanaan
DPA-PPKD.
Akun surplus/defisit non-operasional dan pos luar biasa juga pada akhirnya
akan ditutup ke akun ’Ekuitas’.

Melanjutkan jurnal di atas, selanjutnya akun Surplus/Defisit-LO akan


ditutup ke akun Ekuitas, dengan jurnal sbb.:
Surplus/Defisit-LO xxx
Ekuitas xxx

182
11. Jurnal Standar Transaksi Resiprokal
Jurnal ini dibuat untuk mencatat transaksi resiprokal (transaksi timbal-
balik) antara PPKD selaku BUD dengan SKPD, yang secara umum
mencatat penerbitan SP2D dan penerimaan setoran dari SKPD. Jurnal ini
hanya dibuat di sub-sistem akuntansi keuangan, sbb.:
a. Pada saat BUD menerbitkan SP2D, baik LS maupun UP/GU/TU,
jurnal yang dibuat di dalam akuntansi PPKD adalah:

RK-SKPD (ditulis sesuai nama SKPD-nya) xxx


Kas di Kas Daerah xxx

b. Pada saat BUD menerima setoran pendapatan dari SKPD, berdasarkan


bukti berupa nota kredit/rekening koran, copy STS, jurnal yang dibuat
di dalam akuntansi PPKD adalah:

Kas di Kas Daerah xxx


RK-SKPD (ditulis sesuai nama SKPD-nya) xxx

c. Pada saat BUD menerima setoran sisa dana TU ataupun sisa UP dari
SKPD, berdasarkan bukti berupa nota kredit/rekening koran, copy STS,
jurnal yang dibuat di dalam akuntansi PPKD adalah:

Kas di Kas Daerah xxx


RK-SKPD (ditulis sesuai nama SKPD-nya) xxx

D. Ilustrasi Akuntansi PPKD


Untuk menyederhanakan ilustrasi, transaksi akan dibuat secara ringkas
per jenis transaksi, bukan per tanggal transaksi karena penekanannya di sini
adalah pemahaman tentang bagaimana penjurnalan untuk setiap jenis
transaksi yang biasa terjadi pada PPKD, hingga akhirnya dihasilkan laporan
keuangan PPKD.

183
Ilustrasi Akuntansi PPKD

Data-data yang tersedia untuk pelaksanaan akuntansi PPKD adalah sbb.:


A. Data Neraca PPKD per 31 Desember 2012

Pemkab Makmur Jaya


PPKD
Neraca
Per 31 Desember 2012
ASET Rp KEWAJIBAN
Aset Lancar Kewajiban Jangka -
Kas di Kasda 35.750.654.000 Pendek -
Kewajiban Jangka
Investasi Jangka Pendek
Pangjang 45.750.654.000
Penyertaan Modal 10.000.000.000 EKUITAS
pada Ekuitas**
Perusahaan Daerah

TOTAL ASET 45.750.654.000 TOTAL 45.750.654.000


KEWAJIBAN &
EKUITAS

Keterangan mengenai neraca saldo di atas:

Akun Ekuitas di dalam SAP Akrual tidak dibagi lagi ke dalam Ekuitas
Dana Lancar, Ekuitas Dana Diinvestasikan, Ekuitas Dana Cadangan,
karena akun Ekuitas di sini sudah merupakan Ekuitas yg bersifat full
accrual.
Saldo Kas di Kasda merupakan SiLPA awal tahun 2013 karena semua
SKPD sudah menyetorkan baik kas di bendahara pengeluran maupun
bendahara penerimaan. Di samping itu, PPKD selaku BUD tidak
memilik utang PFK (Perhitungan Fihak Ketiga), seperti utang PPh/PPN,
iuran taspen, iuran askes.
PPKD tidak memilik utang jangka panjang.

184
B. Ringkasan DPA PPKD T.A. 2013

Pemerintah Kabupaten Makmur Jaya


Dokumen Pelaksanaan Anggaran PPKD
Tahun Anggaran 2013
Anggaran
No. Urut Uraian
(Perubahan)
(1) (2) (3)
1 PENDAPATAN
1.2 Pendapatan Dana Perimbangan
1.2.1 Pendapatan Dana Bagi Hasil 54.350.000.000
1.2.2 Pendapatan Dana Alokasi Umum 255.000.000.000
1.2.3 Pendapatan Dana Alokasi Khusus 45.500.000.000
Jumlah Dana Perimbangan 354.850.000.000
1.3 Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah
1.3.1 Pendapatan Hibah -
Jumlah Lain-Lain Pendapatan Daerah yang -
Sah
Jumlah Pendapatan 354.850.000.000
2 BELANJA
2.2 Belanja Tidak Langsung
2.2.1 Belanja Bunga -
2.2.2 Belanja Subsidi -
2.2.3 Belanja Hibah -
2.2.4 Belanja Bantuan Sosial 3.500.000.000
2.2.5 Belanja Bagi Hasil -
2.2.6 Belanja Bantuan Keuangan 2.000.000.000
2.2.7 Belanja Tak Terduga 2.500.000.000
Jumlah Belanja 8.000.000.000
Surplus /Defisit: [1]-[2] 346.850.000.000

3. Pembiayaan
3.1. Penerimaan Pembiayaan
3.1.1 SiLPA awal Tahun Anggaran 35.750.654.000
3.1.2 Pencairan Dana Cadangan -
3.1.3 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang -
Dipisahkan
3.1.4 Penerimaan Pinjaman Daerah 25.000.000.000
3.1.5 Penerimaan Piutang Daerah -
Jumlah Penerimaan Pembiayaan 60.750.654.000
3.2 Pengeluaran Pembiayaan
3.2.1 Pembentukan Dana Cadangan 5.000.000.000

185
3.2.2 Penyertaan Modal Daerah 2.500.000.000
3.2.3 Pembayaran Pokok Utang
3.2.4 Pemberian Pinjaman Daerah
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan 7.500.000.000
Pembiayaan Neto [3.1] –[3.2] 53.250.654.000
SILPA Akhir Tahun Anggaran*) 400.100.654.000
[Surplus/Defisit + Pembiayaan Neto]

*)
Perlu diingat bahwa SILPA pada DPA PPKD belum mencerminkan
SILPA di tingkat Pemda, karena SILPA di DPA PPKD tersebut belum
digabung dengan surplus/defisit dari seluruh SKPD.

C. Ringkasan transaksi PPKD selama T.A. 2013 adalah sbb.:


a) Jumlah total realisasi pendapatan dana perimbangan T.A. 2013
berdasarkan Nota Kredit Rekening Koran Bank adalah sbb.:

No. Uraian Jumlah


Rek (Rp)
Pendapatan DBH 55.850.000.000
Pendapatan DAU 250.000.000.000
Pendapatan DAK 45.500.000.000
Jumlah 351.350.000.000

b) Jumlah total pendapatan SKPD yang telah disetorkan ke rekening


Kasda berdasarkan STS dan Nota Kredit Rekening Koran Bank
adalah Rp35.467.546.000
c) Jumlah total SP2D LS yang diterbitkan kepada seluruh SKPD
adalah Rp.390.756.540.000
d) Jumlah potongan dan penyetoran PFK yang dilakukan oleh BUD
atas SP2D LS yang diterbitkan kepada seluruh SKPD adalah sbb:

No. Uraian Jumlah Dipotong/ Jumlah


Rek dipungut (Rp) Disetor (Rp)
Potongan PPh dan PPN 32.650.386.000 32.540.654.000
Potongan Taspen 18.120.000.000 18.120.000.000
Potongan Askes 1.560.430.000 1.560.430.000
Jumlah 52.330.816.000 52.221.084.000

186
e) Jumlah total SP2D UP/GU dan TU yang diterbitkan kepada seluruh
SKPD adalah Rp 3.576.000.000
f) Jumlah total sisa UP dan TU yang disetorkan kembali oleh seluruh
SKPD ke rekening Kasda adalah Rp 124.760.000
g) Jumlah total SP2D LS realisasi belanja tidak langsung PPKD terdiri
dari:

No. Uraian Jumlah


Rek (Rp)
Belanja Bantuan Sosial 3.500.000.000
Belanja Bantuan Keuangan 2.000.000.000
Jumlah 5.500.000.000

h) Jumlah penerimaan pinjaman jk panjang dari Pemerintah Pusat


berdasarkan bukti transfer dan/atau Nota Kredit Rekening Koran
Bank sebesar Rp25.000.000.000
i) Jumlah SP2D LS untuk pembentukan dana cadangan sebesar
Rp5.000.000.000
j) Jumlah SP2D LS untuk penambahan penyertaan modal di
perusahaan daerah sebesar Rp 2.500.000.000
k) DAU yang belum diterima sd akhir tahun 2013 sebesar Rp
5.000.000.000
l) Beban bunga yang terutang atas pinjaman jangka panjang sebesar
Rp250.000.000

187
Jawaban ilustrasi soal di atas akan diberikan dengan sistematika berikut:

BAGIAN I: SUB-SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN


Sub-sistem Akuntansi Keuangan mencatat transaksi secara keuangan ke
dalam jurnal, posting ke buku besar, neraca saldo, hingga dihasilkan laporan
keuangan berupa Laporan Operasional (LO) dan Neraca PPKD.

Jurnal Umum
Tgl Uraian/Nama Akun Debit Kredit
a) Kas di Kas Daerah 351.350.000.000
Pendapatan DBH – LO 55.850.000.000
Pendapatan DAU – LO 250.000.000.000
Pendapatan DAK – LO 45.500.000.000
(Penerimaan pendapatan
dana perimbangan)
b) Kas di Kas Daerah 35.467.546.000
RK-SKPD 35.467.546.000
(Transaksi resiprokal-
penerimaan setoran
pendapatan SKPD)

c) RK-SKPD 390.756.540.000
Kas di Kas Daerah 390.756.540.000
(Transaksi resiprokal-
penerbitan SP2D-LS kepada
SKPD)

d) Kas di Kas Daerah 52.330.816.000


Utang PPh dan PPN 32.650.386.000
Utang Iuran Taspen 18.120.000.000
Utang Iuran Askes 1.560.430.000

Utang PPh dan PPN 32.540.654.000


Utang Iuran Taspen 18.120.000.000
Utang Iuran Askes 1.560.430.000
Kas di Kas Daerah 52.221.084.000
(Transaksi PFK)
e) RK-SKPD 3.576.000.000

188
Kas di Kas Daerah 3.576.000.000
(Transaksi resiprokal-
penerbitan SP2D
UP/GU/TU kepada SKPD)

f) Kas di Kas Daerah 124.760.000


RK-SKPD 124.760.000
(Transaksi resiprokal-
penerimaan setoran sisa
UP/TU dari SKPD)

g) Beban Bantuan Sosial 3.500.000.000


Beban Bantuan Keuangan 2.000.000.000
Kas di Kas Daerah 5.500.000.000
(Pembayaran belanja tidak
langsung PPKD)
h) Kas di Kas Daerah 25.000.000.000
Utang Kepada 25.000.000.000
Pemerintah Pusat
(Penerimaan pinjaman jk
panjang dari pemerintah
pusat)
i) Dana Cadangan 5.000.000.000
Kas di Kas Daerah 5.000.000.000
(Pembentukan dana
cadangan)
j) Penyertaan Modal Pada 2.500.000.000
BUMD
Kas di Kas Daerah 2.500.000.000
(Penyertaan modal pada
BUMD)

Ayat jurnal penyesuaian


akhir tahun
k) Piutang DAU 5.000.000.000
Pendapatan DAU – LO 5.000.000.000

l) Beban Bunga 250.000.000


Utang Bunga 250.000.000

189
Setelah seluruh jurnal di atas diposting ke buku besar, diperoleh neraca
saldo akhir tahun (setelah ayat jurnal penyesuaian) sbb.:

Pemerintah Kabupaten Makmur Jaya


PPKD
Neraca Saldo
(Entitas Akuntansi Keuangan)
Per 31 Desember 2013
No. Nama Akun Debit Kredit
Rek
1.xxx Kas di Kas Daerah 40.470.152.000
1.xxx Piutang DAU 5.000.000.000
1.x.xx Penyertaan Modal 12.500.000.000
Pemda pada Perusda
1.xxx Dana Cadangan 5.000.000.000
1.xxx R/K SKPD 358.740.234.000
2.xxx Utang PPh dan PPN 109.732.000
2.xxx Utang kepada 25.000.000.000
Pemerintah Pusat
2.xxx Utang Bunga 250.000.000
3.xxx Ekuitas 45.750.654.000
8.xxx Pendapatan DBH – 55.850.000.000
LO
8.xxx Pendapatan DAU – 255.000.000.000
LO
8.xxx Pendapatan DAK – LO 45.500.000.000
9.xxx Beban Bunga 250.000.000
9.xxx Beban Bantuan Sosial 3.500.000.000
9.xxx Beban Bantuan 2.000.000.000
Keuangan
Jumlah Total 427.460.386.000 427.460.386.000

190
LAPORAN KEUANGAN
(Entitas Akuntansi Keuangan)

Pemerintah Kabupaten Makmur Jaya


PPKD
Laporan Operasional
Untuk Tahun Anggaran yang Berakhir 31 Desember 2013
Uraian Jumlah
PENDAPATAN TRANSFER
Pendapatan Dana Bagi Hasil (Pusat) 55.850.000.000
Pendapatan DAU 255.000.000.000
Pendapatan DAK 45.500.000.000
Jumlah Pendapatan 356.350.000.000
BEBAN
Beban Bunga 250.000.000
Beban Bantuan Sosial 3.500.000.000
Beban Bantuan Keuangan 2.000.000.000
Jumlah Beban 5.750.000.000
SURPLUS (DEFISIT) KEGIATAN OPERASIONAL 350.600.000.000

191
Pemerintah Kabupaten Makmur Jaya
PPKD
Neraca
Per 31 Desember 2013
ASET Rp KEWAJIBAN Rp
Aset Lancar Kewajiban Jangka
Kas di Kas 40.470.152.000 Pendek 109.732.000
Daerah*) 5.000.000.000 Utang PPh/PPN 250.000.000
Piutang DAU 45.470.152.000 Utang Bunga
Total Aset Total Kewajiban 359.732.000
Lancar Jangka
Pendek
Investasi Jk Panjang 12.500.000.000
Penyertaan Modal Kewajiban Jangka 25.000.000.000
pada 5.000.000.000 Panjang
BUMD Utang Pada 25.359.732.000
358.740.234.000 Pemerintah
Dana Cadangan Pusat
45.750.654.000
RK-SKPD Total Kewajiban 350.600.000.000
396.350.654.000
EKUITAS **)
Ekuitas Awal Tahun
Surplus (Defisit)-LO
Ekuitas Akhir
Tahun
TOTAL
TOTAL ASET 421.710.386.000 KEWAJIBAN & 421.710.386.000
EKUITAS

*)Saldo Kas di Kas Daerah sebesar Rp 40.470.152.000 dapat direkonsiliasi


dengan perhitungan berikut:
SILPA-PPKD Akhir Tahun (LRA) = Rp 399.100654.000
RK-SKPD (Neraca) = Rp 358.740.234.000 (-)
Selisih SILPA dan RK-SKPD = Rp 40.360.420.000
Utang PFK berupa PPh/PPN (Neraca) = Rp 109.732.000(+)
Saldo Kas di Kas Daerah akhir tahun = Rp 40.470.152.000
**)Tidak perlu dibuatkan Laporan Perubahan Ekuitas tersendiri untuk
memudahkan pengonsolidasian Neraca PPKD dan Neraca seluruh SKPD.
Laporan Perubahan Ekuitas cukup dibuatkan di dalam Laporan Keuangan
di Tingkat Pemda (Laporan Keuangan Konsolidasian)

192
AYAT JURNAL PENUTUP*)
(Entitas Akuntansi Keuangan)

JURNAL UMUM
Tanggal Rekening / uraian Ref. Debit Kredit
(No.
Transaksi)

2013
Des 31 Pendapatan DBH – LO 55.850.000.000
Pendapatan DAU – LO 255.000.000.000
Pendapatan DAK – LO 45.500.000.000
Beban Bunga 250.000.000
Beban Bantuan Sosial 3.500.000.000
Beban Bantuan 2.000.000.000
Keuangan
Suplus (Defisit)-LO 350.600.000.000
31 Suplus (Defisit)-LO 350.600.000.000
Ekuitas 8.140.234.000
RK-SKPD 358.740.234.000

*) Tujuan jurnal penutup adalah untuk menutup (menihilkan) akun-akun


sementara, yaitu akun-akun LO dan akun resiprokal (RK-SKPD). Saldo
akun-akun sementara tsb pada akhirnya akan dipindahkan ke akun
‘Ekuitas’. Saldo akun Ekuitas akhir yang dilaporkan di dalam Neraca akhir
tahun yang ditampilkan di atas tentunya berbeda dengan saldo akun Ekuitas
akhir yang nampak pada neraca saldo setelah tutup buku. Hal ini
dikarenakan di Neraca akhir tahun masih belum menutup akun ‘RK-SKPD’
dan akun ‘Surplus (Defisit)-LO’ dan kedua akun ini sengaja masih
ditampilkan karena neraca tersebut akan dikonsolidasikan dengan neraca
seluruh SKPD.

Setelah ayat jurnal penutup tersebut diposting ke buku besar, maka akun-
akun besar yang masih terbawa ke tahun berikutnya tinggal akun-akun
neraca berikut ini.

193
Pemerintah Kabupaten Makmur Jaya
PPKD
Neraca Saldo Setelah Tutup Buku
(Entitas Akuntansi Keuangan)
Per 31 Desember 2013
No. Nama Akun Debit Kredit
Rek
1.xxx Kas di Kas Daerah 40.470.152.000
1.xxx Piutang DAU 5.000.000.000
1.x.xx Penyertaan Modal 12.500.000.000
Pemda pada Perusda
1.xxx Dana Cadangan 5.000.000.000
2.xxx Utang PPh dan PPN 109.732.000
2.xxx Utang kepada 25.000.000.000
Pemerintah Pusat
2.xxx Utang Bunga 250.000.000
3.xxx Ekuitas 37.610.420.000
Jumlah 62.970.152.000 62.970.152.000

BAGIAN II: SUB-SISTEM AKUNTANSI PELAKSANAAN


ANGGARAN
Sub-sistem Akuntansi Pelaksanaan Anggaran mencatat transaksi secara
basis kas transaksi pendapatan-LRA, belanja, dan pembiayaan ke dalam
jurnal, posting ke buku besar, neraca saldo, hingga dihasilkan laporan
keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran (LRA).

Jurnal Umum
Tgl Uraian/Nama Akun Debit Kredit
Estimasi Pendapatan 354.850.000.000
Estimasi Penerimaan Pembiayaan 60.750.654.000
Aproriasi Belanja 8.000.000.000
Aproriasi Pengeluaran 7.500.000.000
Pembiayaan
Estimasi Perubahan SAL 400.100.654.000
(Jurnal Anggaran PPKD)

a) Estimasi Perubahan SAL 351.350.000.000

194
Pendapatan DBH – LRA 55.850.000.000
Pendapatan DAU – LRA 250.000.000.000
Pendapatan DAK – LRA 45.500.000.000
(Penerimaan pendapatan dana
perimbangan)
g) Belanja Bantuan Sosial 3.500.000.000
Belanja Bantuan Keuangan 2.000.000.000
Estimasi Perubahan SAL 5.500.000.000
(Pembayaran belanja tidak langsung
PPKD)
h) Estimasi Perubahan SAL 25.000.000.000
Penerimaan Pembiayaan- 25.000.000.000
Penarikan Pinjaman dari
Pemerintah Pusat
(Penerimaan pinjaman jk panjang
dari pemerintah pusat)
i) Pengeluaran Pembiayaan- 5.000.000.000
Pembentukan Dana Cadangan
Estimasi Perubahan SAL 5.000.000.000
(Pembentukan dana cadangan)
j) Pengeluraran Pembiayaan- 2.500.000.000
Penyertaan Modal Pada BUMD
Estimasi Perubahan SAL 2.500.000.000
(Penyertaan modal pada BUMD)

Setelah seluruh jurnal di atas diposting ke buku besar, diperoleh neraca


saldo akhir tahun sbb.:

Pemerintah Kabupaten Makmur Jaya


PPKD
Neraca Saldo
(Entitas Akuntansi Anggaran)
Per 31 Desember 2013
No. Nama Akun Debit Kredit
Rek
3.xxx Estimasi Pendapatan 354.850.000.000
3.xxx Aproriasi Belanja 8.000.000.000
3.xxx Estimasi Penerimaan Pembiayaan 60.750.654.000
3.xxx Apropriasi Pengeluaran Pembiayaan 7.500.000.000
3.xxx Estimasi Perubahan SAL 36.750.654.000

195
4.xxx Pendapatan DBH-LRA 55.850.000.000
4.xxx Pendapatan DAU-LRA 250.000.000.000
4.xxx Pendapatan DAK-LRA 45.500.000.000
5.xxx Belanja Bantuan Sosial 3.500.000.000
5.xxx Belanja Bantuan Keuangan 2.000.000.000
7.1xx Penerimaan Pembiayaan- 25.000.000.000
Penarikan Pinjaman Kepada
Pemerintah Pusat
7.2xx Pengeluaran Pembiayaan- 5.000.000.000
Pembentukan Dana Cadangan
7.2xx Pengeluaran Pembiayaan- 2.500.000.000
Penyertaan Modal pada
BUMD
428.600.654.000 428.600.654.000

Pemerintah Kabupaten Makmur Jaya


PPKD
Laporan Realisasi Anggaran
Untuk Tahun Anggaran yang Berakhir 31 Desember 2013
(dalam ribuah rupiah)

(1) LRA Format Permendagri 13/2006)


Uraian Anggaran Realisasi Selisih
(Rp) (Rp) (Rp)
(1) (2) (3) (4)=(3) –
(2)
PENDAPATAN DANA
PERIMBANGAN
Pendapatan DBH 54.350.000 55.850.000 1.500.000
Pendapatan DAU 255.000.000 250.000.000 (5.000.000)
Pendapatan DAK 45.500.000 45.500.000 -
Total Pendapatan Dana 354.850.000 351.350.000 (3.500.000)
Perimbangan

BELANJA
Belanja Tidak Langsung:
Belanja Bantuan Sosial 3.500.000 3.500.000 -

196
Belanja Bantuan Keuangan 2.000.000 2.000.000 -
Belanja Tak Terduga 2.500.000 - (2.500.000)
Total Belanja 8.000.000 5.500.000 (2.500.000)
Surplus (Defisit) 346.850.000 345.850.000 (1.000.000)

PEMBIAYAAN
Penerimaan Pembiayaan
SiLPA awal tahun 35.750.654 35.750.654
Penerimaan Pembiayaan- 25.000.000 25.000.000 -
Penarikan
Pinjaman Kepada Pemerintah
Pusat
Jumlah Penerimaan Pembiayaan 60.750.654 60.750.654
Pengeluaran Pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan- 5.000.000 5.000.000 -
Pembentukan
Dana Cadangan
Pengeluaran Pembiayaan- 2.500.000 2.500.000 -
Penyertaan
Modal pada BUMD
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan 7.500.000 7.500.000
Pembiayaan Neto 53.250.654 53.250.654 -
SILPA Akhir Tahun*) 400.100.654 399.100.654 (1.000.000)
*)
SILPA tersebut merupakan SILPA sebelum memperhitungkan surplus
(defisit) dari seluruh SKPD.

Pemerintah Kabupaten Makmur Jaya


PPKD
Laporan Realisasi Anggaran
Untuk Tahun Anggaran yang Berakhir 31 Desember 2013
(dalam ribuah rupiah)
(2) LRA Format SAP
Uraian Anggaran Realisasi Selisih
(Rp) (Rp) (Rp)
(1) (2) (3) (4)=(3) – (2)
PENDAPATAN TRANSFER DARI
PEMERINTAH PUSAT
Pendapatan DBH 54.350.000 55.850.000 1.500.000
Pendapatan DAU 255.000.000 250.000.000 (5.000.000)

197
Pendapatan DAK 45.500.000 45.500.000 -
Total Pendapatan Transfer 354.850.000 351.350.000 (3.500.000)

BELANJA
Belanja Operasi
Belanja Bantuan Sosial 3.500.000 3.500.000 -
Belanja Tak Terduga 2.500.000 - (2.500.000)
Transfer Bantuan Keuangan 2.000.000 2.000.000 -
Total Belanja 8.000.000 5.500.000 (2.500.000)
Surplus (Defisit) 346.850.000 345.850.000 (1.000.000)

PEMBIAYAAN
Penerimaan Pembiayaan
SiLPA awal tahun 35.750.654 35.750.654
Penerimaan Pembiayaan-Penarikan
Pinjaman Kepada Pemerintah
Pusat 25.000.000 25.000.000 -
Jumlah Penerimaan Pembiayaan 60.750.654 60.750.654
Pengeluaran Pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan- -
Pembentukan Dana Cadangan 5.000.000 5.000.000
Pengeluaran Pembiayaan-
Penyertaan Modal pada BUMD 2.500.000 2.500.000 -
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan 7.500.000 7.500.000
Pembiayaan Neto 53.250.654 53.250.654 -
SILPA Akhir Tahun*) 400.100.654 399.100.654 (1.000.000)
*)
SILPA-PPKD tersebut merupakan SILPA sebelum memperhitungkan
surplus (defisit) dari seluruh SKPD

AYAT JURNAL PENUTUP


(Entitas Akuntansi Pelaksanaan Anggaran)
JURNAL UMUM
Tanggal Rekening / uraian Ref. Debit Kredit
(No.
Transaksi)

2013
Des, Aproriasi Belanja 8.000.000.000
31
Apropriasi Pengeluaran
Pembiayaan 7.500.000.000
Estimasi Perubahan SAL 400.100.654.000

198
Estimasi Pendapatan 354.850.000.000
Estimasi Penerimaan
Pembiayaan 60.750.654.000

Pendapatan DBH-LRA 55.850.000.000


Pendapatan DAU-LRA 250.000.000.000
Pendapatan DAK-LRA 45.500.000.000
Penerimaan Pembiayaan- 25.000.000.000
Penarikan Pinjaman Kepada
Pemerintah Pusat
Belanja Bantuan Sosial 3.500.000.000
Belanja Bantuan 2.000.000.000
Keuangan
Pengeluaran 5.000.000.000
Pembiayaan-
Pembentukan Dana
Cadangan
Pengeluaran 2.500.000.000
Pembiayaan-
Penyertaan Modal pada
BUMD
Estimasi Perubahan SAL 363.350.000.000

Setelah ayat jurnal penutup di atas di posting ke akun-akun buku besar


entitas akuntansi pelaksanaan anggaran, maka akun-akun tsb akan bersaldo
nihil. Dengan demikian, saldo dari akun-akun pelaksanaan anggaran tsb
tidak berlanjut/diakumulasikan dengan jumlah realisasi anggaran pada
tahun-tahun berikutnya.

199
SOAL LATIHAN

A. SOAL TEORI

1) Sebutkan jenis-jenis pendapatan yang umumnya dianggarkan pada


anggaran PPKD ?
2) Sebutkan jenis-jenis belanja yang tidak akan terjadi pada transaksi
anggaran PPKD ?
3) Sebutkan akun beban apa saja yang umumnya tidak akan muncul di
LO-PPKD ?
4) Sebutkan jenis-jenis aset yang mungkin tidak akan muncul pada Neraca
PPKD ?
5) Sebutkan akun-akun aset dan kewajiban apa saja yang akan muncul di
Neraca PPKD sebagai akibat dari transaksi pembiayaan ?

200
B. PROBLEM

PROBLEM 1
Berikut ini disajikan data akuntansi PPKD Pemkab Sejahtera untuk T.A.
2013.
Pemerintah Kabupaten Sejahtera
PPKD
Neraca Saldo
Per 1 Januari 2013
Nama Rek Debit Kredit
(Rp) (Rp)
Kas di Kas Daerah 45.750.765.000
Piutang DAU 15.000.000.000
Penyertaan Modal pada 25.000.000.000
Perusahaan Daerah
Ekuitas 85.750.765.000
Jumlah 85.750.765.000 85.750.765.000

B. Ringkasan DPA PPKD T.A. 2013

Pemerintah Kabupaten Sejahtera


Dokumen Pelaksanaan Anggaran PPKD
Tahun Anggaran 2013

Anggaran
No. Urut Uraian
Perubahan
(1) (2) (3)
1 PENDAPATAN
1.2 Pendapatan Dana Perimbangan
1.2.1 Pendapatan Dana Bagi Hasil 40.350.000.000
1.2.2 Pendapatan Dana Alokasi Umum 275.000.000.000
1.2.3 Pendapatan Dana Alokasi Khusus 25.000.000.000
Jumlah Dana Perimbangan 340.350.000.000
1.3 Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah
1.3.1 Pendapatan Hibah -
Jumlah Lain-Lain Pendapatan Daerah yang -
Sah

201
Jumlah Pendapatan 340.350.000.000
2 BELANJA
2.2 Belanja Tidak Langsung
2.2.1 Belanja Bunga -
2.2.2 Belanja Subsidi -
2.2.3 Belanja Hibah -
2.2.4 Belanja Bantuan Sosial 5.000.000.000
2.2.5 Belanja Bagi Hasil -
2.2.6 Belanja Bantuan Keuangan 2.500.000.000
2.2.7 Belanja Tak Terduga 4.500.000.000
Jumlah Belanja 12.000.000.000
Surplus /Defisit: [1]-[2] 328.350.000.000

3. Pembiayaan
3.1. Penerimaan Pembiayaan
3.1.1 SiLPA Tahun Anggaran sebelumnya*) 45.750.765.000
3.1.2 Pencairan Dana Cadangan -
3.1.3 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang -
Dipisahkan
3.1.4 Penerimaan Pinjaman Daerah 20.000.000.000
3.1.5 Penerimaan Piutang Daerah -
Jumlah Penerimaan Pembiayaan 65.750.765.000
3.2 Pengeluaran Pembiayaan
3.2.1 Pembentukan Dana Cadangan
3.2.2 Penyertaan Modal Daerah 2.500.000.000
3.2.3 Pembayaran Pokok Utang
3.2.4 Pemberian Pinjaman Daerah
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan 2.500.000.000
Pembiayaan Neto [3.1] –[3.2] 63.250.765.000
SILPA PPKD Akhir Tahun Anggaran 391.600.765.000
[Surplus/Defisit + Pembiayaan Neto]

C. Ringkasan transaksi PPKD selama T.A. 2013 adalah sbb.:


a) Jumlah total realisasi pendapatan dana perimbangan berdasarkan
Nota Kredit Rekening Koran Bank adalah sbb.:

Uraian Jumlah
(Rp)
Pendapatan DBH 38.500.000.000
Pendapatan DAU* 290.000.000.000

202
Pendapatan DAK 25.000.000.000
Jumlah 353.500.000.000
*Keterangan: dari jumlah pendapatan DAU tersebut termasuk
penerimaan Piutang DAU sebesar Rp15.000.000.000.

b) Jumlah total pendapatan SKPD yang telah masuk ke rekening


Kasda berdasarkan STS dan Nota Kredit Rekening Koran Bank
adalah Rp145.430.875.000
c) Jumlah total SP2D LS yang diterbitkan kepada seluruh SKPD
adalah Rp.445.765.190.000
d) Jumlah potongan PFK yang berasal dari realisasi anggaran 2013
adalah Rp52.330.750.000. Uang PFK tersebut telah disetorkan
seluruhnya kepada para fihak ketiga terkait.
e) Jumlah total SP2D UP/GU dan TU yang diterbitkan kepada seluruh
SKPD adalah Rp45.000.000.000
f) Jumlah total sisa UP dan TU yang disetorkan kembali oleh seluruh
SKPD ke rekening Kasda adalah Rp 250.760.000
g) Jumlah total SP2D LS untuk belanja tidak langsung PPKD terdiri
dari:

Uraian Jumlah
(Rp)
Belanja Bantuan Sosial 5.000.000.000
Belanja Bantuan Keuangan 2.500.000.000
Belanja Tak Terduga 1.500.000.000
Jumlah 9.000.000.000

h) Jumlah penerimaan pinjaman jk panjang dari Pemerintah Pusat


berdasarkan bukti transfer dan/atau Nota Kredit Rekening Koran
Bank sebesar Rp 20.000.000.000
i) Jumlah SP2D LS untuk penambahan penyertaan modal di
perusahaan daerah sebesar Rp2.000.000.000

Keterangan tambahan untuk penyesuian akhir tahun:


j) Pada akhir tahun diakui piutang atas DBH yang masih harus
diterima.

203
Diminta:
1) Ayat jurnal yang diperlukan;
2) LRA PPKD untuk tahun anggaran yang berakhir 31 Des 2013.
3) LO-PPKD untuk tahun anggaran yang berakhir 31 Des 2013.
4) Neraca PPKD per 31 Des 2013

PROBLEM 2
Data-data yang tersedia untuk pelaksanaan akuntansi PPKD Pemerintah
Kabupaten Adil Makmur adalah sbb.:
A. Data Neraca PPKD awal per 1 Januari 2013
Pemerintah Kabupaten Adil Makmur
PPKD
Neraca Saldo
Per 1 Januari 2013
No. Nama Rek Debit Kredit
Rek
1.1.1.x Kas di Kas Daerah 35.750.654.000
1.2.1.x Penyertaan Modal pada 10.000.000.000
Perusahaan Daerah
3.1.1.x Ekuitas 45.750.654.000
Jumlah 45.750.654.000 45.750.654.000

B. Ringkasan DPA PPKD T.A. 2013

Pemerintah Kabupaten Adil Makmur


Dokumen Pelaksanaan Anggaran PPKD
Tahun Anggaran 2013

No. Anggaran
Uraian
Urut stlh Perubahan
(1) (2) (3)
1 PENDAPATAN
1.2 Pendapatan Dana Perimbangan
1.2.1 Pendapatan Dana Bagi Hasil 54.350.000.000
1.2.2 Pendapatan Dana Alokasi Umum 255.000.000.000

204
1.2.3 Pendapatan Dana Alokasi Khusus 45.500.000.000
Jumlah Dana Perimbangan 354.850.000.000
1.3 Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah
1.3.1 Pendapatan Hibah -
Jumlah Lain-Lain Pendapatan Daerah -
yang Sah
Jumlah Pendapatan 354.850.000.000
2 BELANJA
2.2 Belanja Tidak Langsung
2.2.1 Belanja Bunga -
2.2.2 Belanja Subsidi -
2.2.3 Belanja Hibah -
2.2.4 Belanja Bantuan Sosial 3.500.000.000
2.2.5 Belanja Bagi Hasil -
2.2.6 Belanja Bantuan Keuangan 2.000.000.000
2.2.7 Belanja Tak Terduga 2.500.000.000
Jumlah Belanja 8.000.000.000
Surplus /Defisit: [1]-[2] 346.850.000.000

3. Pembiayaan
3.1. Penerimaan Pembiayaan
3.1.1 SiLPA Tahun Anggaran sebelumnya 35.750.654.000
3.1.2 Pencairan Dana Cadangan -
3.1.3 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang -
Dipisahkan
3.1.4 Penerimaan Pinjaman Daerah 25.000.000.000
3.1.5 Penerimaan Piutang Daerah -
Jumlah Penerimaan Pembiayaan 60.750.654.000
3.2 Pengeluaran Pembiayaan
3.2.1 Pembentukan Dana Cadangan 5.000.000.000
3.2.2 Penyertaan Modal Daerah 2.500.000.000
3.2.3 Pembayaran Pokok Utang
3.2.4 Pemberian Pinjaman Daerah
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan 7.500.000.000
Pembiayaan Neto [3.1] –[3.2] 53.250.654.000

205
SILPA Tahun Anggaran Berkenaan 400.100.650.000
[Surplus/Defisit + Pembiayaan Neto]

C. Ringkasan transaksi PPKD selama T.A. 2013 adalah sbb.:


a) Jumlah total realisasi pendapatan dana perimbangan berdasarkan
Nota Kredit Rekening Koran Bank adalah Rp dengan rincian sbb.:

No. Uraian Jumlah


Rek (Rp)
Pendapatan DBH 54.350.000.000
Pendapatan DAU 250.000.000.000
Pendapatan DAK 45.500.000.000
Jumlah 351.350.000.000

b) Jumlah total pendapatan SKPD yang telah disetorkan ke rekening


Kasda berdasarkan STS dan Nota Kredit Rekening Koran Bank
adalah Rp35.467.546.000
c) Jumlah total SP2D LS yang diterbitkan kepada seluruh SKPD
adalah Rp.390.756.540.000
d) Jumlah potongan dan penyetoran PFK yang dilakukan oleh BUD
atas SP2D LS yang diterbitkan kepada seluruh SKPD adalah sbb:

No. Uraian Jumlah Jumlah


Rek Dipotong/dipungut Disetor
(Rp) (Rp)
Potongan PPh dan PPN 32.650.386.000 32.540.654.000
Potongan Taspen 18.120.000.000 18.120.000.000
Potongan Askes 1.560.430.000 1.560.430.000
Jumlah 52.330.816.000 52.221.084.000

e) Jumlah total SP2D UP/GU dan TU yang diterbitkan kepada seluruh


SKPD adalah Rp 3.576.000.000
f) Jumlah total sisa UP dan TU yang disetorkan kembali oleh seluruh
SKPD ke rekening Kasda adalah Rp 124.760.000
g) Jumlah total SP2D LS realisasi belanja tidak langsung PPKD terdiri
dari:

206
No. Uraian Jumlah
Rek (Rp)
Belanja Bantuan Sosial 3.500.000.000
Belanja Bantuan Keuangan 2.000.000.000
Jumlah 5.500.000.000

h) Jumlah penerimaan pinjaman jk panjang dari Pemerintah Pusat


berdasarkan bukti transfer dan/atau Nota Kredit Rekening Koran
Bank sebesar Rp25.000.000.000
i) Jumlah SP2D LS untuk pembentukan dana cadangan sebesar
Rp5.000.000.000
j) Jumlah SP2D LS untuk penambahan penyertaan modal di
perusahaan daerah sebesar Rp 2.500.000.000.
k) Jumlah alokasi DAU yang belum diterima hingga akhir tahun diakui
sebagai piutang berdasarkan surat keterangan kurang salur dari
Pemerintah Pusat.

Diminta:
1) Ayat jurnal yang diperlukan;
2) LRA PPKD untuk tahun anggaran yang berakhir 31 Des 2013
3) LO-PPKD untuk tahun anggaran yang berakhir 31 Des 2013.
4) Neraca PPKD per 31 Des 2013

207
BAB
PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
KONSOLIDASIAN
7
TUJUAN PEMBELAJARAN
Bab ini secara umum bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai
cara pengonsolidasian laporan keuangan dari seluruh entitas
akuntansi/pengguna anggaran menjadi laporan keuangan di tingkat
pemerintah daerah.
Bab ini secara spesifik memberikan penjelasan mengenai cara
pengonsoliasian komponen-komponen laporan keuangan dari seluruh
entitas akuntansi, dan ilustrasi penyusunan Laporan Arus Kas, sebagai
berikut:
A. Entitas Akuntansi dan Entitas Pelaporan
B. Proses Penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasian
C. Penyusunan Laporan Arus Kas

A. Entitas Akuntansi dan Entitas Pelaporan


Di dalam strukstur sistem akuntansi pemerintah daerah (SAPD), yang
bertindak sebagai entitas pelaporan adalah level pemerintah daerah (kepala
daerah), sementara entitas akuntansi adalah level pengguna anggaran yaitu
SKPD dan SKPKD (termasuk PPKD dalam kapasitas sebagai pengguna
anggaran). Setiap entitas akuntansi, karena sebagai pengguna anggaran, wajib
menyelenggarakan akuntansi untuk menghasilkan laporan keuangan
sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan anggarannya masing-
masing, dan menyampaikannya kepada kepala daerah selaku entitas
pelaporan.
Laporan keuangan dari seluruh entitas akuntansi selanjutnya
digabungkan/dikonsolidasikan sehingga menjadi laporan keuangan
pemerintah daerah (LKPD), atau yang sering disebut sebagai laporan
keuangan konsolidasian. Tugas dari enitas pelaporan untuk
mengonsolidasikan laporan keuangan dari seluruh entitias akuntansi
dilaksanakan oleh PPKD.
Opini atas laporan keuangan yang diperiksa oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) hanya diberikan pada tingkat entitas pelaporan, bukan per

208
entitas akuntansi (Dinas, Badan, Satker lainnya). Sistem pengendalian intern
dalam hal ini memegang peranan penting untuk menjamin agar laporan
keuangan gabungan di tingkat pemda menjadi andal dan tepat waktu
disajikan. Salah satu prosedur pengendalian intern yang umum dilakukan
adalah melakukan verifikasi dan rekonsiliasi laporan keuangan SKPD-
SKPD dengan catatan akuntansi dan/atau laporan yang dihasilkan oleh
PPKD sendiri.

B. Proses Penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasian


Proses penyusunan laporan keuangan konsolidasian merupakan
pekerjaan yang sederhana secara logika matematis, karena pada dasarnya
hanya menjumlahkan akun-akun yang sifatnya sama di dalam laporan
keuangan dari seluruh SKPD ditambah dengan akun-akun yang ada dalam
laporan keuangan PPKD. Khusus untuk penggabungan neraca, terdapat
akun yang harus dielimasi yaitu akun resiprokal yang hanya mencakup dua
akun, yaitu akun RK-PPKD lawan RK-SKPD.
Problem dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian lebih
kepada volume pekerjaan yang relatif besar, sehingga membutuhkan energi
yang relatif besar pula dalam hal kecermatan, ketelitian dan tentunya
kesabaran dalam melakukan verifikasi dan rekonsiliasi. Problem tsb
mungkin bisa diatasi secara signifikan dengan menggunakan software
aplikasi akuntansi, namun perlu diingat bahwa software itu hanya sekedar
tools atau alat bantu yang tidak sepenuhnya bisa menggantikan tugas dari
petugas akuntansi. Oleh karena itu, para petugas akuntansi tetap harus
memahami proses akuntansinya dari awal hingga dihasilkannya laporan
keuangan yang sesuai dengan SAP.
Untuk memberikan pemahaman yang lebih efisien dan efektif berikut
ini langsung disajikan ilustrasinya, dengan suatu penyederhanaan asumsi
bahwa di dalam setiap kertas kerja yang disajikan seolah-olah hanya terdiri
dari dua entitas akuntansi yaitu, entitas akuntansi PPKD dan entitas
akuntansi gabungan seluruh SKPD.
Ilustrasi akan disajikan dengan sistematika sbb.:
1. Kertas Kerja Penyusunan LRA Konsolidasian
2. Kertas Kerja Penyusunan LO Konsolidasian
3. Kertas Kerja Penyusunan Neraca Konsolidasian

209
1. Kertas Kerja Penyusunan Laporan Realisasi APBD

PEMERINTAH KABUPATEN MAKMUR JAYA


Kertas Kerja
Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian
Untuk TA yang Berakhir 31 Desember 2013
(dalam ribuan rupiah)
No Uraian PPKD ∑SKPD Saldo
(Realisasi) (Realisasi) Gabungan
(Realisasi)
1 PENDAPATAN
1.1. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan pajak daerah 23.659.500 23.659.500
Pendapatan retribusi daerah 7.674.400 7.674.400
Pendapatan hasil pengelolaan 3.500.000 3.500.000
Kekayaan daerah yang
Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli 633.646 633.646
Daerah yang Sah
Jumlah PAD 35.467.546 35.467.546
1.2 Pendapatan Dana
Perimbangan
Dana Bagi Hasil 55.850.000 - 55.850.000
Dana Alokasi Umum 250.000.000 - 250.000.000
Dana Alokasi Khusus 45.500.000 - 45.500.000
Jumlah Pendapatan Dana 351.350.000 - 351.350.000
Perimbangan
1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah - -
yang Sah
JUMLAH PENDAPATAN 351.350.000 35.467.546 386.817.546
2 BELANJA
2.1. Belanja Tidak Langsung
Belanja Pegawai - 215.567.500 215.567.500
Belanja Bantuan Sosial 3.500.000 - 3.500.000
Belanja Bantuan Keuangan 2.000.000 - 2.000.000
Belanja Tak Terduga -
Jumlah Belanja Tidak 5.500.000 215.567.500 221.067.500
Langsung
2.2. Belanja Langsung

210
Belanja Pegawai - 1.576.000 1.576.000
Belanja Barang dan Jasa - 12.064.280 12.064.280
Belanja Modal - 165.000.000 165.000.000
Jumlah Belanja Langsung - 178.640.280 178.640.280
JUMLAH BELANJA 5.500.000 394.207.780 399.707.780
SURPLUS/(DEFISIT) 345.850.000 (358.740.234) (12.890.234)
3 PEMBIAYAAN DAERAH
3.1 Penerimaan Pembiayaan
Daerah
SiLPA awal tahun 35.750.654 - 35.750.654
Penerimaan Pinjaman dari 25.000.000 - 25.000.000
Pempus
Jumlah Penerimaan 60.750.654 - 60.750.654
pembiayaan
3.2 Pengeluaran Pembiayaan
Daerah
Pembentukan Dana 5.000.000 - 5.000.000
Cadangan
Penyertaan Modal pada 2.500.000 - 2.500.000
BUMD
Jumlah Pengeluaran 7.500.000 - 7.500.000
pembiayaan
Pembiayaan Neto 53.250.654 - 53.250.654
Sisa Lebih Pembiayaan 399.100.654 (358.740.234) 40.360.420
Anggaran (SILPA)*

Keterangan:
*)Untuk mengecek apakah SILPA gabungan (SILPA Final) sebesar
Rp40.360.420.000 sudah benar atau belum ? Silahkan Anda lihat pada
Neraca PPKD per 31 Desember 2013 di Bab 6, jumlah Kas di Kas Daerah
akhir tahun 2013 dikurangi dengan uang PFK yang belum disetor, dalam
hal ini yaitu Utang PPh/PPN (di Bab 6), dan selisihnya sama dengan SILPA
gabungan (SILPA Final) sebesar Rp40.360.420.000.

Berdasarkan kertas kerja konsolidasi LRA di atas, disusun LRA di tingkat


pemda dengan format APBD terlebih dahulu, selanjutnya di susun LRA di
tingkat pemda dengan format SAP melalui konversi dari LRA format
APBD ke LRA format SAP.

211
(a) LRA format APBD

PEMERINTAH KABUPATEN MAKMUR JAYA


Laporan Realisasi APBD
Untuk Tahun Anggaran yang Berakhir 31 Desember 2013 dan 2012
(dalam ribuan rupiah)
Anggaran
setelah
No. Uraian
Perubahan Realisasi Lebih Realisasi
2013 2013 (Kurang) 2012*
(1) (2) (3) (4) (5)=(4)-(3) (6)
1 PENDAPATAN
1.1 Pendapatan Asli
Daerah
1.1.1 Pendapatan 21.500.000 23.659.500 2.159.500 xxx
Pajak Daerah
1.1.2 Pendapatan 7.700.000 7.674.400 (25.600) xxx
Retribusi Daerah
1.1.3 Pendapatan 3.000.000 3.500.000 500.000
Hasil xxx
Pengelolaan
Kekayaan
Daerah yg
Dipishakan
1.1.4 Lain-lain PAD yg 550.000 633.646 83.646 xxx
Sah
Jumlah PAD 32.750.000 35.467.546 2.717.546 xxx
1.2 Pendapatan
Dana
Perimbangan
1.2.1 Dana Bagi Hasil 54.350.000 55.850.000 1.500.000 xxx
1.2.2 Dana Alokasi 255.000.000 250.000.000 (5.000.000) xxx
Umum
1.2.3 Dana Alokasi 45.500.000 45.500.000 - xxx
Khusus
Jumlah 354.850.000 351.350.000 (3.500.000) xxx
Pendapatan
Dana
Perimbangan
1.3 Lain-Lain - - - xxx
Pendapatan
Daerah yang Sah

212
Jumlah 387.600.000 386.817.546 (782.454) x
Pendapatan
2 BELANJA
2.1 Belanja Tidak
Langsung
2.1.1 Belanja Pegawai 225.000.000 215.567.500 (9.432.500) x
2.1.2 Bunga - - - x
2.1.3 Subsidi - - - x
2.1.4 Hibah - - - x
2.1.5 Bantuan Sosial 3.500.000 3.500.000 - x
2.1.6 Bagi Hasil - - - x
2.1.7 Bantuan 2.000.000 2.000.000 - x
Keuangan
2.1.8 Belanja Tak 2.500.000 - (2.500.000) x
Terduga
Jumlah Belanja 233.000.000 221.067.500 (11.932.500) x
Tidak Langsung
2.2 Belanja
Langsung
2.2.1 Belanja Pegawai 1.600.000 1.576.000 (24.000) x
2.2.2 Belanja Barang 12.200.000 12.064.280 (135.720) x
dan Jasa
2.2.3 Belanja Modal 170.000.000 165.000.000 (5.000.000) x
Jumlah Belanja 183.800.000 178.640.280 (5.159.720) x
Langsung
Jumlah Belanja 416.800.000 399.707.780 (17.092.220) x
Surplus /Defisit: (29.200.000) (12.890.234) (16.309.766) x
[1]-[2]

3. Pembiayaan
3.1. Penerimaan
Pembiayaan
3.1.1 SiLPA Tahun 35.750.654 35.750.654 - x
Anggaran
sebelumnya
3.1.2 Pencairan Dana - - - x
Cadangan
3.1.3 Hasil Penjualan - - - x
Kekayaan
Daerah yang
Dipisahkan

213
*)Kolom (6) 3.1.4 Penerimaan 25.000.000 25.000.000 - x
diisi dengan Pinjaman
Daerah
realisasi LRA
3.1.5 Penerimaan - - - x
tahun anggaran Piutang Daerah
sebelumnya, Jumlah 60.750.654 60.750.654 - x
dalam ilustrasi di Penerimaan
atas yaitu T.A Pembiayaan
2012. 3.2 Pengeluaran
Pembiayaan
3.2.1 Pembentukan 5.000.000 5.000.000 - x
Dana Cadangan
3.2.2 Penyertaan 2.500.000 2.500.000 - x
Modal Daerah
3.2.3 Pembayaran - - - x
Pokok Utang
3.2.4 Pemberian - - - x
Pinjaman
Daerah
Jumlah 7.500.000 7.500.000 - x
Pengeluaran
Pembiayaan
Pembiayaan 53.250.654 53.250.654 - x
Neto
[3.1] –[3.2]
SILPA Tahun 24.050.654 40.360.420 16.309.766 x
Anggaran
Berkenaan
[Surplus/Defisit
+ Pembiayaan
Neto]

214
(b) LRA format SAP

PEMERINTAH KABUPATEN MAKMUR JAYA


Laporan Realisasi APBD
Untuk Tahun Anggaran yang Berakhir 31 Desember 2013 dan 2012
(dalam ribuan rupiah)

Anggaran
setelah
No. Uraian
Perubahan Realisasi Lebih Realisasi
2013 2013 (Kurang) 2012
(1) (2) (3) (4) (5)=(4)-(3) (6)
1 PENDAPATAN
1.1 Pendapatan Asli
Daerah
1.1.1 Pendapatan Pajak 21.500.000 23.659.500 2.159.500 xxx
Daerah
1.1.2 Pendapatan 7.700.000 7.674.400 (25.600) xxx
Retribusi Daerah
1.1.3 Pendapatan Hasil 3.000.000 3.500.000 500.000
Pengelolaan xxx
Kekayaan Daerah
yg Dipishakan
1.1.4 Lain-lain PAD yg 550.000 633.646 83.646 xxx
Sah
Jumlah PAD 32.750.000 35.467.546 2.717.546 xxx
1.2 Pendapatan
Transfer
1.2.1 Transfer Pem
Pusat-Dana
Perimbangan
1.2.1. Dana Bagi Hasil 54.350.000 55.850.000 1.500.000 xxx
1
1.2.1. Dana Alokasi 255.000.000 250.000.000 (5.000.000) xxx
3 Umum
1.2.1. Dana Alokasi 45.500.000 45.500.000 - xxx
4 Khusus
Jumlah Pendaptan 354.850.000 351.350.000 (3.500.000) xxx
Transfer Dana
Perimbangan

215
1.2.2 Transfer Pem - - - x
Pusat-Lainnya
Jumlah 354.850.000 351.350.000 (3.500.000) x
PendaptanTransfe
r Pem.Pusat
1.2.3 Transfer - - - x
Pemerintah
Provinsi
1.2.4 Transfer dari - - - x
Pemda Lainnya
Jumlah 354.850.000 351.350.000 (3.500.000) x
Pendapatan
Transfer
1.3 Lain-Lain - - - x
Pendapatan
Daerah yang Sah
Jumlah 387.600.000 386.817.546 (782.454) x
Pendapatan
2 BELANJA
2.1 Belanja Operasi
2.1.1 Belanja Pegawai 226.600.000 217.143.500 (9.456.500) x
2.1.2 Belanja Barang 12.200.000 12.064.280 (135.720) x
2.1.3 Bunga - - - x
2.1.4 Subsidi - - - x
2.1.5 Hibah - - - x
2.1.6 Bantuan Sosial 3.500.000 3.500.000 - x
Jumlah Belanja 242.300.000 232.707.780 (10.492.220 x
Operasi )
2.2 Belanja Modal 12.200.000 12.064.280 (135.720)
2.3 Belanja Tak 2.500.000 - (2.500.000) x
Terduga
2.4 Transfer- Bantuan 2.000.000 2.000.000 - x
Keuangan
Jumlah Belanja 416.800.000 399.707.780 (17.092.220 x
)
Surplus /Defisit: (29.200.000 (12.890.234 (16.309.766 x
[1]-[2] ) ) )

3. Pembiayaan
3.1. Penerimaan
Pembiayaan

216
*)Kolom (6) 3.1.1 SiLPA Tahun 35.750.654 35.750.654 - x
diisi dengan Anggaran
sebelumnya
realisasi LRA
3.1.2 Pencairan Dana - - - x
tahun anggaran Cadangan
sebelumnya, 3.1.3 Hasil Penjualan - - - x
dalam ilustrasi di Kekayaan Daerah
atas yaitu T.A yang Dipisahkan
3.1.4 Penerimaan 25.000.000 25.000.000 - x
2012.
Pinjaman Daerah
3.1.5 Penerimaan - - - x
Piutang Daerah
Jumlah 60.750.654 60.750.654 - x
Penerimaan
Pembiayaan
3.2 Pengeluaran
Pembiayaan
3.2.1 Pembentukan 5.000.000 5.000.000 - x
Dana Cadangan
3.2.2 Penyertaan Modal 2.500.000 2.500.000 - x
Daerah
3.2.3 Pembayaran - - - x
Pokok Utang
3.2.4 Pemberian - - - x
Pinjaman Daerah
Jumlah 7.500.000 7.500.000 - x
Pengeluaran
Pembiayaan
Pembiayaan Neto 53.250.654 53.250.654 - x
[3.1] –[3.2]
SILPA Tahun 24.050.654 40.360.420 16.309.766 x
Anggaran
Berkenaan
[Surplus/Defisit +
Pembiayaan Neto]

217
2. Kertas Kerja Penyusunan Laporan Operasional Konsolidasian

PEMERINTAH KABUPATEN MAKMUR JAYA


Kertas Kerja
Laporan Operasional Konsolidasian
Untuk Tahun Anggaran yang Berakhir 31 Desember 2013
(dalam ribuan rupiah)
No. Uraian PPKD ∑SKPD Saldo
(Realisasi) (Realisasi) Gabungan
(Realisasi)
1. PENDAPATAN
1.1 Pendapatan Asli Daerah
1)
Pendapatan pajak daerah 23.700.000 23.700.000
2)
Pendapatan retribusi daerah 7.686.900 7.686.900
Pendapatan hasil pengelolaan 3.500.000 3.500.000
Kekayaan daerah yang Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 633.646 633.646
yang Sah
Jumlah PAD 35.520.546 35.520.546
1.2 Pendapatan Transfer
Dana Bagi Hasil 55.850.000 - 55.850.000
3)
Dana Alokasi Umum 255.000.000 - 255.000.000
Dana Alokasi Khusus 45.500.000 - 45.500.000
Jumlah Pendapatan Transfer 356.350.000 - 356.350.000
1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah - - -
JUMLAH PENDAPATAN 356.350.000 35.520.546 391.870.546
2. BEBAN
Beban Pegawai-Gaji dan Tunjangan - 215.567.500 215.567.500
Beban Pegawai-Honor - 1.576.000 1.576.000
4)
Beban Barang dan Jasa - 12.139.690 12.139.690
5)
Beban Bunga 250.000 250.000
Beban Bantuan Sosial 3.500.000 - 3.500.000
Beban Bantuan Keuangan 2.000.000 - 2.000.000
Beban Tak Terduga -
6)
Belan Penyusutan - 45.750.000 45.750.000
JUMLAH BEBAN 5.750.000 275.033.190 280.783.190
SURPLUS/(DEFISIT) KEGIATAN 350.600.000 (239.512.644) 111.087.356
7)
OPERASIONAL

218
Keterangan LO:
1) Pendapatan pajak daerah tahun berjalan yang telah diterima sebesar
Rp23.659.500.000. Jumlah tsb seluruhnya berasal dari pajak daerah
yang diakui tahun berjalan, dalam arti tidak ada yang berasal dari
pembayaran piutang pajak daerah tahun lalu. Untuk pengakuan
pendapatan-LO yg berbasis akrual, dari jumlah pajak daerah yang
diterima tersebut ditambah dengan piutang pendapatan pajak daerah
tahun berjalan yang belum diterima pembayarannya sebesar Rp
40.500.000, sehingga jumlah pendapatan pajak daerah yang dilaporkan
di LO seluruhnya berjumlah Rp23.700.000.000
2) Pendapatan retribusi daerah tahun berjalan yang ditelah diterima
sebesar Rp7.674.400.000. Jumlah tsb seluruhnya berasal dari retribusi
daerah yang diakui tahun berjalan, dalam arti tidak ada yang berasal dari
pembayaran piutang retriubsi tahun lalu. Untuk pengakuan
pendapatan-LO yg berbasis akrual, dari jumlah retribusi yang diterima
tersebut ditambah dengan piutang retribusi tahun berjalan yang belum
diterima pembayarannya sebesar Rp12.500.000, sehingga jumlah
pendapatan retribusi yang dilaporkan di LO seluruhnya berjumlah
Rp7.686.900.000.
3) Jumlah pendapatan DAU yang dilaporkan di LRA adalah jumlah yang
telah diterima (basis kas). Sementara di dalam LO, jumlah pendapatan
DAU yang diakui adalah jumlah yang seharusnya diterima tahun
berjalan yaitu sebesar Rp255.000.000.000 (basis akrual).
4) Belanja barang dan jasa yang dilaporkan di LRA sebesar
Rp12.064.280.000 merupakan belanja yang telah dibayar
(dipertanggungjawabkan) pada tahun berjalan. Jumlah tsb seluruhnya
merupakan beban tahun berjalan, dalam arti tidak ada pembayaran
untuk membayar utang belanja barang dan jasa tahun lalu. Oleh karena
itu, jumlah beban barang dan jasa yg dilaporkan di LO (basis akrual)
berasal dari jumlah belanja barang dan jasa yang telah dilaporkan di
LRA ditambah dengan belanja barang dan jasa tahun berjalan yang
sudah terjadi tetapi belum dibayar (utang belanja) yaitu sebesar
Rp110.410.000, dan dikurangi dengan kenaikan saldo persediaan akhir
sebesar Rp35.000.000, sehingga total beban barang dan jasa di LO
sebesar Rp12.139.690.000 (.Rp12.064.280.000+Rp110.410.000 –
Rp35.000.000).

219
5) Di LRA tidak terdapat belanja bunga, karena belum ada belanja bunga
yang sudah dibayar. Namun bunga yang terutang pada tahun berjalan
atas pinjaman jangka panjang kepada pemerintah pusat sebesar
Rp250.000.000 sudah dapat diakui di LO sebagai beban bunga tahun
berjalan.
6) Di dalam ilustrasi LO di atas, jumlah akumulasi penyusutan sama
dengan jumlah beban penyusutan, yaitu Rp 45.750.000.000. Hal ini
terjadi karena ilustrasi tsb dibuat dengan asumsi bahwa penerapan
penyusutan aset tetap baru diterapkan pertama kalinya di T.A 2013.
Perlakuan akuntansi dalam penerapan penyusutan aset tetap di tahun
pertama (diterapkannya penyusutan) yang lebih tepat adalah dengan
melakukan penyesuaian di awal tahun untuk mengakui penyusutan aset
tetap yang berlaku surut, mulai diperolehnya aset tetap sd akhir tahun
sebelum tahun pertama diterapkannya penyusutan, dalam ilustrasi ini
berarti sd akhir tahun 2012. Penyusutan yang berlaku surut tsb dibuat
dengan ayat jurnal penyesuaian di awal tahun dengan mendebit akun
‘Ekuitas’ dan mengkredit akun ‘Akumulasi Penyusutan Aset Tetap’,
sehingga saldo akun ‘‘Akumulasi Penyusutan Aset Tetap’ pada tahun
pertama disusutkannya aset tetap seharusnya saldonya lebih besar dari
saldo akun ‘beban penyusutan’, karena ada sebagian saldo akumulasi
penyusutan aset tetap yang didebitkan ke akun ‘Ekuitas’. Namun
demikian, untuk menyederhanakan ilustrasi, maka semua jumlah
penyusutan aset tetap yang diakui di tahun pertama (diterapkannya
penyusutan) seluruhnya di debit ke akun ‘Beban Penyusutan’ dan di
kredit ke akun ‘Akumulasi Penyusutan.
Di dalam LO tidak ada belanja modal, karena belanja modal
merupakan belanja untuk memperoleh aset tetap dan aset lain-
lain yang memiliki manfaat lebih dari satu tahun, sehingga di
dalam entitas akuntansi keuangan pengaruh dari transaksi
belanja modal langsung dicatat dengan mendebit akun aset yang
bersangkutan (bukan dengan jurnal korolari). Namun di sisi lain,
harus ada pengakuan penyusutan atas aset yang dikapitalisasi
tersebut sebagai beban penyusutan yang harus dilaporkan di
LO. Di sisi lain, akumulasi penyusutan dilaporkan di Neraca
sebagai contra account atas pos aset tetap. Beban penyusutan
hanya ada di LO SKPD, karena di Neraca PPKD tidak pernah
ada pos aset tetap.

220
7) Dalam ilustrasi ini diasumsikan tidak ada transaksi surplus/defisit dari
kegiatan non operasional dan juga tidak ada transaksi luar biasa. Di
samping itu di LO tidak akan pernah disajikan pos transaksi
pembiayaan, karena pemibiayaan itu bukan pendapatan maupun
beban. Sehingga LO dalam ilustrasi di atas hanya disajikan sampai
‘Surplus/Defisit dari Kegiatan Operasional.

Berdasarkan kertas kerja penyusunan LO Konsolidasian di atas, selanjutnya


disusun LO di tingkat pemda dengan format SAP, seperti di bawah ini.

PEMERINTAH KABUPATEN MAKMUR JAYA


Laporan Operasional
Untuk Tahun Anggaran yang Berakhir 31 Desember 2013 dan 2012
(dalam ribuan rupiah)
Kenaikan/
No. Uraian 2013 2012* Penuruna %
n
(1) (2) (3) (4) (5)=(3)-(4) (6)=(3)/(4
)
KEGIATAN OPERASIONAL
1 PENDAPATAN
1.1 Pendapatan Asli Daerah
1.1.1 Pendapatan Pajak Daerah 23.700.000 xxx xxx xxx
1.1.2 Pendapatan Retribusi Daerah 7.686.900 xxx xxx xxx
1.1.3 Pendapatan dari Pengelolaan Aset 3.500.000
Daerah yang Dipisahkan
1.1.4 Lain-lain PAD yg Sah 633.646 xxx xxx xxx
Jumlah PAD 35.520.546 xxx xxx xxx
1.2 Pendapatan Transfer
1.2.1 Transfer Pem.Pusat-Dana
Perimbangan
1.2.1. Dana Bagi Hasil 55.850.000 xxx xxx xxx
1
1.2.1. Dana Alokasi Umum 255.000.000 xxx xxx xxx
2
1.2.1. Dana Alokasi Khusus 45.500.000 xxx xxx xxx
3
Jumlah Pendapatan Transfer Pem 356.350.000 xxx xxx xxx
Pusat – Dana Perimbangan
1.2.2 Transfer Pem Pusat Lainnya - xxx xxx xxx
Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya xxx xxx xxx

221
Kenaikan/
No. Uraian 2013 2012* Penuruna %
n
(1) (2) (3) (4) (5)=(3)-(4) (6)=(3)/(4
)
1.2.3 Transfer Pem Provinsi - xxx xxx xxx
1.2.4 Transfer dari Pemda Lainya - xxx xxx xxx
Jumlah Pendapatan Transfer 356.350.000 xxx xxx xxx
1.3 Lain-Lain Pendapatan yang Sah - xxx xxx xxx
JUMLAH PENDAPATAN 391.870.546 xxx xxx xxx
2 BEBAN
2.1. Beban Operasi
2.1.1 Beban Pegawai 217.143.500 xxx xxx xxx
2.1.2 Beban Barang dan Jasa 12.139.690 xxx xxx xxx
2.1.3 Beban Bunga 250.000 xxx xxx xxx
2.1.4 Beban Subsidi - xxx xxx xxx
2.1.5 Beban Hibah - xxx xxx xxx
2.1.6 Beban Bantuan Sosial 3.500.000 xxx xxx xxx
2.1.7 Beban Tak Terduga (Lain-lain) - xxx xxx xxx
2.1.8 Beban Penyusutan 45.750.000 xxx xxx xxx
2.1.9 Beban Penyisihan Piutang Tak - xxx xxx xxx
Tertagih
Jumlah Beban Operasi 278.783.190 xxx xxx xxx
2.2 Transfer
2.2.1 Bagi Hasil - xxx xxx xxx
2.2.2 Bantuan Keuangan 2.000.000 xxx xxx xxx
Jumlah Transfer 2.000.000 xxx xxx xxx
Jumlah Total Beban 280.783.190 xxx xxx xxx
Surplus (Defisit) dari operasi: [1]-[2] 111.087.356 xxx xxx xxx

3 SURPLUS (DEFISIT) DARI - xxx xxx xxx


KEGIATAN NON OPERASIONAL
4 POS LUAR BIASA - xxx xxx xxx
Surplus (Defisit) LO 111.087.356 xxx xxx xxx
*) Apabila LO pertama kali disusun pada akhir T.A. 2013, maka LO
tersebut tidak dapat dikomparasikan dengan LO T.A sebelumnya.

222
3. Kertas Kerja Penyusunan Neraca Konsolidasian
PEMERINTAH KABUPATEN MAKMUR JAYA
Kertas Kerja
Neraca Daerah Konsolidasian
Per 31 Desember 2013
(dalam ribuan rupiah)
Ayat Eliminasi Neraca
No. Nama PPKD ∑SKPD Konsolidasian
Rekening Debit Kredit
1 ASET
1.1 Aset Lancar
Kas di Kas 40.470.152 - 40.470.152
Daerah
Kas di - -
Bendahara
Penerimaan
Kas di - -
Bendahara
Pengeluaran
Piutang Pajak 40.500 40.500
Daerah
Piutang 12.500 12.500
Retribusi
Piutang DAU 5.000.000 - 5.000.000
Persediaan 235.000 235.000
Total Aset 45.470.152 288.000 45.758.152
Lancar

1.2 Aset Non


Lancar
Investasi 12.500.000 - 12.500.000
Jangka
Panjang
Aset Tetap - 915.000.000 915.000.000
Akumulasi - (45.750.000) (45.750.000)
Penyusutan
2)
Aset Tetap
Nilai Buku - 869.250.000 869.250.000
Aset Tetap
Dana 5.000.000 - 5.000.000
Cadangan
Aset Lainnya - 350.000 350.000

223
Total Aset 17.500.000 869.600.000 887.100.000
Non Lancar
1)
RK-∑SKPD 358.740.234 - 358.740.234 -
TOTAL 421.710.386 869.888.000 932.858.152
ASET

2 KEWAJIBAN
2.1 Kewajiban
Jangka Pendek
3)
Utang PFK 109.732 - 109.732
Utang Belanja 110.410 110.410
Utang Bunga 250.000 - 250.000
Total 359.732 110.410 470.142
Kewajiban
jangka Pendek

2.2 Kewajiban
Jangka
Panjang
Pinjaman 25.000.000 - 25.000.000
kepada
Pemerintah
Pusat
TOTAL 25.359.732 110.410 25.470.142
KEWAJIBAN

3 EKUITAS
Ekuitas Awal 45.750.654 750.550.000 796.300.654
Tahun
Surplus 350.600.000 (239.512.644) 111.087.356
(Defisit)-LO
1)
RK-PPKD 358.740.234 358.740.234 -
TOTAL 396.350.654 869.777.590 907.388.010
EKUITAS
AKHIR
TAHUN

TOTAL 421.710.386 869.888.000 932.858.152


KEWAJIBAN
DAN
EKUITAS

224
Keterangan:
1)
∑RK-SKPD = ∑RK-PPKD = Total SP2D LS SKPD (+) Total
SP2D UP/GU/TU SKPD (-) Pengembalian Sisa UP/GU/TU
dari SKPD (-) Pendapatan SKPD yang telah disetor ke Kasda.
Data angka-angka nya sudah disajikan pada soal ilustrasi di Bab
6.
2)
Penyusutan aset tetap di asumsikan baru diakui tahun ini,
sehingga jumlah akumulasi penyusutan sama dengan jumlah
beban
penyusutan yang diakui tahun ini.
3)
Utang PFK adalah uang potongan PPh/PPN yang belum
disetor ke Kas Negara.

Berdasarkan kertas kerja penyusunan Neraca Konsolidasian di atas,


selanjutnya disusun LPE dan Neraca dengan format SAP, masing-
masing diilustrasikan di bawah ini.
Laporan Perubahan Ekuitas

PEMERINTAH KABUPATEN MAKMUR JAYA


Laporan Perubahan Ekuitas
Untuk Tahun yang Berakhir sd. 31 Desember 2013 dan 2012
No Uraian 2013 2012*
1 Ekuitas Awal Tahun 796.300.654 Xxx
2 Surplus/Defisit LO 111.087.356 Xxx
3 Jumlah Ekuitas Akhir sebelum Dampak 907.388.010 xxx
Kumulatif: (1) + (2)
4 Dampak Kumulatif Perubahan
Kebijakan/Kesalahan Mendasar:
4.1 Koreksi nilai persediaan - Xxx
4.2 Selisih revaluasi aset tetap - Xxx
4.3 Lain-lain - Xxx
Jumlah Dampak Kumulatif (4.1 + 4.2 + - xxx
4.3)
5 Ekuitas Akhir Tahun (3) + (4) 907.388.010 Xxx
*Diisi dengan saldo-saldo LPE akhir T.A. 2012 (T.A
sebelumnya)

225
Neraca di Tingkat Pemda

PEMERINTAH KABUPATEN MAKMUR JAYA


Neraca Daerah
Per 31 Desember 2013 dan 2012
(dalam ribuan rupiah)
Jumlah Kenaikan
URAIAN
2013 2012* (Penurunan)

(1) (2) (3) (4)=(2)-(3)

ASET
ASET LANCAR
Kas
Kas di Kas Daerah 40.470.152 xxx xxx
Kas di Bendahara Penerimaan - xxx xxx
Kas di Bendahara Pengeluaran - xxx xxx
Jumlah Kas 40.470.152 xxx xxx
Investasi Jangka Pendek - xxx xxx
Piutang
Piutang Pajak Daerah 40.500 xxx xxx
Piutang Retribusi Daerah 12.500 xxx xxx
Piutang DAU 5.000.000 xxx xxx
Jumlah Piutang 5.053.500 xxx xxx
Persediaan 235.000 xxx xxx
Jumlah Aset Lancar 45.758.152 xxx xxx

ASET NON LANCAR


INVESTASI JANGKA PANJANG
Investasi Nonpermanen - xxx xxx
Investasi Permanen 12.500.000 xxx xxx

226
Jumlah Kenaikan
URAIAN
2013 2012* (Penurunan)

Jumlah Investasi Jk Panjang 12.500.000 xxx xxx

ASET TETAP
Aset Tetap 915.000.000 xxx xxx
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap (45.750.000) xxx xxx
Nilai Buku Aset Tetap 869.250.000 xxx xxx

DANA CADANGAN 5.000.000 xxx xxx


ASET LAINNYA 350.000 xxx xxx
JUMLAH TOTAL ASET NON 887.100.000 xxx xxx
LANCAR
JUMLAH TOTAL ASET 932.858.152 xxx xxx

KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA xxx xxx
PENDEK
Utang PFK 109.732 xxx xxx
Utang Belanja 110.410 xxx xxx
Utang Bunga 250.000 xxx xxx
Utang Jangka Pendek Lainnya - xxx xxx
Jumlah Kewajiban jk Pendek 470.142 xxx xxx

KEWAJIBAN JANGKA
PANJANG
Utang Kepada Pemerintah Pusat 25.000.000 xxx xxx
Utang Jangka Panjang Lainnya - xxx xxx
Jumlah Kewajiban jk Panjang 25.000.000 xxx xxx
JUMLAH TOTAL KEWAJIBAN 25.470.142 xxx xxx

227
Jumlah Kenaikan
URAIAN
2013 2012* (Penurunan)

EKUITAS
EKUITAS 907.388.010 xxx xxx
JUMLAH TOTAL KEWAJIBAN 932.858.152 xxx xxx
DAN EKUITAS
*Diisi dengan saldo-saldo Neraca akhir T.A 2012 (T.A. sebelumnya)

C. Laporan Arus Kas


Entitas pelaporan yang wajib menyusun dan menyajikan laporan arus
kas adalah unit organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum.
Unit organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum adalah unit
yang ditetapkan sebagai bendaharawan umum negara/daerah dan/atau
kuasa bendaharawan umum negara/daerah.
Laporan arus kas adalah bagian dari laporan finansial yang menyajikan
informasi penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang
diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan
transitoris. Terdapat sedikit perbedaan pada klasifikasi dan unsur LAK versi
SAP berbasis CTA (PP 24/2005) dan LAK versi SAP berbasis akrual (PP
71/2010). Perbedaan itu secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 7.1.

Aktivitas Operasi
Aktivitas operasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas
yang ditujukan untuk kegiatan operasional pemerintah selama satu periode
akuntansi.
Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan indikator yang
menunjukkan kemampuan operasi pemerintah dalam menghasilkan kas
yang cukup untuk membiayai aktivitas operasionalnya di masa yang akan
datang tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar.
Arus masuk kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari:
(a) Penerimaan Perpajakan;
(b) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)/Retribusi;
(c) Penerimaan Hibah;

228
(d) Penerimaan Bagian Laba perusahaan negara/daerah dan Investasi
Lainnya;
(e) Penerimaan Lain-lain/penerimaan dari pendapatan Luar Biasa; dan
(f) Penerimaan Transfer.

Tabel 7.1 perbedaan LAK basis CTA dan Basis Akrual


Uraian LAK versi SAP berbasis CTA LAK versi SAP berbasis
akrual
Klasifikasi 1) Aktivitas Operasi 1) Aktivitas Operasi
2) Aktivitas Investasi Non- 2) Aktivitas Investasi
Keuangan
3) Aktivitas Pembiayaan 3) Aktivitas Pendanaan
4) Aktivitas Non-Anggaran 4) Aktivitas Transitoris
Aktivitas Investasi Mencakup penerimaan .-
Non-Keuangan /pengeluaran kas dari transaksi
penjualan/pembelian aset tetap.
Aktivitas Investasi Mencakup
penerimaan/pengeluaran
kas dari transaksi
penjualan/pembelian aset
tetap,
perolehan/penjualan
investasi jangka panjang,
pembentukan/pencairan
dana cadangan
Aktivitas Mencakup penerimaan/
Pembiayaan pengeluaran kas dari transaksi
perolehan/penjualan investasi
jangka panjang,
penarikan/pembayaran pinjaman,
pembentukan/pencairan dana
cadangan.
Aktivitas Pendanaan - Mencakup transaksi
penerimaan/pengeluaran
kas dari transaksi
penarikan/pembayaran
pinjaman.
Aktivitas non Mencakup Substansi sama hanya
anggaran penerimaan/pengeluaran kas dari beda istilah, di sini
transaksi di luar APBD, seperti menggunakan istilah
transaksi PFK, contoh iuran Aktivitas Transitoris
taspen, askes.

229
Arus keluar kas untuk aktivitas operasi terutama digunakan untuk:
(a) Pembayaran Pegawai;
(b) Pembayaran Barang;
(c) Pembayaran Bunga;
(d) Pembayaran Subsidi;
(e) Pembayaran Hibah;
(f) Pembayaran Bantuan Sosial;
(g) Pembayaran Lain-lain/Kejadian Luar Biasa; dan
(h) Pembayaran Transfer.

Aktivitas Investasi
Aktivitas investasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas
yang ditujukan untuk perolehan dan pelepasan aset tetap serta investasi
lainnya yang tidak termasuk dalam setara kas.
Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas bruto dalam rangka perolehan dan pelepasan sumber daya
ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan dan mendukung pelayanan
pemerintah kepada masyarakat di masa yang akan datang.
Arus masuk kas dari aktivitas investasi terdiri dari:
(a) Penjualan Aset Tetap;
(b) Penjualan Aset Lainnya;
(c) Pencairan Dana Cadangan;
(d) Penerimaan dari Divestasi;
(e) Penjualan Investasi dalam bentuk Sekuritas.

Arus keluar kas dari aktivitas investasi terdiri dari:


(a) Perolehan Aset Tetap;
(b) Perolehan Aset Lainnya;
(c) Pembentukan Dana Cadangan;
(d) Penyertaan Modal Pemerintah;
(e) Pembelian Investasi dalam bentuk Sekuritas.

Aktivitas Pendanaan
Aktivitas Pendanaan adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas
yang yang berhubungan dengan pemberian piutang jangka panjang dan/atau
pelunasan utang jangka panjang yang mengakibatkan perubahan dalam
jumlah dan komposisi piutang jangka panjang dan utang jangka panjang.

230
Arus kas dari aktivitas pendanaan mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas yang berhubungan dengan perolehan atau pemberian
pinjaman jangka panjang.
Arus masuk kas dari aktivitas pendanaan antara lain:
(a) Penerimaan utang luar negeri;
(b) Penerimaan dari utang obligasi
(c) Penerimaan kembali pinjaman kepada pemerintah daerah;
(d) Penerimaan kembali pinjaman kepada perusahaan negara.
Arus keluar kas dari aktivitas pendanaan antara lain:
(a) Pembayaran pokok utang luar negeri;
(b) Pembayaran pokok utang obligasi;
(c) Pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada pemerintah daerah;
(d) Pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada perusahaan negara.

Aktivitas Transitoris
Aktivitas transitoris adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas
yang tidak termasuk dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Arus
kas dari aktivitas transitoris mencerminkan penerimaan dan pengeluaran
kas bruto yang tidak mempengaruhi pendapatan, beban, dan pendanaan
pemerintah. Arus kas dari aktivitas transitoris antara lain transaksi
Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), pemberian/penerimaan kembali uang
persediaan kepada/dari bendahara pengeluaran, serta kiriman uang.
PFK menggambarkan kas yang berasal dari jumlah dana yang dipotong
dari Surat Perintah Membayar atau diterima secara tunai untuk pihak ketiga
misalnya potongan Taspen dan Askes. Kiriman uang menggambarkan
mutasi kas antar rekening kas umum negara/daerah.
Arus masuk kas dari aktivitas transitoris meliputi penerimaan PFK dan
penerimaan transitoris seperti kiriman uang masuk dan penerimaan
kembali uang persediaan dari bendahara pengeluaran.
Arus keluar kas dari aktivitas transitoris meliputi pengeluaran PFK dan
pengeluaran transitoris seperti kiriman uang keluar dan pemberian uang
persediaan kepada bendahara pengeluaran.

ILustrasi Penyusunan LAK


Ilustrasi penyusunan LAK berikut ini menggunakan data LRA
Konsolidasian yang telah dibuat di atas, ditambah informasi lain yang

231
relevan, sepert data mengenai arus kas masuk/keluar dari transaksi
transitoris (non anggaran).

PEMERINTAH KABUPATEN MAKMUR JAYA


LAPORAN ARUS KAS
Untuk Tahun Anggaran yang Berakhir 31 Desember 2013 dan 2012
(dalam ribuan rupiah)

URAIAN 2013 2012*

ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI


Arus Kas Masuk
Penerimaan Pajak Daerah 23.659.500 Xxx
Penerimaan Retribusi daerah 7.674.400 Xxx
Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan 3.500.000 Xxx
Daerah yang Dipisahkan
Penerimaan Lain-lain PAD yang Sah 633.646 Xxx
Penerimaan Dana Bagi Hasil 55.850.000 Xxx
Penerimaan Dana Alokasi Umum 250.000.000 Xxx
Penerimaan Dana Alokasi Khusus 45.500.000 Xxx
Penerimaan Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah -
Jumlah Arus Masuk 386.817.546 xxx
Arus Kas Keluar
Pembayaran Pegawai 217.143.500 xxx
Pembayaran Barang dan Jasa 12.064.280 xxx
Pembayaran Bunga - xxx
Pembayaran Bantuan Sosial 3.500.000 xxx
Pembayaran Bantuan Keuangan 2.000.000 xxx
Pembayaran Tidak Terduga - xxx
Jumlah Arus Keluar 234.707.780 xxx
Jumlah Arus Kas Bersih dari Aktlvitas Operasi 152.109.766 xxx

ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI


Arus Kas Masuk
Penerimaan Penjualan Aset Tetap - xxx
xxx
xxx
Jumlah Arus Masuk xxx
Arus Kas Keluar
Pembayaran Perolehan Aset Tetap 165.000.000 xxx
Pembentukan Dana Cadangan 5.000.000 xxx
Penyertaan Modal pada BUMD 2.500.000 xxx

232
Jumlah Arus Keluar 172.500.000 xxx
Jumlah Arus Kas Bersih dart Aktivitas Investasi (172.500.000) xxx

ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN


Arus Kas Masuk
Penerimaan Pinjaman dari Pemerintah Pusat 25.000.000 xxx
Jumlah Arus Masuk xxx
Arus Kas Keluar -
Jumlah Arus Keluar xxx
Jumlah Arus Kas Bersih dart Aktivitas Pendanaan 25.000.000 xxx

ARUS KAS DARI AKTIVITAS TRANSITORIS


Arus Kas Masuk
Penerimaan Perhitungan Pihak Ketiga 52.330.816 xxx
Jumlah Arus Masuk 52.330.816 Xxx
Arus Kas Keluar
Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga 52.221.084 Xxx
Jumlah Arus Keluar 52.221.084 Xxx
Jumlah Arus Kas Bersih dart Aktivitas Transitoris 109.732 Xxx

Kenaikan (Penurunan) Bersih Kas Selama Periode 4.719.498 Xxx


Saldo Awal Kas 35.750.654 Xxx
Saldo Akhir Kas 40.470.152 35.750.654

*Diisi dengan LAK akhir T.A 2012 (T.A sebelumnya)

233
SOAL LATIHAN

A. SOAL TEORI
1) Apakah jumlah SILPA akhir tahun pada LRA-PPKD akan sama
jumlahnya dengan SILPA akhir tahun pada LRA konsolidasian ?
jelaskan !
2) Jika LRA pada sebuah SKPD adalah surplus, apakah saldo akun
RK-SKPD yang bersangkutan (pada pembukuan PPKD) akan
bersaldo debit atau kredit ? jelaskan !
3) Apakah uang PFK yang masih belum disetor merupakan bagian
dari SILPA ? jelaskan !
4) Apakah mungkin terjadi defisit (belanja melebihi pendapatan) pada
LRA-PPKD ? jelaskan !
5) Sebutkan klasifikasi arus kas di dalam LAK berdsarkan Lampiran I
PP 71 Tahun 2010 !

B. PROBLEM

PROBLEM 1 (SOAL ANALISIS)


Berikut ini ringkasan dari sebagian data pada Neraca Saldo SKPD
gabungan dari sebuah Pemda untuk T.A yang berakhir 2014:
(dalam ribuan rupiah)
No Uraian Debit Kredit
1)
Aset 950.750.560
Kewajiban2) 25.650
Pendapatan-LRA3) 45.768.976
Belanja 298.786.430
Pendapatan-LO 45.785.650
Beban 253.650.500

Keterangan:
1)
Di dalam saldo total Aset, antara lain terdapat saldo Kas di Bendahara
Penerimaan yang belum disetor ke Kasda sebesar Rp 7.560 (000); sado
Kas di Bendahara Pengeluaran sebesar Rp 56.750 (000) terdiri dari uang
potongan PPh/PPN sebesar Rp25.650 (000) yang belum disetor ke Kas

234
Negara sd akhir tahun, dan sisanya merupakan saldo UP yang belum
disetor ke Kasda sd akhir tahun.
2)
Kewajiban terdiri dari Utang PPh/PPN yang belum disetor ke Kas
Negara
3)
Pendapatan-LRA sebesar Rp 45.768.976 (000) adalah total PAD yang
telah diterima SKPD. PAD-LRA diakui/dicatat pada saat telah diterima
oleh SKPD. Sebagaimana telah dijelaskan pada keterangan nomor (1) di
atas, bahwa dari jumlah total PAD-LRA tersebut masih ada yang belum
disetor ke Kasda sebesar Rp7.560 (000).

DIMINTA:

1 Hitunglah berapa saldo akun RK-PPKD akhir tahun 2014


(gabungan saldo akun RK-PPKD untuk seluruh SKPD)!
2 Hitunglah berapa saldo akun Ekuitas-SKPD awal tahun 2014
(gabungan saldo akun Ekuitas untuk seluruh SKPD)!
3 Hitunglah berapa saldo akun Ekuitas-SKPD akhir tahun 2014
(gabungan saldo akun Ekuitas untuk seluruh SKPD)!

PROBLEM 2 (PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN


KONSOLIDASIAN)
Berikut ini disajikan data berupa neraca saldo gabungan seluruh SKPD
dan neraca saldo PPKD dari Pemkab Adil Makmur untuk keperluan
penyusunan laporan konsolidasian Tahun Anggaran 2014.

(a). Neraca Saldo Gabungan Seluruh SKPD

Neraca Saldo Gabungan Seluruh SKPD


Untuk T.A Yang Berakhir 31 Desember 2014
(Setelah Ayat Jurnal Penyesuaian Akhir Tahun)
(Dalam Ribuah Rupiah)
No. Debit Kredit
Rek Nama Rekening (Rp) (Rp)
1)
1.xx Kas di Bendahara Penerimaan 5.750
2)
1.xx Kas di Bendahara Pengeluaran 167.815
1.xx Piutang 124.670

235
1.xx Persediaan 357.830
1.xx Aset Tetap 875.500.000
3)
1.xx Akumulasi Penyusutan 35.675.000
1.xx Aset Lainnya 678.956
4)
2.xx Kewajiban Jangka Pendek 78.950
3.xx Ekuitas (awal tahun) 748.901.786
3.xx RK-PPKD 271.110.525
3.xx Estimasi Perubahan SAL 271.015.910
5)
4.xx Pendapatan Asli Daerah –LRA 32.570.275
5.xx Belanja Pegawai-Gaji dan 187.675.435
Tunjangan
5.xx Belanja Pegawai-Honor-Honor 2.560.750
5.xx Belanja Barang dan Jasa 15.850.000
5.xx Belanja Modal 97.500.000
8.xx Pendapatan Asli Daerah –LO 32.694.945
9.xx Beban Pegawai-Gaji dan 187.675.435
Tunjangan
9.xx Beban Pegawai-Honor-Honor 2.560.750
9.xx Beban Barang dan Jasa 15.715.000
9.xx Beban Penyusutan 5.675.000
1.392.047.391 1.392.047.391

Keterangan:
1)
Saldo Kas di Bendahara Penerimaan merupakan pendapatan yang
belum disetor ke Kasda sd akhir tahun 2014;
2)
Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran sebesar Rp167.815 terdiri dari
uang potongan PPh/PPN yang belum disetor ke Kas Negara sebesar
Rp78.950, dan sisanya merupakan saldo UP yang belum disetor ke
Kasda sd akhir tahun 2014;
3)
Penyusutan aset tetap diasumsikan sudah diterapkan sejak T.A 2013;
4)
Kewajiban jangka pendek hanya terdiri dari uang potongan PPh/PPN
yang belum disetor ke Kas Negara sd akhir tahun 2014.
5)
PAD-LRA sebesar Rp 32.570.275 adalah PAD yang telah diterima
SKPD. Dari jumlah tersebut telah disetor ke Kasda, kecuali sejumlah
Rp5.750 yang belum disetor ke Kasda sd akhir tahun 2014.

236
(b). Neraca Saldo PPKD

Neraca Saldo PPKD


Untuk T.A Yang Berakhir 31 Desember 2014
(Setelah Ayat Jurnal Penyesuaian Akhir Tahun)
(Dalam Ribuah Rupiah)
No. Debit Kredit
Rek Nama Rekening (Rp) (Rp)
1.xx Kas di Kas Daerah 45.308.725
1.xx Investasi Jangka Pendek -
1.xx Piutang -
1.xx Investasi Jangka Panjang 15.500.000
1.xx RK-SKPD (gabungan) 271.110.525
2.xx Kewajiban Jangka Pendek -
2.xx Kewajiban Jangka Panjang 10.000.000
3.xx Ekuitas (awal tahun) 16.476.750
3.xx Estimasi Perubahan SAL 310.442.500
4.xx Pendapatan Dana Perimbangan-LRA 315.000.000
4.xx Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah- 1.575.000
LRA
5.xx Belanja Bantuan Keuangan 2.500.000
5.xx Belanja Bantuan Sosial 5.785.000
5.xx Belanja Tak Terduga 2.847.500
6.xx Penerimaan Pembiayaan-Penarikan 10.000.000
Pinjaman
6.xx Pengeluaran Pembiayaan-Penyertaan 5.000.000
Modal pada BUMD
8.xx Pendapatan Dana Perimbangan-LO 315.000.000
8.xx Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah- 1.575.000
LO
9.xx Beban Bantuan Keuangan 2.500.000
9.xx Beban Bantuan Sosial 5.785.000
9.xx Beban Tak Terduga 2.847.500
Jumlah 669.626.750 669.626.750
SiLPA awal tahun (dalam ribuan Rp) 5.976.750

DIMINTA:
1 Susun Kertas Kerja LRA Konsolidasian;
2 Susun LRA Pemda dalam format APBD maupun format SAP;
3 Susun Kerta Kerja LO Konsolidasian;

237
4 Susun LO Pemda;
5 Susun Kertas Kerja Neraca Konsolidasian;
6 Susun LPE Pemda; dan
7 Susun Neraca Pemda

238
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku/Bahan Bacaan

Freeman, Robert J. dan Craig D. Shoulders. 2003. Governmental and


Nonprofit Accounting. Person Education, Prentice Hall. 7 th Edition.
Mulyana, Budi dan Margono. 2010. Pengantar Akuntansi Pemerintah
Daerah. Tangerang Selatan: STAN-Press.
Nordiawan, dkk. 2007. Akuntansi Pemerintahan. Jakarta: Penerbit Salemba
Empat
Halim, Abdul. 2002. Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat
Mardiasmo, 2002 . Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi Yogyakarta.
Sugijanto, dkk. 1995. Akuntansi Pemerintahandan Organisasi Non-Laba.
Penerbit: PPA-FE Universitas Brawijaya.

B. Peraturan Perudang-Undangan

Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara;


Undang-Undang No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
Undang-Undang No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara;
Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Saat ini
telah diganti dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah);
Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;
Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan;
Peraturan Pemerintah No. 55 tahun 2005 tentang Dana Perimbangan;
Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah;

239
Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan
Kinerja Instansi Pemerintah;
Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana
telah direvisi dengan Permendagri No. 59 Tahun 2007 dan terakhir
degan Permendagri No. 21 Tahun 2011.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 55 Tahun 2008 tentang Tata Cara
Penatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban
Bendahara serta Penyampaiannya.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 64 Tahun 2013 tentang Penerepan
SAP Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah.

240
BIODATA PENULIS

Nama : Budi Mulyana


Jabatan : Widyaiswara
Unit Instansi : Sekolah Tinggi Akuntansi Negara -BPPK-
Kementrian Keuangan
E-mail : kangbumul@yahoo.com
budimulyana@stan.ac.id

Pendidikan Terakhir : S2 UGM, Konsentrasi Akuntansi Sektor Publik


Bidang / Mata Kuliah spesialisasi:

No Nama Mata Kuliah


1 Akuntansi Pemerintahan
2 Pengelolaan Keuangan Negara/Daerah

Karya Tulis Ilmiah:


1. Artikel penelitian: Pengaruh Penyajian Neraca Daerah terhadap
Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah
(2006);
2. Buku Keuangan Daerah (2006);
3. Modul Penatausahaan Pelaksanaan APBD (2009)
4. Buku Akuntansi Pemerintah Daerah-Berbasis CTA (2010);
5. Modul Perencanaan dan Penganggaran Daerah (2010);
6. Modul Pengelolaan Keuangan Daerah (2010).

Pengalaman Praktek/Tugas Lapangan:


1. Widyaiswara STAN sejak Tahun 2003 sd sekarang
2. Nara sumber / instruktur pada diklat keuangan daerah (in-house
trainning) pada sejumlah Pemda (2006 sd. sekarang);
3. Nara sumber pada sejumlah seminar pengelolaan keuangan daerah;
4. Konsultasi penyusunan Neraca Awal pada beberapa Pemda;
5. Konsultansi penyusunan laporan keuangan pada sejumlah Pemda;
6. Konsultansi penyusunan Sistem Akuntansi pada beberapa Pemda;
7. Konsultansi penyusunan peraturan kepala daerah tentang sisdur
pengelolaan keuangan daerah pada beberapa Pemda.
8. Konsultansi penyusunan LKPJ Kepala Daerah pada beberapa
Pemda .

241

Вам также может понравиться