Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
MAKALAH
oleh
1. Miftahuddin (142310101035)
2. Nita Ratna Dewi (142310101099)
3. Zahra Marseliya Khusnah (142310101143)
MAKALAH
Diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan IIB dengan dosen
pengampu Ns. Latifa Aini,S.Kep., M.Kep.,Sp.Kom
oleh
1. Miftahuddin (142310101035)
2. Nita Ratna Dewi (142310101099)
3. Zahra Marseliya Khusnah (142310101143)
2.2 Agen
Agen merupakan faktor penyebab penyakit. Agen penyakit dapat berupa
benda hidup atau mati, agen bisa disebabkan oleh bakteri, virus, parasit, jamur,
atau kapang yang merupakan agen yang ditemukan sebagai penyebab penyakit
infeksius. Pada penyakit, kondisi, ketidakmampuan, cedera, atau situasi kematian
lain, agen dapat berupa zat kimia, faktor fisik seperti radiasi atau panas, defisiensi
gizi, atau beberapa substansi lain seperti racun ular berbisa. Satu atau beberapa
agen dapat berkontribusi pada satu penyakit. Faktor agen juga dapat digantikan
dengan faktor penyebab, yang menyiratkan perlunya dilakukan identifikasi
terhadap faktor penyebab atau faktor etiologi penyakit, ketidakmampuan, cedera,
dan kematian. Pada kejadian kecelakaan faktor agen dapat berupa mekanisme
kecelakaan, kendaraan yang dipakai. Agen penyakit dapat diklasifikasikan
menjadi lima kelompok yaitu:
2.2.1 Agen Biologis
Agen biologis bersifat menular (infeksius). Agen biologis
antaranya Virus, Bakteri, Fungi, Riketsia, Protozoa, Metazoa
2.2.2 Agen nutrisi
Protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan lainnya.
2.2.3 Agen fisik
Panas, radiasi, dingin, kelembapan, tekanan, cahaya dan
kebisingan.
2.2.4 Agen kimiawi
Dapat bersifat endogen seperti asidosis, diabetes (hiperglikemia),
uremia dan bersifat eksogen seperti zat kimia, alergen, gas, debu
dan lainnya.
2.2.5 Agen mekanis
Gesekan, benturan, pukulan yang dapat menimbulkan kerusakan
jaringan pada tubuh host (pejamu).
Spesifitas
Spesifitas adalah kemampuan suatu uji untuk memberikan hasil negative
pada mereka yang sehat (tidak sakit). Spesifitas juga ditampilkan sebagai suatu
presentase :
Contoh soal :
Dilakukan tes Criatinine Kinase untuk membantu diagnosis infark otot jantung
pada Rumah Sakit X, hasil diperoleh sebagai berikut :
Hasil CK Tes Infark Otot Jantung
Ya Tidak Total
Positif (>=80IU) 230 16 246
Negatif (<80IU) 15 116 131
Total 245 122 377
Hitunglah spesifitas dari skrining infark oto jantung ?
𝑁𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟 (𝑁𝐵)
Jawab : Spesifitas = 𝑃𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓 𝑝𝑎𝑙𝑠𝑢(𝑃𝑃)+𝑁𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟(𝑁𝐵) 𝑥 100%
116
Spesifitas = 16+116 𝑥 100% = 87, 88%
Kesimpulan, dari hasil tes diatas, diketahui bahwa spesifitas tes kreatinine
Kinase adalah 87,88%.
Selektivitas
Kemampuan agen mempunyai selektivitas atas dasar waktu organ target,
sehingga penyakit timbul pada waktu tertentu lebih banyak daripada biasanya atas
terjadi siklus dan juga menyerang organ tertentu saja.
Patogenesis
Patogenesitas merupakan kapasitas suatu agen untuk dapat menyebabkan
penyakit pada pejamu yang rentan. Patogenesis adalah asal mula dan
perkembangan keadaan patologis atau penyakit. Jadi, patogenesis suatu penyakit
menjelaskan tentang perkembangan atau evolusi penyakit. Sebagai contoh, virus
campak adalah virus yang memiliki derajat patogenesitas tinggi karena hampir
semua orang yang terinfeksi virus ini akan timbul ruam, padahal Enterococcus
faecalis, yang secara umum ditemukan pada sistem intestinal manusia, sangat
jarang menyebabkan penyakit pada pejamu yang normal dan dapat dikatakan
virus ini mempunyai derajat patogenesis yang rendah. Patogenesis ini mencakup
etiologi, proses masuknya penyakit ke dalam tubuh, perkembangan penyakit,
hingga manifestasi klinis yang ditunjukkan. Proses perjalanan penyakit umumnya
dapat dibagi ke dalam lima fase, yaitu prapatogenesis, inkubasi, penyakit dini,
penyakit lanjut, dan akhir penyakit (Azrul Azwar, 1988).
1.8.1 Fase prapatogenesis. Pada fase ini sebenarnya telah terjadi
interaksi antara pejamu (manusia) dengan agens. Seperti kita
ketahui, agens/bibit penyakit berada dekat dengan manusia. Tanpa
disadari, setiap saat manusia berinteraksi dengan agens tersebut.
Akan tetapi, jika daya tahan tubuh manusia pada fase ini masih
kuat, penyakit tidak akan muncul.
1.8.2 Fase inkubasi. Jika agens telah masuk kedalam tubuh manusia,
tetapi belum terlihat adanya gejala, keadaan ini disebut dengan fase
inkubasi. Setiap bibit penyakit memiliki karakteristik, sifat, dan
kemampuan yang berbeda dalam proses patologis. Selain
dipengaruhi oleh bibit penyakit, masa inkubasi juga dipengaruhi
oleh daya tahan tubuh
1.8.3 Fase penyakit dini. Fase ini dimulai sejak munculnya gejala
penyakit. Umumnya, gejala yang muncul pada fase ini masih
relatif ringan sehingga manusia sering kali tidak menghiraukannya.
Pada fase ini, daya tahan tubuh masih ada, namun cenderung
lemah.
1.8.4 Fase penyakit lanjut. Fase ini merupakan kelanjutan dari fase
penyakit dini; terjadi akibat melemahnya kondisi tubuh seseorang
akibat bertambah parahnya penyakit. Pada fase ini, individu pada
umumnya tidak mampu lagi melakukan aktivitas sehari-hari
sehingga datang ke tempat layanan kesehatan untuk mendapatkan
perawatan.
1.8.5 Fase akhir penyakit. Secara umum, ada empat klasifikasi akhir
perjalanan penyakit, yakni sembuh sempurna, sembuh dengan
cacat, sembuh sebagai pembawa (carrier), dan meninggal dunia.
Pada sembuh sempurna, terjadi pemulihan bentuk maupun fungsi
tubuh ke keadaan semula. Dengan kata lain, kondisi individu sama
seperti ketika ia belum terkena penyakit. Pada kasus tertentu,
kesembuhan ini dapat pula berlangsung tidak sempurna sehingga
mengakibatkan kecacatan pada individu (sembuh dengan cacat).
Selain kedua hal diatas, individu dapat pula sembuh sebagai
pembawa (carrier). Ini terjadi jika di dalam tubuh individu masih
terdapat bibit penyakit meskipun ia sudah merasa sembuh
sepenuhnya. Bibit penyakit tersebut suatu saat dapat bangkit dan
kembali menyerang jika kondisi lingkungan memungkinkan.
Keadaan carrier ini bukan hanya membahayakan individu, tetapi
juga orang lain karena individu telah bertindak sebagai sumber
penyebaran penyakit. Klasifikasi terakhir adalah meninggal dunia.
Pada hakikatnya, meninggal dunia juga merupakan akhir dari
perjalanan penyakit. Dengan meninggalnya si penderita,
perkembangan penyakit juga ikut terhenti. Akan tetapi, ini tentu
bukan merupakan tujuan utama dari penanggulangan penyakit.
Infektivitas
Infektivitas merupakan kemampuan suatu agen untuk memulai dan
membuat terjadinya infeksi dan terus berkembang biak. Infektivitas dipengaruhi
oleh sifat penyebab, cara penularan, sumber penularan, serta faktor pejamu seperti
umur, seks, dan lain-lain. Bakteri tertentu pada kondisi yang ideal dapat
membelah menjadi dua dalam waktu 20 menit. Dengan kemampuan demikian,
satu bakteri dapat tumbuh dalam waktu tujuh jam menjadi 2.000.000 lebih.
Contohnya dalam hal ini termasuk keterpajanan pada virus cacar air, yang secara
umum dapat menyebabkan infeksi pada pejamu yang rentan. Sebagai
perbandingan, untuk Treponema pallidum, agen penyebab sifilis, hanya kira-kira
30% dari keterpajanan pada agen ini dapat menyebabkan infeksi.
Virulensi
Virulensi merupakan derajat patogenesis suatu agen infeksius yaitu
kemampuan untuk dapat menyebabkan penyakit yang berat atau bahkan kematian.
Virulensi adalah suatu sifat kompleks yang mengombinasikan infektivitas,
kemampuan untuk menginvasi, dan patogenesitas. Makin besar derajat kerusakan
yang diakibatkan oleh bibit penyakit, bibit penyakit tersebut memiliki virulensi
yang tinggi. Virulensi bergantung pada dosis, cara masuknya faktor penyebab atau
cara penularan, serta faktor pejamu seperti, usia, jenis kelamin, dan ras. Misalnya,
poliomielitis lebih berat mengenai pada orang dewasa dibanding infeksi pada
anak, sedangkan tetanus dipengaruhi oleh cara masuknya kedalam tubuh serta
usia penderita, dan tetanus pada bayi baru lahir (Tetanus neonatorum) lebih fatal
dibanding kejadian tetanus pada orang dewasa. Sebagai contoh, meskipun
penyakit campak sangat patogenik (hal ini dapat menyebabkan dengan mudah
penyakit pada orang yang rentan) penyakit ini tidak begitu virulen karena jarang
menyebabkan penyakit berat. Virus rabies merupakan virus yang sangat patogenik
(virus ini dapat menyebabkan penyakit pada semua orang yang terinfeksi) dan
sangat mematikan atau virulen. Rumus virulensi dituliskan sebagai berikut :
1.1 Kesimpulan
Transmisi penyakit merupakan proses terjadinya penyakit yang masuk ke
dalam tubuh manusia disebabkan oleh agen. Agen merupakan faktor penyebab
penyakit. Agen memiliki dua unsur yaitu agen hidup dan agen tak hidup, ada
beberapa klasifikasi agen hidup antara lain Virus, Bakteri, Jamur, Parasit,
Protozoa, Metazoa. Sedangkan agen berupa unsur mati yaitu, Fisika yang berupa
sinar radioaktif, kimia yang berupa karbon monoksida, obat-obatan, pestisida, Hg,
Cadmium, Arsen, serta fisik yang berupa benturan atau tekanan. Agen hidup pada
sebuah reservoir. Reservoir merupakan habitat normal tempat suatu agen infeksi
hidup, berkembang biak, dan tumbuh didalamnya. Reservoir untuk agen infeksius
banyak terdapat pada manusia, binatang, dan lingkungan mati, misalnya : air dan
tanah.
1.2 Saran
Kesehatan merupakan hal yang paling penting bagi manusia. Oleh
karenanya menjaga kebersihan individu dan sanitasi lingkungan dengan baik akan
mencegah agent penyakit masuk ke dalam tubuh manusia sehingga angka
kesakitan di Indonesia bisa berkurang. Pencegahan dapat dilakukan dengan
menjaga imunitas tubuh agar mampu melawan agen menginfeksi, selain itu
pengendalian juga dapat dilakukan dengan memberikan penanganan yang baik
sesuai dengan jenis agen yang menginfeksi.
DAFTAR PUSTAKA