Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Kelompok : II (Dua)
2. Faktor eksternal
Pandangan dan persepsi orang lain terhadap individu serta
nilai kultural dan sosial. Perubahan gambaran diri juga dipengaruhi
oleh stresor yang dialami individu. Stresor yang mempengaruhi
gambaran diri menurut Potter dan Perry (2005), yaitu:
1. Perubahan penampilan, struktur, atau fungsi bagian tubuh
Amputasi, perubahan penampilan wajah karena kecelakaan,
mastektomi, kolostomi, ileostomi, hemiplegia, paraplegia,
kelumpuhan, operasi plastik dan lain-lain dapat mengakibatkan
stresor pada gambaran diri.
2. Penyakit kronis
Penyakit jantung, stroke, ginjal, kanker, dan lain-lain yang
mencakup perubahan fungsi yang mengakibatkan tubuh tidak
lagi pada tingkat yang optimal dan mengakibatkan efek yang
signifikan pada gambaran diri individu.
3. Perubahan hormonal dan perkembangan fisik
Kehamilan, penuaan, dan menopause merupakan hal yang
normal dialami individu. Namun, hal ini dapat mengakibatkan
perubahan pada gambaran diri individu yang bergantung pada
penerimaan individu.
4. Efek pengobatan dan terapi
Kemoterapi, terapi radiasi, dan hemodialisa yang pada
umumnya menyebabkan perubahan pada penampilan seperti
mengalami kerontokan rambut, kulit kusam, dan timbul bintik
kehitaman dikulit mejadi stresor bagi gambaran diri individu.
Stuart dan Sundeen (1991) menjelaskan gambaran diri positif
menunjukkan sikap bersyukur dengan perubahan fisik yang
terjadi, tetap menyukai, dan tidak menyalahkan Tuhan atas
kondisi yang dialami. Individu dengan gambaran diri negatif
menunjukkan penolakan untuk menyentuh bagian tubuh yang
berubah, ketidak nyamanan yang terus menerus dirasakan akibat
perubahan fisik yang terjadi, merasa tidak menarik akibat
perubahan tubuh, sering mengeluh dan mengkritik diri sendiri,
memiliki pandangan negatif, depersonalisasi, serta menolak
menerima penjelasan perubahan tubuh.
d. Diagnosa keperawatan
1. Harga diri rendah situasional (00!20) berhubngan dengan gangguan
2. citra tubuh (perubahan fungsi tubuh/amputasi)
DO :
Pasien terlihat tidak mau melihat bagian tubuh yang sakit
(menghindari melihat tubuh)
Pasien menolak mendiskusikan program rehabilitasi yang akan
dijalani
DS :
3. Hambatan interaksi sosial (00052) berhubungan dengan gangguan
konsep diri
DO :
Pasien menolak mendiskusikan program rehabilitasi yang akan
dijalani
DS :
Ibu Andri mengatakan bahwa putranya menjadi pemurung dan
tidak banyak bicara
4. Gangguan proses keluarga (00060) berhubungan dengan pergeseran
pada status kesehatan anggota keluarga
DO :
Ayah Andri jarang berada di rumah sakit karena belum percaya
dengan kejadian yang menimpa putranya
5. Kesiapan meningkatkan konsep diri (00121)
DO :
Kondisi Andri saat ini sudah mulai stabil dan ia direncanakan
menjalani program rehabilitasi
6. Ansietas
DO : Pasien terlihat tidak mau melihat bagian tubuh yang sakit
DS : Ibu Andri mengatakan bahwa putranya menjadi pemurung dan
tidak banyak bicara
e. Intervensi keperawatan untuk meningkatkan konsep diri
1. NDx : Harga diri rendah situasional (00!20) berhubngan dengan
gangguan citra tubuh (perubahan fungsi tubuh/amputasi)
Label NOC : Harga diri
Kriteria hasil :
a. Setelah dilakukan intervensi berkesinambungan diharapkan
penerimaan terhadap keterbatasan diri yang semula tidak pernah
positif menjadi sering positif
b. Setelah dilakukan intervensi berkesinambungan diharapkan
komunikasi pasien menjadi lebih terbuka dari yang semuala
jarang positif menjadi sering positif
Label NIC : Peningkatan citra tubuh dan peningkatan harga diri
Intervensi keperawatan :
a. Bantu pasien untuk mendiskusikan perubahan-perubahan (bagian
tubuh) disebabkan adanya penyakit atau pembedahan dengan
cara yang tepat.
b. Bantu pasien menetukan keberlanjutan dari perubahan-perubahan
aktual dari tubuh.
2. NDx : Hambatan interaksi sosial (00052) berhubungan dengan
gangguan konsep diri
Label NOC : Keterampilan interaksi sosial
Kriteria hasil :
a. Setelah dilakukan intervensi berkesinambungan diharapkan
pasien dapat menunjukkan penerimaan dari yang semula tidak
pernah menunjukkan menjadi kadang-kadang menunjukkan
b. Setelah dilakukan intervensi berkesinambungan diharapkan
pasien dapat menunjukkan sensitivitas kepada orang lain dari
yang semula jarang menjadi sering menunjukkan
Label NIC : Modifikasi perilaku : Keterampilan-keterampilan
sosial
Intervensi Keperawatan :
a. Dukung pasien untuk verbalisasi perasaannya berkaitan dengan
masalah interpersonal.
b. Bantu pasien untuk dapat mengidentifikasi kekuatan dirinya dan
menguatkannya.
3. NDx : Gangguan proses keluarga (00060) berhubungan dengan
pergeseran pada status kesehatan anggota keluarga
Label NOC : Fungsi keluarga
Kriteria hasil :
a. Setelah dilakukan intervensi berkesinambungan diharapkan
anggota keluarga khususnya ayah bisa saling mendukung
(mendukung pasien) dari yang semula jarang menunjukkan
menjadi sering menunjukkan
b. Setelah dilakukan intervensi berkesinambungan diharapkan
tercipta lingkungan dimana keluarga dapat saling terbuka
mengungkapkan perasaan
Label NIC : Dukungan keluarga
Intervensi Keperawatan :
a. Nilailah reaksi emosi keluarga terhadap kondisi pasien
b. Dengarkan kekhawatiran, perasaan dan pernyataan dari keluarga
c. Fasilitasi komunikasi akan kekhawatiran atau perasaan antara
pasien dan keluarga
d. Tingkatkan hubungan saling percaya dengan keluarga
4. NDx : Kesiapan meningkatkan konsep diri (00121)
Label NOC: Citra Tubuh
Kriteria Hasil:
a. Setelah dilakukan intervensi berkesinambungan diharapkan sikap
terhadap menyentuh atau melihat bagian tubuh yang terkena
(dampak) dari yang semula jarang menunjukkan menjadi sering
b. Setelah dilakukan intervensi berkesinambungan diharapkan sikap
terhadap penggunaan strategi untuk meningkatkan penampilan
dari yang semula jarang menunjukkan menjadi sering
c. Setelah dilakukan intervensi berkesinambungan diharapkan dapat
menyesuaikan terhadap perubahan tampilan fisik
Label NIC : Peningkatan Citra Tubuh
Intervensi Keperawatan :
a. Bantu pasien untuk mendiskusikan perubahan-perubahan (bagian
tubuh) disebabkan adanya penyakit atau pembedahan dengan
cara yang tepat.
5. NDx: Ansietas
Label NOC: Adaptasi terhadap desabilitas fisik
Kriteria Hasil:
a. Setelah dilakukan intervensi berkesinambungan diharapkan dapat
menyampaikan secara lisan kemampuan untuk menyseuaikan
terhadap desabilitas dari yang semula jarang dilakukan
menunjukkan menjadi sering dilakukan
b. Setelah dilakukan intervensi berkesinambungan diharapkan dapat
beradaptasi terhadap keterbatasan secara fungsional yang semula
jarang dilakukan menunjukkan menjadi sering dilakukan
Label NIC : Pengurangan kecemasan dan Peningkatan koping
Intervensi Keperawatan :
a. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
b. Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang
tepat
c. Bantu pasien untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang
konstruktif dan antu pasien mengidentifikasi yang dia paling
tertarik untuk didapatkan
d. Implementasi
1) Harga diri rendah situasional (00!20) berhubngan dengan gangguan
citra tubuh (perubahan fungsi tubuh/amputasi)
a. Membantu pasien untuk mendiskusikan perubahan-perubahan
(bagian tubuh) disebabkan adanya penyakit atau pembedahan
dengan cara yang tepat.
Mendiskusikan terkait perubahan pada bagian tubuh pasien (kaki
yang diamputasi)
b. Membantu pasien menetukan keberlanjutan dari perubahan-
perubahan aktual dari tubuh (mendiskusikan terkait kelanjutan
dari rehabilitasi dan rencana pemasangan kaki prostetik.
2) Hambatan interaksi sosial (00052) berhubungan dengan gangguan
konsep diri
a. Mendukung pasien untuk verbalisasi perasaannya berkaitan
dengan masalah interpersonal.
b. Membantu pasien untuk dapat mengidentifikasi kekuatan dirinya
dan menguatkannya.
3) Gangguan proses keluarga (00060) berhubungan dengan pergeseran
pada status kesehatan anggota keluarga
a. Melakukan penilaian terhadap reaksi emosi keluarga terhadap
kondisi pasien
b. Mendengarkan kekhawatiran, perasaan dan pernyataan dari
keluarga
c. Memfasilitasi komunikasi akan kekhawatiran atau perasaan antara
pasien dan keluarga
d. Meningkatkan hubungan saling percaya dengan keluarga
4) Kesiapan meningkatkan konsep diri (00121)
a. Membantu pasien untuk mendiskusikan perubahan-perubahan
(bagian tubuh) disebabkan adanya penyakit atau pembedahan
dengan cara yang tepat
5) Ansietas
a. Menggunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
b. Mendorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara
yang tepat
c. Membantu pasien untuk menyelesaikan masalah dengan cara
yang konstruktif
d. Membantu pasien mengidentifikasi yang dia paling tertarik
untuk didapatkan
e. Evaluasi
Dalam jurnal yang berjudul “Respondan Koping Pasien DM Post Amputasi”
di tulis oleh Candra Kusuma N, Yati Afianti, dan Yuliani Budiarti dijelaskan
partisipan yang mengalami amputasi merupakan babak baru di dalam hidupnya,
berbagai proses tahapan yang dilaluinya sampai dapat menerima kondisi barunya.
Di dalam tahapan tersebut terdapat proses atau cara yang dilakukan untuk
menyelesaikan masalahnya yaitu :
1. Lebih banyak beribadah kepada tuhan. Beberapa partisipan berikut ini
mengungkapkan respon banyak berdoa kepada tuhan atas kejadian yang
menimpanya. Menjalankan ibadah ditunjukan dengan perilaku seperti
waktu untuk berdoa lebih banyak, mencari petunjuk mengenai kebenaran
dan mendekatkan diri pada tuhan menjadi lebih intensif dibandingkan
dengan sebelum mereka amputasi. Hal ini diungkapkan melalui peryataan
‘Salah satunya dengan mendekatkan diri kepada Allah kepercayaan diri
saya semakin hari semakain bertambah… (P1). …Berdoa aja (saja) yang
terbaik, minta yang terbaik jarku (kata saya) kaya itu nah
(sepertiitu)…(P2).
2. Menerima keadaan. Berbagai tahapan proses yang dilalui partisipan
sampai dengan tahap penerimaan kondisi barunya tidaklah mudah.
Memperoleh banyak dukungan dan menerima simpati dari orang lain
merupakan salah satu bentuk proses penerimaaan menghadapi kondisi
barunya. Hal tersebut diungkapkan oleh partisipan melalui pernyataan
berikut ini:…Pas kekantor, disemangatikawan, pas kemarian dirawat di
RS banyak yang dating maelangi, mudahan lakas baik jer…( Saat di
kantor, disemangati teman, pas kemarin di rawat di RS banyak yang
dating membesuk, mudahan cepat sembuh katanya) (P2).
3. Motivasi yang kuat. Setiap orang selalu menggunakan koping, baik yang
adaptif ataupun maladaptif untuk dapat beradaptasi. Motivasi untuk
sembuh dan motivasi kembali ke kondisi normal merupakan beberapa
bentuk motivasi yang diungkapkan beberapa partisipan berikut ini
:Penyakit ada obatnya mudah-mudahan sembuh kaya itu, sudahai, kadaai,
sampai sekarang… (Penyakit ada obatnya mudahan cepat sembuh, ya
sampai sekarang) (P2). Partisipan memiliki kemampuan untuk
menyesuaikan diri terhadap keadaan yang baru, menunjukan respon yang
baik dengan mengungkapkan harapan yang realistis terhadap keadaanya
dengan bentuk harapan kembali ke kondisi normal.
4. Mencari dukungan social. Selain kebutuhan untuk merasa aman, pasien
yang mengalami amputasi mengidentifikasikan kebutuhan akan informasi
sebagai prioritas yang tinggi. Kebutuhan akan apa langkah proses yang
akan dijalani kedepannya pada saat itu. Mereka juga perlu mengetahui
bagaimana proses kedepannya. Hal tersebut diungkapkan partisipan
melalui ungkapan sebagai berikut ini: …Semangat lawan tanya-tanya
lawan kekawanan… (Semangat dan bertanya-tanya kepada teman-
teman)(P2).
Hal ini menunjukkan bahwa dalam peningkatan koping atau harga diri
pasien yang mengalami amputasi baik itu diakibatkan oleh kecelakaan ataupun
penyakit tertentu akan sangat membutuhkan dukungan yang sangat besar baik itu
dari keluarga ataupun dari teman-teman pasien. Seperti yang disebutkan dalam
jurnal di atas keluarga dan lingungan sekitar yang memberikan motivasi dan
dukungan yang kuatakan mampu meningkatkan mekanisme koping pasien
sehingga pasien dapat mengurangi tingkat kecemasan dan mampu menerima
keadaan. Respon menerima kondisi amputasi akan dialami pada pasien yang
sudah melewat tahapan amputasi, sebagai proses yang dilalui seperti kemampuan
menyesuaikan/ adaptasi diri terhadap kondisi yang baru dan dukungan yang
diterima. Proses yang dialaminya sangat mempengaruhi hasil terhadap
penerimaan kondisi barunya, hal ini juga menentukan koping yang terbentuk pada
pasien tersebut, apakah koping adaptif atau maladaptif.
Pada jurnal ini kaitannya seseorang yang kehilangan atau diamputasi pada
bagian tubuh, akan mempengaruhi kondisi fisiknya seperti kelemahan tubuh dan
juga mempengaruhi aktifitas atau daily activity seseorang, sehingga perlu
dukungan dari keluarga atau terdekat korban untuk membantu dalam beraktifitas
dan meningkatkan kepercayaaan diri pasien. Setiap orang berbeda-beda dalam
menerima kenyataan terkait amputasi sehingga kaitannya dengan kasus Andri
diatas, peran keluarga harus ditingkatkan dan peran keluarga inilah yang nantinya
membawa pengaruh postif padaAndri yang mengalami masalah terkait
psikologisnya dan kondisi fisiknya. Dengan adanya dukugan atau dorongan dari
keluarga, akan memberikan pengaruh positif dalam melakukan aktifitas nantinya
sehinga rasa percaya diri pada andri akan tumbuh. Perasaan sedihpun akan
muncul pada parsitipan, karena partisipan merupakan tulang punggung
keluargannya dan otomatis tidak dapat mencari nafkah untuk keluarganya, sama
halnya dengan kasus Andri, ia adalah seorang Tim basket dan harus mengalami
amputasi, akan sulit bagian dari untuk menerima keadaannya karena ada perasaan
khawatirakan kondisinya. Sehingga perlu adanya koping yang adaftif atau
maladaptive untuk dapat beradaptasi ,dan perlu waktu untuk menyesuaikan diri
terhadap keadaan yang baru.
Daftar Pustaka
Kusuma N, Candra., Yati Afianti., Yuliani Budiarti. 2017. Respon dan Koping
Pasien DM post Amputasi Vol 1 no 2. Caring Nursing Journal
Novia Dwi Rahmaningsih, Wisjnu Martani. Dinamika Konsep Diri Pada Remaja
Perempuan Pembaca Teenlit. Jurnal Psikologi Volume 41, No. 2,
Desember 2014: 179 – 189
Proses, Dan Praktik.Edisi 4.Volume 1.Alih Bahasa : Yasmin Asih, Dkk. Jakarta :
EGC.2005
Stuart Dan Sundeen. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3 Alih Bahasa
Achir Yani. S. Jakarta: EGC.