Вы находитесь на странице: 1из 33

BAB II

KERANGKA TEORITIK

A. Deskripsi konseptual
1. Lansia
a. Definisi
Lanjut usia adalah kelompok yang berusia 60 tahun keatas.

Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan

jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan

mempertahankan fungsi normal secara perlahan-lahan sehingga

tidak dapat bertahan tidak terhadap infeksi dan memperbaiki

kerusakan yang terjadi. Oleh karena itu, dalam tubuh akan

menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural yang

disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan

mengakhiri hidup dengan episode terminal (Sunaryo dkk, 2016).

Menua atau menjadi tua merupakakan proses yang akan dialami

oleh semua orang tidak dapat dihindari. Proses ini dipengaruhi oleh

faktor eksogen dan endogen yang dapat menjadi faktor penyakit

degeneratif yang bisa di mulai sejak usia muda atau produktif,

namun bersifat subklinis (Fatmah, 2010)

b. Batasan Umur Lansia

Usia yang dijadikan patokan lanjut usia berbeda beda,

umumnya berkisar antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para

ahli mengenai batasan umur (Kusharyadi, 2012).

1) Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada empat

tahapan yaitu:

6
7

a) Usia pertegahan (middle age) usia 45-59 tahun.

b) Lanjut usia (eldery) usia 60-74 tahun.

c) Lanjut usia tua (old) 75- 90 tahun.

d) Usia sangat tua (very old) usia >90 tahun.

2) Menurut kategori umur Depkes RI (2009):

a) Masa Lansia Awal 46-55 tahun.

b) Masa Lansia Akhir 56-65 tahun.

c) Masa Manula > 65 tahun.

Pembagian umur dari beberapa ahli tersebut ditelaah, dapat

disimpulkan bahwa yang disebut lanjut usia adalah 65 tahun

keatas. Namun di Indonesia, batasan lanjut usia adalah 60 tahun

keatas. Hal ini dipertegas dalam undang-undang nomor 13 tahun

1998 tentang keejahteraan lanjut usia pada bab 1 pasal 1 ayat 2.

c. Penyakit Umum Pada Lansia

Ada empat penyakit yang sangat erat hubugannya dengan

proses menua Stieglitz, yakni:

1) Gangguan sisrkulasi darah, misalnya hipertensi, kelainan

pembuluh darah, gangguan pembuluh darah di otak (koroner),

ginjal dan lain- lain.

2) Gangguan metabolisme hormonal, misalnya diabetes mellitus,

klimakterium, dan ketidak seimbangan tiroid.

3) Gangguan pada persendian, misalnya osteoarrtritis, gout atritis

ataupun penyakit kolagen lainnya.

4) Berbagai macam neoplasma.


8

2. Hipertensi
a. Definisi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis

dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam

jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-

kurangnya tiga bacaan tekanan darah mempunyai keadaan darah

tinggi (Apriyanti, 2015).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di arteri yang

bersifat sistematik yaitu berlangsung terus-menerus untuk jangka

waktu yang lama. Hipertensi tidak terjadi tiba-tiba, melainkan

melalui proses yang berlangsung cukup lama. Tekanan darah tinggi

yang tidak terkontrol untuk periode tertentu akan menyebabkan

tekanan darah tinggi permanen (Lingga, 2012).

Hipertensi didefinisikan oleh Joint committee on

prevention, detection, evaluation and treatment of high blood

preassure JNC tahun 2003 sebagai tekanan yang lebih tinggi dari

140/90 mmHG dan diklasifikasikan sesuai dengan derajat

keparahannya, mempunyai rentang tekanan darah normal tinggi

sampai hipertensi maligna (Kemenkes, 2014)

b. Etiologi

Sampai saat ini penyebab hipertensi secara pasti belum bisa

diketahui dengan jelas. Hampir seluruh kasus hipertensi yang ada

belum diketahui penyebabnya secara pasti, hal ini disebabkan

kompleksnya faktor-faktor pemicunya, yaitu faktor yang bisa

dikontrol dan tidak bisa di kontrol (Sudarmoko, 2015).


9

Faktor yang bisa dikontrol:

1) Obesitas

Orang yang mengalami kegemukan atau obesitas

memang sangat beresiko terkena hipertensi. Lebih dari 50%

kasus hipertensi baik pada wanita maupun pria selalu

berhubungan dengan masalah kegemukan.

2) Konsumsi minuman beralkohol dan kebiasaan merokok

Mengkonsumsi minuman beralkohol bisa meningkatkan

sintesis katekholamin dalam tubuh. Kadar katekholamin dalam

jumlah besar bisa memicu kenaikan tekanan darah. Sedangkan

kebiasaan merokok bisa meningkatkan resiko hipertensi

lantaran nikotin yang terkandung dalam rokok bisa

mengakibatkan pengapuran pada dinding pembulu darah.

3) Kurang aktivitas olahraga

Kurangnya olahraga mengakibatkan asupan kalori yang

masuk ke tubuh jauh lebih besar ketimbang yang digunakan

untuk beraktivitas sehingga bisa mengakibatkan kegemukan.

Padahal seperti yang telah disebutkan diatas, kegemukan bisa

menaikkan tekanan darah yang memperbesar risiko tekanan

darah.

4) Konsumsi garam berlebihan

Konsumsi garam berlebihan bisa memicu naiknya

tekanan darah karena dapat meningkatkan volume cairan dan

curah jantung. Pembuluh darah memberikan reaksi atas


10

peningkatan aliran melalui peningkatan tahanan perifer.

Peningkatan tahanan perifer ini akan dipertahankan sebagai

tekanan darah tinggi.

5) Pola makan sembarangan

Pola makan sembarangan dengan banyak

mengkonsumsi makanan tinggi kalori, tinggi lemak, dan tinggi

garam tetapi rendah serat pangan, bisa mengakibatkan obesitas

yang pada ujungnya memperbesar risiko berkembangnya

penykit metabolik dan degeneratif seperti hipertensi.

Faktor yang tidak bisa dikontrol, yaitu:

1) Keturunan

Berbagai penelitian menyebutkan bahwa orang yang

mempunyai riwayat atau silsilah dengan keluarga yang

menderita hipertensi ada kecenderungan untuk terkena

hipertensi juga.

2) Jenis kelamin

Berbagai hasil penelitian menyebutkan bahwa pria pada

umumnya lebih mudah terserang hipertensi dibandingkan

wanita. Faktor yang sangat berperan dalam hal ini kemungkinan

besar adalah gaya hidup pria yang rata-rata lebih tidak terkontrol

ketimbang wanita misalnya kebiasaan merokok, begadang, stres

kerja, hingga pola makan yang tidak teratur. Sedangkan wanita,

rata-rata akan mengalami peningkatan risiko hipertensi setelah

mengalami masa menopause (sekitar diatas 45 tahun).


11

3) Usia

Dari berbagai penelitian didapatkan fakta bahwa semakin

tinggi usia seseorang maka makin tinggi pula tekanan darahnya.

Pada umumnya hipertensi pada pria terjadi diatas 31 tahun,

sedangkan pada wanita terjadi setelah usia 45 tahun atau setelah

masa menopause.

4) Pekerjaan, Pendidikan dan Sosial Ekonomi

Orang dengan pekerjaan yang berat, sering lembur, dan

kurang istirahat, sangat berisiko terkena hipertensi.

5) Lingkunga

Lingkungan yangt tidak sehat bisa mempengaruhi

seseorang untuk menjalani gaya hidup sembarangan yang

kemudian bisa berujung pada hipertensi.

c. Klasifikasi

Klasifikasi hipertensi dibuat berdasarkan tingkat tingginya

tekanan darah. Panduan terbaru tahun 2015 tentang hipertensi

didasarkan pada kriteria The Eight Joint National Commite ( JNC

8) yang saat ini digunakan di Amerika serita dan telah disepakati

untuk digunakan secara internasional. Kategorinya lebih

dipersempit dan dimasukkan satu kategori bagus, yaitu pre-

hipertensi. Berikut klasifikasi hipertensi untuk usia 18 tahun ke

atas (Bell et al, 2015).


12

Table 2.1 klasifikasi hipertensi

Tekanan darah Tekanan darah


Kategori sistolik diastolik
( mmHg) ( mmHg)
1. Normal < 120 < 80
2. Pre- hipertensi 120-139 80-89
3. Stadium 1 hipertensi 140-159 90-99
4. Stadium 2 hipertensi 160-179 100-109
5. Stadium 3 hipertensi 180-209 110-119
6. Hipertensi maligna > 210 >120

Nilai sistolik atau diastolik seseorang sering tidak sama

untuk setiap kategori. Pada kasus ini lihatlah nilai yang memiliki

kategori berat. Contohnya seorang ibu memiliki nilai sistolik 170

mmHg dan nilai diastolik 80 mmHg maka akan masuk dalam

kategori hipertensi stadium 1 (Prasetyaningrum, 2014).

d. Pengukuran tekanan darah

Menurut Garnadi (2012) memeriksa tekanan darah dapat

dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) Letakkan tangan pasien di atas meja agar otot-otot lengan

lemas dan tidak berkontraksi, selain itu pasien harus rileks dan

kondisi ruang pemeriksa harus tenang sehingga pemeriksa

lebih mudah mendengar bunyi denyut nadi

2) Pasang tangan pasien dengan “manset” pada lengan yang

dilakukan pengukuran tekanan darah. Letakkan manset

setinggi posisi jantung ( kira-kira setinggi putting pada pria)

3) Tangan kanan memeiksa memegang pompa manset dan jari

tangan kiri meraba nadi pasien.


13

4) Pompa (mengembangkan) manset hingga denyut nadi pasien

tidak teraba oleh jari kaki. Pada kondisi ini pasien merasakan

manset sudah kuat mencengkram lengan.

5) Segera letakkan stetoskop (alat untuk mendengar denyut nadi)

di lekukan lengan (fossa brachialis) sambal menaikkan

tekanan manset sebesar 150-200 mmhg.

6) Turunkan tekanan manset secara perlahan. Bunyi nadi yang

pertama terdengar melalui stetoskop merupakan nilai sistolik.

Bunyi denyut nadi akan mengeras kemudian berangsur-angsur

menghilang. Bunyi nadi ketika benar-benar menghilang

merupakan nilai diastolik.

7) Catat nilai pengukuran tekanan darah di buku status kesehatan

atau buku catatan kesehatan pribadi.

e. Manifestasi

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak

menimbulkan gejala yang khusus. Meskipun secara tidak sengaja,

beberapa gejala terjadi bersamaan dan dapat dipercaya

berhubungan dengan hipertensi padahal sesunggunya bukan

hipertensi. Gejala yang diaksud adalah sakit kepala, perdarahan

dari hidung (mimisan), migren atau sakit kepala sebelah, wajah

kemerahan, mata berkunang-kunang, sakit tengkuk dan kelelahan

(Susilo dan Wulandari, 2011).

Gejala – gejala tersebut bisa saja terjadi baik pada penderita

hipertensi maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang


14

normal. Jika hipertensinya menahun atau tidak diobati, bisa timbul

gejala sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah,

pandangan menjadi kabur yang terjadi adanya kerusakan pada

otak, mata, jantung, dan ginjal (Susilo dan Wulandari, 2011).

f. Komplikasi

Penyakit tekanan darah tinggi merupakan penyakit yang

cukup ditakuti masyarakat. Selain karena kadang kala tidak

terdeteksi sejak dini, penyakit hipertensi biasa menyebabkan

komplikasi atau penyakit lanjut usia. Penyakit yang biasa timbul

akibat tekanan darah tinggi antara lain (Soeryoko, 2010).

1) Stroke

Stroke adalah penyakit otak yang disebabkan

berhentinya suplai darah ke otak. Stroke merupakan salah satu

penyakit komplikasi akibat tekanan darah tinggi. Penyakit

stroke sangat ditakuti masyarakat karena dapat mengakibatkan

berhentinya akitivitas hidup, baik pada sebagian anggota badan

maupun total (meninggal). Stroke terjadi karena dua hal, yaitu:

stroke hemoragik (pembuluh darah pecah) dan strok non

hemoragik (sumbatan strombus, kolesterol, ataupun spasme).

2) Serangan jantung

Ketika seseorang menderita tekanan darah tinggi kronis

(bertahun-tahun), ada dua orang yang paling rawan mengalami

gangguan, yaitu gangguan ginjal dan jantung. Ginjal

merupakan penghasil hormon pengatur tekanan darah. Pada


15

kondisi tekanan darah tinggi, ginjal harus bekerja ekstra keras

dan dalam kondisi tidak nyaman.

Sedangkan jantung dalam kondisi tekanan darah tinggi

terus menerus memompa darah lebih keras dibandingkan dalam

kondisi normal. Pemompaan ini bertujuan untuk mengalirkan

darah merata keseluruh organ tubuh. Namun, bila pemompaan

ini terus terjadi dalam kondisi berat atau tidak nyaman maka

kondisi ini menyebabkan LVH (left ventrikel hypertropi) atau

pembengkakan ventrikel kiri. Akibat yang ditimbulkan LVH

tersebut adalah penderita hipertensi merasakan nyeri dada,

sesak nafas, dan mudah lelah ketika beraktivitas.

3) Edema paru

Edema paru adalah pembengkakan yang terjadi di

dalam paru. Edema paru menunjukkan adanya akumulasi

cairan di dalam paru paru dapat mengalami pembengkakan

akibat tekanan darah. Pembengkakan paru dapat terjadi karena

tekanan darah tinggi, yaitu apabila terjadi beban yang

berlebihan pada saat sistolik, risiko yang terjadi adalah

pembengkakan paru semakin besar dan apabila terjadi beban

berat pada saat diastolik, hal ini dapat mengakibatkan volume

paru akan membesar. Paru yang mengalami pembengkakan

menyebabkan kekurangan oksigen karena ruang untuk oksigen

telah tertutupi oleh cairan. Hal tersebut dapat mengakibatkan


16

penderita merasa seperti tercekik, tidak bisa bernafas, dan

timbul ketakutan yang luar biasa.

4) Kebutaan

Hipertensi kronis dapat berakibat pada kebutaan

permanen. Ketika terjadi tekanan darah tinggi, tekanan darah

pada bola mata dapat melebihi normal yang akan berakibat

pecahnya pembuluh darah pada mata. Hal tersebut

mengakibatkan mata tidak mendapat nutrisi yang dibawa oleh

darah dan mengakibatkan terganggunya fungsi mata atau

kebutaan.

5) Pendengaran menurun

Komplikasi yang paling sering terjadi pada penderita

hipertensi yaitu menurunnya fungsi pendengaran. Pada

penderita hipertensi kronis, penurunan pendengaran sering

terjadi seperti telinga berdenging yang dapat menurunkan

kualitas hidup penderita. Hal tersebut jarang terjadi pada

penderita hipertensi akut.

g. Patofisiologi

Menurut Brunner & Suddarth (2015), mekanisme yang

mengontrol kontraksi dan relaksasi pembuluh darah terletak

dipusat vascomotor pada medula di otak. Dari pusat vascomotor ini

bermula jarak saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda

spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinal ganglis simpatis di

thoraks dan abdomen. Rangsangan pusat vaskomotor dihantar


17

dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui sistem saraf

simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion

melepaskan astilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca

ganglion kepembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya

norephinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Berbagai

faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi

respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriksi. Inidividu

dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norephinefrin, meskipun

tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis

merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi,

kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan

aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin,

yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi

kortisol dan streroid lainnya, yang dapat memperkuat respon

vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriktor yang

mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan

pelepasan renin. Renin merengsang pembentukan angiotensin 1

yang kemudian diubah menjadi angiotensin 2, suatu vasokontriktor

kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosterone oleh

korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan peningkatan volume

intravaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan

hipertensi.
18

Untuk pertimbangan gerontologi, perubahan struktural dan

fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggung jawab pada

perubahan tekanan darah yang terjadi dalam usia lanjut. Perubahan

tersebut meliputi arterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat

dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang

pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya

renggang pembulu darah. Konsekuensinya aorta dan arteri besar

berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah

yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan

penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.

h. Penatalaksanaan

Jenis terapi hipertensi meliputi terapi farmakologis (obat-

obatan) dan non–farmakologis (tanpa menggunkan obat-obatan).

Terapi farmakologis adalah pengobatan yang menggunakna obat-

obatan kimia. Obat-obatan tersebut berfungsi untuk mengontrol

tekanan darah, bukannya menyembuhkan. Biasanya terapi

farmakologis ini ditangani dan diawasi oleh dokter setelah

dilakukan serangkain pemeriksaan itulah sebabnya, pasien dilarang

mengkonsumsi obat-obatan penurun hipertensi tanpa pengawasan

dokter karena akan terjadinya komplikasi kalau penderita tersebut

ternyata juga mengidap penyakit lain.


19

1) Farmakologi

Ada beberapa jenis golongan obat-obatan yang biasanya

digunakan untuk mengatasi hipertensi, yaitu golongan (Susilo

dan Wulandari, 2011).

a) Diuretik thiazide

Obat ini adalah pertama yang diberikan untuk

mengobati hipertensi. Diuretik membantu ginjal membuang

garam dan air yang akan mengurangi volume cairan di

seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan darah.

Diuretik juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah.

Diuretik menyebabkan hilangnya kalium mlalui air kemih

sehingga kadang diberikan tambahan kalium atau obat

penahan kalium. Diuretik sangat efektif pada orang lajut

usia, orang- orang yang mengalami kegemukan, penderita

gagal jantung, dan penyakit ginjal menahun.

b) Penghambat adregenik

Merupakan sekelompok obat yang alfa-blocker,

beta blocker dan alfa-beta-blocker labetalol yang

menghambat efek sistem saraf simpatis. Sistem saraf

simpatis adalah sistem saraf yang dengan segera akan

memberikan respon dengan cara meningkatkan tekanan

darah. Yang paling sering digunakan adalah beta –

blocker yang efektif diberikan kepada penderita hipertensi

usia muda, penderita yang pernah mengalami serangan


20

jantung, penderita yang pernah mengalami serangan

jantung, penderita dengan denyut janyung cepat, angina

pectoris (nyeri dada) dan mengalami sakit kepada migren.

c) Angiotension converting enzyme inhibitor (ACE –

inhibitor)

Obat jenis itu menyebabkan penurunan tekanan

darah dengan cara melebarkan pembuluh darah. Obat ini

efektif diberikan kepada orang kulit putih, penderita

hipertensi usia muda, penderita gagal jantung, penderita

dengan protein dalam air kemihnya yang disebabkan oleh

penyakit ginjal menahun atau penyakit ginjal diabetik, pria

yang menderita impotensi sebagai efek sampig dari obat

yang lain. Obat ini akan diberikan dengan pengawasan

yang ketat dari dokter karena adanya efek samping

terutama bagi mereka yang sudah memiliki penyakit

komplikasi

d) Angiotension –II-blocker

Obat jenis ini menyebabkan penurunan tekanan

darah dengan satu mekanisme yang mirip dengan ACE-

inhibitor

e) Antagonis kalsium

Pemberian obat ini kepada penderita hipertensi akan

menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan

mekanisme yang benar-benar berbeda. Obat ini sangat


21

efekif diberikan kepada penderita lanjut usia, penderita

angina pectoris (nyeri dada), denyut jantung yang cepat,

dan sakit kepala migren.

f) Vasodilator

Obat ini langsung menyebabkan melebarnya

pembuluh darah. Obat dari golongan ini hamper selalu

digunakan sebagai tambahan terhadap obat anti hipertensi

lainnya.

2) Terapi non farmakologis

Terapi non farmakologi adalah terapi yang tidak

menggunakan obat-obatan sehingga lebih aman dan tidak

menimbulkan efek samping. Terapi pengobatan non

farmakologi tidak bisa secara langsung mendapatkan hasil perlu

kesabaran, ketelatenan, dan manfaatnya baru akan kelihatan

dalam jangka panjang (Susilo dan Wulandari 2011). Kombinasi

terapi farmaologis dan non farmakologis dapat membantu

tercapainya tekanan darah yang diinginkan (Noviyanti, 2015).

Terapi non farmakologis yang dapat dilakukan seperti:

merubah gaya hidup kearah yang lebih baik (olahraga secara

teratur, menghindari rokok dan minum alkohol, hidup santai dan

tidak emosian, menjaga berat badan ideal), melakukan diet sehat

(diet rendah garam, diet rendah kolestrol , diet tinggi serat, diet

rendah kalori, serta diet khusus penderita darah tinggi, yaitu diet

DASH (Dietary Approach For Stop Hypertension), dan dapat


22

juga dengan mengganti menu makanan dengan buah- buahan

dan sayuran segar. Jika selama ini yang kita ketahui hanya buah

mengkudu dan seledri saja yang bagus untuk mengatasi darah

tinggi, kali ini hipertensi punya alternatif lain seperti massage

dan terapi lainnya (Noviyanti, 2015).

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk

mengendalikan tekanan darah dengan terapi farmakologi yang

biasanya dengan obat-obatan dan terapi non farmakologi terapi

herbal, perubahan gaya hidup, kepatuhan dalam pengobatan,

pengendalian stress dan terapi relaksasi (Kowalski, 2010).

Relaksasi merupakan tindakan yang dilakukan pada

setiap terapi anti-hipertensi. Apabila tekanan darah terlalu

tinggi, pembuluh darah yang rileks akan terjadi vasodilatasi

pembuluh darah sehingga akan menyebebkan tekanan darah

turun kembali dan keadaan normal. Untuk membuat tubuh

menjadi rileks dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti

terapi musik klasik, yoga, teknik nafas dalam dan terapi massase

(terapi pijat) (Muttaqin, 2009).

3. Pijat Swedia
a. Definisi
Pijat swedia dikembangkan oleh seorang dokter dari

Belanda yaitu Johan Mezger (1839-1909), dengan menggunakan

suatu sistem tekanan yang panjang dan halus yang membuat suatu

pengalaman/rasa yang sangat relaks/santai. Pijat swedia adalah

manipulasi dari jaringan tubuh dengan Teknik untuk


23

mempersingkat waktu pemulihan dari ketegangan otot (kelelahan),

meningkatkan sirkulasi darah tanpa meningkatkan beban kerja

jantung (Ken Gray, 2009).

Pijat swedia adalah manipulasi pada jaringan tubuh dengan

teknik untuk mempersingkat waktu pemulihan dari ketegangan otot

(kelelahan), meningkatkan sirkulasi darah tanpa meningkatkan

beban kerja jantung (Ken Gray, 2009).

Pijat swedia ditemukan atau diciptakan oleh seorang atlet

senam yang bernama Heinrink Ling pada abad ke 19, yang

memiliki metode untuk atlet supaya dapat meningkatkan

kemampuan fisik untuk melakukan olahraga sesuai dengan bidang

masing-masing (Ken Gray, 2009).

Sedangkan menurut Ali Satya Graha dan Bambang

Priyonoadi (2009: 11), Pijat swedia dikembangkan oleh seorang

dokter dari Belanda yaitu Johan Mezger (1839-1909), yang lahir

pada tahun yang sama dengan tahun meninggalnya Ling. Ling dan

para pengikutnya menggunakan suatu sistem yang panjang dan

halus yang membuat suatu pengalaman/rasa yang sangat

rileks/santai.

Pijat merupakan suatu bentuk senam pasif, yang dilakukan

pada bagian tubuh dan sebaliknya dengan bagian tubuh atau seperti

halnya jarak/tingkat gerakan (Ali Satya Graha dan Bambang

Priyonoadi, 2009: 10). Pijat swedia adalah manipulasi dari jaringan

tubuh dengan teknik khusus dengan mempersingkat waktu


24

pemulihan dari ketegangan otot (kelelahan), meningkatkan

sirkulasi darah tanpa meningkatkan beban kerja jantung (Ken

Gray, 2009).

b. Teknik Massage
Pijat swedia merupakan salah satu terapi komplementer

yang dipercaya mampu memberikan respon relaksasi. Teknik pijat

swedia diantaranya: effluarge (mengusap), petrissage (meremas

otot), friction (gerakan menggosok melingkar), tapotement

(gerakan memukul) dan vibration (getaran):

Teknik Pijat Swedia menurut Harris Iskandar (2015)

sebagaimana dibawah ini:

1) Mengusap (Efflurage/Strocking)

Gambar 2.1 Teknik Mengusap (effluarge)

Mengusap adalah gerakan mengusap dengan menggunakan

telapak tangan atau bantalan jari tangan. Gerakan dilakukan

dengan meluncurkan tangan di permukaan tubuh searah

dengan peredaran darah menuju jantung dan kelenjar-

kelenjar getah bening. Tekanan diberikan secara bertahap

dan disesuaikan dengan kenyamanan klien. Gerakan ini

dilakukan untuk mengawali dan mengakhiri pemijatan.


25

Manfaat gerakan ini adalah merelaksasi otot dan ujung-

ujung syaraf.

2) Meremas (petrisage)

Gambar 2.2 Teknik Meremas (petrisage)

Meremas adalah gerakan memijit atau meremas

dengan menggunakan telapak tangan atau jari-jari tangan.

Teknik ini digunakan di area tubuh yang berlemak dan

jaringan otot yang tebal. Dengan meremas-remas akan terjadi

pengosongan dan pengisian pembuluh darah vena dan limfe.

Suplai darah yang lebih banyak dibawa ke otot yang sedang

dipijat.

3) Menekan (Friction)

Gambar 2.3 Teknik Meremas (friction)

Menekan adalah gerakan melingkar kecil-kecil

dengan penekanan yang lebih dalam dengan menggunakan

jari, ibu jari, buku jari, bahkan siku tangan. Gerakan ini

bertujuan melepaskan bagian-bagian otot yang kejang serta


26

menyingkirkan akumulasi dari sisa-sisa metabolisme. Pijat

friction juga membantu memecah deposit lemak karena

bermanfaat dalam kasus obesitas. Friction juga dapat

meningkatkan aktivitas sel-sel tubuh sehingga aliran darah

lebih lancar di bagian yang terasa sakit sehingga dapat

meredakan rasa sakit.

4) Menggetar (Vibration)

Gambar 2.4 Teknik Menggetarkan (Vibration)

Menggetar adalah gerakan pijat dengan menggetarkan

bagian tubuh dengan menggunakan telapak tangan ataupun

jari-jari tangan. Untuk melakukan vibrasi, taruh telapak

tangan di bagian tubuh yang akan digetar, kemudian tekan

dan getarkan dengan gerakan kuat atau lembut. Gerakan

yang lembut disebut vibrasi, sedangkan gerakan yang kuat

disebut shaking atau mengguncang. Vibrasi bermanfaat

untuk memperbaiki atau memulihkan serta mempertahankan

fungsi saraf dan otot. Ada tiga macam variasi manipulasi

tapotement yaitu sebagai berikut:


27

a) Memukul (Beating)

Memberi rangsang yang kuat terhadap pusat syaraf

spina, serabut-serabut saraf dan sekaligus dapat

mendorong sisa-sisa pembakaran yang masih tertinggal di

sepanjang sendi ruas tulang belakang beserta otot-otot di

sekitarnya

b) Menepuk (Clapping)

Memberi rangsang serabut-serabut syaraf tepi

(perifer), terutama seluruh daerah pinggang dan

punggung.

c) Hacking

Memberi rangsang serabut saraf tepi, melancarkan

peredaran darah dan juga merangsang organ-organ tubuh

bagian dalam

5) Memukul (Tapotement)

Gambar 2.5 Teknik Memukul (Tapotement)

Memukul adalah gerakan menepuk atau memukul

yang bersifat merangsang jaringan otot yang dilakukan

dengan kedua tangan bergantian secara cepat. Untuk


28

memperoleh hentakan tangan yang ringan, klien tidak

merasa sakit, tetapi merangsang sesuai dengan tujuannya,

diperlukan fleksibilitas pergelangan tangan. Tapotement

tidak boleh dilakukan di area yang bertulang menonjol

ataupun pada otot yang tegang serta area yang terasa sakit

atau nyeri. Tapotement bermanfaat untuk memperkuat

kontraksi otot. Pijat ini juga berguna untuk mengurangi

deposit lemak dan bagian otot yang lembek.

6) Friction

Gambar 2.6 Teknik Friction

Friction (menggerus) adalah gerakan menggerus yang

arahnya naik dan turun secara bebas. Friction (menggunakan

ujung jari atau ibu jari dengan menggeruskan melingkar

seperti spiral pada bagian otot tertentu. Tujuannya adalah

membantu menghancurkan myloglosis, yaitu timbunan sisa-

sisa pembakaran energi (asam laktat) yang terdapat pada otot

yang menyebabkan pengerasan pada otot (Arovah, 2012: 4)

.
29

7) Walken

Gambar 2.7 Teknik Walken

Walken berupa gosokan dengan menggunakan

seluruh telapak tangan dan jari-jari yang bergerak maju

mundur bergantian antara tangan kanan dan kiri

berfungsi untuk menyempurnakan pengambilan sisa-

sisa pembakaran oleh darah dan segera dapat dibawa ke

jantung (Priyonoadi, 2008: 14).

8) Stroking

Manipulasi stroking sangat mirip dengan

effleurage, hanya dibedakan mengenai arah yang

dilakukan serta tujuan yang hendak dicapai. Stroking

dilakukan dengan arah yang tidak menentu, mungkin

dari bawah keatas dan sebalikya, kesamping kiri atau

kanan menyusuri sela-sela iga atau lekuk-lekuk tulang

yang lain. Sedangkan effleurage adalah gerakan yang

selalu menuju kearah jantung (Priyonoadi 2011: 16).


30

9) Skin_rolling

Gambar 2.8 Teknik Skin-rolling

Bertujuan untuk melonggarkan atau memisahkan

kembali lengketan-lengketan yang terjadi antara kulit dengan

jaringanjaringan di bawahnya. Cara melakukan skin rolling

yaitu dengan menjepit kulit dengan ibu jari di satu pihak serta

tiga atau emapt jari lain di pihak yang lai, satu tangan atau

dua tangan Bersamasama. Kemudian jepitan digerakan

dengan berjalan ke depan, dengan ibu jari mendorong ke

depan dan empat jari berjalan ke mukanya (Priyonoadi, 2011:

17).

10) Chiropraktis

Memiliki fungsi yang hampir sama dengan skin rolling

yamg berbeda hanya perkenaannya yaitu daerah persendian.

Manipulasi chiropraktis merupakan gerakan yang harus

dilakukan dengan sangat hati-hati karena mengandung

bahaya yang cukup besar. Kesalahan dalam teknik ini justru

dapat menimbulkan cedera yang tidak dikehendaki.

Pelaksanaan harus teliti dan hati-hati terutama untuk

menggeletuk daerah leher dan tulang belakang


31

c. Tujuan dan Manfaat Pijat Swedia

Menurut Ardhi Mardiyanto (2015) manfaat Swedish

massage yang dilakukan pada tubuh memberikan efek fisiologis

berupa: peningkatan aliran darah, aliran limfatik, stimulasi sistem

saraf, meningkatkan aliran balik vena. Menghilangkan rasa sakit

dengan cara meningkatkan ambang rasa sakit, oleh karena

merangsang peningkatan produksi hormon endorphin.

Manfaat Pijat menurut Harris Iskandar (2015):

1) Melancarkan sirkulasi darah di dalam seluruh tubuh.

2) Menjaga kesehatan agar tetap prima.

3) Membantu mengurangi rasa sakit dan kelelahan.

4) Merangsang produksi hormon endorphin yang berfungsi untuk

relaksasi tubuh.

5) Mengurangi beban yang di timbulkan akibat stres.

6) Menyehatkan dan menyeimbangkan kerja organ-organ tubuh.

d. Hal yang Diperhatikan dalam Pemijatan

Sebelum melakukan pemijatan, perlu diketahui hal-hal

yang berkaitan dengan pelaksanaan pemijatan, yaitu:

1) Kondisi klien

Adakalanya karena pengaruh obat atau karena penyakit

yang sudah menahun, refleksi menjadi kebas sehingga klien

tidak merasakan nyeri tekan saat dipijat. Namun, pijatan tetap

mempunyai efek penyembuhan sehingga harus dilakukan


32

dengan sangat hati-hati agar tidak berlebihan dan tidak

melukai jaringan.

2) Pemijatan tidak dapat dilakukan jika:

a) Klien dalam keadaan lapar atau kenyang.

b) Klien dalam keadaan kelelahan, terlalu lemah.

c) Klien menderita penyakit yang sangat berat.

d) Klien baru selesai bekerja berat atau berjalan jauh.

e) Klien dalam keadaan marah atau emosi tinggi.

f) Klien sedang demam atau suhu tubuhnya sangat tinggi.

g) Klien tertentu tidak boleh dipijat pada klien yang baru

saja menjalani bedah atau transplantasi.

3) Pemijatan dilakukan dengan sangat hati - hati jika klien:

a) Menderita penyakit jantung kronis.

b) Menderita penyakit diabetes mellitus.

c) Baru saja menjalani bedah pengganan atau transplantasi.

d) Sedang hamil, terutama jika hamil yang beresiko (hamil

muda).

4) Kondisi ruangan dan peralatan

a) Suhu dalam kamar jangan terlalu panas atau terlalu

dingin.

b) Sirkulasi udara hendaknya lancar dan udara dalam kamar

segar.

c) Alat dan bahan yang digunakan harus bersih, steril, dan

dalam keadaan baik.


33

5) Posisi klien dan pemijat

a) Posisi klien sewaktu dipijat harus disesuaikan, duduk atau

berbaring.

b) Posisi pemijat hendaklah berada dalam keadaan yang

bebas dan nyaman untuk melakukan pemijatan

B. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Dalam penelitian Izreen Supa’at dan Zaiton Zakaria (2013) yang

berjudul “Effect of Swedish Massage Therapy on Blood Pressure,

Heart Rate, and Inflammatory Markers in Hypertensive Women”

disebutkan bahwa dengan melakukan Swedish Massage satu jam per

minggu dapat menurunkan tekanan darah, denyut jantung, dan

mengurangi gejala hipertensi pada wanita.

2. Dalam penelitian Robiatul Adawiyah, Dini Fithriani dan Nuri Febrina

(2017) yang berjudul “Pengaruh Terapi Pijat Swedia Terhadap

Perubahan Tekanan Darah Pada Pasien Lansia Dengan Hipertensi Di

Balai Social Lanjut Usia Mandalika NTB” disebutkan bahwa ada

pengaruh pemberian terapi pijat swedia terhadap teknana darah pada

pasien lansia dengan hipertensi, sehingga pijat swedia dapat dijadikan

sebagai pengobatan alternatif untuk membantu me nurunkan tekanan

darah seseorang khususnya pada lansia dengan hipertensi.

3. Dalam penelitian Giri Udani (2016) yang berjudul “ Pengaruh massage

pada penderita hipertensi di UPTD panti tresna werdha lampung

selatan” disebutkan bahwa ada pengaruh massase pada penderita

hipertensi di UPTD Tresna Werdha,sehingga diharapkan bagi tenaga


34

kesehatan di UPTD Tresna Werdha dapat mengaplikasikan terapi

masase sebagai terapi komplementer untuk menurunkan tekanan darah


35

C. Kerangka Teoritik

1. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis pada dasarnya merupakan penjelasan tetang

teori yang dijadikan landasan dalam suatu penelitian, dapat berupa

rangkuman dari berbagai teori yang dijelaskan.

Faktor yang bisa di Faktor yang tidak bisa


kontrol: dikontrol:
1. Obesitas 1. Keturunan
2. Konsumsi alkohol 2. Jenis kelamin
3. Kebiasaan merokok 3. Usia dan Pekerjaan
4. Kurang olahraga 4. Pendidikan
5. Konsumsi tinggi garam 5. Sosial ekonomi dan
6. Pola makan Lingkungan
sembarangan (Sudarmoko, 2015)
(Sudarmoko, 2015)

Hipertensi Farmakologi
Non Farmakologi
1. Diuretik Thiazide
1. Menata Gaya 2. Penghambat
Hidup Penurunan Adregenik
2. Terapi Herbal Tekanan Darah 3. ACE- Inhibitor
3. Terapi Relaksasi : 4. Angiotenion-II-
Pijat Swedia Bloker
5. Antagonis Kalsium
(Noviyanti, 2015) 6. Vasodilator
(Muttaqin, 2009) (Susilo
danWulandari,
2011)

= variabel yang diteliti

= variabel yang tidak diteliti

Gambar 2.6 Kerangka Teoritis


36

2. Definisi Konseptual

Definisi konseptual adalah suatu hubungan antara konsep satu

dengan yang lainnya dari masalah yang akan diteliti (Notoatmojo, 2010)

dalam kerangka konsep ini terdapat dua variabel yaitu variabel independen

(bebas) dan variabel dependen (terikat).

Variabel Independen Variabel Dependen

Terapi Pijat Tekanan darah pada lansia dengan


Swedia hipertensi

Gambar 2.7 Definisi Konseptual


37

3. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu batasan yang digunakan untuk

membatasi ruang lingkup variabel-variabel yang dinikmati (Notoatmojo,

2010).

Tabel 2.2 Definisi Operasional

Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala


Variable ukur
Terapi Pijat Lembar Memberikan
1.
Independen: Swedia adalah observasi Terapi Pijat
Terapi Pijat manipulasi Swedia pada
Swedia pada jaringan klien selama
tubuh dengan 15-45 menit
teknik untuk Dilaksanakan
meningkatkan =4x/2 minggu
sirkulasi darah
tanpa
meningkatkan
beban kerja
jantung
Hasil ukur Sphygmom SOP 1. Normal: Interval
Dependen: kerja jantung anometer/ pengukuran <120 /<80 mmHg
Tekanan bunyi pertama tensi meter tekanan darah 2. Pre-hipertensi:
darah sistolik dengan 120-139/80-89
bunyi kedua mmHg
diastole 3. Hipertensi tingkat 1
140 -159/90-99
mmH
4. Hipertensi tingkat 2
160-179/100-109
mmHg
38

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang

bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui

data yang dikumpul (Arikunto, 2002: 62).

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada Pengaruh Terapi

Pijat Swedia terhadap Tekanan Darah pada Lansia dengan Hipertensi di

Puskesmas Tanjungpinang”.

Вам также может понравиться

  • Soal Ujian Kelas V
    Soal Ujian Kelas V
    Документ1 страница
    Soal Ujian Kelas V
    Elsy Sastri
    Оценок пока нет
  • LOGBOOK GADAR COMPLETE-dikonversi
    LOGBOOK GADAR COMPLETE-dikonversi
    Документ29 страниц
    LOGBOOK GADAR COMPLETE-dikonversi
    Elsy Sastri
    Оценок пока нет
  • Loogbook
    Loogbook
    Документ14 страниц
    Loogbook
    Elsy Sastri
    Оценок пока нет
  • LK RDS
    LK RDS
    Документ20 страниц
    LK RDS
    Elsy Sastri
    Оценок пока нет
  • LK Anemia
    LK Anemia
    Документ23 страницы
    LK Anemia
    Elsy Sastri
    Оценок пока нет
  • LP Tindakan Kraniotomi
    LP Tindakan Kraniotomi
    Документ3 страницы
    LP Tindakan Kraniotomi
    Elsy Sastri
    Оценок пока нет
  • Ok
    Ok
    Документ16 страниц
    Ok
    Elsy Sastri
    Оценок пока нет
  • Proposal Senam Otak
    Proposal Senam Otak
    Документ10 страниц
    Proposal Senam Otak
    Elsy Sastri
    Оценок пока нет