Вы находитесь на странице: 1из 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa Indonesia memiliki fungsi dan kedudukan sebagai bahasa nasional dan
bahasa resmi negara Indonesia. Dalam berbahasa Indonesia, tentu tidak lepas dari kaidah
dan aturan penggunaan bahasa yang baik dan benar. Kriteria yang diperlukan dalam
kaidah kebahasaan tersebut antara lain tata bunyi, tata bahasa, kosakata, ejaan, makna,
dan kelogisan. Bahasa Indonesia yang baik dan benar mengacu pada ragam bahasa yang
memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran, dan bahasa yang baik dan benar adalah
bahasa yang sesuai kaidah baku, baik tertulismaupun lisan (Murtiani et al, 2016).
Sebelum tahun 1900, Indonesia yang sebagian besar penduduknya berbahasa
Melayu, masih belum memiliki sistem ejaan yang dapat digunakan. Laluseorang ahli
bahasa dari Belanda, Prof. Charles van Ophuijsen bersama dua
orang pakar bahasa, Engkoe Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Thaib Sutan
Ibrahim membuat ejaan bahasa Melayu dengan menggabungkan dasar-dasar ejaan Latin
dan ejaan Belanda. Ejaan van Ophuijsen dianggap kurang berhasil dikarenakan kesulitan
dalam memelayukan tulisan beberapa kata dari bahasa Arab yang memiliki warna bunyi
bahasa khas. Namun, oleh van Ophuijsen, kesulitan tersebut terus diperbaiki dan
disempurnakan, sehingga pada tahun 1926, sistemejaan menjadi bentuk yang tetap.
Semenjak itu sistem ejaan terus berkembang dan disempurnakan, muncul Ejaan Republik
atau Ejaan Soewandi, kemudian Ejaan Pembaharuan, Ejaan Melindo, lalu Ejaan Baru,
Ejaan Rumi Bersama, dan Ejaanyang Disempurnakan (EYD). Pada 26 November 2015,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengubah Pedoman Umum
Ejaan yang Disempurnakan (PUEYD) menjadi Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) sebagai pedoman penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Perubahan
tersebut bukanlah sesuatu yang tidak biasa, sebagaimana pendapat Chaer (2007) bahwa
bahasa bersifat dinamis (as cited in Yanti, 2016). Bahasa tidak pernah lepas dari
berbagaiaspek kehidupan manusia semenjak keberadaan manusia sebagai makhluk yang
berbudaya dan bermasyarakat. Kehidupan manusia akan terus berubah dan tidak tetap,
karena eratnya keterkaitan dan keterikatan manusia dengan bahasa, maka bahasa pun
akan terus ikut berubah, tidak tetap, dan tidak statis.Bahasa Indonesia terus mengalami
perkembangan, terutama yang berkaitan dengan ejaan. Ejaan adalah kaidah-kaidah cara
menggambarkan bunyi-bunyi (kata,kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-
huruf) serta penggunaantanda baca (Rahmadi, 2017). Ejaan bahasa Indonesia yang
digunakan saat ini menganut tulisan fonemis. Sistem tulisan fonemis merupakan sistem
tulisan yang menggunakan satu lambang atau satu huruf saja untuk satu fonem secara
konsisten.Perubahan bahasa dapat terjadi pada seluruh tingkatan, baik fonologi, morfologi,
sintaksis, semantik, ataupun leksikon. Perubahan pada tingkat semantikdan leksikon yang
paling terlihat, sebab hampir setiap saat muncul kata-kata barusebagai akibat dari

1
perubahan ilmu dan budaya, atau juga kemunculan kata-kata lama dengan makna yang
baru. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebudayaan terus terjadi,
secara otomatis pula akan bermunculan konsep-konsep baru yang disertai wadah
penampungnya, yaitu kata-kata dan istilah-istilah baru.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian PUEBI
2. Perkembangan PUEBI
3. Persamaan dan perbedaan antar ejaan EYD dan PUEBI
4. Fungsi EYD dan PUEBI
5. Penggunaan huruf capital
6. Penulisan tanda baca
7. Penulisan akronim dan singkatan
8. Penulisan angka dan lambang
9. Penulisan kata asing (huruf miring)
10. Pemenggalan kata

C. Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan pengertian dari PUEBI.
2. Mendeskripsikan ruang lingkup dari PUEBI.
3. Mendeskripsikan aturan penulisan huruf berdasarkan PUEBI.
4. Mendeskripsikan aturan penulisan kata berdasarkan PUEBI.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PUEBI

Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) adalah tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang
mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian huruf,
penulisan kata, penulisan unsur serapan, serta penggunaan tanda baca (Murtiani et al,
2016). Dalam menulis berbagai karya ilmiah, diperlukan aturan tata bahasa yang
menyempurnakannya sebab karya tersebut memerlukan tingkat kesempurnaan yang
mendetail. Karya ilmiah tersebut dapat berupa artikel, resensi, profil, karya sastra, jurnal,
skripsi, tesis, disertasi, dan sebagainya. Sehingga PUEBI dapat diartikan sebagai suatu
ketentuan dasar secara menyeluruh yang berisi acuan penggunaan bahasa Indonesia
secara baik dan benar.

B. PERKEMBANGAN PUEBI

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia merilis Pedoman Umum


Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) sebagai pengganti dari Ejaan yang Disempurnakan
(EYD). Perubahan ini telah ditetapkan di dalam Peraturan Menteri dan Kebudayaan
(Permendikbud) RI Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi perubahan ejaan bahasa Indonesia
ini.Pertama, dampak kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang telah
menyebabkan penggunaan bahasa Indonesia dalam berbagai ranah pemakaian, baik
secara tulis maupun tulisan, menjadi semakin luas. Hal ini membuat diperlukannya
perubahan pada ejaan bahasa Indonesia. Kedua, perlunya menyempurnakan PUEBI untuk
memantapkan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara, kemudian juga menjadi
alasan dilakukannya perubahan. Perubahan nama EYD menjadi PUEBI ini, menurut
Kepala Bidang Pemasyarakatan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia
Drs Mustakim, M.Hum, dilakukan karena banyaknya kritikan yang muncul di masyarakat
dengan pemakaian nama EYD.“Banyak kritikan dari masyarakat, soalnya Ejaan yang
Disempurnakan (EYD) tidak sempurna-sempurna,”. Menurut Kepala Pusat Pembinaan
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia, Profesor Dr Gufran Ali I, M.S,
penyegaran diperlukan karena bahasa merupakan perangkat atau piranti penting untuk
mempersatukan masyarakat Indonesia. “Bahasa berperan sebagai perangkat dan piranti
penting untuk mempersatukan kita, jadi perlu dilakukan penyegaran,” ujarnya. Sekadar
diketahui, selain mengubah sistem ejaan bahasa Indonesia dari EYD menjadi PUEBI,
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia juga akan mencetak Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi kelima.

3
C. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA EJAAN

EBI ditetapkan pada tanggal 26 November 2015 oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI Anies Baswedan yang menjabat saat itu dan resmi diundangkan pada
tanggal 30 November 2015 oleh Direktur Jenderal Peraturan Perundang-Undangan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. Penetapan tersebut memberikan arti,
bahwa EYD sudah tidak berlaku untuk dijadikan sebagai pedoman penulisan. Maka dari
itu, perubahan ini harus kita pahami secara saksama agar bahasa Indonesia bisa menjadi
bahasa yang bisa bersaing secara global. Adapun yang menjadi alasan, sehingga
dilakukan perubahan yaitu dampak kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni,
penggunaan bahasa Indonesia dalam beragam ranah pemakaian, baik secara lisan maupun
tulisan semakin luas. Perubahan ejaan ini bukan berarti mengubah secara keseluruhan isi
dari EYD. Adapun perbedaan yeng mendasar dari Ejaan yang Disempurnakan dengan
Ejaan Bahasa Indonesia:
 Penambahan huruf vokal diftong ei,di EYD hanya ada tiga yaitu ai, au, dan ao;
 Penulisan huruf kapital pada EYD digunakan dalam penulisan nama orang tidak
termasuk julukan, sedangkan pada EBI huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama
unsur nama orang, termasuk julukan.
 Penulisan huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk keperluan itu
digunakan huruf miring pada EYD, sedangkan pada EBI Huruf tebal dipakai untuk
menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring.
 Penggunaan partikel pun,padaEYD ditulis terpisah kecuali yang sudah lazim
digunakan, maka penulisannya ditulis serangkai, sedangkan pada EBI partikel pun
tetap ditulis terpisah, kecuali mengikuti unsur kata penghubung, maka ditulis
serangkai.
 Penggunaan bilangan, pada EBI, bilangan yang digunakan sebagai unsur nama
geografi ditulis dengan huruf, sesangkan pada EYD tidak ada hal yang mengaturnya.
 Penggunaan titik koma (;) pada EYD digunakan dalam perincian tanpa penggunaan
kata dan, sedangkan dalam EBI penggunaan titik koma (;) tetap menggunakan kata
dan.
 Penggunaan tanda titik koma (;) pada EBI dipakai pada akhir perincian yang berupa
klausa, sedangkan pada EYD tidak ada hal yang mengaturnya.
 Penggunaan tanda hubung (-) pada EBI tidak dipakai di antara huruf dan angka, jika
angka tersebut melambangkan jumlah huruf, sedangkan pada EYD tidak ada hal yang
mengaturnya. Misalnya: LP2M LP3I.
 Tanda hubung (-) pada EBI digunakan untuk menandai bentuk terikat yang menjadi
objek bahasan, sedangkan pada EYD tidak ada hal yang mengaturnya
Misalnya: pasca-, -isasi
 Penggunaan tanda kurung [( )] dalam perincian pada EYD hanya digunakan pada
perincian ke kanan atau dalam paragraf, tidak dalam perincian ke bawah, sedangkan
pada EBI tidak ada hal yang mengaturnya.

4
 Penggunaan tanda elipsis ( ... ) dalam EYD dipakai dalam kalimat yang terputus-putus,
sedangkan dalam EBI tanda elipsis digunakan untuk menulis ujaran yang tidak selesai
dalam dialog. Misalnya:
Kalau begitu ... ya, marilah kita bekerja! (EYD)
Menurut saya … seperti … bagaimana, Bu?‖ (EBI)

D. Fungsi EYD dan PUEBI

EYD/PUEBI mempunyai fungsi yang cukup penting. antara lain, berfungsi sebagai :
o Pemersatu, pemakaian EYD/PUEBI dapat mempersatukan sekelompok orang
menjadi satu kesatuan masyarakat bahasa.
o Pemberi kekhasan, pemakaian EYD/PUEBI dapat menjadi pembeda dengan
masyarakat pemakai bahasa lainnya.
o Pembawa kewibawaan, pemakaian EYD/PEUBI dapat memperlihatkan kewibawaan
pemakainya.
o kerangka acuan, EYD/PUEBI menjadi tolok ukur bagi benar tidaknya pemakaian
bahasa seseorang atau sekelompok orang.
o Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia.

Di samping kelima fungsi yang telah disebutkan, EYD/PUEBI sebenarnya juga


mempunyai fungsi yang lain. Secara praktis, EYD/PUEBI berfungsi untuk membantu
pemahaman pembaca di dalam mencerna informasi yang disampaikan secara tertulis.
Dalam hal ini fungsi praktis itu dapat dicapai jika segala ketentuan yang terdapat di
dalam kaidah telah diterapkan dengan baik

E. PENGGUNAAN HURUF CAPITAL

Huruf kapital merupakan huruf yang memiliki bentuk khusus dan berukuran lebih besar
dari huruf biasa. Berikut adalah ketentuan-ketentuan penggunaan huruf kapital.

1. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama pada setiap awal kalimat.
Misalnya: Mengapa kita harus rajin belajar?
Dia menyelesaikan tugas itu tepat waktu.
2. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama
seseorang,termasuk julukan.
Misalnya: Gorys, Keraf, Pangeran Diponegoro
Catatan:
a. Huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama nama orang
yangmerupakan nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya: 15 newton, ikan mujair
b. Huruf kapital tidak digunakan untuk menuliskan huruf pertama kata
yang bermakna ‘anak dari’, seperti bin, binti, boru, dan van, atau huruf

5
pertama kata tugas (di, ke, dan, dari, yang, dan untuk).
Misalnya: Ibrahim Aziz bin MuazEsther, boru Simanjuntak
3. Huruf kapital digunakan pada awal kalimat di dalam petikan langsung.
Misalnya:
“Apa gunanya?” tanya Tom kepada Ella.
“Katakan kepadanya,” kata Shira kepadaku, “lebih baik jujur saja.”
4. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama pada setiap kata nama agama, kitab
suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Islam, Kristen, Hindu, Buddha, dan Katolik adalah lima agama yang di akuidi
Indonesia.Ya Tuhan, tolong ampuni kami.
5. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama gelar kehormatan,
keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang, termasuk gelar
akademik yang mengikuti nama orang.
Misalnya:
Nabi Muhammad SAW, Raden Mas Soewardi Soerjaningrat
6. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama gelar kehormatan,
keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dankepangkatan yang dipakai
sebagai sapaan.
Misalnya:
Silakan duduk, Yang Mulia.Terima kasih, Dokter.
7. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama jabatan
dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti namaorang
tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Wakil Presiden Jusuf Kalla, Gubernur Riau
8. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa,
dan bahasa.
Misalnya:
bahasa Indonesia, suku Dayak
Catatan: Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang digunakan sebagai bentukdasar
kata turunan tidak ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya: pengindonesiaan kata asing keBali-Balian
9. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, danhari raya
atau hari besar keagamaan.
Misalnya:
bulan Juni tahun Masehi hari Selasa hari Nyepi
10. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama peristiwa sejarah.
Misalnya:
Agresi Militer Belanda II Perjanjian Renville
11. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
Kepulauan Seribu Sungai Siak Kecamatan Tampan Jalan Utama

6
Catatan:
a. Huruf pertama nama geografi yang bukan nama diri tidak ditulis denganhuruf
kapital.
Misalnya: menyeberangi jalan mendaki gunung
b. Huruf pertama nama diri geografi yang digunakan sebagai nama jenis tidak
ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya: terong belanda (Solanum betaceum ), kacang arab (Cicer arietinum)

F. Penulisan tanda baca

EYD POEBI
Tanda titik koma digunakan untuk Titik koma (;) digunakan dalam perincian
mengakhiri pernyataan perincian dalam tanpa penggunaan kata dan.
kalimat yang berupa frasa atau kelompok Contoh:
kata. Dalam hubungan itu, sebelum perincian Agenda rapat ini meliputi
terakhir tidak perlu digunakan kata dan. a. pemilihan ketua, sekretaris, dan
Contoh: bendahara;
Agenda rapat ini meliputi b. penyusunan anggaran dasar, anggaran
a. pemilihan ketua, sekretaris, rumah tangga, dan program kerja; dan
dan bendahara; c. pendataan anggota, dokumentasi, dan
b. penyusunan anggaran dasar, anggaran aset organisasi.
rumah tangga, dan program kerja;
c. pendataan anggota, dokumentasi, dan
aset organisasi.
Tidak diatur Bilangan yang digunakan sebagai unsur
nama geografi ditulis dengan huruf,
misalnya:
a. Rajaampat
b. Kelapadua
c. Simpanglima
Penggunaan tanda elipsis ( … ) dalam EYD Tanda elipsis dipakai untuk menulis ujaran
dipakai dalam kalimat yang terputus-putus. yang tidak selesai dalam dialog.
Contoh: Kalau begitu … ya, marilah kita Misalnya:
bekerja! a. Menurut saya…seperti…bagaimana, Bu?‖
b.Jadi, simpulannya…oh, sudah saatnya
istirahat.
Tidak ada ketentuan yang mengatur Tanda hubung digunakan untuk menandai
bentuk terikat yang menjadi objek bahasan.
Misalnya: Kata pasca- berasal dari bahasa
Sanskerta. Akhiran -isasi pada kata betonisasi
sebaiknya diubah menjadi pembetonan.
2. Tanda hubung tidak dipakai di antara
huruf dan angka jika angka tersebut
melambangkan jumlah huruf. Misalnya:
a.BNP2TKI (Badan Nasional Penempatan
dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia)
b.LP3I (Lembaga Pendidikan dan

7
Pengembangan Profesi Indonesia)
c. P3K (pertolongan pertama pada
kecelakaan).
Penulisan kata pun disambung untuk kata- Partikel pun ditulis serangkai untuk unsur
kata lazim, seperti walaupun, meskipun, kata penghubung, seperti walaupun,
bagaimanapun, dll meskipun, bagaimanapun, dll.
Tanda kurung mengapit angka atau huruf Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf
yang memerinci satu urutan keterangan. atau angka yang digunakan sebagai
Misalnya: pemerincian.
a.Faktor produksi menyangkut (a) bahan Misalnya:
baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga B.Faktor produksi menyangkut (a) bahan
kerja. baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga
kerja.
Keterangan: C.Dia harus melengkapi berkas lamarannya
Perincian yang menggunakan tanda kurung dengan melampirkan
tidak digunakan untuk bersusun ke bawah, (1) akta kelahiran,
hanya ke samping kanan atau dalam bentuk (2) ijazah terakhir, dan
kalimat. (3) surat keterangan kesehatan.

G. PENULISAN AKRONIM DAN SINGKATAN

Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri dari satu huruf atau lebih.

1. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik.

2. Singkatan nama resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan/organisasi,


serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf
kapital tanpa tanda titik.

3. Singkatan umum yang terdiri dari tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Tetapi,
singkatan umum yang terdiri hanya dari dua huruf diberi tanda titik setelah masing-
masing huruf.

4. Lambang kimia, singkatan satuan ukur, takaran, timbangan, dan mata uang asing
tidak diikuti tanda titik.

Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, suku kata, ataupun huruf
dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.

5. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital.

6. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku
kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.

7. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun
huruf dan suku kata dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kecil.

8
H. PENULISAN ANGKA DAN LAMBANG

Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai lambang
bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.

 Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
 Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500),
 M (1.000), V (5.000), M (1.000.000)

1. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan
huruf. Contoh:
 Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
 Koleksi perpustakaan itu mencapai dua juta buku.
2. Jika bilangan dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau paparan, ditulis
dengan angka.Contoh:
 Di antara 72 anggota yang hadir 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5
orang tidak memberikan suara.
 Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 minibus,
dan 250 sedan.
3. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf . Contoh:
 Lima puluh siswa kelas 6 lulus ujian.
 Sepuluh warga belum mendapatkan KTP elektronik.
4. Bilangan pada awal kalimat jika lebih dari dua kata, susunan kalimatnya diubah agar
bilangan yang tidak dapat ditulis dengan huruf itu tidak ada pada awal kalimat.
Contoh:
 Panitia mengundang 250 orang peserta.
Bukan
250 orang peserta diundang Panitia dalam seminar itu.
5. Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian supaya lebih
mudah dibaca. Contoh:
 Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
 Dia mendapatkan bantuan Rp250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.
 Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun.

6. Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, dan isi; (b)
satuan waktu; (c) nilai uang; dan (d) jumlah. Contoh:
 0,5 sentimeter tahun 1928
 5 kilogram 17 Agustus 1945
 4 meter persegi 1 jam 20 menit
 10 liter pukul 15.00
 Rp5.000,00 10 persen
 US$ 3,50* 27 orang
 £5,10*

9
 ¥100
 2.000 rupiah

Catatan: Tanda titik pada contoh bertanda bintang (*) merupakan tanda desimal.

7. Penulisan lambang mata uang, seperti Rp, US$, £, dan ¥ tidak diakhiri dengan tanda
titik dan tidak ada spasi antara lambang itu dan angka yang mengikutinya, kecuali di
dalam tabel. Contoh:
 Rp5.000,00
 Rp1.000.000,00
8. Angka digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar.
Contoh:
 Jalan Tanah Abang I No. 15
 Jalan Wijaya No. 14
 Apartemen No. 5
 Hotel Mahameru, Kamar 169
9. Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci. Contoh:
 Bab X, Pasal 5, halaman 252
 Surah Yasin: 9
 Markus 2: 3
10. Cara Penulisan bilangan Utuh dengan huruf dilakukan sebagai berikut. Contoh:
 dua belas (12)
 tiga puluh (30)
 lima ribu (5000)
11. Cara Penulisan bilangan Pecahan dengan huruf dilakukan sebagai berikut. Contoh:
 setengah (1/2)
 seperenam belas (1/16)
 tiga perempat (3/4)
 dua persepuluh (0,2) atau (2/10)
 tiga dua pertiga (3 2/3)
 satu persen (1%)
 satu permil (1o/oo)
Catatan:
Pada penulisan bilangan pecahan dengan mesin tik, spasi digunakan di antara
bilangan utuh dan bilangan pecahan.
12. Tanda hubung dapat digunakan dalam penulisan lambang bilangan dengan huruf
yang dapat menimbulkan salah pengertian. Contoh:
 20 2/3 (dua puluh dua-pertiga)
 22/30 (dua-puluh-dua pertiga puluh)
 20 15/17 (dua puluh lima-belas pertujuh belas)
 150 2/3 (seratus lima puluh dua-pertiga)
 152/3 (seratus-lima-puluh-dua pertiga)

10
13. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut:
Contoh:
a. pada awal abad XX (angka Romawai kapital)
 dalam kehidupan pada abad ke-20 ini (huruf dan angka Arab)
 pada awal abad kedua puluh (huruf)
b. kantor di tingkat II gedung itu (angka Romawi)
 di tingkat ke-2 gedung itu (huruf dan angka Arab)
 di tingkat kedua gedung itu (huruf)
14. Penulisan bilangan yang mendapat akhiranan mengikuti cara berikut. (Lihat juga
keterangan tentang tanda hubung). Contoh:
 lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan)
 tahun 1950-an (tahun seribu sembilan ratus lima puluhan)
 uang 5.000-an (uang lima-ribuan)
15. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks (kecuali di
dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi). Contoh:
 Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
 Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
 Rumah itu dijual dengan harga Rp. 125.000.000,00.
16. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Contoh:
 Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp. 900.500,50 (sembilan ratus ribu
lima ratus rupiah lima puluh sen).
 Bukti pembelian barang seharga Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke atas
harus dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban.
 Dia membeli uang dolar Amerika Serikat sebanyak $5,000.00 (lima ribu dolar).
Catatan:
a. Angka Romawi tidak digunakan untuk menyatakan jumlah.
b. Angka Romawi digunakan untuk menyatakan penomoran bab (dalam
terbitan atau produk perundang-undangan) dan nomor jalan.
c. Angka Romawi kecil digunakan untuk penomoran halaman sebelum Bab I
dalam naskah dan buku.

I. Penulisan kata asing (huruf miring)


1. Untuk menuliskan kata atau ungkapan yang bukan bahasa Indonesia menggunakan
huruf miring. Misalnya:
 Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.
 Orang tua harus bersikap tut wuri handayani terhadap anak.
 Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.
 Weltanschauung dipadankan dengan 'pandangan dunia'.

11
2. Kata atau ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia
penulisannya diperlakukan sebagai kata Indonesia, yaitu tanpa cetak miring.
Misalnya:
 Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.
 Korps diplomatik memperoleh perlakuan khusus.

Catatan: Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak
miring digaris bawahi.

3. Untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing atau bahasa
lain, menggunakan tanda hubung (-). Misalnya:
 di-smash
 di-mark-up

J. Pemenggalan kata
1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
a) Jika di tengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya
dilakukan di antara kedua huruf vokal itu. Misalnya:
bu-ah, ma-in, ni-at, sa-at
b) Huruf diftong ai, au, ei, dan oi tidak dipenggal.
Misalnya: pan-dai, au-la, sau-da-ra, sur-vei, am-boi
c) Jika di tengah kata dasar terdapat huruf konsonan (termasuk gabungan huruf
konsonan) di antara dua huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf
konsonan itu.
Misalnya: ba-pak, la-wan, de-ngan, ke-nyang, mu-ta-khir, mu-sya-wa-rah
d) Jika di tengah kata dasar terdapat dua huruf konsonan yang berurutan,
pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.
Misalnya: Ap-ril, cap-lok, makh-luk, man-di, sang-gup, som-bong, swas-ta
e) Jika di tengah kata dasar terdapat tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-
masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf
konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya: ul-tra, in-fra, ben-trok, in-stru-men
Catatan: Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak
dipenggal.
Misalnya: bang-krut, bang-sa, ba-nyak, ikh-las, kong-res, makh-luk, masy-hur,
sang-gup
2. Pemenggalan kata turunan sedapat-dapatnya dilakukan di antara bentuk dasar dan
unsur pembentuknya.
Misalnya: ber-jalan, mem-pertanggungjawabkan, mem-bantu, ter-bawa, per-buat,
me-rasakan. Catatan:
a. Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami perubahan
dilakukan seperti pada kata dasar.

12
Misalnya: me-nu-tup, me-ma-kai, me-nya-pu, me-nge-cat, pe-mi-kir, pe-no-long,
pe-nga-rang, pe-nge-tik, pe-nye-but
b. Pemenggalan kata bersisipan dilakukan seperti pada kata dasar.
Misalnya: ge-lem-bung, ge-mu-ruh, ge-ri-gi, si-nam-bung, te-lun-juk
c. Pemenggalan kata yang menyebabkan munculnya satu huruf di awal atau akhir
baris tidak dilakukan. Misalnya:
 Beberapa pendapat mengenai masalah itu
telah disampaikan ....
 Walaupun cuma-cuma, mereka tidak mau
mengambil makanan itu.
3. Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat
bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur itu.
Tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar. Misalnya:
 biografi, bio-grafi, bi-o-gra-fi
 biodata, bio-data, bi-o-da-ta
 fotografi, foto-grafi, fo-to-gra-fi
 fotokopi, foto-kopi, fo-to-ko-pi
 introspeksi, intro-speksi, in-tro-spek-si
 introjeksi, intro-jeksi, in-tro-jek-si
 kilogram, kilo-gram, ki-lo-gram
 kilometer, kilo-meter, ki-lo-me-ter
 pascapanen, pasca-panen, pas-ca-pa-nen
 pascasarjana, pasca-sarjana, pas-ca-sar-ja-na
4. Nama orang yang terdiri atas dua unsur atau lebih pada akhir baris dipenggal di
antara unsur-unsurnya. Misalnya:
 Lagu "Indonesia Raya" digubah oleh Wage Rudolf Supratman.
 Buku Layar Terkembang dikarang oleh Sutan Takdir Alisjahbana.
5. Singkatan nama diri dan gelar yang terdiri atas dua huruf atau lebih tidak dipenggal.
Misalnya:
Ia bekerja di DLLAJR. Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R.Ng. Rangga
Warsita.

13
BAB III
PENUTUP

Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) atau pembaharuan dari ejaan yang disempurnakan
(EYD) adalah tata bahasa dalam BahasaIndonesia yang mengatur penggunaan bahasa
Indonesia dalam tulisan,mulai dari pemakaian huruf, penulisan kata, penulisan unsur
serapan,serta penggunaan tanda baca.

Ruang lingkup PUEBI adalah pemakaian huruf, penulisan kata, pemakaian tanda
baca, dan penulisan unsur serapan.

Huruf adalah tanda aksara dalam tata tulis yang melambangkan


bunyi bahasa. Pemakaian huruf yang diatur dalam PUEBI antara lain: hurufabjad, huruf
vokal, huruf konsonan, huruf diftong, gabungan hurufkonsonan, huruf kapital, huruf
miring, dan huruf tebal.

Kata adalah satuan unit terkecil dari bahasa yang dapat berdiri sendiridan tersusun
dari morfem tunggal. Kata merupakan perwujudankesatuan perasaan dan pikiran yang
digunakan dalam berbahasa, baikdiucapkan maupun dituliskan. Pedoman penulisan kata
yang diatur olehPUEBI adalah kata dasar, kata berimbuhan, bentuk ulang, dan lain-lain.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://news.okezone.com/read/2016/08/15/65/1464142/eyd-kini-berubah-nama-menjadi-
puebi
https://www.kompasiana.com/andisahtianijahrir/57e7e507bb22bd27098b456f/perbedaan-
eyd-dengan-ebi

https://www.scribd.com/document/373732616/Makalah-Pedoman-Umum-Ejaan-Bahasa-
Indonesia-PUEBI

https://typoonline.com/blog/perbedaan-eyd-dan-puebi-yang-perlu-diperhatikan/

https://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Pedoman_penulisan_singkatan_dan_akronim

http://www.literasi.net/2016/03/cara-penulisan-angka-dan-bilangan-yang-benar.html

http://www.literasi.net/2017/12/cara-penulisan-kata-atau-ungkapan.html

https://puebi.readthedocs.io/en/latest/kata/pemenggalan-kata/

15

Вам также может понравиться