Вы находитесь на странице: 1из 22

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Oseanografi adalah ilmu yang mempelajari laut atau lautan. Objek yang

dipelajarinya adalah mengenai keadaan fisik air laut tersebut, arus, gelombang,

kedalaman, serta pasang naik dan pasang surut. Samudra adalah bentangan air

asin yang menutupi cekungan yang sangat luas, sedangkan laut merupakan bagian

dari samudra. Permukaan bumi yang ditutupi oleh air samudra meliputi sekitar

70%. Penyebarannya tidak merata di antara belahan bumi utara dan selatan.

(Harijono,2008).

Menurut Gaol (2007), distribusi dan kelimpahan sumber daya hayati di

suatu perairan tidak terlepas dari kondisi dan variasi parameter-parameter

oseanografi. Oleh karena itu, informasi yang lengkap dan akurat tentang karakter

oseanografi suatu perairan sangat diperlukan untuk tujuan pengelolaan sumber

daya perairan secara berkelanjutan. Distribusi suhu dan salinitas antara periode

muson tenggara dan barat laut menunjukkan perbedaan yang nyata. Hal ini,

berpengaruh terhadap distribusi sumber daya ikan di Laut Jawa sebagaimana telah

dikatakan beberapa peneliti sebelumnya, pada periode muson tenggara, di mana

terjadi intrusi massa air oseanik dengan salinitas tinggi juga diikuti oleh penetrasi

ikan-ikan oseanik ke Laut Jawa seperti jenis ikan layang, sebaliknya terjadi pada

musim muson barat laut.

Menurut Limbong (2008), Salah satu indikator untuk mengetahui

keberadaan suatu spesies ikan yaitu suhu permukaan laut. Keberadaan ikan sangat

dipengaruhi oleh faktor faktor oseanografi, salah satunya yaitu suhu permukaan

laut. Konsentrasi suhu permukaan laut pada daerah penangkapan ikan pada saat
2

trip operasi penangkapan dapat dihitung dengan menggunakan software SeaDAS

4.7. Penyebaran SPL disajikan dalam bentuk citra, selanjutnya dianalisis dengan

program SeaDAS untuk memperoleh SPL, SPL dominan, SPL rata-rata di setiap

posisi setting yang selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel. Oseanografi

perikanan merupakan ilmu yang mempelajari semua aspek yang berhubungan

dengan laut atau lautan baik tentang kehidupan organisme yang ada di dalamnya

maupun tentang faktor-faktor fisik dan kimia yang mempengaruhi kehidupan

biota laut tersebut. Parameter yang biasa diamati yaitu mengenai suhu, salinitas,

kandungan oksigen di dalam perairan, dan lain-lainnya.

Mengingat pentingnya mengetahui prakiran cuaca dalam bidang perikanan

terhadap kegiatan perikanan, maka dilaksanakanlah praktek Oseanografi Terapan.

B. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari dilaksanakannya praktek Oseanografi Terapan ini yaitu agar

mahasiswa dapat mengetahui dan memahami bagaimana sistem dan prinsip kerja

alat-alat pengukur cuaca dan iklim serta pengaruh terhadap sektor perikanan.

Manfaat dari dilaksanakannya praktek Oseanografi Terapan yaitu informasi

dan wawasan mahasiswa mengenai pengaruh prakiraan cuaca terhadap sektor

perikanan dapat bertambah.


3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Jenis dan Bagian-Bagian Radar

Cara terbaik untuk mendeteksi objek cuaca adalah dengan menggunakan

beberapa frekuensi sinyal yang berbeda-beda. Secara sederhana dapat dikatakan

bahwa adar cuaca merupakan pengembangan dari system radar PSR dengan

menggunakan multi frekuensi. panjang gelombang yang lebih pendek berguna

untuk partikel yang lebih kecil tetapi sinyal lebih cepat dilemahkan

(Prawirowardoyo, 1996).

Radar sendiri terdiri dari beberapa jenis. Menurut Tjasjono (1999), radar

doppler mengukur kecepatan secara rutin dan digunakan untuk mendeteksi

kecepatan angin, tornado, angin topan. Gerak menuju radar Doppler dinyatakan

dalam nilai negatif yang digambarkan dengan warna hijau dan Motion jauh dari

radar Doppler dinyatakan dalam nilai-nilai positif yang digambarkan dalam warna

merah. Selanjutnya dikatakan bahwa Doppler Weather Radar tidak hanya

mengukur reflektifitas tetapi juga mengukur perubahan frekuensi dari pergerakan

objek/target. Perubahan frekuensi ini dinyatakan sebagai kecepatan/velocity yang

digambarkan kedalam pergerakan menjauhi dan mendekati radar.

Selain itu, ada juga radar cuaca, menurut Beukema (2005), radar cuaca

mengemisikan beam pada beberapa elevasi. Jadi setelah radar selesai melakukan

scanning sebesar 360⁰ maka elevasinya akan naik hingga mencapai elevasi

maksimum, sehingga pada semua area akan terdeteksi bagaimana kondisi di

atmosfernya. Nilai dari Beam yang dipancarkan akan memiliki perbedaan ukuran

saat dia berada di dekat radar dan jauh dari radar. Nilai beam akan meningkat

seiring dengan jauhnya jarak terhadap radar.


4

Citra radar cuaca menggambarkan potensi intensitas curah hujan yang

dideteksi oleh radar cuaca. Pengukuran intensitas curah hujan berdasarkan

seberapa besar pancaran energi radar yang dipantulkan kembali oleh butir-butiran

air di dalam awan yang digambarkan dengan produk Reflectivity yang mmiliki

besaran satuan dBZ (decibel). Makin besar energi pantul yang diterima radar,

maka nilai dBZ juga akan besar, dan semakin besar nilai reflectivity menunjukkan

intensitas hujan yang terjadi semakin besar (Saitoh, 2011).

B. Kerja Radar Prinsip

Menurut Beukema (2005),Gelombang elektromagnetik yang akan

dipancarkan disiapkan oleh Modulator, lalu gelombang tersebut dipancarkan oleh

transmitter melalui waveguide hingga ke antenna untuk disebarkan ke atmosfir.

Sebagian gelombang akan kembali diterima radar setelah menabrak benda yang

ada di atmosfir, yang dikenal sebagai echo replyberupa IQ data kemudian diterima

oleh receiver lalu diproses oleh signal processing guna menghasilkan data dasar

dalam bentuk rawdata format bergantung jenis radar yang digunakan dan jenis

data yang diinginkan pengguna untuk menghasilkan produk citra radar cuaca

tergantung kebutuhan pengguna (display). Duplexer merupakan persimpangan

yang berfungsi untuk mengatur system radar saat melakukan transmit.

Prinsip kerja radar menurut Harijono (2008), dibagi berdasarkan bentuk

gelombangnya, yaitu Continuous Wave/CW (Gelombang Berkesinambungan),

merupakan radar yang menggunakan transmitter dan antena penerima (receive

antenna) secara terpisah, di mana radar ini terus menerus memancarkan

gelombang elektromagnetik. Pulsed Radars/PR (Radar Berdenyut), merupakan


5

radar yang gelombang elektromagnetiknya diputus secara berirama. Frekuensi

denyut radar (Pulse Repetition Frequency/PRF).

Dalam proses scanning pada radar cuaca, ada beberapa informasi yang

didapatkan saat radar melakukan scanning, yaitu Azimuth Angle, Elevation Angle,

Jarak. Ketika melakukan scanning, radar memiliki elevasi yang berubah-ubah

setelah selesai melakukan scaning pada satu elevasi. Setelah selesai untuk elevasi

pertama, elevasi radar akan naik dan melakukan scanning kembali hingga selesai,

kemudian elevasi akan naik lagi dan begitu seterusnya hingga elevasi maksimum

sekitar 19,50C (Kapetsky, 2000).

C. Meteorologi terhadap Ilmu Perikanan

Meteorologi merupakan ilmu yang mempelajari atmosfer, khususnya bagian

bawah, yang mana gejala cuaca dan iklim terjadi (Prawirowardoyo, 1996).

Menurut Petterssen (1958), meteorologi merupakan studi tentang proses dan

keadaan atmosfer. Sedangkan menurut Tjasjono (1999), meteorologi merupakan

ilmu yang mempelajari proses fisis dan gejala cuaca yang terjadi di dalam

atmosfer terutama pada lapisan bawah, yaitu troposfer.

Sistem cuaca laut kawasan Indonesia berkaitan erat dengan sistem cuaca

umumnya. Oleh karena itu dalam kaitannya dengan system cuaca tersebut

Ramage menggunakan istilah "maritime continent". Posisi geografi, faktor

lingkungan, dan struktur serta orientasi kepulauan Indonesia mengubah sistem

peredaran dasar. sel Hadley Utara diungguli oleh peran monsun Asia, sel Hadley

Selatan diungguli oleh monsoon Australia. Sel Walker terbelah-belah oleh

struktur dan orientasi kepulauan menjadi sel-sel golakan dalam skala meso. Pias

Pumpun Antartropis yang aslinya sebagai daerah pumpunan antara angin pasat
6

dari peredaran antisiklonal utara dan selatan berubah sifat menjadi pertemuan

antara massa udara dari belahan bumi utara dan belahan bumi selatan.

Data dan meteorologi sangat berperan bagi kegiatan perikanan. Lama

penyinaran dan suhu udara sangat mempengaruhi kondisi suhu perairan dan

secara langsung akan berdampak terhadap tingkat produktivitas dari suatu

perairan dan tingkat pertumbuhan dari biota yang dibudidayakan. Data iklim telah

dimanfaatkan dibidang perikanan budidaya (Kapetsky, 2000).

D. Klimatologi terhadap Ilmu Perikanan

Klimatologi berasal dari bahasa Yunani Klima dan Logos yang masing2

berarti kemiringan (slope) yg di arahkan ke Lintang tempat sedangkan Logos

sendiri berarti Ilmu. Jadi definisi Klimatologi adalah ilmu yang mencari gambaran

dan penjelasan sifat iklim, mengapa iklim di berbagai tempat di bumi berbeda ,

dan bagaimana kaitan antara iklim dan dengan aktivitas manusia. Karena

klimatologi memerlukan interpretasi dari data-data yang banyak dehingga

memerlukan statistik dalam pengerjaannya, orang-orang sering juga mengatakan

klimatologi sebagai meteorologi statistik (Tjasyono, 2004).

Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC, 2007) mendefinisikan

pemanasan global adalah perubahan iklim yang terjadi pada jangka waktu yang

panjang misalnya satu dekade ataupun lebih panjang lagi, dan dapat teridentifikasi

dengan baik (misalnya menggunakan uji statistik). Perubahan ini dapat

diakibatkan oleh variasi kondisi alam atau aktivitas manusia. IPCC dalam buku

laporannya yang keempat telah memprediksi terjadinya perubahan suhu udara

sampai pada akhir abad 21 (2009-2099), perubahan yang terjadi berkisar antara
7

1,8oC (estimasi untuk prediksi terendah-B1) sampai 4oC (estimasi untuk prediksi

tertinggi-A1FI) (IPCC, 2007).

Pemanasan global yang terjadi dapat mempengaruhi variasi suhu udara/air,

cuaca, dan ketersediaan pasokan air (kualitas dan kuantitas). Dampak dari

perubahan suhu dapat mempengaruhi tingkat produktivitas dari suatu ekosistem

yang pada akhirnya dapat berdampak pada variasi waktu dan keberhasilan pola

migrasi, pemijahan, dan kelimpahan (Walther et al., 2002; Beukema & Dekker,

2005; Saitoh et al., 2011). Pemanasan global diproyeksikan akan berpengaruh

terhadap kondisi ekosistem, kondisi sosial dan ekonomi, dan meningkatnya

tekanan terhadap sumber mata pencaharian yang berimplikasi pada penyediaan

bahan pangan.

Kondisi iklim akan selalu bervariasi berdasarkan waktu dan tempat. Sangat

jelas perbedaannya antara perubahan iklim dan variasi iklim. Perubahan iklim

adalah tren (fluktuasi) iklim selama kurun waktu yang cukup panjang, paling

sedikit sekitar 20 tahun, sedangkan variasi iklim mengacu kepada fluktuasi iklim

setiap tahunnya (Blenckner, 2005). Sehubungan dengan pemanasan global yang

terjadi, masih adanya ketidakpastian mengenai berapa besar, seberapa cepat dan di

mana saja iklim akan berubah secara signifikan. Untuk melihat perubahan iklim

yang terjadi, para ahli telah melakukan berbagai cara untuk mengkarakterisasi

perubahan yang terjadi baik regional maupun global. Satu pendekatan yang umum

digunakan adalah melalui zone indek. El Niño Southern Oscillation (ENSO) indek

merupakan satu zone indeks yang sangat populer di wilayah Pasifik tropis, yang

dapat berdampak pada perubahan lingkungan perairan dan daratan. Pendekatan

menggunakan zone indeks ini secara umum sangat bermanfaat untuk melihat
8

dampak perubahan lingkungan terhadap perubahan iklim. Hal ini disebabkan

indek ini mengintegrasikan berbagai variable iklim (misalnya suhu, curah hujan,

dan tutupan awan) dan memungkinkan melihat variasinya secara tahunan untuk

iklim regional.

E. Geofisika terhadap Ilmu Perikanan

Geofisika adalah Ilmu yang mempelajari sifat-sifat fisis bumi,seperti bentuk

bumi,reaksi terhadap gaya,serta medan potensial bumi(medan magnet dan

gravitasi). Geofisika juga menyelidiki interior bumi seperti inti,mantel bumi,dan

kulit bumi serta kandungan-kandungan alaminya (Noor, 2005).


9

III. METODOLOGI PRAKTEK

A. Waktu dan Tempat

Praktek Oseanografi Terapan ini dilaksanakan pada hari Jumat, 8 Desember

2018 pukul 08.00 – 11.00 WITA dan bertempat di Stasiun Meteorologi Maritim

Kendar Jl. Jend Sudirman No.158, Kelurahan Kendari Kecamatan Kendari , Kota

Kendari, Sulawesi Tenggara.

B. Objek Praktek

Objek pada praktek Oseanografi Terapan kali ini merupakan alat-alat yang

digunakan dalam mengukur prakiraan cuaca atau iklim. Adapun alat-alat tersebut

antara lain :

1. Penakar hujan jenis Hellman merupakan suatu instrument/alat untuk mengukur

curah hujan

2. Penakar hujan ini termasuk jenis penakar hujan non-recording atau tidak dapat

mencatat sendiri. Komponen-komponen alat ini adalah sebagi berikut.

3. Sangkar meteo merupakan bangunan berbentuk rumah yang terbuat dari kayu

yang berfungsi untuk menyimpan alat termohigrograf, termometer maksimum,

termometer minimum, termometer bola kering dan termometer bola basah.

4. Anemograf merupakan salah satu jenis anemometer dengan tinggi 10 meter.

Fungsi dari alat ini digunakan untuk mengukur arah dan kecepatan angin.

5. Cup counter merupakan salah satu jenis anemometer dengan tinggi 50

centimeter. Alat ini berfungsi untuk mengukur kecepatan angin rata-rata

selama periode tertentu.


10

6. Panci Penguapan (Pan Evaporasi) berfungsi ungsi alat ini yaitu Untuk

mengetahui besarnya penguapan radiasi langsung dari matahari.

C. Metode Pengumpulan Data dan Informasi

Metode pengumpulan data dan informasi yang digunakan selama praktek

Oseanografi Terapan yaitu metode observasi, dimana kami melakukan

pengamatan secara langsung terhadap alat-alat yang ada di lokasi praktek

khususnya alat radar. Pengamatan yang kami lakukan dibimbing langsung oleh

pegawai Stasiun Meteorologi Maritim Kendari dan selama pengamatan, dan

pengamatan yang dilakukan diselingi dengan sedikit tanya jawab, sehingga

informasi mengenai kegunaan dan prinsip kerja alat kami dapatkan dengan sangat

baik.
11

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi BMKG Provinsi Sulawesi Tenggara

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (disingkat BMKG),

sebelumnya bernama Badan Meteorologi, dan Geofisika (disingkat BMG) adalah

Lembaga Pemerintah Non Departemen Indonesia yang mempunyai tugas

melaksanakan tugas pemerintahan di bidang meteorologi, klimatologi, dan

geofisika.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya BMKG dikoordinasikan oleh

Menteri yang bertanggung jawab di bidang perhubungan. BMKG memiliki 5 balai

besar yang tersebar di Indonesia, antara lain ; balai besar wilayah I di Medan,

balai besar wilayah II di Ciputat, balai besar wilayah III di Denpasar, balai besar

wilayah IV di Makassar dan balai besar wilayah V di Jayapura, dimana masing-

masing balai besar membawahi sejumlah stasiun BMKG. Stasiun tersebut terbagi

menjadi beberapa bidang, ada stasiun meteorology, stasiun klimatologi, stasiun

geofisika, stasiun maritime, dan sensor telemetri.

Stasiun BMKG yang ada di Kota Kendari dibawahi oleh balai besar BMKG

wilayah IV Makassar, salah satunnya yaitu stasiun meteorologi maritim Kendari

yang bertempat di Jl. Jend Sudirman No.158, Kampung Salo, Kota Kendari,

Sulawesi Tenggara.
12

B. Data dan Informasi

Adapun data dan informasi yang didapat dari hasil pengamatan yang telah

kami lakukan adalah sebagi berikut.

1. Penakar hujan jenis hellman yang meruakan alat penakar hujan berjenis

recording atau dapat mencatat sendiri dan penakar hujan ini termasuk jenis

penakar hujan non-recording atau tidak dapat mencatat sendiri merupakan

suatu Alat ini mencatat jumlah curah hujan yang terkumpul dalam bentuk

garis vertikal yang tercatat pada kertas pias.

2. Sangkar meteo merupakan bangunan berbentuk rumah yang terbuat dari kayu

yang berfungsi untuk menyimpan alat termohigrograf, termometer

maksimum, termometer minimum, termometer bola kering dan termometer

bola basah.

3. Anemograf merupakan salah satu jenis anemometer dengan tinggi 10 meter.

Alat ini memberikan informasi mengenai arah dan kecepatan angin.

4. Cup counter yaitu salah satu jenis anemometer dengan tinggi 50 centimeter.

Alat ini memberikan informasi dan data mengenai kecepatan angin rata-rata

selama periode tertentu.

5. Panci penguapan memberikan informasi mengenai besarnya penguapan

radiasi langsung dari matahari.


13

C. Pembahasan

Berdasarkan data dan informasi yang telah kami dapatkan, maka dapat

diketahui bahwa alat-alat yang digunakan dalam mengukur cuaca antara lain;

penakar hujan jenis hellman, penakar hujan tipping bucket, sangkar meteo, dan

anemometer.

1. Penakar Hujan Jenis Hellman

Penakar hujan jenis Hellman merupakan suatu instrument/alat untuk

mengukur curah hujan. Penakar hujan jenis hellman ini merupakan suatu alat

penakar hujan berjenis recording atau dapat mencatat sendiri. Pengamatan dengan

menggunakan alat ini dilakukan setiap hari pada jam-jam tertentu mekipun cuaca

dalam keadaan baik/hari sedang cerah. Alat ini mencatat jumlah curah hujan yang

terkumpul dalam bentuk garis vertikal yang tercatat pada kertas pias. Alat ini

memerlukan perawatan yang cukup intensif untuk menghindari kerusakan-

kerusakan yang sering terjadi pada alat ini.

Pemasangan alat ini sama seperti penakar hujan lainnya, bertujuan

mendapatkan data jumlah curah hujan yang jatuh pada periode dan tempat-tempat

tertentu. Jenis penakar hujan ini berbentuk silinder dengan tingi 115 cm serta luas

permukaan corong 200 cm² serta berat alat ini ± 14 Kg. Seluruh bagian luar alat ini

dicat warna hijau muda atau abu-abu. Pada bagian depan alat ini terdapat sebuah

pintu dalam keadaan tertutup. Apabila pintu dalam keadaan terbuka, maka bagian-

baian alat ini akan terlihat seperti dibawah ini:

Adapun bagian-bagian alat hujan ini adalah:

1. Bibir atau mulut corong

2. Lebar corong
14

3. Tempat kunci atau gembok

4. Tangki pelampung

5. Silinder jam tempat meletakkan pias

6. Tangki pena

7. Tabung tempat pelampung

8. Pelampung

9. Pintu penakar hujan

10. Alat penyimpan data

11. Alat pengatur tinggi rendah selang gelas (siphon)

12. Selang gelas

13. Tempat kunci atau gembok

14. Panci pengumpul air hujan bervolume


Cara kerja alatnya yaitu Jika hujan turun, air hujan masuk melalui corong,

kemudian terkumpul dalam tabung tempat pelampung. Air hujan ini menyebabkan

pelampung serta tangkainya terangkat atau naik keatas. Pada tangkai pelampung

terdapat tongkat pena yang gerakannya selalu mengikuti tangkai pelampung

Gerakkan pena dicatat pada pias yang ditakkan/digulung pada silinder jam yang

dapat berputar dengan bantuan tenaga per. Jika air dalam tabung hampir penuh

(dapat dilihat pada lengkungan selang gelas), pena akan mencapai tempat teratas

pada pias. Setelah air mencapai atau melewati puncak lengkungan selang gelas,

maka berdasarkan sistem siphon otomatis (sistem selang air), air dalam tabung

akan keluar sampai ketinggian ujung selang dalam tabung. Bersamaan dengan

keluarnya air, tangkai pelampung dan pena turun dan pencatatannya pada pias

merupakan garis lurus vertikal. Jika hujan masih terus-menerus turun, maka
15

pelampung akan naik kembali seperti diatas. Dengan demikian jumlah curah

hujan dapat dihitung atau ditentukan dengan menghitung garis-garis vertikal.

2. Penakar Hujan Jenis Tipping Bucket

Penakar hujan ini termasuk jenis penakar hujan non-recording atau tidak

dapat mencatat sendiri. Komponen-komponen alat ini adalah sebagi berikut.

- Sebuah corong yang dapat dilepas dari bagian badan alat.

- Bak tempat penampungan air hujan.

- Kaki yang berbentuk tabung silinder.

- Gelas penakar hujan

Pada prinsipnya jika hujan turun, air masuk melalui corong besar dan

corong kecil, kemudian terkumpul dalam ember (bucket) bagian atas. Jika air

yang tertampung cukup banyak menyebabkan ember bertambah berat, sehingga

dapat menggulingkan ember kekanan atau kekiri, tergantung dari letak ember

tersebut. Pada waktu ember terguling, penahan ember ikut bergerak turun naik.

Penahan ember mempunyai dua buah tangkai yang berhubungan dengan roda

bergigi. Gerakan turun naik penahan ember menyebabkan kedua tangkainya

bergerak pula dan bentuknya yang khusus dapat memutar roda bergigi berlawanan

dengan arah perputaran jarum jam. Perputaran roda bergigi diteruskan ke roda

berbentuk jantung. Roda yang berbentuk jantung mempunyai sebuah per yang

menghubungkan kedua pengatur kedudukan pena yang letak ujungnya selalu

bersinggungan dengan tepi roda. Perputaran roda berbentuk jantung akan

menyebabkan kedudukan pena bergerak sepanjang tepi roda.


16

3. Sangkar Meteo

Sangkar meteo merupakan bangunan berbentuk rumah yang terbuat dari

kayu yang berfungsi untuk menyimpan alat termohigrograf, termometer

maksimum, termometer minimum, termometer bola kering dan termometer bola

basah. Sangkar meteo berventilasi dobel jalusi, yang gunanya mengalirkan udara

masuk dan keluar, Sangkar meteo juga dicat putih agar memantulkan cahaya yang

merupakan konvensi dari WMO (World Meteorological Organisation). Pintu pada

sangkar meteo posisinya harus dipasang utara - selatan. Dibawah sangkar meteo

tidak boleh di cor karena dapat mengganggu hasil pengamatan.

Terdapat dua jenis termometer yakni termometer maksimum; sebagai alat

ukur suhu udara maksimum yang terbuat dari gelas dengan bejana berbentuk bola

dan pada ujungnya berisi air raksa. Dan termometer minimum; sebagai alat ukur

suhu udara minimum yang terbuat dari gelas berbentuk garpu dan pada ujungya

berisi alkohol dan benda penunjuk yang akan terseret oleh alkohol manakala suhu

turun dan akan tertinggal manakala suhu naik (alkohol mengembang), maka

benda penunjuk tadi akan menunjukan suhu terendah dalam kurun waktu

pengamatan.

Selanjutnya, psychrometer terdiri dari 2 buah Thermometer air raksa yaitu

Thermometer bola kering dan Thermometer bola basah. Thermometer bola basah

adalah thermometer yang bola air raksanya dibalut dengan kain basah. Penguapan

yang terjadi pada kain basah tersebut mengakibatkan turunnya suhu. Perbedaan

suhu yang ditunjukan thermometer bola kering dan basah dengan bantuan tabel

diperoleh harga kelembaban udara dan suhu titik embun.


17

Kemudian ada alat pengukur temperatur dan kelembaban udara

(Thermohygrograph), Gabungan Thermograph dan Hygrograph dinamakan

Thermohygrograph. Alat ini memiliki fungsi untuk mengukur suhu dan

kelembaban udara secara otomatis. Dengan menggunakan pias kertas sebagai

hasil yang dilihat, kemudian dibagian kertas tersebut terdapat pengukur suhu

(bagian atas kertas) dan pengukur kelembaban (bagian bawah kertas). Dengan

menggunakan sebuah sensor, maka grafik perubahan suhu bisa diketahui, karena

sensor tersebut sangat peka terhadap suhu sekitar, dimana mengalami pemuaian

bila suhu meningkat dan menyusut jika suhu rendah.

Lalu, piche evaporimeter digunakan sebagai pengukur penguapan secara

relatif, tidak dapat mengukur langsung evaporasi yang sesungguhnya terjadi.Pipa

gelas terdapat skala yang menyatakan volume air dalam cm3 atau

persepuluhannya.

4. Anemometer 10 meter

Anemograf merupakan salah satu jenis anemometer dengan tinggi 10 meter.

Fungsi dari alat ini digunakan untuk mengukur arah dan kecepatan angin. Adapun

komponen-komponen alat antara lain sebagai berikut :

 Tiga buah mangkok yang akan berputar bila tertiup angin.

 Angka counter di bawah tiga mangkok yang mencatat perputaran mangkok

tersebut.

 Tiang pipa besi setinggi ( ½ m, 2 m, 10 m) dari permukaan tanah, untuk

memasang alat tersebut.

Cara kerja alat ini yaitu, angin yang bertiup akan membuat anemometer

berputar dan kecepatan angin akan ditunjukkan oleh spidometer yang tertera pada
18

alat. Anemometer berupa baling-baling yang as nya dihubungkan dengan dinamo

penghasil arus listrik. Apa bila angin bertiup baling-baling akan berputar dan

memutar dinamo dan akan diperoleh arus listrik.

5. Anemometer Cup Counter

Cup counter merupakan salah satu jenis anemometer dengan tinggi 50

centimeter. Alat ini berfungsi untuk mengukur kecepatan angin rata-rata selama

periode tertentu.

Untuk mengetahui kecepatan rata-rata angin pada periode waktu tertentu

dilakukan dengan mengurangi hasil pembacaan pada angka counter saat

pengamatan dengan hasil pembacaan sebelumnya, kemudian dibagi dengan

periode waktu pengamatan.

6. Panci Penguapan (Pan Evaporasi)

Fungsi alat ini yaitu Untuk mengetahui besarnya penguapan radiasi

langsung dari matahari. Pengamatan penguapan air menggunakan alat penguapan

yang terdiri dari: Bejana atau panci tempat air dengan diameter 127 Cm;

thermometer apung untuk mengukur suhu air; Hook Gauge stell well untuk

mengukur tinggi air dalam panic; kayu penopang untuk penyangga panci sehingga

tidak bersentuhan dengan tanah karena tanah menngandung panas yang akan

menambah penguapan; cup counter anemometer untuk mengukur kecepatan angin

rata-rata di permukaan air.

Pengamatan dilaksanakan setiap jam 07.00 WIB. Selisih tinggi air sekarang

dengan tinggi air kemarin merupakan jumlah air yang hilang karena menguap

dengan kondisi: suhu air rata-rata seperti yang ditunjukan thermometer apung,
19

kecepatan angin rata-rata di permukaan air seperti yang ditunjukan Cup Counter

Anemometer.

Cara kerja alat nya yaitu panci penguapan diisi air setinggi 20 cm sehingga

di atas rongga 5 cm pengukuran dilaksanakan pada permukaan air dalam keadaan

tenang di dalam tabung peredam riak. Untuk mengukur dan membaca skalanya,

maka tabung pengaman didekaatkan ke panci dengan maksud agar permukaan air

tetap tenang dan tidak terlalu bergelombang. Sesudah itu sekrup patrol diputar

sambil melihat ujung panci dari hungging di dalam tabung pengaman. Skrup

pengontrol yaitu berada di atas penyangga hugging berfungsi untuk menaikkan

atau menurunkan skala. Jika sikrup itu diputar kembali ke kanan maka tiang skala

turun angka yang dibaca adalah angka yang terdapat tegak lurus demngan sekrup

pengontrol. Adapun skala yang tertera pada skala adalah angka (1) sampai (100).

Sedangkan termometer yang berada di atas permukaan air adalah termometer

maksimum dan termometer minimum. Termometer ini terletak di atas pelampung

sehingga mempunyai perahu, pada kedua termometer ini baik maksimum maupun

minimum berada di tengah atau anntara kedua sisi pengukuran thermometer

maksimum. Termometer minimum yang kecil setelah di tengah dan berguna

sebagai alat pengukur suhu atau temmperatur minimum air panci. Sedangkan

termometer maksimum besar berguna untuk mengukur suhu max air dalam panci.

Rumusnya yaitu : Thermometer maksimum - termometer minimum


20

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan urairan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa alat-alat yang

ada di Stasiun Meteorologi Maritim Kendari antara lain Sangkar meteo berfungsi

untuk menyimpan alat termohigrograf, termometer maksimum, termometer

minimum, termometer bola kering dan termometer bola basah. Anemograf

digunakan untuk mengukur arah dan kecepatan angin, Cup counter untuk

mengukur kecepatan angin rata-rata selama periode tertentu. Pan Evaporasi untuk

mengetahui besarnya penguapan radiasi langsung dari matahari, serta Lysimeter

digunakan untuk mengukur jumlah evapotranspirasi pada sebidang tanah

bervegetasi secara langsung

B. Saran

Sebaiknya praktek lapang oseanografi terapan yang akan datang nanti di

perbolehkan untuk mengamati alat pengukur cuaca lebih banyak lagi, agar

informasi dan pengetahuan praktikan semakin bertambah mengenai prakiraan

cuaca dan iklim serta dampaknya terhadap sector perikanan.


21

DAFTAR PUSTAKA

Beukema, J.J. & Dekker, R. 2005. Decline of recruitment success in cockles and
other bivalve in the Wadden Sea: possible role of climate change, predation
on postlarvae and fisheries. Marine Ecology Progress Series, 287: 149-167.
Blenckner, T. 2005. A cenceptual model of climate-related effects on lake
ecosystems. Hydrobioilogia, 533: 1-14.
Gaol. J. L., Bambang. S. 2007. Karakteristik Dan Variabilitas Parameter-
Parameter Oseanografi Laut Jawa Hubungannya Dengan Distribusi Hasil
Tangkapan Ikan. Jurnal Lit Perikanan Indonesia, Vol. 13 No. 3.
Harijono, Sri Woro B. 2008. Analisis Dinamika Atmosfer Di Bagian Utara
Ekuator Sumatera Pada Saat Peristiwa El-Nino Dan Dipole Mode Positif
Terjadi Bersamaan. Jurnal Sains Dirgantara Vol. 5.
IPCC. 2007. Summary for policymakers. In: Climate change 2007: the physical
science basis. Contribution of working group I to the fourth assessment
report of the intergovernmental panel of climate change [Solomon, S., D.
Qin, M. Manning, Z. Chen, M. Marquis, K.B. Averyt, M. Tignor and H.L.
Miller (eds.)]. Cambridge University Press Cambridge, United Kingkom
and New York, NY, USA.
Kapetsky, J.M. 2000. Present applications and future needs of meteorology and
climatology data in inland fisheries and aquaculture. Agricultural.
Limbong, Mario. 2008. Pengaruh Suhu Permukaan Laut Terhadap Jumlah Dan
Ukuran Hasil Tangkapan Ikan Cakalang Di Perairan Teluk Palabuhanratu
Jawa Barat. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Noor, Djauhari, 2005. Geologi Lingkungan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Petterssen S., 1958, Introduction to Meteorology, New York, McGraw-Hill Book
Company.
Prawirowardoyo S., 1996, Meteorologi, Bandung, Penerbit ITB.
Saitoh, S-I., Mugo, R., Radiarta, I N., Asaga, S., Takahashi, F.,Hirawake, T.,
Ishikawa, Y., Awaji, T., & Shima, S. 2011. Some operational uses of
satellite remote sensing and marine GIS for sustainable fisheries and
aquaculture. ICES Journal of Marine Science, 68: 687-695.
Tjasjono B., 1999, Klimatologi Umum, Bandung, Penerbit ITB.
Walther, G-R., Post, E., Convey, P., Menzel, A., Parmesan, C., Beebee, T.J.C.,
Fromentin, JM., Hoegh-Guldberg, O., & Barlein, F. 2002. Kondisi
meteorologi, klimatologi, dan perikanan ..... (I Nyoman Radiarta)
Ecological responses to recent climate change, Nature, 416: 389-395.
22

LAMPIRAN

SGambar 1. Anemometer cup counter Gambar 2. Penakar hujan

Gambar 3. Sangkar meteo Gambar 4. Anemometer 10 m

Gambar 5. Panic Evaporasi (pan evaporation)

Вам также может понравиться