Вы находитесь на странице: 1из 37

BANK SENTRAL, SISTEM

PEMBAYARAN DAN
ALAT PEMBAYARAN

BANK SENTRAL, SISTEM PEMBAYARAN DAN ALAT PEMBAYARAN

A. BANK SENTRAL

1. Pengertian dan Status Bank Indonesia (Bank Sentral)

Bank sentral di Indonesia dipegang oleh Bank Indonesia. Menurut UU


Nomor 23 Tahun 1999 sebagaimana diubah menajdi UU Nomor 3
tahun 2004 tentang Bank Indonesia, Bank Indonesia merupakan
lembaga negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya bebas dari campur tangan pemerintah dan atau
pihak-pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur
dalam undang-undang tersebut.

Untuk memperjelas pemahamanmu tentang hubungan antara


Bank Indonesia (BI) dan pemerintah, kamu perlu memperhatikan
UU Nomor 3 Tahun 2004, antara lain, memuat sebagai berikut.

1. Bertindak sebagai pemegang kas pemerintah.


2. Untuk dan atas nama pemerintah, Bank Indonesia dapat
menerima pinjaman luar negeri, menatausahakan serta
menyelesaikan tagihan dan kewajiban keuangan
pemerintah terhadap pihak luar negeri.

3. Pemerintah wajib meminta pendapat BI dan atau m


en gundang BI dalam sidang kabinet yang membahas
masalah ekonomi, perbankan dan keuangan yang
berkaitan dengan tugas BI atau kewenangan BI.

4. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada peme


ri ntah mengenai Rancangan APBN.

5. Dalam hal pemerintah menerbitkan surat-surat utang


negara, pemerintah wajib terlebih dahulu berkonsultasi
dengan BI dan pemerintah juga wajib terlebih dahul
u berkonsultasi dengan DPR.

6. Bank Indonesia dapat membantu penerbitan surat-surat


utang negara yang diterbitkan oleh pemerintah.

7. Bank Indonesia dilarang memberikan kredit kepada


pemerintah.

Selanjutnya hubungan antara Bank Indonesia dan dunia


internasional, antara lain, sebagai berikut.

1) Dapat melakukan kerja sama dengan bank sentral negara lain


dan organisasi atau lembaga internasional.

2) Dalam hal dipersyaratkan bahwa anggota internasional


dan atau lembaga multilateral adalah negara, maka BI
dapat bertindak untuk dan atas nama negara RI sebagai anggota.
Status Bank Indonesia baik sebagai badan hukum publik maupun
badan hukum perdata ditetapkan dengan undang-undang. Sebagai
badan hukum publik Bank Indonesia berwenang menetapkan
peraturan-peraturan hukum yang merupakan pelaksanaan dari
undang-undang yang mengikat seluruh masyarakat luas sesuai
dengan tugas dan wewenangnya. Sebagai badan hukum perdata,
Bank Indonesia dapat bertindak untuk dan atas nama sendiri di
dalam maupun di luar pengadilan.

1. Fungsi Bank Sentral (Bank Indonesia)

Bank Indonesia dapat berfungsi sebagai lender of the last


resort dengan memberikan kredit atau pembiayaan kepada bank
yang mengalami kesulitan likuiditas jangka pendek (maksimal 90
hari). Bank penerima pinjaman wajib menyediakan agunan yang
berkualitas tinggi dengan nilai minimal sama dengan jumlah
pinjaman.

Adapun fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral adalah sebagai


bank dari pemerintah dan sebagai bank dari bank umum (banker’s
bank), dan bertujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan
nilai rupiah dengan melaksanakan kebijakan moneter secara
berkelanjutan, konsisten, transparan, dan harus
mempertimbangkan kebijakan umum pemerintah di bidang
perekonomian. Kestabilan nilai rupiah yang dimaksud adalah
kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa, serta terhadap
mata uang negara lain. Kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan
jasa diukur dengan atau tercermin dari perkembangan laju inflasi.
Kestabilan nilai rupiah terhadap mata uang negara lain diukur
dengan atau tercermin dari perkembangan nilai tukar rupiah
terhadap mata uang negara lain. Kestabilan nilai rupiah sangat
penting untuk mendukung pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

2. Wewenang, Tugas, dan Tujuan Bank Indonesia

Bank Indonesia mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan dan


melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya sebagaimana
ditentukan dalam undang-undang tersebut. Pihak luar tidak
dibenarkan mencampuri pelaksanaan tugas Bank Indonesia, dan
Bank Indonesia juga berkewajiban untuk menolak atau mengabaikan
intervensi dalam bentuk apapun dari pihak manapun juga.

Kewenangan yang dimiliki Bank Indonesia selaku bank sentral tidak


dapat dipisahkan dengan pelaksanaan tugas Bank Indonesia.

Dalamrangka melaksanakan tugas menetapkan dan melaksa


nakan kebijakan moneter, BI memiliki kewenangan:

1) menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memperhatikan


sasaran laju inflasi;

2) melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan cara-


cara yang termasuk tetapi tidak terbatas pada:

1. operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun


valuta asing;

2. penetapan tingkat diskonto;


3. penetapan cadangan wajib minimum;

4. pengaturan kredit atau pembiayaan.

5. Dalam rangka melaksanakan tugas mengatur dan


menjaga kelancaran sistem pembayaran, BI diberi
kewenangan:

 Menetapkan penggunaan alat pembayaran, meliputi :


mengeluarkan, mengedarkan, menarik, dan memusnahkan uang
rupiah, termasuk menetapkan macam, harga, ciri uang, bahan
yang digunakan, serta tanggal mulai berlakunya.

 Mengatur dan menyelenggarakan sistem pembayaran


meliputi kewenangan memberikan izin kepada pihak lain untuk
menyelenggarakan jasa sistem pembayaran, mengatur sistem
kliring dan menyelenggarakan kliring antar bank serta
menyelenggarakan penyelesaian akhir (setelmen) transaksi
pembayaran antarbank.

Dalam rangka melaksanakan tugas mengatur dan


mengawasi bank, BI memiliki kewenangan:

1) memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan


usaha tertentu dari bank

2) menetapkan peraturan di bidang perbankan

3) melaksanakan pengawasan bank baik secara langsung maupun


tidak langsung

4) mengenakan sanksi terhadap bank sesuai ketentuan


perundangan.
Adapun tugas pokok bank sentral tercantum dalam tiga pilar utama
BI yang berfungsi untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Tiga pilar
utama BI, yaitu, sebagai berikut:

1. menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter;

2. mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran;

3. mengatur dan mengawasi bank.

Ketiga bidang tugas tersebut mempunyai keterkaitan yang erat.


Oleh karena itu, tugas-tugas tersebut harus dilakukan secara
saling mendukung guna tercapainya tujuan Bank Indonesia secara
efektif dan efisien. Apalagi tugas BI tersebut dilaksanakan melalui
empat sektor, yaitu sektor moneter, sektor perbankan, sektor sistem
pembayaran dan sektor manajemen intern.

Adapun dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia


mempunyai tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah tersebut mengandung
dua aspek, yaitu sebagai berikut.

1. kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, yang


tercermin pada perkembangan laju inflasi;

2. kestabilan terhadap mata uang negara lain, yang tercermin


pada perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang
negara lain.

Perumusan tujuan tunggal ini dimaksudkan untuk memperjelas


sasaran yang harus dicapai Bank Indonesia serta batas-batas
tanggung jawabnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank
Indonesia melaksanakan kebijakan moneter secara berkelanjutan,
konsisten, transparan, dan harus mempertimbangkan kebijakan
umum pemerintah di bidang perekonomian.

1. Independensi Bank Indonesia

Disebutkan dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 bahwa untuk


mendukung terwujudnya pembangunan nasional yang
berkesinambungan dan sejalan dengan tantangan perkembangan
serta pembangunan ekonomi yang semakin kompleks, sistem
keuangan yang semakin maju serta perekonomian internasional
yang semakin kompetitif dan terintegrasi, maka kebijakan moneter
harus dititikberatkan pada upaya untuk memelihara stabilitas nilai
rupiah; sehubungan dengan itu, perlu dilaksanakan prinsip
keseimbangan antara independensi Bank Indonesia dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya.

Berdasarkan hal tersebut, maka Undang-Undang No. 3 Tahun 2004


mengatur lima indepensi yang harus ditaati oleh Bank Indonesia.
Kelima independensi tersebut, yaitu sebagai berikut.

2. Independensi Kelembagaan(Institutional Independence)

Bank Indonesia adalah lembaga negara yang bebas dari campur


tangan pemerintah dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.

3. Independensi Sasaran Akhir(Goal Independence)

Bank Indonesia dalam menetapkan sasaran akhir kebijakan moneter


yaitu sasaran inflasi mempunyai tingkat independensi yang rendah,
karena harus berkoordinasi dengan pemerintah.

4. Independensi Instrumen(Instrument Independence)


Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk menetapkan sendiri
sasaran-sasaran moneter dan melaksanakan pengendalian moneter
dengan menggunakan berbagai instrumen moneter yang lazim
digunakan.

5. IndependensiPersonal (Personal Independence)

Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk menolak atau


mengabaikan intervensi dalam bentuk apa pun dan dari pihak mana
pun.

6. Independensi Keuangan(Financial Independence)

Dewan Gubernur berwenang menetapkan anggaran tahunan Bank


Indonesia yang meliputi anggaran kegiatan operasional, anggaran
kebijakan moneter, sistem pembayaran, serta pengaturan dan
pengawasan perbankan.

1. Organisasi Bank Sentral

Setiap organisasi, sangat penting memiliki struktur organisasi yang


akan menggambarkan secara sistematis tugas dan tanggung jawab
setiap orang yang memegang jabatan dalam organisasi tersebut.
Begitu pula dalam lembaga pemerintahan negara seperti Bank
Indonesia pun memiliki struktur organisasi. Nah, perhatikanlah
struktur organisasi bank Indonesia berikut.

Bank Indonesia sebagai bank sentral Indonesia dipimpin oleh Dewan


Gubernur.
Dewan Gubernur terdiri atas sebagai berikut.

1. Gubernur (sebagai ketua)

2. Deputi Gubernur Senior (sebagai wakil ketua)

3. Deputi Gubernur, minimal empat orang dan maksimal tujuh


orang (sebagai anggota)

Dewan Gubernur mempunyai masa jabatan maksimal lima tahun


dan hanya dapat diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan
berikutnya. Dewan Gubernur diusulkan dan diangkat oleh Presiden
dengan terlebih dahulu mendapatkan persetujuan DPR.

Pada organisasi bank sentral umumnya terdapat tiga badan yang


memiliki kewenangan tertinggi:

1. Badan Pembuat Kebijakan (Policy Making Unit) = Dewan


Gubernur

2. Badan Pelaksana Kebijakan (Executing Unit) = Angota Dewan


Gubernur

3. Badan Pengawas (Supervisory Unit) = dilaksanakan oleh


Dewan Perwakilan Rakyat

Badan Pengawasan Perbankan akan dipindahkan ke lembaga


Otoritas Jasa Keuangan per 31 Desember 2013.

1. Stabilitas Sistem Keuangan

Stabilitas sistem keuangan adalah stabilitas lembaga keuangan dan


pasar keuangan yang membentuk sistem keuangan, sedagkan
Stabilitas moneter terkait dengan stabilitas tingkat harga secara
umum (inflasi).

Stabilitas lembaga dan pasar keuangan yang membentuk sistem


keuangan selalu dijaga oleh Bank Indonesia.

Stabilitas pasar keuangan adalah minimalnya volatilitas harga yang


dapat mengganggu perekonomian.

Stabilitas Sistem Keuangan bertujuan untuk:

1. menciptakan lingkungan yang lebih mendukung bagi deposan


dan investor;

2. meningkatkan efisiensi intermediasi keuangan;

3. meningkatkan fungsi pasar keuangan dan memperbaiki alokasi


sumber daya;

4. mengembangkan sistem keuangan yang sehat dan


transparansi;

5. mengurangi gejolak dan risiko sistemik.

Adapun lima pilar utama stabilitas sistem keuangan, yaitu sebagai


berikut:

1. lingkungan makro-ekonomi yang stabil ;

2. kerangka pengawasan prudensial yang sehat;

3. lembaga keuangan yang dikelola dengan baik;

4. pasar keuangan yang beroperasi secara efisien dan lancar;

5. sistem pembayaran yang aman dan lancar.


B. SISTEM PEMBAYARAN DAN ALAT PEMBAYARAN

1. Sistem Pembayaran

Pembayaran adalah perpindahan nilai antara dua belah pihak


(secara sederhana kita memakai istilah pembeli dan penjual),
dimana secara bersamaan terjadi perpindahan barang dan
jasa. Maka, proses pembayaran antara kedua belah pihak dalam
kegiatan ekonomi digambarkan sebagai berikut.

2. Sistem Pembayaran Tunai

Sistem pembayaran tunai sudah dilakukan sejak ditemukannya uang


sebagai alat pembayaran tunai. Sistem pembayaran tunai biasanya
terjadi di antara kedua belah pihak, baik individu, kelompok,
lembaga, maupun negara. Sistem pembayaran tunai sudah sering
terjadi setiap hari dalam kehidupan kita sehari-hari, seperti kamu
membeli buku tulis di toko buku, ayahmu membeli keperluan kantor,
dan ibumu membeli kebutuhan harian di pasar.

3. Sistem Pembayaran Non Tunai

Sistem pembayaran nontunai melibatkan lembaga perantara agar


dana tersebut dapat benar-benar efektif berpindah dari pihak yang
menyerahkan ke pihak penerima. Jika kedua pihak yang terlibat
merupakan nasabah pada bank yang sama, proses perpindahan
dana lebih sederhana. Bank tersebut cukup melakukan proses
pemindahbukuan dari rekening yang satu ke rekening lainnya.
Namun, tidak demikian halnya jika kedua pihak merupakan nasabah
bank pada bank yang berbeda. Untuk hal tersebut diperlukan suatu
lembaga lain yang dikenal sebagai lembaga kliring yang
mengakomodir transaksi antarbank tersebut.

Komponen-komponen yang membangun sebuah sistem pembayaran


terdiri atas sebagai berikut.

1. Regulator berwenang mengatur aturan main, ketentuan, dan


kebijakan yang mengikat seluruh komponen sistem
pembayaran.

2. Penyelenggara adalah lembaga yang memastikan penyelesaian


akhir dari seluruh transaksi yang terjadi di penggunanya.

3. Infrastrukur adalah sarana fisik yang mendukung operasional


sistem pembayaran.

4. Instrumen adalah alat pembayaran baik tunai maupun


non-tunai yang disepakati oleh para pengguna dalam
melakukan transaksi.

5. Pengguna adalah konsumen yang memanfaatkan sistem


pembayaran.

Sebagai suatu sistem, sistem pembayaran terdiri atas beberapa


subsistem, yang secara garis besar disebutkan dalam
materi Pengantar Sistem Pembayaran, yaitu sebagai berikut.

1. Kebijakan

2. Kelembagaan
3. Alat Pembayaran

4. Mekanisme Operasional

5. Infrastruktur Teknis

6. Perangkat Hukum

Sistem pembayaran yang berlaku di Indonesia tersebut, biasanya


diklasifikasikan atas dua jenis, yaitu sistem pembayaran nilai besar
(high value payment system) dan sistem pembayaran nilai
kecil/retail (retail payment system).

1. Sistem Pembayaran Nilai Besar (High Value Payment System)

1) Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)

2) Bank Indonesia Scripless Securities Settlement (BI-SSSS)

2. Sistem Pembayaran Nilai Kecil/Retail (Retail Payment


System)

1) Alat pembayaran menggunakan kartu (APMK), yaitu terdiri


atas sebagai berikut.

a) Kartu kredit

b) Kartu ATM/Debit

c) Kartu prabayar (prepaid)

d) Uang elektronik (e-money)

2) Kegiatan usaha pengiriman uang (KUPU), diselenggarakan


oleh industri (bank dan non-bank)
3) Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)

1. Alat Pembayaran

Untuk memperlancar berkembangnya kegiatan ekonomi,


pembayaran atas transaksi keuangan digunakan suatu alat
pembayaran, yang terdiri atas sebagai berikut.

2. Alat Pembayaran Tunai

Alat pembayaran tunai adalah alat pembayaran dengan memakai


uang kartal (uang kertas dan logam), yang terdiri atas uang dengan
nilai nominal Rp100, Rp200, Rp500, Rp1000, Rp2000, Rp5000,
Rp10000, Rp20000, Rp50000, dan Rp100000.

Alat pembayaran tunai berupa uang kartal tersebut masih berperan


penting dalam lalu lintas pembayaran dalam transaksi sehari-hari
yang tentu saja bernilai kecil. Dalam masyarakat moderen seperti
sekarang ini, pemakaian alat pembayaran tunai seperti uang kartal
memang cenderung lebih kecil dibanding uang giral.

3. Alat Pembayaran Nontunai

Alat pembayaran nontunai adalah alat pembayaran dengan tidak


memakai uang kartal (uang kertas dan logam), yang terdiri
atas paper based (cek/BG), APMK (Alat Pembayaran Menggunakan
Kartu), dan uang elektronik. Alat pembayaran nontunai sudah
berkembang dan semakin lazim dipakai masyarakat. Kenyataan ini
memperlihatkan kepada kita bahwa jasa pembayaran nontunai yang
dilakukan bank maupun lembaga selain bank (LSB), baik dalam
proses pengiriman dana, penyelenggara kliring maupun sistem
penyelesaian akhir (settlement) sudah tersedia dan dapat
berlangsung di Indonesia. Transaksi pembayaran nontunai dengan
nilai besar diselenggarakan Bank Indonesia melalui sistem BI-RTGS
(Real Time Gross Settlement), dan sistem kliring.

1. Peran Bank Indonesia dalam Sistem Pembayaran

Peran Bank Indonesia dalam sistem pembayaran di Indonesia


bertujuan untuk mewujudkan sistem pembayaran yang efisien, cepat,
aman, dan andal. Dalam Pasal 8 UU Nomor 23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia disebutkan bahwa Bank Indonesia
mempunyai tugas mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran. Tugas Bank Indonesia tersebut, ditentukan dalam
Pasal 15 Nomor 23 Tahun 1999, bahwa dalam rangka mengatur
dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, Bank Indonesia
berwenang untuk melakukan hal-hal berikut.

1. melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas


penyelenggaraan jasa sistem pembayaran;

2. mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk


menyampaikan laporan tentang kegiatannya;

3. menetapkan penggunaan alat pembayaran.

Sebagaimana disebutkan di atas bahwa kewenangan mengatur dan


menjaga kelancaran sistem pembayaran di Indonesia dilaksanakan
oleh Bank Indonesia yang dituangkan dalam Undang Undang Bank
Indonesia.

Oleh karena itu, dalam menjalankan mandat tersebut, Bank


Indonesia mengacu pada empat prinsip kebijakan sistem
pembayaran, yakni keamanan, efisiensi, kesetaraan akses, dan
perlindungan konsumen.

 Prinsip Aman

 Prinsip Efisiensi

 Prinsip Kesetaraan Akses

 Prinsip Perlindungan Konsumen

Tujuan utama Bank Indonesia dalam sistem pembayaran adalah


untuk meningkatkan keamanan dan efisiensi sistem pembayaran.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka peran Bank Indonesia dalam


sistem pembayaran terdiri atas sebagai berikut.

1. Peran Bank Indonesia sebagai Operator

2. Peran Bank Indonesia sebagai Regulator

3. Peran Bank Indonesia sebagai Fasilitator

4. Peran Bank Indonesia sebagai Development Coordinator

5. Peran Bank Indonesia sebagai Pengguna

C. UANG
1. Sejarah Uang

Sebelum ada uang, untuk memenuhi kebutuhan manusia


saling bertukar barang atau disebut juga barter. Dari siste
m pertukaran (barter) ini ternyata terdapat suatu kesulitan, yaitu
kesulitan untuk mempertemukan kedua belah pihak yang
saling membutuhkan dan menentukan ukuran perbandingan
antarbarang yang ditukarkan. Oleh karenanya, manusia
berusaha untuk menentukan suatu barang sebagai alat tukar.
Menurut sejarah, kita mengenal berbagai macam alat tukar di
antaranya ternak, kulit, bulu, besi, tembaga, emas, perak, intan
berlian, mutiara, dan kerang.

Seiring perkembangan masyarakat atau negara, penggunaan


uang sebagai alat tukar dirasakan makin penting. Oleh karena itu,
suatu negara menentukan pengunaan uang logam dan uang kertas
sebagai alat tukar. Bahkan dikembangkan lagi penggunaan alat
tukar berupa giro atau cek yang disebut juga uang giral.

1. Pengertian Uang

Uang, yaitu alat untuk mempermudah pertukaran (money


was
made to facility business transaction), yang secara umum
dapat diterima di dalam bentuk pembelian barang-barang atau
jasa- jasa serta untuk pembayaran utang.
1. Fungsi Uang

Fungsi uang dibagi menjadi dua macam, yaitu fungsi asli dan
fungsi turunan.

1. a. Fungsi Asli atau Fungsi Primer

1) Sebagai alat tukar umum (medium of exchange), yaitu uang


berfungsi sebagai alat untuk pertukaran dan mengatasi kesulitan
dalam pertukaran secara natura (barter).

2) Sebagai satuan hitung (unit of account), yaitu uang


berfungsi untuk menentukan nilai dari suatu barang atau jasa, serta
untuk menentukan besarnya harga.

b. Fungsi Turunan atau Fungsi Sekunder

1) Sebagai alat pembayaran (means of payment ), uang


berfungsi untuk melakukan pembayaran berbagai
transaksi, misal pembayaran pajak, iuran, dan
sebagainya.

2) Sebagai
pembayaran utang ( standard of deferred payment ), uan
g berfungsi untuk melakukan dan
menentukan pembayaran kewajiban atau digunakan untuk
standar pembayaran utang.

3) Penimbun kekayaan artinya uang dapat disimpan telebih


dahulu, yang nantinya akan mempermudah dalam
pertukaran di masa mendatang.
4) Sebagai alat pembentukan modal dan pemindahan
modal (transfer of value), yaitu uang berfungsi untuk
menambah atau memperbesar modal usaha, baik
dipergunakan sendiri maupun dipinjamkan kepada orang lain
yang membutuhkan modal tersebut.

5) Sebagai ukuran harga atau pengukur nilai (standard o


f value ), yaitu uang berfungsi sebagai alat untuk
menentukan harga barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu
perusahaan.

1. Jenis- jenis Uang

a. Berdasarkan Bahan (Material) :

1) Uang logam

2) Uang kertas

b. Berdasarkan Iembaga atau Badan Pembuatnya :

1) Uang kartal

2) Uang giral

c. Berdasarkan Nilainya

1) Uang bernilai penuh (full bodied money)

2) Uang yang tidak bernilai penuh (representative full bodied


money) atau uang bertanda (token money.
d. Berdasarkan Kawasan/Daerah Berlakunya

1) Uang domestik artinya uang yang berlaku hanya di suatu


negara tertentu, di luar negara tersebut mungkin berlaku
dan mungkin tidak berlaku.

2) Uang internasional yaitu uang yang berlaku tidak hanya


dalam suatu negara, tetapi juga berlaku dan diakui di
berbagai negara di dunia. Terdapat tujuh mata uang dunia
yang biasanya di perdagangkan di pasar valuta asing. Ketujuh mata
uang dunia tersebut adalah : Dolar Amerika / USD, Poundsterling
Inggris / GBP, Euro Dolar / EUR, Swiss Franc / CHF, Japanese Yen /
JPY, Australian Dolar / AUD dan Canadian Dolar / CAD

2. Syarat Uang

Alat pertukaran yang dapat disebut sebagai uang, harus memiliki


syarat-syarat (kriteria) sebagai berikut:

1. Digemari atau diterima oleh umum (acceptability)

2. Mudah disimpan dan dipindahtangankan (Portability)

3. Tahan lama dan tidak lekas rusak (durability)

4. Dapat dibagi-bagi dan tidak mengurangi nilainya (devisibility)


5. Mempunyai nilai yang stabil atau tetap (stability of value)

6. Jumlahnya memenuhi kebutuhan (uniformity)

Uang rupiah memiliki ciri-ciri khusus dan umum agar uang tersebut
tidak dipalsukan dan bisa dikenali sebagai uang asli.

Adapun ciri-ciri uang rupiah dibedakan menjadi ciri umum dan ciri
khusus, yaitu sebagai berikut.

3. Ciri-Ciri Umum Uang

Ciri umum Rupiah kertas sebagaimana dimaksud dalam paling


sedikit memuat:

1) gambar lambang negara ”Garuda Pancasila”;

2) frasa ”Negara Kesatuan Republik Indonesia”;

3) sebutan pecahan dalam angka dan huruf sebagai nilai


nominalnya;

4) tanda tangan pihak Pemerintah dan Bank Indonesia;

5) nomor seri pecahan;

6) teks ”DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,


NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA MENGELUARKAN
RUPIAH SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN YANG SAH DENGAN
NILAI …”; dan

7) tahun emisi dan tahun cetak.


Ciri umum Rupiah logam sebagaimana dimaksud dalam paling
sedikit memuat:

1) gambar lambang negara ”Garuda Pancasila”;

2) frasa ”Republik Indonesia”;

3) sebutan pecahan dalam angka sebagai nilai nominalnya; dan

4) tahun emisi.

4. Ciri-Ciri Khusus Uang

Setiap pecahan Rupiah selain memiliki cirri umum juga


memiliki ciri khusus sebagai pengaman yang terdapat pada
desain, bahan, dan teknik cetak. Dan bersifat terbuka, semi tertutup,
dan tertutup.

5. Permintaan dan Penawaran Uang

a. Permintaan Uang (Demand of Money)

Permintaan uang adalah sejumlah uang tertentu yang


dibutuhkan oleh masyarakat untuk melakukan transaksi
dalam perdagangan atau tujuan tertentu.

Dalam analisis John Maynard Keynes, masyarakat mela


kukan permintaan uang untuk memenuhi tiga keinginan,
yaitu sebagai berikut.
1) Permintaan uang untuk tujuan transaksi

2) Permintaan uang untuk tujuan berjaga-jaga,

3) Permintaan uang untuk tujuan spekulasi,

Faktor-faktor yang memengaruhi permintaan uang di


antaranya sebagai berikut.

1) Adanya keinginan untuk memegang uang atau motif


memegang uang (motif transaksi, motif berjaga-jaga dan motif
spekulasi).

2) Ekspektasi (perkiraan /ramalan masa yang akan datang)

3) Tinggi rendahnya tingkat bunga.

4) Adanya investasi atau pengembangan usaha sehingga


membutuhkan dana/uang.

5) Tingkat harga yang berlaku di pasar.

b. Penawaran Uang (Supply of money)

Penawaran uang adalah sejumlah uang tertentu yang


disediakan oleh pemerintah atau bank untuk dapat dimiliki
oleh masyarakat.

Faktor-faktor yang memengaruhi penawaran uang di


antaranya sebagai berikut.
1) Kebutuhan pemerintah, untuk memenuhi anggaran,
untuk menekan tingkat inflasi (kenaikan harga) dan
untuk menambah jumlah uang yang beredar.

2) Selera masyarakat

3) Tingkat suku bunga

4) Sistem perbankan yang berlaku (Sistem pembayaran dan


kebijakan moneter)

5)
Penciptaan uang yang baru untuk menambah jumlah
uang yang beredar.

6) Tingkat pendapatan riil, yaitu tingkat pendapatan yang


benar-benar diterima oleh masyarakat dan telah
memperhitungkan unsur inflasi.

7) Tingkat harga barang

6. Nilai Uang

Nilai uang atau daya beli uang merupakan kemampuan uang untuk
ditukarkan dengan barang atau jasa, maupun ditukarkan dengan
uang yang lain.
Nilai uang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu berdasarka
n asalnya dan ukurannya.

a. Dilihat dari Asalnya


Berdasarkan asalnya, nilai uang terdiri atas nilai nominal dan nilai
intrinsik.

1) Nilai nominal, yaitu nilai yang berdasarkan tulisan yang tertera


pada uang.

2) Nilai intrinsik, yaitu nilai yang berdasarkan bahan yang


digunakan untuk membuat uang.

b. Dilihat dari Ukurannya

Berdasarkan ukurannya, nilai uang terdiri atas nilai internal dan


nilai eksternal.

1) Nilai internal, nilai yang diukur oleh kemampuan uang untuk


tersebut ditukarkan dengan sejumlah barang dan jasa.

2) Nilai eksternal, yaitu nilai yang diukur oleh kemampuan uang


tersebut untuk ditukarkan dengan sejumlah mata uang luar negeri
atau uang asing.

1. Uang yang Beredar dalam Masyarakat dan Uang Inti

a. Uang yang Beredar

Dalam arti sempit, uang yang beredar adalah mata uang dalam
peredaran atau jumlah mata uang yang telah diedarkan oleh bank
sentral ditambah dengan uang giral yang dimiliki oleh perorangan,
perusahaan, dan badan pemerintah (M1).

Sementara itu, dalam arti luas uang yang beredar (M2)


meliputi bagian-bagian berikut ini.

1) Mata uang dalam peredaran/uang kartal (uang kertas dan


uang logam).

2) Uang giral (cek dan giro).

3) Uang kuasi (near money/hampir uang), yang terdiri atas


deposito berjangka, tabungan dan rekening, serta valuta asing
milik swasta domestik.

b. Uang Inti (Reserve Money)

Uang inti merupakan inti dari proses penciptaan uang, baik bagi
penciptaan uang kartal maupun uang giral. Tanpa ada uang inti,
tidak akan ada uang kartal maupun uang giral.

1. Sistem Standar Moneter

a. Pengertian Standar Moneter

Standar moneter adalah sistem moneter yang didasarkan


atas standar nilai uang, termasuk di dalamnya peraturan tentang
ciri- ciri/sifat-sifat dari uang, pengaturan tentang jumlah uang
yang beredar (baik logam maupun kertas), ekspor-impor logam
mulia serta fasilitas bank dalam hubungannya dengan demand
deposit (simpanan yang setiap saat dapat diambil)

Standar uang dibedakan menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut.

1) Standar kertas, adalah sistem keuangan di mana uang kertas


berlaku sebagai alat tukar/alat pembayaran yang sah dan tak
terbatas, akan tetapi tidak ditukarkan dengan emas dan
perak pada bank sirkulasi.

2) Standar logam (metalisme) yang dibedakan menjadi d


ua, yaitu monometalisme dan bimetalisme.

a) Monometalisme (standar tunggal) merupakan sistem


standar moneter yang menggunakan standar uangnya berupa
satu buah logam mulia, bisa emas maupun

b)Bimetalisme merupakan sistem standar moneter yang didasar


kan pada dua logam.

Jika suatu negara menggunakan standar kembar atau


bimetalisme, maka dalam negara tersebut akan
berlaku Hukum Gresham, yang berbunyi “Bad money alway
s drives out good money from circulation” artinya uang yang nilai
bahannya lebih rendah akan mendesak uang yang nilai bahannya
lebih tinggi dari peredaran.

Syarat berlakunya Hukum Gresham adalah sebagai berikut.

(1) Negara menggunakan standar kembar.


(2) Bank Sentral memperjualbelikan logam mulia, baik
berupa emas maupun perak.

(3) Masyarakat diberikan kebebasan untuk menempa


ataupun melebur uang emas maupun perak.

(4) Perbandingan emas dan perak menurut pemerintah dan


pasar berbeda.

b. Macam-Macam Standar Moneter

Standar moneter pada hakikatnya dikategorikan menjadi d


ua golongan, yaitu standar barang dan standar kepercayaan.

1) Standar barang (commodity standard)

Standar barang adalah sistem moneter di mana nilai uan


g dijamin sama dengan berat tertentu barang (emas atau
perak). Setiap nilai uang yang beredar dijamin dengan
barang tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah.

Standar barang ini diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:

a) standar emas (the gold standard),

b) standar perak (the silver standard),

c) standar kembar (emas dan perak).


2) Standar kepercayaan (faith standard) atau standar kert
as

Untuk lebih jelasnya, berikut ini dapat kamu simak penjelasan


masing-masing sistem moneter beserta kebaikan dan
keburukannya.

a) Standar Emas

b) Standar Perak

c) Standar Kembar

d) Standar Kepercayaan/Standar Kertas

1. Unsur Pengaman Uang Rupiah

A. Keaslian uang Rupiah dapat dikenali melalui berikut:

1) bahan yang digunakan;

2) disain dan ukuran;

3) teknik cetak.

B. Unsur pengaman (Security Features) uang Rupiah dibuat pada


bahan uang dan teknik cetak uang. Dijelaskan sebagai berikut.

 Bahan Uang

Bahan uang bisa dikenali dengan ciri-ciri sebagai berikut.


1. Warna uang terlihat terang dan jelas.

2. Terdapat Benang Pengaman, yang ditanam pada kertas uang


dan tampak sebagai suatu garis melintang atau berbentuk
anyaman yang dapat berubah warna bila dilihat dari sudut
pandang tertentu.

3. Pada uang pecahan Rp 100.000, Rp 50.000, Rp 20.000 dan


Rp 10.000 (Desain Lama), di sudut kanan bawah
terdapat Optically Variable Ink (OVI), yaitu berupa logo BI
dalam bidang tertentu yang dicetak dengan tinta khusus yang
akan berubah warna apabila dilihat dari sudut pandang
tertentu.

4. Pada uang pecahan Rp 100.000, Rp 50.000, Rp 20.000


dan Rp 10.000 (Desain Baru) terdapat Cetak Pelangi (Rainbow
Printing), yaitu cetak pelangi dalam bidang tertentu yang
akan berubah warna apabila dilihat dari sudut pandang
tertentu.

5. Pada setiap uang terdapat Tanda Air (Watermark), yaitu


suatu gambar tertentu yang akan terlihat bila diterawangkan
ke arah umumnya berupa Gambar Pahlawan.

6. Pada setiap uang kertas terdapat Gambar Saling Isi


(RECTOVERSO), yaitu Logo BI yang akan terlihat secara
utuh apabila diterawangkan ke arah cahaya

 Teknik Cetak Uang


1. Tehnik Cetak Khusus, yakti Pada angka nominal, huruf
terbilang, gambar utama dan Lambang Negara Burung
Garuda pada bagian ini akan terasa kasar bila diraba.
2. Kode Tunanetra, yakni Kode tertentu untuk mengenal jenis
pecahan bagi tunanetra. Pada uang kertas Rp 100.000, Rp
50.000, Rp 20.000, Rp 10.000 dan Rp 2.000 terletak pada
bagian muka uang di atas tulisan Bank Indonesia.

2. Tingkatan Security Features (Unsur Pengaman)

 Level 1 (Overt) yakni Diperuntukkan bagi orang awam dan


dapat diidentifikasi secara langsung dengan Panca
Indera (Peraba dan Pengelihatan)
 Level 2 (Overt dan Covert) yakni Diperuntukkan bagi
profesional dan dapat diidentifikasi secara langsung dengan
bantuan peralatan (loupe dan sinar ultra violet).
 Level 3 (Covert) yakni Diperuntukkan bagi Bank Sentral dan
hanya dapat diidentifikasi dengan menggunakan peralatan
khusus.

3. Unsur Pengaman Lain Pada Bagian Muka

 Terasa kasar bila diraba (Lambang Negara Ri), yaitu


Gambar Burung Garuda, dicetak timbul dan terasa kasar
apabila diraba.
 Gambar tersembunyi (latent image), yaitu tulisan BI dalam
bingkai persegi panjang berbentuk ornamen yang dapat dilihat
dari sudut pandang
 Miniteks, yaitu Tulisan Bank Indonesia yang berbentuk garis
melengkung dengan ukuran teks dan warna berbeda yang
dapat dibaca tanpa bantuan kaca pembesar.
 Gambar Saling Isi (Rectoverso), yaitu gambar logo BI yang
akan terlihat utuh apabila diterawangkan ke arah cahaya.
 Kode Tunanetra (Blind Code), yaitu Kode tertentu untuk
mengenal jenis pecahan bagi tunanetra berbentuk dua
lingkaran
 Mikroteks, yaitu Tulisan BI berukuran sangat kecil yang hanya
dapat dibaca dengan bantuan kaca pembesar.
 Tinta Berubah Warna–Optical Variable Ink (OVI), yaitu tinta
OVI Logo BI akan berubah dari
warna kuning keemasan menjadi hijau apabila dilihat dari
sudut pandang tertentu.
 Tanda Air (Watermark), yaitu Tanda air gambar Pahlawan
Nasional R. Supratman akan terlihat dari kedua belah bagian
uang apabila diterawangkan ke arah cahaya.
 Pigmen Berubah Warna (Irisafe), yaitu Jenis pigmen tertentu
berbentuk dua garis tanpa celah akan berubah warna
dari merah tembaga menjadi hijau, dan warna biru berubah
menjadi kuning keemasan apabila dilihat dari sudut pandang
tertentu.
 Cetak Pelangi (Rainbow Printing), yaitu bidang dengan bentuk
tertentu yang akan berubah warna apabila dilihat dari sudut
pandang tertentu.

3. Unsur Pengaman Lain Pada Bagian Belakang


 Nomor Seri–(Serial Number), yaitu terdiri atas tiga huruf dan
enam angka berukuran tidak simetris yang akan memendar di
bawah sinar ultra-violet dari warna hitammenjadi
warna hijau dan dari warna merah menjadi warna oranye.
 Tinta Tampak (Visible Ink), yaitu tinta gambar kepulauan
Indonesia dan beberapa bagian di sekitarnya akan memendar
di bawah sinar ultra violet.
 Miniteks, yaitu tulisan berukuran kecil yang dapat dibaca
dengan kasat mata maupun menggunakan kaca pembesar.
 Inta Tidak Tampak-Invisible Ink, yaitu gambar siluet Gedung
MPR/DPR yang akan memendar kemerah merahan di bawah
sinar ultra violet dan pada uang dengan Angka
nominal 100000 yang akan memendar Hijau Kekuningan di
bawah sinar ultra violet.

1. Pengelolaan Uang Rupiah oleh BI

Berdasarkan UU Nomor Nomor 7 tahun 2011 tentang Mata Uang


Pasal 1 disebutkan bahwa Pengelolaan Rupiah adalah suatu kegiatan
yang mencakup Perencanaan, Pencetakan, Pengeluaran,
Pengedaran,
Pencabutan dan Penarikan, serta Pemusnahan Rupiah yang
dilakukan secara efektif, efisien, transparan, dan akuntabel.

Berkaitan dengan pengelolaan uang rupiah oleh Bank Indonesia,


penggunaan uang rupiah dalam kegiatan perekonomian diatur pada
Pasal 21 UU Nomor 7 Tahun 2011, yaitu sebagai berikut.

1. Rupiah wajib digunakan dalam:

1) setiap transaksi yang mempunyai tujuan pembayaran;


2) penyelesaian kewajiban lainnya yang harus dipenuhi
dengan uang; dan/atau

3) transaksi keuangan lainnya


yang dilakukan di Wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

2. Kewajiban tersebut tidak berlaku bagi:

1) transaksi tertentu dalam rangka pelaksanaan anggaran


pendapatan dan belanja negara;

2) penerimaan atau pemberian hibah dari atau ke luar negeri;

3) transaksi perdagangan internasional;

4) simpanan di bank dalam bentuk valuta asing; atau

5) transaksi pembiayaan internasional.

3. Beberapa Istilah Tentang Uang

Berikut istilah yang berkaitan dengan uang.

1. Inflasi adalah suatu keadaan dimana harga barang secara


umum mengalami kenaikan secara terus menerus atau terjadi
penurunan nilai uang dalam negeri.
2. Deflasi adalah suatu keadaan dimana terdapat peristiwa
penurunan harga barang umum secara terus menerus atau
terjadi peningkatan nilai uang.
3. Devaluasi adalah kebijaksanaan yang dikeluarkan oleh
pemerintah untuk menurunkan nilai mata uang dalam negeri
terhadap mata uang asing. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan jumlah ekspor ke luar negeri dan membatasi
jumlah impor serta menambah devisa negara.
4. Revaluasi adalah kebijaksanaan yang dikeluarkan oleh
pemerintah untuk meningkatkan nilai mata uang di dalam
negeri terhadap mata uang asing.
5. Apresiasi adalah suatu proses peningkatan nilai mata uang
dalam negeri yang disebabkan oleh adanya mekanisme
perdagangan.
6. Depresiasi adalah suatu proses penurunan nilai mata uang
dalam negeri yang disebabkan adanya mekanisme
pedagangan.
7. Sanering adalah kebijaksanaan pemerintan untuk mengurangi
jumlah uang yang beredar dalam masyarakat dengan cara
memotong uang (nilai mata uang). Cara ini dilakukan bila
berbagai cara untuk menjaga kestabilan nilai mata iang tidak
membawa hasil.

1. ALAT PEMBAYARAN NON TUNAI

Pengertian Alat Pembayaran Nontunai

Pembayaran nontunai adalah pembayaran yang dilakukan tanpa


menggunakan uang tunai yang beredar melainkan menggunakan cek
atau bilyet giro (BG) dan alat pembayaran menggunakan kartu
(ATM, kartu kredit, kertu debit, prabayar). Hal ini terlihat pada
ketersediaan jasa pembayaran nontunai yang dilakukan bank
maupun lembaga selain bank. Transaksi pebayaran nontunai dengan
nilai besar diselenggarakan Bank Indnesia melalui sistem BI-RTGS
(Real Time Gross Settlement) dan sistem kliring.
Jenis-Jenis Alat Pembayaran Nontunai

1. Paper Based (Cek/BG)


2. APMK (Alat Pembayaran Menggunakan Kartu)

 Kartu ATM (Authomatic Teller Mechine)

 Kartu Debet
 Uang Elektronik

Вам также может понравиться

  • PAROTITIS
    PAROTITIS
    Документ14 страниц
    PAROTITIS
    hanna1dwi1wiranti
    Оценок пока нет
  • 125167-R19-OM-180 Profil Status-Literatur PDF
    125167-R19-OM-180 Profil Status-Literatur PDF
    Документ14 страниц
    125167-R19-OM-180 Profil Status-Literatur PDF
    M Tarmizi
    Оценок пока нет
  • Analisis Bahasa Indonesia
    Analisis Bahasa Indonesia
    Документ12 страниц
    Analisis Bahasa Indonesia
    hanna1dwi1wiranti
    Оценок пока нет
  • 06 - 206abortus Imminens-Upaya Pencegahan Pemeriksaan Dan Penatalaksanaan
    06 - 206abortus Imminens-Upaya Pencegahan Pemeriksaan Dan Penatalaksanaan
    Документ5 страниц
    06 - 206abortus Imminens-Upaya Pencegahan Pemeriksaan Dan Penatalaksanaan
    Mantik 'Aang' Nugroho
    Оценок пока нет
  • Adab Terhadap Ortu
    Adab Terhadap Ortu
    Документ14 страниц
    Adab Terhadap Ortu
    hanna1dwi1wiranti
    Оценок пока нет
  • Kelompok Aceh XI IPS 2
    Kelompok Aceh XI IPS 2
    Документ11 страниц
    Kelompok Aceh XI IPS 2
    hanna1dwi1wiranti
    Оценок пока нет
  • Gitak Kiyut
    Gitak Kiyut
    Документ12 страниц
    Gitak Kiyut
    hanna1dwi1wiranti
    Оценок пока нет
  • Ikm
    Ikm
    Документ5 страниц
    Ikm
    hanna1dwi1wiranti
    Оценок пока нет
  • Case Gilut Fix
    Case Gilut Fix
    Документ36 страниц
    Case Gilut Fix
    hanna1dwi1wiranti
    Оценок пока нет
  • Manusia Sebagai Makhluk Sosial Dan Individu
    Manusia Sebagai Makhluk Sosial Dan Individu
    Документ5 страниц
    Manusia Sebagai Makhluk Sosial Dan Individu
    hanna1dwi1wiranti
    Оценок пока нет
  • Konsul
    Konsul
    Документ1 страница
    Konsul
    hanna1dwi1wiranti
    Оценок пока нет
  • Angina Pektoris
    Angina Pektoris
    Документ27 страниц
    Angina Pektoris
    hanna1dwi1wiranti
    Оценок пока нет
  • PAROTITIS
    PAROTITIS
    Документ14 страниц
    PAROTITIS
    hanna1dwi1wiranti
    Оценок пока нет
  • Referat Ileus
    Referat Ileus
    Документ16 страниц
    Referat Ileus
    hanna1dwi1wiranti
    Оценок пока нет
  • Dapus Case
    Dapus Case
    Документ2 страницы
    Dapus Case
    hanna1dwi1wiranti
    Оценок пока нет
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Документ1 страница
    Daftar Isi
    hanna1dwi1wiranti
    Оценок пока нет
  • Hipertensi Dalam Kehamilan
    Hipertensi Dalam Kehamilan
    Документ33 страницы
    Hipertensi Dalam Kehamilan
    hanna1dwi1wiranti
    Оценок пока нет
  • Anamnes Is
    Anamnes Is
    Документ12 страниц
    Anamnes Is
    hanna1dwi1wiranti
    Оценок пока нет
  • Referat Terapi Cairan
    Referat Terapi Cairan
    Документ30 страниц
    Referat Terapi Cairan
    hanna1dwi1wiranti
    Оценок пока нет
  • Omk
    Omk
    Документ7 страниц
    Omk
    hanna1dwi1wiranti
    Оценок пока нет
  • Jadwal
    Jadwal
    Документ2 страницы
    Jadwal
    hanna1dwi1wiranti
    Оценок пока нет
  • Tugas
    Tugas
    Документ2 страницы
    Tugas
    hanna1dwi1wiranti
    Оценок пока нет
  • Case CHF Ec HHD
    Case CHF Ec HHD
    Документ35 страниц
    Case CHF Ec HHD
    hanna1dwi1wiranti
    Оценок пока нет
  • PWS BCG Campak
    PWS BCG Campak
    Документ10 страниц
    PWS BCG Campak
    hanna1dwi1wiranti
    Оценок пока нет
  • Isi Case Hepatoma
    Isi Case Hepatoma
    Документ19 страниц
    Isi Case Hepatoma
    hanna1dwi1wiranti
    Оценок пока нет
  • Case CHF Ec HHD
    Case CHF Ec HHD
    Документ35 страниц
    Case CHF Ec HHD
    hanna1dwi1wiranti
    Оценок пока нет
  • Isi Case Hepatoma
    Isi Case Hepatoma
    Документ19 страниц
    Isi Case Hepatoma
    hanna1dwi1wiranti
    Оценок пока нет
  • Case Skizo Paranoid (BLM Fix)
    Case Skizo Paranoid (BLM Fix)
    Документ27 страниц
    Case Skizo Paranoid (BLM Fix)
    Dico Fatejarum
    Оценок пока нет
  • Referat Pedofilia
    Referat Pedofilia
    Документ40 страниц
    Referat Pedofilia
    hanna1dwi1wiranti
    Оценок пока нет