Вы находитесь на странице: 1из 6

Jurnal Media Analis Kesehatan, Vol.

1, Edisi 1, Juni 2018 e-ISSN : 2621-9557

ANALISIS PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN KREATININ DARAH


DENGAN DEPROTEINISASI DAN NONDEPROTEINISASI
METODE JAFFE REACTION

Sitti Hadijah
Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar

shitaku2975@gmail.com

ABSTRAK

Di berbagai RS pemeriksaan cepat sangat diperlukan untuk efesiensi waktu. Cara


nondeproteinisasi merupakan cara yang paling sering digunakan. Selain faktor
ekonomis, cara nondeproteinisasi lebih mudah digunakan. Kekurangan dari
metode ini adalah beberapa protein tidak diendapkan sehingga dapat
menyebabkan tinggi palsu pada kreatinin.Untuk itu perlu adanya penambahan zat
yang dapat mengendapkan protein tersebut. Salah satu cara yang dapat digunakan
yaitu cara deproteinisasi. Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan perbedaan
hasil pemeriksaan kreatinin darah dengan deproteinisasi dan nondeproteinisasi
metode jaffe reaction.Jenis penelitian yang digunakan adalah Observasi analitik
study komparatif.Sampel penelitian adalah 15 penderita gagal ginjal di Rumah
Sakit Islam Faisal Makassar pada tanggal 3-9 April 2017. Hasil pemeriksaan
kreatinin darah metode jaffe reaction didapatkan nilai tertinggi cara deproteinisasi
20 mg/dl dan nilai terendah 4,8 mg/dl, nilai rata-ratanya 9.793 mg/dl dan standar
deviasi sebesar 3.7003 mg/dl, sedangkan cara nondeproteinisasi didapatkan nilai
tertinggi 20.3 mg/dl dan nilai terendah 5.7 mg/dl, nilai rata-ratanya 10.453 mg/dl
dan standar deviasi sebesar 3.5689 mg/dl. Setelah dilakukan uji T dua sampel
berpasangan didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa T hitung<T tabel
(0.497<1.753) hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan antara kedua cara tersebut.
Kata Kunci: Kreatinin Darah, Deproteinisasi, Nondeproteinisasi, Metode Jaffe
Reaction

PENDAHULUAN Gagal ginjal merupakan kondisi


Perkembangan penyakit dalam dimana ginjal tidak mampu
semakin berkembang setiap tahunnya, menjalankan fungsinya untuk
baik dari perkembangan jenis mempertahankan homeostatis dalam
penyakitnya maupun jumlah mengatur volume cairan,
penderitanya.Penyakit dalam adalah keseimbangan osmotik, asam basa,
suatu penggolongan penyakit di dalam ekskresi sisa metabolisme dan sistem
dunia kedokteran yang mempunyai pengaturan hormonal (Syaifuddin,
ragam penyakit yang paling banyak 2009)
dan sampai saat ini penggolongannya Menurut data dari The United States
masih terus berlangsung.Salah satu Renal Data System (USRDS) tahun
yang termasuk penyakit dalam adalah 2009 Penyakit Ginjal Kronik (PGK)
gagal ginjal (Sulistyowati I, 2011). tahap akhir sering ditemukan dan

26
Jurnal Media Analis Kesehatan, Vol. 1, Edisi 1, Juni 2018 e-ISSN : 2621-9557

prevalensinya sekitar 10 sampai 13 %. Pemilihan metode yang tepat juga


Di Amerika Serikat jumlahnya banyak membantu dalam melakukan
mencapai 25 juta jiwa, dan di pemeriksaan. Ada beberapa cara yang
Indonesia diperkirakan 12,5 % atau digunakan dalam
sekitar 18 juta jiwa (Pratama dkk, Pemeriksaan kreatinin dalam darah
2014). yakni cara deprotoeinisasi dan
Di Indonesia survei persatuan ahli nondeproteinisasi. Ada beberapa
penyakit dalam pada tahun 1990 keuntungan pengukuran kreatinin cara
sampai 1992 menunjukkan bahwa deproteinisasi diantaranya kandungan
13% dari 50.000 pasien rawat inap nitrogen dalam sampel seperti protein,
dirumah sakit yang ada diseluruh dan ureum sudah terikat dengan
Indonesia menderita gagal ginjal dan Trichlor Acetic Acid (TCA) sehingga
menempati urutan ke 4 setelah tifoid, supernatan terbebas dari bahan-bahan
tuberkulosis paru dan enteritis.Pada nitrogen akan tetapi sampel yang
bulan Maret sampai Mei 2001, di RS dibutuhkan cukup banyak sedangkan
Dr Wahidin Sudirohusodo, telah beberapa keuntungan kreatinin cara
dilakukan suatu penelitian “Gambaran nondeproteinisasi yakni, waktu yang
Urinalisis Gagal Ginjal Kronik di diperlukan cukup singkat dan sampel
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo yang diperlukan hanya sedikit.
Makassar” dan didapatkan hasil dari Cara nondeproteinisasi merupakan
116 orang yang memeriksakan kadar cara yang paling sering digunakan.
kreatinin urin dengan rumus Cockroft Selain faktor ekonomis, cara
dan Gault didapatkan hasil sebanyak nondeproteinisasi lebih mudah
109 orang (93,97%) menderita gagal digunakan. Namun kekurangan dari
ginjal dan 7 orang (6,03%) menderita metode ini adalah beberapa protein
gagal ginjal kronik (Hardjoeno, 2007). tidak diendapkan sehingga dapat
Kreatinin adalah produk akhir dari menyebabkan tinggi palsu pada
metabolisme kreatin.Kreatinin kreatinin.Untuk itu perlu adanya
terutama disintesis oleh hati, tedapat penambahan zat yang dapat
hampir semuanya dalam otot rangka mengendapkan protein tersebut. Salah
yang terikat secara reversible dengan satu cara yang dapat digunakan yaitu
fosfat dalam bentuk fosfokreatin atau cara deproteinisasi.
keratinfosfa, yakni senyawa Tujuan penelitian ini adalah untuk
penyimpan energi.Pemeriksaan mengetahui perbandingan hasil
kreatinin dalam darah merupakan pemeriksaan kreatinin darah dengan
salah satu parameter penting untuk cara deproteinisasi dan
mengetahui fungsi ginjal.Pemeriksaan nondeproteinisasi menggunakan
ini juga sangat membantu kebijakan metode Jaffe Reaction
melakukan terapi pada penderita
gangguan fungsi ginjal. Tinggi METODE
rendahnya kadar kreatinin dalam darah Metode yang digunakan adalah
digunakan sebagai indikator penting Observasi analitik dengan study
dalam menentukan apakah seorang komparatif.Sampel adalah penderita
dengan gangguan fungsi ginjal gagal ginjal sebanyak 15 orang,
memerlukan tindakan hemodialysis menggunakan teknik purposive
(Alfonso, 2016). sampling.Lokasi penelitian

27
Jurnal Media Analis Kesehatan, Vol. 1, Edisi 1, Juni 2018 e-ISSN : 2621-9557

dilaksanakan dilaboratorium RS Islam reagen standar 100µl dan 1000µl asam


Faisal Makassar. pikrat dan NaOH dengan
Data telah diperoleh berdasarkan perbandingan 1:1 kemudian
hasil pemeriksaan laboratorium. Hasil dihomogenkan dan diinkubasi selama
penelitian ini dianalisa menggunakan 2 menit. Selanjunya diperiksa
uji T dua sampel berpasangan. menggunakan fotometer 5010 dengan
Prosedur kerja untuk cara panjang gelombang 492 nm.
Deproteinisasi, serum dipipet
sebanyak 500µl kedalam tabung reaksi HASIL
kemudian ditambahkan 500µl reagen Penelitian ini dilaksanakan di
standar, 500µl aquades dan 500µl Laboratorium RS Islam Faisal
reagen TCA lalu disentrifuse selama Makassar. Selama penelitian
10 menit dengan kecepatan 3000rpm. didapatkan 15 sampel darah penderita
Selanjutnya 500µl supernatant gagal ginjal.
ditambahkan 500µl asam pikrat dan Hasil pemeriksaan kadar kreatinin
NaOH dengan perbandingan 1:1, darah dengan deproteinisasi dan
dihomogenkan dan diinkubasi selama nondeproteinisasi metode jaffe
30 menit. Selanjutnya diperiksa reaction pada penderita gagal ginjal
menggunakan fotometer 5010. dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.
Sedangkan untuk metode
Nondeproteinasi, serum dipipet
sebanyak 100µl dan ditambahkan

Tabel 1 Hasil pemeriksaan kadar kreatinin darah dengan deproteinisasi dan


nondeproteinisasi metode Jaffe Reaction
NO HASIL PEMERIKSAAN
JENIS
SAMPEL
KELAMIN NONDEPROTEINISASI DEPROTEINISASI
1 P 11.4 mg/dl 10.8 mg/dl
2 L 20.3 mg/dl 20 mg/dl
3 P 7.1 mg/dl 6.3 mg/dl
4 P 10.4 mg/dl 9.7 mg/dl
5 P 6.7 mg/dl 5.9 mg/dl
6 L 10.1 mg/dl 9.4 mg/dl
7 P 9.6 mg/dl 8.9 mg/dl
8 L 12.8 mg/dl 12 mg/dl
9 P 7.0 mg/dl 6.3 mg/dl
10 L 5.7 mg/dl 4.8 mg/dl
11 L 12.4 mg/dl 11.8 mg/dl
12 L 8.3 mg/dl 7.6 mg/dl
13 L 12.1 mg/dl 11.6 mg/dl
14 P 10.7 mg/dl 10 mg/dl
15 P 12.2 mg/dl 11.8 mg/dl
Sumber : Data Primer, 2107

28
Jurnal Media Analis Kesehatan, Vol. 1, Edisi 1, Juni 2018 e-ISSN : 2621-9557

Sesuai dengan tujuan pengujian standar deviasi dan standar


penelitian ini yaitu untuk mengetahui error untuk mengetahui seberapa
perbandingan kadar kreatinin darah besar perbandingan nilai sampel
dengan cara deproteinisasi dan terhadap rata-ratanya yang dapat
nondeproteinisasi metode jaffe dilihat pada tabel 2 berikut
reaction, maka selanjutnya dilakukan

Tabel 2 Standar deviasi dan standar error


Group Statistics
Std.Deviati Std.Erro
Kelompok N Mean
on r Mean
Nondeproteinisasi 15 10.453 3.5689 .9215
Nilai
Deproteinisasi 15 9.793 3.7003 .9554
Sumber : Output SPSS 24

Dari 15 sampel hasil standar error 9.554 mg/dl. Dari hasil


pemeriksaan kreatinin darah dengan tersebut kemudian dilakukan
cara nondeproteinisasi diperoleh nilai pengujian hipotesa menggunakan uji
rata – rata adalah 10.453 mg/dl, T dua sampel berpasangan untuk
dengan standar deviasi sebesar mengetahui perbandingan antara
3.5889 mg/dl dan standar error pemeriksaan kadar kreatinin darah
sebesar 9215 mg/dl sedangkan nilai menggunakan cara deproteinisasi dan
rata-rata dari cara deproteinisasi nondeproteinisasi metode jaffe
adalah 9.793 mg/dl, dengan standar reaction yang dapat dilihat pada tabel
deviasi sebesar 3.7003 mg/dl dan .3 berikut ini.

Tabel 3 Uji T dua sampel berpasangan

Independent Samples Test


Levene's Test
for Equality of t-test for Equality of Means
Variances
Std. 95% Confidence
Mean
Sig. (2- Error Interval of the
F Sig. t df Differenc
tailed) Differenc Difference
e
e Lower Upper
Equal
nilai variances .011 .917 .497 28 .623 .6600 1.3274 -2.0590 3.3790
assumed
Sumber : Output SPSS 24
Berdasarkan uji T dua sampel cara deproteinisasi dan
berpasangan menunjukkan bahwa T nondeproteinisasi metode jaffe
hitung> T table (0.497<1,753) maka reaction.
Ho diterima berarti tidak ada
perbedaan yang signifikan antara

29
Jurnal Media Analis Kesehatan, Vol. 1, Edisi 1, Juni 2018 e-ISSN : 2621-9557

PEMBAHASAN mengakibatkan hasil tinggi palsu


Kreatinin adalah produk akhir serta adanya gangguan terhadap hasil
dari metabolisme kreatin. Kreatinin pemeriksaan kreatinin darah oleh
terutama disintesis oleh hati, tedapat bilirubin, ureum, protein yang tidak
hampir semuanya dalam otot rangka diendapkan dengan TCA. Adapun
yang terikat secara reversible dengan Kelebihan pemeriksaan kreatinin
fosfat dalam bentuk fosfokreatin atau cara nondeproteinisasi adalah waktu
keratinfosfa, yakni senyawa yang diperlukan cukup singkat
penyimpan energi (Alfonso,2006). (2menit) dan sampel yang diperlukan
Salah satu pemeriksaan yang hanya sedikit (100 µl).
mencerminkan terjadinya gangguan Metode yang sering digunakan
fungsi ginjal adalah pemeriksaan untuk pemeriksaan kreatinin darah
Kreatinin.Pemeriksaan kreatinin adalah metode Jaffe Reaction yang
berguna untuk mengevaluasi fungsi merupakan salah satu metode dimana
dari glomerulus yang hasilnya lebih pengujian kadar kreatininnya
spesifik. Peningkatan kadar kreatinin menggunakan asam pikrat yang
menunjukkan indikasi penyakit berperan untuk mengikat kreatinin
ginjal atau kerusakan nefron lebih sehingga menciptakan warna kuning.
dari 50% (Soewoto H,dkk, 2001 ). Berdasarkan hasil penelitian dari
Ada 2 cara yang digunakan 15 sampel diperoleh bahwa hasil
dalam pemeriksaan kreatinin dalam pemeriksaan kreatinin darah metode
darah yakni cara deprotoeinisasi dan jaffe reaction didapatkan nilai
nondeproteinisasi. Ke 2 cara ini juga tertinggi cara deproteinisasi 20 mg/dl
mempunyai kelebihan dan dan nilai terendah 4,8 mg/dl, nilai
kekurangan. Kelemahan pemeriksaan rata-ratanya 9.793 mg/dl dan standar
kreatinin cara deproteinisasi adalah deviasi sebesar 3.7003 mg/dl
Trichlor acetic acid (TCA) terlalu sedangkan cara nondeproteinisasi
pekat, Konsentrasi TCA salah didapatkan nilai tertinggi 20.3 mg/dl
apabila menggunakan TCA 3 N, dan nilai terendah 5.7 mg/dl, nilai
waktu inkubasi yang diperlukan rata-ratanya 10.453 mg/dl dan
terlalu lama yaitu 30 menit dan standar deviasi sebesar 3.5689 mg/dl
sampel yang diperlukan telalu . Setelah dilakukan uji T dua sampel
banyak serta TCA pada suhu kamar berpasangan didapatkan hasil yang
mudah terurai maka menunjukkan bahwa T hitung<T
penyimpanannya di lemari es (± 2- tabel (0.497<1.753) hal tersebut
8°C) Adapun keuntungan dari menunjukkan bahwa tidak ada
pemeriksaan kreatinin cara perbedaan yang signifikan antara
deproteinisasi adalah Kandungan kedua cara tersebut. Hasil ini
nitrogen dalam sampel seperti didukung oleh penelitian sebelumnya
protein, ureum, dll sudah terikat yang dilakukan oleh Kus W (2010)
dengan TCA sehingga supernatan yang menyatakan tidak ada
terbebas dari bahan-bahan nitrogen. perbedaan yang signifikan antara
Kelemahan pemeriksaan cara deproteinisasi dan
kreatinin cara nondeproteinisasi nondeproteinisasi (Kus, 2010)
adalah pencampuran reagen kerja
tidak dengan perbandingan 1:1 akan

27
Jurnal Media Analis Kesehatan, Vol. 1, Edisi 1, Juni 2018 e-ISSN : 2621-9557

KESIMPULAN Soewoto H, Sadikin M, Kurniati V,


Berdasarkan hasil penelitian Inawati SW, Retno DG, Abadi
yang telah dilakukan, dapat P, Prijayanti AR, Harahap IP
disimpulkan bahwa tidak ada dan Widia SA, 2001, Biokimia
perbedaan yang signifikan antara Eksperimen Laboratorium.
hasil pemeriksaan kreatinin darah Jakarta : Widya Medika
cara deproteinisasi dan Suandi, 2000. Diit Pada Anak Sakit.
nondeproteinisasi metode Jaffe Jakarta : Buku Kedokteran EGC
reaction. Disarankan peneliti Syaifuddin, 2009. Anatomi Tubuh
berikutnya sebaiknya sampel yang Manusia. Jakarta: Salemba
digunakan diperbanyak. Medika

DAFTAR PUSTAKA

Hardjoeno H, 2007. Interpretasi


Hasil Tes Laboratorium
Diagnostik. Makassar:
Universitas Hasanuddin
(LEPHAS)
Kus W, 2010, perbandingan Hasil
Pemeriksaan Kreatinin Darah
Metode Jaffe Reaction Cara
Deproteinisasi dan
Nondeproteinisasi.
http://digilib.unimus.ac.id,
diakses 10 Juni 2017
Pratama A, Moeis E.S dan Mandang
V, 2014. Hubungan Produk Ca x
dengan Kadar C-Terminal Cross
Linking Telopeptide Type 1
Collagen pada Subjek Penyakit
Ginjal Kronik yang menjalani
Hemodialisa Rutin, Jurnal e-
clinic (eCl), Volume 2, Nomor
3, November 2014.
http://ejournal.unsrat.ac.id/index
.php/eclinic/article/view/5744/52
77. diakses 10 Januari 2017
Sulistyowati I, 2011.Implementasi
Sistem Pakar Berbasis Web
Untuk Mendiagnosis Penyakit
Dalam Pada Manusia.
http://publikasi.dinus.ac.id/index
.php/semantik/article/view/113/7
0, diakses 18 januari 2017

28

Вам также может понравиться