Вы находитесь на странице: 1из 15

2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kultur Sekolah


Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan sistem
gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.

Kultur merupakan pandangan hidup yang diakui bersama oleh suatu


kelompok masyarakat, yang mencakup cara berfikir, perilaku, sikap, nilai
yang tercermin baik dalam wujud fisik maupun abstrak. Oleh karena itu, suatu
kultur secara alami akan diwariskan oleh suatu generasi kepada generasi
berikutnya. Sekolah merupakan lembaga utama yang didesain untuk
memperlancar proses transmisi kultural antar generasi tersebut. (Ariefa
Efianingrum, 2009: 21).

Dapat disimpulkan, kebudayaan atau kultur adalah sebagai keseluruhan


pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk
memahami dan menginterpretasikan lingkungan dan pengalamannya, serta
menjadi landasan bagi tingkah-lakunya.

Suatu kebudayaan juga merupakan milik bersama anggota suatu


masyarakat atau suatu golongan sosial, yang penyebarannya kepada
anggotaanggotanya dan pewarisannya kepada generasi berikutnya dilakukan
melalui proses belajar dan dengan menggunakan simbol-simbol yang
terwujud dalam bentuk yang terucapkan maupun yang tidak (termasuk juga
berbagai karya yang dibuat oleh manusia). Dengan demikian, setiap anggota
masyarakat mempunyai suatu pengetahuan mengenai kebudayaannya
tersebut yang dapat tidak sama dengan anggota-anggota lainnya, disebabkan
oleh pengalaman dan proses belajar yang berbeda dan karena lingkungan-
lingkungan yang mereka hadapi tidak selamanya sama.

3
Begitu pula dengan kebudayaan atau kultur dalam sekolah. Setiap
sekolah memiliki budaya sekolah yang berbeda dan mempunyai pengalaman
yang tidak sama dalam membangun budaya sekolah.

Pengertian kultur sekolah beraneka ragam. Deal dan Kennedy


(Depdiknas Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 2003:3)
mendefinisikan kultur sekolah sebagai keyakinan dan nilai-nilai milik
bersama yang menjadi pengikat kuat kebersamaan mereka sebagai warga
suatu masyarakat. Jika definisi ini diterapkan di sekolah, sekolah dapat saja
memiliki sejumlah kultur dengan satu kultur dominan dan sejumlah kultur
lainnya sebagai subordinasi. Sejumlah keyakinan dan nilai disepakati secara
luas di sekolah, sejumlah kelompok memiliki kesepakatan terbatas di
kalangan mereka tentang keyakinan dan nilai-nilai. Keadaan ini tidak
menguntungkan, jika antara nilai-nilai dominan dan nilai-nilai subordinasi itu
tidak sejalan atau bahkan bertentangan dengan membangun suatu masyarakat
sekolah pro belajar atau membangun sekolah yang bermutu.

Menurut Schein (Depdiknas Direktorat Pendidikan Menengah Umum,


2003:3-4), kultur sekolah adalah suatu pola asumsi dasar hasil invensi,
penemuan atau pengembangan oleh suatu kelompok tertentu saat ia belajar
mengatasi masalah-masalah yang telah berhasil baik serta dianggap valid, dan
akhirnya diajarkan ke warga baru sebagai cara-cara yang benar dalam
memandang, memikirkan, dan merasakan masalah-masalah tersebut.

Berdasarkan kajian tersebut, Kultur Sekolah adalah karakteristik khas


sekolah yang dapat diidentifikasi melalui nilai yang dianutnya, sikap yang
dimilikinya, kebiasaan-kebiasaan yang ditampilkannya, dan tindakan yang
ditunjukan oleh seluruh personil sekolah yang membentuk satu kesatuan
khusus dari sistem sekolah.

B. Karakteristik Kultur Sekolah


Dalam pertumbuhan dan perkembangan, anak mengalami perubahan.
Perubahan-perubahan itu dapat terjadi karena pengaruh lingkungan dan
4

pendidikan. Pengaruh lingkungan yang kuat adalah di sekolah karena besar


waktunya di sekolah. Sekolah memegang peranan penting dan strategis dalam
mengubah, memodifikasi, dan mentransformasikan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan keterampilan yang berhubungan dengan kebutuhan anak untuk
hidup di masyarakat sesuai dengan tuntutan jamannya.

Kultur sekolah merupakan hasil perjalanan sejarah sekolah dan juga


produk dari interaksi berbagai kekuatan yang masuk ke sekolah. Sekolah
perlu menyadari secara serius keberadaan aneka kultur dengan sifat yang ada,
sehat-tidak sehat, kuat-lemah, positif-negatif, kacau-stabil, dan
konsekuensinya terhadap perbaikan sekolah. Nilai-nilai dan keyakinan tidak
akan hadir dalam waktu singkat. Mengingat pentingya sistem nilai yang
diinginkan untuk perbaikan sekolah, maka langkah-langkah kegiatan yang
jelas perlu disusun untuk membentuk kultur sekolah (Hanum, 2013: 201).

Secara singkat, langkah-langkah membentuk kultur sekolah yang


positif adalah 1) mengamati dan membaca kultur sekolah yang kini ada,
melacak historisnya dan masalah apa saja yang timbul oleh keberadaan kultur
sekolah tersebut; 2) mengembangkan sistem assesmen kultur sekolah sejalan
dengan tujuan perbaikan sekolah yang diinginkan; 3) melakukan kegiatan
assesmen sekolah guna mendiagnosisi permasalahan yang ada dan tindakan
kultural yang dapat dilakukan; 4) mengembangkan visi strategis dan misi
perbaikan sekolah; 5) melakukan redefinisi aneka peranan: kepemimpinan
Kepala Sekolah, guru, siswa, orang tua, dan aneka stakeholders; 6)
mewaspadai perilaku yang negatif, nilai-nilai yang bersifat racun, dan koalisi
mereka; 7) merancang pola perkembangan kultur sekolah dan membangun
praktik-praktik baru dan artifak baru yang dikaitkan secara sadar dengan nilai-
nilai lama yang relevan dan nilai-nilai baru yang diharapkan tumbuh; 8)
melakukan pemantauan dan evaluasi secara dinamika terhadap
perkembangan kultur sekolah dan dampaknya (Hanum, 2013: 202).

Kebehasilan pengembangan kultur sekolah dapat dilihat dari tandatanda


atau indikator sesuai fokus yang dikembangkan. Beberapa indikator yang
5

dapat dilihat antara lain: adanya rasa kebersamaan dan hubungan yang
sinergis diantara warga sekolah, berkurangnya pelanggaran disiplin, adanya
motivasi untuk berprestasi, adanya semangat dan kegairahan dalam
menjalankan tugas, dan sebagainya.

C. Unsur-unsur Kultur Sekolah


Bentuk kultur sekolah secara intrinsik muncul sebagai suatu fenomena
yang unik dan menarik, karena pandangan sikap, perilaku yang hidup dan
berkembang dalam sekolah pada dasarnya mencerminkan kepercayaan dan
keyakinan yang mendalam dan khas dari warga sekolah. Unsur-unsur kultur
sekolah terdiri berbagai macam hal sehingga diklasifikasikan sebagai berikut.

1. Klasifikasi kultur sekolah, berdasarkan usaha peningkatan kualitas


pendidikan.
Djemari Mardapi dalam Srinatun (2003: 28) membagi un misalnya sur-
unsur kultur sekolah jika ditinjau dari usaha peningkatan kualitas
pendidikan sebagai berikut :
a. Kultur sekolah yang positif
Kultur sekolah yang positif adalah kegiatan-kegiatan yang
mendukung peningkatan kualitas pendidikan, kerjasama dalam
mencapai prestasi, penghargaan terhadap prestasi, dan komitmen
terhadap belajar.
b. Kultur sekolah yang negatif
Kultur sekolah yang negatif adalah kultur yang kontra terhadap
peningkatan mutu pendidikan. Artinya resisten terhadap perubahan,
misalnya dapat berupa: siswa takut salah, siswa takut bertanya, dan
siswa jarang melakukan kerja sama dalam memecahkan masalah.
c. Kultur sekolah yang netral
Kultur sekolah yang netral adalah kultur yang tidak berfokus pada
satu sisi namun dapat memberikan konstribusi positif tehadap
perkembangan peningkatan mutu pendidikan. Hal ini bisa berupa
arisan keluarga sekolah, seragam guru, seragam siswa dan lain-lain.
6

2. Klasifikasi kultur sekolah berdasarkan kategori


Hedley Beare mendeskripsikan unsur-unsur kultur sekolah dalam dua
kategori, yakni :
a. Kultur sekolah yang dapat diamati
Berupa konseptual yaitu struktur organisasi, kurikulum, behavior
(perilaku) yaitu kegiatan belajar mengajar, upacara, prosedur,
peraturan dan tata tertib, material yaitu fasilitas dan perlengkapan.
b. Kultur sekolah yang tidak dapat diamati
Berupa filosofi yaitu visi, misi serta nilai-nilai, yaitu kualitas,
efektivitas, keadilan, pemberdayaan dan kedisiplinan. Dalam
mengkaji kultur sekolah lebih difokuskan pada hal-hal yang tidak
dapat diamati, khususnya nilai-nilai sebagai inti budaya. Lebih dari
itu nilai merupakan landasan bagi pemahaman, sikap dan motivasi
serta acuan seseorang atau kelompok dalam memilih suatu tujuan
atau tindakan.

D. Fungsi dan Peran Kultur Sekolah


Kultur sekolah yang terpelihara dengan baik, mampu menampilkan
perilaku iman, takwa, kreatif, inovatif, dan dapat bergaul harus terus
dikembangkan. Manfaat yang dapat diambil adalah dapat menjamin hasil
kerja dengan kualitas yang lebih baik, membuka seluruh jaringan komunikasi,
keterbukaan, kebersamaan, kegotongroyongan, kekeluargaan, menemukan
masalah dan cepat memperbaiki, cepat menyesuaikan diri dengan
perkembangan yang terjadi di luar (faktor eksternal seperti teknologi, sosial,
ekonomi, dan lainnya).

Kultur sekolah memiliki fungsi dan peran yang penting dalam


meningkatkan mutu sekolah termasuk kualitas sumber daya yang dimiliki
sekolah, sebab kultur sekolah akan memberi dukungan dan identitas terhadap
sekolah serta membentuk kerangka kerja bagi kegiatan pembelajaran. Kultur
sekolah yang positif sangat kondusif memberi kontribusi bagi kelancaran
7

pelaksanaan kurikulum. Oleh sebab itu sekolah perlu memperhatikan dan


mengusahakan kultur sekolah yang positif.

Djemari dalam Srinatun (2011: 65) membagi karakteristik peran kultur


sekolah berdasarkan sifatnya dapat dibedakan menjadi tiga yakni :

1. Bernilai Strategis
Kultur atau budaya yang dapat berimbas dalam kehidupan sekolah secara
dinamis. Misalnya memberi peluang pada warga sekolah untuk bekerja
secara efisien, disiplin dan tertib. Kultur sekolah merupakan milik
kolektif bukan milik perorangan, sehingga sekolah dapat dikembangkan
dan dilakukan oleh semua warga sekolah.
2. Memiliki Daya Ungkit
Kultur atau budaya yang memliki daya gerak akan mendorong semua
warga sekolah untuk berprestasi, sehingga kerja guru dan semangat
belajar siswa akan tumbuh karena dipacu dan di dorong dengan
dukungan budaya yang memiliki daya ungkit yang tinggi. Misalnya
kinerja sekolah dapat meningkat jika disertai dengan imbalan yang
pantas, penghargaan yang cukup, dan proporsi tugas yang seimbang.
Begitu juga dengan siswa akan meningkat semangat belajranya, bila
mereka diberi penghargaan yang memadai, pelayanan yang prima, serta
didukung dengan sarana yang memadai.
3. Berpeluang Sukses
Kultur atau budaya yang berpeluang sukses adalah budaya yang memiliki
daya ungkit dan memiliki daya gerak yang tinggi. Hal ini sangat penting
untuk menumbuhkan rasa keberhasilan dan rasa mampu untuk
melaksanakan tugas dengan baik. Misalnya budaya gemar membaca.
Budaya membaca di kalangan siswa akan dapat mendorong mereka
untuk banyak mengetahui tentang berbagai macam persoalan yang
mereka pelajari di lingkungan sekolah. Demikian juga bagi guru mereka
semakin banyak pengetahuan yang diperolah, tingkat pemahaman
semakin luas, semua ini dapat berlangsung jika disertai dengan
8

kesadaran, bahwa mutu atau kualitas yang akan menentukan


keberhasilan seseorang.

E. Membangun Kultur dan Masyarakat Sekolah


Pada dasarnya kualitas sebuah lembaga pendidikan dapat dilihat dari
sejauh mana keberhasilannya dalam meningkatkan kualitas mulai dari kultur
organisasi atau institusi. Khusus dalam lembaga pendidikan formal seperti
sekolah, kultur yang dibangun adalah nilai-nilai atau norma-norma yang
dianut dari generasi ke generasi.

Peran kultur di sekolah akan sangat mempengaruhi perubahan sikap


maupun perilaku dari warga sekolah. Kultur sekolah yang positif akan
menciptakan suasana kondusif bagi tercapainya visi dan misi sekolah,
demikian sebaliknya kultur yang negatif akan membuat pencapaian visi dan
misi sekolah mengalami banyak kendala. Kultur sekolah yang baik misalnya
kemauan menghargai hasil karya orang lain, kesungguhan dalam
melaksanakan tugas dan kewajiban, motivasi untuk terus berprestasi,
komitmen serta dedikasi kepada tanggungjawab. Sedangkan kultur yang
negatif misalnya kurang menghargai hasil karya orang lain, kurang
menghargai perbedaan, minimnya komitmen, dan tiadanya motivasi
berprestasi pada warga sekolah.

Berkaitan dengan peningkatan sumber daya manusia, juga perlu


diciptakan kultur yang baik. Pada semua tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan harus ada komunikasi dan kolaborasi yang apik sehingga
mendukung sebuah lembaga untuk terus berinovasi, untuk terus melakukan
perubahan yang positif. Tenaga pendidik dan kependidikan yang memiliki
kultur yang baik akan meciptakan suasana pembelajaran kepada peserta didik
yang juga menyenangkan, dilakukan dengan kesungguhan dan sepenuh hati.

Untuk siswa perlu ditingkatkan motivasi belajar dan pentingnya


kedisiplinan, kejujuran dan motivasi berprestasi sehingga kompetisi antar
siswa akan tercipta. Contoh kultur negatif yang masih sering dilakukan siswa
9

antara lain masih kurang diperhatikannya persoalan kedisiplinan, ini terbukti


dari angka keterlambatan yang cukup tinggi.

Kultur atau budaya inovasi juga perlu ditingkatkan dalam semua elemen
dan warga sekolah. Misalnya saja guru harus membudayakan untuk terus
berinovasi dalam pembuatan media pembelajaran. Metode pembelajaran yang
konvensional harus diganti dengan metode baru yang kontemporer dan
profesional tanpa meninggalkan penekanan kepada makna dan kearifan lokal.

Setiap perubahan kultur atau budaya menuju perbaikan jelas akan


menemui tantangan, terutama oleh mereka yang merasa sudah mapan dan
sudah terlanjur nyaman dengan kemapanannya. Kelompok pembaharu
umumnya akan ditentang, memang karena perubahan itu akan terkesan
menakutkan bagi sebagian orang. Dalam manajemen organisasi ini sesuatu
yang wajar namun tetap perlu dikendalikan. Solusinya, harus ada kemauan
untuk membangun kultur atau budaya yang kondusif bagi pembelajaran itu
dari semua pihak. Lembaga sekolah harus melakukan berbagai pendekatan
agar terjadi komunikasi yang baik antara sekolah dengan warga sekolah.
Pendekatan yang dilakukan bisa massal maupun personal.

Bagi guru, agar mudah menerima perubahan maka mesti memperluas


wawasan, sharing perkembangan yang sudah terjadi sehingga bisa berpikir
lebih akomodatif terhadap perubahan positif kebudayaan. Dan yang tidak
kalah penting, kepada siswa perlu dilakukan sosialisasi mengenai tantangan
dunia ke depan sehingga mereka termotivasi untuk menyiapkan diri
menghadapi tantangan zaman.

Terhadap kultur yang dibawa oleh kecanggihan teknologi memang


tidak semuanya baik. Kita perlu menyaring, memilih dan memilah mana yang
baik dan mana yang tidak baik. Tidak semuanya konsekuensi teknologi itu
kita biarkan, diperlukan adaptasi, bukan adopsi. Namun adanya sisi negatif
itu bukan berarti kita harus menutup diri dari teknologi, kalau kita antipati
maka kita pasti semakin tertinggal.
10

Sekolah dapat berpengaruh terhadap semua aspek kehidupan di dalam


sekolah, termasuk kepada pendidik dan peserta dididk. Kultur sekolah
berpengaruh terhadap bagaimana pendidik berhubungan dan bekerja sama
dengan semua warga sekolah, dengan sesama pendidik, peserta didik,
orangtua peserta didik, pegawai tata usaha sekolah, dan juga kepada
masyarakat. Nilai-nilai sosial budaya sangat berpengaruh terhadap bagaimana
sekolah menghadapi masalah sekolah, dan sekaligus memecahkan
masalahnya, termasuk masalah hasil belajar peserta didik.

Nilai-nilai sosial budaya sekolah tentu saja dapat dibangun, diubah


sesuai dengan budaya baru yang tumbuh dalam masyarakat. Ketika
masyarakat masih memiliki paradigma lama dengan menyerahkan
sepenuhnya urusan pendidikan anaknya kepada sekolah, maka lahirlah satu
bentuk hubungan sekolah dengan orangtua siswa dan masyarakat yang sangat
birokratis. Orangtua dan masyarakat berada di bawah perintah kepala sekolah.

Contoh nilai-nilai sosial budaya yang harus ditanam pada


masyarakat sekolah yaitu :

1. Etika
Etika atau akhlakul karimah adalah tata aturan untuk bisa hidup bersama
dengan orang lain. Kita hidup tidak sendirian, dilahirkan oleh dan dari
orang lain yang bernama ibu dan ayah kita, dan kemudian hidup bersama
dengan orang lain, oleh karena itu, kita harus hidup beretika,
menghormati diri sendiri dan orang lain.
2. Kejujuran
Semua warga sekolah harus dilatih berbuat jujur, mulai jujur kepada
dirinya sendiri, jujur kepada Tuhan, jujur kepada orang lain. Kejujuran
itu harus dibangun di sekolah.

3. Bertanggung jawab
11

Semua hak itu berasal dari kewajiban yang telah dilaksanakan dengan
baik. Itulah sebabnya kita harus memupuk rasa tanggung jawab ini sejak
dini di lembaga pendidikan sekolah, bahkan dari keluarga.
4. Menghormati hukum dan peraturan
Sering kita menghormati hukum dan peraturan karena takut kepada para
penegak hukum. Kita mematuhi hukum dan perundang-undangan karena
takut terhadap ancaman hukuman. Seharusnya, kita mengormati hukum
dan peraturan atas dasar kesadaran bahwa hukup dan peraturan itu adalah
kita buat untuk kebaikan hidup kita.
5. Tepat waktu
Waktu adalah pedang, adalah warisan petuah para sahabat Nabi. Time is
money adalah warisan para penjelajah “rules of the waves” bangsa
pemberani orang Inggris. Maka tanamlah benih-benih menghargai waktu
di ladang sekolah kita. Sudah tentu masih banyak lagi nilai-nilai sosial
budaya yang harus kita tanam melalui ladang lembaga pendidikan
sekolah. Nilai-nilai sosial budaya tersebut harus dapat ditanamkan dan
terus dipupuk melalui proses pendidikan dan pembudayaan di rumah,
sekolah, dan dalam kehidupan masyarakat.

F. Aplikasi Kultur Sekolah


Banyak sekali nilai-nilai sosial budaya yang harus dibangun di sekolah.
Sekolah adalah ibarat taman yang subur tempat menanam benih-benih
nilainilai sosial budaya tersebut. Beberapa contoh aplikasi Kultur sekolah
dapat dibedakan menjadi:

1. Budaya Akademik
a. Budaya disiplin
Yaitu dimana siswa tidak diperkenankan masuk kelas bila terlambat
dan melakukan pelanggaran tata tertib sekolah.
b. Budaya kerja keras
Yaitu siswa dilatih menyelesaikan tugas-tugasnya dengan cepat, dan
tepat waktu.
12

c. Mandiri & bertanggung jawab


Yaitu melatih siswa untuk bekerja sendiri tanpa bantuan orang lain
dan bertanggung jawab penuh terhadap tugas yang diberikan guru.
d. Mencintai belajar
Mencintai belajar jauh lebih penting ketimbang bersusah payah
menghafalkan bahan ajar.
e. Mencintai pekerjaan
Pekerjaan adalah bagian penting dari kehidupan ini. Siapa yang tidak
bekerja maka tidak hidup.
Oleh karena itu, peserta didik harus diberikan kesadaran tentang
pentingnya menghargai pekerjaan.
2. Budaya Non Akademik
a. Budaya salam
Yaitu dimana setiap kali bertemu (guru, siswa dan orang tua) saling
mengucapkan salam dan berjabat tangan.
b. Budaya bersih
Yaitu kegiatan kebersihan sekolah dan kebersihan diri sendiri.
c. Budaya Kreatif
Yaitu melatih siswa menciptakan inovasi sesuai bakat dan minatnya.
d. Etika
Etika atau akhlakul karimah adalah tata aturan untuk bisa hidup
bersama dengan orang lain.
e. Kejujuran
Semua warga sekolah harus dilatih berbuat jujur, mulai jujur kepada
dirinya sendiri, jujur kepada Tuhan, jujur kepada orang lain.
f. Kasih sayang
Kasih sayang telah melahirkan kepercayaan. Kepercayaan
menghasilkan kepercayaan, dan kepercayaan akan menghasilkan
kewibawaan.

g. Menghormati hukum dan peraturan


13

Kita mengormati hukum dan peraturan atas dasar kesadaran bahwa


hukum dan peraturan itu adalah kita buat untuk kebaikan hidup kita.
h. Menghormati hak orang lain
Penghargaan kepada orang lain tidak boleh melihat perbedaan status
sosial, ekonomi, agama, dan budaya.
i. Suka menabung
j. Ekstrakurikuler
Yaitu kegiatan non akademik yang memberi wadah /kesempatan
kepada siswa untuk mengembangkan kreatifitasnya sesuai dengan
bakat dan minatnya masing-masing (Suparlan, 2009: 3).
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Kultur Sekolah adalah karakteristik khas sekolah yang dapat
diidentifikasi melalui nilai yang dianutnya, sikap yang dimilikinya,
kebiasaankebiasaan yang ditampilkannya, dan tindakan yang ditunjukan oleh
seluruh personil sekolah yang membentuk satu kesatuan khusus dari sistem
sekolah.
Kultur sekolah yang positif akan mendorong semua warga sekolah
untuk bekerjasama yang didasarkan saling percaya, mengundang partisipasi
seluruh warga, mendorong munculnya gagasan-gagasan baru, dan memberikan
kesempatan untuk terlaksananya pembaharuan di sekolah demi pencapaian
hasil terbaik.
Kultur sekolah yang baik dapat memperbaiki kinerja sekolah, baik
kepala sekolah, guru, siswa, karyawan maupun pengguna sekolah lainnya.
Situasi tersebut akan terwujud manakala kualifikasi budaya tersebut bersifat
sehat, solid, kuat, positif, dan professional. Dengan demikian suasana
kekeluargaan, kolaborasi, ketahanan belajar, semangat terus maju, dorongan
untuk bekerja keras dan belajar mengajar dapat diciptakan.
Kultur sekolah yang baik akan secara efektif menghasilkan kinerja yang
terbaik pada setiap individu, kelompok kerja/ unit dan sekolah sebagai satu
institusi, dan hubungan sinergis antara tiga tingkatan tersebut. Kultur sekolah
diharapkan memperbaiki mutu sekolah, kinerja di sekolah dan mutu kehidupan
yang diharapkan memiliki ciri sehat, dinamis atau aktif, positif dan profesional.

B. Saran
Penulis berharap, dengan adanya pembahasan tentang kultur sekolah
pada makalah ini dapat menambahkan wawasan pembaca dan dapat berguna
untuk diterapkan langsung di sekolah serta memudahkan para pembaca
mengenai materi terkait.

15
DAFTAR PUSTAKA

.Kultur Sekolah. 2013. Di akses dari:


https://20231076.siapsekolah.com/2013/12/04/kultur-
sekolah/#.XKDbuuwxc0M. (30 Maret 2019)

.Makalah Kultur Sekolah. Di akses dari:


https://dokumen.tips/documents/makalah-kultur-sekolah-
5602e98a4e70c.html. (30 Maret 2019)

.Pengertian Kebudayaan Menurut Para Ahli. 2015. Di akses dari:


https://www.artikelsiana.com/2015/08/pengertian-kebudayaan-
menurutpara-ahli.html#Komponen-Komponen_kebudaayn. (30 Maret 2019)

16

Вам также может понравиться