Вы находитесь на странице: 1из 46

PEGANGAN DOSEN & MAHASISWA

MODUL
Keterampilan Klinis Keperawatan Anak I
Diberikan pada mahasiswa Semester IV

DANIA RELINA SITOMPUL, S.KEP., NERS, M.KEP

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN
BANJARMASIN
2019
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar

Daftar Isi

Tata Tertib Laboratorium Keterampilan Klinis Keperawatan Anak I

Nebulisasi

Pengisapan Lendir (suctioning)

Pemasangan Infus Pada Bayi dan Anak

Phototherapy dan exchange transfuse

Pemberian Obat Pada Anak (materi sudah diberikan)


TEKNIK TERAPI INHALASI NEBULISASI

Terapi inhalasi adalah pemberian obat yang dilakukan secara hirupan/inhalasi dalam
bentuk aerosol ke dalam saluran napas. Terapi inhalasi masih menjadi pilihan utama pemberian
obat yang bekerja langsung pada saluran napas terutama pada kasus asma dan PPOK.
Prinsip alat nebulizer adalah mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi aerosol
sehingga dapat dihirup penderita dengan menggunakan mouthpiece atau masker. Dengan
nebulizer dapat dihasilkan partikel aerosol berukuran antara 2-5 µ. Alat nebulizer terdiri dari
beberapa bagian yang terpisah yang terdiri dari generator aerosol, alat bantu inhalasi (kanul nasal,
masker, mouthpiece) dan cup (tempat obat cair). Model nebulizer terdiri dari 3 yaitu :

a. Nebulizer jet-aerosol dengan penekan udara (compressor nebulizer) = memberikan tekanan


udara dari pipa ke cup yang berisi obat cair untuk memecah airan ke dalam bentuk partikel-
partikel uap kecil yang dapat dihirup ke dalam saluran napas

b. Nebulizer ultrasonik (ultrasonic nebulizer) = menggunakan gelombang ultrasounik (vibrator


dengan frekuensi tinggi) untuk secara perlahan merubah obat dari bentuk cair ke bentuk
aerosol basah
c. Nebulizer mini portable (portable nebulizer) = bentuknya kecil, dapat dioperasikan dengan
menggunakan baterai dan tidak berisik sehingga nyaman digunakan

INDIKASI
1. Asma Bronkialis
2. Penyakit Paru Obstruksi Kronik
3. Sindroma Obstruksi Post TB
4. Mengeluarkan dahak
KONTRAINDIKASI
1. Hipertensi
2. Takikardia
3. Riwayat alergi
4. Trakeostomi
5. Fraktur di daerah hidung, maxilla, palatum oris
6. Kontraindikasi dari obat yang digunakan untuk nebulisasi
PEMILIHAN OBAT
Obat yang akan digunakan untuk terapi inhalasi akan selalu disesuaikan dengan diagnosis
atau kelainan yang diderita oleh pasien. Obat yang digunakan berbentuk solutio (cairan),
suspensi atau obat khusus yang memang dibuat untuk terapi inhalasi. Golongan obat yang sering
digunakan melalui nebulizer yaitu beta-2 agonis, antikolinergik, kortikosteroid, dan antiobiotik.

KOMPLIKASI
 Henti napas
 Spasme bronkus atau iritasi saluran napas
 Akibat efek obat yang digunakan seperti salbutamol (short acting beta-2 agonist) dosis tinggi
akan menyebabkan gangguan pada sistim sekunder penyerapan obat. Hipokalemi dan
disritmia dapat ditemukan pada paslien dengan kelebihan dosis.

CARA PENGGUNAAN ALAT


1. Buka tutup tabung obat, masukkan cairan obat kedalam alat penguap sesuai dosis yang telah
ditentukan.
2. Gunakan mouth piece atau masker (sesuai kondisi pasien). Tekan tombol ON pada nebulizer.
Uap yang keluar dihirup perlahan-lahan dan dalam, inhalasi ini dilakukan terus menerus
sampai obat habis. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai obat habis (+ 10 – 15 menit)

INTERPRETASI
1. Bronkospasme berkurang atau menghilang
2. Dahak berkurang

PERHATIAN
1. Bila memungkinkan, kumur daerah tenggorok sebelum penggunaan nebulizer
2. Perhatikan reaksi pasien sebelum, selama dan sesudah pemberian terapi inhalasi
3. Nebulisasi sebaikan diberikan sebelum waktu makan
4. Setelah nebulisasi klien disarankan untuk postural drainage dan batuk efektif untuk
membantu pengeluaran sekresi
5. Pasien harus dilatih menggunakan alat secara benar
6. Perhatikan jenis alat yang digunakan
Pada alat tertentu maka uap obat akan keluar pada penekanan tombol, pada alat lain obat
akan keluar secara terus menerus.

TEKNIK TERAPI INHALASI NEBULISASI

Tujuan Instruksional Umum :


Mahasiswa diharapkan memiliki keterampilan dan mendemonstrasikan teknik terapi inhalasi
dengan nebulizer.

Tujuan Instruksional Khusus :


Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa akan mampu melakukan prosedur
nebulisasi dengan benar dan tepat.

Media dan alat bantu pembelajaran :


a. Nebulizer kit
b. Obat inhalasi
c. Daftar panduan belajar
d. Status penderita, pulpen, pensil

Metode pembelajaran :
1. Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar
2. Ceramah
3. Diskusi
4. Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasli)
5. Evaluasi check list/daftar tilik dengan sistim skor
DESKRIPSI KEGIATAN TEKNIK TERAPI INHALASI DENGAN NEBULIZER
Kegiatan Waktu Deskripsi
1. Pengantar 2 menit Pengantar
2. Bermain peran 23 menit - Mengatur mahasiswa
tanya jawab - Dosen memberikan contoh bagaimana teknik terapi
inhalasi menggunakan nebulizer
- Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
bertanya
3. Praktek 90 menit - Mahasiswa dibagi dalam beberapa kelompok sesuai
melakukan teknik dengan ketentuan
terapi inhalasi - Setiap pasangan praktek melakukan teknik terapi
dengan nebulizer inhalasi dengan nebulizer
- Pelatih mengawasi sampai memberikan perintah bila
ada hal-hal yang diperlukan
4. Diskusi 15 menit - Apa yang dirasakan oleh mahasiswa dan
kendala/kesulitan yang dialami selama melakukan
kegiatan
- Dosen menyimpulkan apa yang dilakukan mahasiswa
Total waktu 150 menit

PENUNTUN BELAJAR TEKNIK TERAPI INHALASI NEBULISASI

No Langkah/Kegiatan
Pengkajian
1 Cek kembali pesanan medik terkait indikasi, dosis dan kombinasi obat.
2 Kaji status pernafasan sebelum pemberian terapi: suara nafas, tanda-tanda distress
pernafasan.
3 Observasi sputum.
4 Kaji usia, BB dan TB, perkembangan serta kemampuan adaptasi klien.
5 Kaji riwayat kesehatan : alergi terhadap pengobatan, efek samping obat.
6 Kaji pengetahuan serta pengalaman klien dan kleuarga.
Medical Consent
1 Sapalah pasien atau keluarganya dengan ramah dan perkenalkan diri anda, serta
tanyakan keadaannya.
2 Berikan informasi umum kepada penderita atau keluarganya tentang
indikasi/tujuan dan cara pemakaian alat.
Persiapan alat
1 Mempersiapkan alat sesuai yang dibutuhkan :
- Main unit
- Air hose (selang)
- Nebulizer kit (masker, mouthpiece, cup)
- Obat-obatan

Main unit Nebulizer cup Air hose (selang)

Masker Mouthpiece Obat bronkodilator


2 Memperhatikan jenis alat nebulizer yang akan digunakan (sumber tegangan,
tombol OFF/ON), memastikan masker ataupun mouthpiece terhubung dengan
baik, persiapan obat)
Persiapan Pasien
1 Meminta penderita untuk kumur terlebih dahulu (sesuai usia)
2 Mempersilakan penderita untuk duduk, setengah duduk atau berbaring
(menggunakan bantal), posisi senyaman mungkin.
 Bayi/anak kecil: dipangku
 Anak besar : duduk
3 Meminta pasien untuk santai dan menjelaskan cara penggunaan masker (yaitu
menempatkan masker secara tepat sesuai bentuk dan mengenakan tali pengikat).
Bila menggunakan mouthpiece maka mouthpiece tersebut dimasukkan ke dalam
mulut dan mulut tetap tertutup
4 Menjelaskan kepada pasien agar pasien menghirup uap yang keluar secara
perlahan-lahan dan dalam hingga obat habis
5 Melatih pasien dalam penggunaan masker atau mouthpiece.
6 Memastikan pasien / keluarga mengerti dan berikan kesempatan untuk bertanya.
Pelaksanaan Terapi Inhalasi
1 Menghubungkan nebulizer dengan sumber tegangan
2 Menghubungkan air nose, nebulizer dan masker/mouthpiece pada main kit
3 Buka tutup cup, masukkan cairan obat ke dalam alat penguap sesuai dosis yang
telah ditentukan.

4 Gunakan mouthpiece atau masker sesuai kondisi pasien


5 Mengaktifkan nebulizer dengan menekan tombol ON pada main kit. Perhatikan
jenis alat, pada nebulizer tertentu, pengeluaran uap harus menekan tombol
pengeluaran obat pada nebulizer kit.
6 Mengingatkan penderita, jika memakai masker atau mouthpiece, uap yang keluar
dihirup perlahan-lahan dan dalam secara berulang hingga obat habis (kurang lebih
10-15 menit)
Menggunakan mouthpiece Menggunakan masker
7 Tekan tombol OFF pada main kit, melepas masker/mouthpiece, nebulizer kit, dan
air hose
8 Menjelaskan kepada penderita bahwa pemakaian nebulizer telah selesai dan
mengevaluasi penderita apakah pengobatan yang dilakukan memberikan
perbaikan/mengurangi keluhan
9 Membersihkan mouthpiece dan nebulizer kit serta obat-obatan yang telah dipakai
EVALUASI
 Kondisi klien setelah pemberian terapi nebulizer.
 Auskultasi suara nafas.
 Klien dan keluarga mampu mendemonstrasikan pemakaian nebulizer dengan tepat.
DOKUMENTASI
 Tanda-tanda distress pernafasan.
 Pemeriksaan fisik : auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah pemberian terapi.
 Respon klien dan keluarga serta kemandiriannya.
 Nama dan paraf perawat
PENGISAPAN LENDIR (SUCTIONING)

A. Definisi
Penghisapan lendir adalah tindakan untuk membersihkan saluran napaas bagian dalam
dengan menggunakan alat penghisap (suction) lendir melalui hidung, mulut maupun
trakea agar saluran napas bebaas dari sumbatan lendir.
B. Indikasi
Menurut Kozier & Erb (2012) indikasi dilakukannya suction ETT pada pasien adalah bila
terjadi gurgling (suara nafas berisik seperti berkumur), cemas, susah/kurang tidur,
snoring (mengorok), penurunan tingkat kesadaran, perubahan warna kulit, penurunan
saturasi oksigen, penurunan pulse ratte (nadi), irama naadi tidak teratur, respiration rate
menurun dan gangguan pa tensi jalan nafas.
Prosedur ini dikontraindikasikan pada klien yang mengalami kelainan yang dapat
menimbulkan spasme laring terutama sebagai akibat penghisapan melalui trakea,
gangguan perdarahan, edema laring, varises esophagus, perdarahan gaster, infark
miokard (Elly, 2000).
C. Tujuan
Tujuan dilakukannya suction yaitu untuk menghilaangkan secret yang menyumbat jalan
nafaas, untuk mempertahankan patensi jalan nafaas, mengambil secret untuk pmeriksaan
laboratorium, untuk mencegah infeksi dari akumulasi cairan secret.
D. Efek Suction
Efek yang dapat terjadi dari suction yaitu hipoksemia, dispnea, kecemasan, aritmia
jantung, trauma trachea, trauma bronkus, hipertensi, hipotensi, perdarahan, peningkatan
intra kranial.
E. Kanul Suction
1. Jenis
Jenis kanul suction yang ada dapat dibedakan menjadi open suction dan close
suction. Open suction merupakan kanul konvensional, dalam penggunaannnya
harus membuka sambungan antara ventilator dengan ETT pada pasien sedangkan
close suction : merupakan kanul dengan system tertutup yang selalu terhubung
dengan sirkuit ventilator dan penggunaannya tidak perlu membuka konektor
sehingga aliran udara yang masuk tidak terinterupsi.

2. Ukuran Suction catheterkit / selang kateter


Keterangan : Ukuran :
Dewasa 12 – 18 Fr
Anak usia sekolah 6-12 tahun 8 – 10 Fr
Anak usia balita 6 – 8 Fr

3. Ukuran Tekanan Suction


Usia Ukuran Tekanan Suction
Dewasa 80-120 mmHg
Anak-anak 80-100 mmHg
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI KETERANGAN

A. KOGNITIF / PENGETAHUAN
1. Pengetahuan tentang prasat yang dilakukan
2. Rasional tindakan
3. Kemampuan komunikasi kepada klien
B. PSIKOMOTOR / TINDAKAN
Persiapan alat:
Suction set siap pakai
Tong spatel
Kasa
Bengkok
Gelas / Cawan berisi air bersih
Mayo tube ( bila perlu )
Kain pengalas / tissue
Sarung tangan
Sampiran
Persiapan perawat dan lingkungan
1. Memberitahu dan menjelaskan tujuan
tindakan.
2. Menyiapkan posisi pasien sesuai
kebutuhan.
3. Menyiapkan lingkungan aman dan
nyaman.
Pelaksanaan prosedur
1. Memasang sampiran
2. Mendekatkan suction set di samping
pasien
3. Memastikan alat berjalan baik
4. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
5. Gunakan sarung tangan
6. Atur posisi anak dengan cara
menempatkan anak diatas pangkuan,
posisi semi Fowler dengan kepala miring
ke salah satu sisi untuk pengisapan oral
dan baringkan ke posisi Fowler dengan
leher ekstensi untuk pengisapan nasal
7. Ukur slang pengisap dengan cara
menempatkan ujung kateter ke daun
telinga sampai ujung hidung dan beri
tanda

8. Sambungkan kateter pengisap dengan


mesin
 Basahi ujung kateter dengan larutan
steril dengan tujuan untuk mengontrol
apakah alat penghisap bekerja dengan
baik dan mencegah trauma pada
mukosa dan pasang pengisap dengan
ujungnya di dalam larutan
9. Lakukan pengisapan :
a. Tempatkan ibu jari dilubang pengisap
 Menjepit pangkal kateter dengan
tangan kiri. Memasukkan ujung
kateter dengan tangan kanan ke dalam
mulut/hidung sampai kerongkongan
selama 3" - 4".
 Jika anak sulit membuka mulut:
 Bayi : Dekap mandibula dan tekan
kedua pipi ke tengah sambil
mendemonstrasikan mulut yang
terbuka.
 Anak : Minta anak untuk
mengatakan "Aaaa....." sambil
perintahkan untuk membuka
mulut.
b. Orofaring : dengan perlahan masukkan
kateter ke satu sisi mulut dan arahkan
ke orofaring, jangan melakukan
pengisapan selama pemasangan
c. Nasofaring : dengan peerlahan
masukkan kateter ke salah satu lubang
hidung, arahkan kateter ke medial
sepanjang dasar rongga hidung dan
jangan lakukan pengisapan selama
pemasangan dan jika lubang satu tidak
paten alihkan ke lubang yang lain
10. Lakukan pengisapan perlahan dengan
merotasi kateter saat ditarik dan satu
periode pengisapan tidak boleh lebih dari
5 detik
11. Bilas kateter dengan larutan saline dengan
meletakkannya dalam larutan dan lakukan
pengisapan
12. Lakukan beberapa kali pengisapan sampai
bersih, pengisapan antara satu dengan
yang kedua atau seterusnya diberi jeda
istirahat 20-30 detik
13. Gendong dan beri anak rasa nyaman

EVALUASI
 Kebersihan jalan nafas anak disertai oksi
genisasi yang adekuat.
 Tidak terjadi trauma pada mukosa jalan
nafas.
DOKUMENTASI
Catat :
 Jumlah, warna, bau, serta konsistensi
secret
 Perubahan kondisi pernafasan anak.
 Respon anak selama prosedur
berlangsung.
 Namadanparaf perawat.
C. AFEKTIF / SIKAP
1. Disiplin
2. Kemandirian
3. Penampilan
NILAI AKHIR
PEMASANGAN INFUS (INTRAVENOUS FLUID DRIP)
Pemasangan infus termasuk salah satu prosedur medis yang paling sering dilakukan
sebagai tindakan terapeutik. Pemasangan infus dilakukan untuk memasukkan bahan-bahan
larutan ke dalam tubuh secara kontinyu atau sesaat untuk mendapatkan efek pengobatan
secara cepat. Bahan yang dimasukkan dapat berupa darah, cairan atau obat-obatan. Istilah
khusus untuk infus darah adalah transfusi darah.
Indikasi infus adalah menggantikan cairan yang hilang akibat perdarahan, dehidrasi
karena panas atau akibat suatu penyakit, kehilangan plasma akibat luka bakar yang luas.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tindakan pemasangan infus adalah:
*** Sterilitas :
Tindakan sterilitas dimaksudkan supaya mikroba tidak menyebabkan infeksi lokal pada
daerah tusukan dan supaya mikroba tidak masuk ke dalam pembuluh darah mengakibatkan
bakteremia dan sepsis. Beberapa hal perlu diperhatikan untuk mempertahankan standard
sterilitas tindakan, yaitu :

1. Tempat tusukan harus disucihamakan dengan pemakaian desinfektan (golongan


iodium, alkohol 70%).
2. Cairan, jarum dan infus set harus steril.
3. Pelaku tindakan harus mencuci tangan sesuai teknik aseptik dan antiseptik yang
benar dan memakai sarung tangan steril yang pas di tangan.
4. Tempat penusukan dan arah tusukan harus benar. Pemilihan tempat juga
mempertimbangkan besarnya vena. Pada orang dewasa biasanya vena yang
dipilih adalah vena superficial di lengan dan tungkai, sedangkan anak-anak dapat
juga dilakukan di daerah frontal kepala.
Proksimal

Vena cephalica Vena Vena Vena cephalica


basilica
basilica
Vena mediana Vena-vena
cubitii metacarpal dorsal

Distal
Gambar 1. Memlilih Lokasi Pemasangan Infus

Fiksasi :
Fiksasi bertujuan agar kanula atau jarum tidak mudah tergeser atau tercabut. Apabila
kanula mudah bergerak maka ujungnya akan menusuk dinding vena bagian dalam
sehingga terjadi hematom atau trombosis.
Pemilihan cairan infus :
Jenis cairan infus yang dipilih disesuaikan dengan tujuan pemberian cairan.
Kecepatan tetesan cairan :

Untuk memasukkan cairan ke dalam tubuh maka tekanan dari luar ditinggikan atau
menempatkan posisi cairan lebih tinggi dari tubuh. Kantung infus dipasang ± 90 cm di atas
permukaan tubuh, agar gaya gravitasi aliran cukup dan tekanan cairan cukup kuat
sehingga cairan masuk ke dalam pembuluh darah.
Kecepatan tetesan cairan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Yang perlu
diperhatikan adalah bahwa volume tetesan tiap set infus satu dengan yang lain tidak selalu
sama dan perlu dibaca petunjuknya.
< Selang infus dipasang dengan benar, lurus, tidak melengkung, tidak terlipat atau terlepas
sambungannya.
< Hindari sumbatan pada bevel jarum/kateter intravena. Hati-hati pada penggunaan kateter
intravena berukuran kecil karena lebih mudah tersumbat.
< Jangan memasang infus dekat persendian, pada vena yang berkelok atau mengalami
spasme.
< Lakukan evaluasi secara periodik terhadap jalur intravena yang sudah terpasang.
Prosedur Pemasangan Infus
Persiapan alat :
1. Cairan yang diperlukan, sesuaikan cairan dengan kebutuhan pasien.
2. Saluran infus (infus set) : infus set dilengkapi dengan saluran infus, penjepit
selang infus untuk mengatur kecepatan tetesan.
Jenis infus set berdasarkan penggunaannya :
a. Macro drip set
b. Micro drip set
c. Tranfusion Set

Gambar 2. Infusse

3. Kateter intravena (IV catheter) :

Gambar 3. Kateter intravena (IV catheter)

Penggunaan ukuran kateter intravena tergantung dari pasien dan tujuan terapi intravena itu
sendiri.
Gambar 4. Ukuran Kateter intravena
4. Desinfektan : kapas alkohol, larutan povidone iodine 10%
5. Kassa steril, plester, kassa pembalut
6. Torniket
7. Gunting
8. Bengkok
9. Tiang infus
10. Perlak kecil
11. Bidai, jika diperlukan (untuk pasien anak)
12. Sarung tangan steril yang tidak mengandung bedak
13. Masker
14. Tempat sampah medis

Persiapan penderita :
1. Perkenalkan diri dan lakukan validasi nama pasien.
2. Beritahukan pada penderita (atau orang tua penderita) mengenai tujuan dan
prosedur tindakan, minta informed consent dari pasien atau keluarganya.
3. Pasien diminta berbaring dengan posisi senyaman mungkin.
4. Mengidentifikasi vena yang akan menjadi lokasi pemasangan infus :
- Pilih lengan yang jarang digunakan oleh pasien (tangan kiri bila pasien tidak kidal,
tangan kanan bila pasien kidal).
- Bebaskan tempat yang akan dipasang infus dari pakaian yang menutupi.
- Lakukan identifikasi vena yang akan ditusuk.

Prosedur tindakan :
1. Alat-alat yang sudah disiapkan dibawa ke dekat penderita di tempat yang mudah
dijangkau oleh dokter/ petugas.
- Dilihat kembali apakah alat, obat dan cairan yang disiapkan sudah sesuai dengan
identitas atau kebutuhan pasien.
- Dilihat kembali keutuhan kemasan dan tanggal kadaluwarsa dari setiap alat, obat
dan cairan yang akan diberikan kepada pasien.

Gambar 5. Alat-alat pemasangan infus disiapkan di tray alat

2. Perlak dipasang di bawah anggota tubuh yang akan dipasang infus.


3. Memasang infus set pada kantung infuse :
- Buka tutup botol cairan infus.
- Tusukkan pipa saluran udara, kemudian masukkan pipa saluran infus.
- Tutup jarum dibuka, cairan dialirkan keluar dengan membuka kran selang
sehingga tidak ada udara pada saluran infus, lalu dijepit dan jarum ditutup
kembali. Tabung tetesan diisi sampai ½ penuh.
- Gantungkan kantung infus beserta salurannya pada tiang infus.
Gambar 6. Menusukkan pipa saluran udara ke dalam botol cairan
infus

Gambar 7. Membuang udara dalam saluran infus

4. Cucilah tangan dengan seksama menggunakan sabun dan air mengalir, keringkan
dengan handuk bersih dan kering.
5. Lengan penderita bagian proksimal dibendung dengan torniket.

Gambar 8. Memasang torniket


6. Kenakan sarung tangan steril, kemudian lakukan desinfeksi daerah tempat suntikan.

Gambar 9. Desinfeksi area tusukan

7. Jarum diinsersikan ke dalam vena dengan bevel jarum menghadap ke atas,

membentuk sudut 30-40o terhadap permukaan kulit.

Gambar 10. Bevel jarum menghadap ke atas

8. Bila jarum berhasil masuk ke dalam lumen vena, akan terlihat darah mengalir keluar.
Gambar 11. Jarum masuk lumen vena, darah terlihat mengalir keluar
()

9. Turunkan kateter sejajar kulit. Tarik jarum tajam dalam kateter vena (stylet) kira-kira
1 cm ke arah luar untuk membebaskan ujung kateter vena dari jarum agar jarum
tidak melukai dinding vena bagian dalam. Dorong kateter vena sejauh 0.5 – 1 cm
untuk menstabilkannya.

Gambar 12. Tangan kanan menarik stylet ke arah luar, sambil tangan kiri
memfiksasi vena

10. Tarik stylet keluar sampai ½ panjang stylet. Lepaskan ujung jari yang memfiksasi
bagian proksimal vena. Dorong seluruh bagian kateter vena yang berwarna putih ke
dalam vena.
Gambar 13. Tarik stylet keluar, kemudian dorong seluruh bagian kateter ke
dalam vena

11. Torniket dilepaskan. Angkat keseluruhan stylet dari dalam kateter vena.
12. Pasang infus set atau blood set yang telah terhubung ujungnya dengan kantung infus
atau kantung darah.

Gambar 14. Hubungkan infus set dengan kateter vena


13. Penjepit selang infus dilonggarkan untuk melihat kelancaran tetesan.

Gambar 15. Penjepit selang infus : (kiri) posisi dikencangkan, (kanan) posisi
dilonggarkan
14. Bila tetesan lancar, pangkal jarum direkatkan pada kulit menggunakan plester.
15. Tetesan diatur sesuai dengan kebutuhan.
16. Jarum dan tempat suntikan ditutup dengan kasa steril dan fiksasi dengan plester.

Gambar 16. Tutup dengan kassa steril, fiksasi dengan plester dan
bidai

17. Pada anak, anggota gerak yang dipasang infus dipasang bidai (spalk) supaya jarum
tidak mudah bergeser.

Gambar 17. Bidai untuk fiksasi pada pemasangan infus anak


18. Buanglah sampah ke dalam tempat sampah medis, jarum dibuang ke dalam sharp
disposal (jarum tidak perlu ditutup kembali).
19. Bereskan alat-alat yang digunakan.
20. Cara melepas infus : bila infus sudah selesai diberikan, plester dilepas, jarum dicabut
dengan menekan lokasi masuknya jarum dengan kapas alkohol, kemudian diplester.

Jarum infus ada 2 macam, yaitu :


1. Jarum dan kateter menjadi satu :
- Jarum infus biasa
- Wing needle

Gambar 18. Wing needle

2. Jarum bisa dilepas, tinggal kateter dalam vena (misal : abbocath)


Untuk tipe jarum yang bisa dilepas, dianjurkan hanya digunakan paling lama 72 jam,
sedangkan bila jarum dan kateter menjadi satu hanya dianjurkan dipakai 48 jam, untuk
selanjutnya diganti.

Cara mengatur kecepatan tetesan :


Supaya masuknya cairan sesuai dengan kebutuhan yang dijadwalkan, pemberian cairan
infus harus dihitung jumlah tetesan per menitnya. Untuk menghitung jumlah milliliter
cairan yang masuk tiap jam dapat dihitung dengan rumus :

mL per jam = tetesan per menit x faktor tetesan

faktor tetesan = 60/w

w = jumlah tetesan yang dikeluarkan oleh infus set untuk mengeluarkan 1 mL


cairan

Misalnya :
Infus set dapat mengeluarkan 1 mL cairan dalam 15 tetesan, berarti faktor
tetesan = 60/15 = 4. Jadi bila infus set tersebut memberikan cairan dengan kecepatan
25 tetes per menit berarti cairan yang masuk sebanyak 25 x 4 = 100 mL per jam.
Untuk berbagai infus set sudah ditentukan besarnya tetesan per mL seperti
tersebut di bawah ini :
Pabrik Dewasa Anak-anak
Abbott Venopak : 13-15 tetes/mL Mikro drip : 60 tetes/mL
Transfusion set : 10 tetes/mL
Baxter Plexitron : 10 tetes/mL Minimeter : 50 tetes/mL
Lutter Saftiset : 20 tetes/mL Saftiset : 60 tetes/mL
Transfusion set : 12 tetes/mL

Bila dalam infus set tidak disebutkan jumlah tetesan per mL berarti faktor tetesannya=4.
Penghitungan jumlah tetesan per menit secara sederhana adalah :

Tetesan/menit (normal) = jumlah cairan yang akan diberikan (mL)


Lamanya infus akan diberikan (jam) x 3

Tetesan/menit (mikro) = jumlah cairan yang akan diberikan (mL)


Lamanya infus akan diberikan (jam)

Cairan infus yang berada di pasaran :


1. Elektrolit :
- Larutan NaCl 0.9%
- Larutan Ringer
- Larutan Ringer Laktat
- Larutan Hartmann
- Larutan Darrow
- Larutan Na Laktat 1/6 molar
- Larutan NaHCO3 7.5% dan 8.4%
- Larutan Dialisis
Gambar 19. Contoh Cairan Elektrolit

2. Karbohidrat (dengan elektrolit) :


- Larutan Glukosa 5%, 10%, 20%, 40%
- Larutan Dextrose 5%, 10%, 20%, 50%
- Larutan Fruktose 5%
- Larutan Maltose 10%
- Larutan Ringer-Dextrose
- Larutan Dextrose 5% dengan NaCl 0.9%, NaCl 0.45% atau NaCl 0.225%
- Larutan Dextrose 10% dengan NaCl 0.9%
Gambar 20. Contoh cairan Karbohidrat (dengan Elektrolit)

3. Larutan Protein :
- Larutan L-Asam Amino 350 kcal
- Larutan L-Asam Amino 600 kcal, 500 kcal dengan Sorbitol
- Larutan L-Asam Amino 1000 kcal

Gambar 21. Contoh Larutan Protein


4. Plasma Expander :
- Dextran 70
- Dextran 40
- Human Albumin 5%, 25%
- Human Plasma

Gambar 21. Contoh Larutan Plasma Expander

Perhitungan kalori beberapa larutan infus :


- Kebutuhan kalori rata-rata 30 kcal/kgBB, anak-anak 1500 kcal/m2 luas permukaan
tubuh
- 500 mL larutan Dextrose 5% = 102.5 kcal
- 500 mL larutan Dextrose 10% = 205 kcal
- 500 mL larutan NaCl 0.9% = tidak mengandung kalori
- 500 mL darah = 74 kcal
- 500 mL Albumin 5% = 110 kcal
- 500 mL plasma = 120 kcal

Kegagalan pemberian infus :


1. Jarum infus tidak masuk vena (ekstravasasi cairan infus).
2. Pipa infus tersumbat (misalnya karena jendalan darah) atau terlipat.
3. Pipa penyalur udara tidak berfungsi.
4. Jarum infus atau vena terjepit karena posisi lengan tempat masuknya jarum dalam
keadaan fleksi.
5. Jarum infus bergeser atau menusuk keluar ke jaringan di luar vena (ekstravasasi
cairan infus dan darah).

Komplikasi yang dapat terjadi :


1. Phlebitis
2. Hematoma
3. Ekstravasasi cairan, ditandai dengan :
- Aliran cairan melambat atau terhenti
- Pembengkakan, area yang mengalami pembengkakan berwarna lebih pucat
daripada area sekitarnya.
- Nyeri, nyeri tekan atau rasa terbakar di sekitar pembengkakan.
- Bila terjadi ekstravasasi cairan, pindahkan infus ke lokasi lain.
4. Infeksi lokal atau sistemik
5. Melukai serabut syaraf
6. Emboli udara : gejalanya adalah nyeri dada dan sakit kepala.

Yang perlu diperhatikan mahasiswa dalam melakukan pemasangan infus:


1. Pemilihan abbocath harus disesuaikan dengan kasus mulai dari pasien anak
sampai dewasa
2. Harus dijaga sterilitas alat – alat yang digunakan (paling sering lupa yaitu
sterilitas pada abbocath dan ujung infus set)
3. Jangan lupa mempersiapkan pemasangan infus set dengan cairan infus
karena banyak yang lupa
4. Tandanya jika abbocath masuk dalam pembuluh darah yaitu ada darah yang
keluar
5. Dan waktu abbocath dihubungkan dengan infus set untuk cairan infus harus
menetes
6. Plester jangan lupa disiapkan saat menyiapkan alat
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PHOTOTHERAPY PADA BAYI

1. Bayi sehat dan cukup bulan


Kadar bilirubin tidak diperiksa secara rutin, kecuali jika ikterus timbul dalam 2 hari
pertama kehidupan. Umumnya bayi sehat dipulangkan dari rumah sakit pada usia 24-48
jam, oleh karena itu orang tua harus diberitahukan mengenai ikterus sebelum dipulangkan.
Follow up rutin dan hanya pemberian makan, jika :
Keadaan klinik baik
Masa gestasi > 37 minggu
Bayi tidak mempunyai kecenderungan terjadi inkompabilitas ABO
Riwayat keluarga : tidak ada yang mengalami anemia hemolotik dan ikterus berat
Ikterus menghilang pada usia > 2 minggu

Tabel 1 : pengelolaan bayi kuning pada bayi baru lahir cukup bulan dan sehat
menurut umur (dalam jam) dan kadar bilirubin

Usia ( jam )
Dipertimbangkan Fototerapi Transfusi ganti Tranfusi ganti
fototerapi * jika fototerapi dan fototerapi
gagal ** intensif
≤ 24 *** *** *** ***
25 - 48 ≥ 12 ≥ 15 ≥ 20 ≥ 25
49 - 72 ≥ 15 ≥ 18 ≥ 25 ≥ 30
> 72 ≥ 17 ≥ 20 ≥ 25 ≥ 30
Keterangan

* terapi sinar pada kadar bilirubin darah ini tergantung keadaan klinis bayi kuning
tsb

** terapi sinar seharusnya dapat menurunkan kadar bilirubin sehingga berada kadar
dibawah untuk melakukan tranfusi ganti, tetapi jika terjadi maka dianggap bahwa
fototerapi gagal, sehingga dipertimbangkan untuk tranfusi ganti

*** bayi baru lahir cukup bulan menunjukan keadaan kuning kurang dari 24 jam
tidak dianggap sehat dan memerlukan pemantauan lebuh lanjut.

Tabel 2 : Pedoman fototerapi bayi kuning cukup bulan yang dengan dan tanpa faktor risiko
berdasarkan Canadian Pediatrics Society

Umur (Jam) Kadar Bilirubin Total Darah (mg/dL)


Tanpa faktor risiko Dengan faktor risiko
24 10 8
48 15 13
≥ 72 > 18 > 16
Tabel 3 : indikasi fototerapi dan tranfusi ganti berdasarkan berat badan

Berat badan ( gram ) Terapi


< 1000 Fototerapi dimulai dalam 24 jam pertama
Transfusi ganti pada kadar bilirubin 10 – 12 mg/dl
1000 - 1500 Fototerapi pada kadar 7 – 9 mg/dl
Tranfusi ganti pada kadar 12 – 15 mg/dl
1500 - 2000 Fototerapi pada kadar 10 – 12 mg/dl
Tranfusi ganti pada kadar 15 – 18 mg/dl
2000 - 2500 Fototerapi pada kadar 13 – 15 mg/dl
Tranfusi ganti pada kadar 18 – 20 mg/dl
>2500 dan bayi dalam keadaan sakit Fototerapi pada kadar 12 – 15 mg/dl
Tranfusi ganti pada kadar 18 – 20 mg/dl

Indikasi profilaksis

 Bayi kecil ( BB < 1500 g ) yang cenderung berlanjut pada bilirubin yang patologis
 Bayi prematur dengan memar hebat
 Bayi dengan proses hemolisis sementara menunggu tranfusi ganti

Kontraindikasi
 Hiperbilirubinemia karena bilirubin direk ( hepatitis )
 Hiperbilirubinemia obstruktiva ( atresia biliaris )

Fototerapi distop jika diduga kadar bilirubin cukup rendah untuk terjadinya kern icterus atau
bila faktor risiko untuk terjadinya kadar bilirubin toksik telah teratasi serta bila bayi telah
cukup umur untuk menanggulanggi bilirubin yang sesuai dengan kadar bilirubin fisiologis
untuk bayi cukup bulan dan bayi kurang bulan.

TRANSFUSI GANTI (EXCHANGE TRANSFUSI)

Tabel 5 : indikasi tranfusi ganti berdasarkan berat badan lahir

Bayi Berat lahir (gram)


< 1250 1250 - 1499 1500 - 1999 2000 - 2499 ≥ 2500
Sehat 13 15 17 18 20
Risiko 10 13 15 17 18
>2500 dan bayi
< 1000 1000 – 1500 1500 – 2000 2000 - 2500 dalam keadaan
sakit

Fototerapi dimulai Fototerapi pada Fototerapi pada Fototerapi pada


Fototerapi pada
dalam 24 jam kadar 10 – 12 kadar 13 – 15 kadar 12 – 15
kadar 7 – 9 mg/dl
pertama mg/dl mg/dl mg/dl

Transfusi ganti
Tranfusi ganti Tranfusi ganti Tranfusi ganti Tranfusi ganti
pada kadar
pada kadar 12 – pada kadar 15 – pada kadar 18 – pada kadar 18 –
bilirubin 10 – 12
15 mg/dl 18 mg/dl 20 mg/dl 20 mg/dl
mg/dl
Ikterus secara klinis

Periksa bilirubin serum

Bilirubin ≥ 12mg/dL Bilirubin < 12mg/dL

Coomb’s test observasi

Periksa antibiotik untuk : Bilirubin direk


Rh
ABO
Kell

>2mg/dL < 2 mg/dL


Kemungkinan :
Hepatitis
TORCH
Sepsis hematokrit
Obstruksi biliaris
Normal atau rendah Tinggi (Polisitemia)

Morfologi eritrosit
Retikulosit

Normal :
Abnormal :
ASI
Ketidakcocokan ABO
Perdarahan interna
Sferositosit
Hipotiroid
Obat (misal : penisilin)
Asfiksia
DIC, dll
Obat (misal: novobiosin), dll

2. Fototherapy Pada Bayi

a. Pengertian
Pemberian terapi sinar pada bayi baru lahir dengan pajanan sinar berintensitas tinggi
dan berspektrum terlihat untuk mengurangi kadar billirubin indireks
b. Tujuan
Mengurangi kadar billirubin
c. Indikasi
Anak dengan kadar billirubin indireks melebihi batas normal (normal 0.60-10.50
mg/dl)
d. Persiapan pasien
a. Pastikan identitas pasien
b. Kaji kondisi anak (adanya hambatan, riwayat perdarahan, fraktur)
c. Jaga privasi pasien
d. Jelaskan maksud dan tujuan pada anak/keluarga
e. Libatkan orang tua/pengasuh
e. Persiapan alat
a. Penutup mata
b. Penutup plastik
c. Lampu fluorense
d. Box bayi
e. Alas box bayi
f. Persiapan perawat
a. Lakukan pengkajian: umur, prematuritas, baca catatan keperawatan dan medis
b. Rumuskan diagnosa terkait
c. Buat perencanaan tindakan (intervensi)
d. Kaji kebutuhan tenaga perawat, minta perawat lain membantu jika perlu
e. Cuci tangan dan siapkan alat
g. Cara kerja
1) Berikan salam, perkenalkan nama dan tanggung jawab perawat
2) Jelaskan prosedur, tujuan dan lamanya tindakan pada keluarga
3) Berikan kesempatan keluarga untuk bertanya
4) Berikan petunjuk alternatif komunikasi jika keluarga merasa tidak nyaman dengan
prosedur yang dilakukan
5) Jaga privasi pasien
6) Cuci tangan dengan air mengalir dan keringkan tangan dengan handuk
7) Siapkan box dengan penutup plastik dibawahnya untuk menghindari cedera apabila
lampu pecah
8) Hangatkan ruangan box dengan menyalakan lampu sehingga suhu dibawah sinar
lampu hingga suhu 28-30C
9) Nyalakan lampu dan pastikan semua lampu fluorense menyala
10) Ganti tabung lampu yang sudah terbakar, pemakaian 2000 jam atau 3 bulan
walaupun lampu masih bekerja
11) Pasang sprei putih/alas kasur pada pelbet, tempat tidur bayi atau incubator dan
letakkan tirai putih disekitarnya untuk memantulkan kembali sinar ke bayi
sebanyak mungkin
12) Letakkan bayi dibawah sinar fototerapi
13) Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi.
14) Jika berat bayi diatas 2 kg, letakkan bayi telanjang
15) Tutupi mata bayi dengan penutup mata
16) Ubah posisi bayi setiap 3 jam
17) Pastikan bayi juga diberi makan/minum
18) Ukur suhu bayi, bila lebih dari 37.5C hentikan sementara
19) Cek kadar billirubin setelah 12 jam
20) Hentikan bila selama 3 hari billirubin tidak terukur
21) Rapikan alat
22) Cuci tangan
h. Evaluasi
a. Evaluasi respon klien
b. Berikan reinforcement positif
c. Lakukan kontak untuk tindakan selanjutnya
d. Akhiri pertemuan dengan cara yang baik
i. Dokumentasi
a. Catat tindakan yang sudah dilakukan, tanggal dan jam pelaksanaan pada catatan
keperawatan
b. Catat respon klien dan hasil pemeriksaan
c. Dokumentasikan evaluasi tindakan: SOAP
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PERAWATAN BAYI HIPERBILIRUBIN YANG TERPASANG FOTO TERAPI

A. PENGERTIAN
Memberikan perawatan kepada bayi yang terpasang foto terapi atau bayi yang
mengalami hiperbilirubin merupakan salah satu asuhan keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan bayi yang terpasang foto terapi.
Fototerapi merupakan alat yang berupa sinar, cahaya Flourescent yang mengandung
ultraviolet dengan spectrum ideal 420 – 450 mu. Mempunyai kemampuan menurunkan
kadar bilirubin dan mengeluarkan dengan oksidasi cahaya sehingga bilirubin pathogen
berubah jadi bilirubin a-pathogen.
B. TUJUAN
2. Mengurangi/menurunkan kadar bilirubin yang pathogen.
3. Mencegah penumpukan bilirubin indirect dalam sel otak (mencegah Kern Ikterus)

C. INDIKASI
Indikasi foto terapi dan transfuse ganti berdasarkan BB

KADAR BILIRUBIN (mg/dl)


BB (gr)
FOTOTERAPI TRANSFUSI GANTI
< 1000 Mulai 24 jam 1 10 – 12
1000 – 1500 7 –9 12 – 15
1500 – 2000 10 – 12 15 – 18
2000 – 2500 13 – 15 18 – 20
> 2500 & bayi
12 – 15 18 – 20
sakit

Indikasi fototerapi dan transfuse ganti berdasarkan bayi cukup bulan dan atau tanpa
resiko Canadian Pediatric Society

KADAR BILIRUBIN (mg/dl)


UMUR (jam)
TANPA RESIKO DENGAN RESIKO
24 10 8
48 15 13
> 72 > 18 > 16
Indikasi fototerapi profilaksis

1. Bayi kecil (BB < 1500 gr) yang cenderung berlanjut pada kadar bilirubin patologis
2. Bayi premature dengan memar berat
3. Bayi dengan proses hemolysis sementara menunggu transfuse ganti

Indikasi bayi dengan penyakit hemolitik

1. Ketidaksesuaian rhesus
2. Inkompatibilitas ABO

KONTRAINDIKASI

1. Hiperbilirubin karena bilirubin direk (hepatitis)


2. Hiperbilirubin obstruksiva (atresia biliaris)

PERSIAPAN
Persiapan Pasien

1. Pastikan klien memerlukan pemenuhan kebutuhan dasar manusia (minum, aktivitas,


tidur, terhindar infeksi, personal hygiene, keseimbangan suhu)
2. Amati seluruh tubuh klien (warna kulit, mata, aktivitas, kotoran atau bau)
3. Atur posisi sesuai prosedur yang akan dilakukan

Persiapan Alat

1. Siapkan pemberian minum ASI/PASI


2. Pemeriksaan fisik
3. Alat tenun dan pakaian bayi
4. Alat memandikan
5. Tempat sampah
6. Penutup mata dan testis (bahan tak tembus cahaya)

Persiapan Lingkungan

1. Amati instalasi yang berhubungan dengan listrik


2. Tidak menempatkan bayi dekat pintu atau jendela yang terbuka
3. Amati lampu foto terapi, lama pemakaian dan keutuhannya
PELAKSANAAN

1. Perawat mencuci tangan, alat-alat didekatkan


2. Keluarga diberitahu, lampu fototerapi dimatikan.
3. Lepaskan pelindung mata, amati kotoran dan warna sclera da bersihkan dengan kapas
mata. Catat bila ada hal-hal yang tidak wajar
4. Pastikan bayi apakah badannya kotor, bau urin atau baung air besar
5. Bersihkan badan bayi dengan mandi lap didalam incubator kemudian keringkan
dengan handuk
6. Mengganti pakaian/alat tenun/popok basah sesudah dimandikan
7. Observasi TTV, amati seluruh tubuh bayi terutama warna kuning.
8. Lanjutkan pemberian tindakan lainnya, bila harus mendapat antibiotic melalui infus,
berikan terapi sesuai program (5 benar). Check kembali TTV. Dokumentasikan
pemberian terapi
9. Berikan pemenuhan kebutuhan cairan melalui minum sesuai jadwal dan kebutuhan
bayi. Bila diperkirakan ada kehilangan cairan karena peningkatan suhu, berikan cairan
extra (10 – 15 ml/kgBB)
10. Posisikan kembali bayi untuk melanjutkan pemberian sinar foto terapi.
11. Pakaian bayi dilepas dalam box/incubator
12. Menutup mata dan testis dengan bahan tidak tembus cahaya.
13. Tidurkan bayi terlentang atau tengkurap
14. Atur jarak bayi 45 – 50 cm dari lampu
15. Atur posisi bayi dalam 3 posisi (mika – miki – tengkurap) setiap 3 – 8 jam
16. Ukur suhu, HR, RR setiap 2 jam
17. Matikan fototerapi bila memberikan minum, penutup mata dibuka, observasi mata
(kotoran), ijinkan ibu kontak dengan bayi.
18. Catat intake dan output
19. Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit (timbang BB 2x sehari) dan efek samping
fototerapi
20. Alat-alat rapihkan dan dibereskan
21. Periksa kadar bilirubin setiap 12-24 jam.

KOMPLIKASI

1. Bronze baby syndrome


2. Diare
3. Dehidrasi
4. Ruam kulit

EFEK SAMPING

1. Ruam dermatitis pada kulit


2. Hiperpigmentasi
3. Diare
4. Dehidrasi

EVALUASI

1. Tanda-tanda hipertermi
2. Tanda-tanda dehidrasi
3. Warna kuning, kebersihan tubuh, pemenuhan cairan dan reaksi klien

DOKUMENTASI HASIL TINDAKAN

1. Waktu dan lamanya pelaksanaan pemberian fototerapi


2. Tanda-tanda hipertermi atau gejala dehidrasi
3. Reaksi pasien

Sumber : Prosedur Tindakan Keperawatan Anak, 2012


DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Sulisna. (2018). Modul Praktika Keperawatan Anak. Jakarta :Asosiasi Institusi
Pendidikan Vokasi Keperawatan Indonesia (AIPViKI).
Setiawati, Santun. (2017). Keterampilan Khusus Praktik Keperawatan Anak.Jakarta :
Salemba Medika.
Soemarno, SY.(2015). Perbedaan Pengaruh MWD, Inhalasi, Postural drainage 1x sehari dan
2x sehari terhadap Penurunan Sesak pada Penderita Asma
Bronchiale.JurnalFisioterapi Indonesia : Vol.5. No.2.
WongDL,MarilynHE, WilsonD, WinkelsteinML, SchwartzP. (2008). Pengaruh
tumbuhkembang pada peningkatan kesehatananak.In:WilsonD, Winkelstein
ML,SchwartzP,eds.Bukuajar keperawatan pediatric,6th ed. Jakarta:EGC.
Nn. (2012). Diari kesehatan. Diambil dari http://diarikesehatan.blogspot.com/2012/12/efek-
obat.html Diakses tanggal 23 Mei 2018
Mochfaizalhamzah. (2013). Prosedur pemberian obat. Diambil dari
http://mochfaizalhamzah.blogspot.com/2013/11/kdk1-prosedur-pemberian-obat-
dalam.html. Diakses tanggal 23 Mei 2018
Pandyeffendy. (2013). Pemberian obat. Diambil dari
http://pandyeffendy.blogspot.com/2013/09/pemberian-obat.html. Diakses tanggal 23
Mei 2018

Hafikoandreasni. (2013). Makalah obat-obatan. Diambil dari


http://hafikoandresni005.blogspot.com/2013/05/makalah-obat-obatan.html. Diakses
tanggal 23 Mei 2018

Nn. (2017). Prinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan im. Diambil dari
http://www.slideshare.net/4nakmans4/prinsip-dan-teknik-pemberian-obat-oral-
sublingual-ic-sc-dan-im. Diakses tanggal 23 Mei 2018

Вам также может понравиться