Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbanyak
di dunia. Hasil proyeksi dari Badan Kependudukan Nasional menunjukkan bahwa jumlah
penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun mendatang terus meningkat yaitu dari
238,5 juta pada tahun 2010 menjadi 305,6 juta pada tahun 2035. Selain itu menurut Badan
Pusat Statistik pada Agustus 2014 menyatakan bahwa 183 juta penduduk Indonesia berada
pada usia produktif. Berdasarkan hal tersebut tentunya Indonesia memiliki jumlah sumber
daya manusia (SDM) yang banyak. Namun SDM tersebut belum didukung dengan
keterampilan yang memadai. Pada era globasi ini penting bagi Indonesia harus
menghasilkan SDM yang mampu bersaing ditingkat ASEAN maupun Internasional. Untuk
meningkatkan dan mengembangkan kualitas dari SDM ini yang harus dilakukan dilakukan
Indonesia yaitu meningkatkan mutu pendidikan.
Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mengembangkan sumber daya manusia
melalui proses pengajaran. Menurut Ceisar (2011) Pendidikan merupakan salah satu faktor
utama untuk menunjukan kualitas suatu bangsa. Untuk mencerminkan kualitas pendidikan
maka mutu dari pendidikan itu harus ditingkatkan. Mutu pendidikan berkaitan dengan
kualitas layanan pendidikan yang dapat dilihat pada proses pendidikan itu sendiri dan
kualitas outputnya yaitu lulusan yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang siap
pakai dan memiliki daya saing.
Menurut Corebima (2016) Pembelajaran dilakukan mengacu pada acuan utama,
yaitu supaya para siswa lulus ujian. Para guru berupaya dengan segala cara agar para siswa
memahami sajian-sajian materi pembelajarannya;dan para siswa juga berupaya dengan
segala cara agar dapat menjawab soal-soal ujian sehingga dinyatakan lulus. Hal ini
mengakibatkan banyaknya lulusan yang memiliki keterampilan terbatas. Salah satu cara
untuk meningkatkan keterampilan lulusan adalah membekali siswa dengan program
kecakapan hidup (life skill).
Life skill merupakan suatu keterampilan untuk berperilaku adaptif dan positif
sehingga memungkinkan individu untuk menangani secara efektif tuntutan dan tantangan
kehidupan sehari-hari. Selain itu life skill dapat membentuk pribadi yang fleksibel dalam
pendekatan dan mampu menyesuaikan diri dari keadaan yang berbeda bahkan dalam
keadaan sulit diharapkan pribadi tersebut dapat menemukan solusi. Secara garis besar
kecakapan hidup (life skill ) terdiri atas kecakapan hidup yang bersifat generik (Generic
1|Page
skill) yaitu kecakapan yang diperlukan oleh siapa saja, apapun profesinya dan berapapun
usianya dan kecakapan hidup yang spesifik (Specific skill) yaitu kecakapan hidup yang
hanya diperlukan oleh orang yang menekuni profesi tertentu.
Penerapan life skill dalam pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan kreativitas,
kemandirian dan berpikir kritis. Selain itu dengan adanya life skill ini diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dari segi kognitif, afektif dan terutaman psikomotor.
Untuk itu diharpakan guru dapat menjadi fasilitator dalam pembelajaran yang merujuk
kepada siswanya yang lebih aktif.
Berdasarkan hal ini penulis akan menjelaskan lebih rinci lagi tentang konsep life
skill serta penerapannya dalam pendidikan yang mampu menghasilkan sumber daya
manusia yang bermutu, memiliki keterampilan dan tanggung jawab dalam dunia kerja
maupun masyararakat. Bukan hanya di kancah nasional bahkan internasional.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
2|Page
BAB II
PEMBAHASAN
Secara garis besar kecakapan hidup (life skill ) terdiri atas kecakapan hidup
yang bersifat generik (Generic skill) dan kecakapan hidup yang spesifik
(Specific skill).
1. Kecakapan Hidup Generik (General life skill, GLS)
Kecakapan hidup generik atau kecakapan yang bersifat umum, adalah
kecakapan untuk menguasai dan memiliki konsep dasar keilmuan.
Kecakapan hidup generik berfungsi sebagai landasan untuk belajar lebih
lanjut dan bersifat transferable, sehingga memungkinkan untuk mempelajari
kecakapan hidup lainnya. Kecakapan hidup generic terbagi atas 3 unsur
seperti personal, social (Susiswi, 2007) dan interpersonal.
5|Page
pekerjaan yang lebih memerlukan pemikiran atau kerja intelektual.
Kecakapan vokasional terkait dengan bidang pekerjaan yang lebih
memerlukan keterampilan motorik (Agustina, 2012).
Kedua tabel diatas menunjukkan kategori life skill dari berbagai pendapat
kemudian pada tabel 2 Tan (2018) merangkum tabel 1. Walaupun ada banyak
keterampilan ditempatkan dalam kategori terpisah, hal ini tidak berarti
bahwa keahlian itu berbeda dan terpisah. Bahkan, mereka saling melengkapi
satu sama lain.
6|Page
Gambar 2. Posisi Pengembangan life skill dalam pengembangan gagasan School
based management, community based education dan broad based education
(Ditjen Dikmenum, 2002 dalam Anwar, 2004)
7|Page
Pengembangan pendidikan di sekolah atau madrasah dengan orientasi life
skill dalam prakteknya menurut Satori (2003) harus melihat dan diarahkan
kepada aspek-aspek berikut:
1. Pemberdayaan dan pemanfaatan potensi lokal seoptimal mungkin
2. Pemberian peluang atau fleksibilitas terhadap sekolah dalam pemilihan dan
pelaksanaan pembelajaran keterampilan tertentu
3. Pemberdayaan unit-unit terkait dalam penyiapan dan pengembangan
kurikulum muatan lokal yang berpijak pada perkembangan zaman dan
teknologi modern.
Bentuk paling efektif dari belajar dalam pendidikan kecakapan hidup adalah
aktif, interaktif, relevan, kritis, kolaboratif dan partisipatif. Selain itu pendidikan
kecakapan hidup juga melibatkan berbagai elemen pembelajaran seperti
pengetahuan dan pemahaman, keterampilan dan bakat, serta nilai dan sikap
(Parry, 2014).
8|Page
a. Model pembelajaran terpadu (integrated learning) dan pembelajaran
kontekstual.
b. Model pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses
c. Model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme
d. Model pembelajaran discovery inquiry
e. Model pembelajaran dengan pendekatan Science Technology Society
and
Environment (STSE)
f. Model pembelajaran kooperatif
Selain model pembelajaran Mujakir (2014) juga menambahkan beberapa
metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan life skill, seperti metode
diskusi, metode demonstrasi dan praktikum, metode observasi dan
eksperimen, metode studi lapangan (field trip), metode pemecahan masalah,
metode tanya jawab, dan metode simulasi.
D. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran life skill
Kelebihan life skill
Pembelajaran kecakapan hidup tidak mengubah acara kehidupan siswa.
Namun, ini membantu siswa untuk mengatasi dengan lebih baik peristiwa-
peristiwa ini dan memperkaya dunia tempat mereka tinggal. Pembelajaran
keterampilan hidup dapat membantu siswa menjadi lebih sadar akan:
1. Apa yang mereka lakukan
2. Bagaimana keadaan mereka
3. Bagaimana mereka memperoleh informasi
4. Bagaimana mereka berpikir, merasa, dan bertingkah laku
Pemahaman yang lebih baik tentang diri mereka sendiri dan orang lain
memungkinkan siswa untuk membuat keputusan yang lebih baik. Pendidik
dapat membantu siswa untuk melihat jauh ke dalam diri mereka, menemukan
penyebab masalah dan mulai mengembangkan perilaku yang lebih positif
(Mansor, 2017).
9|Page
Kesulitan yang ditemui yaitu kecil kemungkinan pencapaian life skill dapat
diperoleh langsung setelah pembelajaran selesai. Pencapaian life skill
merupakan akumulasi dan Nurturant effects (efek pengiring). Akumulasi harus
melalui latihan secara bertahap dan berkelanjutan, tidak sekedar memberikan
pengalaman (Mujakir, 2012).
Pembelajaran life skill memang banyak memberikan dampak positif bagi
siswa agar bias bersaing dimasa depan, namun menurut Agustina (2012) bukan
berarti pembelajaran life skill tidak memiliki kekurangan seperti berikut:
1. tidak semua materi mudah untuk langsung diintegrasikan dengan aspek life
skill
2. tidak semua format tersedia dapat diimplementasikan dengan baik
3. sulit memilah antara kesadaran eksistensi diri dengan kesadaran potensi diri
dari setiap pokok bahasan, serta sulit untuk menentukan jenis-jenis
pekerjaan yang relevan.
4. sulit memilih antara kesadaran eksistensi dari dan kesadaran potensi diri dari
setiap pokok bahasan.
11 | P a g e
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Life skill sudah diperkenalkan dari zaman dahulu terbukti dari tahun 1998, PBB
mrnyatakan pendidikan kecakapan hidup dirancang untuk meningkatkan praktik dan
keterampilan. Teori-teori life skill ini mengarahkan pendidikan untuk membuat siswa
menyadari potensi yang dimiliki selain ilmu pengetahuan. Penerapan life skill dalam dunia
pendidikan bertujuan untuk menghasilkan SDM yang memiliki keterampilan sehingga dapat
bersaing dalam dunia kerja. Dengan adanya pembelajaran life skill dapat meningkatkan
kualitas individu meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik karena dalam
penggunaan life skill sudah mencakup sebagian besar dari ketiga aspek tersebut. Namun
penerapan life skill masih memiliki kelemahan sehingga perlu adanya penelitian lebih lanjut
mengenai penerapan life skill di dunia pendidikan.
B. Saran
Diharapkan kepada seluruh pendidik untuk menerapkan pendekatan life skill agar
membuat siswa menjadi lebih terampil dan menyadari potensi lain yang dimilikinya
sehingga siswa siap masukk ke dunia kerja dan massyarakat.
12 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, P., dan Alanindra, S.. (2012). Problematika Pelaksanaan Pembelajaran Biologi
Berbasis Kecakapan Hidup (Life Skill) di Indonesia. Makalah disampaikan dalam
Seminar Nasional IX Pendidikan Biologi FKIP UNS “Biologi, Sains, Lingkungan,
dan Pembelajarannya dalam Upaya Peningkatan Daya Saing Bangsa”. Pada tanggal
Ceisar, M.. (2011). Pembelajaran Biologi Menggunakan Inkuiri Terbimbing Melalui Media
Animasi dan Modul Ilustratif. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional VIII
Pendidikan Biologi UNS “Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya Menuju
Pembangunan Karakter”. Pada tanggal 16 Juli 2011.
Ditjen PLS (2003). Program Life skill Melalui Pendekatan Broad Based Education (BBE).
Jakarta : Direktorat Tenaga Teknis Depdiknas.
Elisa dan Halim. (2016). Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam
Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Life skill Siswa. Prosiding Seminar
Pendidikan Fisika, 24 Agustus 2016, UIN Aceh.
Harahab, D. P., Raharjo, dan Nur, K. (2012). Pengembangan Lks Berorientasi Kecakapan
Hidup (Life Skill) untuk SMA Kelas XI pada Materi Sistem Peredaran Darah
Manusia. BioEdu. Vol 1 (2).
Kiswoyowati, A. (2011). Pengaruh Motivasi Belajar dan Kegiatan Belajar Siswa terhadap
Kecakapan Hidup Siswa. Edisi Khusus No1. ISSN 1412-565X.
Mansor, A. N.. (2017). The Life skill Module (An active learning module for working with a
risk student and young people).
Mujakir. (2012). Pengembangan life skill dalam pembelajaran sains. Jurnal Ilmiah Didaktika
Vol. 8 (1).
Parry, C., and Maria, N.. (2014). Life skill developing active citizens. Marousi : British
Council.
Satori, D., dan Udin, S.. (2003). Implementasi Program “Life skill ” dan “Broad-Based
Education” Sebagai Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar Dan Menengah.
Jurnal Administrasi Pendidikan. Vol. 1 (1).
Simona, G. (2015). Teacher training for embedding life skill into vocational teaching.
Procedia - Social and Behavioral Sciences. Vol. 180.
13 | P a g e
Singh, M.. (2003). Understanding life skill . UNESCO.
Susiwi. (2007). Kecakapan Hidup (Life skill) handout. Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA
Universitas Pendidikan Indonesia.
14 | P a g e