Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Tinjauan Pustaka
Pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan barang menjadi
siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual, dan dipakai. Menurut Kotler &
Keller (2009: 27), pengemasan adalah kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau bungkus
sebagai sebuah produk.
Budaya kemasan sebenarnya telah dimulai sejak manusia mengenal sistem penyimpanan
bahan makanan. Sistem penyimpanan bahan makanan secara tradisional diawali dengan
memasukkan bahan makanan ke dalam suatu wadah yang ditemuinya. Dalam perkembangannya
di bidang pascapanen, sudah banyak inovasi dalam bentuk maupun bahan pengemas produk
pertanian. Temuan kemasan baru dan berbagai inovasi selalu dikedepankan oleh para produsen
produk-produk pertanian, dan hal ini secara pasti menggeser metode pengemasan tradisional yang
sudah ada sejak lama di Indonesia.
Daun pisang
Daun bambu
Menggulung Daun/kelobot jagung
Daun pisang
Melipat Daun jambu
Daun pisang
Membalut Daun kelapa
2. Kemasan Gelas
Gelas merupakan suatu produk anorganik yang dibuat melalui proses fusi yang dilanjutkan
dengan pendinginan. Bahan yang biasa digunakan adalah silikat, kapur, dan soda. Setelah
melewati titik fusi, campuran tersebut kemudian didinginkan. Gelas bersifat rigid. Namun, sifat
tersebut tidak disebabkan karena proses kristalisasi. Proses kristalisasi tidak terjadi karena atom-
atomnya tersebar secara amorphous acak. Hal ini berbeda dengan kristalisasi yang persebaran
atom-atomnya kompak dan teratur.
Pengisian bahan pangan ke dalam botol dolakukan dalam kondisi panas. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan kondisi vakum pada head spacenya. Setelah filing, masih bisa dilakukan sterilisasi
karena botol kaca meiliki sifat ketahanan yang tinggi terhadap suhu sterilisasi. Wadah gelas dapat
dikenakan sterilisasi dan pasteurisasi in-bottle, baik untuk pengisian produk panas ataupun dingin.
Tidak akan masalah sehubungan kondisi volume headspace dan kejutan panas yang akan dibuat.
Pada prakteknya, hot-fill, produk diisikan pada 85oC dan selanjutnya didinginkan yang akan
membutuhkan headspace minimum 5%.
Kondisi vakum di sini penting karena bahan pangan tersebut memiliki kemungkinan untuk
ditumbuhi yeast. Kondisi vakum diharapkan dapat menghambat pertumbuhan spora yeast yang
tahan terhadap pasteurisasi maupun sterilisasi..
Tutup yang digunakan dalam produk ini bisa berupa logam yang berbentuk crown. Model
penutupannya secara vakum. Kondisi vakum ini sangat diperlukan karena produk kecap
merupakan produk yang nutriously, yang kaya akan protein sehingga mudah dimanfaatkan
mikrobia untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangannya. Vakum dapat diciptakan dengan
menghembuskan uap pada headspace. Model penutupan seperti ini mudah dan cepat sehingga
biaya produksi dapat ditekan.
3. Kemasan Kaleng
Pemilihan bentuk kemasan kaleng tentunya berhubungan dengan biaya, penampilan fisik
dan kompatibilitas dengan isi produk. Sebagai gambaran, harga bahan logamnya saja mencapai
50-70% dari total biaya wadah. Oleh karena itu, pemilihan bentuk ataupun desain kemasannya
harus dapat ditentukan secara pasti sehingga dapat tercapai keseimbangan antara biaya yang
dibutuhkan dengan keamanan yang dapat didapatkan dari kemasan untuk produk yang
bersangkutan.
Penggunaan kemasan kaleng untuk produ bahan pangan sangat penting. Hal ini berkaitan
dengan nilai ekonomis produk tersebut yang relatif tinggi sehingga diperlukan kemasan yang dapat
memproteknya secara bagus. Ada beberapa fungsi dari penggunaan kemasan kaleng pada produk
bahan pangan. Di antaranya adalah
1. Melindungi produk dari kerusakan fisik dan mekanis. Sifat ini terutama didapatkan dari bahan
baja sebagai penyusunnya. Baja yang digunakan merupakan baja rendah karbon(biasanya
diproduksi sebagai plat hitam). Kemudian, dikonversikan menjadi tinplate atau tin-free
steel (TFS) untuk wadah dan manufaktur penutup.Tinplatedibuat dengan coating elektrolic plat
hitam black platedengan lapisan tipis timah. Timah dilapiskan pada kedua sisi plat dengan
ketebalan yang tepat internal untuk produk dikemas dan lingkungan eksternal.
2. Melindungi produk dari kontaminasi udara luar. Kontaminasi ini dapat menyebabkan
kerusakan pada produk. Kondisi seperti ini sangat penting dalam perlindungan produk bahan
pangan karena beberapa alasan. Di antaranya yaitu
o Produk bahan pangan bernutrisi tinggi sehingga mudah ditumbuhi mikrobia perusak. Ketika
kontak dengan udara luar terjadi maka hal pertama yang dapat ditebak adalah terserapnya uap air
sehngga Ka dalam bahan meningkat. Penigkatan Ka ini sangat merugikan karena Ka semula yang
rendah(akibat dari tinginya kadar gula sukrosa yang ada) meningkat dan memudahkan
pertumbuhan mikrobia perusak.
o Produk dituntut memiliki higienitas yang tinggi. Kemasan kaleng mampu memenuhinya karena
(salah satunya) dapat tahan terhadap suhu sterilisasi.
o Bahan pangan yang telah mengalami fortifikasi membutuhkan proteksi ekstra karena adanya
beberapa bahan fortifikan yang sensitif terhadap cahaya, panas, dan O2.
Pengisian
Pengisian (filling) produk bahan pangan ke dalam kemasan kaleng harus dilakukan di
dalam ruang aseptis. Kondisi aseptis dibutuhkan untuk mencegah adanya kontaminasi dari luar.
Di dalam pengisian, penting untuk menyediakan headspace yang cukup karena dapat
mempengaruhi tingkat vacuum akhir (oksigen sisa mempengaruhi korosi internal dan kualitas
produk), dan juga meminimalisasikan tekanan internal pada tutup kaleng selama pengolahan panas
dan pendinginan.
Penutupan kemasan kaleng bahan pangan menggunakan tipe penutupan double
seam. Seam dibentuk dalam dua operasi, dari pembengkokan ujung/bibir kaleng dan pinggiran
badan kaleng.
CONTOH PENGEMASAN
1. Pengemasan dengan bahan daun
Dapus :
Muslim, Khaerul.2017.Teknik Pengemasan Makanan.
https://prabugomong.wordpress.com/2017/03/28/teknik-pengemasan-makanan/
(Diakses pada tanggal 10 Maret 2019)
Ummaya, Fitta.2015.TEKNIK PENGEMASAN DAN LABELING PRODUK
MAKANAN.Yogyakarta : Universitas Yogyakarta.
Anonim.SEJARAH SINGKAT KEMASAN. YOGYAKARTA : Universitas Yogyakarta