Вы находитесь на странице: 1из 8

CRITICAL JURNAL REVIEW

“PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN”

Disusun oleh :

MUHAMMAD ARIFIN HARAHAP


​ ​5171230005

Dosen pengampu ​ ​: ​
Program Studi ​ ​ ​: ​ TEKNIK
ELEKTRO

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MARET 2019

​KATA PENGANTAR ​

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang


telah memberikan rahmat dan karunianya, yang juga
memberikan kesehatan dan nikmat yang luar biasa kepada
saya sehingga dapat mengerjakan dan menyelesaikan tugas
Critical Jurnal Review (CJR) ini dengan tepat pada
waktunya. CJR ini membahas tentang “Kebijakan
Pendidikan Kewarganegaraan Era Reformasi Di
Indonesia”.
Saya sangat menyadari bahwa ada banyak kekurangan

https://www.scribd.com/document_downloads/direct/4033528…ue&user_id=452755453&uahk=dWm9pifn-8jhks6J4j0Ao8s6KtE 28/03/19 08.31


Halaman 1 dari 8
dari CJR ini, baik dari penyajian maupun materi-materi yang
dibahas. Kekurangan ini terjadi karena ketidakpahaman dan
ketelitian saya dalam mengerjakan CJR ini.
Adapun tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas CJR
mata kuliah pendidikan kewarganegaraan (PKN). Saya
berharap makalah ini menjadi referensi bagi pembaca jika
hendak membandingkan suatu jurnal dengan jurnal yang
lain tentang materi yang saya buat. Kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangat saya harapkan supaya
makalah ini akan menjadi lebih baik. Akhir kata, saya
mengucapkan terima kasih kepada pembaca atas
perhatiannya.

Medan, Maret 2019

M. Arifin Harahap

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ​2
DAFTAR ISI ​3
BAB I ​3
PENDAHULUAN ​3
1.1 Rasionalisasi pentingnya CJR ​3
1.2 Tujuan penulisan CJR ​3
1.3 Manfaat CJR ​3
1.4 . Identitas Artikel Atau Jurnal Yang Direview ​4
BAB II ​5
RINGKASAN ISI JURNAL ​5
2.1 Ringkasan Isi Jurnal ​5
BAB III ​7
ANALISIS JURNAL ​7
BAB IV ​9
PENUTUP ​9
DAFTAR PUSTAKA ​10

https://www.scribd.com/document_downloads/direct/4033528…ue&user_id=452755453&uahk=dWm9pifn-8jhks6J4j0Ao8s6KtE 28/03/19 08.31


Halaman 2 dari 8
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Rasionalisasi pentingnya CJR
Sering kali kita bingung memilih referensi jurnal untuk
kita baca dan pahami. Terkadang kita memilih suatu jurnal,
tetapi jurnal tersebut kurang memuaskan dihati kita.
Misalnya dari segi analisis bahasa, materi atau pembahasan
tentang materi yang ingin kita cari seperti pada materi
sistem linear. Oleh karena itu, saya membuat Critical Jurnal
Review ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih
referensi jurnal, terkhusus pada pokok pembahasan tentang
materi pendidikan kewarganegaraan.

1.2 Tujuan penulisan CJR


• Menyelesaikan tugas critical jurnal review (CJR)
pendidikan kewarganegaraan yang ditugaskan oleh
dosen.

• Untuk menambah wawasan saya dalam materi tentang


kewarganegaraan maupun dalam
mengkritik/membandingkan suatu jurnal.

• Meningkatkan pengetahuan dalam memahami penelitian


dalam jurnal khususnya pendidikan kewarganegaraan

• Untuk menguatkan mental seseorang agar dapat menjadi


seorang pemimpin/pendidik yang baik dan bagus
dengan modal materi ini.

1.3 Manfaat CJR


Mengkritisi atau membandingkan satu/lebih jurnal
yang berhubungan dengan pendidikan kewarganegaraan.
Dengan mencari kelebihan dan kekurangan jurnal tersebut.
Agar dapat menjadi pembanding yang akan memperbaiki
atau memperbaiki jurnal jurnal selanjutnya.

1.4 . Identitas Artikel Atau Jurnal Yang Direview


a. Judul Jurnal :​ Kebijakan Pendidikan Kewarganegaraan Era Reformasi
​ ​ ​ Di Indonesia

https://www.scribd.com/document_downloads/direct/4033528…ue&user_id=452755453&uahk=dWm9pifn-8jhks6J4j0Ao8s6KtE 28/03/19 08.31


Halaman 3 dari 8
b. Pengarang ​ ​: Samsuri
c. Penerbit ​ ​: Cakrawala Pendidikan
d. Tahun Terbit ​: 2011
e. Tebal Jurnal ​: 21 halaman
f. ISSN ​ ​: 0216-1370
g. Halaman ​ ​: 261-281
h. Nomor Jurnal ​: 2

BAB II

RINGKASAN ISI JURNAL


2.1 Ringkasan Isi Jurnal
Sejalan dengan tuntutan global terhadap peran penting
pendidikan kewarganegaraan, Indonesia telah mengalami
pergeseran paradigmatik pendidikan kewarganegaraan.
Paradigma baru ini memfokuskan diri pada upaya untuk
membentuk peserta didik sebagai masyarakat kewargaan
(civil society) dengan memberdayakan warga negara melalui
proses pendidikan agar dapat berpartisipasi aktif dalam
sistem pemerrintahan negara yang demokratis
(Muchson,2004:32). Sehubungan dengan paradigma baru
itu, kajian pendidikan kewarganegaraan bertujuan untuk
membentuk para peserta didik agar memiliki kompetensi
sebagai “warga negara yang baik” dalam hal (1) civic
Knowledge (pengetahuan kewarganegaraan); (2) civic skills
(keterampilan kewarganegaraan); dan (3) civic dispositions
(karakter kewarganegaraan) (Muchson, 2004:33).
Kajian pendidikan kewaerganegaraan yang mulai
diperkenalkan menjelang 2004 (KBK) oleh banyak kalangan
dinilai sangat kering dengan muatan nilai moral, khususnya
nilai moral pancasila, namun sarat dengan kajian konsep-
konsep politik dan hukum. Sebelum KBK, mata pelajaran
pendidikan kewarganegaraan dalam PMP ataupun PPKn
didominasi oleh materi nilai-nilai moral pancasila, hal ini
menggambarkan PMP atau PPKn lebih merupakan
pendidikan Budi Pekerti bukan seperti tujuan PKn yang
sebenarnya. Cakupan subtansi kajian dan kompetensi

https://www.scribd.com/document_downloads/direct/4033528…ue&user_id=452755453&uahk=dWm9pifn-8jhks6J4j0Ao8s6KtE 28/03/19 08.31


Halaman 4 dari 8
kewarganegaraan yang diharapkan dari PKn itu sendiri,
yaitu pembentukan warganegara yang baik (good citizen)
dalam warga negara demokratis yang bertanggung jawab
dan berpartisipasi aktif dalam kehidupan sistem politik
negaranya.
UU Sisdiknas 2003 sebagaimana UU sisdiknas 1989
mendudukan posisi PKn sebagai mata kajian pengembangan
kepribadian mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga
pendidikan tinggi, bersama-sama dengan mata pelajaran
agama dan bahasa. Berbeda dengan UU sisdiknas 1989 yang
selain mencantumkan Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, maka dalam UU sisdiknas 2003 tidak ada
lagi nama mata pelajaran pendidikan Pancasila, tetapi hanya
Pendidikan Kewarganegaraan.
Standar isi Pendidikan Kewarganegaraan sebagaimana
tampak dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional RI No. 22 Tahun 2006 memberikan pemaknaan
sebagai berikut. Pertama, orientasi Pendidikan
Kewarganegaraan telah berpijak kepada kajian antardisiplin
yang jelas, yaitu bidang politik, hukum, dan moral
(Pancasila). Kedua, akibat dari pengkajian Pendidikan
Kewarganegaraan yang mengacu kepada standar keilmuan
yang umum berlaku sebagai Pendidikan Kewarganegaraan
di negara-negara demokratis ialah bahwa standar isi kajian
tidak lagi bergantung pada pergantian rezim. Ketiga, akibat
lain dari pengkajian Pendidikan Kewarganegaraan yang
mengacu kepada standar keilmuan ialah makin jelas siapa
saja yang berhak melakukan proses pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah.
Reformasi Pendidikan Kewarganegaran dapat dimaknai
sebagai titik temu kepentingan dua hal. Secara internal,
perubahan politik melalui gerakan reformasi nasional telah
mendorong pembaharuan Pendidikan Kewarganegaraan
sebagai bagian dari gerakan reformasi pendidikan nasional
secara keseluruhan. Pilihan reformasi Pendidikan
Kewarganegaraan tidak semata-mata merubah paradigma
kajian yang menekankan kepada penguasaan subject matters
yang dominan aspek afektif, tetapi bergeser (berganti)
kepada paradigma kajian yang menekankan kepada
penguasaan kompetensi kewarganegaraan bagi para siswa
meliputi aspek pengetahuan (materi kajian), aspek
keterampilan/kecakapan dan aspek perilaku.

https://www.scribd.com/document_downloads/direct/4033528…ue&user_id=452755453&uahk=dWm9pifn-8jhks6J4j0Ao8s6KtE 28/03/19 08.31


Halaman 5 dari 8
Secara eksternal, wacana penguatan masyarakat
kewargaan pasca-Perang Dingin di sejumlah negara bekas
komunis di Eropa Timur ataupun rezim otoriter di Afrika
Selatan telah mendorong perkembangan Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai cara membentuk warga negara
demokratis.

BAB III

ANALISIS JURNAL

Pembahasan dalam jurnal yang di tulis Samsuri tentang


Kebijakan Pendidikan Kewarganegaraan Era Reformasi di
Indonesia memaparkan sejarah bagaimana kebijakan terkait
dengan kedudukan PKn sebagai mata pelajaran yang dapat
memberikan pendidikan karakter di Indonesia untuk
mewujudkan the good citizenship (warga negara yang baik).
Kritik yang dominan terhadap Mata Pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan ialah sedikitnya kajian
Pancasila yang dilakukan secara eksplisit di kelas. Setelah
pencabutan Ketetapan MPR tentang P4, kajian Pancasila
dalam pendidikan kewarganegaraan di Indonesia telah
menimbulkan persoalan. Kajian Pancasila yang kering sejak
awal tampaknya sudah disadari, meski sudah ada dalam SI
Pendidikan Kewarganegaraan itu sendiri. Kritik yang
acapkali muncul terhadap SI Pendidikan Kewarganegaraan
antara lain bagian kajian Pancasila secara eksplisit. Dari
delapan ruang lingkup kajian PKn, materi Pancasila
merupakan salah topik yang dibahas tersendiri mulai sejak
Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas.
Upaya menghilangkan kajian Pancasila dalam Standart
Isi Pendidikan Kewarganegaraan merupakan sesuatu yang
mustahil, hal yang absurd. Persoalannya bukan kepada
seberapa eksplisit Pancasila ditonjol-tonjolkan sebagai
materi Pendidikan Kewarganegaraan. Namun, sebarapa
fungsional Pancasila sebagai great ought kehidupan
berbangsa dan bernegara menjadi ruh dan jiwa pendidikan
kewarganegaraan itu sendiri di Indonesia, untuk
membedakannya dengan model sebelumnya di masa Orde
Baru. Dengan demikian, Pancasila sebagai dasar negara

https://www.scribd.com/document_downloads/direct/4033528…ue&user_id=452755453&uahk=dWm9pifn-8jhks6J4j0Ao8s6KtE 28/03/19 08.31


Halaman 6 dari 8
betul-betul bermakna. Dari sinilah, pengembangan SI
Pendidikan Kewarganegaraan menjadikan Pancasila sebagai
pancaran nilai yang aktual dan fungsional, tidak semata-
mata menjadi rumusan normatif, dalam berbagai topik,
meskipun ada satu topik khusus tentang Pancasila itu
sendiri.
Disini penulis sepakat bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan bukan hanya sebagai pendidikan budi
pekerti saja tetapi juga melainkan pendidikan politik dan
hukum. Dalam tulisan tersebut beliau berargumentasi bahwa
UU Sisdiknas 2003 sudah benar dan tepat tidak
mencantumkan Pancasila di belakang kata pendidikan yang
mana dapat menurunkan posisi Pancasila sebagai dasar
negara, yang tidak boleh di reduksi sebagai pelabelan-
pelabelan, apabila kita cermati dari argumen tersebut
memang jika kita berbicara masalah PKn tentu tidak lepas
dari dasar sistem politik (di Indonesia “Pancasila”), PKn
yang ada di Indonesia sudah pasti yang menjadi pijakan
dasarnya adalah Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.
Terkait dengan kebijakan kurikulum pendidikan
kewarganegaraan, kurikulum sekolah tidaklah netral karena
merupakan hasil interaksi antara pemerintah, masyarakat
dan pendidik professional yang saling memperebutkan
pengaruh kepentingan. Pernyataan ini menjadi relevan
ketika menyimak perjalanan pendidikan kewarganegaraan
yang dikembangkan sesuai dengan kepentingan terutama
pemerintah, di sejumlah negara. Kepentingan pemerintah
dalam kebijakan pendidikan, khususnya pendidikan
kewarganegaraan, menjadikan bobot dan penempatannya
dalam kurikulum sekolah menjadi berbeda-beda di setiap
negara.
Dengan demikian perlu adanya penegasan tujuan PKN
yang selalu disesuaikan dengan tuntutan dan perkembangan
zaman, maksudnya bukan hanya membangun warga negara
yang baik (good citizen) semata melainkan juga membentuk
warga negara yang cerdas (smart citizen) dalam menghadapi
permasalahan lingkungan kehidupannya. Warga negara bisa
dikatakan baik dan cerdas apabila ia memiliki civic
knowledge (pengetahuan/penalaran kewarganegaraan), civic
skills (keterampilan kewarganegaraan), civic dispositions
(sikap/watak kewarganegaraan), civic confidence (keyakinan
diri kewarganegaraan), civic commitment (komitmen

https://www.scribd.com/document_downloads/direct/4033528…ue&user_id=452755453&uahk=dWm9pifn-8jhks6J4j0Ao8s6KtE 28/03/19 08.31


Halaman 7 dari 8
kewarganegaraan), dan civic competence (kemampuan
kewarganegaraan).

BAB IV

PENUTUP

Pembaharuan Pendidikan Kewarganegaraan telah


bergeser kepada paradigma pembentukan warga negara
demokratis sebagaimana idealitas universal dari misi
pendidikan kewarganegaraan. Sebagaimana telah diketahui,
bahwa paradigma kewarganegaraan di Indonesia selama
lebih dari tiga dekade era orde baru lebih banyak
menitikberatkan kepada pembentukan karakter kepatuhan
warga negara (siswa) terhadap tafsir resmi rezim politik.
Artikel ini mengkaji politik kebijakan Pendidikan
Kewarganegaraan era reformasi di Indonesia. Sebagaimana
pendapat Cogan (1998:5) tentang pertautan antara
Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia sebelum dan
selama Orde baru mencerminkan kepentingan kekuasaan
yang cenderung menjadi indoktrinasi dan pembentukan
ideologi hegemoni dari pada aspek pendidikan itu sendiri.
Artikel ini juga mengkaji kebijakan standar isi Pendidikan
Kewarganegaraan berdasar pada Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional RI No.22 Tahun 2006 tentang standar
isi untuk satuan pendidikan Dasar dan Menengah.

DAFTAR PUSTAKA
https://journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/view/4233/pdf

CJR Pend. Kewarganegaraan | 7

https://www.scribd.com/document_downloads/direct/4033528…ue&user_id=452755453&uahk=dWm9pifn-8jhks6J4j0Ao8s6KtE 28/03/19 08.31


Halaman 8 dari 8

Вам также может понравиться