Вы находитесь на странице: 1из 8

Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 6 No.

2 November 2015: 179-186______________________ISSN 2087-4871

PRODUKSI BIOGAS DARI MAKROALGA MERAH (Gracilaria verrucossa)


PADA SISTEM BATCH

BIOGAS PRODUCTION FROM RED MACTOALGAE (Gracilaria verrucosa)


IN BATCH SYSTEM

Dea Fauzia Lestari1,3, Mujizat Kawaroe1,4, Salundik2


1
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan
2
Departemen Ilmu Produksi Ternak
3
Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH)-LPPM
Institut Pertanian Bogor
4
Surfactant and Bioenergy Research Center (SBRC)-LPPM
Institut Pertanian Bogor

ABSTRACT

Marine macroalgae become one of biomass resource to be converted into energy using anaerobic degradation. This
process requires bacteria agent contained in cattle rumen or manure. Availability of residual Gracilaria verrucosa (rejected)
on fishpond macroalgae cultivation support for biogas energy development. The aims of this research were analyzing
biogas production from red macroalgae Gracilaria verrucosa and applying the gas to biogas lamp and stove. The method
in this research was batch system, used 1500 L capacity digester with 1200 L working volume. Methane production
average volume was 72 L/day during 31 days of observation. The trials were carried out to operate lamp and stove,
biogas lamp require 1.80 L/min and biogas stoves require 6.00 L/min gas from digester. This research may be applied
and developed when supported by availability of macroalgae biomass as the prime substrate.

Keywords: anaerobic digestion, batch systems, biogas, macroalga, methane

ABSTRAK

Makroalga dari laut menjadi salah satu pilihan sumber biomassa yang dapat dikonversi menjadi energi melalui proses
degradasi anaerobik. Proses ini membutuhkan bantuan bakteri yang sangat melimpah pada rumen ataupun feses
sapi. Ketersediaan bahan baku Gracilaria verrucosa sisa (rejected) pada budidaya makroalga di tambak menunjang bagi
pengembangan energi biogas. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis produksi biogas dari Gracilaria verrucosa
serta uji coba potensinya pada lampu dan kompor biogas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem
batch pada digester sebesar 1500 L dengan volume kerja digester sebesar 1200 L. Volume rata-rata gas metana yang
dihasilkan selama pengamatan adalah 72 L/hari. Uji coba biogas makroalga dilakukan terhadap pemakaian lampu
biogas memerlukan 1.80 L/menit dan kompor biogas memerlukan 6.00 L/menit gas dari digester. Potensi dari biogas
ini dapat diaplikasikan dan dikembangkan jika ditunjang dengan keberadaan sumber biomassa makroalga sebagai
substrat utama.

Kata kunci: anaerobic, biogas, makroalga, metana, sistem batch

PENDAHULUAN Hasil produksi makroalga per satuan


luas secara signifikan lebih tinggi daripada
Produksi makroalga dalam skala biomassa terestrial karena memiliki tingkat
besar untuk pembuatan biofuel telah fiksasi karbon dioksida yang lebih tinggi
dilakukan pada akhir tahun 1960-an dibandingkan dengan biomassa terestrial
(Hughes et al. 2012). Makroalga memiliki dan berpotensi untuk merestorasi karbon
banyak keuntungan dalam aplikasi energi yang lebih besar. Kandungan hemiselulosa
terbarukan karena memiliki efisiensi dan lignin makroalga lebih rendah daripada
konversi cahaya matahari yang relatif tinggi kandungan yang dimiliki sebagian besar
sehingga dengan cepat dapat menyintesis tanaman darat (John et al. 2011) sehingga
biomassa melalui asimilasi karbon dioksida lebih mudah untuk dipolimerisasi daripada
dan nutrisi anorganik (Aresta et al. 2005, biomassa yang mengandung lignoselulosa
Subadhra & Edward 2011). tinggi (Wargacki et al. 2012).

Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan, IPB__________________________ E-mail: jurnalfpik.ipb@gmail.com


Salah satu metode yang digunakan Desa Tanara dilakukan wawancara.
untuk mengonversi makroalga menjadi
energi adalah degradasi anaerobik dengan Pemasangan alat
sistem batch. Sistem batch merupakan
fermentasi dengan cara memasukkan media Alat yang disiapkan berupa bak
dan inokulum secara bersamaan ke dalam penampungan dan tangki digester (fix dome
biodigester. Pada saat ini proses reaksi digester) yang terbuat dari bahan fiber
penguraian berlangsung kemudian terjadi kemudian disambungkan pada instalasi
perubahan kondisi substrat yang padat kompor dan lampu pijar. Bak pertama
menjadi biogas. Selain itu, kondisi fisik berfungsi sebagai penampungan bahan
substrat menjadi lebih cair akibat adanya organik yaitu substrat, sebelum masuk ke
aktivitas mikroba. Mikroba yang berasal dalam tangki digester (input). Bak kedua
dari rumen seperti bakteri, protozoa, fungi, berfungsi sebagai bak penampung akhir
dan bakteriofag bertindak sebagai pengurai sisa degradasi anaerobik (output). Kapasitas
bahan organik penghasil gas (Beauchemin dari tangki digester adalah 1.50 ton
et al. 2008). Kotoran sapi diketahui memiliki setara dengan 1500 L. Untuk mengurangi
tingkat biode-gradabilitas anaerobik yang baik kandungan gas hidrogen sulfida pada biogas
karena mengandung bakteri pendegradasi yang dihasilkan dilakukan pemasangan
sehingga dapat digunakan sebagai inokulum scrubber agar menyaring gas tersebut.
(Sunarso et al. 2010). Bakteri memerlukan Flow meter dipasang untuk mengetahui
aklimatisasi agar dapat beradaptasi pada volume biogas yang dihasilkan sebelum gas
substrat yang berbeda. melewati filter.
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menganalisis produksi biogas yang Persiapan dan aklimatisasi substrat
dihasilkan dari proses degradasi anaerobik
makroalga merah Gracilaria verrucosa Tahap pertama adalah pencucian
dengan bantuan bakteri dari kotoran sapi. substrat Gracilaria verucosa (rejected) yang
Selain itu, melihat potensi biogas yang diambil dari tambak sampai bersih dari
dihasilkan pada uji coba alat berupa lampu kotoran dan pasir. Setelah itu makroalga
dan kompor biogas. dikeringkan untuk mengurangi kadar garam
dalam biomassanya (Bruhn et al. 2010).
METODE PENELITIAN Makroalga disiapkan untuk dicampur
dengan kotoran sapi namun sebelumnya
Penelitian ini dilaksanakan pada direndam terlebih dahulu dalam air selama 2
Oktober 2014-Maret 2015 di tambak jam untuk mengembalikan bentuk awalnya.
budidaya Desa Tanara, Serang, Banten dan Tahap kedua adalah pembuatan inokulum
Laboratorium Surfactant and Bioenergy yang berasal dari campuran kotoran sapi,
Research Centre (SBRC) Lembaga Penelitian makroalga, dan air. Air digunakan sebanyak
dan Pengabdian Masyarakat, Institut 800 L dan kotoran sapi yang baru diambil
Pertanian Bogor. Studi lokasi dilakukan dari kandang sebanyak 100 L. Sumber air
untuk mengetahui keadaan lapang dan campuran substrat berasal dari sunagn
kesesuaian tempat yang membutuhkan di sekitar tambak makrolaga. Kondisi
aplikasi biogas. Selain itu, studi ini bertujuan salinitasnya dipengaruhi oleh musim dan
untuk memastikan ketersediaan bahan pencampuran dengan air laut karena
baku (makroalga) dan kualitas lingkungan. letaknya yang sangat berdekatan dengan
Data mengenai produksi kering (dry laut. Ulangan pertama (R1) dilakukan saat
product) dan basah (wet product) diperoleh intensitas curah hujan rendah di mana
dari data jurnal panen bulanan salah satu tingkat penguapan, salinitas, dan pH pun
gudang pengumpul Gracilaria verrucosa menjadi tinggi sedangkan ulangan kedua
yang ada di Desa Tanara. Wet product (R2) dilakukan selama intensitas curah
merupakan biomassa makroalga sebelum hujan tinggi, banyak masukan air tawar
dilakukan pengeringan saat pemanenan, masuk melalui mulut sungai sehingga
sedangkan dry product merupakan salinitas dan pH lebih rendah.
biomassa setelah dilakukan pengeringan Kotoran sapi diaklimatisasi dengan
dengan sinar matahari sampai kadar airnya penambahan substrat makroalga yang
berkurang 40-50%. Data sekunder yang bertujuan untuk membuat bakteri
diperoleh terdiri dari 17 bulan masa panen pendegradasi dapat beradaptasi dengan
yaitu Januari 2014-Mei 2015. Informasi substrat yang baru hingga inokulum siap
tambahan mengenai potensi makroalga di untuk digunakan. Substrat makroalga

180 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 6 No. 2 November2015: 179-186
ISSN 2087-4871

memiliki perbedaan karakter dan kondisi produksi biomassa makroalga paling tinggi
dibandingkan dengan rumput yang menjadi yaitu pada bulan September 2014 sebesar
makanan sapi. Substrat sebanyak 2% (24 L) 64.50 ton (basah) dan 37.50 ton (kering),
ditambahkan setiap 4 hari ke dalam digester sedangkan produksi paling rendah yaitu
sampai dengan pH stabil atau keluar gas pada bulan Desember 2014 sebesar 5.80 ton
dari dalam digester. (basah) dan 3.72 (kering). Bulan November
2014 sampai dengan Februari 2015 intensitas
Degradasi anaerobik hujan di daerah Serang sering terjadi dan
berpengaruh pada produksi makroalga.
Setelah proses aklimatisasi selesai, Jumlah produksi relatif berkurang seiring
makroalga (300 L) dimasukkan sekaligus dengan penurunan kuantitas pemanenan
ke dalam digester. Observasi dilakukan dan proses pengeringan yang kurang efektif
sebanyak dua kali pengulangan dengan karena intensitas cahaya matahari yang
komposisi dan perlakuan yang sama lebih rendah. Hal ini terjadi pula pada
(R1 dan R2). Waktu pengamatan setelah Januari dan Februari 2014. Berbeda halnya
aklimatisasi dilakukan selama 31 untuk pada Juni dan Juli 2014, jumlah produksi
masing-masing ulangan. Temperatur dan menurun disebabkan oleh terhambatnya
pH tidak dikontrol tetapi disesuaikan dengan pertumbuhan makroalga akibat kualitas
keadaan lingkungan aslinya. Produksi gas air tambak yang buruk. Petani melakukan
harian dan kumulatif diukur menggunakan perlakuan khusus pada pada air tambak
flow meter yang diukur setiap hari. yakni dengan menyaring dan melewatkan air
Sistem batch digunakan dalam terlebih dahulu pada petak yang disediakan
proses pemasukan substrat yaitu dengan agar air bisa digunakan untuk budidaya.
menginput seluruh substrat di awal. Sistem Proses sortir telah dilakukan
ini merupakan sistem tertutup dan tidak untuk membedakan kualitas hasil panen
perlu ditambahkan pupuk N, P, dan K dilihat dari warna dan ukuran thalus.
untuk menambah kesuburan. Kelebihan Makroalga tersebut biasanya dibiarkan
dari sistem ini adalah risiko yang kecil membusuk karena harganya yang rendah.
dari kontaminasi luar karena pemasukan Hal ini memunculkan peluang adanya
substrat yang tidak dilakukan setiap hari. pemanfaatan barang sisa tersebut agar
Namun beberapa kekurangan yang ada lebih termanfaatkan. Salah satunya adalah
yaitu produksi gas yang menurun seiring untuk pembuatan energi yang berbahan
berjalannya waktu karena ketersediaan baku biomassa yaitu biogas. Jumlah
substrat dan kemampuan bakteri dalam rejected makroalga ini belum diketahui
menguraikan substrat karena kejenuhan secara terperinci karena belum ada data
yang terjadi dalam digester. yang mencatat totalnya. Namun dengan
adanya penelitian mengenai potensi biogas
Uji coba biogas ini diharapkan ada aktivitas pengumpulan
sisa biomassa sekaligus pencatatan agar
Uji coba gas dilakukan dengan diketahui potensi dari bahan biomassa
melewatkan biogas pada instalasi selang makroalga yang tersedia sebagai bahan
yang diatur menggunakan kran. Selang baku pembuatan energi biogas.
gas disambungkan pada kompor dan Kemungkinan ketersediaan bahan
lampu khusus biogas. Konversi dilihat dari baku rejected paling banyak terdapat pada
jumlah total biogas yang diperlukan untuk musim penghujan dimana makroalga
menyalakan kompor dan lampu biogas yang dipanen mengalami bleaching atau
selama 1 menit penggunaan. pemutihan serta proses pengeringan yang
kurang sempurna. Selain itu, potongan kecil
HASIL DAN PEMBAHASAN (remah-remah) makroalga di gudang bisa
mencapai 50 kg jika dikumpulkan dalam 1
Potensi makroalga bulan.

Gambar 2 menunjukkan produksi Nilai pH aklimatisasi dan produksi


bulanan makroalga Gracilaria verrucosa di
Desa Tanara, Serang pada lahan tambak Substrat memerlukan pra-treatment
sekitar 120 Ha yang dipanen secara selang untuk meningkatkan produksi metana
-seling. Setelah pemanenan makroalga dalam proses degradasi anaerobik. Pra-
dikeringkan dan mencapai bobot rata-rata reatment bertujuan untuk memecah
sebesar 56.64% dari biomassa awalnya. Nilai struktur organik kompleks menjadi molekul

Produksi Biogas dari Makroalga Merah..................................................................................................(LESTARI et al.) 181


sederhana yang agar mudah terdegradasi (Leggett et al. 2005).
oleh mikroba. Proses degradasi anaerobik
sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Produksi biogas
Faktor pengendali utama meliputi suhu, pH,
dan senyawa beracun (de Mez et al. 2003). Gambar 5 menunjukkan produksi
Keasaman merupakan parameter biogas harian dari substrat makroalga
penting yang memengaruhi pertumbuhan dalam digester. Setelah aklimatisasi, bakteri
mikroba selama fermentasi. Kondisi pH pada beradaptasi dengan substrat yang baru
digester harus dijaga dalam kisaran yang sehingga menghasilkan biogas. Percobaan
diinginkan dari 6.80-7.20 atau pH netral 1 (R1) menghasilkan produksi gas tertinggi
dengan masukan substrat yang optimum adalah 135 L/hari di hari ke-14 dan produksi
(Yadvika et al. 2004). Dalam penelitian ini gas terendah adalah 24 L/hari di hari ke-29.
nilai pH lebih dari 7 karena bahan substrat Percobaan 2 (R2) menghasilkan produksi
merupakan campuran kotoran sapi dan gas tertinggi sebanyak 138 L/hari di hari
makroalga sisa (rejected) dari tambak yang ke-13 dan produksi gas terendah sebanyak
memiliki salinitas, sehingga pH air lebih dari 15 L/hari di hari ke-30. Rata-rata produksi
7. Selain itu, air peralut berasal dari muara harian biogas adalah 72 L/hari. Gambar 5
sungai dipengaruhi oleh pasang surut. menunjukkan produksi harian biogas.
Gambar 3 menunjukkan nilai pH selama Aktivitas degradasi paling tinggi
proses aklimatisasi. terjadi pada 10-19 hari pertama, berbeda
Selama proses aklimatisasi rentang pH dengan kulit nanas dan singkong,
rata-rata berkisar antara 7.40-8.30. Nilai ini keduanya menghasilkan gas tertinggi pada
berfluktuasi karena dilakukan penambahan 5-10 hari pertama disebabkan penyusun
makroalga setiap 4 hari sebanyak 2% dari biomassanya terdiri dari gula dan pati yang
kapasitas digester (1200 L). Kecenderungan lebih mudah terdegradasi (Paepatung et al.
nilai pH naik setelah penambahan substrat 2009). Makroalga memiliki polosakarida
makroalga. Proses loading makroalga (2%) berupa selulosa yang hanya bisa dicerna
berhenti ketika digester menghasilkan gas oleh enzim selulase. Salah satu faktor yang
dan atau nilai pH stabil. dapat menghambat produktivitas degradasi
Produksi biogas dan efisiensi anaerobik adalah logam berat, makroalga
degradasi susbstrat lebih tinggi pada nilai laut mengandung logam berat lebih tinggi
pH 7 dibandingkan dengan nilai pH lainnya dari makroalgae air tawar (Machado et al.
(Ghaly et al. 2000, Mahajoeno et al. 2008, 2014). Produksi kumulatif dari biogas R2
Sivakumar et al. 2012, Budiyono et al. 2013, lebih tinggi dari R1. Total produksi biogas
Astuti et al. 2013). Selain itu, penurunan pada R2 adalah 2.43 L dan R1 adalah 2.17 L
nilai COD juga sangat efisien pada nilai pH selama 31 hari pengamatan. Total produksi
yang netral. Gambar 4 menunjukkan nilai gas dalam degradasi anaerobik tergantung
pH selama produksi biogas. pada substrat dan proses dalam digester
Gambar 4 menunjukkan pH rata- seperti pH dan suhu.
rata selama 31 hari pengamatan dari dua
kali pengulangan (R1 dan R2). Salinitas Potensi biogas
ditentukan oleh kegiatan pertukaran
kation (K+, Na+, Mg2+, dan Ca2+) yang Produksi biogas diujicobakan untuk
terjadi pada air. R1 nilai pH berkisar 7.70- pemanfaatan lampu dan kompor biogas
8.40, sedangkan pada R2 berkisar antara agar bisa mengetahui jumlah gas yang
7.20-8.20. Beberapa studi yang dilakukan digunakan dalam aplikasi alat rumah
penelitian biogas menggunakan makroalga tangga. Pemanfaatan secara berkelanjutan
juga menjelaskan bahwa nilai pH selama bisa diaplikasikan dalam kehidupan
proses degradasi anaerobik adalah lebih sehari-hari, namun perlu dilakukan
dari 7 (Briand & Morand 1997, Nkemka et al. upaya optimalisasi salah satunya dengan
2014). Fluktuasi nilai pH adalah implikasi menambahkan kepekatan dan jumlah
dari proses kimia selama proses degradasi biomassa dari substrat makroalga yang
anaerobik. Nilai pH relatif menurun pada digunakan agar jumlah gas yang diproduksi
akhir pengamatan disebabkan oleh bakteri meningkat sesuai dengan kebutuhan. Nyala
asidogenesis yang memproduksi asam api biogas warnanya biru seperti gas elpiji
asetat, hidrogen, karbon dioksida, dan jika kandungan metannya tinggi. Namun
Volatile Fatty Acid (VFA) yang tidak semua lama-kelamaan warnanya akan menjadi
diubah menjadi biogas tetapi beberapa kemerahan seiring berkurangnya kandungan
menjadi bagian atau komponen penghambat metan dan tingginya karbon dioksida.

182 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 6 No. 2 November2015: 179-186
ISSN 2087-4871

Pemakaian biogas untuk menyalakan yang rendah sehingga perlu pemampatan


kompor lebih banyak dibandingkan dengan agar dapat disimpan pada wadah yang lebih
lampu. Gas dapat diaplikasikan langsung kecil volumenya seperti tabung. Berikut ini
melalui pipa yang terhubung pada alat adalah tabel yang menunjukkan waktu dan
kompor, lampu, ataupun ditampung pada jumlah biogas yang diperlukan.
wadah khusus biogas seperti kantong
plastik tebal ataupun tabung. Karakteristik
biogas ini salah satunya memiliki tekanan

Gambar 1. Instalasi digester

Gambar 2. Produksi makroalga bulanan di tambak Desa Tanara, Serang

Produksi Biogas dari Makroalga Merah..................................................................................................(LESTARI et al.) 183


Gambar 3. Nilai pH saat aklimatisasi

Gambar 4. Nilai pH saat produksi biogas

Gambar 5. Produksi harian biogas

184 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 6 No. 2 November2015: 179-186
ISSN 2087-4871

Gambar 6. Produksi kumulatif biogas

Tabel 1. Uji coba konversi gas menjadi energi


Alat uji Waktu (menit) Volume biogas (L)
Lampu 1 1.80
Kompor 1 6.00

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

Makroalga bisa digunakan sebagai Aresta M, Dibendetto A, Berberio G. 2005.


bahan baku pembuatan energi biogas dengan Utilization of macroalgae for enhanced
bantuan bakteri yang berasal dari kotoran CO fixation and biofuels production:
atau rumen sapi melalui proses degradasi development of a computing software
anaerobik. Kondisi lingkungan sangat for LCA study. Fuel Process Tech.
berpengaruh terhadap proses degradasi 86:1679-1693.
tersebut diantaranya substrat dan parameter Astuti N, Soeprobowati TR, Budiyono. 2013.
fisik seperti salinitas dan pH. Aklimatisasi Observation of temperature and pH
diutuhkan untuk mengadaptasikan bakteri during biogas production from water
terhadap substrat makroalga. Kisaran pH hyacinth and cow manure. Waste
selama selama aklimatisasi dan produksi Tech. 1(1):22-25.
biogas melebihi nilai pH nertal dikerenakan Beauchemin K, Kreuzer M, O’Mara F,
pengaruh bahan baku yang berasal dari McAllister T. 2008. Nutritional
lingkungan bersalinitas tinggi. Volume total management for enteric methane
produksi rata-rata selama pengamatan abatement: a review. Anim Prod Sci.
adalah 2305.50 L dengan rata-rata produksi 48:21–27.
harian sebanyak 72 L/hari. Briand X, Morand P. 1997. Anaerobic
digestion of Ulva sp. 1. Relationship
UCAPAN TERIMA KASIH between Ulva composition and
methanisation. Appl Phycol. 9:511-
Ucapan terima kasih ditujukan 524.
kepada LPDP yang telah memberikan Bruhn A, Dahl J, Nielsen HB, Nikolaisen L,
dana penelitian hibah dan Surfactant and Rasmussen MB, Markager S, Olesen B,
Bioenergy Research Center (SBRC) IPB Arias C, Jensen PD. 2010. Bioenergy
yang menjadi institusi penyalur dana hibah potential of Ulva lactuca: biomass yield,
sekaligus wadah kegiatan penelitian yang methane production and combustion.
berbasis energi terbarukan serta ramah Biores Technol. 102:2595–2604.
lingkungan. Budiyono, Syaichurrozi I, Sumardiono

Produksi Biogas dari Makroalga Merah..................................................................................................(LESTARI et al.) 185


S. 2013. Biogas production from Mahajoeno E, Lay BW, Sutjahjo SH,
bioethanol waste: the effect of pH and Siswanto. 2008. The possibility of palm
urea addition to biogas production oil milleffluent for biogas production.
rate. Waste Tech. 1(1):1-5. Biodiversitas. 9(1):48-52.
de Mez TZD, Stams AJM, Reith JH, Zeeman Nkemka VN, Rivera JA, Murto M. 2014. Two-
G. 2003. Methane production by stage dry anaerobic digestion of beach
Anaerobic Digestion of Waste Water cast seaweed and its codigestion with
and Solid Wastes. In Reith JH, Wijffels cow manure. Waste Manag.
RH, Barten H (ed). Biomethane and Paepatung N, Nopharatana A, Songkasiri
Biohydrogen Status Add Perspectives W. 2009. Bio-methane potential
of Biological Methane and Hydrogen of biological solid materials and
Production. Wageningen: Dutch agricultural wastes. Asia Ener Envi.
Biological Hydrogen Foundation. 10(1):19-27.
Ghaly AE, Ramkumar DR, Sadaka SS, Sivakumar P, Bhagiyalakshmi M, Anbarasu
Rochon JD. 2000. Effect of reseeding K. 2012. Anaerobic treatment of spoiled
and pH control on the performance milk from milk processing industry for
of a two-stage mesophilic anaerobic energy recovery: A laboratory to pilot
digester operating on acid cheese scale study. Fuel. 96:482–486.
whey. Can Agri Engin. 42(4):173-183. Subhadra B, Edwards M. 2010. An integrated
Hughes AD, Kelly MS, Black KD, Stanley renewable energy park approach for
MS. 2012. Biogas from macroalgae: is algal biofuel production in United
it time to revisit the idea?. Biotech for States. Energy Policy. 38:4897-4902.
Biofuels. 5(86):1-7. Sunarso, Johari S, Widiasa IN, Budiyono.
John RP, Anisha GS, Nampoothiri KM, 2010. The effect of feed to inoculums
Pandey A. 2011. Micro and macroalgal ratio on biogas production rate from
biomass: a renewable source for cattle manure using rumen fluid as
bioethanol. Biores Tech. 102:186-193. inoculums. Sci and Engin. 1:41-45.
Leggett J, Graves RE, Lanyon LE. 2005. Wargacki AJ, Leonard E, Win MN, Regitsky
Anaerobic digestion: biogas production DD. 2012. An engineered microbial
and odor reduction from manure. platform for direct biofuel production
http://server .age.psu.edu (diakses from brown macroalgae. Science.
pada April 2015). Amerika: College of 335:308–313.
Agricultural Science Yadvika, Santosh, Sreekrishnan TR, Kohli S,
Machado L, Magnusson M, Paul NA, Rde Nys, Rana V. 2004. Enhancement of biogas
Tomkins N. 2014. Effects of marine production from solid substrates using
and freshwater macroalgae on in vitro different techniques-a review. Biores
total gas and methane production. Techno.
Plos One. 9(1):e85289.

186 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 6 No. 2 November2015: 179-186

Вам также может понравиться