Вы находитесь на странице: 1из 6

PERILAKU INDIVIDU DALAM ORGANISASI

A. Karakteristik Biografis

Karakteristik biografis yaitu karakteristik pribadi seperti umur, jenis kelamin, dan status
kawin yang objektif dan mudah diperoleh dari rekaman pribadi. Setiap individu tentu saja
memiliki karakteristik individu yang menentukan terhadap perilaku individu. Yang pada
akhirnya menghasilkan sebuah motivasi individu. Adapun karakteristik biografis atau ciri-ciri
biografis adalah sebagai bverikut :

1. Umur

Umur mempunyai hubungan positif dengan tingkat keluar masuknya pegawai,


produktivitas dan kepuasan kerja. Semakin tua umur semakin kecil untuk keluar dari suatu
perusahaan, semakin produktif dan semakin menikmati kepuasan akan pekerjaan, tetapi usia
berbanding terbalik dengan tingkat kemangkiran walaupun tidak mutlak.

 Usia Terhadap Produktivitas : sebagian berasumsi bahwa semakin bertambahnya usia


maka produktivitas akan menurun, namun tidak kajian lain menyatakan bahwa antara
usia dan kinerja tidak ada hubungan, sebab usia yang bertambah biasanya akan dapat
ditutupi dengan pengalaman yang cukup lama.
 Usia Terhadap Kepuasan Kerja : terdapat bermacam hasil penelitian, sebagian
penelitian menunjukkan hubungan positif antara bertambahnya usia dengan kepuasan
kerja sampai pada umur 60 tahun, namun sebagian penelitian mencoba memisahkan
antara karyawan professional dengan non-profesional, bahwa karyawan yang
profesional kepuasannya akan terus menerus meningkat seiring bertambahnya usia, dan
karyawan yang non profesional merosot selama usia setengah baya dan kemudian naik
lagi pada tahun-tahun berikutnya.
 Usia Terhadap Tingkat Pengunduran diri : Semakin Tua maka tingkat pengunduran diri
semakin rendah
 Usia Terhadap Tingkat Keabsenan : Semakin Tua maka tingkat keabsenan akan
semakin rendah, namun tidak selalu demikian, karyawan tua mempunyai tingkat
keabsenan dapat dihindari lebih rendah dibanding yang muda, namun karyawan tua
mempunya tingkat kemangkiran tak terhindarkan lebih tinggi.
2. Jenis Kelamin

1
Tidak ada perbedaan yang mencolok antara pria dan wanita, kecuali jika dikaitkan
dengan budaya setempat berkaitan dengan keabsenan, bahwa wanita lebih memiliki tingkat
kebasenan yang tinggi dibandingkan dengan pria, hal ini berkaitan dengan tanggung jawab dan
fungsi dari seorang wanita. Wanita memikul tanggung jawab rumah tangga dan keluarga yang
lebih besar, juga masalah kewanitaan.Tidak ada beda yang signifikan / bermakna dalam
produktifitas kerja antara pria dengan wanita. Tidak ada bukti yang menyatakan bahwa jenis
kelamin karyawan memperngaruhi kepuasan kerja. Beberapa studi menjumpai bahwa wanita
mempunyai tingkat keluar yang lebih tinggi, dan studi lain menjumpai tidak ada perbedaan
antara hubungan keduanya.wanita mempunyai tingkat absensi yang lebih tinggi (lebih sering
mangkir).

3. Status Perkawinan

Hasil riset menunjukkan bahwa pegawai yang sudah berkeluarga tingkat absennya lebih
rendah dan juga pergantian yang rendah serta cenderung lebih puas dari pada yang belum
berkeluarga.

4. Jumlah Tanggungan

Nimran (1999) menulis bahwa tidak ada informasi yang cukup tentang hubungan antara
jumlah tanggungan seseorang dengan produktivitasnya.

5. Masa Kerja

Ada korelasi yang positif antara senioritas dengan produktifitas kerja. Sementara
senioritas memiliki hubungan yang negative dengan tingkat kemangkiran dan keluar masuknya
pegawai.

B. Kemampuan

Kemampuan adalah suatu kapasitas yang dimiliki seorang individu untuk mengerjakan
berbagai tugas suatu pekerjaan (Robbins,2001).

Ada dua jenis kemampuan, yaitu:

1. Kemampuan Intelektual

Kemampuan yang diperlukan untuk melakukan atau menjalankan kegiatan mental.


Misalnya : berpikir, menganalisis, memahami yang mana dapat diukur dalam bentuk tes (tes
IQ). Dan setiap orang punya kemampuan yang berbeda. Dalam dasawarsa terakhir terdapat

2
hasil penelitian mengenai intelegensia yang dapat melebihi kemampuan mental. Dimana
intelegensia dapat dipahami secara lebih baik dengan menguraikannya menjadi empat sub-
bagian :

 Kognitif : bakat yg ditemukan oleh tes IQ


 Sosial : kemampuan berhubungan dgn orang lain secara efektif
 Emosi : kemampuan u/ mengidentifikasi, memahami dan mengelola emosi
 Budaya : kesadaran akan keberagaman budaya & kemampuan untuk menjalankan
fungsi lintas budaya tsb
2. Kemampuan Fisik

Kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut daya stamina, kecekatan,


dan keterampilan.

C. Kepribadian

Kepribadian adalah keseluruhan cara bagaimana individu bereaksi dan berinteraksi


dengan orang lain yang digambarkan dalam bentuk sifat-sifat yang dapat diukur dan dilihatkan
seseorang (Umar Nimran, 1996). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kepribadian
seseorang oleh Robbins dikatakan ada tiga yaitu sebagai berikut :

1. Keturunan
2. Lingkungan
3. Faktor yang lain adalah situasi

Adapun lima dimensi kepribadian, yaitu sebagai berikut:

1. Wawasan Ekstra
2. Ramah
3. Teliti
4. Stabilitas Emosional
5. Keterbukaan Pada Pengalaman

Atribut yang mempengaruhi Perilaku Keorganisasian oleh Robbins (2001) antara lain:

1. Sumber Kendali
2. Machiavellianisme, kepribadian yang cenderung kearah fragmatis, menjaga jarak
emosional, dan meyakini bahwa tujuan dapat menghalalkan segala cara.
3. Penghargaan Diri

3
4. Pemantauan Diri
5. Pengambilan Risiko

Hollan dan Haryono (2001) memformulasikan tipe-tipe keprbadian sebagai berikut :

1. Tipe realistic
Mereka yag berada pada areal ini adalah cenderung sebagai orang yang
memilikikeengganan social, agak pemalu, bersikap menyesuaikan diri, materialistik,
polos,keras hati, praktis, suka berterus terang, asli, maskulin dan cenderung atletis, stabil,tidak
ingin menonjolkan diri, sangat hemat, kurang berpandangan luas, dan kurangmau terlihat.
2. Tipe investigatif
Mereka yang berada di dalam tipe ini cenderung berhati-hati, kritis, ingin tahu,mandiri,
intelektual, instropektif, introvert, metodik, agak pasif, pesimis, teliti,rasional, pendiam,
menahan diri dan kurang popular.
3. Tipe artistik
Orang-orang yang masuk tipe ini cenderung untuk memperlihatkan dirinya sebagai
orang yang “agak sulit” (complicated),tidak teratur, emosional, tidak materialistik,idealistis,
imaginative, tidak praktis, implusit, mandiri, introspeksi, intuitif, tidakmenyesuaikan diridan
orisinil/asli
4. Tipe sosial
Mereka yang tergolong dalam tipe ini sosial ini cenderung untuk
memperlihatkandirinya sebagai orang yang suka kerjasama, suka menolong, sopan santun
(friendly), murah hati, agak konservatif, idealistis, bersifat social, bertanggung jawab.
5. Tipe enterprising
Mereka yang masuk dalam tipe ini cenderung memperlihatkan dirinya sebagai orang
yang gigih encapai keuntungan, petualang, bersemangat (ambisi), dominan, energik,optimis,
percaya diri, social, dan suka bicara.
6. Tipe conventional
Mereka yang masuk dalam tipe ini adalah orang-orang yang mudah menyesuaikan diri
(conforming), teliti, efisien, sopan santun, tenang, pemalu, patuh, teratur dancenderung rutin,
keras hati, praktis, kurang imajinasi, tetapi kurang mengontrol diri.
D. Pembelajaran
Pembelajaran dalam perspektif perilaku keorganisasian adalah proses perubahan yang
relative konstan dalam tingkah laku yang terjadi karena pengalaman atau pelatihan

4
(Robbins,2001). Ada tiga teori yang disampaikan Robbins untuk menjelaskan bagaimana orang
mendapatkan pola-pola perilaku yaitu sebagai berikut :

1. Pengkondisian klasik

Pengondisian klasik tumbuh berdasarkan eksperimen, dimana individu mrespons


beberapa hal yang tidak biasa dan menghasilkan respons baru.

2. Pengkondisian operan

Pengondisian operan menyatakan bahwa perilaku merupakan fungsi dari konsekuensi-


konsekuensinya. Individu belajar berperilaku untuk mendapatkan sesuatu yang mereka
inginkan atau menghindari sesuatu yang tidak mereka inginkan. Perilaku operan berarti
perilaku secara sukarela atau yang dipelajari, kebalikan dari perilaku refleksi atau tidak
dipelajari.

3. Teori pembelajaran sosial

Teori sosial tentang belajar adalah suatu proses belajar yang dilakukan melalui suatu
pengamatan dan pengalaman secara langsung. Agar memperoleh hasil yang maksimal, ada
empat hal yang harus diperhatikan oleh seorang pengajar dalam melakukan proses belajar-
mengajar yaitu :
a. Proses perhatian, dimana pengajar harus menyampaikan materi pelajar dengan menarik, dan
suasana belajar yang kondusif.
b. Proses ingatan, dimana hasil belajar juga tergantung pada seberapa besar daya ingat si subjek
belajar.
c. Proses reproduksi, dimana subjek ajar setelah belajar harus mengalami perubahan sikap,
berpikir dan berperilaku.
d. Proses penguatan, diamana apabila subjek belajar telah belajar dengan baik maka harus
diberikan penguatan. Misalnya, karyawan yang mengikuti pelatihan, setelah selesai pelatihan
dan kinerjanya menjadi lebih baik maka ia harus mendapatkan imbalan yang sesuai.

5
Daftar Pustaka
Asta,Gus.2013. http://gusasta.blogspot.com/2013/12/perilaku-individu-dalam-
organisasi.html.”Perilaku Individu Dalam Organisasi”.diakses 11 September 2018.

Вам также может понравиться