Вы находитесь на странице: 1из 14

KEUANGAN SYARIAH

“Bentuk-Bentuk Organisasi Perusahaan Syariah”

Dosen Pembimbing : Afvan Aquino, SE,MM

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Idryan Nopriady Ridwansyah 1761201075
Susilawati Sitohang 1761201117
Dea Nanda Br Tumeang 1761201106
Rina wati Simarmata 1761201047
Budiman Sitorus 1761201251

Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen


Universitas Lancang Kuning
Tahun Ajaran 2018 / 2019
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas
makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Managemen keuangan.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang bentuk organisasi
keuangan syariah, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi,
referensi, dan berita. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu
yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran
dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas tentang managemen
keuangan. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.

Untukitu, kepada dosen pembimbing saya meminta masukannya demi perbaikan


pembuatan makalah saya di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca.

Pekanbaru, 25 Maret 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istilah organisasi dewasa ini sudah sangat familiar di kalangan masyarakat. Apalagi dengan
istilah bisnis. Namun jika dua kata tersebut dipadankan menjadi organisasi bisnis, tentu tidak
semua memahami dan familiar dengan istilah ini. Dalam kondisi perekonomian dunia, termasuk
Indonesia, yang masih dikuasai oleh sistem kapitalisme, berimbas pada lahirnya banyak badan
hukum sebagai entitas tersendiri (perusahaan yang bermotif laba atau nirlaba) yang dianggap
bisa berdiri sendiri atau lepas dari pemiliknya. Bahkan, hak dan kewajibannya pun bisa
dilepaskan pula dari pemiliknya. Keadaan seperti ini pada akhirnya sering kali menimbulkan
beragam problem. Entitas (satuan yang berwujud) atau organisasi usaha itu mengabaikan
kewajiban tapi merasa memiliki hak yang penuh. Akibatnya, muncul berbagai tindakan
kezaliman yang merugikan masyarakat. Seolah organisasi bisnis itu tidak merasa memikul
tanggung jawab moral, dan hanya diakui sebatas badan hukum saja.
1. Pengertian

Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menghimpun dana dari masyarakat
dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.
Sedang lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak dibidang keuangan, dimana
kegiatannya baik hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana atau keduanya.
Menurut UU RI No.10 Tahun 1998 tentang perbankan, pengertian bank adalah badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak.

Jadi dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi 3 kegiatan utama yaitu :

1. Menghimpun dana
2. Menyalurkan dana
3. Memberikan jasa lainnya
Dalam perbankan konvensional, keuntungan diperoleh dari bunga serta biaya-biaya administrasi
dan jasa yang ditawarkan. Sedangkan pada perbankan syariah tidak beroperasi dengan
mengandalkan pada bunga. Bank syariah sendiri adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran
uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariah Islam.

Menurut Syafi’I Antonio dan Karnaen Perwataatmadja, membedakan antara bank Islam dan
bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam yaitu :

Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah

Bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Alquran dan Hadits
Bank yang beroperasi sesuai prinsip syariah Islam adalah bank yang operasinya mengikuti
ketentuan-ketentuan syariah Islam. Khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara
Islam.

2. Perkembangan Sistem Perbankan Syariah

Di dalam sejarah perekonomian kaum muslimin, pembiayaan yang dilakukan dengan akad yang
sesuai syariah telah menjadi bagian dari tradisi umat Islam sejak zaman Rasulullah. Praktek-
praktek seperti menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan bisnis, serta
melakukan pengiriman uang telah lazim dilakukan ketika itu. Rasulullah sendiri pernah dititipi
harta oleh orang-orang Qurays pada waktu itu. Sehingga diberi gelar Al Amin karena terpercaya
memegang amanah.

Sedang dalam perkembangannya di zaman Bani Abbasiyah, orang yang mempunyai keahlian
untuk menyimpan, menyalurkan dan mentransfer uang disebut Jihbiz.

Berikut ini adalah bagan evolusi kegiatan perbankan dalam masyarakat Islam :

Perbankan syariah mulai dikenal pada dekade 1960-an dengan nama Mit Ghamr Bank. Bank
tersebut beroperasi sebagai rural-social bank (semacam lembaga keuangan unit desa di
Indonesia) di sepanjang delta sungai Nil. Lembaga ini dibina oleh Prof. Dr. Ahmad Najjar dan
masih berskala kecil di Mesir. Namun institusi tersebut menjadi perintis perkembangan sistem
finansial dan ekonomi Islam.
Saat sidang Menteri Luar Negeri Negara – Negara Organisasi Konferensi Islam di Karachi,
Pakistan, Desember 1970. Mesir mengajukan sebuah proposal untuk mendirikan bank syariah.
Proposal yang disebut studi tentang pendirian Bank Islam Internasional untuk Perdagangan
dan Pembangunan (International Islamic Bank for Trade and Development) dan proposal
pendirian Federasi Bank Islam (Federation of Islamic Banks) dikaji para ahli dari 18 negara
Islam.

Pada intinya sidang tersebut mengusulkan bahwa sistem keuangan berdasarkan bunga harus
digantikan dengan sistem kerjasama dengan skema bagi hasil keuntungan maupun kerugiannya.
Setelah melaksanakan sidang beberapa kali akhirnya pada sidang Menteri Keuangan OKI di
Jeddah 1975 menyetujui berdirinya Islamic Development Bank (IDB). Dan semua anggota OKI
menjadi anggota IDB

Berdirinya IDB mengilhami pendirian bank-bank syariah di negara – negara Islam. Bank-bank
yang termasuk kategori awal dalam pendiriannya adalah :

Faisal Islamic Bank (di Mesir dan Sudan)

Kuwait Finance House

Dubai Islamic Bank

Jordan Islamic Bank for Finance and Investment

Bahrain Islamic Bank

Islamic InternationalBank for Investment and Development (Mesir)

3. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia

Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syariah sebagai pilar ekonomi Islam
mulai dilakukan. Namun lebih spesifik kajian tersebut dilakukan pada tahun 1990. Pada
lokakarya MUI 18-20 Agustus 1990 dengan tema Bunga Bank dan Perbankan di Cisarua,
Bogor. ditindak lanjuti dengan membentuk Tim Perbankan MUI pada amanat Munas IV MUI.
Akhirnya pada 1 November 1991 ditandatangani Akta Pendirian PT Bank Muamalat Indonesia.
Namun di awal perjalannya, bank syariah ini kurang mendapatkan respon. Hal tersebut dapat
dilihat pada UU No 7 Tahun 1992 tentang perbankan. Hanya dicantumkan di pasal 6 (m) yang
menyatakan bahwa: ”menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.”

Peraturan Pemerintah tersebut tertuang dalam PP No 72 tentang Bank Berdasarkan


Prinsip Bagi Hasil. Secara rinci mengatur perizinan, kepengurusan, kepemilikan, kegiatan
operasional lainnya, baik bagi bank umum maupun bagi BPR. Baru pada Undang – Undang No.
10 Tahun 1998 tentang Perbankan, keberadaan Bank Syariah mendapatkan porsi yang cukup
besar. Dalam undang-undang ini dikatakan bahwa bank yang beroperasi dengan prinsip bagi
hasil sesuai syariah Islam dengan resmi disebut bank syariah. Sejak saat itu semua bank baik itu
bank umum maupun BPR diwajibkan mencantumkan kata “syariah” pada nama banknya.

Sampai Maret 2005 telah ada 3 bank umum yang beroperasi berdasarkan syariah yaitu
Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Syariah Mega Indonesia. Ditambah
dengan 16 bank umum konvensional yang membuka unit usaha syariah seperti Bank IFI, Bank
Danamon, BRI, dan lain-lain. Serta 89 BPR Syariah juga ratusan BMT.

4. Prinsip-prinsip umum bank syariah.

Dalam menjalankan usahanya, bank syariah harus tetap berpedoman pada nilai-nilai
syariah. Prinsip itu berpedoman pada Alquran dan Hadits. Prinsip yang diterapkan bank syariah
meliputi:

Prinsip pengharaman riba

Prinsip ini tercermin dari praktek pengelolaan dana nasabah. Dana yang berasal dari nasabah
penyimpan harus jelas asal usulnya. Sedangkan penyalurannya harus dalam usaha-usaha yang
tidak bertentangan dengan syari.

Prinsip keadilan

Prinsip ini tercermin dari penerapan sistem bagi hasil dan pengambilan keuntungan berdasarkan
hasil kesepakatan dua belah pihak.

Prinsip Kesamaan
Prinsip ini tercermin dengan menempatkan posisi nasabah serta bank pada posisi yang sederajat.
Kesamaan ini terwujud dalam hak, kewajiban, risiko dan keuntungan yang berimbang di antara
nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dana maupun bank.

5. Karakteristik Bank Syariah

Beberapa hal yang menjadi ciri sekaligus yang membedakannya dengan bank
konvensional adalah : Prinsip syariah Islam dalam pengelolaan harta menekankan pada
keseimbangan antara kepentingan individu dan masyarakat. Harta harus dimanfaatkan untuk hal-
hal produktif terutama kegiatan investasi yang merupakan landasan aktifitas ekonomi dalam
masyarakat. Tidak setiap orang mampu secara langsung menginvestasikan hartanya untuk
menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu, diperlukan suatu lembaga perantara yang
menghubungkan masyarakat pemilik dana dan pengusaha yang memerlukan dana (pengelola
dana). Salah satu bentuk lembaga perantara tersebut adalah bank yang kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah.

Bank syariah adalah bank yang berasaskan antara lain pada asas kemitraan, keadilan,
transparansi dan universal serta melakukan kegiatan usaha perbankan berdasarkan prinsip
syariah. Kegiatan bank syariah merupakan implementasi dari prinsip ekonomi Islam dengan
karakteristik antara lain sebagai berikut :
1) Pelarangan riba dalam berbagai bentuknya
2) Tidak mengenal konsep nilai waktu dari uang (time value of money)
3) Konsep uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas
4) Tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang bersifat spekulatif
5) Tidak diperkenankan menggunakan dua harga untuk satu barang
6) Tidak diperkenankan dua transaksi dalam satu akad

Bank syariah beroperasi atas dasar konsep bagi hasil. Bank syariah tidak menggunakan
bunga sebagai alat untuk memperoleh pendapatan maupun membebankan bunga atas
penggunaan dana dan pinjaman karena bunga merupakan riba yang diharamkan. Tidak secara
tegas membedakan sektor moneter dan sektor riil sehingga dalam usahanya dapat melakukan
transaksi-transaksi sektor riil, seperti jual beli dan sewa menyewa. Dapat memperoleh imbalan
untuk jasa tertentu yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
Melakukan kegiatan sesuai syariah. Suatu transaksi sesuai dengan prinsip syariah apabila
telah memenuhi seluruh syarat berikut ini :

1. Transaksi tidak mengandung unsur kedzaliman


2. Bukan riba
3. Tidak membahayakan pihak sendiri atau pihak lain
4. Tidak ada penipuan (gharar)
5. Tidak mengandung materi-materi yang diharamkan
6. Tidak mengandung unsur judi (maisyir)

Kegiatan bank syariah antara lain sebagai :

1) Manajer investasi yang mengelola investasi atas dana nasabah dengan menggunakan akad
mudharabah atau sebagai agen investasi.

2) Investor yang menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana nasabah yang
dipercayakan kepadanya dengan menggunakan alat investasi yang sesuai dengan prinsip syariah
dan membagi hasil yang diperoleh sesuai nisbah yang disepakati antara bank dan pemilik dana.

3) Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran seperti bank non syariah sepanjang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah.

4) Pengemban fungsi sosial berupa pengelola dana zakat, infaq, shadaqah serta pinjaman
kebajikan (qardhul hasan) sesuai ketentuan yang berlaku.

Dalam penghimpunan dana, bank syariah menggunakan prinsip wadiah, mudharabah dan prinsip
lain yang sesuai dengan syariah. Sedangkan penyaluran dana menggunakan :

1) Prinsip musyarakah dan atau mudharabah untuk investasi pembiayaan.

2) Prinsip murabahah, salam, dan atau istishna untuk jual beli.

3) Prinsip ijarah dan atau ijarah muntahiyah bittamlik untuk sewa-menyewa.

4) Prinsip lain yang sesuai syariah.


Laporan keuangan terdiri dari :

q Laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan bank syariah sebagai investor beserta hak dan
kewajibannya. Laporan ini meliputi :

Laporan Laba Rugi

Neraca

Laporan Arus Kas

Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan keuangan yang mencerminkan perubahan dalam investasi terikat yang dikelola oleh
bank syariah untuk kemanfaatan pihak-pihak lain berdasarkan akad mudharabah atau agen
investasi yang dilaporkan dalam laporan perubahan dana investasi terikat.

Laporan keuangan yang mencerminkan peran bank syariah sebagai pemegang amanah dana
kegiatan sosial yang dikelola secara terpisah yang dilaporkan dalam :

1) Laporan Sumber dan Penggunaan Dana ZIS

2) Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qardh

Catatan atas laporan keuangan yang merupakan penjelasan dari data -data yang tersaji di
laporan keuangan tersebut.

6. Potensi Bank Syariah

Potensi itu dapat dilihat dari dua sisi. Yaitu untuk kepentingan mobilisasi dana / simpanan dan
untuk kepentingan penyaluran/ pembiayaan. Kekuatan bank syariah sebenarnya terletak pada :

Dukungan umat Islam yang merupakan mayoritas penduduk

Hal itu terlihat dari beberapa elemen masyarakat. Seperti yang telah dilakukan MUI dengan
mencanangkan Gerakan Ekonomi Syariah Nasional. Jumlah umat Islam Indonesia merupakan
potensi yang sangat besar bagi perbankan syariah.

Dukungan dari lembaga keuangan Islam di seluruh dunia


Adanya bank syariah yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam sangat penting untuk
memelihara umat Islam terjerumus kapada yang haram. Beberapa bank syariah berskala
internasional datang ke Indonesia untuk menjajagi kemungkinan membuka bank syariah
patungan dengan bank nasional. Hal ini menunjukkan besarnya harapan dan dukungan lembaga
keuangan internasional terhadap adanya bank syariah di Indonesia.

Komitmen dan dukungan dari otoritas perbankan yaitu Bank Indonesia.

Hal itu dapat dilihat dari regulasi yang dilahirkan. Di mulai dari UU No.7 Tahun 1992 serta UU
No.10 Tahun 1998. Dalam beberapa hal, konsep regulasi bank syariah memiliki persamaan
dengan regulasi bank konvensional. Rasionalisasi bagi implementasi regulasi dalam bidang
perbankan antara lain :

1. Melindungi konsumen dari kemungkinan eksploitasi monopoli.


2. Melindungi konsumen yang tidak memiliki akses terhadap informasi.
3. Menjaga kestabilan sistem.
4. Konsep yang melekat pada bank syariah sangat sesuai dengan kebutuhan pembangunan.
Baik masa kini maupun di masa yang akan datang.

7. Produk dan Jasa Perbankan Syariah

Produk perbankan terdiri dari produk penyaluran dana (financing), penghimpunan


dana (funding) dan jasa (service). Ketiga produk tersebut juga dilakukan bank syariah.

Produk Penyaluran Dana


Produk peyaluran dana pada nasabah secara garis besar dibagi menjadi empat kategori yang
dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya yaitu :

1. Pembiayaan dengan prinsip jual beli


2. Pembiayaan dengan prinsip sewa
3. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (investasi)
4. Pembiayaan dengan prinsip akad pelengkap

1. Prinsip Jual Beli

Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau
benda (transfer of property). Tingkat keuntungan bank ditentukan didepan dan menjadi bagian
harga atas barang yang dijual. Produk yang ditawarkan adalah :
a. Murabahah

Sering juga disebut al Bai bitsaman ajil. Yaitu akad jual beli barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Murabahah dapat
dilakukan berdasarkan pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan bank melakukan
pembelian barang setelah ada pesanan dari nasabah. Dalam perbankan, murabahah selalu
dilakukan dengan cara pembayaran cicilan.

b. Salam

Salam adalah akad jual beli muslam fiih (barang pesanan) dengan penangguhan pengiriman
oleh muslam ilaihi (penjual) dan pelunasannya dilakukan segera oleh pembeli sebelum barang
pesanan tersebut diterima sesuai dengan syarat-syarat tertentu. Dalam transaksi ini kualitas,
kuantitas harga dan waktu penyerahan barang ditentukan secara pasti sehingga tidak seperti jual
ijon.

c. Istishna’
Istishna’ adalah akad jual beli antara al mustashni (pembeli) dan as shani (produsen yang juga
bertindak sebagai penjual). Berdasarkan akad tersebut, pembeli menugasi produsen untuk
menyediakan al mashnu (barang pesanan) sesuai spesifikasi yang disyaratkan pembeli dan
menjualnya dengan harga yang disepakati. Cara pembayaran dapat berupa pembayaran dimuka,
cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu.

2. Prinsip sewa (ijarah)

Transaksi ini dilandasi adanya perpindahan manfaat. Ijarah adalah akad sewa – menyewa antara
pemilik ma’jur (objek sewa) dan musta’jir (penyewa) untuk mendapatkan imbalan atas obyek
sewa yang disewakannya.

3. Prinsip bagi hasil (syirkah)

Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil adalah sebagai berikut :
a. Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerjasama diantara para pemilik modal yang mencampurkan modal
mereka untuk tujuan mencari keuntungan. Dalam musyarakah, mitra dan bank sama-sama
menyediakan modal untuk membiayai suatu usaha tertentu, baik yang sudah berjalan maupun
yang baru. Selanjutnya mitra dapat mengembalikan modal tersebut berikut bagi hasil yang telah
disepakati secara bertahap atau sekaligus kepada bank. Pembiayaan dapat diberikan dalam
bentuk kas, setara kas atau aktiva non kas termasuk aktiva tidak berwujud.
b. Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara shahibul maal (pemilik dana)
danmudharib (pengelola dana) dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan dimuka. Jika usaha
mengalami kerugian, maka seluruh kerugian ditanggung oleh pemilik dana, kecuali jika
ditemukan adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana seperti penyelewengan, kecurangan
dan penyalah gunaan dana.
Mudharabah terdiri dari dua bentuk yaitu Mudharabah Mutlaqah (investasi tidak terikat )
dan Mudharabah Muqayyadah (investasi terikat).

4. Akad Pelengkap

Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan biasanya diperlukan juga akad pelengkap.


Produk ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, tetapi untuk mempermudah pelaksanaan
pembiayaan.
a. Hiwalah (Alih hutang piutang)
Bertujuan untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan
produksinya. Bank akan mendapati ganti atas jasa pemindahan piutang.
b. Rahn (gadai)
Tujuan akad rahn adalah untuk memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam
memberikan pembiayaan.
c. Qardh
Qardh adalah pinjaman uang kepada nasabah yang digunakan untuk keperluannya dengan hanya
mengembalikan biaya pokok.
d. Wakalah
Wakalah adalah nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan
pekerjaan jasa tertentu.
e. Kafalah
Kafalah dapat diberikan dengan tujuan untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban
pembayaran.

Produk Penghimpunan Dana


Penghimpunan dana di bank syariah dapat berbentuk giro, tabungan dan deposito. Prinsip yang
digunakan adalah wadiah dan mudharabah. Prinsip wadiah yang diterapkan adalah wadiah yad
dhamanah yang diterapkan pada produk rekening giro. Pada prinsipnya wadiah yad
dhamanah adalah titipan yang boleh dimanfaatkan oleh pihak yang dititipi. Sedang pada wadiah
yad amanah, barang titipan tidak boleh dimanfaatkan. Wadiah sendiri adalah titipan nasabah
yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat apabila nasabah yang bersangkutan
menghendaki. Bank bertanggung jawab atas pengembalian titipan.

Jasa Perbankan
Selain menjalankan fungsinya sebagai intermediator antara deficit unit dengan surplus unit, bank
syariah juga melakukan pelayanan jasa perbankan dengan memperoleh imbalan seperti sharf dan
ijarah.
Sharf adalah akad jual beli suatu valuta lainnya. Transaksi valuta asing pada bank syariah (diluar
jual bank notes) hanya dapat dilakukan untuk tujuan lindung nilai (hedging) dan tidak
dibenarkan untuk tujuan spekulatif.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Organisasi bisnis islam adalah keseluruhan koordinasi antara subsistem yang saling
berhubungan dalam rangka mencapai tujuan usaha yang didasari aturan syari’ah.Tipe-tipe utama
organisasi bisnis menurut islam ada tiga, yaitu: kepemilikan tunggal, kemitraan,
dan Mudharabah. Organisasi memainkan peranan yang sanggat berarti dan dianggap sebagai
faktor produksi yang paling penting dan dengan adanya organisasi dapat memudahkan
implementasi nilai-nilai islam didalamnya. Perilaku perusahaan sebagai hubungan antara
manajemen perusahaan, dewan redaksi, pemegang saham, dan pihak lain yang berkepentingan
dan perilaku tersebut cenderung untuk meningkatkan keuntungan dengan konsep keandalan.
Bentuk Organisasi Dalam Perekonomian Syariah dibagi menjadi 3 bagian yakni: kepemilikan
tunggal, kemitraan (syirkah), dan Mudharabah.

a. kepemilikan tunggal adalah format organisasi bisnis yang paling sederhana yang hampir ada
dalam setiap sistem ekonomi non- sosialis.

b. kemitraan (syirkah) merupakan suatu akad antara dua orang atau lebih, yang bersepakat
untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan.

c. Mudharabah adalah suatu hubungan antara dua orang atau lebih dimana salah satu pihak
menyediakan modal (investor) kepada pihak lain yang berkedudukan sebagai pengelola untuk
menjalankan suatu bisnis (mudharib) dengan kesepakatan untuk mendapatkan tingkat
keuntungan tertentu. Dalam organisasi bisnis tersebut terdapat bebberapa jenis akad pada setiap
organisasinya. Misalnya saja dalam Musytarokah terdapat jemis jenis akad seperti:

a. Musytarokah ‘amlak dibagi menjadi dua jenis yaitu jibary dan ikhtiyari.

b. Musytarokah ‘uqud terdiri dari 5 jenis yaitu ‘inan, hmudarabah, wujuh,’abdan, dan
mufawadhah.

Вам также может понравиться