Вы находитесь на странице: 1из 5

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Industri digital di Indonesia terus memperlihatkan perkembangan nya.kini
masyarakat Indonesia terutama diwilayah perkotaan mulai akrab dengan
pembayaran gerak non tunai. Data survei DailySocial.id terkait E-money di
Indonesia tahun 2017 menunjukkan, dari 1055 responden sebanyak 56,80%
memiliki uang elektronik selama setahun atau kurang. Adapun 42,43% responden
merasa uang elektronik membantu mengendalikan pengeluaran.
Lebih dari tiga tahun yang lalu, Bank Indonesia (BI) telah mencanangkan
Gerakan Nasional Nontunai (GNNT). Pencanangan program ini bukan tanpa
alasan. Pasalnya, bank sentral sepertinya melihat bahwa empat sampai lima tahun
ke depan transaksi pembayaran non tunai akan semakin massive digunakan
masyarakat, khususnya kepada generasi milenial. Menurut Kepala Departemen
Kebijakan Sistem Pembayaran BI, Onny Widjanarko, peningkatan transaksi online
tersebut dampak dari era Revolusi Industri 4.0 dan era digital. Era tersebut telah
mengubah pola perilaku konsumen dan menimbulkan banyaknya alternatif baru
transaksi pembayaran. Itu menunjukan, sudah banyak fakta bahwa betapa aktifnya
masyarakat indonesia melakukan transaksi digital non tunai
Penulis berpikiran hal tersebut tentu saja akan mengundang risiko keamanan
yang juga tidak kalah bertumbuh secara masif dan canggih. Pasalnya,dibalik setiap
kemudahan tentu ada risiko yang mengintai.Pertama, meskipun adopsi teknologi
pintar yang sangat tinggi namun tidak didampingi dengan ilmu atau kesadaran
masyarakat dalam keamanan siber. Bahkan menurut data yang dirilis International
Telecommunication Union (ITU) mengenai indeks keamanan siber dunia pada
tahun 2017 , Indonesia masih berstatus sebagai negara yang paling rendah
keamanan sibernya yakni berada di peringkat ke-70 masih rendah dibandingkan
negara tentangga kita yakni malaysia dan singapura. Sebenarnya Indonseia
memiliki komitmen cukup tinggi untuk meningkatkan keamanan siber
dibandingkan negara – negara di benua afrika dan asia selatan. Menurut rudiantara
dia meminta masyarakat untuk urusan keamanan memulai dari diri sendiri yang
merujuk masyarakat indonesia belum memiliki budaya cyber security. Hal kedua
dan juga sebagai salah satu faktor terbesar yang membuat pengamanan pembayaran
semakin menantang adalah tuntutan dari masyarakat atau pengguna itu sendiri,
berbagai fasilitas dan penawaran dari penyedia layanan itu sendiri yang akan
memberikan pengalaman yang sederhana namun efektif.
Menjawab dari kedua hal tersebut penulis akan memperkenalkan metode yang
sederhana namun efektif dalam hal urusan keamanan pembayaran non tunai,yakni
keamanan two factor authentication. Two factor authentication atau bisa juga
disebut multi factor authentication adalah sebuah metode otentikasi yang
memanfaatkan lebih dari satu faktor untuk menentukan identitas dari pengguna.
Metode otentikasi bisa dilihat dalam 3 kategori metode yakni “Something you
know”,”something you have”,”something you are”. Something you know adalah
metode otentikasi yang paling umum. Cara ini mengandalkan kerahasiaan
informasi, contohnya adalah password dan PIN. Cara ini berasumsi bahwa tidak
ada seorangpun yang mengetahui rahasia itu kecuali anda seorang. Something you
have merupakan faktor tambahan untuk membuat otentikasi menjadi lebih aman.
Cara ini mengandalkan barang yang sifatnya unik contohnya adalah kartu
magnetik/smartcard, hardware token, USB token dan sebagainya. Cara ini
berasumsi bahwa tidak ada seorangpun yang memiliki barang tersebut kecuali anda
seorang. Sedangkan Something you are ini adalah metode yang paling jarang
diapakai karena faktor teknologi dan manusia juga. Cara ini mengandalkan
keunikan bagian-bagian tubuh anda yang tidak mungkin ada pada orang lain seperti
sidik jari, suara atau sidik retina. Cara ini berasumsi bahwa bagian tubuh anda
seperti sidik jari dan sidik retina, tidak mungkin sama dengan orang lain.
Pada sistem yang kritis dan sensitif seperti transaksi keuangan, satu metode
otentikasi saja tidak cukup. Oleh karena itu muncul istilah 2FA (Two Factor
Authentication) yang merupakan sistem otentikasi yang menggunakan 2 faktor

2
(metode) yang berbeda. Tiga metode otentikasi yang sudah penulis jelaskan
sebelumya dapat dikombinasikan untuk meningkatkan keamanan, salah satu
contohnya adalah dengan kombinasi “something you have” berupa kartu ATM
dengan “something you know” berupa PIN. Kombinasi ini merupakan kombinasi
yang paling banyak dipakai.
Pada kesempatan kali ini penulis akan mengkombinasikan hal yang sama untuk
keamanan transaksi di aplikasi yang akan dibuat oleh penulis yakni otentikasi
“something you have” berupa akun aplikasi dari pengguna dan “something you
know” berupa kode OTP (One Time Password) ke nomor yang telah didaftarkan
pengguna untuk verifikasinya setelah keamanan terpenuhi selanjutnya barulah
suatu transaksi akan di proses.

1.2. Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas identifikasi masalah nya yaitu :
1. Penggunaan transaksi non tunai yang kian marak akan mengundang para
penjahat untuk melakukan aksi nya.
2. Rendahnya kesadaran masayarakat terhadap keamanan siber terbukti dari data
yang dirilis International Telecommunication Union (ITU).
3. Tuntutan masyarakat atas hak konsumen dalam hal keamanan bertransaksi.

1.3. Tujuan Penelitian


Berdasarkan identifikasi masalah tersebut penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menggunakan sistem keamanan yang efektif untuk mencegah tindakan jahat
yang merugikan para pengguna jasa.
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya para pengguna jasa layanan
terhadap keamanan siber.
3. Membuat sistem keamanan yang efektif. Dalam hal ini adalah keamanan
bertransaksi untuk memenuhi hak atas keamanan para pengguna jasa.

3
1.4. Batasan Masalah Penelitian
Berdasarkan permasalahan dan tujuan diatas, adapun batasan penelitiannya
yaitu:
1. Sistem yang dibuat mencakup keamanan pengguna jasa dalam melakukan
transaksi.
2. Metode pada sistem keamanan ini adalah Two Factor Authentication.
3. Kombinasi sistem keamanan Two Factor Authentication berupa Aplikasi yang
telah dimasukan akun pengguna sebagai keamanan pertama dan verifikasi OTP
ke nomor pengguna ketika melakukan suatu transaksi atau juga bisa berupa
sidik jari,POLA,dan PIN sebagai keamanan kedua
4. Implementasi sitem dan aplikasi bagi Administrator berbasis web.
5. Implementasi sitem dan aplikasi untuk pengguna jasa berbasis Mobile.
6. Perancangan sistem berorientasi objek dengan pemodelan Unified Modelling
Language (UML).
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini untuk menghindari terjadinya tindak kejahatan atau
serangan kepada pengguna jasa pembayaran yang menyebabkan kerugian materil.
1. Secara Teoritis
Secara ilmu teoritis dengan mengimplementasikan metode two factor
authentication ke penelitian ini penulis ikut serta dalam membangun keamanan
dan kesadaran masyarakat dalam melakukan transaksi digital non tunai di Era
Revolusi Digital 4.0
2. Secara Praktis
Masyarakat atau khususnya para pengguna jasa akan terasa lebih aman
dalam melakukan setiap transaksi pembayaran karena dalam sistem keamanan
yang akan dibangun penulis menerapkan metode yang sederhana namun efektif
yakni Two Factor Authentication.
1.6. Sistematika Penulisan

4
Sistematika penulisan dari peneitian ini adalah sebagai berikut:
1. BAB I PENDAHULUAN
Pada bagian ini penulis akan menjelaskan tentang latar belakang mengenai
penelitian, identifikasi masalah, tujuan dari penelitian, batasan pada penelitian
dan manfaat dari penelitian.
2. BAB II STUDI PUSTAKA
Pada bagian ini penulis akan mendeskripsikan teori-teori yang terkait
dengan permasalahan yang akan diambil penulis,diantaranya yakni ;1.kajian
keislaman yang berkaitan dengan penelitian,2.konsep umum.3.konsep
keinformatikaan,4.Konsep penelitian tedahulu.
3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bagian ini berisi metode dan tahapan-tahapan dari pelaksaan
penelitian, juga pada bab ini akan djelaskan deskripsi waktu dan tempat
penelitian.

Вам также может понравиться