Вы находитесь на странице: 1из 26

Laporan Kasus

DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN PASIEN DENGAN


HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Oleh :
Michelle Pricilia Boham
17014101048

Masa KKM :
19 Maret 2018 – 27 Mei 2018

Supervisor Pembimbing :
Dr. dr. Joice M.M. Sondakh, SpOG(K)

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
RSUP PROF DR. R.D KANDOU
MANADO
2018
2
BAB I

PENDAHULUAN

Mual dan muntah merupakan hal yang normal dalam kehamilan. Mual dan

muntah sering terjadi pada kehamilan berusia muda, yaitu dimulai dari minggu ke

6 setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10

minggu.1 Mual dan muntah terjadi pada 50-70% dari seluruh wanita yang hamil. 2

Namun, kadang terjadi suatu keadaan dimana mual dan muntah pada ibu hamil

terjadi sangat parah sehingga menyebabkan segala yang dimakan dan diminum

dimuntahkan sehingga berat badan berkurang, turgor kulit dan volume buang air

kecil berkurang dan timbul asetonuri, yang disebut sebagai hiperemesis

gravidarum. Hiperemesis gravidarum muncul pada 1-10% wanita yang hamil.3

Hiperemesis gravidarum merupakan penyakit yang cukup berbahaya bagi

kesehatan ibu, yang apabila berlangsung dengan durasi yang cukup lama, dapat

menimbulkan gejala mual, muntah yang menyebabkan penurunan berat badan dan

juga gangguan metabolisme tubuh sehingga dapat menyebabkan komplikasi

seperti kekurangan gizi, lemah dan dehidrasi pada ibu. Komplikasi lain yang dapat

terjadi adalah defisiensi vitamin, terutama vitamin B1 (thiamin) dan vitamin K.

Pada defisiensi vitamin B1 (thiamin) dapat menyebabkan Wernicke

encephalopathy yang ditandai dengan pusing, gangguan penglihatan, ataxia dan

nistagmus. Selain dapat juga menyebabkan defisiensi vitamin K yang dapat

menyebabkan koagulopati yang disertai dengan epistaksis.4 Hiperemesis ini bila

tidak dikelola dengan baik dapat mengakibatkan dehidrasi berat, takikardia, suhu

meningkat, alkalosis, dan kelaparan.5 Hiperemesis gravidarum merupakan kasus

3
yang memerlukan perawatan di rumah sakit. Hiperemesis gravidarum ini

penyebabnya masih belum diketahui, namun beberapa penelitian menyebutkan

beberapa teori tentang hal yang dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum

seperti kadar hormon korionik gonadotropin, hormon estrogen, infeksi H.pylori

dan juga faktor psikologis.6 Usia ibu merupakan faktor risiko dari hiperemesis

gravidarum. Hal tersebut berhubungan dengan kondisi psikologis ibu hamil. Ibu

dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun lebih sering mengalami

hiperemesis gravidarum. Usia gestasi juga merupakan faktor risiko hiperemesis

gravidarum, hal tersebut berhubungan dengan kadar hormon korionik

gonadotropin, estrogen dan progesteron di dalam darah ibu. Kadar hormon

korionik gonadotropin merupakan salah satu etiologi yang dapat menyebabkan

hiperemesis gravidarum. Kadar hormon gonadotropin dalam darah mencapai

puncaknya pada trimester pertama, oleh karena itu, mual dan muntah lebih sering

terjadi pada trimester pertama. Faktor risiko lain adalah jumlah gravida. Hal

tersebut berhubungan dengan kondisi psikologis ibu hamil dimana ibu hamil yang

baru pertama kali hamil akan mengalami stres yang lebih besar dari ibu yang

sudah pernah melahirkan dan dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum, ibu

primigravida juga belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan

korionik gonadotropin, hal tersebut menyebabkan ibu yang baru pertama kali

hamil lebih sering mengalami hiperemesis gravidarum. Pekerjaan juga merupakan

faktor resiko penyakit hiperemesis gravidarum. Pekerjaan berhubungan dengan

kondisi sosial ekonomi yang juga mempengaruhi pola makan, aktifitas dan stres

pada ibu, pada ibu hamil.7 Hiperemesis gravidarum terjadi di seluruh dunia

dengan angka kejadian yang beragam mulai dari 1-3% dari seluruh kehamilan di

4
Indonesia, 0,3% dari seluruh kehamilan di Swedia, 0,5% di California, 0,8% di

Canada, 10,8% di China, 0,9% di Norwegia, 2,2% di Pakistan dan 1,9% di

Turki.8,9,10,11 di Amerika Serikat, prevalensi hiperemesis gravidarum adalah 0,5-

2%.1 Hiperemesis gravidarum menjadi penyebab kematian maternal yang

signifikan pada masa sebelum 1940, sekarang hiperemesis tidak lagi menjadi

penyebab utama mortalitas ibu, tetapi hiperemesis masih menjadi penyebab

morbiditas ibu yang signifikan.

Berikut ini akan dilaporkan kasus hiperemesis gravidarum pada wanita hamil

usia 24 tahun yang dirawat di Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUP Prof. Dr.

R.D. Kandou Manado.

5
BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. TR

Umur : 24 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Status Pernikahan : Menikah

Alamat : Paal IV Lingkungan V

MRS tanggal : 3 April 2018

No. Rekam medik : 52.96.09

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Mual dan muntah sejak ± 2 bulan yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke RSUP Prof. DR. R. D Kandou Manado pada tanggal 3

April 2018, dengan keluhan mual dan muntah sejak usia kehamilan 4

minggu. Frekuensi muntah 4 – 5 kali dalam sehari, disertai nyeri perut. Isi

muntah berupa lendir dan sisa makanan. Pasien juga merasa aktivitas

sehari – harinya terganggu. Pada kehamilan sebelumnya pasien tidak

6
mengalami hal seperti ini. Lemah badan (+), nafsu makan berkurang (+).

Nyeri ulu hati (+). Pasien juga mengeluhkan adanya nyeri perut kiri bawah

sehabis BAK.

Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit hipertensi, jantung, paru, hati, ginjal, dan diabetes melitus

disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga

Penyakit hipertensi, jantung, paru, hati, ginjal, dan diabetes melitus

disangkal.

Riwayat Pribadi Sosial

Riwayat merokok dan minum alkohol disangkal.

Riwayat Obstetri dan Ginekologi

 Riwayat Haid

Menarche usia 13 tahun dengan siklus teratur, lamanya haid 4-5 hari,

ganti pembalut 4 kali sehari.

HPHT tanggal 25 Januari 2018

 Riwayat Kehamilan Sebelumnya

P1 : P/tahun 2012/aterm/spt lbk/3500 gram/dokter/RS/sehat

 Riwayat Pemakaian Kontrasepsi

Pil KB, lama pemakaian 4 tahun

 Riwayat Pernikahan

Menikah 2 kali. Pertama kawin 19 tahun, kawin dengan suami

7
pertama 5 tahun, suami kedua 4 bulan.

 Antenatal Care
Pasien 1 kali memeriksakan kehamilan di dokter spesialis kandungan
 Riwayat Penyakit Ginekologi disangkal

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status Preasens

Keadaan umum : Cukup


Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu badan : 36,3⁰C
Berat badan : 43 kg
Tinggi badan : 154 cm

Kulit

Warna : Sawo matang

Efloresensi : Tidak ada

Pigmentasi : Tidak ada

Turgor : Menurun

Kepala

Mata : Conjungtiva Anemis (-), Sklera Ikterik (-), Cekung (+)

Hidung : Sekret (-), Hiperemis (-)

Telinga: Sekret (-/-)

Mulut : Karies (-)

Tenggorokan : Tonsil T1-T1

8
Leher : Pembesaran KGB (-)

Thoraks

Cor : Bunyi Jantung Reguler, Murmur (-), Gallop (-)

Pulmo : Sp. Vesikuler, Rh (-/-), Wh (-/-)

Abdomen

Inspeksi : Cembung

Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan epigastrium (+),

nyeri tekan perut kiri bawah (+)

Perkusi : Shifting dullness (-)

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Ekstermitas

Akral hangat, CRT < 2’’

Status Obstetri

Inspeksi : tampak kehamilan

Inspekulo : tidak dilakukan

Palpasi : tidak dilakukan

VT : tidak dilakukan

RT : tidak dilakukan

9
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG (3 April 2018)

USG : Kesan hamil 10 – 11 minggu, Fetal Movement (+), Fetal Heart

Movement (+)

Janin intrauterine tunggal hidup

EKG : Dalam batas normal

hCG :+

Laboratorium (3 April 2018, Jam 23.35 WITA)

Hematologi

Leukosit : 10.100/uL

Eritrosit : 4.42 10^6/uL

Hemoglobin : 12.5 g/dL

Hematokrit : 38.3 %

Trombosit : 293.000/uL

MCH : 28.3 pg

MCHC : 32.7 g/dL

MCV : 86.6 fL

Kimia Darah

SGOT : 18 U/L

SGPT : 16 U/L

Ureum Darah : 11 mg/dL

Creatinin Darah : 0.6 mg/dL

10
Gula Darah Sewaktu : 66 mg/dL

Chlorida Darah : 104.0 mEq/L

Kalium Darah : 3.90 mEq/L

Natrium Darah : 136 mEq/L

Urinalisis

Leukosit : 8 – 10 /LPB

Keton : 4+

RESUME MASUK

Pasien datang ke RS tanggal 3 April 2018 pukul 21.00 di IRDO RSUP. Prof. R. D.

Kandou Manado dengan keluhan mual muntah sejak usia kehamilan 4 minggu.

Frekuensi muntah 4 – 5 kali dalam sehari. Lemah badan (+), nafsu makan

berkurang (+), nyeri ulu hati (+). Pasien juga mengeluhkan adanya nyeri perut kiri

bawah sehabis BAK. HPHT tanggal 25 Januari 2018. Pada pemeriksaan fisik,

didapatkan mata cekung (+), turgor kulit menurun, nyeri tekan epigastrium (+),

nyeri tekan perut kiri bagian bawah (+). Selain itu, pemeriksaan fisik lainnya

dalam batas normal. Pada pemeriksaan USG didapatkan kesan hamil 10 – 11

minggu, janin intrauterine tunggal hidup. Pada pemeriksaan penunjang,

laboratorium (3/4/2018) didapatkan leukosit 10.100/uL. Dari hasil urinalisis

didapatkan leukosit 8 – 10 /LPB dan keton 4+. hCG (+). Pemeriksaan EKG dalam

batas normal.

11
DIAGNOSIS

G2P1A0 24 tahun dengan hamil 10 – 11 minggu dengan hiperemesis gravidarum

grade II + ISK

Janin intrauterine tunggal hidup

SIKAP

- Rawat Konservatif

- IVFD D10% 500 cc guyur kemudian dilanjutkan dengan RL: D5% 2:2 28

gtt/m

- Metoclopramide 3x10 mg

- Antasid syr 3x1

- Vit B6 3x1

- Cek UL, DL

- Masuk RS

- Lapor DPJP

FOLLOW UP

3 April 2018
S Mual muntah (+)
O KU: Cukup; Kes: Compos Mentis

TD: 100/70; N: 80x/m; R: 20x/m; S: 36,30C

Kulit : Turgor menurun

Mata: Conjungtiva anemis (-); sklera ikterik (-); cekung (+)

12
Abdomen: Nyeri ulu hati (+); BU (+) Normal

Ekstremitas: Akral hangat, CRT < 2”


A G2P1A0 24 tahun dengan hamil 10 – 11 minggu dengan

hiperemesis gravidarum grade II + ISK

Janin intrauterine tunggal hidup


P - IVFD D10% 500 cc guyur kemudian dilanjutkan dengan

RL: D5% 2:2 28 gtt/m

- Metoclopramide 3x10 mg

- Antasid syr 3x1

- Vit B6 3x1

- Cek UL, DL

- Masuk RS
4 April 2018
S Mual muntah (+), nyeri ulu hati (+), nyeri BAK (+)
O KU: Cukup; Kes: Compos Mentis

TD: 100/70; N: 96x/m; R: 20x/m; S: 36,50C

Kulit : Turgor menurun

Mata: Conjungtiva anemis (-); sklera ikterik (-); cekung (+)

Abdomen: Nyeri ulu hati (+); BU (+) Normal

Ekstremitas: Akral hangat, CRT < 2”


A G2P1A0 24 tahun dengan hamil 10 – 11 minggu dengan

hiperemesis gravidarum grade II + ISK

Janin intrauterine tunggal hidup


P - IVFD D5% : NaCl 2:2 28 gtt/m

- Inj. Ondansetron 3x4 mg

- Vit B6 3x1

- Antasid syr 3x1

- Amoxicillin 3x500 mg

13
- Observasi TNRS
5 April 2018
S Mual muntah (+)
O KU: Cukup; Kes: Compos Mentis

TD: 100/60; N: 80x/m; R: 20x/m; S: 36,80C

Kulit : Turgor kembali cepat

Mata: Conjungtiva anemis (-); sklera ikterik (-); cekung (-)

Abdomen: Nyeri ulu hati (-); BU (+) Normal

Ekstremitas: Akral hangat, CRT < 2”


A G2P1A0 24 tahun dengan hamil 10 – 11 minggu dengan

hiperemesis gravidarum grade II + ISK

Janin intrauterine tunggal hidup


P - IVFD D5% : NaCl 2:2 28 gtt/m

- Inj. Ondansetron 3x4 mg

- Vit B6 3x1

- Antasid syr 3x1

- Amoxicillin 3x500 mg

- Observasi TNRS

6 April 2018

S Mual muntah (-)


O KU: Cukup; Kes: Compos Mentis

TD: 100/70; N: 80x/m; R: 20x/m; S: 36,60C

Kulit : Turgor kembali cepat

Mata: Conjungtiva anemis (-); sklera ikterik (-); cekung (-)

Abdomen: Nyeri ulu hati (-); BU (+) Normal

Ekstremitas: Akral hangat, CRT < 2”


A G2P1A0 24 tahun dengan hamil 10 – 11 minggu dengan

14
hiperemesis gravidarum grade II + ISK

Janin intrauterine tunggal hidup


P - Vit B6 3x1

- Antasid syr 3x1

- Metoclopramide 3x10 mg

- Amoxicillin 3x500 mg

BAB III

PEMBAHASAN

Pada anamnesis didapatkan wanita hamil datang dengan keluhan mual dan

muntah sejak usia kehamilan 4 minggu. Frekuensi muntah 4 – 5 kali dalam sehari,

disertai nyeri perut bagian kiri bawah setelah buang air kecil. Hasil pemeriksaan

fisik, didapatkan mata cekung (+), turgor kulit menurun, nyeri tekan epigastrium

(+), nyeri tekan perut kiri bagian bawah (+). Pada pemeriksaan USG didapatkan

kesan hamil 10 – 11 minggu, janin intrauterine tunggal hidup. Pada pemeriksaan

penunjang, laboratorium (3/4/2018) didapatkan leukosit 10.100/uL. Dari hasil

urinalisis didapatkan leukosit 8 – 10 /LPB dan keton 4+. hCG (+). Berdasarkan

anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang, pasien ini didiagnosis dengan

G2P1A0 24 tahun dengan hamil 10 – 11 minggu dengan hiperemesis gravidarum

grade II + ISK. Menurut kepustakaan, hiperemesis gravidarum merupakan suatu

penyakit dimana wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan

diminum hingga berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis

berkurang dan timbul asetonuria hingga umur kehamilan 20 minggu.2 Hiperemesis

15
gravidarum juga dikarakteristikkan dengan mual dan muntah yang menetap dan

menyebabkan ketosis dan penurunan berat badan lebih dari 5% berat sebelum

hamil.12

Hiperemesis gravidarum dibagi berdasarkan berat ringannya gejala menjadi 3

tingkat, yaitu:

1. Hiperemesis Gravidarum Tingkat I

Ditandai dengan muntah terus menerus yang membuat keadaan umum ibu

berubah, ibu merasa sangat lemah, tidak ada nafsu makan, berat badan

menurun, dan nyeri ulu hati. Pada pemeriksaan fisik ditemukan denyut nadi

sekitar 100 kali permenit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit

berkurang, lidah mengering dan mata cekung.

2. Hiperemesis Gravidarum Tingkat II

Pasien terlihat lebih lemah dan apatis, turgor kulit berkurang, lidah mengering

dan tampak kotor, denyut nadi lemah dan cepat, suhu akan naik dan mata

sedikit ikteris, berat badan turun dan mata cekung, tensi turun, oliguria dan

konstipasi. Bau aseton dapat tercium dari nafas dan dapat pula ditemukan

dalam urin.

3. Hiperemesis Gravidarum Tingkat III

Keadaan umum tampak lebih parah, muntah berhenti, penurunan kesadaran,

bisa somnolen sampai koma. Nadi lemah dan cepat, tekanan darah menurun

dan suhu meningkat. Komplikasi pada susunan saraf yang fatal dapat terjadi,

dikenal dengan ensefalopati wernicke, dengan gejala nistagmus, diplopia dan

16
perubahan mental. Keadaan tersebut diakibatkan oleh kekurangan zat makanan,

terutama vitamin B1 dan B2.2

Pada pasien ini didapatkan mata cekung (+), penurunan turgor kulit (+) serta

pada hasil urinalisis diapatkan ada ketonuria 4+. Sehingga pasien didiagnosis

dengan hipermesis gravidarum tingkat II.

Batas antara mual dan muntah dalam kehamilan yang masih fisiologik dengan

hiperemesis gravidarum masih belum jelas, akan tetapi muntah yang

menyebabkan gangguan kehidupan sehari-hari dan dehidrasi memberikan

petunjuk bahwa wanita hamil tersebut memerlukan perawatan yang intensif.13

Pada diagnosis harus ditentukan adanya kehamilan dan muntah yang terus

menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum. Pemeriksaan fisik pada pasien

hiperemesis gravidarum biasanya tidak memberikan tanda-tanda yang khusus.

Lakukan pemeriksaan tanda vital, keadaan membran mukosa, turgor kulit, nutrisi

dan berat badan. Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai dehidrasi, turgor kulit

yang menurun, perubahan tekanan darah dan nadi. Pemeriksaan laboratorium

yang perlu dilakukan antara lain, pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan kadar

elektrolit, keton urin, tes fungsi hati, dan urinalisa untuk menyingkirkan penyebab

lain. Bila hyperthyroidism dicurigai, dilakukan pemeriksaan T3 dan T4. Lakukan

pemeriksaan ultrasonografi untuk menyingkirkan kehamilan mola.13

Infeksi saluran kemih pada ibu hamil memang sangat wajar dan sering terjadi.

Hal ini disebabkan karena pertumbuhan janin bisa menyebabkan tekanan yang

kuat pada saluran kemih dan kandung kemih. Kondisi inilah yang bisa

17
menyebabkan bakteri sering terperangkap dan menjadi infeksi. Tekanan janin

sudah terjadi sejak ada berbagai tanda kehamilan yang muncul sejak awal.

Adapun beberapa faktor resiko penyakit hiperemesis gravidarum antara lain

adalah usia ibu, usia gestasi, jumlah gravida, tingkat sosial ekonomi, kehamilan

ganda, kehamilan mola, kodisi psikologis ibu dan adanya infeksi H.pilory. Usia

ibu merupakan faktor resiko dari hiperemesis gravidarum yang berhubungan

dengan kondisi psikologis ibu hamil. Ibu dengan usia kurang dari 20 tahun atau

lebih dari 35 tahun lebih sering mengalami hiperemesis gravidarum. Usia gestasi

atau usia kehamilan juga merupakan faktor resiko hiperemesis gravidarum, hal

tersebut berhubungan dengan kadar hormon korionik gonadotropin, estrogen dan

progesteron di dalam darah ibu. Kadar hormon korionik gonadotropin merupakan

salah satu etiologi yang dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum. Kadar

hormon gonadotropin dalam darah mencapai puncaknya pada trimester pertama,

tepatnya sekitar minggu ke 14-16. Oleh karena itu, mual dan muntah lebih sering

terjadi pada trimester pertama. Faktor resiko lain adalah jumlah gravida. Hal

tersebut berhubungan dengan kondisi psikologis ibu hamil dimana ibu yang baru

pertama kali hamil akan mengalami stress yang lebih besar dari ibu yang sudah

pernah melahirkan dan dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum, ibu

primigravida juga belum mampu beradaptasi terhadap perubahan korionik

gonadotropin, hal tersebut menyebabkan ibu yang baru pertama kali hamil lebih

sering mengalami hiperemesis gravidarum. Pekerjaan berhubungan dengan

kondisi sosial ekonomi yang juga mempengaruhi pola makan, aktifitas dan stres

pada ibu hamil.13

18
Pada pasien ini diduga faktor resikonya adalah usia gestasi ibu yang masih

berusia 10 – 11 minggu dan faktor psikologis dari ibu karena ini merupakan

perkawinan yang kedua di usia yang masih muda.

Penatalaksaan pada ibu dengan hiperemesis gravidarum dapat dilakukan

dimulai dengan :

1. Untuk keluhan hiperemesis yang berat pasien dilanjutkan untuk dirawat di

rumah sakit dan membatasi pengunjung.

2. Infus glukosa 10% atau 5% : RL = 2:1, 40 tetes per menit.

3. Obat

- Vitamin B1, B2, B6 masing – masing 50 – 100 mg/hari/infus.

- Vitamin B12 200 μg/hari/infus, vitamin C 200mg/hari/infus.

- Fenobarbital 30 mg I.M, 2- 3 kali sehari atau klorpromazin 25 – 50 mg/hari

I.M. atau kalau perlu diberikan diazepam 5 mg 2- 3 kali per hari I.M.

- Antiemetik: prometazin (avopreg) 2 – 3 kali 25 mg per hari per oral atau

proklorperazin (stemetil) 3 kali 3 mg per hari per oral atau mediamer B6 3 kali

1 per hari per oral.

- Antasida: asidrin 3x1 tablet per hari per oral atau milanta 3x1 tablet per hari

per oral atau magnam 3x1 tablet per hari per oral.

4. Rehidrasi dan suplemen vitamin

19
Pilihan cairan adalah normal salin (NaCl 0,9%). Urin output juga harus

dimonitor dan perlu dilakukan pemeriksaan dipstik untuk mengetahui

terjadinya ketonuria.

5. Antiemesis

Tidak dijumpai adanya teratogenitas dengan menggunakan dopamine antagonis

(metoklopramid, domperidon), fenotiazin (klorpromazin, proklorperazin),

antikolinergik (disiklomin) atau antihistamin H1-reseptor antagonis

(prometazin, siklizin). Namun, bila masih tetap tidak memberikan respons,

dapat juga digunakan kombinasi kortikosteroid dengan reseptor agonis 5-

Hidrokstriptamin (5-HT3) (ondansetron, sisaprid).14

Pada pasien ini telah diberikan pengobatan yang sesuai dengan protokol

pengobatan.

Pada mual dan muntah yang parah, lama dan sering dapat menyebabkan tubuh

mengalami defisensi 2 vitamin penting yaitu thiamin dan vitamin K. Pada

defisiensi thiamin, dapat terjadi Wernicke encephalopathy, yaitu suatu keadaan

gangguan sistem saraf pusat yang ditandai dengan pusing, gangguan penglihatan,

ataxia dan nistagmus. Penyakit ini dapat berkembang semakin parah dan

menyebabkan kebutaan, kejang dan koma.4 Pada defisiensi vitamin K, terjadi

gangguan koagulasi darah dan juga disertai dengan epistaksis.

Pasien ini tidak mengalami komplikasi karena segera dibawa ke rumah sakit

dan diberikan penanganan yang cepat dan tepat.

20
Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat

memuaskan. Sebagian besar penyakit ini dapat membaik dengan sendirinya pada

usia kehamilan 20-22 minggu, namun pada tingkatan yang berat, penyakit ini

dapat membahayakan jiwa ibu dan janin. Pada kasus ini, pasien telah diberikan

penanganan yang tepat, sehingga telah dirawat jalan setelah 4 hari mendapatkan

perawatan di rumah sakit, maka prognosisnya dubia ad bonam.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Telah dilaporkan kasus dengan diagnosa G2P1A0 24 tahun dengan hamil 10

– 11 minggu dengan hiperemesis gravidarum grade II + ISK. Janin intrauterine

tunggal hidup. Pasien masuk dengan keluhan mual muntah sejak usia kehamilan 4

minggu. Frekuensi muntah 4 – 5 kali dalam sehari, disertai nyeri perut. Lemah

badan (+), nafsu makan berkurang (+). Nyeri ulu hati (+). Pada pemeriksaan fisik,

didapatkan mata cekung (+), turgor kulit menurun, nyeri tekan epigastrium (+),

nyeri tekan perut kiri bagian bawah (+). Pada pemeriksaan USG didapatkan kesan

hamil 10 – 11 minggu, janin intrauterine tunggal hidup. Pada pemeriksaan

penunjang, laboratorium (3/4/2018) didapatkan leukosit 10.100/uL. Dari hasil

urinalisis didapatkan leukosit 8 – 10 /LPB dan keton 4+. hCG (+). Pemeriksaan

EKG dalam batas normal. Pada kasus ini, pasien telah diberikan penanganan yang

cepat dan tepat, sehingga telah dirawat jalan setelah 4 hari mendapatkan

perawatan di rumah sakit, prognosis pasien ini dubia ad bonam.

21
B. Saran

Pasien dianjurkan untuk kontrol kembali di Poliklinik Obstetri RSUP Prof DR.

R. D Kandou Manado untuk kontrol kehamilan dan dianjurkan segera kembali ke

rumah sakit bila pasien demam dan muntah terus – menerus.

DAFTAR PUSTAKA

1. Winkjosastro H. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo: 2009. p. 275


2. Mose JC. Gestosis. Dalam: Sastrawinata S, Maartadisoebrata D,

Wirakusumah FF, editors. Obtetri Patologi. Jakarta: Buku Kedokteran

EGC; 2005. p. 64
3. Macgibbon, K. (n.d.). What Is Hyperemesis Gravidarum ? An Educational

Guide for Patients.


4. Cunningham FG, Leveno KJ, Gant NF, et al. Williams Obstetrics 23rd

Edition. United States of America : McGraw-Hill Companies, Inc: 2010.

Chapter 34 : p1113 – 1114


5. Sastrawinata S, Martadisoebrata D, Wirakusumah FF. Obtetri Patologi.

Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2005. p. 65


6. Rukiyah AY, Yulianti L. Asuhan Kebidanan IV. Jakarta. Trans Info Media;

2010.p.118
7. Manuaba IBG,Manuaba IAC, Manuaba IBGF. Pengantar Kuliah Obstetri.

Jakarta.EGC;2007
8. Hanretty KP. Obstetrics Illustrated. Philadelphia : Churchill Livingstone,

Inc : 2008. Chapter 7 : p.103


9. Winkjosastro H. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo: 2002

22
10. Mullin, P M, Bray, A, Schoenberg F, Macgibbon K W, & Romero, R.

(2011). Prenatal exposure to hyperemesis gravidarum linked to increased

risk of psychological and behavioral disorders in adulthood. Obstetrics &

Gynecology.
11. Zhang Y, Cantor, R. M., MacGibbon, K., Romero, R., Goodwin, T. M.,

Mullin, P. M., & Fejzo, M. S. (2011). Familial aggregation of hyperemesis

gravidarum. American journal of obstetrics and gynecology, 204(3),

230.e1-7.
12. Hanretty KP. Obstetrics Illustrated. Philadelphia : Churchill Livingstone,

Inc : 2008. Chapter 7 : p.102


13. Mose JC. Gestosis. Dalam: Sastrawinata S, Maartadisoebrata D,

Wirakusumah FF, editors. Obtetri Patologi. Jakarta: Buku Kedokteran

EGC; 2005. p. 66
14. Niebyl, J. R.. Nausea and Vomiting in Pregnancy.(2010). Therapy,

15441550.

23
24
25
26

Вам также может понравиться