Вы находитесь на странице: 1из 14

DAFTAR ISI

Daftar Isi ............................................................................................................................. I

Bab I : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................................3


1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................................4
1.3 Tujuan Masalah ..............................................................................................................4

Bab II : Pembahasan

2.1 Arti Budaya Industri ......................................................................................................5


2.2 Munculnya Budaya Industri ...........................................................................................8
2.3 Perilaku Masyarakat Industri .........................................................................................9
2.4 Kebudayaan Masyarakat Industri ................................................................................10
2.5 Teori culture industry...................................................................................................10

Bab III : Penutup

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 12


3.2 Saran ............................................................................................................................13

Daftar Pustaka .................................................................................................................14


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Suatu negara memiliki kondisi sosial ekonomi yang berbeda-beda. Ada yang masih
bergantung pada negara lain, ada yang sebatas mampu memenuhi kebutuhannya sendiri, dan ada
yang telah mampu memberi bantuan kepada negara lain. Perbedaan kondisi tersebut
menyebabkan terjadinya pengelompokan-pengelompokan negara berdasarkan kondisi sosial
ekonominya. Kalian tentu pernah mendengar bahwa negara-negara, seperti Inggris, Amerika
Serikat, Prancis ataupun Jerman disebut sebagai negara maju. Kemajuan negara-negara tersebut
dapat dilihat dari banyaknya kota-kota metropolitan yang dicirikan dengan kondisi fisik berupa
banyaknya bangunan atau gedung-gedung tinggi sebagai kawasan industri dan perkantoran. Hal
tersebut dikarenakan mayoritas negara maju perekonomiannya bertumpu pada sektor industri,
jasa dan perdagangan. Adapun negara-negara seperti Afrika Selatan, India, Pakistan, Laos,
Malaysia, dan termasuk negara kita disebut negara berkembang. Negara berkembang pada
umumnya bercorak agraris, karena masih banyak ditemui lahan pertanian yang luas dan subur.

Suatu negara dapat disebut negara berkembang atau negara maju didasarkan pada
keberhasilan pembangunan oleh negara yang bersangkutan. Suatu negara digolongkan sebagai
negara berkembang jika negara tersebut belum dapat mencapai tujuan pembangunan yang telah
ditetapkan atau belum dapat menyeimbangkan pencapaian pembangunan yang telah dilakukan.
Adapun suatu negara digolongkan sebagai negara maju jika negara tersebut telah mampu
menyeimbangkan pencapaian pembangunan yang telah dilakukan, sehingga sebagian besar
tujuan pembangunan telah dapat terwujud, baik yang bersifat fisik ataupun nonfisik.

Industrialisasi adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi yang merubah sistem
pencaharian masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Industrialisasi juga bisa diartikan
sebagai suatu keadaan dimana masyarakat berfokus pada ekonomi yang meliputi pekerjaan yang
semakin beragam (spesialisasi), gaji, dan penghasilan yang semakin tinggi. Industrialisasi adalah
bagian dari proses modernisasi dimana perubaha sosial dan perkembangan ekonomi erat
hubungannya dengan inovasi teknologi.Dalam Industrialisasi ada perubahan filosofi manusia
dimana manusia merubah pandangan lingkungan sosialnya menjadi lebih kepada rasionalitas

2
(tindakan didasarkan atas pertimbangan, efisiensi, dan perhitungan, tidak lagi mengacu kepada
moral, emosi, kebiasaan atau tradisi).

1.2 Rumusan Masalah


a) Apakah Budaya Industri?
b) Bagaimana Munculnya Masyarakat Industri?
c) Bagaimana Perilaku Masyarakat Industri?
d) Bagaimana Kebudayaan Masyarakat Industri?

1.3 Tujuan Masalah


a) Mengetahui Budaya Industrial secara lebih mendalam.
b) Mengetahui cara munculnya Masyarakat Industri.
c) Mengetahui perilaku Masyarakat Industri.
d) Mengetahui Kebudayaan Masyarakat Industri.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Budaya Industrial

Budaya industrial adalah merupakan dua hal yang berbeda.


Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk
jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere,
yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani.
Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. Kebudayaan
sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski
mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh
kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-
Determinism.

Manakala pengertian “industri” dalam konteks budaya ini, perlu dipahami secara mendalam yang
artinya bukan berarti industri” dalam arti “pabrikasi” dan “masalisasi”. Namun budaya sebagai
suatu kegiatan industri yang di dalamnya mencakup pemahaman terpadu antara:

1. Perencanaan (planning) dan pembangunan (development)

2. Pengelolaan (management)

3. Pemasaran (marketing)

4. Investasi (investment)

5. Pelestarian (conservation)

Industri warisan budaya bangsa tidak boleh di pandang sebelah mata. Sebagai bagian dari
sektor ekonomi kreatif, industri jenis ini menjadi aset tak terbatas yang sampai kapan pun tidak
akan pernah lekang oleh zaman dengan catatan bahwa proses kreasi dan inovasi terus
diberdayakan.

4
Industri modern masuk indonesia pada masa penjajahan barat ketika masyarakat masih
dalam kekuasaan yang kuat. Sebelumnya, industri yang berkembanng adalah kerajinan tangan
yang dilakukan di rumah-rumah. Masuknya industri modern diterima oleh masyarakat, bukan
hanya karena kekuasaan yang berpengaruh, melainkan juga sikap bangga yang terbuka menerima
perubahan.

Desa sebagai basis masyarakat mendapat pengaruh dari industrilisasi ini. Dilihat dari
ruangnya, pengalih fungsian lahan-lahan pertanian menjadi areal industri menimbukan beberapa
hal tersendiri berkurangnya lahan pertanian di pulau Jawa mengakibatkan banyak orang
kehilangan kesempatan hidup mapan dengan bekerja di sektor agraris. Dengan kemampuan
terbatas menyerap tenaga kerja, industri malah menimbulkan pengangguran dalam jumlah yang
meningkat.

Budaya istimewa akibat industrilisasi adalah materialisme, segala sesuatu dinilai dengan
kebendaan. Budaya ini harus berbenturan dengan budaya bangsa indonesia yang sangat
memegang norma-norma sosial. Hubungan intrapersonal masyarakat semakin renggang atau
diartikan dengan cara lain, yaitu tolong menolong dalam menyelesaikan urusan yang
dihadapinya ( korupsi dan kolusi ).

Namun disisi lain industrilisasi memberikan perubahan pola pikir dimasyarakat.


Masyarakat mulai memperhatikan pendidikan, manfaaat menabung, demokrasi dalam keluarga,
dan memberikan lebih banyak kesempatan bagi wanita dalam aktifitas. Perubahan juga terjadi
dalam memandang urusan agama, misalnya, banyaknya orang islam yang berusaha sekuat
tenaga, menunaikan haji, sekalipun sekali seumur hidup.walaupun tekad ini kerang kuat di
masyarakat, karena derasnya arus moderenisasi sehingga lebih mementingkan kebendaan dari
pada kerohanian.

Industrilisasi di Indonesia memberikan karakteristik karena harus berhadapan dengan


budaya bangsa yang kuat. Di sisi lain, bangsa Indonesia masih senang mencari intisari
masyarakatnya sendiri menjadi suatu kebenaran pribadi yang di pegang kuat. Dengan demikian,
apa yang benar di luar Indonesia tidak perlu berlaku di sini. Pandangan ini yang seharusnya di
jaga dalam menghadapi situasi masa depan sehingga tercipta keadaan yang saling memengaruhi
antara industry dengan intisari budaya bangsa Indonesia.

5
Pada perencanaan pembangunan di negara berkembang termasuk Indonesia. Pada
umumnya dalam merumuskan pembangunan tidak lain adalah sebagian upaya untuk memajukan
suatu masyarakat. Mereka berpikir bahwa masyarakat mereka yang agraris harus diubah menjadi
masyarakat yang bercorak industrial. Usaha itu disebut sebagai proses transformasi masyarakat
agraris menuju masyarakat industrial.

Proses transformasi adalah proses perubahan secara mendasar dan besar-besaran yang dilakukan
untuk mengubah basis ekonomi, sosial dan politik, yang dari semula bercorak pertanian agraris
menuju kehidupan industrial. Proses transformasi masyarakat di negara agraris pada dasarnya
mencakup tiga macam perubahan, yaitu :

 Perubahan ekonomi yang relatif stabil

 Perubahan kelembagaan politik sosial dari ilmu tradisional menuju modern.

 Perubahan kelembagaan politik dari feodal menuju demokrasi

Ketiga jenis perubahan tersebut harus berjalan secara bersama-sama dan terkait satu sama lain
untuk memperoleh perubahan mendasar dalam basis ekonomi. Proses transformasi masyarakat
agraris menuju industrial hanya akan terjadi kalau ada campur tangan yang terencana dan
sistematis dari pemerintah atau negara.

Dalam hal ini, industrialisasi yang dimaksud adalah setiap usaha dan strategi yang
dilakukan pemerintah untuk menjaga basis ekonomi masyarakat dari semula bercorak agraris
pertanian menuju industrialisasi yang perekonomiannya berbasiskan pada produksi,
kebijaksanaan industrialisasi ini merupakan prioritas dalam perubahan ekonomi yang membawa
perubahan pada orientasi perilaku masyarakat ini jadi semakin rasional.

Kehidupan masyarakat industrial adalah kehidupan di dalam masyarakat perkotaan.


Karenanya untuk membicarakan kebudayaan industrial, maka kita akan berbicara mengenai
kebudayaan masyarakat kota. Beberapa ahli mengartikan kota sebagai suatu himpunan penduduk
yang bertempat tinggal di dalam pusat kegiatan ekonomi, pemerintahan, kesenian dan ilmu
pengetahuan.

6
Adapun ciri-ciri masyarakat kota adalah :

 Jumlah penduduk besar dan padat, terutama di pusat kota.

 Mempunyai penduduk yang beraneka ragam karena asal usul mereka yang berlainan.

 Penduduknya lebih dinamis, banyak mengadakan perubahan pekerjaan, mudah berpindah


tempat tinggal, dan sebagainya.

 Lebih cepat, lebih bebas dan mudah bergerak, lebih cepat menerima dan membuang
sesuatu yang baru. Peradaban macam ini memberikan kepada mereka sesuatu perasaan
harga diri yang besar

Keadaan kota dengan bermacam corak hidup seperti di atas menarik masyarakat pedesaan untuk
melakukan urbanisasi. Akibatnya, terjadi berbagai masalah sosial, baik bagi kota yang dituju
maupun desa yang ditinggalkan.

2.2 Munculnya Masyarakat Industri

Menurut Straubhaar dan LaRose (2004), Masyarakat Industri mengacu pada terjadinya
Revolusi Industri, yang umumnya dikaitkan dengan penemuan mesin uap. Namun
sesungguhnya, pemicu penting menuju era industri tersebut dimulai dengan penemuan di bidang
komunikasi, yakni publikasi Bible yang diproduksi dengan mesin cetak pengembangan dari
Johannes Guttenberg (1455).

Manusia cenderung bersifat dinamis. Selalu ada perubahan yang terjadi pada diri
manusia. Semakin meningkatnya kebutuhan hidup sedangkan SDA yang tersedia semakin
menipis dan lahan kerja yang tidak memadai, keterbatasan lahan perkotaan untuk migrasi,
pemerataan pembangunan dan penghematan biya produksi menyebabkan munculnya keinginan
untuk menciptakan satu hal baru yang dapat meningkatkan taraf hidup menjadi lebih baik dengan
mengubah pola hidupnya. Perubahan paling sederhana yang tampak secara spasial adalah alih
fungsi lahan pertanian menjadi kawasan industri dan kawasan perumahan yang tentu berdampak
pada beralihnya profesi masyarakat petani ke profesi lain. Hal ini mempunyai pengaruh pada
pola hidup, mata pencaharian, perilaku maupun cara berpikir.

7
Masyarakat dan kebudayaan memang saling mempengaruhi, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Pengaruh tersebut dimungkinkan karena kebudayaan merupakan produk dari
masyarakat. Pengaruh yang nantinya akan membuat perubahan umumnya terjadi karena adanya
tuntutan situasi sekitar yang berkembang. Sehingga, masyarakat yang awalnya masyarakat
pertanian lambat laun berubah menjadi masyarakat industri.Perubahan sosial terjadi karena
adanya kondisi-kondisi sosial primer, misalnya kondisi ekonomi, teknologi, georafi dan biologi.
Kondisi-kondisi inilah yang menyebabkan terjadinya perubahan pada aspek-aspek kehidupan
sosial lainnya.

2.2 Perilaku Masyarakat Industrial

Masyarakat industri pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa tergantung
pada orang lain. Yang penting disini adalah manusia perorangan atau individu. Kesempatan kerja
lebih banyak diperoleh warga kota karena sistem pembagian kerja yang tegas dan sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya (prfesionalisme). Pola pemikiran yang rasional, sistematis dan
objektif yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan menyebabkan interaksi-interaksi yang
terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan dari pada faktor pribadi.

Faktor waktu lebih penting dan berharga, sehingga pembagian waktu yang sangat teliti
sangat penting untuk mengejar kepentingan individu. Para pengelola industri akan menciptakan
aturan-aturan yang berlaku sesuai tuntutan dalam dunia industri yang jauh berbeda dengan aturan
masyarakat agraris. Aktivitas yang dilakukan masyarakat industri pun berbeda dengan
masyarakat agraris. Mereka cenderung lebih menghargai waktu, hidup serba cepat, jam kerja
mereka lebih jelas, kerja tersistematisasi, persaingan ketat di berbagai aspek, dan
sebagainya. Mereka juga cenderung lebih menggunakan rasio dalam memutuskan sesuatu
ataupun bertindak. Perubahan sosial sangat nampak dengan nyata, karena kota-kota biasanya
terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.

2.3 Kebudayaan Masyarakat Industrial

Industri memberikan input kepada masyarakat sehingga membentuk sikap dan tingkah
laku yang mencerminkan cara bersikap dalam bekerja. Dengan berkembangnya aspek ekonomi
yaitu industrialisasi jelas akan membawa perubahan dalam dalam kehidupan masyarakat
walaupun secara perlahan. Masyarakat secara bertahap menerima adanya zaman baru, yaitu

8
modernisasi. Mereka mulai belajar menerima budaya yang ditularkan negara luar karena adanya
kerjasama satu sama lain dan hal itu tidak bisa dihindarkan. Mereka harus bisa menyesuaikan
diri, namun hal itu tidak lantas mengharuskan masyarakat meninggalkan budaya sendiri.

Secara ekonomis kini masyarakat industrialis semakin bertambah kaya, baik secar
kuantitas maupun kualitas. Namun kondisi yang membaik ini menurut Mercuse adalah keadaan
yang terlihat hanya dari kulit luarnya saja. Sesuatu yang menipu karena pada kenyataanya
peningkatan kualitas dan kuantitas kesejahteraan manusia hanya dirasakan secara lahiriah saja.
Manusia pada masyarakat industri adalah manusia yang tidah utuh nilai-nilai kemanusiaannya.
Mereka terjebak dalam budaya konsumeristik hedonisme yang dipacu oleh faktor-faktor
produksi. Kemajuan dibidang material justru berbading terbalik dengan merosotnya nilai-nilai
moral, kebudayaan dan agama.

Untuk menjadi industrial, masyarakat harus disiapkan untuk menerima nilai-nilai yang
bakal menunjang proses industrialisasi, dikehendaki ataupun tidak pasti melahirkan tata nilai
yang kebanyakan tidak dikenal oleh suatu masyarakat pedesaan (Nurcholish Madjid, 1999 : 127).

2.4 Mata Pencarian Masyarakat Industri

Dalam masyarakat industri biasanya terdapat spesialisasi pekerjaan. Terbentuknya


spesialisasi pekerjaan tersebut disebabkan oleh semakin kompleks dan rumitnya bidang-bidang
pekerjaan dalam masyarakat industri. Proses perubahan yang terjadi dalam diferensiasi pekerjaan
ini mengakibatkan terjadinya hierarki prestise dan penghasilan yang kemudian menimbulkan
adanya stratifikasi dalam masyarakat yang biasanya berbentuk piramida. Stratifikasi sosial inilah
yang menentukan strata anggota masyarakat yang ditentukan berdasarkan sikap dan karakteristik
masing-masing anggota kelompok.

Di wilayah Industri sudah banyak tedapat industri. Ini menyebabkan mata pencaharian
masyarakat setempat sebagai karyawan atau buruh pabrik. Hal ini disebabkan lahan pertanian
sekitar desa industri telah menjadi lahan industri, menjadikan kebanyakan warga menjadikan
mata pencaharian utama adalah sebagai karyawan pabrik atau sebagai buruh. Selain itu akibat
wilayah mereka menjadi industri, menyebabkan dari masyarakat menjadi pedagang, baik kecil
maupun menengah.

9
Dalam masyarakat Industri, mata pencaharian masyarakatnya secara umum
dapat diklasifikasikan sebagai pengolah dan pembuat barang-barang industri. Bercocok tanam
tidak lagi menjadi pekerjaan tetap mereka, karena Bahan- bahan pertanian telah berubah fungsi
menjadi home industri dan pabrik pabrik. Perlu digarisbawahi bahwa perubahan mata
pencaharian tadi, juga sangat berpengaruh pada kemajuan perdagangan. Sehingga berdagang
juga merupakan salah satu irri mata pencaharian masyarakat industri.

2.5 Teori Culture Industry

Industri sebagai penghasil produk apapun, dari yang sifatnya materi sampai ke non-
materi di distribusikan melalui media massa kepada masyarakat untuk memaksimalkan
pencapaian keuntungan. Melampaui batas daerah, negara bahkan benua. Seperti dikatakan
Adorno: “Kekuatan ideologi industri budaya sudah sedemikian rupa hingga konformitas
(keseragaman) menggantikan kesadaran” (Dominic Strinati 2007:110). Menurut Adorno industri
budaya mencerminkan fetisisme komoditas, dengan memakai konsepnya Karl Marx. Industri
budaya membentuk selera dan kecendrungan massa sehingga mencetak kesadaran palsu dengan
cara menanamkan keinginan mereka atas kebutuhan-kebutuhan palsu (Dominic Striniati
2007:73).

Dengan merujuk pada analisis industri budaya pada musik pop, Adorno mengatakan teori
ini sangat berkaitan terhadap teori fetisisme komoditas yang dikonsumsi oleh khalayak massal
untuk menggambarkan kekuatan industri dalam masyarakat kapitalis (Dominic Strinati 2007:73).

Industri budaya didominasi oleh dua proses yaitu standarisasi dan individualisasi semu.
Standarisasi yang dimaksud Adorno di sini merujukpada kemiripan mendasar di antara lagu-lagu
pop karena bagian bait lagu maupun akornya semakin saling dapat dipertukarkan sementara
individualisasi semu menyamarkan proses tersebut dengan menjadikan lagu-lagu tersebut
semakin bervariasi dan berlainan satu sama lain yang pada akhirnya digunakan oleh industri
sebagai umpan untuk menarik konsumen (John Storey 2010:118)

Adorno juga memandang musik pop sebagai “perekat sosial” karena musik pop
menawarkan relaksasi dari pekerjaaan yang bisa disimak tanpa harus diperhatikan. Kaum
kapitalis menanamkan hal tersebut kepada masyarakatnya sebagai sesuatu yang dibutuhkan
karena musik pop seolah menawarkan khayalan, kebahagiaan, resolusi dan rekonsiliasi di dalam

10
kehidupan. Kenikmatan yang ditawarkan di dalam musik pop tersebut membuat orang berhenti
berpikir tentang realitas kehidupan yang keras dan hambar dari sebuah masyarakat kapitalis
(Strinati, 2007: 77-78).

The Cultural Industry: Enlightenment as Mass Deception, Theodor Adorno dan Max
Horkheimer mengungkap bahwa budaya massa berhubungan erat dengan standarisasi produksi
budaya melalui film, radio, dan majalah untuk memanipulasi massa. Dengan demikian, secara
tidak disadari, khalayak dipaksa untuk membutuhkan dan berusaha memiliki budaya yang
serupa, bagaimanapun kondisi mereka. Adorno dan Horkheimer membaca fenomena ini sebagai
bencana bagi high culture atau budaya ‘adiluhung’. Dalam tesisnya mengenai cultural industry,
mereka menyebut bahwa atas nama kepentingan khalayak, industri kapitalis telah menggerakkan
massa dengan keinginan dan kebutuhan palsu. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Cultural
industry menjadi term yang menggantikan istilah budaya massa atau pop culture yang dapat
diidentifikasi melalui beberapa karakter khususnya: budaya massa, komodifikasi, dan
standarisasi.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Industrialisasi juga bisa diartikan


sebagai suatu keadaan dimana masyarakat berfokus pada ekonomi yang meliputi pekerjaan yang
semakin beragam (spesialisasi), gaji, dan penghasilan yang semakin tinggi. Industrialisasi adalah
bagian dari proses modernisasi dimana perubaha sosial dan perkembangan ekonomi erat
hubungannya dengan inovasi teknologi.

Ditinjau dari segi geografis, desa adalah hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok
manusia dan lingkungannya. Hasil dari perpaduan itu merupakan suatu wujud/penampakan
dimuka bumi yang ditimbulkan oleh unsure unsure fisiografis, social,ekonomi,dan cultural yang
saling berinteraksi antar unsure tersebut dan juga hubungannya dengan daerah daerah lain.

Sebagian besar penduduk Indonesia masih bekerja dalam sector pertanian termasuk
peternakan dan perikanan. Menurut statistic sensus pertanian 1963, Indonesia memiliki 41.000
komunitas desa, 21.000 di Jawa. Dari komunitas itu dapat dibagi kedalam dua golongan
berdasarkan teknologi usaha taninya. a) Desa- desa yang berdasarkan cocok tanam di lading, dan
b) Desa- desa yang berdasarkan cocok tanam di sawah.

12
Adapun desa-desa golonngan pertama dapat di temui di pulau Sumatra, Kalimantan,
Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Irian dengan perkecualian beberapa daerah di Minahasa.
Desa-desa yang termasuk golongan kedua terutama terletak di Jawa, Madura, Bali dan Lombok.

Menurut Straubhaar dan LaRose (2004), Masyarakat Industri mengacu pada terjadinya Revolusi
Industri, yang umumnya dikaitkan dengan penemuan mesin uap. Namun sesungguhnya, pemicu
penting menuju era industri tersebut dimulai dengan penemuan di bidang komunikasi, yakni
publikasi Bible yang diproduksi dengan mesin cetak pengembangan dari Johannes Guttenberg
(1455).

3.2 Saran

Saran yang dapat kami sampaikan adalah semoga makalah ini bisa dibahas dan dipelajari
serta menjadi suatu acuan belajar yang mendorong Mahasisiwa/i untuk membaca dan membahas
serta untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang materi kebudayaan primitif, agraris dan
industrial. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua terutama kami kelompok 2
selaku penyusun makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Atnawi, Dialetika Perkembangan Masyarakat Primitif Menuju Masyarakat Kota Menurut Ibnu
Khaldun, Jurusan Filsafat Fakultas Usuluddin, UIN Sunan Kalijaga, 2009.

Kaelan,H.2000.Pendidikan Pancasila.jogjakarta:paradigma

Mawardi dan Nur Hidayati.2006. IAD-ISD-IBD. Bandung: Pustaka Setia

Narwoko,j.Dwi dan bagong suyanto(ed)2006.sosiologi pengantar dan terapan.jakarta:kencana


prenada media group

13
14

Вам также может понравиться