Вы находитесь на странице: 1из 4

BAB III

PROSES PENGOLAHAN

3.1 Proses Pengolahan


Reaksi penyabunan atau saponifikasi dapat ditulis yaitu sebagai berikut :

C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR………….(1)


Trigliserida Basa Kuat Gliserol Sabun

Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai


produk utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk
samping juga memiliki nilai jual. Sabun merupakan garam yang terbentuk dari
asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih mudah larut.
Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi
partikel yang lebih kecil, melainkan larut dalam bentuk ion.
Dimana fungsi dari alat-alat yang digunakan pada proses pembuatan sabun
adalah hidrolizer digunakan sebagai tempat terjadinya reaksi antara asam lemak
dengan air. High vacuum still digunakan untuk penampungan bahan dengan
tekanan vakum agar diperoleh uap dari bagian top alat. Kondensor digunakan untuk
proses pendinginan bahan. Pompa digunakan untuk mengalirkan suatu zat ke dalam
wadah tertentu dengan menggunakan tekanan. Steam flash tank digunakan untuk
pemanasan dengan tekanan uap yang tinggi.
Holding tank digunakan untuk tempat penampungan hasil kondensasi asam
lemak yang masih belum murni yang akan dijadikan sebagai bahan baku pembuatan
sabun dan detergen. Mixer digunakan sebagai tempat pencampuran dalam sistem
emulsi sehingga menghasilkan suatu dispersi yang homogen. Blender digunakan
sebagai tempat untuk memperhalus ukuran partikel agar sesuai dengan yang
diinginkan. Dari diagram alir di atas, maka dapat diuraikan reaksi proses dari
pembuatan sabun tersebut, yaitu sebagai berikut :

(RCOO)3C3H5 + 3H2O 3RCOO.H + C3H5(OH)3…………..(2)

Bahan baku berupa trigliserin masuk ke dalam kolom hidrolizer dengan


penambahan katalis ZPO, akan terjadi proses hidrolisis dengan ditambahkannya
uap air panas yang masuk pada suhu 230-250°C dan tekanan 40-45 atm, sehingga
trigliserin terpisah menjadi asam lemak dan triglserin. Asam lemak yang terbentuk
lalu dimasukkan ke dalam flash tank agar suhunya turun dan asam lemak yang
dihasilkan menjadi lebih pekat, kemudian dimasukkan ke kolom high vacuum still
hingga proses destilasi, pada proses ini asam lemak akan menguap sedangkan zat
yang tidak diharapkan akan keluar melalui bawah kolom.
Uap asam lemak yang terbentuk kemudian dilewatkan ke dalam cooler
sehingga dihasilkan asam lemak yang berbentuk pasta murni lalu produk ini
disimpan dalam holding tank. Pada proses pembuatan sabun, bahan baku
merupakan lemak yang dipompakan ke dalam mixer, lalu ditambahakn NaOH dan
diaduk dengan kecepatan tinggi sehingga terjadi proses saponifikasi atau
penyabunan. Reaksi yang terjadi pada proses tersebut adalah sebagai berikut:

R.COO.H +NaOH RCOO.Na + H2O………………(3)

Lalu dimasukkan ke dalam blender dengan kecepatan rendah agar campuran


homogeny, Pada blender terjadi pencampuran dengan bahan-bahan lain yang
dibutuhkan, seperti parfum, TCC (Three Chloro Carbon) dan sebagainya.
Kemudian produk sabun telah jadi, dan untuk finishing diteruskan dengan dipompa
melalui jalur dipanaskan ke bar sabun, untuk sabun batangan maka dengan
menggunakan tekanan, sedangkan untuk menghasilkan detergen
menggunakan pengering semprot sehingga diperoleh sabun berupa serbuk atau
bubuk (powder), dan untuk sabun cair yang dikeluarkan dari bagian bawah alat
secara langsung kemudian diikuti dengan operasi pengemasan dan pengepakan.
Sabun dapat dibuat melalui proses batch atau kontinu. Pada proses batch,
lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali (NaOH atau KOH) berlebih dalam
sebuah ketel. Jika penyabunan telah selesai, garam garam ditambahkan untuk
mengendapkan sabun. Lapisan air yang mengandung garam, gliserol dan kelebihan
alkali dikeluarkan dan gliserol diperoleh lagi dari proses penyulingan. Endapan
sabun gumpalan yang bercampur dengan garam, alkali dan gliserol kemudian
dimurnikan dengan air dan diendapkan dengan garam berkali-kali.
Akhirnya endapan direbus dengan air secukupnya untuk mendapatkan
campuran halus yang lama-kelamaan membentuk lapisan yang homogen dan
mengapung. Sabun tersebut dapat dijual secara langsung tanpa adanya pengolahan
lebih lanjut, yaitu sebagai sabun industri yang memiliki harga lebih murah.
Beberapa bahan pengisi ditambahkan, seperti pasir atau batu apung dalam
pembuatan sabun gosok. Beberapa perlakuan diperlukan untuk mengubah sabun
gubal menjadi sabun mandi, sabun bubuk, sabun obat, sabun wangi, sabun cuci,
sabun cair dan sabun apung (dengan melarutkan udara di dalamnya). Pada proses
kontinyu yang biasa dilakukan sekarang, lemak atau minyak hidrolisis dengan air
pada suhu dan tekanan tinggi, dibantu dengan katalis seperti sabun seng.
Lemak atau minyak dimasukkan secara kontinyu dari salah satu ujung
reaktor yang besar. Asam lemak dan gliserol yang terbentuk dikeluarkan dari ujung
yang berlawanan dengan cara penyulingan. Asam-asam ini kemudian dinetralkan
dengan senyawa alkali untuk menjadi sebuah produk sabun. Pada umumnya, alkali
yang digunakan dalam pembuatan sabun pada umumnya senyawa basa kuat NaOH
dan KOH, namun kadang juga menggunakan senyawa basa lemah seperti NH4OH.
Sabun yang dibuat dengan NaOH lebih lambat larut dalam air dibandingkan dengan
sabun yang dibuat dengan KOH.
Selain yang dijelaskan di atas terdapat juga proses pembuatan deterjent
secara umum yang terdiri atas 3 bagian yaitu spray drying dimana proses ini
merupakan proses modern dalam pembuatan deterjent bubuk sintetik dimana dalam
spray drying terjadi proses pengabutan dan dilanjutkan proses pengeringan. Tahap
ke dua adalah proses aglomerasi yaitu proses pembuatan deterjent bubuk sintesis
yang memiliki densitas yang tinggi dengan cara pencampuran material-material
kering dengan bahan-bahan cairan yang dibantu dengan adanya bahan pengikat
cairan yang kemudian bercampur, yang akan menyebabkan bahan-bahan tadi
bergabung satu sama lain yang membentuk partikel-partikel berukuran besar.
Proses aglomerasi disini juga merupakan salah satu proses spray drying
dengan dry mixing atau blending yang terdapat pada proses pembuatan detergent.
Konsentasi air proses yang digunakan 35-40% dalam crutcher slurry. Selanjutnya
yaitu proses dry-mixing dimana material kering (dry material) yang digunakan
untuk membuat deterjent bubuk ditimbang dan selanjutnya dimasukkan kedalam
mixer, pencampuran dilanjutkan selama 1 sampai 2 menit dan ditambahkan slurry
selama 3 atau 4 menit. Setelah semua slurry dimasukkan kedalam mixer,
pencampuran dilanjutkan selama 1 sampai 2 menit agar menjadi homogen.
Sebagian besar dari bubuk yang telah dihasilkan dan telah terbentuk dapat dikemas
dengan segera setelah selesai atau setelah 30 menit penyimpanan.

Gambar 3.1 Diagram Alir Proses Pembuatan Sabun

Вам также может понравиться