Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KATEKETIKA
Naumi Ginting
Theresa Temuntuan
Michely Rurugala
Seltina Dampi
Dosen:
2019
PEMBAHASAN
Ada orang yang menganggap dunia kita pada waktu ini sebagai dunia yang paling
bersifat teknis dan juga sebagai dunia yang paling kosong dan miskin, kalau ditinjau dari sudut
rohani. Yang dimaksud disini dengan kekosongan dan kemiskinan ailah gejala yang menyatakan,
bahwa soal-soal rohani (soal agama) dan nilai-nilai ethis tidak memainkan peranan lagi dalam
hidup manusia. Hal ini menurut mereka terutama disebabkan oleh kuasa ilmu pengetahuan,
kuasa teknik, dan kuasa organisasi. Kuasa-kuasa ini pada satu pihak banyak memberikan
kemungkinan dan kebahagiaan (kesenangan) kepada manusia, tetapi pada lain pihak kuasa-kuasa
ini dalam perkembangannya membuat manusia menjadi takut dan hamper-hampir kehilangan
kewibawaannya. Dalam sekejap mata saja umat manusia dapat dimusnahkan oleh apa yang ia
sendiri ciptakan dan kembangkan. Pengetahuan ini menyebabkan banyak orang resah dan tidak
berani menghadapi masa depan.
Sungguhpun demikian kita tidak boleh lupa, bahwa Indonesia adalah bagian dari dunia
besar, yang digambarkan diatas. Apa yang terjadi di salah satu bagiannya, terlihat juga sekalipun
tidak begitu terang di bagian-bagiannya yang lain. Ambillah misalnya sebagai contoh pandangan
hidup yang meterialistis, orang banyak kita temui di dunia Barat yaitu pandangan hidup yang
mengutamakan makanan, minum, amusemen, pakaian, liburan, mobil, dan lain-lain. Pandangan
hidup ini sekalipun tidak menonjol dianut juga oleh banyak orang di Indonesia, khususnya di
kota-kota. Atau ambillah salah satu contoh lain yang lebih banyak kelihatan, juga di dalam
jemaat-jemaat kita, pergaulan bebas antara pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi, kebiasaan
kumpul kebo yang menyerupai “samenleven” di Barat, hidup kekeluargaan yang berantakan,
karena tidak adanya saling perhatian antara orang tua dan anak-anak, dan lain-lain.
Kita lihat pula dalam jemaat di Indonesia “soal rohani” dan nilai-nilai ethis tidak begitu
besar lagi memainkan peranan. Benar, ibadah-ibadah kita masih penuh dengan pengunjung-
pengunjung, persembahan-persembahan kita disitu tetap masih kita berikan dan lain-lain. Secara
lahirian semuanya itu kelihatan beres. Tetapi kalau ditinjau lebih mendalam, keadaanyalain.
Firman Tuhan telah tergeser dari pusat hidup banyak anggota jemaat, pembacaan Alkitab dan
doa bersama tidak terjadi lagi dalam banyak rumah tangga Kristen, dasar-dasar kekristenan telah
hamper ambruk oleg gerogotan paham-paham modern, sinkritisme merajalela dimana-mana.
Kekosongan dan kemiskinan rohani dalam arti seperti yang dijelaskan diatas mulai
meracuni keluarga-keluarga, sekolah-sekolah dan Jemaat-Jemaat. Hal ini banyak menimbulkan
keteganggan antara orang-orang tua dan anak-anak muda. Pernyataan-pernyataan sekitar
sekolah, Gereja, agama dan lain-laindapat membuat situasi menjadi tidak tenang. Dan kalau
tidak hati-hati dapat menimbulkan krisis-kepercayaan dan meninggalkan bekas luka dalam
hubungan antara orang tua dan anak-anak, guru dan murid-murid, pendeta dan
pengikutkatekisasi.
Untuk memberikan bantuan itu, kita paling kurang harus mengetahui hal-hal yang
berikut:
Anak-anak muda adalah pribadi yang berbeda, tiap pribadi memiliki wataknya sendiri,
hidupnya sendiri dan pengalamannya sendiri. Uraian diatas lebih banyak dasarkan pengalaman
anak-anak muda. Situasi anak muda pada waktu itu tidak mudah. Hal itu nyata dari banyak
keluhan dari orang tua, kita dapat menganggap keluhan-keluhan itu sebagai keluhan yang serius
dank arena itu bertekad untuk lebih baik lagi. Sebab kalau tidak demikian tidaklah mustahil,
bahwa mereka akan ditarik oleh kuasa dan roh-roh lain yang lebih mengerti mereka.
DAFTAR PUSTAKA