Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DI SUSUN OLEH :
1. ANGGUN SETIAWATI
2. NURUL FATONAH
3. ANGGUN RAHMAWATI
4. MONA SARI DEWI
DOSEN PENGAMPU :
SUBNI, M. Pd. I
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt atas nikmat sehat beserta
kesempatan dalam membagi waktu, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Pendidikan
Ahlaqul karimah mengenai “Istiqomah, tabligh, dan syajaah” dengan lancar dan terkoordinir
demi pencapaian nilai sesuai tugas yang telah diberikan kepada kami.
Melalui makalah ini kami akan membahas sebuah materi yang merupakan poin dari
silabus pembelajaran Ahlaqul karimah di STIKes Aisyah Pringsewu Lampung.
Tentunya pembuatan makalah ini tidak lepas dari kesulitan-kesulitan atau pun
permasalahan yang harus diselesaikan. Namun dengan kebersamaan dan mengerahkan
kemampuan, kami dapat menyelesaikan tugas Ahlaqul karimah kelompok kami.
Semoga Bapak dapat menerima tugas kami dengan nilai yang sesuai atas usaha dari
kelompok kami.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................
A. Latar Belakang ................................................................
B. Rumusan Masalah ...........................................................
C. Tujuan .............................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................
1. Pengertian Ahlak..............................................................
2. Istiqomah...................................... ...................................
3. Tabligh.............................................................................
4. Syaja’ah............................................. .............................
BAB III PENUTUP .............................................................................
A. Kesimpulan ......................................................................
B. Saran ................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ahlak merupakan sutu keadaan yang melekat dalam jiwa, maka suatu perbuatan
dapat di sebut ahlak kalau terpenuhi beberapa syarat, antara lain :
1. Perbuatan tersebut di lakukan secara continu atau berkesinambungan. Kalau
perbuatan di lakukan hanya sekali saja maka tiak disebut ahlak. Contoh, pada
orang yang jarang berinfaq, tiba-tiba memberikan uang kepada orang lain dengan
alasan tertentu. Dengan tindakan tersebut tidak dapat disebut murah hati atau
berahlak dermawan, karena hal tersebut tidak melekat dalam jiwa.
2. Perbuatan tersebut timbul secara tiba-tiba bukan sebab di fikirkan atau di
rencanakan dahulu. Jika perbuatan itu timbul karena terpaksa atau setelah di
fikirkan secara matang, maka tidak dapat di sebut ahlak.
Seperti hal nya pada bab berikut ini yang akan membahas ahlak tentang
istiqomah, tabligh, dan syaja’ah.
B. Rumusan Masalah
1) Macam-macam ahlak
2) Apa pengertian istiqomah tabligh dan syaja’ah ?
C. Tujuan
Diharapkan manusia bisa membiasakan perilaku terpuji, supaya dapat mengendalikan
diri untuk tidak berbuat maksiat kepada Allah SWT, serta dapat mendorong manusia
untuk menunaikan kewajiban beribadah kepada Allah SWT dan tetap menjalankan
perintah-perintah –Nya.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Ahlak
Ahlak adalah kata jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berati
perangai, tingkah laku, atau karakter. Tiga ahli dibidang ahlak, yaitu Ibnu Miskawaih,
AL ghazali, dan Ahmad amin menyatakan bahwa moralitas tempramen adalah yang
melekat dari seseoranng yang dapat membawa perbuatan baik tanpa
mempertimbangkan pemikiran pertama.
Kata ahlak di definisikan sebagai perilaku, tetapi perilaku harus diulang. Tidak
hanya sekali atau kadang-kadang saja.
Pengertian Istiqomah
Yang dimaksud istiqomah adalah menempuh jalan (agama) yang lurus (benar)
dengan tidak berpaling ke kiri maupun ke kanan. Istiqomah ini mencakup
pelaksanaan semua bentuk ketaatan (kepada Allah) lahir dan batin, dan
meninggalkan semua bentuk larangan-Nya.
Menurut Tafsir Aisar, yang dimaksud istiqamah ialah mereka yang betul -
betul yakin dengan kebenaran Islam, dengan tidak akan menukarnya dengan
kepercayaan lain, serta tetap konsisten menjalankan ibadah dan menjauhi
kemungkaran, maka malaikat akan turun kepadanya dua kali.
Diperkuat oleh hadis, seorang sahabat bertanya: " ya Rasul tolong ajarkan
sesuatu kepadaku yang paling penting dalam Islam, dan saya tidak akan
bertanya lagi, kepada siapapun. Nabi menjawab " Katakanlah aku telah
beriman kepada Allah, kemudian istiqamah (Konsisten menjalankan
perintah,dan menjauhi larangan.).(HR.Tirmidzi).
[1] Istiqomah di atas tauhid, sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Bakr Ash
Shidiq dan Mujahid,
[3] Istiqomah di atas ikhlas dan dalam beramal hingga maut menjemput,
sebagaimana dikatakan oleh Abul 'Aliyah dan As Sudi.[2]
Ketika kita ingin berjalan di jalan yang lurus dan memenuhi tuntutan
istiqomah, terkadang kita tergelincir dan tidak bisa istiqomah secara utuh.
Lantas apa yang bisa menutupi kekurangan ini? Jawabnnya adalah pada
firman Allah Ta'ala, :
Ada beberapa sebab utama yang bisa membuat seseorang tetap teguh
dalam keimanan, yaitu :
"Allah meneguhkan (iman) orang- orang yang beriman dengan ucapan yang
teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan
orang-orang yang lalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki." (QS.
Ibrahim: 27)
"Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta'ala adalah amalan yang
kontinu walaupun itu sedikit." 'Aisyah pun ketika melakukan suatu
amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya. [15]
Hukum istiqomah
Penghalang-penghalang Istiqomah
“Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar- benarnya. Dia
telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam
agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah)
telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula)
dalam (al-Qur’an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya
kamu semua menjadi saksi atau segenap manusia, maka dirikanlah shalat,
tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah
Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.”
(QS. 22:78)
Rasulullah SAW bersabda kepada Abdullah bin Amr bin Al-Ash: “Wahai
Abdullah bin Amr, sesungguhnya setiap orang yang beramal memiliki puncaknya
dan setiap puncak akan mengalami kefuturan (keloyoan). Maka barangsiapa yang
pada masa futurnya (kembali) kepada bid’ah, maka ia akan merugi” (HR. Iman
Ahmad dari sahabat Anshor)
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggunganjawabnya.” (QS. 17:36)
TABLIGH
Pengertian tabligh
Secara bahasa, Tabligh berasal dari kata balagha, yuballighu, tablighan, yang
berarti menyampaikan. Tabigh adalah kata kerja transtif, yang berarti
membuat seseorang sampai, menyampaikan, atau melaporkan, dalam arti
menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Dalam bahasa Arab, orang yang
menyampaikan disebut Mubaligh..
Sedangkan menurut Dr. Ibrahim, Tabligh adalah, “Memberikan informasi
yang benar, pengetahuan yang factual, dan hakkat pasti yang bisa menolong
dan membantu manusia untuk membentuk pendapat yang tepat dalam suatu
kejadian atau dari berbagai kesulitan.
Sedangkan dalam koteks ajaran Islam, tabligh adalah penyampaian dan
pemberitaaan tentang ajaran-ajaran Islam kepada umat manusia, yang dengan
penyampaian dan pemberitaan tersebut, pemberita menjadi terlepas dari beban
kewajiban memberitakan dan phak penerima berita menjadi terikat dengannya.
Dalam konsep Islam, tabligh merupakan salah satu perintah yang dibebankan
kepada para utusan-Nya. Nabi Muhammad sebagai utusan Allah beliau
menerima risalah dan diperintahkan untuk menyampaikannya kepada seluruh
umat manusia, yang selanjutnya tugas ini diteruskan oleh pegikut dan
umatnya.
Dalm bertabligh, merencanakan disini menyangkut merumuskan sasaran atau tujuan dari
organisasi Tabligh tersebut, menetapkan strategi menyeluruh utnuk mencapai tujuan dan
menyusun hierarki lengkap rencana-rencana untuk mengintegrasikan dan mengkordinasikan
kegiatan-kegiatan. Pada perencanaan Tabligh menyangkut tujuan apa yang harus dikerjakan
dan sarana-sarana bagaimana yang harus dilakukan.
Dari uraian di atas, maka jelaslah bahwa adanya kemampuan untuk memperhitungkan
dan memperkirakan kondisi subjek da’wah, beserta dengan segenap sarana-sarana yang
diperlukan pada waktu mendatang adalah mutlak diperlukan. Begitu pula adanya kecermatan
untuk mengidentikan iklim social, politik, ekonomi, kebudayaan, dan sebagainya yang akan
mempengaruh proses tabligh
Proses penyelenggaraan tabligh dalam rangka penyampaian syiar Islam, terdiri dari
serangkaian kegiatan yang meliput berbagai bidang, yang dilakukan secara tahap demi tahap
dalam periode-periode tertentu. Pada setiap tahap yang dilakukan dalam suatu periode atau
jangka waktu tertentu, disampng perlu ditentukan hasil apa yang diharapkan dapat dicapai
atau diperoleh. Dengan demikian sasaran da’wah melalui tabligh adalah merupakan bagian
dari tujuan tabligh.
Menentukan sasaran yang ingin dicapai serta pembagiannya menjadi sasaran-sasaran
yang bersifat temporal dan sektorat serta menentukan skala prioritas pelaksanaannya. Dengan
begitu dapat menjamin secara maksimal tidak adanya sebuah pengabaian tugas tertentu atau
hal-hal lainnya yang tidak kalah pentingnya. Selanjutnya sesuai dengan pentingnya peranan
sasaran bagi seluruh tindakan da’wah/tabligh yang akan dilakukan, maka haruslah
diusahakan agar sasaran yang ditetapkan dan dirumuskan itu benar-benar effektif.
1. Tujuan Tabligh
Sebagaimana telah disebutkan diatas, bahwa sasaran yang hendak dicapai merupakan
bahagian dari tujuan da’wah/tabligh. Oleh karena itu sasaran harus bersifat menunjang dan
memberikan sumbangan ke arah pencapaian tujuan tabligh. Suatu tindakan yang
dimaksudkan untuk “Sampainya pesan Tuhan kepada umat manusia, agar mendapat
kebahagiaan di dunia dan di akhirat serta mendapat ridho Allah” maka inilah yang dimaksud
tujuan tabligh. Baik para pelaku atau penyelenggara da’wah haruslah memberikan inspirasi
dan motivasi guna mencapai tujuan tersebut, dan mereka pun harus tekun dan sabar dalam
menyampaikan pesan Tuhan tersebut. Sebagaimana di zaman Rasululullah, para sahabat rela
menymbangkan hartanya demi terciptanya tujuan tabligh/da’wah. Seperti Siti Khadijah, Abu
bakar, Utsman, dll.
Dengan uraian di atas, maka langkah-langkah yang harus di tempuh dalam hendak
menetapkan tindakan-tindakan tabligh itu adalah sebagai berikut:
1. Meninjau kembali sasaran tabligh serta menentukan luasnya skope aktivitas tabligh.
Atas dasar itu dapat pula dirumuskan kegiatan-kegiatan pokok sebagai berikut:
Dari segi metodhe tabligh, apabila mengacu kepada definisi dan contoh tabligh yang
dilakukan oleh Rasulullah SAW, dapat dibagi menjadi dua, yaitu tabligh melalui lisan
(khitabah), dan tabligh melalui tulisan (kitabah)
1. Khitabah
Khitabah menurut Harun Nasution adalah ceramah atau pidato yang mengandung
penjelasan-penjelasan tentang sesuatu atau beberapa masalah yang disampaikan seseorang
dihadapan sekelompok orang atau khalayak. Dengan demikian, khitabah dapat diartikan
sebagai upaya sosialisasi nilai-nilai Islam melalui media lisan baik yang terkait langsung
dengan pelaksanaan ibadah mahdhoh, maupun yang tidak berkait dengan ibadah mahdhoh.
2. Kitabah
Tabligh melalui media tulisan disebut dengan kitabah, yaitu proses penyampaian ajaran
Islam melalui bahasa tulisan bisa berupa buku, majalah, jurnal, surat kabar, brosur, dan lain
sebagainya. Yang berisi pesan-pesan ke-Islaman. Termasuk dalam katagori ini bentuk-bentuk
media cetak lain berupa lukisan, kaligrafi, photo yang mengandung pesan-pesan ke-Islaman.
1. Menetapkan standart
Tabligh dalam sistem Islam ialah tidak memaksa dan menyampaikan risalah
secara jelas (bermetode dan terang). Dalam hubungan sistem Islam, maka fungsi
tabligh akan berjalan pada satu elemen dengan elemen lainnya, yang meliputi 3 hal
yang elementer (aqidah, ibadah, dan mu’amalah).
c) SYAJA’AH
Pengertian Syaja’ah
Secara etimologi syaja’ah adalah “benar’’ atau “gagah’’.
Sedangkan menurut istilah yaitu keteguhan hati, kekuatan pendirian untuk membela
dan mempertahankan kebenaran secara jantan dan terpuji.
Jadi, syaja’ah adalah keberanian yang berdasarkan kebenaran dan di lakukan
dengan penuh pertimbangan.
Bentuk-Bentuk Keberanian
1) Keberanian menghadapi musuh dalam peperangan
2) Keberanian menyatakan kebenaran ( kalimatul haq ) sekalipun di hadapun
penguasan yang dholim
3) Keberanian mengendalikan diri tatkala marah sekalipun mampu
melampiaskan nya.
Ciri-Ciri Syaja’ah
1) Tidak mundur kalau dicela
2) Tidak mencari pujian
3) Terus terang mengakui kesalahan
4) Tabah menghadapi penderitaan
5) Sabar menghadapi masalah
6) Berpendirian tetap
7) Bersemangat tinggi
Macam-macam keberanian:
# Jihad fi sabilillah.
# Berani melawan penguasa yang dhalim.
# Berani menahan amarah.
# dll...
Sumber keberanian:
Menurut Ro'ib Abdul ha dalam bukunya "Mamarotul hak", sedikitnya ada 7 faktor
keberanian:
1. Rasa takut paada Allah. (Al Ahzab : 39 -> "(yaitu) orang-orang yang menyapaikan
risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada
seorang(pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat
Perhitungan.") Mereka mempunyai keberanian karena yakin Allah pasti akan
memberikan pertolongan dan perlindungan. Bila ada orang yang menakut-nakuti,
mereka akan menjawab: "Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah
sebaik-baik pelindung.
2. Lebih mencintai Akherat. (At Taubah : 38 ->
3. Tidak takut pada kematian. (An Nisaa : 78 -> "Di mana saja kamu berada, kematian
akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi
kokoh.."). Kita sudah sering mendengar para mujahid, mereka tidak takut pada
kematian dan mendambakan mati syahid. Maka mereka tidak gentar melawan musuh
yang jauh lebih banyak dan canggih peralatannya.
6. Tawakal dan yakin pada Allah. (At Talak : 3 -> "Dan barangsiapa yang
bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.". Kita
sudah dapat mengambil kesimpulan dari beberapa poin di atas, keyakinan pada Allah
akan membawa keberanian.
7. Hasil pendidikan. Ini harus kita tanamkan sejak kecil pada anak-anak kita. Tidak
takut pada takhayul, mitos, dan sejenisnya. Lalu kita tanamkan keberanian untuk
berkata jujur, menghadapi permasalahan, bertanggung jawab, dan memerangi musuh-
musuh Islam
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ahlak adalah hal terpenting dalam kehidupan manusia karena ahlak
mencakup segala pengertian tingkah laku dan karakter manusia yang baik atu
buruk dalam hubungan nya dengan khaliq atau dengan sesama mahluk. Ahlak
ini merupakan hal yang paling penting dalam pembentukan ahlaqul karimah
seseorang. Dan beberapa ahlak yang abik di antaranya adalah istiqomah,
tabligh, dan syaja’ah. Dan manusia paling baik budi pekerti nya adalah
Rosulullah SAW.
B. Saran
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khusus nyabagi
penyusun dan pembaca semuanya. Serta diharapkan, dengan di selesaikan nya
makalah ini baik pembaca maupun penyusun dapat menerapkan ahlak yang
baik dan sesuai dengan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Darsono, T. Ibrahim. Membangun akidah dan ahlak, Solo : PT. Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri, 2008