Вы находитесь на странице: 1из 10

1

EVALUASI OPERASI URETERORENOSKOPI LITOTRIPSI PADA PASIEN BATU


URETER BERDASARKAN LETAK DAN UKURAN BATU DI RUMAH SAKIT
BIOMEDIKA MATARAM

Anggy Novitasari, Akhada Maulana, Hadian Rahman


Fakultas Kedokteran Univertas Mataram

Abstract
Background : Ureteral stones disease in Indonesia still have the biggest portion of the patients
number in urological clinic. Based on data from other country,life time risk ofthe stones reported
approximately 5-10%. Ureterorenoscopy is one of the operation procedure in the field of urology to
cleave the ureter stones and have minimal impact in arround tissues. Although this tool has been
designedin such a way, there are still about 10% of the cases are failure and require conversion
action. Therfore, researcher conducted a study to determine the factors that affect the operation of
ureterorenoscopy lithotripsy failure in patients ureteral stones based on location and size of the
stones.
Method : This study was correlative analytical using cross sectional design. Subject of this study
were 57 patients ureteral stones who underwent ureterorenoscopy operation in Biomedika Hospital
Mataram and fulfilled the inclusion criteria. Data of this research are taken from all medical record
patients ureteral stones who underwent ureterorenoscopy lithotripsy operation in February 2010 –
February 2013periode. Data are obtained and proccessed by Lambda test.
Result:The success number of ureterorenoscopy lithotripsy operation in patients ureteral stones
was 89,4%. The size of stones most commonly found more than 1 cm with percentage 77,2% and
the location of the stones most commonly found in distal ureter for 49,1%.
Conclusion : There was no relationship between location and size of the stones with the success
of ureterorenoscopy lithotripsy operation statistically.
Key words : ureterorenoscopy, lithotripsy, ureteral stones, location of the stones, size of the stones

Abstrak

Pendahuluan : Di Indonesia penyakit batu saluran kemih masih menempati porsi terbesar dari
jumlah pasien di klinik urologi. Berdasarkan data di luar negeri didapatkan bahwa resiko
pembentukan batu sepanjang hidup dilaporkan berkisar 5-10%. Uretrorenoskopi merupakan salah
satu tindakan operasi di bidang Urologi untuk memecah batu ureter. Alat ini memilki diameter kecil
serta bersifat fleksibel sehingga memudahkan untuk pergerakannya dan dapat dengan maksimal
memecahkan batu ureter serta memiliki efek minimal terhadap kerusakan jaringan sekitar. Akan
tetapi, walaupun alat ini telah didesain sedemikian rupa, masih ada sekitar 10% dari kasus yang
mengalami kegagalan sehingga memerlukan tindakan konversi. Untuk itu peneliti melakukan
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kegagalan operasi URS
litotripsi pada pasien batu ureter berdasarkan letak dan ukuran batu.

Metodologi Penelitian : Penelitian ini dilaksanakan dengan metode cross sectional analytic
korelatif. Sampel adalah pasien batu ureteryang menjalani operasi Ureterorenoskopi Litotripsi di
Rumah Sakit Biomedika Mataram yang termasuk di dalam kriteria inklusi dengan jumlah 57
sampel. Subjek penelitian diambil dari seluruh rekam medis pasien batu ureter yang menjalani
operasi ureterorenoskopi litotripsi pada periode February 2010 sampai dengan February
2013.Data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan uji Lambda.

Hasil : Angka keberhasilan operasi ureterorenoskopi litotripsipada pasien batu ureter sebesar
89,4%. Ukuran batu paling banyak ditemukan berukuran ≥ 1cm dengan presentae sebesar 77,2%
dan letak batu paling banyak ditemukan pada ureter distal sebesar 49,1%.

Simpulan : Tidak didapatkan hubungan yang signifikan secara statistikantara letak dan ukuran
batu dengan keberhasilan operasi Ureterorenoskopi Litotripsi pada pasien batu ureter.
Kata Kunci : Ureterorenoskopi, litotripsi, batu ureter,letak batu, ukuran batu.
2

PENDAHULUAN Alat ini diperkenalkan di NTB


Di Indonesia penyakit batu pada tahun 2010 dan telah banyak
saluran kemih masih menempati porsi pasien batu ureter maupun stenosis
terbesar dari jumlah pasien di klinik ureter yang menjalani operasi URS.
urologi. Insidensi dan prevalensi yang Kasus Batu Saluran Kemih sangat
pasti dari penyakit ini di Indonesia belum banyak ditemukan di NTB, hal ini
dapat ditetapkan secara pasti (Raharjo kemungkinan disebabkan karena
dan Hamid, 2004). iklimnya yang panas. Namun sampai
Dari data di luar negeri saat ini, belum ada penelitian di
didapatkan bahwa resiko pembentukan Indonesia yang bertujuan untuk
batu sepanjang hidup (life time risk) mengevaluasi operasi URS ini,
dilaporkan berkisar 5-10% (EAU bagaimana dengan keberhasilan
Guidelines, 2001). Laki-laki lebih sering maupun kegagalannya serta faktor-
dibandingkan wanita, kira-kira 3:1 faktor apa saja yang berpengaruh
dengan puncak insidensi antara dekade sehingga memerlukan tindakan
keempat dan kelima, hal ini kurang lebih konversi.
sesuai dengan yang ditemukan di
RSUPN-CM (Raharjo dan Hamid, 2004). Berdasarkan gambaran tersebut,
Uretrorenoskopi merupakan peneliti merasa tertarik untuk
salah satu tindakan operasi di bidang mengevaluasi keberhasilan maupun
Urologi untuk memecah Batu ureter dan kegagalan dari operasi URS litotripsi ini
mengatasi Stenosis ureter. terhadap pasien batu ureter
Uretrorenoskopi ini merupakan alat yang berdasarkan letak batu dan ukuran batu
memilki diameter yang sangat kecil serta sehingga kedepannya dapat dilakukan
bersifat flexible atau semirigid sehingga perbaikan dari kegagalan operasi URS
memudahkan untuk pergerakan dari alat litotripsi ini serta menimimalisir
ini dan dapat dengan maksimal komplikasi yang terjadi.
memecahkan batu ureter maupun
METODOLOGI PENELITIAN
stenosis ureter, serta memiliki efek
Rancangan Penelitian
minimal terhadap kerusakan jaringan
Penelitian ini bersifat analitik
sekitar. Akan tetapi walaupun alat ini
korelatif dengan desain cross sectional
telah didesain sedemikian rupa, masih
yang dilakukan dengan studi retrospektif
ada sekitar 10% dari kasus yang
(Sastroasmoro, 1995).
mengalami kegagalan dan memerlukan
Waktu dan Tempat Penelitian
tindakan lanjut seperti konversi dengan
Penelitian ini dilaksanakan di
PCNL/ESWL (John, 2009).
Rumah Sakit Biomedika Mataram, Nusa
Tenggara Barat. Waktu pengambilan
3

data dalam penelitian ini yaitu selama Dalam penelitian ini jumlah besar
bulan Oktober 2013. sampel dihitung dengan menggunakan
rumus sampel tunggal untuk data
Populasi Penelitian nominal dengan ketepatan absolut,
Populasi pada penelitian ini yaitu:
adalah pasien yang menderita penyakit
batu ureter yang menjalani operasi
ureterorenoskopi litotripsi di Rumah n = besarnya sampel
Sakit Biomedika Mataram, yang α = batas kemaknaan, yang
termasuk dalam kriteria inklusi. digunakan adalah 0,05
zα = untuk α sebesar 0,05 dari tabel
Sampel 2 arah didapatkan 1,96
Sampel yang digunakan pada P = proporsi penyakit atau keadaan
penelitian ini diambil dari suatu populasi yang dicari (dari daftar pustaka P =
terjangkau, yaitu rekam medis pasien 0,5)
batu ureter yang menjalani operasi Q = 1-P = 0,5
ureterorenoskopi litotripsi di Rumah d = tingkat ketepatan absolut yang
Sakit Biomedika Mataram periode ditetapkan peneliti adalah 13%
Februari 2010 – Februari 2013. maka besar sampel yang diperlukan
Kriteria Inklusi adalah:
1. Pasien batu ureter yang dirawat di
Rumah Sakit Biomedika Mataram
2. Pasien batu ureter yang menjalani
operasi ureterorenoskopi litotripsi n =

di Rumah Sakit Biomedika


n = 56,82 = 57
Mataram
Jadi, dibutuhkan minimal 57 rekam
3. Pasien tersebut tercatat dalam
medis pasien batu ureter yang menjalani
data rekam medis pada periode
operasi ureterorenoskopi litotripsi di
Februari 2010 – Februari 2013
Rumah Sakit Biomedika Matram.

Kriteria Eksklusi Cara Pemilihan Sampel

1. Pasien di luar kriteria inklusi Pemilihan sampel yang

2. Informasi di dalam rekam medis digunakan pada penelitian ini adalah

kurang lengkap untuk setiap consecutive sampling, yang merupakan

variabel yang diteliti jenis non-probability sampling yang


paling baik, yaitu dengan memasukkan
Besar Sampel semua pasien yang memenuhi kriteria
penelitian sampai kurun waktu tertentu
4

sehingga jumlah pasien yang diperlukan penelitian ini ureterorenoskopi


terpenuhi. yang digunakan adalah
Variabel Penelitian ureterorenoskopi dengan jenis
1. Variabel Bebas semi rigid merk gimmie
Variabel bebas dalam penelitian berdiameter 8 Frank dengan
ini adalah letak batu dan ukuran penembak yang pneumatik.
batu 4. Litotripsi merupakan suatu
2. Variabel Tergantung tindakan untuk memecahkan batu
Variabel tergantung dalam saluran kemih dengan
penelitian adalah hasil dari menggunakan suatu alat
operasi ureterorenoskopi litotripsi pemecah batu (Purnomo, 2011).
5. Keberhasilan operasi yang
Definisi Oprasional Variabel dimaksud dalam penelitian ini
1. Batu ureter adalah batu yang adalah batu pecah dan keluar dan
berada pada ureter, baik karena tidak dilakukan tindakan konversi
batu tidak terlalu besar sehingga 6. Kegagalan operasi yang
terdorong oleh peristaltik otot dimaksud disini adalah operasi
pelvikaliks dan turun ke ureter dan dihentikan dan dilakukan konversi
menjadi batu ureter, maupun batu operasi terbuka, baik intra operatif
yang memang sejak awal maupun pasca operatif, atau batu
terbentuknya berada pada ureter yang ditembak migrasi ke ginjal
(Yahya F, 2012). sehingga harus dilakukan ESWL
2. Operasi adalah (1) setiap 7. Komplikasi yang dimaksud dalam
tindakan yang dilakukan dengan penelitian ini adalah ureter yang
alat atau dengan tangan seorang robek pasca dilakukan tindakan
ahli bedah, (2) Proses atau operasi
tindakan mengerjakan, melakukan
Cara Pengumpulan Data Penelitian
atau menyelenggarakan yang
Data-data pasien batu ureter yang
dalam penelitian ini dilakukan oleh
menjalani operasi URS litotripsi dalam
satu operator (Sabiston, dkk,
penelitian ini diperoleh dari data
1997).
sekunder yaitu dari data rekam medis
3. Ureterorenoskopi merupakan
yang dicatat dalam suatu lembar
salah satu tindakan operasi di
penelitian khusus untuk masing-masing
bidang urologi untuk
pasien yang menjalani operasi URS
memecahkan batu ureter dan
litotripsi pada periode Februari 2010 –
mengatasi stenosis ureter
Februari 2013.
(Purnomo, 2011). Dalam
Prosedur Penelitian
5

Penelitian ini dilakukan dengan o Hipertensi


pengambilan sampel dari data rekam o Diabetes melitus
medis di RS Biomedika Mataram untuk o Stroke
pasien batu ureter yang menjalani - Penegakan diagnosis
operasi URS litotripsi periode Februari o BOF
2010 - Februari 2013, karena pada o USG urologi
periode ini alat pemecah batu litotriptor o CT scan abdomen
dengan menggunakan tenaga o BNO IVP
elektrohidrolik sudah berkembang dan - Ukuran batu
telah banyak digunakan untuk terapi - Opaque/luscen
batu ureter. Kemudian data yang - Non visual ginjal
didapatkan dari rekam medis tersebut - Hidronefrosis tidak/ya grd
akan dievaluasi keberhasilannya I/II/III/IV
maupun kegagalannya. Kegagalan yang - Diagnosis kerja
dimaksud disini adalah operasi o Batu ureter proksimal
dihentikan dan dilakukan konversi o Batu ureter tengah
operasi terbuka, baik intra operatif o Batu ureter distal
maupun pasca operatif, atau batu yang o Stenosis ureter
ditembak melejit ke ginjal sehingga proksimal
harus dilakukan ESWL. Selanjutnya o Stenosis ureter tengah
akan dianalisis faktor-faktor yang o Stenosis ureter distal
kemungkinan beresiko menyebabkan o Batu pyelum ginjal
kegagalan operasi URS tersebut dengan - Diagnosis lain
Analisis Bivariat. Data yang kami ambil - Jenis operasi :
disini adalah semua pasien batu ureter o URS + pasang stent
yang menjalani operasi URS litotripsi o URS + litotripsi +
berdasarkan letak batu dan ukuran batu. pasang stent
Data selanjutnya akan diolah dengan o URS + litotripsi + ureter
SPSS 20. Data yang akan diambil dari kateter
Rekam Medis tersebut adalah: o URS + litotripsi
- No. Rekam Medis - Penemuan intra operatif :
- Nama o Stenosis ureter
- Umur o Kinking ureter
- Jenis kelamin o Batu single
- Asal pasien o Batu multiple
- Pekerjaan o Obstruksi total ureter
- Penyulit : - Hasil operasi :
6

o Batu pecah dan habis o Pengkajian


o Batu pecah namun tidak pernafasan
habis o Pengkajian Abdomen
o Batu pecah sebagian o Pengkajian
kecil, sebagian besar Keperawatan
lari ke ginjal.
Analisis Data
o Batu pecah sebagian
Dari data yang diperoleh dari hasil
besar, sebagian kecil
pencatatan rekam medis pasien batu
lari ke ginjal.
ureter yang menjalani operasi URS
o Batu tidak pecah 
litotripsi di Rumah Sakit Biomedik
konversi operasi
Mataram periode Februari 2010 –
terbuka.
Februari 2013 tersebut, kemudian akan
- Komplikasi intra operatif :
dilakukan pengolahan data secara
o Perdarahan
deskriptif dibantu dengan software
o Perforasi
SPSS 20. Hasil dari analisis data
- Tindakan mengatasi komplikasi
tersebut kemudian akan ditampilkan
:
dalam bentuk uraian analisa, tabel dan
o Hentikan operasi tanpa
grafik.
tindakan.
o Pasang DJ stent HASIL PENELITIAN
o Konversi operasi Karakteristik Sampel Penelitian
terbuka. Karakteristik subjek penelitian
- Tindakan saat operasi terbuka : meliputi: usia, alamat, jenis kelamin, dan
o Reseksi anastomose + pekerjaan pasien.
pasang stent
Karakteristik Subjek Penelitian
o Ureterolisis + pasang
Berdasarkan Penemuan Intra Operasi
stent
Gambaran Letak Batu
o Repair + pasang stent
o Ureteroneosistostomi + Gambaran letak batu

pasang stent berdasarkan analisis data SPSS,


didapatkan presentase terbanyak batu
- Evaluasi Post Operasi :
terletak pada ureter distal sebesar
o Tanda-Tanda Vital
49,1% (28 orang), diikuti sebesar 38,6%
o Luka
(22 orang) batu terletak pada ureter
o Intak dan Output
proksimal, sedangkan sebesar 12,3% (7
o Kenyamanan
orang) batu terletak pada ureter tengah.
o Pengkajian sumber
nyeri secara spesifik
7

Tabel 1. Hubungan variabel-variabel


penelitian dengan keberhasilan dan
kegagalan operasi URS Litotripsi

Variabael Berhasil Gagal

Letak batu
- Ureter 18 4
proksimal 7 0
- Ureter 26 2
tengah
- Ureter
distal

Gambaran Ukuran Batu Ukuran batu


Gambaran ukuran batu - < 1 cm 13 0
berdasarkan analisis data SPSS, - ≥ 1 cm 38 6
didapatkan hasil terbanyak pada batu
berukuran ≥ 1 cm sebesar 77,2% (44
orang) sedangkan batu ukuran < 1 cm
Hasil Analisis Hubungan Antara Letak
hanya sebesar 22,8% (13 orang).
Batu dengan Hasil Operasi
Hubungan antara letak batu
dengan hasil operasi dianalisis dengan
bantuan perangkat lunak komputer dan
diuji dengan uji Lambda, didapatkan
hasil p = 0 yang berarti tidak terdapat
korelasi yang bermakna antara kedua
variabel yang diuji dan didaptkan
koefisien korelasi sebesar 0,00 yang
berarti korelasi antara kedua variabel
sangat lemah.

Hasil Analisis Hubungan Ukuran Batu


dengan Hasil Operasi

Hubungan Letak Batu dan Ukuran Hubungan antara ukuran batu

Batu dengan Hasil Operasi dengan hasil operasi dianalisis dengan


bantuan perangkat lunak komputer dan
diuji dengan uji Lambda, didapatkan
8

hasil p = 0 yang berarti tidak terdapat URS. Untuk hasil batu yang lari ke
korelasi yang bermakna antara kedua ginjal, dalam penelitian ini hanya
variabel, dan koefisin korelasi didapatkan hasil sebanyak 2 orang. Hal
didapatkan 0,00 yang berarti korelasinya ini sesuai dengan penelitian yang
lemah karena pada ukuran batu ≥ 1cm dilakukan dhinakar (2007) yang
kegagalannya hanya 10% dan mendapatkan hasil untuk batu yang lari
keberhasilannya 90% sedangkan pada ke ginjal sebesar 6%. Secara teori,
ukuran batu < 1cm keberhasilannya prosedur URS merupakan terapi
100%. minimal invasive yang dapat
memberikan gambaran secara langsung
PEMBAHASAN
pada batu sehingga dapat memberikan
Penelitian ini dilakukan dengan
komplikasi yang minimal (Subhani et,
menggunakan alat ureterorenoskopi
al., 2007).
semirigid dengan merk gimmie ukuran 8
Dalam penelitian ini, untuk
Frank dengan penembak pneumatik.
gambaran letak batu di dapatkan hasil
Operasi dilakukan oleh satu operator
angka keberhasilan pada ureter
yaitu dokter spesialis urologi.
proksimal sebesar 81,8% (18 orang) dan
Setelah dilakukan analisis statistik
kegagalan sebesar 18,2% (4 orang)
menggunakan SPSS terhadap sampel
sedangkan pada ureter tengah angka
penelitian yang berjumlah 57 sampel,
keberhasilannya sebesar 100% (7
didaptkan hasil untuk angka
orang) sedangkan pada ureter distal
keberhasilan operasi URS cukup tinggi
angka keberhasilan sebesar 92,8%%
yaitu sebesar 89,4% (51 orang). Hal ini
(26 orang) dan kegagalan sebesar 7,2%
sesuai dengan penelitian yang dilakukan
(2 orang). Kegagalan dalam penelitian
oleh Sanullah et, al. (2003), yang
ini disebabkan karena adanya ureter
mendapatkan hasil sebesar 95%.
robek, batu yang bermigrasi ke ginjal
Kegagalan dalam penelitian ini hanya
dan adanya kinking ureter dengan
9,5% (6 orang) yang disebabkan karena
persentase sebesar 10,5% (6 orang)
kinking ureter, batu lari ke ginjal, dan
dimana dari masing-masing komplikasi
ureter robek saat melakukan tindakan.
tersebut berjumlah 2 orang. Secara
Dalam penelitian yang dilakukan oleh
teori, terdapat tiga penyempitan
Dhinakar (2007), di dapatkan hasil
sepanjang ureter yang biasanya menjadi
ureter robek pasca operasi sebesar 0,2-
tempat berhentinya batu yang turun dari
1% hal ini dapat disebabkan karena
kalik yaitu ureteropelvic junction (UPJ),
adanya kelainan struktur tubular yang
persilangan ureter dengan vasa iliaka,
menyebabkan ureteroskop menempel
dan muara ureter di dinding buli
sehingga mengalami gangguan saat
(Badlani, 2002).
akan melakukan prosedur tindakan
9

Dalam penelitian ini, untuk SIMPULAN


gambaran ukuran batu di dapatkan hasil Berdasarkan hasil analisis data
angka keberhasilan pada batu ukuran < dan pembahasan, maka dapat dibuat
1 cm sebesar 100% sedangkan untuk simpulan penelitian sebagai berikut:
batu ukuran ≥ 1 cm angka keberhasilan 1. Tidak didapatkan hubungan yang
sebesar 86,4% (38 orang) dan signifikan secara statistik antara
kegagalan sebesar 13,6% (6 orang). letak batu dengan keberhasilan
Kegagalan dalam penelitian ini operasi ureterorenoskopi litotripsi.
disebabkan karena adanya ureter robek, 2. Tidak didapatkan hubungan yang
batu yang bermigrasi ke ginjal dan signifikan secara statistik antara
adanya kinking ureter dengan ukuran batu dengan keberhasilan
persentase sebesar 3,5% (2 orang). operasi ureterorenoskopi litotripsi.
Sebagai perbandingan, penelitian yang
dilakukan oleh Dhinakar (2007), angka SARAN
keberhasilan operasi ureterorenoskopi 1. Penelitian ini dapat dijadikan
pada pasien batu ureter sebesar 93%, sebagai landasan untuk penelitian
dimana dapatkan hasil terbanyak untuk lebih lanjut, menggunakan
batu berukuran 5-7 mm sebesar 66,6% pengambilan sampel dengan teknik
(104 orang) sedangkan untuk batu yang berbeda.
ukuran 7-9 mm angka kejadiannya 2. Diharapkan pada penelitian
sebesar 14.4% (13 orang), dan untuk selanjutnya dilakukan pada lokasi
batu ≥ 1 cm sebesar 12,2% (11 orang). yang berbeda dengan kurun waktu
Secara teori, untuk batu ukuran < 5 mm yang berbeda agar dapat sebagai
dapat keluar secara spontan, sehingga pembanding dari hasil yang didapat
hanya perlu dilakukan terapi konservatif pada penelitian ini.
saja. Sedangkan prosedur URS efektif 3. Diharapkan pada penelitian
dilakukan pada batu ukuran < 10 mm selanjutnya dapat menggunakan
untuk mendapatkan hasil yang lebih data tambahan dalam bentuk data
baik. Namun pada penelitian ini, data primer seperti melalui kuisioner atau
menunjukkan bahwa untuk batu ukuran observasi secara langsung untuk
≥ 1 cm, sebagian besar operasi URS menambah keakuratan penelitian.
berhasil walaupun ada sebagian kecil
yang gagal (Simth, 2008).
10

DAFTAR PUSTAKA 10. Purnomo, Basuki., (2011). Dasar-dasar


1. American Urological Association. (2005). Urology. Ed. 3th. Sagung Seto : Malang.
AUA Guideline on the Management of 11. Rahardjo D, Hamid R. (2004).
Staghorn Calculi: Diagnosis and Perkembangan penatalaksanaan batu
Treatment Recommendations. ginjal di RSCM tahun 1997 -2002. J I
2. Badlani. (2002). Experience Of Bedah Indones 2004; 32(2):58-63.
Retrograde Balloon Dilatation Of Pelvi 12. Sabiston C. D & Jr, MD, (1997). Batu
Ureteric Junction Obstruction. BJU Ginjal dan Ureter dalam Buku Ajar
international. Bedah, hal ; 472 – 3. Jakarta : EGC
3. Blandy, J.P. (1983). Lecture Notes on 13. Sastroasmoro, S. (1995). Dasar-dasar
Urology 3th ed. Blackwell-Scientific Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta :
Publications hal 159-221. Binarupa Aksara
4. Dahlan, Sopiyudin. (2011). Statistik 14. Satar. (1998). Flexible Ureterorenoscopy
Untuk Kedokteran dan Kesehatan. For The Treatment Of Refractory Upper
Jakarta : Salemba Medika. Urinary Tract Stones. BJU International.
5. Dhinakar. (2007). A Retrospective Study 15. Sjamsuhidajat R, Wim de Jong. (2010).
of Ureteroscopy Performed at the Sultan Buku Ajar Ilmu Bedah Ed. 3th. ECC :
Qaboos Hospital, Salalah from August Jakarta
2001 –August 2006 vol. 22. Oman 16. Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit
Medical Journal. Dalam Jilid II. Jakarta: FKUI.
6. Fulop T, et al., (2012, January 12 – Last 17. Subhani et, al. (2007). Role Of
Updated), Ureteral Calculi (Emedicine), Ureterorenoscopy In Bypassing The
Available from Ureter Obstruction vol.1. Departement of
http://www.emedicine.com/med/topic159 Urologi and Renal Transplant Allied
9.htm Hospital, Punjab Medical Collage
7. Long, Barbara C. (1996). Perawatan Faisalabad.
Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). 18. Stoller, (2008). Time to stone passage
Bandung: Yayasan Ikatan Alumni for observed ureteral calculi: a guide for
Pendidikan Keperawatan Pajajaran. patient education. J Urology.
8. Nurlina. (2008). Faktor-faktor Resiko 19. Tanagho, A. Emil & Mc.Anich, W. Jack.
Kejadian Batu Saluran Kemih Pada (2008). Smith General Urology
Laki-laki. Semarang : Universitas
Diponegoro.
9. Pearle, S & Margareth, (2009).
Urolhitiasis Medical and Surgical
Management. Informa Health Care :
United States.

Вам также может понравиться