Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
SOLID
“FORMULASI TABLET KALSIUM LAKTAT DENGAN METODE GRANULASI KERING”
Disusun Oleh :
Godwin Pargaulan S
16334085
Ani Rahayu
16334086
Ayu Shandra
16334088
Rini Kartini
16334089
Yasinta Dwianitami
16334091
Adisty Deanissa 16334092
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena anugerah dari-Nya saya dapat menyelesaikan
makalah tentang “Formulasi Tablet Kalsium Laktat Dengan Metode Granulasi kering”. Sholawat dan
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW
yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna
dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.
1
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas mata
kuliah Praktikum Teknologi Sediaan Solid. Disamping itu, saya mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalah ini
berlangsung sehingga terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
2
dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Sediaan tablet merupakan sediaan yang
paling banyak diproduksi dan juga banyak mengalami perkembangan dalam formulasinya.
Tablet harus melepaskan zat berkhasiat kedalam tubuh dalam jumlah yang tepat dan
menimbulkan efek yang diinginkan (Lachman, 1986).Tablet hanya memberikan efek yang
diinginkan jika memiliki mutu yang baik. Untuk menghasilkan tablet dengan mutu yang
baik dan memenuhi persyaratan, pemilihan dan kombinasi bahan pembantu memegang
peranan yang sangat penting dalam proses pembuatannya.
Telah diperkirakaan paling tidak 40% dari seluruh obat yang beredar di pasaran di buat
dalam bentuk tablet dan pada umumnya sebagian besar bahan obat yang dikenal dalam
bidang farmasi dapat diproses menjadi tablet.
Secara garis besar bahan obat yang digunakan per oral atau lewat mulut untuk sediaan
tablet terdiri dari bahan obat yang tidak larutan bekerja lokal pada saluran pencernaan dan
bahan yang larut, terdisolusi dalam usus dan bekerja local dalam saluran pencernaan dan
bahan yang larut terdisolusi dalam usus dan bekerja sistematik.
Beberapa keuntungan sediaan tablet alah sediaan lebh kompak, dosisinya tepat, mudah
pengemasannya dan penggunaannya lebih praktis dibandingkan sediaan yang lain. Selain
mengandung bahan aktif, tablet biasanya mengandung bahan tambahan yang mempunyai
fungsi tertentu. Bahan tambahan yang umum digunakan adalah bahan pengisi, bahan
pengikat, bahan pengembang, bahan pelican atau zat lain yang cocok. Bahan tambahan yang
digunakan harus inert dan tidak menimbulkan toksik dan mampu melepaskan obat dalam
keadaan relative konstan pada jangka waktu tertentu.
Pada praktikum ini, kami merancang formula tablet Kalsium Laktat. Kalsium
Laktat memiliki sifat tidak tahan panas, sehingga pembuatan sediaan tablet dibuat
dengan menggunakan metode granulasi kering.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teknologi Sediaan Solid
Teknologi sediaan solid adalah cara memformulasi atau merancang suatu obat menjadi
bentuk sediaan dengan menggunakan teknologi. Sediaan obat adalah bentuk sediaan yang
mengandung zat aktif yang siap digunakan (dikonsumsi). Perkembangan teknologi
menyebabkan obat tidak lagi dikonsumsi dalam bentuk zat murninya. Ada banyak manfaat
yang dapat diperoleh dengan membuat zat aktif dalam bentuk sediaan, diantaranya adalah
penerimaan oleh pasien lebih baik, sehingga orang tidak akan segan lagi meminum obat
1. Keadaan penyakit, diberikan obat yang berefek local atau sistemik, yang bekerja cepat,
perlahan-lahan atau lambat.
4
2. Pengguna obat, obat dapat diminum sendiri oleh pasien atau harus dengan bantuan tenaga
medis
3. Tempat absorpsi obat. Absorpsi di saluran pencernaan, di otot atau tempat lainnya.
4. Umur pasien, untuk balita dan orang lanjut usia obat berbentuk cairan lebih disukai
sedangkan orang dewasa lebih menyukai yang lebih praktis seperti kapsul dan tablet
2.2. Tablet
Menurut FI edisi IV, Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan
atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet
cetak dan tablet kempa.
Tablet adalah sediaan padat kompak yang dibuat dengan cara kempa cetak dalam
bentuk umumnya pipih, permukaanya rata atau cembung, mengandung obat dengan atau
tanpa zat pengisi. Obat tunggal atau campuran beberapa jenis bahan obat diramu dengan zat
tambahan yang cocok, digranulasikan, jika perlu digunakan zat pembasah, kemudian
dikempa cetak. Granulasi dilakukan dengan cara kering atau basah tergantng dari sifat
obatnya.(Admar, 2004).
Menurut Anief (1996), zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat
pengisi, zat pengikat, zat pelicin dan zat pembasah.tablet digunakan baik untuk tujuan
penggunaan lokal atau sistemik. Pengobatan lokal misalnya :
1. Tablet untuk vagina, berbentuk oval, digunakan sebagai anti infeksi, anti fungi,
penggunaan hormon secara lokal.
2. Lozenges, trochisci digunakan untuk efek lokal dimulut dan tenggorokan umunnya
digunakan sebagai anti infeksi.
Pengobatan untuk mendapatkan efek sistemik, selain tablet biasa yang ditelan masuk
perut terdapat pula yang lain seperti :
1. Tablet bucal, digunakan denagan cara dimasukan diantara pipi dan gusi dalam rongga
mulut, biasanya berisi hormon steroid, absorbsi terjadi melalui mukosa mulut masuk
peredaran darah.
2. Tablet sublingual, digunakan dengan jalan dimasukan dibawah lidah, biasanya berisis
hormon steroid. Absorbsi terjadi melalui mukosa masuk peredaran darah.
3. Tablet implantasi, berupa pellet, oval atau pipih, steril dimasukan implantasi dalam
kulit tubuh.
e. Bahan tambahan lain seperti zat warna dan zat pemberi rasa.
6
multivitamin. Penggunaan lain dari tablet-tablet ini untuk pemberian antasida dan
antibiotika. Tablet-tablet ini dibuat secara kompresi (tekanan).
Tablet kompresi ini mungkin diberi lapisan gula berwarna dan mungkin
juga tidak, lapisan ini larut dalam air dan cepat terurai begitu ditelan. Gunanya
bermacam-macam, melindungi obat dari udara dan kelembaban serta member
rasa atau untuk menghindarkan gangguan dalam pemakaiannya akibat rasa atau
bahan obat. Faedah lainnya lagi, lapisan gula ini memberikan penampilan yang
manis. Kerugian dari lapisan gula ini adalah pengolahannya membutuhkan
waktu dan keahlian serta menambah berat dan ukuran tablet. Tablet salut
mungkin dua kali lebih besar dan lebih berat dari pada tablet tanpa salut.
Tablet kompresi ini disalut dengan selaput tipis daari polimer yang
larut atau tidak larut dalam air maupun membentuk lapisan yang
meliputi tablet. Biasanya lapisan ini berwarna, kelebihannya dari penyalutan
dengan gula ialah lebih tahan lama, lebih sedikit bahan, waktu yang lebih sedikit
untuk penggunaannya. Selaput ini pecah dalam saluran lambung-usus.
Tablet salut enterik adalah tablet yang disalut dengan lapisan yang tidak
melarut atau hancur dilambung tapi di usus. Dengan demikian membiarkan
supaya tablet pindah melewati lambung dan hancur serta diabsorpsi di usus.
Teknik ini digunakan dalam hal bahan obat dirusak oleh asam lambung,
mengiritasi mukosa lambung atau bila melintasi lambung menambah
absorbsi obat diusus halus sampai jumlah yang berarti.
Tablet berlapis dibuat dengan cara memasukkan satu campuran obat kedalam
cetakan dan ditekan, demikian pula campuran obat sebagai lapisan berikutnya
dimasukkan kedalam cetakan yang sama dan ditakan lagi, untuk membentuk dua
atau tiga lapisan tergantung pada jumlah onat yang ditambahkan secara terpisah
dalam satu tablet berlapis. Biasanya t iap bahan campuran mengandung unsur
obat yang berbeda dan dipisahkan satu dengan lainnya karena tidak tersatukan,
7
untuk menyediakan obat yang penglepasannya dalam dua tingkatan atau lebih atau
untuk penampilan tablet berlapis yang unik.
Pada umumnya tiap lapis diberi warna yang berbeda sehingga berlapis-lapis dan
berwarna-warni. Pada pembuatan tablet berlapis yang mempunyai inti dalam ini
ditengah-tengah campuran bahan obat kedua yang dimasukkkan kedalam cetakan
yang sama supaya melingkupinya.
5. Tablet efferfecent
Tablet effervescent yaitu tablet berbuih dibuat dengan cara kompresi granul yang
mengandung garam effervescent atau bahan-bahan lain yang mampu melepaskan
gas ketika bercampur dengan air. Dalam perdagangan tablet analgesik yang dibuat
alkalis sering dibuat berbuih untuk mendorong lebih cepat hancur dan
melarutnya tablet ketika ditambahkan kedalam air atau minuman yang berair.
6. Tablet bukal/sublingual
Tablet sublingual yaitu tablet yang disisipkan dipipi dan dibawah lidah biasanya
berbentuk datar, tablet oral yang direncanakan larut dalam kantung pipi atau
dibawah lidah untuk diabsorpsi melalui mukasa oral. Cara ini berguna untuk
penyerapan obat yang dirusak oleh cairan lambung dan atau sedikit sekali
diabsorsi oleh saluran pencernaan. Walaupun hanya sedikit obat yang diabsorbsi
melalui mukosa mulut, beberapa catatan penting supaya diperhatikan, nitrogliserin
dan banyak senyawa hormone steroid. Tablet dirancang untuk pemberian disisipkan
dipipi (seperti tablet progesteron) dibuat supaya hancur dan melarut perlahan-lahan,
sedang yang digunakan melalui dibawah lidah (seperti tablet nitrogliserin) akan
melarut segera untuk memberikan efek obat dengan cepat.
Tablet dibuat dengan 3 cara umum, yaitu granulasi basah, granulasi kering (mesin rol
atau mesin slug) dan kempa langsung. Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk
meningkatkan aliran campuran dan atau kemampuan kempa (FI IV, 5).
1. Granulasi Basah
d. Pengeringan
e. Pengayakan kering
2. Granulasi Kering
Setelah penimbangan dan pencampuran bahan dengan cara yang sama seperti
pada granulasi basah serbuk di slugged atau dikompresi menjadi table yang lebar
dan datar dengan garis tengah kira-kira 1 inci. Hal ini dapat dilakukan karena aliran
serbuk ke dalam mesin slugging dibawah oleh adanya rongga besar dan tablet tidak
memerlukan ukuran dan berat yang tepat. Kempaan harus cukup keras agar ketika
dipecahkan, tidak menimbulkan serbuk berceceran.
Tablet kempaan ini dipecahkan dengan tangan atau alat dan diayak dengan
lubang ayakan sesuai yang diinginkan, pelincir ditambahkan sebagaimana biasanya
dan tablet dibuat dengan dikempa. Aspirin yang terhidrolisis dengan adanya uap air,
biasanya dibuat menjadi tablet setelah slugging. Dan pada metode slugging
penggilingan yang memadatkan dapat digunakan untuk menaikan kepadatan dari serbuk
dengan mengempanya diantara penggilingan dengan tekanan tinggi. Bahan yang sudah
dipadatkan kemudian dipecahkan, ditentukan ukurannya dan diberi pelincir dan tablet
dibuat dengan pengempaan dengan cara yang biasa.
3. Kempa Langsung
Tambahan lagi pengisi yang didorong atau dipaksa yang telah dikembangkan
memungkinkan pembuatan tablet-tablet tambahan tertentu dengan kompresi lansung,
10
sebab kerja mengeluarkan udara dari pengisi pada serbuk curah ringan membuatnya
menjadi lebih rapat, dan memungkinkan mengalir dengan tetap dan sempurna ke
dalam rongga cetakan ketika tablet dikompresi sehingga mengurangi penyebab
terjadinya capping kerekatan dari tablet segera setelah dikompresi.
Komponen atau formulasi tablet kempa terdiri atas zat aktif, bahan pengisi, bahan
pengikat, disintegrant dan lubrikan, dapat juga mengandung bahan pewarna dan lak (bahan
warna yang diabsorpsikan pada aluminium hidroksida yang tidak larut) yang diizinkan,
bahan pengaroma dan bahan pemanis (Ilmu Resep, 172).
b. Bahan pengikat (binder) berfungsi memberikan daya adhesi pada massa serbuk
sewaktu granulasi serta menambah daya kohesi pada bahan pengisi, misalnya
gom akasia, gelatin, sukrosa, povidom, metilselulosa, CMC, pasta, pati
terhidrolisis, selulosa mikrokristal.
11
e. Glidan adalah bahan yang dapat meningkatkan kemampuan mengalir serbuk,
umumnya digunakan dalam kempa langsung tanpa proses granulasi. Misalnya
silica pirogenik koloida.
3. Adjuvan
b. Bahan pengaroma (flavour) berfungsi menutupi rasa dan bau zat khasiat
yang tidak enak (misalnya tablet isap penicillin), biasanya digunakan untuk
tablet yang penggunaannya lama dimulut. Misalnya macam-macam minyak
atsiri.
1. Binding : kerusakan tablet akibat massa yang akan dicetak melekat pada
dinding ruang cetakan.
2. Sticking / picking : perlekatan yang terjadi pada punch atas dan bawah akibat
permukaan punch tidak licin, ada lemak pada pencetak, zat pelican kurang atau massa
basah.
3. Whiskering : terjadi karena pencetak tidak pas dengan ruang cetakan atau terjadi
perlelahan zat aktif saat pencetakan pada tekanan tinggi. Akibatnya, pada
penyimpanan dalam botol, sisi- sisi yang berlebih akan lepas dan menghasilkan
bubuk.
4. Splitting / capping : lepasnya lapisan tipis dari permukaan tablet terutama pada
bagian tengah. Capping : membelahnya tablet dibagian atas. Penyebabnya adalah :
c. Tenaga yang diberikan pada pencetakan tablet terlalu besar sehingga udara yang
berada diatas massa yang kan dicetak sukar keluar dan ikut tercetak.
12
5. Mottling : terjadi karena zat warna tersebar tidak meata pada permukaan tablet.
6. Crumbling : tablet menjadi retak dan rapuh. Penyebabnya adalah kurang tekanan pada
pencetakan tablet dan zat pengikatnya kurang.
7.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Struktur
2. Amylum
4. Acacia
Struktur Kimia
Rumus Molekul -
Air 1:2,7
Gliserin 1:20
Propilenglikol 1:20
15
Stabilitas Larutan akasia mudah terkontaminasi oleh bakteri atau
mengalami degradasi enzimatis, tapi dapat dicegah dengan
penambahan pengawet (asam benzoat 0,1% b/v, natrium
benzoat 0,1% b/v, atau kombinasi metil paraben 0,17% b/v
dan propil paraben 0,03% b/v) atau dengan pemanasan untuk
menginaktivasi enzim. Harus disimpan dalam wadah kedap
udara pada tempat kering dan sejuk.
Higroskopis Higroskopis
Kandungan Lembab
5. Magnesium Stearat
Struktur Kimia
Pemerian Berupa serbuk halus, putih dan voluminous, bau lemah khas,
mudah melekat di kulit, bebas dari butiran
16
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air
Praktis tidak larut dalam etanol ( 95 % ) P.
Praktis tidak larut dalam eter P
Aplikasi/Kegunaan Lubrikan
dalam formulasi
Higroskopis -
Kandungan Lembab
Inkompabilitas Inkompatibel dengan asam kuat, basa kuat dan garam besi.
Hindari pencampuran dengan bahan pengoksidasi kuat. Mg-
stearat tidak dapat digunakan dalam sediaan yang
mengandung aspirin, beberapa vitamin dan sebagian besar
garam alkaloid
6. Talcum
17
Struktur Kimia
Pemerian Berupa serbuk hablur sangat halus, putih atau putih kelabu.
Berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran
debu
Kelarutan Praktis tidak larut dalam larutan asam dan alkalis, pelarut
organic dan air.
18
Inkompabilitas Tidak tercampurkan dengan campuran ammonium quartener
Sticking dan Picking Selaput menempel Lembab, kurang Keringkan, perbaiki lubrikan
lubrikan
Chipping dan Pecah sisi dan semua Tablet terlalu kuat Ganti punch, atur tekanan,
Cracking bagian tablet atau lemah granulasi ulang, tambahkan
pengikat (binder)
Berat tablet tidak Bobot besar, kecil Aliran tidak baik, Perbaiki sifat alir, atur tinggi
sesuai atau tidak seragam tinggi die tidak sama die
20
Kadar bahan aktif Bobot tidak seragam, Perbaiki penyebab bobot tidak
tidak seragam homogenitas kurang sesuai, lakukan pencampuran
(mixing) ulang
21
Keuntungan metode yang dipilih Kerugian metode yang dipilih
1. Peralatan lebih sedikit karena tidak 1. memerlukan mesin tablet khusus
menggunakan larutan pengikat, untuk membuat slug
mesin pengaduk berat dan 2. sulit untuk memperoleh campuran
pengeringan yang memakan waktu dengan arna homogeny
lama 3. proses banyak mengkasilkan debu
2. baik untuk zat aktif yang sesitif sehingga dapat terjadi kontaminasi
terhadap panas dan lembab silang
3. mempercepat waktu hancur karena
tidak terikat oleh pengikat
4. umumnya digunakan untuk zat aktif
yang memiliki dosis besar
RASIONALISASI FORMULA
22
3.4.Formulasi
KOMPONEN FORMULA
23
stearat
7 Pewarna - - - - -
8 Pemanis - - - - -
9 Adsorben - - - - -
3.5.Perhitungan Formula
No Pengamatan
1 Bulk Density / Berat Jenis Ruah/ Berat Jenis Nyata/ Berat Jenis Sejati
Tujuan Untuk mengetahui berapa berat masa jenis suatu zat dalam
volume
Alat Gelas Ukur, Serbet
25
Prosedur Kerja 1. Timbang seksama 40-50 gram serbuk, atau sampai
volume 100 ml
2. Catat bobot serbuk
3. Masukan Kedalam gelas ukur
4. Catat volume serbuk
Rumus
Bulk Density =
Perhitungan
Bulk Density =
= 0,56 g/ml
Tujuan
Untuk mengetahui kerapatan yang diperoleh dari serbuk
didalam gelas ukur yang telah diketuk-ketuk
Rumus
Tapped Density
26
Hasil a.Bobot serbuk yang ditimbang 50 g
b. Volume serbuk setelah diketuk 10 kali 74 ml
c.Volume serbuk setelah diketuk 500 kali 63 ml
d. Volume serbuk setelah diketuk 1250 kali 60 ml
e.Tapped Density 0,83 g/ml
Perhitungan
Bulk Density =
= = 0,83 g/ml
3 Rasio Housner
Rumus
Rasio Housner =
Perhitungan
Rasio Housner =
= = 1,482
27
Penafsiran Hasil
*Sumber USP
4 Kompresibilitas
Rumus
Perhitungan
% Kompresibilitas =
=
= 32,53 %
28
Penafsiran Hasil
29
Rumus Sudut Istirahat
Tan =
Perhitungan
Tan = = 0, 52
= 27, 890C
Penafisran Hasil
*sumber USP
30
Prosedur Kerja 1. Masukan wadah alumunium foil kedalam alat
2. Tutup alat, kemudia tara, setelah selesai ditra,
buka penutup alat
3. Timbang bahan ±5 gram (sampai indicator
berwarna hijau)
4. Tutup kembali alat
5. Jalankan alat sampai selesai, catat waktu
mulai ketika suhu sudah mencapai 1050C
6. Tunggu hingga proses pengeringan selesai/
telah mencapai bobot konstan (indicator
berwarna hijau dan tertulis “Drying is over”
7. Catat bobot kering dan %MC yang terdapat
pada layar alat
× 100
= 8,71 %
Kadar lembab (MC / Moisture content)
= 9,53 %
Syarat 2-5 %
31
Tujuan Mengukur parikel zat dengan mikroskopi dan pengayakan
(Sieving)
Alat Sieving analyzer/ ayakan dengan mesh 12, 14, 16, 18, 20
Cara Kerja 1.Timbang wadah, beri kode mesh dan hasil penimbangan
pada wadah (Bobor wadah kosong)
2.Timbang seksama 100 gram serbuk
3.Masukan kedalam Sieving Analyzer
4.Jalankan Sieving Analyzer
5.Masukan serbuk yang tersisa pada masing-masing mesh
pada wadah
6.Timbang masing-masing serbuk yang terdapat pada setiap
mesh (bobot wadah + serbuk )
7.Hitung bobot serbuk
8.Hitung % bobot serbuk pada setiap mesh
32
Perhitungan %
NO Pengamatan
1. Distribusi Ukuran Partikel
Tujuan Untuk mengukur derajat kehalusan serbuk dan mengetahui jumlah
granul serta fines yang ada, karena jumlah fine dan jumlah granul
akan mempengaruhi proses pencetakan
Alat Sieving analyzer / ayakan dengan mesh 12, 14, 16, 18, 20
Cara Kerja 1. Timbang wadah, beri kode mesh dan hasil penimbangan
pada wadah (Bobot wadah Kosong)
2. Timbang seksama 100 gram granul
3. Masukkan kedalam Sieving analyzer
4. Jalankan Sieving analyzer (10 menit)
5. Masukkan granul yang tersisa pada masing – masing mesh
pada wadah
6. Timabang masing – masing granul yang terdapat pada
setiap mesh (Bobot wadah + serbuk)
33
7. Hitung bobot granul
8. Hitung % bobot granul pada tiap mesh
Perhitungan Bobot serbuk = (Bobot wadah + serbuk) – bobot wadah kosong
Bobot Serbuk Mesh Bobot wadah Bobot wadah Bobot serbuk
kosong + serbuk (gram)
(gram) (gram)
Mesh 12 2,09 2,27 0.58
Mesh 14 3,01 4,34 1,33
Mesh 16 3,00 15,38 12,38
Mesh 18 4,42 15,64 11,22
Mesh 20 2,03 15,13 13,10
Wadah 3,03 93,89 90,86
(paling
bawah)
Perhitungan
(%) Mesh Jumlah Serbuk
Grafik
2. Bulk Density / Berat Jenis Ruah / Berat Jenis Nyata / Berat Jenis (Vf)
34
Tujuan : Untuk menentukan jumlah serbuk yang dapat masuk kedalam ruang
kompressi
Prosedur Kerja : 1. Timbang seksama 40-50 gr granul, atau sampai volume 100 ml.
1. Catat botol granul
2. Masukkan kedalam gelas ukur
3. Catat volume serbuk
Hasil :
a. Bobot granul yang ditimbang 133,30 gr
b. Volume granul 196 ml
c. Bulk Density 0,68 g/ml
= 0,68 g/ml
3. Tapped Density / Berat Jenis Mampat (Vo)
Tujuan : Untuk mengetahui tingkat kompresibilitas atau kemampatan dari
granul yang akan dibuat menjadi obat
Alat : Gelas ukur
Prosedur Kerja : 1. Timbang seksama 40-50 gram granul
2. Catat bobotnya
3. Masukkan ke dalam gelas ukur
4. Ketuk gelas ukur sebanyak 10, 500 dan 1.250 kali
5. Catat volume granul setelah diketuk
35
Hasil :
a. Bobot serbuk yang ditimbang = 133,3 gram
b. Volume granul setelah diketuk 10x = 188 ml
c. Volume granul setelah diketuk 500x =168 ml
d. Tapped Density = 0,79 gram/ml
= 0,79 gram/ml
4. Rasio Hausner
Tujuan : Untuk mengetahui indeks gesekan internal serbuk kohesif
Hasil :
a. Bulk Density (Vf) = 0,68 gram/ml
b. Tapped Density (Vo) = 0,79 gram/ml
c. Rasio Hausner = 1,161
Perhitungan :
= 1,161
5. Kompresibilitas
Tujuan : Untuk mengetahui kemampuan granul agar tetap kompak dengan
adanya tekanan.
Rumus : % Kompresibilitas =
36
% Kompresibilitas =
Hasil :
c. % Kompresibilitas = 13,92%
Perhitungan : % Kompresibilitas =
= 13,92%
Keterangan :
37
h = tinggi kerucut (cm)
α = sudut istirahat
Laju alir
Hasil :
a. Tinggi = 4,5 cm
b. Diameter = 17 cm
c. Jari-jari = 8,5 cm
d. Sudut istirahat = 27,89°
e. Laju alir = 0,529 g/s
Perhitungan : Tan α =
= 0,529 g/s
Sehingga α = 27,89°
38
Rumus : - Susut pengeringan (LoD / Loss on drying)
% LoD = x 100 %
% MC = x 100 %
Hasil :
a. Waktu : 10 menit
% LoD = x 100%
= x 100 %
= 8,04 %
% MC = x 100 %
= x 100 %
= 8,75 %
Syarat : 2- 5%
39
3.9. Pencetakan dan Evaluasi Tablet
1 1,80 0,7
2 1,76 0,7
3 1,78 0,7
4 1,78 0,7
5 1,80 0,7
6 1,80 0,7
7 1,78 0,7
8 1,78 0,7
9 1,78 0,7
10 1,80 0,7
11 1,78 0,7
40
12 1,80 0,7
13 1,78 0,7
14 1,76 0,7
15 1,78 0,7
16 1,78 0,7
17 1,76 0,7
18 1,78 0,7
19 1,78 0,7
20 1,80 0,7
Syarat : Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali tablet dan tidak kurang
dari 1 1/3 kali tebal tablet
% penyimpangan =
Hasil :
No tablet Bobot Selisih bobot Persen
1 670 30 4,69 %
2 660 20 3,13 %
3 600 40 6,25 %
41
4 640 0 0%
5 650 10 1,56 %
6 650 10 1,56 %
7 650 10 1,56 %
8 620 10 3,13 %
9 630 10 1,56 %
10 660 20 3,13 %
11 650 10 1,56 %
12 630 20 3,13 %
13 600 40 6,25 %
14 640 10 0%
15 650 10 1,56 %
16 650 10 1,56 %
17 620 20 3,13 %
18 640 0 0%
19 640 0 0%
20 640 0 0%
dalam kg/
5. Catat angka tersebut sebagai nilai kekerasan tablet
Syarat : Kekerasan tablet yang baik untuk tablet sampai bobot 300 mg
Hasil :
No. Tablet
Kekerasan Tablet (kg/
1 7
2 4
3 5
4 4
5 5
6 4
7 5
8 6
9 8
10 6
11 9
12 5
13 6
14 6
15 5
16 3
43
17 7
18 7
19 6
20 5
Rumus : % Friabilitas =
Perhitungan : % Friabilitas =
= 9,79 %
Syarat : Persentase friabilitas tidak boleh lebih besar dari 1 % (<1%)
Tablet 1 14 menit
Tablet 2 14 menit
Tablet 3 14 menit
Tablet 4 14 menit
Tablet 5 14 menit
Tablet 6 14 menit
Rata-rata 14 menit
Syarat : Waktu hancur tablet biasanya adalah tidak boleh lebih atau sama
dengan 15 menit. (
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
45
4.1.Hasil dan Pembahasan Evaluasi Bahan Aktif, Granul dan Tablet
EVALUASI GRANUL
5 Sudut Istirahat
46
8 Distribusi ukuran partikel Mesh 12 = 0,45 % - Granul baik jika
(% fines) Mesh 14 = 1,004 %
kurvanya mengikuti
Mesh 16 = 9,56 %
Mesh 18 = 8,67 % distribusi normal
- Persentase fines
( serbuk pada wadah
mesh ) 15-30 %
Mesh 20 = 10,12 %
3 Keseragaman 2,23% A= 5 % B = 10 %
Bobot
47
6 Waktu Hancur 14 menit Waktu hancur tablet
biasa adalah tiak boleh
lebih atau sama
dengan 15 menit
4.2.Pembahasan
Pada praktikum teknologi sediaan solid ini, memiliki tujuan utama agar mahasiswa dapat
memformulasikan tablet dengan zat aktif yang telah ditentukan oleh dosen. Zat aktif yang
diberikan adalah Kalsium Laktat, kalsium Laktat memiliki sifat yang tidak tahan terhadap
pemanasan serta memiliki sifat alir yang baik dan dosis Kalsium Laktat yang digunakan juga
dalam jumlah besar. Karena sifatnya yang tidak tahan pemanasan maka diputuskan untuk
menggunakan metode granulasi kering sebgai metode pembuatan tablet.
Formula yang dibuat untuk tablet Kalsium Laktat ini dengan melihat sifat-sifat dari zat
aktif maka dibuat formulasi dengan zat tambahan sebagai pengikat adalah Acacia dengan
pertimbangan bahwa Acacia akan memberikan daya ikat yang kuat untuk serbuk ataupun granul
dalam jumlah dosis yang besar.
Komponen tambahan lainnya adalah zat pengisi (diluent), diluent yang dipilih adalah
Laktosa , karena laktosa biasa digunakan, tidak OTT dengan komponen lain terutama zat aktif
dan memiliki sifat alir yang baik. Pengisi ini biasa digunakan jika kandunagan zat aktif tidak
cukup untuk membuat tablet dengan ukuran yang sesuai selain itu pengisi juga dapat
meningkatkan daya kohesi antar serbuk dan dapat memperbaiki sifat alir granul dalam hopper.
Jika kandungan zat aktif cukup tinggi, mungkin dibutuhkan pengisi yang sedikit atau bahkan
tidak dibutuhkan sama sekali. Tablet yang dibuat dengan penggunaan laktosa menunjukan laju
pelepasan zat aktif yang baik, granul yang dihasilkan akan cepat kering (terutama jika
menggunakan lactosa spray-dried) dan menunjukan waktu hancur yang bagus.
Komponen yang tidak kalah pentingnya adalah komponen penghancur tablet. Zat ini
ditambahkan untuk meningkatkan daya hancur dan disolusi dari tablet. Komponen penghancur
yang digunakan dalam formulasi adalah amilum, karena amilum sudah sangat sering digunakan
sebagai penghancur, karena dapat menunjukan proses penghancuran yang bertahap, dan tidak
OTT dengan komponen lain, serta amylum memiliki sifat desintegrasi yang baik.
Komponen selanjutnya adalah pelicin Menurut fungsinya pelincir dapat dikategorikan
menjadi 3 macam yaitu, lubrikan yang dapat bekerja dengan mengurangi gesekan antara dua
permukaan yang relatif bergerak yaitu punch dan die, dengan adanya lubrikan ini membuat
48
punch dan die lebih mudah dalam bergerak dan tablet yang dihasilkan memiliki bentuk yang
baik. Lubrikan yang digunakan dalam formulasi ini adalah Mg-stearat merupakan lubrikan yang
tidak larut air, karena akan lebih efektif tetapi memiliki kekurangan akan menambah lama waktu
hancur dari tablet, lubrikant pun dapat mengurangi ikatan antar partikel pada tablet sehingga
kekerasan tablet dapat berkurang, hal ini efektif untuk mengurangi kekerasan tablet karena
penggunaan pengikat amylum. Jenis pelincin yang lain adalah antiadherent dan glidant,
antiadherent berfungsi untuk mencegah melekatnya sebagian massa tablet pada permukaan
punch, dan glidant mempunyai fungsi memperbaiki sifat aliran granul. Komponen yang
digunakan sebagai antiadherent dan juga berfungsi sebagai glidant adalah talkum, talkum biasa
digunakan sebagai komponen ini, tidak OTT dengan komponen lain, dan sebagai glidant akan
menutupi permukaan partikel yang tidak beraturan. Dengan kombinasi ini tablet yang dihasilkan
dapat dengan mudah dicetak, tidak melekat pada dinding punch dan memiliki bentuk sempurna.
Setelah dilakukan proses pencampuran dan proses slugging didapatkan granul yang
selanjutnya dievaluasi karakteristiknya, meliputi Laju alir, Sudut henti, dan kompresibilitas.
Pertama-tama dilakukan evaluasi distribusi ukuran partikel menggunakan sieving
analyzer, dengan alat ini dapat diketahui distribusi dari setiap fines dan granul yang ada.
Distribusi ukuran partikel yang dihasilkan terlampir pada tabel dibawah ini
Sesuai dengan data yang terdapat pada tabel evaluasi distribusi ukuran partikel pada
granul tidak memenuhi syarak karena terlalu banyak serbuk halus/fines.
Setelah itu dilakukan evaluasi Kompresibilitas Pengujian ini menentukan kerapatan dari
granul yang sudah terbentuk, kerapatan ini akan berpengaruh pada saat pengempaan tablet dan
49
kemampuan tablet untuk tetap kompak setelah dilakukan pencetakan. Hal ini berkaitan dengan
distribusi ukuran partikel, yaitu penyebaran yang rata antara jumlah fines dan granul jika terlalu
banyak granul maka setelah dikempa tablet kurang kekuatannya, begitu pula jika terlalu banyak
fines. Menurut hasil evaluasi Distribusi Ukuran Partikel dihasilkan granul yang fines, namun
hasil dari kompresibilasnya menunjukan sifat yang mudah mengalir yaitu sebesar 12,6 %
Kemudian dilakukan evaluasi Laju alir menggunakan alat Flow rate tester. Laju alir ini
berpengaruh pada aliran granul pada hopper yang dapat menyebabkan adanya perbedaan pada
keseragaman kandungan zat aktif dan perbedaan pada bobot tablet yang dihasilkan. Laju alir ini
juga dipengaruhi oleh banyaknya granul atau fines yang ada. pada evaluasi laju alir
menghasilkan laju alir yang baik dengan sudut henti 27,890.
Terakhir granul dilakukan evaluasi Kadar Kelembaban dan Susut Pengeringan. Evaluasi
tersebut berfungsi untuk memberikan batasan maksimal atau rentang besarnya senyawa yang
hilang pada saat pengeringan. Dan dihasilkan susut pengeringan sebesar 8,04 % dan kadar
kelembaban sebesar 8,75 % . hal tersebut menunjukan bahwa granul memiliki sifat yang
higroskopis.
Setelah granul mengalami tahap evaluasi maka tahap selanjutnya adalah tahap
pencetakan. Massa granul dimasukan kedalam hopper pada alat pencetak tablet untuk
selanjutnya dicetak. Dari hasil pencetakan didapatkan tablet sebanyak 226 tablet hal ini tidak
sesuai dari perhitungan yang seharusnya menghasilkan 250 tablet, massa granul yang hilang ini
diperkirakan terbuang saat proses pengayakan karena terlalu banyak fines dan pada pencetakan,
tertinggal dalam cetakan dan sisa granul yang ada yang sudah tidak bisa lagi untuk dicetak.
Tablet yang sudah jadi dilakukan pengujian/evaluasi yang meliputi, pengujian
penampilan/ organoleptis, tablet diamati secara visual apakah ada tablet yang tidak rata
bentuknya atau terdapat retakan-retakan pada tablet, menurut pengamatan beberapa tablet
terdapat kerusakan yaitu capping dimana pada permukaan atas obat terdapat lapisan tipis dan
kecil yang terlepas hal ini dapat terjadi dikarenakan Daya pengikat dalam massa tablet kurang
atau dapat juga terjadi karena massa tablet yang terlalu fines.
Pengujian selanjutnya adalah keseragaman bobot, dengan cara 20 buah tablet sebagai
sampling, hitung rata-ratanya dan timbang satu persatu yang kemudian didapat bobot rata-rata
tablet yaitu 0,639 gram dari rencana pembuatan sebesar 0,600 gram tiap tablet. Dan setelah
50
dihitung standar deviasinya atau penyimpangannya, ada 2 tablet yang penyimpangannya lebih
besar dari 5% jadi tablet yang dihasilkan telah memenuhi uji keseragaman bobot.
Uji selanjutnya yakni uji keregasan tablet, dengan menggunakan alat friabilator. Tablet
yang diuji sebanyak 20 tablet sebagai sampling. Tablet dimasukan kedalam alat dan alat diputar
selama 4 menit pada kecepatan 25 mpm. Kemudian debunya dibersihkan dan dihitung massa
tablet sebelum dan sesudah dilakukan pengujian. Persentase dari uji ini didapat 9,79%, nilai ini
menyatakan bahwa tablet terlalu regas, dan tidak memenuhi standar. Keregasan ini berkaitan
dengan kekuatan tablet pada saat pembuatan, pengepakan dan pendistribusian. Keregasan sangat
berkaitan erat dengan kekerasan tablet, pengujian kekerasan tablet dilakukan dengan alat
hardness tester. Kekerasan tablet akan sangat berpengaruh terhadap waktu hancur dan disolusi
dari tablet, jika tablet terlalu keras maka waktu hancur dan disolusinya meningkat, sehingga
pelepasan zat aktif tidak segera dan dikhawatirkan jika pelepasannya terlalu lama dapat
menyebabkan konsentrasi untuk mencapai efek terapi tidak tercapai.
Pengujian waktu hancur menggunakan alat disintegration tester, sebanyak 6 buah tablet
sebagai sampling diuji dengan alat ini, waktu yang dibutuhkan oleh tablet untuk hancur
maksimal selama 14 menit 59 detik, waktu ini memenuhi standar yang telah ditetapkan dalam FI
III. Waktu hancur tablet ini sangat dipengaruhi oleh penghancur yang digunakan dan kekuatan
ikatan antara partikel pada tablet. Pengujian lainnya yaitu laju disolusi dari tablet namun
pengujian ini tidak dilakukan. Laju disolusi ini menggambarkan waktu yang dibutuhkan tablet
untuk melarut dan melepaskan komponen zat aktif yang selanjutnya diabsorpsi oleh tubuh untuk
selanjutnya didistribusikan untuk mencapai efektor. Waktu hancur yang diperoleh dari tablet ini
yaitu 14 menit. Hal ini dikarenakan kesalahan praktikan dimana terdapat kekeliruan dalam
penambahan komponen penghancur yaitu yang digunakan adalah amilum manihot biasa dengan
kadar air yang cukup tinggi, bukan amilum kering memiliki nama lain explotab. Dengan
kekeliruan ini maka berpengaruh terhadap kondisi tablet terutama dalam hal waktu hancur.
Sehingga waktu hancur yang lebih lambat karena amilum yang digunakan mengandung sedikit
air sehingga amilum ini akan terikat kuat dengan komponen yang lain, dan tidak segera pecah
ketika kontak dengan cairan pada saluran pencernaan.
Pengujian tablet yang lain adalah pengujian keseragaman kandungan zat aktif, uji ini
dilakukan terutama untuk kandungan zat aktif dibawah 5 mg. Keseragaman ukuran, uji ini
dilakukan dengan mengukur diameter dan tebal tablet dengan menggunakan jangka sorong,
51
dengan syarat diameter tablet tidak boleh lebih dari 3x dan tidak kurang dari 1/3 tebal tablet.dari
uji tersebut didapatkan hasil bahwa tablet yang dihasilkan memenuhi syarat dimana tidak ada
tablet yang memiliki perbedaan diameter dan ketebalan diluar dari syarat yang telah ditentukan.
BAB V
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pada pengkajian praformulasi, kita dapat mengetahui secara jelas sifat dan
karakteristik Kalsium Laktat sebagai bahan aktif dan beberapa bahan tambahan
yang digunakan agar dapat dihasilkan tablet yang kompak dan baik secara fisik
maupun kimia.
2. Metode pembuatan tablet Kalsium Laktat dapat dilakukan dengan cara granulasi
kering. Karena berdasarkan kajian praformulasi Kalsium Laktat memiliki sifat
yang tidak tahan pemanasan serta memiliki sifat alir yang baik
3. Berdasarkan hasil yang diperoleh, tablet yang dibuat tidak memenuhi beberapa
persyaratan dalam spesifikasi tablet yang diinginkan dan juga berdasarkan standar
dari Farmakope Indonesia, sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan pembuatan
tablet yaitu untuk menghasilkan tablet yang bermutu dari segi penampilan, efikasi
dan keamanan ternyata belum terlalu tercapai.
4. Tablet yang dihasilkan pada saat dilakukan evaluasi terdapat beberapa yang tidak
memenuhi persyaratan seperti pada uji keregasan tablet, uji friabilitas, uji
52
kekerasan tablet, tapi tablet kami mempunyai kompresibilitas, keseragaman
bobot, waktu hacur obat serta daya mengalir serbuk yang bagus dan sesuai standar
5. Hal-hal yang tidak diinginkan tersebut dapat terjadi karena kurangnya ketelitian
pada praktikan dalam pencampuran bahan, sehingga menghasilkan beberapa
evaluasi yang tidak memenuhi syarat
4.2. Saran
Sebaiknya sebelum menentukan formulasi tablet yang akan dibuat carilah
informasi sebanyak-banyaknya tentang bahan-bahan yang digunakan agar nantinya
didapatkan hasil tablet yang baik sesuai dengan persyaratan tablet yang telah
ditetapkan. Serta sarana dan pra sarana yang ada di ruang praktikum dapat ditingkatkan
sehingga praktikum dapat berjalan dengan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Panitia Farmakope Indonesia. 1978. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta : Depatemen
Kesehatan RI.
2. Panitia Farmakope Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI.
3. Niazi, Sarfaraz K. 2009. hanbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations
Comprsessed Solid Product. Informa healt care. New York : USA
4. Anief, Muhammad. 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : UGM press.
5. Anief, Muhammad. 1993. Farmaseutika Dasar. Yogyakarta : UGM press.
6. Ganiswarna, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Jakarta : UI press.
7. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. 1998. ISO Indonesia. Volume 32. Jakarta : PT. Anem Kosong
Anem.
53
54