Вы находитесь на странице: 1из 16

MAKALAH

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK USIA DINI

Disusun Oleh:
Nur Hidayati
NPM.

1
DAFTAR ISI

Sampul ............................................................................................................... 1
Daftar Isi ........................................................................................................... 2
BAB I Pendahuluan .......................................................................................... 3
BAB II Pembahasan ......................................................................................... 4
A. Peserta Didik ................................................................................... 4
B. Kedudukan Peserta Didik dalam Pembelajaran .............................. 4
C. Perkembangan Anak Usia Dini ....................................................... 5
1. Karakteristik Anak Usia Dini ....................................................... 5
2. Kondisi Yang Mempengaruhi Anak Usia Dini ............................. 10
3. Pola Perkembangan Anak Usia Dini ............................................ 11
BAB III Kesimpulan ........................................................................................ 15
Daftar Pustaka .................................................................................................. 16

2
BAB I
PENDAHULUAN

Peserta didik adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, ia


membutuhkan orang lain untuk dapat tumbuh kembang menjadi manusia yang
utuh. Dalam perkembangannya, pendapat dan sikap peserta didik dapat berubah
karena interaksi dan saling berpengaruh antar sesama peserta didik maupun
dengan proses sosialisasi. Dengan mempelajari perkembangan hubungan sosial
diharapkan dapat memahami pengertian dan proses sosialisasi peserta didik.

Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum
memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial
anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-
orang dilingkungannya.

Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia


enam bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu
dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan
perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih
sayang.

Perkembangan sosial pada masa usia dini dan sekolah dasar berkembang
kemampuan untuk memahami orang lain sebagai individu yang unik. Baik
menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, dan perasaan sehingga mendorong runtuk
bersosialisasi lebih akrab dengan lingkungan sebaya atau lingkungan masyarakat
baik. Seorang anak diharapkan memiliki penyesuaian sosial yang tepat dalam arti
kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi dan relasi
baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN

3
1. Peserta Didik
A. Hakikat Peserta Didik
Peserta didik adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, ia
membutuhkan orang lain untuk dapat tumbuh kembang menjadi manusia yang
utuh. Dalam perkembangannya, pendapat dan sikap peserta didik dapat berubah
karena interaksi dan saling berpengaruh antar sesama peserta didik maupun
dengan proses sosialisasi.
Pandangan menurut ilmu psikolog tentang peserta didik adalah individu
yang sedang berkembang baik jasmani maupun rohani. Perubahan jasmani biasa
disebut pertumbuhan, ialah terdapatnya perubahan aspek jasmani menuju kearah
kematangan fungsi, misal kaki, tangan sudah mulai berfungsi secarea sempurna.
Sedangkan perkembangan adalah perubahan aspek psikis secara lebih jelas.

Peserta didik adalah setiap manusia yang berusaha mengembangkan


potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan
formal maupun pendidikan nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis
pendidikan tertentu.

Setiap pesrta didik tidak sama dalam hal minat untuk mempelajari sesuatu
ilmu pengetahuan. Dan peserta didik memiliki minat serta kecakapan yang
berbeda beda untuk mengembangkan kemampuan intelektual yang dimilikinya.

B. Kedudukan Peserta Didik dalam Pembelajaran


peserta didik dapat dipandang sebagai objek didik, subjek didik, dan
sebagai subjek dan objek didik sekaligus. Dalam pandangan konvensional, peserta
didik dipandang sebagai objek didik, ialah sebagai wadah yang harus diisi dengan
pengetahuan, dan ketrampilan. Peserta didik diperlakukan pasif, ia harus
menereima semua yang diberikan guru.
Dalam pandangan modern, peserta didik dipandang sebagai subjek yang
memiliki potensi tersendiri, ia aktif mengembangkan potensinya, ia merespon,
bertanya dan menanggapi keterangan guru pada saat berlangsungnya
pembelajaran. Guru berfungsi sebagai fasilitator, menciptakan kondisi sedemikian
rupa sehingga peserta didik terjadi proses belajar.
Ciri khas peserta didik adalah :
1. Sebagai individu yang memiliki potensi fisik dan psikis.
2. Sebagai individu yang sedang berkembang baik potensi fisik
maupun psikis,
3. Dalam pengembangan potensi tersebut peserta didik membutuhkan
bantuan orang lain.
4. Memiliki kemampuan untuk mandiri.

4
Peserta didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati
posisi sentral dalam proses belajar mengajar. Didalam proses belajar-mengajar,
peserta didik sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita dan memiliki tujuan dan
kemudia ingin mencapainya secara optimal. Jadi dalam proses belajar
mengajaryang perlu diperhatikan pertama kali adalah peserta didik, bagaimana
keadaan dan kemampuannya, baru setelah itu menentukan komponen-
komponenyang lain. Apa bahan yang diperlukan, bagaimana cara yang tepat untuk
bertindak, alat dan fasilitas apa yang cocok dan mendukung, semua itu harus
disesuaikan dengan keadaan ataukarakteristikpeserta didik. Itulah sebabnya
peserta didik merupakan subjek belajar. Ada beberapa halyang harus dipenuhi
oleh peserta didik sebagai subjek belajar yaitu :

1. Mememahami dan menerima keadaan jasmani


2. Memperoleh hubungan yang memuaskan dengan teman-teman
sebayanya.
3. Mencapai hubungan yang lebih “matang” dengan orang dewasa
4. Mencapai kematangan Emosional
5. Menujukepada keadaan berdiri sendiri dalam lapangan finansial.
6. Mencapai kematangan intelektual
C. Perkembangan Anak Usia Dini
1. Karakteristik Anak Usia Dini

Piaget mengkatagorikan empat tahapan perkembangan kognitif dan afektif


yang dilalui manusia. Menurut teori ini, anak-anak berkembang secara kognitif
melalui keterlibatan aktif dengan lingkungannya. Dikaitkan dengan teori ini,
perkembangan anak usia dini berada pada tahap berpikir praoperasional (usia 2-7
tahun). Pada tahap ini perkembangan anak sudah ditandai dengan per-kem-bangan
bahasa dan berbagai bentuk representasi lainnya serta perkem-bangan konseptual
yang pesat. Proses berfikir anak berpusat pada penguasaan simbol-simbol seperti
kata-kata yang mampu mengung-kapkan pengalaman masa lalu. Manipulasi
symbol, termasuk kata-kata, merupakan karakteristik penting dari tahap
praoperasional.

Hal ini tampak dalam meniru sesuatu yang tertunda sehingga


menghasilkan suatu tindakan yang telah dilihat di masa lalu dan dalam imajinasi
anak-anak atau pura-pura bermain (Piaget, 1951) yang dikutip Mussen, Conger,
Kagen dan Huston (1984). Nalar anak-anak pada tahap ini belum tampak logis
dan mereka cenderung sangat egosentris. Egosentris pada anak usia prasekolah
tidak berarti ia mementingkan diri sendiri, melainkan anak usia prasekolah tidak
dapat melihat sesuatu dari pandangan orang lain.

5
Mengenal karakteristik peserta didik untuk kepentingan
proses pembelajaran merupakan hal yang penting. Adanya pemahaman yang
jelas tentang karakteristik peserta didik akan memberikan kontribusi
terhadap pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif. Berdasarkan pemahaman
yang jelas tentang karakteristik peserta didik, para guru dapat merancang
dan melaksanakan kegiatan pembelajaransesuai perkembangan anak.

Anak usia dini (0 – 8 tahun) adalah individu yang sedang mengalami


proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Bahkan dikatakan
sebagai lompatan perkembangan karena itulah maka usia dini dikatakan sebagai
golden age (usia emas) yaitu usia yang sangat berharga dibanding usia-usia
selanjutnya. Usia tersebut merupakan fase kehidupan yang unik. Secara lebih rinci
akan diuraikan karakteristik anak usia dini sebagai berikut :
a. Usia 0 – 1 tahun
Pada masa bayi perkembangan fisik mengalami kecepatan luar biasa, paling cepat
dibanding usia selanjutnya. Berbagai kemampuan dan ketrampilan dasar dipelajari
anak pada usia ini. Beberapa karakteristik anak usia bayi dapat dijelaskan antara
lain :
1. Mempelajari ketrampilan motorik mulai dari berguling,
merangkak, duduk, berdiri dan berjalan.
2. Mempelajari ketrampilan menggunakan panca indera, seperti
melihat atau mengamati, meraba, mendengar, mencium dan mengecap
dengan memasukkan setiap benda ke mulutnya.
3. Mempelajari komunikasi sosial. Bayi yang baru lahir telah siap
melaksanakan kontrak sosial dengan lingkungannya. Komunikasi
responsif dari orang dewasa akan mendorong dan memperluas respon
verbal dan non verbal bayi. Berbagai kemampuan dan ketrampilan dasar
tersebut merupakan modal penting bagi anak untuk menjalani proses
perkembangan selanjutnya.
b. Usia 2 – 3 tahun
Anak pada usia ini memiliki beberapa kesamaan karakteristik dengan masa
sebelumnya. Secara fisik anak masih mengalami pertumbuhan yang pesat.
Beberapa karakteristik khusus yang dilalui anak usia 2 – 3 tahun antara lain :
1. Anak sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada di
sekitarnya. Ia memiliki kekuatan observasi yang tajam dan keinginan
belajar yang luar biasa. Eksplorasi yang dilakukan oleh anak terhadap
benda-benda apa saja yang ditemui merupakan proses belajar yang sangat
efektif. Motivasi belajar anak pada usia tersebut menempati grafik

6
tertinggi dibanding sepanjang usianya bila tidak ada hambatan dari
lingkungan.
2. Anak mulai mengembangkan kemampuan berbahasa. Diawali
dengan berceloteh, kemudian satu dua kata dan kalimat yang belum jelas
maknanya. Anak terus belajar dan berkomunikasi, memahami pembicaraan
orang lain dan belajar mengungkapkan isi hati dan pikiran. Anak mulai
belajar mengembangkan emosi. Perkembangan emosi anak didasarkan
pada bagaimana lingkungan memperlakukan dia. Sebab emosi bukan
ditemukan oleh bawaan namun lebih banyak pada lingkungan.
c. Usia 4 – 6 tahun
Anak usia 4 – 6 tahun memiliki karakteristik antara lain :
1. Berkaitan dengan perkembangan fisik, anak sangat aktif
melakukan berbagai kegiatan. Hal ini bermanfaat untuk mengembangkan
otot-otot kecil maupun besar.
2. Perkembangan bahasa juga semakin baik. Anak sudah mampu
memahami pembicaraan orang lain dan mampu mengungkapkan
pikirannya dalam batas-batas tertentu.
3. Perkembangan kognitif (daya pikir) sangat pesat, ditunjukkan
dengan rasa ingin tahu anak yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar.
Hl itu terlihat dari seringnya anak menanyakan segala sesuatu yang dilihat.
4. Bentuk permainan anak masih bersifat individu, bukan permainan
sosial. Walaupun aktifitas bermain dilakukan anak secara bersama.
d. Usia 7 – 8 tahun
Karakteristik perkembangan anak usia 7 – 8 tahun antara lain :
1. Perkembangan kognitif anak masih berada pada masa yang cepat.
Dari segi kemampuan, secara kognitif anak sudah mampu berpikir bagian
per bagian. Artinya anak sudah mampu berpikir analisis dan sintesis,
deduktif dan induktif.
2. Perkembangan sosial anak mulai ingin melepaskan diri dari
otoritas orangtuanya. Hal ini ditunjukkan dengan kecenderungan anak
untuk selalu bermain di luar rumah bergaul dengan teman sebaya.
3. Anak mulai menyukai permainan sosial. Bentuk permainan yang
melibatkan banyak orang dengan saling berinteraksi.
4. Perkembangan emosi anak sudah mulai berbentuk dan tampak
sebagai bagian dari kepribadian anak. Walaupun pada usia ini masih pada
taraf pembentukan, namun pengalaman anak sebenarnya telah
menampakkan hasil.

7
Anak-anak usia 2-4 tahun menurut Musthafa (2002) mempunyai cirri sebagai
berikut;

1. Anak-anak prasekolah mempunyai kepekaan bagi perkembangan


bahasanya;
2. Mereka menyerap pengetahuan dan keterampilan berbahasa dengan cepat
dan piawai dalam mengolah input dari lingkungannya;
3. Modus belajar yang umumnya disukai adalah melalui aktivitas fisik
dan berbagai situasi yang bertautan langsung dengan minat dan
peng- alamannya;
4. Walaupun mereka umumnya memiliki rentang perhatian yang pendek,
mereka gandrung mengulang-ngulang kegiatan atau permainan yang sama;
5. Anak-anak prasekolah ini sangat cocok dengan pola pembelajaran
lewat pengalaman konkret dan aktivitas motorik.

Sementara itu, anak-anak usia 5-7 tahun sebagai tahun-tahun awal


memasuki sekolah dasar mereka mempunyai ciri sebagai berikut;

1. Kebanyakan anak-anak usia ini masih berada pad tahap


berpikir praoperasional dan cocok belajar melalui pengalaman konkret dan
dengan orientasi tujuan sesaat;

2. Mereka gandrung menyebut nama-nama benda, medefinisikan kata-


kata, dan mempelajari benda-benda yang berada di lingkungan
dunianya sebagai anak-anak

3. mereka belajar melalui bahasa lisan dan pad tahap ini bahasanya telah
berkembang dengan pesat; dan

4. pada tahap ini anak-anak sebagai pembelajar memerlukan struktur


kegiatan yang jelas dan intruksi spesifik.

Banyak teori perkembangan yang dihasilkan oleh para ahli; suatu


teori mempunyai perbedaan dan persamaan dengan teori lainnya serta
terjadinya perubahan dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, Sholehuddin
(2002) mengidentifikasikan sejumlah karakteristik anak usia prasekolah sebagi
berikut.

1. Anak bersifat unik.Anak sebagai seorang individu berbeda


dengan individu lainnya. Perbedaan ini dapat dilihat dari aspek bawaan,
minat, motivasi dan pengalaman yang diperoleh dari kehidupannya
masing- masing. Ini berarti bahwa walaupun ada acuan pola
perkembangan anak secara umum, dan kenyataan anak sebagai individu
berkembang dengan potensi yanmg berbeda-beda.

8
2. Anak mengekspresikan prilakunya secara relatif spontan. Ekspresi
perilaku secara spontan oleh anak akan menampakan bahwa perilaku
yang dimunculkan anak bersifat asli atau tidak ditutup-tutupi. Dengan kata
lain tidak ada penghalang yang dapat membatasi ekspresi yang dirasakan
oleh anak. Anak akan membantah atau menentang kalau ia merasa tidak
suka. Begitu pula halnya dengan sikap marah, senang, sedih, dan
menangis kalau ia dirangsang oleh situasi yang sesuai dengan ekspresi
tersebut.

3. Anak bersifat aktif dan energik.Bergerak secara aktif bagi anak


usia prasekolah merupakan suatu kesenangan yang kadang kala terlihat
seakan- akan tidak ada hentinya. Sikap aktif dan energik ini akan tampak
lebih intens jika ia menghadapi suatu kegiatan yang baru dan
menyenangkan.

4. Anak itu egosentris. Sifat egosentris yang dimiliki anak menyebabkan


ia cenderung melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandang
dan kepentingan sendiri.

5. Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap
banyak hal.Anak pada usia ini juga mempunyai sifat banyak memper-
hatikan, membicarakan den mempertanyakan berbagai hal yang dilihat
dan didengarnya terutama berkenaan dengan hal-hal yang baru.

6. Anak bersifat eksploratif dan petualang.Ada dorongan rasa ingin tahu


yang sangat kuat terhadap segala sesuatu, sehingga anak lebih anak lebih
senang untuk mencoba, menjelajah, dan ingin mempelajari hal-hal yang
baru.Sifat seperti ini misalnya, terlihat pada saat anak ingin
membongkarpasang alat-alat mainan yang ada.

7. Anak umumnya kaya dengan fantasi. Anak menyenangi hal yang


bersifat imajinatif. Oleh karena itu, mereka mampu untuk bercerita
melebihi pengalamannya. Sifat ini memberikan implikasi terhadap
pembelajaran bahwa bercerita dapat dipakai sebagai salah satu metode
belajar.

8. Anak masih mudah frustrasi. Sifat frustrasi ditunjukkan dengan marah


atau menangis apabila suatu kejadian tidak sesuai dengan apa
yang diinginkannya. Sifat ini juga terkait dengan sifat lainnya
seperti spontanitas dan egosentris.

9. Anak masih kurang pertimbangan dalam melakukan sesuatu.Apakah


suatu aktivitas dapat berbahaya atau tidak terhadap dirinya, seorang anak
bahaya belum memiliki pertimbangan yang matang untuk itu. Oleh karena

9
itu lingkungan anak terutama untuk kepentingan pembelajaran perlu
terhindar dari hal atau keadaan yang membahayakan.

10. Anak memiliki daya perhatian yang pendek.Anak umumnya


memiliki daya perhatian yang pendek kecuali untuk hal-hal yang
sangat disenanginya.

11. Anak merupakan usia belajar yang paling potensial Dengan


mempelajari sejumlah ciri dan potensi yang ada pada anak, misalnya rasa
ingin tahu, aktif, bersifat eksploratif dan mempunyai daya ingat lebih kuat,
maka dapat dikatakan bahwa pada usia anak-anak terdapat kesempatan
belajar yang sangat potensial. Dikatakan potensial karena pada usia
ini anak secara cepat dapat mengalami perubahan yang merupakan hakikat
dari proses belajar. Oleh karena itu, lingkungan pembelajaran untuk anak
perlu dikem-bangkan sesuai potensi yang dimilikinya.

12. Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman.Anak


mempunyai keinginan yang tinggi untuk berteman. Anak memiliki
kemampuan untuk bergaul dan bekerjasama dengan teman lainnya.

Seiring dengan pendapat diatas, Snowman (1993) yang dikutip oleh


Patmonodewo (2000) anak usia prasekolah atau usia dini memiliki sejumlah ciri
yang dapat dilihat dari aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif.

2. Kondisi Yang Mempengaruhi Anak Usia Dini


Banyak hal yang dapat mempengaruhi kondisi anak usia dini, secara garis
besar dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :
a. Faktor bawaan
b. Faktor lingkungan

Pertama, faktor bawaan adalah faktor yang diturunkan dari kedua


orangtuanya, baik yang bersifat fisik maupun psikis. Faktor bawaan lebih
dominan dari pihak ayah daripada ibu atau sebaliknya. Faktor ini tidak dapat
direkayasa oleh orangtua yang menurunkan. Dan hanya ditentukan oleh waktu
satu detik, yaitu saat bertemunya sel sperma dan ovum. Oleh karena itu, saat
ovulasi merupakan saat paling berharga untuk sepanjang hidup manusia, karena
pada saat itulah diturunkan sifat bawaan yang akan terbawa sepanjang usia
manusia.
Kedua, faktor lingkungan yaitu faktor yang berasal dari luar faktor
bawaan, meliputi seluruh lingkungan yang dilalui oleh anak. Lingkungan dapat
dipisahkan menjadi dua, yaitu lingkungan dalam kandungan dan lingkungan di
luar kandungan.

10
Lingkungan dalam kandungan sangat penting bagi perkembangan anak.
Karena perkembangan janin dalam kandungan mengalami kecepatan luar biasa,
lebih cepat 200.000 kali dibanding perkembangan sesudah lahir. Oleh karena itu
lingkungan yang positif dalam kandungan akan berpengaruh positif bagi
perkembangan janin, demikian juga sebaliknya.
Lingkungan di luar kandungan, juga besar pengaruhnya terhadap
perkembangan anak usia dini. Sebab anak menjadi bagaimana seorang anak
sangat dipengaruhi oleh bagaimana lingkungan memperlakukan dia. Lingkungan
luar kandungan dibedakan menjadi tiga hal yaitu :
a. Lingkungan keluarga, yaitu lingkungan yang dialami anak dalam
berinteraksi dengan anggota keluarga baik interaksi secara langsung
maupun tidak langsung. Lingkungan keluarga khususnya dialami anak
usia 0 – 3 tahun. Usia ini menjadi landasan bagi anak untuk melalui
proses selanjutnya.
b. Lingkungan masyarakat atau lingkungan teman sebaya. Seiring
bertambahnya usia, anak akan mencari teman untuk berinteraksi dan
bermain bersama. Kondisi teman sebaya turut menentukan bagaimana
anak jadinya.
c. Lingkungan sekolah. Pada umumnya anak akan memasuki lingkungan
sekolah pada usia 4 – 5 tahun atau bahkan yang 3 tahun. Lingkungan di
sekolah besar pengaruhnya terhadap perkembangan anak. Sekolah yang
baik akan mampu berperan secara baik dengan memberi kesempatan
dan mendorong anak untuk mengaktualisasikan diri sesuai dengan
kemampuan yang sesungguhnya.

3. Pola Perkembangan Anak Usia Dini


Perkembangan setiap anak memiliki pola yang sama, walaupun
kecepatannya berbeda. Setiap anak mengikuti pola yang dapat diramalkan
dengan cara dan kecepatannya sendiri. Sebagian anak berkembang dengan tertib
tahap demi tahap, langkah demi langkah. Namun sebagian yang lain mengalami
kecepatan melonjak. Di samping itu ada juga yang mengalami penyimpangan
atau keterlambatan. Namun secara umum setiap anak berkembang dengan
mengikuti pola yang sama. Beberapa pola tersebut antara lain :
1. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik mengikuti hukum perkembangan yang disebut
“cephalocaudal” dan “proximodistal”. Hukum cephalocaudal menyatakan
bahwa perkembangan dimulai dari kepala kemudian menyebar ke seluruh tubuh
sampai ke kaki. Sedangkan hukum proximodistal menyatakan bahwa
perkembangan bergerak dari pusat sumbu ke ujung-ujungnya atau dari bagian
yang dekat sumbu pusat tubuh ke bagian yang lebih jauh.

11
a. Perkembangan bergerak dari tanggapan umum menuju ke tanggapan
khusus
Bayi pada awal perkembangan memberikan reaksi dengan
menggerakkan seluruh tubuh. Semakin lama ia akan mampu memberikan
reaksi dalam bentuk gerakan khusus. Demikian seterusnya dalam hal-hal
lain.
b. Perkembangan berlangsung secara berkesinambungan
Proses perkembangan diawali dari bertemunya sel sperma dan ovum
yang disebut ovulasi, dan terus secara berkesinambungan hingga kematian.
Kadang perlahan, kadang cepat, kadang maju terus, kadang sejenak
mundur. Satu tahap perkembangan menjadi landasan bagi tahap
perkembangan selanjutnya. Tidak ada pengalaman anak yang sia-sia atau
hilang terhapus. Hanya tertutupi oleh pengalaman-pengalaman berikutnya.
c. Terhadap periode keseimbangan dan tidak keseimbangan
Setiap anak mengalami periode dimana ia merasa bahagia, mudah
menyesuaikan diri dan lingkungannya pun bersikap positif terhadapnya.
Namun juga ada masa ketidakseimbangan yang ditandai dengan kesulitan
anak untuk menyesuaikan diri, sulit diatur, emosi negatif dan sebagainya.
Pola tersebut bila digambarkan ibarat spiral yang bergerak melingkar
dengan jangka waktu kurang lebih 6 bulan, hingga akhirnya anak
menemukan ketenangan dan jati diri.
d. Terhadap tugas perkembangan yang harus dilalui anak dari waktu ke
waktu
Tugas perkembangan adalah sesuatu yang harus dilakukan atau dicapai
oleh anak berdasarkan tahap usianya. Tugas perkembangan bersifat khas,
sesuai dengan tuntutan dan ukuran yang berlaku di masyarakat. Misalnya
bayi lahir dia akan melaksanakan tugas perkembangan berguling,
tengkurap, duduk, berdiri, berjalan, bermain dan seterusnya. Kualitas dan
kuantitas tugas perkembangan antara satu daerah berbeda dengan daerah
lain.

2. Ciri Fisik Anak :

a. Anak prasekolah umumnya sangat aktif. Anak pada usia ini sangat
menyukai kegiatan yang dilakukan atas kemauan sendiri. Kegiatan mereka
yang dapat diamati adalah seperti; suka berlari, memanjat dan melompat.

b. Anak membutuhkan istirahat yang cukup. Dengan adanya sifat aktif,


maka biasanya setelah melakukan banyak aktivitas anak me-merlukan
istirahat walaupun kadangkala kebutuhan untuk beristirahat ini tidak
disadarinya.

12
c. Otot-otot besar anak usia prasekolah berkembang dari control jari dan
tangan. Dengan demikin anak usia prasekolah belum bisa me-lakukan
aktivitas yang rumit seperti mengikat tali sepatu.
d. Sulit memfokuskan pandangan pada objek-objek yang kecil ukurannya
sehingga koordinasi tangan dan matanya masih kurang sempurna.
b. Cara Belajar Anak Usia Dini
Anak pada usia dini (0 – 8 tahun) memiliki kemampuan belajar yang luar
biasa. Khususnya pada masa kanak-kanak awal. Keinginan anak untuk belajar
menjadikan ia aktif dan eksploratif. Anak belajar dengan seluruh panca inderanya
untuk dapat memahami sesuatu, dan dalam waktu singkat ia akan beralih ke hal
lain untuk dipelajari. Lingkungan lah yang kadang menjadikan anak terhambat
dalam mengembangkan kemampuan belajarnya. Bahkan seringkali lingkungan
mematikan keinginannya untuk bereksplorasi.
Cara belajar anak mengalami perkembangan seiring dengan bertambahnya
usia. Secara garis besar dapat diuraikan cara belajar anak usia dini mulai dari awal
perkembangan.
a. Usia 0 – 1 tahun
Anak belajar dengan mengendalikan kemampuan panca inderanya. Yakni
pendengaran, penglihatan, penciuman, peraba dan perasa. Secara bertahap
panca indera anak difungsikan lebih sempurna. Hingga usia satu tahun anak
ingin mempelajari apa saja yang dilihat dengan mengarahkan seluruh panca
indera. Hal itu nampak pada aktivitas anak memasukkan segala macam benda
ke dalam mulut sebagai bagian dari proses belajar.
b. Usia 2 – 3 tahun
Anak melakukan proses belajar dengan lebih sungguh-sungguh. Ia
memperhatikan apa saja yang ada di lingkungannya untuk kemudian ditiru.
Jadi cara belajar anak yang utama pada usia ini adalah meniru. Meniru segala
hal yang ia lihat dan ia dengar. Selain itu perkembangan bahasa anak pada
usia tersebut sudah mulai berkembang. Anak mengembangkan kemampuan
berbahasa juga dengan cara meniru.
c. Usia 4 – 6 tahun
Kemampuan bahasa anak semakin baik. Begitu anak mampu
berkomunikasi dengan baik maka akan segera diikuti proses belajar anak
dengan cara bertanya. Anak akan menanyakan apa saja yang ia saksikan.
Pertanyaan yang tiada putus. Saat demikian kognisi anak berkembang pesat
dan keinginan anak untuk belajar semakin tinggi. Anak belajar melalui
bertanya dan berkomunikasi.
d. Usia 7 – 8 tahun

13
Perkembangan anak dari berbagai aspek sudah semakin baik. Walau
demikian proses perkembangan anak masih terus berlanjut. Anak melakukan
proses belajar dengan cara yang semakin kompleks. Ia menggunakan panca
inderanya untuk menangkap berbagai informasi dari luar. Anak mulai mampu
membaca dan berkomunikasi secara luas. Hal itu menjadi bagian dari proses
belajar anak.

BAB III
KESIMPULAN

14
1. Peserta didik adalah setiap manusia yang berusaha mengembangkan potensi
diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal
maupun pendidikan nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan
tertentu.
2. Pentingnya memahami anak usia dini mempunyai 3 alasan yaitu usia dini
merupakan usia yang paling penting dalam tahap perkembangan manusia,
pengalaman awal sangat penting, dan perkembangan fisik dan mental
mengalami kecepatan yang luar biasa
3. Pertumbuhan diartikan sebagai perubahan alamiah secara kuantitatif pada segi
jasmaniah atau fisik dan atau menunjukkan kepada suatu fungsi tertentu yang
baru (yang tadinya belum tampak) dari organisme atau individu
4. Perkembangan diartikan sebagai perubahan-perubahan yang dialami oleh
individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya yang berlangsung
secara sistematis, progresif dan berkesinambungan baik fisik maupun psikis.
5. Kondisi yang mempengaruhi perkembangan anak usia dini secara umum dibagi
menjadi dua yaitu faktor keturunan dan lingkungan sekitar.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. 2004. Psikologi Remaja (Perkembangan


Peseta didik). Jakarta. PT. Bumi Aksara.
Davidof, Linda L. 1988. Psikologi Suatu Pengantar. Jakarta. Erlangga.

15
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung. PT. Remaja
Rosadakarya.
Muhibbin, Syah. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.
Padmonodewo, Soemiarti. 2000. Buku Ajar Pendidikan Pra Sekolah. Jakarta.
Depdikbud, Dirjen Dikti.
Sholehuddin, M. Drs. 1997. Konsep Dasar Pendidikan Pra Sekolah. IKIP
Bandung.

16

Вам также может понравиться