Вы находитесь на странице: 1из 10

Jurnal SAP Vol. 3 No.

2 Desember 2018 p-ISSN: 2527-967X


e-ISSN: 2549-2845

PERUBAHAN KURIKULUM DAN PENDIDIKAN PROFESI GURU:


UPAYA MENEMUKAN ARAH PENDIDIKAN YANG IDEAL ATAU
KONSTELASI KEKUASAAN?

Apri Damai Sagita Krissandi1, Kelik Agung Cahya Setiawan2


Program Studi PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta1,
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Yogyakarta2
E-mail: apridamai@gmail.com1, keliksky49@gmail.com2

Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk membahas kebijakan program profesi guru dalam hal mutu pendidikan atau
hanyalah konstelasi kekuasaan semata. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif
dengan studi dokumen. Program PPG baik prajabatan maupun dalam jabatan terkandung konstelasi
kekuasaan di dalamnya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa catatan pertama tidak ada tindak lanjut dari
program PPG. Kedua dari hasil wawancara yang dilakukan penulis didapati bahwa materi yang
diberikan dalam program ini tidak berbeda dengan meteri yang diberikan di universitas. Ketiga adalah
PPG prajabatan, tujuan dari PPG prajabatan tidak lain adalah untuk meningkatkan kualitas calon guru
sesuai dengan indikator-indikator yang ditetapkan dalam program tersebut. Yang menadi pertanyaan
adalah apakah selama ini universitas keguruan dan ilmu pendidikan tidak membekali mahasiswanya
untuk menjadi guru yang berkualitas? jika memang universitas keguruan dan ilmu pendidikan tidak
membekali masiswa untuk menjadi guru berkualitas, kenapa tidak memperbaiki konsep dan
pembelajaran dalam perkuliahan disetiap universitas tersebut, namun malah menambah program baru.
Keempat tidak ada program sejenis di negara-negara yang maju pendidikanya seperti Finlandia, Korea
Selatan, Jepang dan seterusnya. Kelima tes yang digunakan dalam seleksi masuk hanya menggunakan
tes yang secara tidak langsung hanya mengukur tingkat kognitif saja.
Kata kunci: Kebijakan Pendidikan, Kurikulum, Perubahan kurikulum, Program Profesi guru,
Konstelasi Kekuasaan.

Abstract
The purpose of this research is to review the teacher certification program (PPG) policy as an
improvement in educational quality or merely a constellation of power. The method used is a descriptive
research method with documentary analysis. The PPG program, both pre-service and in-service,
contains a constellation of power. It can be seen from some notes. Firstly, there is no follow-up from
the PPG program. Secondly, the results of interviews by the researchers reveal that the materials
provided in this program are not different from those given at the university. Thirdly, even though PPG
pre-service is aimed at improving the quality of prospective teachers based on the indicators specified
in the program, why do teacher training and education universities not prepare their students to be
quality teachers? if they do not do so, why they do not improve the concepts and learning in lectures at
their respective universities instead of adding new programs. Fourthly, there are no similar programs
in countries with quality education, such as Finland, South Korea, Japan and so on. Fifthly, the tests in
the admission process only administer tests that indirectly measure the cognitive level.
Keywords: Education Policy, Curriculum, Curriculum Change, Teacher Certification Program,
Constellation of Power

PENDAHULUAN diungkapkan dalam Undang-undang Sistem


Pendidikan pada hakikatnya merupakan Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003
suatu upaya sadar untuk menyiapkan pasal 1 ayat (1), pendidikan adalah usaha
sumber daya manusia dalam sadar dan terencana untuk mewujudkan
mengembangkan potensi untuk suasana belajar dan proses pembelajaran
menghadapi kehidupan di masa sekarang agar peserta didik secara aktif dapat
maupun masa depan. Seperti yang mengembangkan potensi diri sehingga

93
Jurnal SAP Vol. 3 No. 2 Desember 2018 p-ISSN: 2527-967X
e-ISSN: 2549-2845

memiliki kekuatan spiritual baik kepentingan untuk membentuk perilaku


keagamaan, pengendalian diri dalam pedagogis peserta didik menjadi tidak
masyarakat, berbangsa dan bernegara. seimbang. Kebijakan pemerintah dalam hal
pendidikan di Indonesia memang tidak
Kurikulum merupakan salah satu unsur dapat dipisahkan bahkan bisa dikatakan
dalam membentuk bagaimana pendidikan cenderung berhubungan dengan kostelasi
itu berlangsung. Kurikulum sendiri menurut kekuasaan atau ajang pengaruh kekuasaan,
[1] adalah hal utama dalam menentukan sehingga arah dan kebijakan atas
proses dan hasil suatu sistem pendidikan pendidikan hanya ditentukan oleh
baik pada satuan pendidikan yang paling keputusan pemegang kekuasaan negara.
rendah hingga pendidkan nasional. Akhirnya kajian mengenai pengembangan
Kurikulum mempunyai fungsi sebagai pendidikan lambat laun akan menjadi jenuh
media atau sarana untuk mencapai tujuan serta kehilangan relevansi dalam
sekaligus pedoman dalam pelaksanaan meningkatakn kualitas dan mutu
pembelajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan. Dikaitkan dengan kurikulum,
pendidikan. Kurikulum sebagai pedoman Menurut [3] mengatakan bahwa kebijakan
utama dalam menentukan proses dan hasil pemerintah terkait pendidikan saat ini
sistem pendidikan memang memerlukan merupakan bentuk pemaksaan dan tekanan
adanya upaya pengembangan secara yang mengerikan jika dibandingkan dengan
dinamis sesuai dengan tuntutan dan bentuk pemaksaan lain. Kesemua hal
perubahan yang terjadi dimasyarakat tersebut dikarenakan muatan terhadap
ditambah saat ini pendidikan Indonesia kebijakan yang diterapkan dalam
mengalami penurunan kualitas. pendidikan di Indonesia masih banyak
konstelasi kekuasaan ketika menyusunya.
Berdasarkan data United Nations
Development Program (UNDP) 2011, Terkait dengan perubahan kurikulum,
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia mempunyai permasalahan yang
Indonesia berada di urutan 124 dari 187 sampai saat ini masih menjadi problematika
negara yang disurvei dengan indeks 0,67 nasional yaitu perubahan kurikulum yang
persen. Sedangkan Singapura dan Malaysia terjadi di Indonesia berubah dengan begitu
mempunyai indeks yang jauh lebih tinggi cepat, bahkan pelaku pendidikan di
yaitu 0,83 persen dan 0,86 persen. Hal ini Indonesia sudah begitu fasih dalam
juga terjadi pada pada indeks tingkat berbagai perubahan kurikulum itu sendiri.
pendidikan tinggi Indonesia juga dinilai Perubahan yang telah dilakukan pemerintah
masih rendah yaitu 14,6 persen, berbeda Indonesia khsusnya pasca reformasi adalah
dengan Singapura dan Malaysia yang sudah Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun
mempunyai indeks tingkat pendidikan yang 2004, berlanjut pada kurikulum 2006 dari
lebih baik yaitu 28 persen dan 33 persen. kurikulum 2006 diganti ke kurikulum 2008
Mengubah kurikulum berarti turut hingga yang terbaru disebut dengan
mengubah manusia, yaitu guru, pembina kurikulum 2013. Perubahan-perubahan
pendidikan, dan mereka yang mengasuh kurikulum yang begitu singkat dan
pendidikan, maka dari itu perubahan cenderung terburu-buru ini memunculkan
kurikulum dianggap sebagai perubahan anggapan oleh masyarakat khususnya
sosial [2]. pelaku pendidikan berupa pernyataan ganti
mentri, ganti kurikulum. Situasi yang
Kebijakan mengenai pendidikan memang terjadi tatkala ada pergantian kurikulum
menjadi sauatu perangkat yang strategis ternyata mempunyai dampak sistemik pada
untuk dimanfaatkan dalam suatu pembelajaran, khususnya dalam

94
Jurnal SAP Vol. 3 No. 2 Desember 2018 p-ISSN: 2527-967X
e-ISSN: 2549-2845

pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Pemerintah memandang bahwa guru saat
Mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia ini perlu diarahkan menjadi guru yang
merupakan salah satu mata pelajaran wajib profesional sehingga muncul suatu wacana
di Indonesia. Terkait dengan kebijakan- bahwa guru profesioanal adalah guru yang
kebijakan yang dilakukan pemerintah, telah mendapatkan sertifikat pendidik
secara tidak langsung juga berdampak pada sehingga mempunyai kualifikasi mengajar.
bagaimana pembelajaran Bahasa dan Sastra Permasalahan yang muncul dalam hal
Indonesia dilaksanakan pada setiap jenjang tersebut adalah apakah dengan adanya
pendidikan. program PPG, dapat meningkatkan kualitas
guru sehingga dapat memberikan
Guru sebagai ujung tombak kemajuan pembelajaran yang sesuai dengan
pendidikan, guna meningkatkan mutu kebutuhan peserta didik dan dapat
pendidikan yang sesuai dengan tujuan mendukung keberhasilan kurikulum yang
pendidikan nasional. Guru juga sebagai telah ditetapkan saat ini. Ataukah melalui
salah satu faktor penentu berhasil atau programi ini hanya sekedar program untuk
tidaknya proses pembelajaran. melegalkan kepentingan pengampu
Keberhasilan pembelajaran sangat kekuasaan.
ditentukan oleh bagaimana guru
menyampaikan pelajaran bagi peserta didik. Berdasarkan fenomena tersebut, penulis
Namun akhir-akhir ini guru menjadi bahan mencoba menelusuri kebijakan pergantian
sorotan terkait dengan pelaksanaan kurikulum dan program pendidikan profesi
kurikulum yang ada di Indonesia. Adapun guru secara teoritis dan praktis, apakah
kendala Kendala dari guru meliputi kedua kebijakan tersebut apakah penuh
pembuatan media pembelajaran, dengan konstelasi kekuasaan? Atau apakah
pemahaman guru, pemaduan antarmuatan dengan pergantian kurikulum serta program
pelajaran dalam pembelajaran tematik, dan pendidikan profesi guru akan
penguasan teknologi informasi [4]. Selain mempengaruhi mutu dan kualitas atau
itu, kurangnya profesionalisme guru malah mereduksi pendidikan khususnya
menjadi topik pembicaraan yang sering dalam pendidikan bahasa dan sastra
diangkat diberbagai seminar ataupun Indonesia? Pentingnya pembahasan dan
penelitian yang dilakukan seperti halnya analisis dalam tulisan ini adalah agar
pada penelitan yang dilakukan oleh oleh pembaca mengetahui bahwa merancang
United Nations Education, Scientific and kurikulum atau kebijakan lain seperti
Cultural Organization (UNESCO) yang di program pendidikan profesi guru tidak
kutip dari [5] menyatakan bahwa peringkat dapat dilepaskan dari kepentingan
kualitas para guru, berada pada level 14 dari individual, kelompok, maupun lembaga
14 negara berkembang. Hal tersebut negara.
menjadi salah satu alasan pemerintah untuk
memunculkan kebijakan tentang suatu
program yang akan menambah kulaitas METODE
guru yaitu program Pendidikan Profesional Metode yang digunakan dalam penelitian
Guru atau dikenal sebagai PPG. PPG ini adalah kualitaif deskriptif. Jenis kualitaif
sendiri merupakan program baru yang fenomenologi dengan melihat data berupa
dimunculkan pemerintah yang bertujuan dokumen dan wawancara dengan pengelola
untuk meningkatkan profesinalisme guru PPG. Studi dokumen dilakulan bersama tim
baik dalam administrasi maupun dalam peneliti dengan diskusi FGD dan triangulasi
pembelajaran dikelas. data. Peneliti menangkap fenomena
komperhensif dalam proses pelaksanaan

95
Jurnal SAP Vol. 3 No. 2 Desember 2018 p-ISSN: 2527-967X
e-ISSN: 2549-2845

PPG, peneliti merupakan pengurus PPG di Kurikulum 2013 apakah termasuk dalam
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. kostelasi kekuasaan?

HASIL DAN PEMBAHASAN Kurikulum Berbasis Kompetensi atau


Kurikulum dan Konstelasi Kekuasaan dikenal sebagai kurikulum KBK adalah
Dilihat dari sejarahnya, kritik terhadap suatu model kurikulum yang ada di
kurikulum ini sudah sejak lama Indonesia sebagai dampak dari pelaksanaan
didengungkan. Kritik terhadap kurikulum dari Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999
ini berawal dari kurikulum 1975, 1984, mengenai pemerintahan daerah, Undang-
1994. Kritik yang dilakukan pada ketiga Undang Nomor 25 tahunn 2000 mengenai
kurikulum ini terkait dengan materi yang kewenangan Pemerintah dan Kewenangan
terlalu padat sehingga membuat proses Provinsi sebagai Daerah Otonomi dan Tap
pembelajaran kurang memperhatikan aspek MPR No. IV/MPR/1999 mengenai Arah
afektif dan psikolotorik pada peserta didik. Kebijakan Pendidikan di Masa Depan.
Pada era tersebut mata pelajaran bahasa dan Pemberlakukan KBK merupakan suatu
sastra Indonesia dimasukan materi sastra bentuk inovasi kurikulum. KBK juga
daerah. Secara konseptual, ide tersebut merupakan semangat dari refomrasi
bagus karena dapat mengakomodasi pendidikan [8]. Rumusan dari kurikulum
potensi-potensi lokal yang belum KBK ini diawali oleh pengeluaran draft
terakomodir dalam kurikulum nasional KBK pada tahun 2000. Inti dari draft KBK
pada saat itu, namun implementasinya itu adalah memperbaiki dan mengganti
materi pelajaran bahasa khususnya sastra kurikulum 1994 yang syarat akan kepadatan
kurikulum yang belum tersususn dengan materi serta kurangnya interaksi antara guru
baik juga menjadi salah satu masalah yang dan siswa. Pada kurikulum KBK ini peserta
dihadapi oleh guru mata pelajaran bahasa didik dijadikan sebagai pusat perhatian
dan sastra Indonesia [6]. Kebijakan- dalam kegiatan pembelajaran, kemampuan
kebijakan pemerintah pada saat itu yang pribadi dari masing-masing anak menjadi
cenderung terpusat membuat pertimbangan pertama guru untuk
kontekstualitas dalam pembelajaran tidak melakukan sesuatu di kelas. Hubungan
dapat muncul dalam pembelajaran. Hal yang terjadi dalam pembelajaran dalam
tersebut tidak dapat dilepaskan dari kurikulum KBK merupakan hubungan yang
konstelasi kekuasaan birokrasi dalam dialogis sehingga peserta didik dapat aktif
implementasi kurikulum pada saat itu. bertanya dan memberikan informasi terkait
pembahasan dalam pembelajaran didalam
Kekuasaan dapat dipahami sebagai suatu kelas. Peran guru disini lebih kepada
yang melanggengkan relasi kekuatan yang fasilitator yang membawa peserta didik
membentuk sistem rantai dari relasi tertenu dalam mengeksplorasi materi dalam
atau merupakan strategi yang kompleks pembelajaran.
dalam suatu masyarakat dengan mekanisme
tertentu[7]. Jadi dengan demikian, kita Kemunculan dari KBK ini bukan tanpa
dapat memahami bahwa suatu kekuasaan masalah dikutip dari Kedaulatan rakyat, 16
bekerja pada pemerintahan. Kurikulum Mei 2006 [9] perubahan yang terjadi pada
nasional menjadi salah satu dari kekuasaan kurikulum KBK menimbulkan
pemerintah itu sendiri. Sistem yang padat “kebingungan” bagi pelaku pendidikan baik
dan rumit dari kekuasaan tersebut, dapat itu guru maupun peserta didik. Sehingga
disebut sebagai konstelasi kekuasaan. menimbulkan pernyataan bahwa dengan
Bagaimana dengan Kurikulum 2004 adanya kurikulum KBK ini peserta didik
(KBK), kurikulum 2008 (KTSP) serta seolah dijadikan percobaan bagi pemerintah

96
Jurnal SAP Vol. 3 No. 2 Desember 2018 p-ISSN: 2527-967X
e-ISSN: 2549-2845

dalam menemukan kurikulum yang konsisten dalam membuat kebijakan


mempunyai pengaruh yang lebih kepada pendidikan serta adanya konstelasi politik
mutu pendidikan. Jadi belum genap satu dan kepentingan dalam memutuskan
tahun kurikulum ini berjalan, sudah kebijakan dalam penerapan kurikulum
diusulkan untuk mengganti kurikulum membuat arah dari tujuan kurikulum itu
dengan kurikulum lain. Selain itu, dengan sendiri tidak tercapai.
adanya perubahaan kurikulum tersebut
secara tidak langsung juga memberikan Tidak dapat dipungkiri dalam suatu sistem
kebijakan terkait dengan buku pegangaan pendidikan sudah pasti mempunyai muatan
bagi siswa, sehingga dengan adanya politik dalam setiap aktifitasnya seperti
kebijakan tersebut mempunyai kesan bahwa halnya yang diungkapkan oleh Agus yang
pergantian kurikulum ini menjadi sebuah menyatakan bahwa pendidikan tidak dapat
ladang bisnis bagi pihak-pihak tertentu. dipisahkan dari konteks sosial, kultural,
ekonomi, dan politik. Institusi pendidikan
Sebagai penyempurnaan kurikulum KBK sebenarnya merupakan institusi yang tidak
dan KTSP, Mentri Pendidikan dan independen dan bebas dari berbagai
Kebudayaan saat itu Muhammad Nuh kepentingan, namun justru menjadi bagian
memunculkan kurikulum baru pengganti dari institusi sosial yang menjadi perebutan
KTSP yakni kurikulum 2013. Dasar kepentingan [10].
pemikiran munculnya kurikulum 2013
adalah untuk menyiapkan generasi penerus Kurikulum dan Reduksi Pendidikan
yang mempunyai karakter kebangsaan yang Kurikulum di Indonesia secara politis dapat
kuat dan memiliki daya persaingan yang dibagi menjadi dua babak penting yaitu
sejajar dengan negara seperti Finlandia, kurikulum sentralisasi (terpusat) dan
Singapura, Cina, dan Amerika Serikat. desentralisasi (otonomi). Kurikulum
Namun belum sempat satu tahun berjalan, sentralisasi (terpusat) yaitu kurikulum yang
Muncul kebijakan baru dari Menteri berjalan padda era 1950 sampai dengan
Pendidikan Kebudayaan yang baru yaitu 1994 sedangkan kurikulum desentralisasi
Anies Baswedan melalui Surat Edaran (otonomi) berjalan dari diberlakukanya
Mendukbud Nomor kurikulum 2004 atau biasa disebut
179342/MPK/KR/2014. Surat tersebut kurikulum KBK sampai dengan kurikulum
berisi bahwa kurikulum dikembalikan ke 2013.
kurikulum KTSP dan bagi lembaga
pendidikan yang sudah menggunakan dan Kurikulum Sentralisasi (Terpusat)
tetap menggunakan Kurikulum 2013 Kurikulum terpusat dalam sejarahnya telah
dipersilahkan untuk dilanjutkan. Hal mengalami beberapa kali perubahan
tersebut secara tidak langsung juga kurikulum. Kurikulum 1950 sampai dengan
menimbulkan kebingungan dari para pelaku diberlakukanya kurikulum 1975. Aspek
pendidikan khususnya peserta didik. yang diukur dalam kurikulum terbagi dalam
Sebelum kurikulum disosialisasikan, 3 aspek yaitu aspek humanis, politik, dan
diimplementasikan dan diberlakukan di budaya. Ketiga aspek tersebut dalam
sekolah, sebenarnya kurikulum telah prakteknya diselenggarakan dengan
diberikan banyak sumbangan pemikiran menggunakan metode tata bahasa dan
baik dari stakholder pendidikan dan juga terjemahan [11]. Dari kedua kurikulum ini
para ahli kurikulum. Selain itu kurikulum pembelajaran bahasa memunculkan peserta
yang akan diberlakukan juga sudah didik yang memiliki penguasaan dan
melaluiuji publik. Namun permasalahannya wawasan teoritik yang luas dan mampu
adalah pengampu kekuasaan yang tidak membaca buku asing secara baik, namun

97
Jurnal SAP Vol. 3 No. 2 Desember 2018 p-ISSN: 2527-967X
e-ISSN: 2549-2845

kelemahan dalam kurikulum ini adalah di tahu 2004 munculah label baru yaitu
peserta didik tidak terampil dalam praktek Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
berbahasa dalam masyarakat.
Kemunculan kurikulum 2013 dianggap
Sadar akan kelemahan tersebut, pemerintah sebagai penyempurnaan kurikulum
mulai merubah orientasi tujuan sebelumnya yaitu kurikulum KBK dan
pembelajaran dalam kurikulum 1975 Kurikulum KTSP. Pada kurikulum 2013
sampai dengan kurikulum 1994. Orientasi memberikan perubahan dasar dalam
tujuan pembelajaran bahasa Indonesia pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
dalam kurikulum ini secara umum Pada kurikulum KBK dan KTSP,
diarahkan dalam aspek praktik pragmatik. pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia
Hal ini ditunjukan dalam misi pembelajaran lebih mengutamakan keterampilan
bahasa Indonesia yang bertujuan untuk berbahasa dan bersastra, sedangkan dalam
menjadikan peserta didik memiliki kurikulum 2013 bahasa dan sastra
wawasan yang luas dan terampil dalam Indonesia digunakan sebagai sarana dalam
berbahasa. mengembangkan kemampuan menalar.
Perubahan ini dilatarbelakangi oleh suatu
Kurikulum Desentralisasi (Otonomi) studi dari Trends in International
Pasca Reformasi tepatnya pada tahun 2000- Mathematics and Science Study (TIMSS)
an melalui Tap MPR No. IV/MPR/1999 tahun 2011, hanya lima persen peserta didik
mengenai Arah Kebijakan Pendidikan di Indonesia yang mampu memecahkan
Masa Depan pemerintah khsusunya persoalan yang membutuhkan pemikiran,
Departemen Pendidikan Nasional melihat sedangkan sisanya 95 persen hanya sampai
perlunya perubahan orientasi pendidikan pada level menengah, yaitu memecahkan
yang menitikberatkan pada pengembangan persoalan yang bersifat hafalan. Studi
kemampuan dan kebutuhan peserta didik tersebut dianggap sebagai dasar perubahan
dalam setiap jenjang pendidikan. Maka pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia
munculah kurikulum KBK yang diatur sebagai solusi yang menjadikan bahasa
dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun sebagai penghela ilmu pengetahuan dan
2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional pembelajaran berbasis teks. Secara tidak
Pasal 36 Ayat 2. Kurikulum ini muncul langsung dengan adanya perubahan
sebagai suatu rangkaian gerakan tersebut, materi pembelajaran bahasa dan
pembaharuan pasca reformasi yang banyak sastra Indonesia mengalami reduksi terkait
dipelopori oleh mahasiswa yang telah dengan kompetensi dalam pembelajaran
menggulirkan pemerintahan orde baru yang khususnya dalam pembelajaran sastra.
kebijakanya lebih mengedepankan
pemerintahan sentralisasi dalam segala Kurikulum 2013 secara tersurat dijelaskan
bidang termasuk bidang pendidikan. bahwa pembelajaran sastra bertujuan agar
Dengan adanya revormasi ini berdampak peserta didik dapat “menikmati dan
pada perubahan visi dan misi pendidikan memanfaatkan karya sastra untuk
yang cukup radikal ini memunculkan memperluas wawasan, budi pekerti, serta
wacana untuk membuat kurikulum baru meningkatkan pengetahuan dan
yang sesuai dengan visi misi yang kemampuan berbahasa, dan menghargai
diwacanakan pasca reformasi tersebut. dan membanggakan sastra Indonesia
Seperti dijelaskan pada bab sebelumnya sebagai khazanah budaya dan intelektual
diawali oleh pengeluaran draft KBK pada manusia Indonesia.” Namun tujuan tersebut
tahun 2000 sebagai embrio perubahan nampak tidak ada proporsi pembelajaran
kurikulum mulai digagas hingga akhirnya sastra yang cukup bahkan pembelajaran

98
Jurnal SAP Vol. 3 No. 2 Desember 2018 p-ISSN: 2527-967X
e-ISSN: 2549-2845

sastra dalam kurikulum 2013 ini cukup nasional pendidikan dan memperoleh
meprihatinkan. sertifikat pendidik. Secara lebih rinci tujuan
Program PPG yang dinyatakan dalam
Pendidikan Profesi Guru dan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Pengaruhnya terhadap Kebingungan Kebudayaan RI No 87 tahun 2013. Dalam
Pelaksanaan Perubahan Kuriulum di pasal 2 Permendikbud RI No 87 tahun 2013
Indonesia dipaparkan tujuan Program PPG adalah
Perubahan kurikulum yang ada di Indonesia 1. untuk menghasilkan calon guru yang
tentu berpengaruh terhadap pelaksanaan memiliki kompetensi dalam
pembelajaran yang ada di dalam kelas. merencanakan, melaksanakan, dan
Salah satu kendala yang dihadapi dalam menilai pembelajaran;
perubahan kurikulum ini adalah 2. menindaklanjuti hasil penilaian dengan
kebingungan guru dalam melakukan pembimbingan, dan
mengimplementasikan kurikulum yang pelatihan peserta didik; dan
berubah begitu cepat. Guru yang dipandang 3. mampu melakukan penelitian dan
sebagai ujung tombak dalam kemajuan mengembangkan profesionalitas secara
pendidikan akhir-akhir ini, guru dipandang berkelanjutan.
kurang dalam hal profesionalisme. Untuk Struktur kurikulum dalam program
mengatasi kurangnya profesionalisme PPG mencakup lokakarya pengembangan
pemerintah sebagai pengampu kekuasaan perangkat pembelajaran, latihan mengajar
memberikan program baru yaitu Program melalui pembelajaran mikro, pembelajaran
Pendidikan Profesi Guru (PPG). Secara pada teman sejawat, dan Program
eksplisit dalam penjelasan pasal 15 UU No Pengalaman Lapangan (PPL), serta
20/2003 tentang Sistem Pendidikan program pengayaan bidang studi dan
Nasional disebutkan bahwa pendidikan pedagogik. Sistem pembelajaran pada
profesi merupakan pendidikan tinggi program PPG mencakup lokakarya
setelah program sarjana yang menyiapkan pengembangan perangkat pembelajaran dan
peserta didik untuk memiliki pekerjaan program pengalaman lapangan yang
dengan persyaratan keahlian khusus. Pada diselenggarakan dengan pemantauan
pasal 10 UU. No 14 Thn 2005 tentang Guru langsung secara intensif oleh dosen
dan Dosen juga menyebutkan bahwa pembimbing dan guru pamong yang
kompetensi profesional guru diperoleh ditugaskan khusus untuk kegiatan tersebut.
melalui pendidikan profesi. Adapun tujuan Lokakarya pengembangan perangkat
dari pendidikan profesi guru ini tercantum pembelajaran dan program pengalaman
dalam UU No 20/2003 tentang Sistem lapangan dilaksanakan dengan berorientasi
Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pada pencapaian kompetensi merencanakan
Pendidikan Profesi merupakan pendidikan dan melaksanakan proses pembelajaran,
tinggi setelah program Sarjana yang menilai hasil pembelajaran,
mempersiapkan peserta memiliki pekerjaan menindaklanjuti hasil penilaian, serta
dengan persyaratan keahlian khusus. melakukan pembimbingan dan pelatihan.
Dengan demikian, program PPG PPG ini terbagi menjadi dua jalur yaitu PPG
merupakan program pendidikan yang prajabatan dan PPG dalam jabatan. PPG
diselenggarakan bagi lulusan S-1 dalam jabatan Program Pendidikan Profesi
Kependidikan dan S-1/D-IV Non- Guru Dalam Jabatan adalah program
Kependidikan yang memiliki minat menjadi pendidikan yang diselenggarakan (1) Bagi
guru agar mereka dapat menjadi guru guru pegawai negeri sipil dan guru bukan
profesional setelah mereka memenuhi pegawai negeri sipil yang sudah mengajar
syarat-syarat tertentu sesuai dengan standar pada satuan pendidikan, baik yang

99
Jurnal SAP Vol. 3 No. 2 Desember 2018 p-ISSN: 2527-967X
e-ISSN: 2549-2845

diselenggarakan pemerintah pusat, Kebijakanmengenai penyelenggaraan


pemerintah daerah, maupun masyarakat pendidikan profesi guru ini bukan tanpa
penyelenggara pendidikan yang sudah masalah. Kritik terhadap program terus
mempunyai perjanjian kerja atau didengungkan. Kritik ini terkait dengan
kesepakatan kerja bersama. (2) Memiliki perlukah pemberian lebel profesional
kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau terhadap guru dalam meningkatkan mutu
diploma empat (D-IV). (3) Guru dalam pendidikan di Indonesia? Serta pengaruh
Jabatan atau pegawai negeri sipil yang yang ditimbulkan dari program tersebut
mendapatkan tugas mengajar yang sudah dalam mengimplementasikan perubahan
diangkat sampai dengan akhir tahun 2015 kurikulum yang terjadi dalam pendidikan
(SK Bupati untuk guru honorer/GTT). (4) Indonesia serta pengaruhnya terhadap
Mempunyai Nomor Unik Pendidik dan peningkatan mutu pendidikan?
Tenaga Kependidikan (NUPTK), Berusia
maksimal 58 tahun. (4) Terdaftar pada Terkait dengan profesionalitas guru
Dapodik dan terundang lewat akun SIM- perlukah profesional dalam peningkatan
PKB. pendidikan bahasa dan sastra Indonesia.
Para intelektual haruslah berlaku amatir
Program Pendidikan Profesi Guru bukan profesional. Amatir berasal dari kata
Prajabatan adalah program pendidikan yang “amor” yang mempunyai arti cinta. Jika
diselenggarakan untuk mempersiapkan dikaitkan dengan guru, guru harusnya
lulusan S1 Kependidikan dan S1/DIV Non- menerapkan rasa cinta dari pada
kependidikan yang memiliki bakat dan profesionalitas kerja karena yang dihadapi
minat menjadi guru agar menguasai adalah pribadi peserta didik yang
kompetensi guru secara utuh sesuai dengan merupakan makhluk yang membutuhkan
standar nasional pendidikan sehingga dapat rasa cinta dalam setiap perkembanganya
memperoleh sertifikat pendidik profesional [12]. Jika seorang guru melandasi
pada pendidikan anak usia dini, pendidikan pekerjaanya dengan profesional maka guru
dasar, dan pendidikan menengah. Calon tersebut lebih mendasarkan kepada hasrat
peserta memiliki kualifikasi akademik dalam mendapatkan upah yang layak. Oleh
sebagai berikut: (1) S1 Kependidikan yang karena itu, pemberian label guru profeisonal
sesuai dengan program pendidikan profesi tidak diperlukan dalam peningkatan mutu
yang akan ditempuh; (2) S1 Kependidikan pendidikan dikarenakan aktivitas guru
yang serumpun dengan program pendidikan dalam pembelajaran harus menjauhkan
profesi yang akan ditempuh; (3)S1/DIV hasrat profit, melainkan didasari pada
Nonkependidikan yang sesuai dengan kesadaran kritis untuk perubahan social,
program pendidikan profesi yang akan kecintaan pada peserta didik [13].
ditempuh; (4) S1/DIV Nonkependidikan
serumpun dengan program pendidikan Jika dilihat secara seksama, Program PPG
profesi yang akan ditempuh; (5) S1 baik prajabatan maupun dalam jabatan
Psikologi untuk program PPG pada PAUD terkandung konstelasi kekuasaan di
atau SD. (6) Berusia maksimal 28 tahun dan dalamnya. Hal ini dapat dilihat dari
belum menikah (bersedia tidak menikah beberapa catatan pertama tidak ada tindak
sampai selesai studi PPG). Selain peserta lanjut dari program PPG. Guru yang sudah
dengan kriteria di atas, PPG Prajabatan juga mendapatkan sertifikat pendidik tidak lagi
ditujukan bagi lulusan SM-3T (Sarjana dipantau, jadi secara tidak langsung
Mendidik Di Daerah Terdepan, Terluar dan program ini hanya sekedar pengakuan
Tertinggal). secara formal bahwa guru tersebut telah
memenuhi indikator-indikator yang

100
Jurnal SAP Vol. 3 No. 2 Desember 2018 p-ISSN: 2527-967X
e-ISSN: 2549-2845

ditetapkan dalam program tersebut. Kedua serta dalam program tersebut, sehingga
dari hasil wawancara yang dilakukan nampak jelas bahwa program tersebut
penulis didapati bahwa materi yang mempunyai kepentingan ekonomi. Hal
diberikan dalam program ini tidak berbeda tersebut dibuktikan dengan adanya begitu
dengan meteri yang diberikan di mahalnya program tersebut. Mahasiswa
universitas, jadi keefektifan dari program harus mengeluarkan tujuh setengah juta per
tersebut oleh penulis dirasa kurang karena semester untuk mengikuti program tersebut.
mengulangi hal yang sama dalam program Jadi dari kesemua catatan tersebut penulis
baru. Ketiga adalah PPG prajabatan, tujuan menyimpulkan bahwa program PPG Tidak
dari ppg prajabatan tidak lain adalah untuk dapat digunakan sebagai patokan dalam
meningkatkan kualitas calon guru sesuai meningkatkan kualitas pendidikan yang ada
dengan indikator-indikator yang ditetapkan di Indonesia. Selain itu, program PPG ini
dalam program tersebut. Yang menadi dirasa masih banyak kepentingan serta
pertanyaan adalah apakah selama ini konstelasi baik politk dan ekonomi dari
universitas keguruan dan ilmu pendidikan penetapan program tersebut. Seperti yang
tidak membekali mahasiswanya untuk dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa
menjadi guru yang berkualitas? jika kebijakan-kebijakan yang ada dalam
memang universitas keguruan dan ilmu pendidikan di Indonesia termasuk
pendidikan tidak membekali masiswa untuk pendidikan profesi guru ini tidak dapat
menjadi guru berkualitas, kenapa tidak dilepaskan dari konstelasi politik dan
memperbaiki konsep dan pembelajaran kepentingan pengampu kekuasaan.
dalam perkuliahan disetiap universitas
tersebut, namun malah menambah program SIMPULAN
baru. Selain itu, jika memang program Melihat banyaknya problematika dalam
tersebut efektif dalam menciptakan dan pendidikan yang ada di Indoensia terkait
menambah kualitas lulusan guru kenapa pada perubahan kurikulum khususnya
program tersebut diterapkan dalam setiap Program Pendidikan Profesi Guru, kiranya
universitas keguruan. Keempat tidak ada kita dapat melihat bahwa kebijakan yang
program sejenis di negara-negara yang dikeluarkan pemerintah masih penuh
maju pendidikanya seperti Finlandia, Korea dengan adanya konstelasi kekuasan.
Selatan, Jepang dan seterusnya. ) Kelima tes Memang, diera modern perlu adanya
yang digunakan dalam seleksi masuk hanya kebijakan-kebijakan yang mengarahkan
menggunakan tes yang secara tidak kepada peningkatan mutu pendidikan,
langsung hanya mengukur tingkat kognitif namun perlu diperhatikan bahwa kebijakan-
saja. Keenam sama halnya dengan seleksi kebijakan tersebut harus dilakukan secara
masuk, dalam menentukan kelulusan sistematis, terencana, terstruktur, dan
program PPG ini menggunakan tes Uji bertujuan untuk mencapai kemajuan
Kompetensi terdiri dari UTL, UTN, dan UK pendidikan nasional. Kebijakan-kebijakan
melalui tes CBT. Penggunaan tes tersebut yang dilakukan harusnya menghindarkan
menjadi sebuah pertanyaan besar, dari kepentingan kekuasaan apalagi motif
bagaimana mengukur profesionalitas guru ekonomi ataupun politik semata. Melihat
menggunakan tes yang mayoritas mengukur kenyataan seperti ini, hendaknya
tingkat kognitif saja, hanya satu kali diukur pemerintah sebagai stakeholder pendidikan
berdasarkan kinerja praktik. Ketujuh dan pengampu kebijakan atas pendidikan di
dengan adanya program tersebut secara Indonesia perlu menyamakan persepsi
tidak langsung perguruan tinggi yang dengan semua elemen antara lain pakar
menyelenggarakanya akan mendapatkan pendidikan, perguruan tinggi, LSM, PGRI
pendapatan lebih dari mahasiswa yang turut dan aktivis pendidikan lain yang ada di

101
Jurnal SAP Vol. 3 No. 2 Desember 2018 p-ISSN: 2527-967X
e-ISSN: 2549-2845

Indonesia agar konstelasi kekuasaan atas [12] Edward W. Representations of the


pendidikan dapat dihindari serta Intelleectual. New York:Vintage Book.
pengawasan terhadap pendidikan dapat 1996.
dilakukan. Bukan tidak mungkin dengan [13] Giroux, H. Cultural Workers and The
adanya hal tersebut iklim pendidikan ideal Politics of Educations. New York:
bagi masyarakat Indonesia dapat tercapai. Rotledge. 1992.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Arifin, Zainal. Konsep & Model
Pengembangan Kurikulum. Bandung:
Remaja Rosdakarya. 2011.
[2] Nasution. Asas-asas Kurikulum,
Jakarta: Bumi Aksara. 2009.
[3] Pora, Y. Selamat Tinggal Sekolah.
Yogyakarta: MedPress. 2007.
[4] Damai. A, Rusmawan. Kendala Guru
Sekolah Dasar Dalam Implementasi
Kurikulum 2013. Th. XXXIV, Nomor.
3. 2015.
[5] Cuttence, P. School Innovation,
Pathway to The Knowledge Society.
Australia. Dept. of Education, Training
and Youth Affairs Innovation and Best
Practice Project Consortium. 2001.
[6] Damit, J. Problematik Pembelajaran
Sastra Indonesia Kelas Viii Smp Negeri
4 Mallusetasi Kabupaten Barru
(Skripsi). Makasar: Universitas Negeri
Makasar. 2016.
[7] Folcault. The History of Sexuality: An
Introduction, Vol. 1. New York:
Vintage Books. 1990.
[8] Sanjaya, W. Pembelajaran dalam
Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Prenada Media.
2005.
[9] Susilo, M. Joko. Pembodohan Siswa
Tersistematis. Jakarta: Perpustakaan
Nasional. 2007.
[10] Nuryatno, M. Agus. Mazhab
Pendidikan Kritis Menyingkap Relasi
Pengetahuan Politik dan Kekuasaan.
Yogyakarta: Resist Book. 2008.
[11] Burhan, Yazir. Problem Bahasa dan
Pengajaran Bahasa Indonesia.
Bandung: Percetakan Ganaco. 1971.

102

Вам также может понравиться