Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk membahas kebijakan program profesi guru dalam hal mutu pendidikan atau
hanyalah konstelasi kekuasaan semata. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif
dengan studi dokumen. Program PPG baik prajabatan maupun dalam jabatan terkandung konstelasi
kekuasaan di dalamnya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa catatan pertama tidak ada tindak lanjut dari
program PPG. Kedua dari hasil wawancara yang dilakukan penulis didapati bahwa materi yang
diberikan dalam program ini tidak berbeda dengan meteri yang diberikan di universitas. Ketiga adalah
PPG prajabatan, tujuan dari PPG prajabatan tidak lain adalah untuk meningkatkan kualitas calon guru
sesuai dengan indikator-indikator yang ditetapkan dalam program tersebut. Yang menadi pertanyaan
adalah apakah selama ini universitas keguruan dan ilmu pendidikan tidak membekali mahasiswanya
untuk menjadi guru yang berkualitas? jika memang universitas keguruan dan ilmu pendidikan tidak
membekali masiswa untuk menjadi guru berkualitas, kenapa tidak memperbaiki konsep dan
pembelajaran dalam perkuliahan disetiap universitas tersebut, namun malah menambah program baru.
Keempat tidak ada program sejenis di negara-negara yang maju pendidikanya seperti Finlandia, Korea
Selatan, Jepang dan seterusnya. Kelima tes yang digunakan dalam seleksi masuk hanya menggunakan
tes yang secara tidak langsung hanya mengukur tingkat kognitif saja.
Kata kunci: Kebijakan Pendidikan, Kurikulum, Perubahan kurikulum, Program Profesi guru,
Konstelasi Kekuasaan.
Abstract
The purpose of this research is to review the teacher certification program (PPG) policy as an
improvement in educational quality or merely a constellation of power. The method used is a descriptive
research method with documentary analysis. The PPG program, both pre-service and in-service,
contains a constellation of power. It can be seen from some notes. Firstly, there is no follow-up from
the PPG program. Secondly, the results of interviews by the researchers reveal that the materials
provided in this program are not different from those given at the university. Thirdly, even though PPG
pre-service is aimed at improving the quality of prospective teachers based on the indicators specified
in the program, why do teacher training and education universities not prepare their students to be
quality teachers? if they do not do so, why they do not improve the concepts and learning in lectures at
their respective universities instead of adding new programs. Fourthly, there are no similar programs
in countries with quality education, such as Finland, South Korea, Japan and so on. Fifthly, the tests in
the admission process only administer tests that indirectly measure the cognitive level.
Keywords: Education Policy, Curriculum, Curriculum Change, Teacher Certification Program,
Constellation of Power
93
Jurnal SAP Vol. 3 No. 2 Desember 2018 p-ISSN: 2527-967X
e-ISSN: 2549-2845
94
Jurnal SAP Vol. 3 No. 2 Desember 2018 p-ISSN: 2527-967X
e-ISSN: 2549-2845
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Pemerintah memandang bahwa guru saat
Mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia ini perlu diarahkan menjadi guru yang
merupakan salah satu mata pelajaran wajib profesional sehingga muncul suatu wacana
di Indonesia. Terkait dengan kebijakan- bahwa guru profesioanal adalah guru yang
kebijakan yang dilakukan pemerintah, telah mendapatkan sertifikat pendidik
secara tidak langsung juga berdampak pada sehingga mempunyai kualifikasi mengajar.
bagaimana pembelajaran Bahasa dan Sastra Permasalahan yang muncul dalam hal
Indonesia dilaksanakan pada setiap jenjang tersebut adalah apakah dengan adanya
pendidikan. program PPG, dapat meningkatkan kualitas
guru sehingga dapat memberikan
Guru sebagai ujung tombak kemajuan pembelajaran yang sesuai dengan
pendidikan, guna meningkatkan mutu kebutuhan peserta didik dan dapat
pendidikan yang sesuai dengan tujuan mendukung keberhasilan kurikulum yang
pendidikan nasional. Guru juga sebagai telah ditetapkan saat ini. Ataukah melalui
salah satu faktor penentu berhasil atau programi ini hanya sekedar program untuk
tidaknya proses pembelajaran. melegalkan kepentingan pengampu
Keberhasilan pembelajaran sangat kekuasaan.
ditentukan oleh bagaimana guru
menyampaikan pelajaran bagi peserta didik. Berdasarkan fenomena tersebut, penulis
Namun akhir-akhir ini guru menjadi bahan mencoba menelusuri kebijakan pergantian
sorotan terkait dengan pelaksanaan kurikulum dan program pendidikan profesi
kurikulum yang ada di Indonesia. Adapun guru secara teoritis dan praktis, apakah
kendala Kendala dari guru meliputi kedua kebijakan tersebut apakah penuh
pembuatan media pembelajaran, dengan konstelasi kekuasaan? Atau apakah
pemahaman guru, pemaduan antarmuatan dengan pergantian kurikulum serta program
pelajaran dalam pembelajaran tematik, dan pendidikan profesi guru akan
penguasan teknologi informasi [4]. Selain mempengaruhi mutu dan kualitas atau
itu, kurangnya profesionalisme guru malah mereduksi pendidikan khususnya
menjadi topik pembicaraan yang sering dalam pendidikan bahasa dan sastra
diangkat diberbagai seminar ataupun Indonesia? Pentingnya pembahasan dan
penelitian yang dilakukan seperti halnya analisis dalam tulisan ini adalah agar
pada penelitan yang dilakukan oleh oleh pembaca mengetahui bahwa merancang
United Nations Education, Scientific and kurikulum atau kebijakan lain seperti
Cultural Organization (UNESCO) yang di program pendidikan profesi guru tidak
kutip dari [5] menyatakan bahwa peringkat dapat dilepaskan dari kepentingan
kualitas para guru, berada pada level 14 dari individual, kelompok, maupun lembaga
14 negara berkembang. Hal tersebut negara.
menjadi salah satu alasan pemerintah untuk
memunculkan kebijakan tentang suatu
program yang akan menambah kulaitas METODE
guru yaitu program Pendidikan Profesional Metode yang digunakan dalam penelitian
Guru atau dikenal sebagai PPG. PPG ini adalah kualitaif deskriptif. Jenis kualitaif
sendiri merupakan program baru yang fenomenologi dengan melihat data berupa
dimunculkan pemerintah yang bertujuan dokumen dan wawancara dengan pengelola
untuk meningkatkan profesinalisme guru PPG. Studi dokumen dilakulan bersama tim
baik dalam administrasi maupun dalam peneliti dengan diskusi FGD dan triangulasi
pembelajaran dikelas. data. Peneliti menangkap fenomena
komperhensif dalam proses pelaksanaan
95
Jurnal SAP Vol. 3 No. 2 Desember 2018 p-ISSN: 2527-967X
e-ISSN: 2549-2845
PPG, peneliti merupakan pengurus PPG di Kurikulum 2013 apakah termasuk dalam
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. kostelasi kekuasaan?
96
Jurnal SAP Vol. 3 No. 2 Desember 2018 p-ISSN: 2527-967X
e-ISSN: 2549-2845
97
Jurnal SAP Vol. 3 No. 2 Desember 2018 p-ISSN: 2527-967X
e-ISSN: 2549-2845
kelemahan dalam kurikulum ini adalah di tahu 2004 munculah label baru yaitu
peserta didik tidak terampil dalam praktek Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
berbahasa dalam masyarakat.
Kemunculan kurikulum 2013 dianggap
Sadar akan kelemahan tersebut, pemerintah sebagai penyempurnaan kurikulum
mulai merubah orientasi tujuan sebelumnya yaitu kurikulum KBK dan
pembelajaran dalam kurikulum 1975 Kurikulum KTSP. Pada kurikulum 2013
sampai dengan kurikulum 1994. Orientasi memberikan perubahan dasar dalam
tujuan pembelajaran bahasa Indonesia pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
dalam kurikulum ini secara umum Pada kurikulum KBK dan KTSP,
diarahkan dalam aspek praktik pragmatik. pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia
Hal ini ditunjukan dalam misi pembelajaran lebih mengutamakan keterampilan
bahasa Indonesia yang bertujuan untuk berbahasa dan bersastra, sedangkan dalam
menjadikan peserta didik memiliki kurikulum 2013 bahasa dan sastra
wawasan yang luas dan terampil dalam Indonesia digunakan sebagai sarana dalam
berbahasa. mengembangkan kemampuan menalar.
Perubahan ini dilatarbelakangi oleh suatu
Kurikulum Desentralisasi (Otonomi) studi dari Trends in International
Pasca Reformasi tepatnya pada tahun 2000- Mathematics and Science Study (TIMSS)
an melalui Tap MPR No. IV/MPR/1999 tahun 2011, hanya lima persen peserta didik
mengenai Arah Kebijakan Pendidikan di Indonesia yang mampu memecahkan
Masa Depan pemerintah khsusunya persoalan yang membutuhkan pemikiran,
Departemen Pendidikan Nasional melihat sedangkan sisanya 95 persen hanya sampai
perlunya perubahan orientasi pendidikan pada level menengah, yaitu memecahkan
yang menitikberatkan pada pengembangan persoalan yang bersifat hafalan. Studi
kemampuan dan kebutuhan peserta didik tersebut dianggap sebagai dasar perubahan
dalam setiap jenjang pendidikan. Maka pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia
munculah kurikulum KBK yang diatur sebagai solusi yang menjadikan bahasa
dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun sebagai penghela ilmu pengetahuan dan
2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional pembelajaran berbasis teks. Secara tidak
Pasal 36 Ayat 2. Kurikulum ini muncul langsung dengan adanya perubahan
sebagai suatu rangkaian gerakan tersebut, materi pembelajaran bahasa dan
pembaharuan pasca reformasi yang banyak sastra Indonesia mengalami reduksi terkait
dipelopori oleh mahasiswa yang telah dengan kompetensi dalam pembelajaran
menggulirkan pemerintahan orde baru yang khususnya dalam pembelajaran sastra.
kebijakanya lebih mengedepankan
pemerintahan sentralisasi dalam segala Kurikulum 2013 secara tersurat dijelaskan
bidang termasuk bidang pendidikan. bahwa pembelajaran sastra bertujuan agar
Dengan adanya revormasi ini berdampak peserta didik dapat “menikmati dan
pada perubahan visi dan misi pendidikan memanfaatkan karya sastra untuk
yang cukup radikal ini memunculkan memperluas wawasan, budi pekerti, serta
wacana untuk membuat kurikulum baru meningkatkan pengetahuan dan
yang sesuai dengan visi misi yang kemampuan berbahasa, dan menghargai
diwacanakan pasca reformasi tersebut. dan membanggakan sastra Indonesia
Seperti dijelaskan pada bab sebelumnya sebagai khazanah budaya dan intelektual
diawali oleh pengeluaran draft KBK pada manusia Indonesia.” Namun tujuan tersebut
tahun 2000 sebagai embrio perubahan nampak tidak ada proporsi pembelajaran
kurikulum mulai digagas hingga akhirnya sastra yang cukup bahkan pembelajaran
98
Jurnal SAP Vol. 3 No. 2 Desember 2018 p-ISSN: 2527-967X
e-ISSN: 2549-2845
sastra dalam kurikulum 2013 ini cukup nasional pendidikan dan memperoleh
meprihatinkan. sertifikat pendidik. Secara lebih rinci tujuan
Program PPG yang dinyatakan dalam
Pendidikan Profesi Guru dan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Pengaruhnya terhadap Kebingungan Kebudayaan RI No 87 tahun 2013. Dalam
Pelaksanaan Perubahan Kuriulum di pasal 2 Permendikbud RI No 87 tahun 2013
Indonesia dipaparkan tujuan Program PPG adalah
Perubahan kurikulum yang ada di Indonesia 1. untuk menghasilkan calon guru yang
tentu berpengaruh terhadap pelaksanaan memiliki kompetensi dalam
pembelajaran yang ada di dalam kelas. merencanakan, melaksanakan, dan
Salah satu kendala yang dihadapi dalam menilai pembelajaran;
perubahan kurikulum ini adalah 2. menindaklanjuti hasil penilaian dengan
kebingungan guru dalam melakukan pembimbingan, dan
mengimplementasikan kurikulum yang pelatihan peserta didik; dan
berubah begitu cepat. Guru yang dipandang 3. mampu melakukan penelitian dan
sebagai ujung tombak dalam kemajuan mengembangkan profesionalitas secara
pendidikan akhir-akhir ini, guru dipandang berkelanjutan.
kurang dalam hal profesionalisme. Untuk Struktur kurikulum dalam program
mengatasi kurangnya profesionalisme PPG mencakup lokakarya pengembangan
pemerintah sebagai pengampu kekuasaan perangkat pembelajaran, latihan mengajar
memberikan program baru yaitu Program melalui pembelajaran mikro, pembelajaran
Pendidikan Profesi Guru (PPG). Secara pada teman sejawat, dan Program
eksplisit dalam penjelasan pasal 15 UU No Pengalaman Lapangan (PPL), serta
20/2003 tentang Sistem Pendidikan program pengayaan bidang studi dan
Nasional disebutkan bahwa pendidikan pedagogik. Sistem pembelajaran pada
profesi merupakan pendidikan tinggi program PPG mencakup lokakarya
setelah program sarjana yang menyiapkan pengembangan perangkat pembelajaran dan
peserta didik untuk memiliki pekerjaan program pengalaman lapangan yang
dengan persyaratan keahlian khusus. Pada diselenggarakan dengan pemantauan
pasal 10 UU. No 14 Thn 2005 tentang Guru langsung secara intensif oleh dosen
dan Dosen juga menyebutkan bahwa pembimbing dan guru pamong yang
kompetensi profesional guru diperoleh ditugaskan khusus untuk kegiatan tersebut.
melalui pendidikan profesi. Adapun tujuan Lokakarya pengembangan perangkat
dari pendidikan profesi guru ini tercantum pembelajaran dan program pengalaman
dalam UU No 20/2003 tentang Sistem lapangan dilaksanakan dengan berorientasi
Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pada pencapaian kompetensi merencanakan
Pendidikan Profesi merupakan pendidikan dan melaksanakan proses pembelajaran,
tinggi setelah program Sarjana yang menilai hasil pembelajaran,
mempersiapkan peserta memiliki pekerjaan menindaklanjuti hasil penilaian, serta
dengan persyaratan keahlian khusus. melakukan pembimbingan dan pelatihan.
Dengan demikian, program PPG PPG ini terbagi menjadi dua jalur yaitu PPG
merupakan program pendidikan yang prajabatan dan PPG dalam jabatan. PPG
diselenggarakan bagi lulusan S-1 dalam jabatan Program Pendidikan Profesi
Kependidikan dan S-1/D-IV Non- Guru Dalam Jabatan adalah program
Kependidikan yang memiliki minat menjadi pendidikan yang diselenggarakan (1) Bagi
guru agar mereka dapat menjadi guru guru pegawai negeri sipil dan guru bukan
profesional setelah mereka memenuhi pegawai negeri sipil yang sudah mengajar
syarat-syarat tertentu sesuai dengan standar pada satuan pendidikan, baik yang
99
Jurnal SAP Vol. 3 No. 2 Desember 2018 p-ISSN: 2527-967X
e-ISSN: 2549-2845
100
Jurnal SAP Vol. 3 No. 2 Desember 2018 p-ISSN: 2527-967X
e-ISSN: 2549-2845
ditetapkan dalam program tersebut. Kedua serta dalam program tersebut, sehingga
dari hasil wawancara yang dilakukan nampak jelas bahwa program tersebut
penulis didapati bahwa materi yang mempunyai kepentingan ekonomi. Hal
diberikan dalam program ini tidak berbeda tersebut dibuktikan dengan adanya begitu
dengan meteri yang diberikan di mahalnya program tersebut. Mahasiswa
universitas, jadi keefektifan dari program harus mengeluarkan tujuh setengah juta per
tersebut oleh penulis dirasa kurang karena semester untuk mengikuti program tersebut.
mengulangi hal yang sama dalam program Jadi dari kesemua catatan tersebut penulis
baru. Ketiga adalah PPG prajabatan, tujuan menyimpulkan bahwa program PPG Tidak
dari ppg prajabatan tidak lain adalah untuk dapat digunakan sebagai patokan dalam
meningkatkan kualitas calon guru sesuai meningkatkan kualitas pendidikan yang ada
dengan indikator-indikator yang ditetapkan di Indonesia. Selain itu, program PPG ini
dalam program tersebut. Yang menadi dirasa masih banyak kepentingan serta
pertanyaan adalah apakah selama ini konstelasi baik politk dan ekonomi dari
universitas keguruan dan ilmu pendidikan penetapan program tersebut. Seperti yang
tidak membekali mahasiswanya untuk dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa
menjadi guru yang berkualitas? jika kebijakan-kebijakan yang ada dalam
memang universitas keguruan dan ilmu pendidikan di Indonesia termasuk
pendidikan tidak membekali masiswa untuk pendidikan profesi guru ini tidak dapat
menjadi guru berkualitas, kenapa tidak dilepaskan dari konstelasi politik dan
memperbaiki konsep dan pembelajaran kepentingan pengampu kekuasaan.
dalam perkuliahan disetiap universitas
tersebut, namun malah menambah program SIMPULAN
baru. Selain itu, jika memang program Melihat banyaknya problematika dalam
tersebut efektif dalam menciptakan dan pendidikan yang ada di Indoensia terkait
menambah kualitas lulusan guru kenapa pada perubahan kurikulum khususnya
program tersebut diterapkan dalam setiap Program Pendidikan Profesi Guru, kiranya
universitas keguruan. Keempat tidak ada kita dapat melihat bahwa kebijakan yang
program sejenis di negara-negara yang dikeluarkan pemerintah masih penuh
maju pendidikanya seperti Finlandia, Korea dengan adanya konstelasi kekuasan.
Selatan, Jepang dan seterusnya. ) Kelima tes Memang, diera modern perlu adanya
yang digunakan dalam seleksi masuk hanya kebijakan-kebijakan yang mengarahkan
menggunakan tes yang secara tidak kepada peningkatan mutu pendidikan,
langsung hanya mengukur tingkat kognitif namun perlu diperhatikan bahwa kebijakan-
saja. Keenam sama halnya dengan seleksi kebijakan tersebut harus dilakukan secara
masuk, dalam menentukan kelulusan sistematis, terencana, terstruktur, dan
program PPG ini menggunakan tes Uji bertujuan untuk mencapai kemajuan
Kompetensi terdiri dari UTL, UTN, dan UK pendidikan nasional. Kebijakan-kebijakan
melalui tes CBT. Penggunaan tes tersebut yang dilakukan harusnya menghindarkan
menjadi sebuah pertanyaan besar, dari kepentingan kekuasaan apalagi motif
bagaimana mengukur profesionalitas guru ekonomi ataupun politik semata. Melihat
menggunakan tes yang mayoritas mengukur kenyataan seperti ini, hendaknya
tingkat kognitif saja, hanya satu kali diukur pemerintah sebagai stakeholder pendidikan
berdasarkan kinerja praktik. Ketujuh dan pengampu kebijakan atas pendidikan di
dengan adanya program tersebut secara Indonesia perlu menyamakan persepsi
tidak langsung perguruan tinggi yang dengan semua elemen antara lain pakar
menyelenggarakanya akan mendapatkan pendidikan, perguruan tinggi, LSM, PGRI
pendapatan lebih dari mahasiswa yang turut dan aktivis pendidikan lain yang ada di
101
Jurnal SAP Vol. 3 No. 2 Desember 2018 p-ISSN: 2527-967X
e-ISSN: 2549-2845
DAFTAR PUSTAKA
[1] Arifin, Zainal. Konsep & Model
Pengembangan Kurikulum. Bandung:
Remaja Rosdakarya. 2011.
[2] Nasution. Asas-asas Kurikulum,
Jakarta: Bumi Aksara. 2009.
[3] Pora, Y. Selamat Tinggal Sekolah.
Yogyakarta: MedPress. 2007.
[4] Damai. A, Rusmawan. Kendala Guru
Sekolah Dasar Dalam Implementasi
Kurikulum 2013. Th. XXXIV, Nomor.
3. 2015.
[5] Cuttence, P. School Innovation,
Pathway to The Knowledge Society.
Australia. Dept. of Education, Training
and Youth Affairs Innovation and Best
Practice Project Consortium. 2001.
[6] Damit, J. Problematik Pembelajaran
Sastra Indonesia Kelas Viii Smp Negeri
4 Mallusetasi Kabupaten Barru
(Skripsi). Makasar: Universitas Negeri
Makasar. 2016.
[7] Folcault. The History of Sexuality: An
Introduction, Vol. 1. New York:
Vintage Books. 1990.
[8] Sanjaya, W. Pembelajaran dalam
Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Prenada Media.
2005.
[9] Susilo, M. Joko. Pembodohan Siswa
Tersistematis. Jakarta: Perpustakaan
Nasional. 2007.
[10] Nuryatno, M. Agus. Mazhab
Pendidikan Kritis Menyingkap Relasi
Pengetahuan Politik dan Kekuasaan.
Yogyakarta: Resist Book. 2008.
[11] Burhan, Yazir. Problem Bahasa dan
Pengajaran Bahasa Indonesia.
Bandung: Percetakan Ganaco. 1971.
102