Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Vibrio parahaemolyticus
NIM : PO.71.34.0.17.061
i
Kata Pengantar
Penyusun
ii
Daftar Isi
Kata Pengantar.................................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................................. iii
BAB 1 ................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 2
BAB 2 ................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 3
2.1 Klasifikasi ................................................................................................................... 3
2.2 Morfologi .................................................................................................................. 3
2.2.1 Morfologi secara makroskopik........................................................................... 4
2.2.2 Morfologi secara mikroskopik............................................................................ 4
2.3 Teknik isolasi dan identifikasi.................................................................................... 5
2.4 Siklus hidup ............................................................................................................... 7
2.5 Gejala Klinik ............................................................................................................... 8
2.6 Diagnosis ................................................................................................................... 9
2.7 Cara Penularan .......................................................................................................... 9
2.8 Cara Pencegahan..................................................................................................... 10
2.9 Cara Pengobatan ..................................................................................................... 12
2.10 Daftar Singkatan.................................................................................................... 12
2.11 Glosarium .............................................................................................................. 12
BAB 3 ................................................................................................................................. 14
PENUTUP ........................................................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 14
3.2 Saran ....................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 15
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Bakteri merupakan jasad renik yang kira-kira dua puluh kali lebih kecil dari
sel-sel jamur, protozoa atau sel daging ikan. Biasa terdapat di udara, dalam tanah
maupun dalam air dan benda padat lainnya. Sebagian besar bakteri sebenarnya
tidak menyebabkan penyakit. Namun bakteri mempunyai kemampuan
memperbanyak diri sangat cepat, sehingga apabila bakteri tersebut berada dalam
bagian tubuh hewan. Bakteri ini bermacam-macam jenisnya. Yang menyerang
manusia, berbeda dengan jenis yang menyerang ikan dan tumbuh-tumbuhan.
Tetapi ada pula jenis-jenis yang dapat menyerang manusia dan hewan sekaligus.
Vibrio merupakan jenis bakteri yang hidupnya saprofit di air, air laut, dan
tanah. Bakteri ini juga dapat hidup di salinitas yang relatif tinggi. Sebagian
besarjuga bersifat halofil yang tumbuh optimal pada air laut bersalinitas 20-40‰.
Genus Vibrio adalah agen penyebab penyakit vibriosis yang menyerang hewan
laut seperti ikan, udang, dan kerang-kerangan. Spesies Vibrio umumnya
menyerang larva udang dan penyakitnya disebut penyakit udang
berpendar. Bakteri Vibrio menyerang larva udang secara sekunder yaitu pada
saat dalam keadaan stress dan lemah, oleh karena itu sering dikatakan bahwa
bakteri ini termasuk jenisopportunistic pathogen yang dalam keadaan normal ada
dalam lingkungan pemeliharaan, kemudian berkembang dari sifat yang saprofitik
menjadi patogenik jika kondisi lingkungannya memungkinkan.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Order : Vibrionales
Family : Vibrionaceae
Genus : Vibrio
2.2 Morfologi
3
suhu minimum pada lingkungan).Selama musim dingin, organisme ini ditemukan
di lumpur laut, sedangkan selama musim panas mereka ditemukan di perairan
pantai. Bakteri Vibrio parahaemolyticus dapat hidup sebagai koloni pada kerang-
kerangan, udang, ikan dan produk makanan laut lainnya.
Bentuk : bulat
Tepi : bergranula
Pigmen : hijau
Keadaan permukaan : licin
Peninggian permukaan : cembung
Karakteristik optic : opaque
4
Granula :
Kapsul :
Flagella : ( + )
Teknik analisis sangat berpengaruh pada tingkat isolasi bakteri dan waktu
analisis. Metode pelacak DNA berkorelasi sangat baik dengan teknik
penghitungan konvensional menggunakan konfirmasi biokimia, dengan waktu
analisis yang lebih cepat. Untuk strain patogen, analisis dengan pelacak gen
jauh lebih sensitif dibandingkan dengan teknik analisis konvensional. Teknik
PCR dengan menggunakan isolat DNA yang berasal dari media pengkayaan
memberikan hasil yang jauh lebih baik dari metode MPN konvensional.
5
Tes Vibrio haemolyticus
Semi solid +
Glukosa +
Laktosa -
Manithol +
Maltose ++
Sakarosa -
Indol +
TSIA -
Urea -
Methyl Red +
Vogest Proskauer -
Simon citrate +
Lysine derkasiboksilase +
Arginine dehidrolase -
Ornitin dekarboksilase +
Fenil alanine pertumbuhan dalam
pepton +
0 % NaCl -
0.5 % NaCl +/-
3 % NaCl +
6 % NaCl +
7 % NaCl +
8 % NaCl +
9 % NaCl +
10 % NaCl -
11 % NaCl -
Media yang digunakan untuk deteksi vibrio dalam pangan dan air
dikembangkan berdasarkan pertimbangan kemampuan bakteri ini untuk
tumbuh cepat pada pH alkali, tahan terhadap efek penghambatan yang
diberikan oleh garam empedu dan natrium tellurite, dan toleran terhadap
garam (NaCl). Media pengkayaan yang umum digunakan untuk Vibrio adalah
6
APW (broth alkaline peptone water), NTSB (salt trypticase soy broth) dan SPB
(salt polimiksin broth).
7
Gambar 3 Siklus hidup Vibrio Parahaemolyticus
8
disertai lendir dan darah sehingga disebut diare inflamasi. Akibatnya terjadi
kerusakan mukosa baik usus halus maupun usus besar. Masa inkubasi bakteri
Vibrio parahaemolyticus biasanya antara 12 sampai 24 jam, tetapi dapat juga
berkisar antara 4 sampai 30 jam. Gejala yang muncul adalah kejang perut yang
tiba-tiba dan berlangsung selama 48 – 72 jam dengan masa inkubasi 8 – 72 jam.
Gejala lain adalah mual, muntah, sakit kepala, badan agak panas dan dingin. Pada
sebagian kecil kasus juga menyebabkan septisemia .
2.6 Diagnosis
9
Vibrio parahaemolyticus telah diisolasi dalam jumlah yang tinggi dari
berbagai jenis makanan laut yang dipanen dari lingkungan muara, khususnya
selama musim panas. Wabah serta kasus sporadis gastroenteritis, terkait dengan
konsumsi makanan laut yang masih mentah (ikan, kerang, kepiting, udang, dan
lobster), dimasak tidak sempurna, atau terkontaminasi setelah
pemanasan. Dalam makanan laut mentah dan matang yang tidak disimpan dalam
refrigerator, Vibrio parahaemolyticus dapat tumbuh dengan cepat, terutama pada
suhu 20 sampai 30OC. Dalam makanan laut dengan penyimpanan pada suhu
yang tidak tepat, sel dapat mencapai tingkat dosis infektif sangat cepat, dari jumlah
awal yang rendah. Banyak wabah di AS diketahui karena memasak tidak
sempurna dan kontaminasi silang pada makanan laut yang telah matang, diikuti
dengan pengendalian suhu yang tidak tepat.
10
dilakukan untuk makanan sebelum dikalengkan, dibekukan, atau
dikeringkan. Maksudnya untuk menghambat atau mencegah aktivitas enzim
dan mikroorganisme. Penyajian pasca pemasakan juga tidak boleh luput
dari perhatian. Sebaiknya makanan yang telah melalui proses pemasakan
langsung dikonsumsi. Sebagian besar kasus foodborne diseases di
Indonesia diakibatkan oleh penanganan pasca pemasakan yang tidak
sempurna, seperti penyimpanan yang terlalu lama.
Ciri-ciri makanan kaleng yang telah rusak, yaitu flipper, springer, soft
swell, dan hard swell. Flipper dapat dicirikan permukaan kaleng kelihatan
datar, tetapi bila salah satu ujung kaleng ditekan, ujung lainnya akan menjadi
cembung. Springer dapat dicirikan dari salah satu ujung kaleng sudah
cembung secara permanen. Bila ditekan, cembung akan bergerak ke arah
yang berlawanan. Soft swell dicirikan dengan kedua ujung kaleng sudah
cembung, tetapi belum begitu keras sehingga masih bisa ditekan sedikit ke
dalam. Hard swell dicirikan dengan kedua ujung permukaan kaleng
cembung dan sangat keras, sehingga tidak bisa ditekan ke dalam oleh ibu
jari. Selain itu, masih ada flat sour, yakni permukaan kaleng tetap datar tetapi
produknya sudah berbau asam yang menusuk. Hal itu disebabkan oleh
aktivitas spora bakteri tahan panas yang tidak hancur selama proses
sterilisasi.
11
2.9 Cara Pengobatan
pH : Potential Hydrogen
MPN : Most probable number
DNA : deoxyribonucleic acid
PCR : Polymerase Chain Reaction
APW : broth alkaline peptone water
NTSB : salt trypticase soy broth
TCBS : thiosulfate-citrate-bile-saccharose
SPB : salt polimiksin broth
2.11 Glosarium
Bakteri fakultatif anareob : bakteri yang dapat hidup dengan baik itu
dengan oksigen atau tanpa oksigen
Zoonis : infeksi yang ditularkan di antara hewan
vertebrata dan manusia atau
sebaliknya.
Gastroenteritis : infeksi pada lambung dan usus yang
disebabkan oleh beberapa jenis virus dan
bakteri.
Septisemia : kondisi di mana dalam darah terdapat
bakteri dan sering dikaitkan dengan
penyakit berat
Blansir : perlakuan pemanasan awal yang
biasanya dilakukan pada bahan nabati
segar sebelum proses pembekuan,
pengeringan atau pengalengan
12
foodborne diseases : penyakit yang disebabkan karena
mengkonsumsi makanan atau minuman
yang tercemar
flipper : permukaan kaleng makanan kelihatan
datar, tetapi bila salah satu ujung kaleng
ditekan.
springer : satu ujung kaleng makanan sudah
cembung secara permanen.
soft swell : kedua ujung kaleng makanan sudah
cembung, tetapi belum begitu keras
sehingga masih bisa ditekan sedikit ke
dalam.
hard swell : kedua ujung permukaan kaleng
makanan cembung dan sangat keras,
sehingga tidak bisa ditekan ke dalam
oleh ibu jari.
flat sour : permukaan kaleng makanan tetap datar
tetapi produknya sudah berbau asam
yang menusuk.
13
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2015.”Vibrio Parahaemolyticus”.(online).
https://dokumen.tips/documents/vibrio-parahaemolyticus.html. (diakses pada 9
Des 2018).
15