Вы находитесь на странице: 1из 18

TUGAS BAKTERIOLOGI II

Vibrio parahaemolyticus

Nama : Lucky Andani Alpioneri

NIM : PO.71.34.0.17.061

Dosen Pengampu : Herry Hermansyah, AMAK, SKM, M.kes

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG

JURUSAN DIII ANALIS KESEHATAN

JALAN SUKABANGUN 1 KM 6,5 KELURAHAN SUKAJAYA

KECAMATAN SUKARAMI PALEMBANG

TAHUN AKADEMIK 2018 – 2019

i
Kata Pengantar

Syukur Alhamdulillah penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT. Karena


berkat Rahmat dan Hidayat serta petunjuk-Nya penulis dapat menyelesaikan
”Makalah Bakteriologi II : Vibrio parahaemolyticus”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas yang diamanatkan, Makalah ini disusun berdasarkan referensi-
referensi yang telah saya baca.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan. Untuk itu saya mengharapkan saran-saran yang sifatnya
membangun sebagai bahan pertimbangan untuk penyusunan makalah di masa
yang akan datang. Semoga “Makalah Bakteriologi II : Vibrio parahaemolyticus” ini
dapat berguna bagi perkembangan pendidikan.

Palembang, Desember 2018

Penyusun

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar.................................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................................. iii
BAB 1 ................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 2
BAB 2 ................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 3
2.1 Klasifikasi ................................................................................................................... 3
2.2 Morfologi .................................................................................................................. 3
2.2.1 Morfologi secara makroskopik........................................................................... 4
2.2.2 Morfologi secara mikroskopik............................................................................ 4
2.3 Teknik isolasi dan identifikasi.................................................................................... 5
2.4 Siklus hidup ............................................................................................................... 7
2.5 Gejala Klinik ............................................................................................................... 8
2.6 Diagnosis ................................................................................................................... 9
2.7 Cara Penularan .......................................................................................................... 9
2.8 Cara Pencegahan..................................................................................................... 10
2.9 Cara Pengobatan ..................................................................................................... 12
2.10 Daftar Singkatan.................................................................................................... 12
2.11 Glosarium .............................................................................................................. 12
BAB 3 ................................................................................................................................. 14
PENUTUP ........................................................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 14
3.2 Saran ....................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 15

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bakteri merupakan jasad renik yang kira-kira dua puluh kali lebih kecil dari
sel-sel jamur, protozoa atau sel daging ikan. Biasa terdapat di udara, dalam tanah
maupun dalam air dan benda padat lainnya. Sebagian besar bakteri sebenarnya
tidak menyebabkan penyakit. Namun bakteri mempunyai kemampuan
memperbanyak diri sangat cepat, sehingga apabila bakteri tersebut berada dalam
bagian tubuh hewan. Bakteri ini bermacam-macam jenisnya. Yang menyerang
manusia, berbeda dengan jenis yang menyerang ikan dan tumbuh-tumbuhan.
Tetapi ada pula jenis-jenis yang dapat menyerang manusia dan hewan sekaligus.

Vibrio merupakan jenis bakteri yang hidupnya saprofit di air, air laut, dan
tanah. Bakteri ini juga dapat hidup di salinitas yang relatif tinggi. Sebagian
besarjuga bersifat halofil yang tumbuh optimal pada air laut bersalinitas 20-40‰.
Genus Vibrio adalah agen penyebab penyakit vibriosis yang menyerang hewan
laut seperti ikan, udang, dan kerang-kerangan. Spesies Vibrio umumnya
menyerang larva udang dan penyakitnya disebut penyakit udang
berpendar. Bakteri Vibrio menyerang larva udang secara sekunder yaitu pada
saat dalam keadaan stress dan lemah, oleh karena itu sering dikatakan bahwa
bakteri ini termasuk jenisopportunistic pathogen yang dalam keadaan normal ada
dalam lingkungan pemeliharaan, kemudian berkembang dari sifat yang saprofitik
menjadi patogenik jika kondisi lingkungannya memungkinkan.

Terdapatnya bakteri pathogen Vibrio di perairan laut menandakan adanya


kontak dengan buangan limbah industri dan rumah tangga seperti tinja manusia
atau sisa bahan makanan lainnya, di mana bakteri tersebut secara langsung akan
tumbuh dan berkembang bila kondisi perairan tersebut memungkinkan.
Selanjutnya dari keadaan ini kemudian akan berpengaruh terhadap biota perairan
dan akhirnya pada manusia. Bakteri dari spesies Vibrio secara langsung akan
menimbulkan penyakit (pathogen), yang dapat menyebabkan kematian biota laut.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana klasifikasi dari Vibrio haemolyticus ?


2. Bagaimana morfologi makroskopik dan mikroskopik dari Vibrio
haemolyticus ?
3. Bagaimana teknik isolasi dan identifikasi dari Vibrio haemolyticus ?
4. Bagaimana siklus hidup dari Vibrio haemolyticus ?
5. Bagaiamana gejala klinik dari Vibrio haemolyticus ?
6. Bagaimana cara mendiagnosis Vibrio haemolyticus ?
7. Bagaimana cara penularan dari Vibrio haemolyticus ?
8. Bagaimana cara pencegahan dari Vibrio haemolyticus ?
9. Bagaimana cara pengobatan dari Vibrio haemolyticus ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui klasifikasi dari Vibrio haemolyticus


2. Mengetahui morfologi makroskopik dan mikroskopik dari Vibrio
haemolyticus
3. Mengetahui teknik isolasi dan identifikasi dari Vibrio haemolyticus
4. Mengetahui siklus hidup dari Vibrio haemolyticus
5. Mengetahui gejala klinik dari Vibrio haemolyticus
6. Mengetahui cara mendiagnosis Vibrio haemolyticus
7. Mengetahui cara penularan dari Vibrio haemolyticus
8. Mengetahui cara pencegahan dari Vibrio haemolyticus
9. Mengetahui cara pengobatan dari Vibrio haemolyticus

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Klasifikasi

Klasifikasi / Nomen Klatur Vibrio haemolyticus

Kingdom : Bacteria

Filum : Proteobacteria

Kelas : Gamma Proteobacteria

Order : Vibrionales

Family : Vibrionaceae

Genus : Vibrio

Species : Vibrio parahaemolyticus

2.2 Morfologi

Bakteri Vibrio parahaemolyticus (Vibrio parahaemolyticus) merupakan


bakteri gram negatif, halofilik, bersifat motil atau bergerak, berbentuk bengkok atau
koma, menghasilkan energi untuk pertumbuhan dengan oksidasi, fakultatif
anaerob dan mempunyai flagelum kutub tunggal dan tidak dapat membentuk
spora serta bersifat zoonosis .Perubahan bentuk morfologi Vibrio
parahaemolyticus dapat terjadi dengan perlakuan suhu dingin dan kondisi
lingkungan yang tidak menunjang.

Bakteri Vibrio parahaemolyticus hidup pada sekitar muara sungai (brackish


water atau estuaries), pantai (coastal waters) tetapi tidak hidup pada laut dalam
(open sea). Bakteri Vibrio parahaemolyticus terutama hidup di perairan Asia
Timur. Bakteri ini tumbuh pada air laut dengan kadar NaCl optimum 3%, (
berkembang baik pada kadar NaCl 0,5% - 8 %) pada kisaran suhu 5 - 43 OC, pH
4,8 –11 dan water activity (aw) 0,94- 0,99. Pertumbuhan berlangsung cepat pada
suhu optimum 37 OC dengan waktu generasi hanya 9-11 menit. Pada beberapa
spesies Vibrio suhu pertumbuhan sekitar 5 – 43 OC (pada suhu 10 OC merupakan

3
suhu minimum pada lingkungan).Selama musim dingin, organisme ini ditemukan
di lumpur laut, sedangkan selama musim panas mereka ditemukan di perairan
pantai. Bakteri Vibrio parahaemolyticus dapat hidup sebagai koloni pada kerang-
kerangan, udang, ikan dan produk makanan laut lainnya.

Vibrio parahaemolyticus adalah bakteri halofilik didistribusikan di perairan


pantai di seluruh dunia. Bakteri ini ditemukan di lingkungan muara sungai dan
menunjukkan variasi musiman, yang hadir dalam jumlah tertinggi selama musim
panas. Selama musim dingin, bakteri ini tetap berada di bawah muara pada
bahan chitinous plankton.

2.2.1 Morfologi secara makroskopik

 Bentuk : bulat
 Tepi : bergranula
 Pigmen : hijau
 Keadaan permukaan : licin
 Peninggian permukaan : cembung
 Karakteristik optic : opaque

Gambar 1 morfologi makroskopi Vibrio parahaemolyticus pada media TCBS

2.2.2 Morfologi secara mikroskopik

 Gram : negative ( - ), berbentuk koma atau bengkok


 Spora :(-)

4
 Granula :
 Kapsul :
 Flagella : ( + )

Gambar 2 Morfologi mikroskopi Vibrio Parahaemolyticus

2.3 Teknik isolasi dan identifikasi

Penentuan total Vibrio parahaemolyticus dapat dilakukan dengan metode


MPN (Most probable number) konvensional dilanjutkan menggunakan
konfirmasi biokimia atau dengan pemupukan pada media non selektif yang
dilanjutkan dengan deteksi menggunakan pelacak (probe) gen tlh
(thermolabile hemolysin). Untuk identifikasi strain Vibrio parahaemolyticus
patogen dapat dilakukan dengan uji kanagawa atau menggunakan pelacak
DNA dengan atau tanpa kombinasi dengan PCR (Polymerase Chain Reaction
/perbanyakan kopi sekuens DNA) untuk mendeteksi gen didalam Vibrio
parahaemolyticus.

Teknik analisis sangat berpengaruh pada tingkat isolasi bakteri dan waktu
analisis. Metode pelacak DNA berkorelasi sangat baik dengan teknik
penghitungan konvensional menggunakan konfirmasi biokimia, dengan waktu
analisis yang lebih cepat. Untuk strain patogen, analisis dengan pelacak gen
jauh lebih sensitif dibandingkan dengan teknik analisis konvensional. Teknik
PCR dengan menggunakan isolat DNA yang berasal dari media pengkayaan
memberikan hasil yang jauh lebih baik dari metode MPN konvensional.

5
Tes Vibrio haemolyticus
Semi solid +
Glukosa +
Laktosa -
Manithol +
Maltose ++
Sakarosa -
Indol +
TSIA -
Urea -
Methyl Red +
Vogest Proskauer -
Simon citrate +
Lysine derkasiboksilase +
Arginine dehidrolase -
Ornitin dekarboksilase +
Fenil alanine pertumbuhan dalam
pepton +
0 % NaCl -
0.5 % NaCl +/-
3 % NaCl +
6 % NaCl +
7 % NaCl +
8 % NaCl +
9 % NaCl +
10 % NaCl -
11 % NaCl -

Karakteristik biokimia Vibrio spp

Media yang digunakan untuk deteksi vibrio dalam pangan dan air
dikembangkan berdasarkan pertimbangan kemampuan bakteri ini untuk
tumbuh cepat pada pH alkali, tahan terhadap efek penghambatan yang
diberikan oleh garam empedu dan natrium tellurite, dan toleran terhadap
garam (NaCl). Media pengkayaan yang umum digunakan untuk Vibrio adalah

6
APW (broth alkaline peptone water), NTSB (salt trypticase soy broth) dan SPB
(salt polimiksin broth).

Sebagai media selektif, TCBS (thiosulfate-citrate-bile-saccharose) adalah


yang paling umum digunakan. Kelemahan media ini adalah tidak terlalu
spesifik membedakan Vibrio parahaemolyticus dari V. hollisae, V.
mimicus dan V. vulnificus yang sama-sama membentuk koloni berwarna
hijau. mengembangkan media selektif CV (chromogenic agar) yang
mengandung substrat untuk ß-galaktosidase (CV) pada CV agar, yang bisa
membedakan Vibrio parahaemolyticus dari koloni peng-ganggu sebagai
koloni berwarna violet.

Teknik dot blotting dengan menggunakan monoclonal antibodi juga


digunakan untuk membedakan spesies Vibrio tanpa isolasi bakteri terlebih
dahulu. Teknik ini merupakan pengembangan monoclonal antibodi untuk
deteksi dengan metode sederhana dalam membedakan Vibrio dibandingkan
teknik PCR.

2.4 Siklus hidup

 Mamalia laut mengekskresi telur yang tidak berembrio


 Telur menjadi embrio didalam air dan didalam telur terbentuk larva L2
 Setelah larva L2 menetas dari telur, mereka bebas berenang di air
 Larva yang berenang bebas di air dimakan oleh crustacean dan
berkembang menjadi larva L3
 Crustacea yang terinfeksi dimakan oleh ikan dan cumi-cumi. Setelah
crustacean mati, maka larva bermigrasi ke jaringan otot dan larva ditransfer
dari ikan ke ikan
 Ikan dan cumi – cumi membawa larva yang infektif terhadap manusia dan
mamalia laut
 Ketika ikan dan cumi – cumi mengandung larva dicerna oleh mamalia laut,
larva berkembang menjadi cacing dewasa. Cacing dewasa menghasilkan
telur yang akan dikeluarkan kembali oleh mamalia laut
 Manusia menjadi terinfeksi karena memakan makanan laut yang mentah
atau setengah matang

7
Gambar 3 Siklus hidup Vibrio Parahaemolyticus

2.5 Gejala Klinik

Jika kita mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi Vibrio


parahaemolyticus, ada kemungkinan kita akan terkena gastroenteritis bila sistem
kekebalan tubuh dalam keadaan buruk. Istilah gastroenteritis digunakan secara
luas untuk menggambarkan pasien yang mengalami perkembangan diare
dan/atau muntah akut . Istilah ini menjadi acuan bahwa terjadi proses inflamasi
dalam lambung dan usus. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah
tinja lebih banyak dari biasanya (normal 100 – 200 ml per jam tinja), dengan tinja
berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat) dapat pula disertai frekuensi
yang meningka. Diare adalah defekasi yang tidak normal baik frekuensi maupun
konsistensinya, frekuensi diare lebih dari 4 kali sehari.

Diare akut akibat bakteri Vibrio parahaemolyticus disebabkan invasi bakteri


dan sitotoksin di kolon dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare yang

8
disertai lendir dan darah sehingga disebut diare inflamasi. Akibatnya terjadi
kerusakan mukosa baik usus halus maupun usus besar. Masa inkubasi bakteri
Vibrio parahaemolyticus biasanya antara 12 sampai 24 jam, tetapi dapat juga
berkisar antara 4 sampai 30 jam. Gejala yang muncul adalah kejang perut yang
tiba-tiba dan berlangsung selama 48 – 72 jam dengan masa inkubasi 8 – 72 jam.
Gejala lain adalah mual, muntah, sakit kepala, badan agak panas dan dingin. Pada
sebagian kecil kasus juga menyebabkan septisemia .

2.6 Diagnosis

 Bahan pemeriksaan : tinja dan usap dubur

Harus segera dilakukan pembiakkan atau dimasukkan kedalam medium


transpor (Cary Blair atau Amies)

 Perbenihan: TCBS dan kaldu alkalipepton dengan penambahan 3% NaCl.

2.7 Cara Penularan

Bakteri Vibrio parahaemolyticus masuk ke dalam tubuh manusia yang


mengkonsumsi produk makanan laut seperi udang, kerang, ataupun ikan mentah
yang dimasak kurang sempurna. Penularan juga dapat terjadi pada makanan
yang telah dimasak sempurna namun tercemar oleh personal/individu yang pada
saat bersamaan menangani produk ikan mentah.

Keracunan makanan oleh Vibrio parahaemolyticus selalu berhubungan


dengan ikan dan kekerangan. Kejadian wabah telah dilaporkan di USA dan Eropa,
akan tetapi di Jepang keracunan makanan akibat Vibrio parahaemolyticus adalah
penyebab paling umum dari keracunan makanan. Ini dikaitkan dengan kebiasaan
kuliner masyarakat di Jepang yang mengkonsumsi ikan mentah atau setengah
matang, walaupun penyakit juga dapat terjadi akibat kontaminasi silang produk
yang telah masak yang berada di dapur. Meskipun bakteri ini hanya akan menjadi
bagian dari flora alami ikan yang ditangkap di perairan pantai selama musim
panas, oleh karena itu akan dapat dengan mudah menyebar ke spesies ikan yang
berada pada lingkungan air yang lebih dalam, kontaminasi juga dapat terjadi
melalui kontak di pasar ikan dan akan berkembang biak cepat jika produk itu tidak
dalam keadaan cukup dingin.

9
Vibrio parahaemolyticus telah diisolasi dalam jumlah yang tinggi dari
berbagai jenis makanan laut yang dipanen dari lingkungan muara, khususnya
selama musim panas. Wabah serta kasus sporadis gastroenteritis, terkait dengan
konsumsi makanan laut yang masih mentah (ikan, kerang, kepiting, udang, dan
lobster), dimasak tidak sempurna, atau terkontaminasi setelah
pemanasan. Dalam makanan laut mentah dan matang yang tidak disimpan dalam
refrigerator, Vibrio parahaemolyticus dapat tumbuh dengan cepat, terutama pada
suhu 20 sampai 30OC. Dalam makanan laut dengan penyimpanan pada suhu
yang tidak tepat, sel dapat mencapai tingkat dosis infektif sangat cepat, dari jumlah
awal yang rendah. Banyak wabah di AS diketahui karena memasak tidak
sempurna dan kontaminasi silang pada makanan laut yang telah matang, diikuti
dengan pengendalian suhu yang tidak tepat.

2.8 Cara Pencegahan

Berbagai tindakan preventif mutlak dilakukan untuk meminimalkan


terjadinya keracunan makanan dan gastroenteritis. Namun, pencegahan
yang dilakukan tidak perlu dengan menghindari produk yang potensial
tercemar mikroba karena produk pangan tersebut merupakan salah satu
sumber asupan gizi yang diperlukan tubuh kita. Untuk produk makanan laut
segar, pencucian dapat menurunkan potensi bahaya akibat bakteri Vibrio
parahaemolyticus. Pencucian atau pembilasan makanan dapat
menghilangkan kotoran dan kontaminan lainnya. Pencucian dapat dilakukan
dengan air, sanitiser dan lain-lain. Air yang dipakai untuk mencuci harus
bebas dari mikroba patogen atau mikroba penyebab kebusukan makanan.
Selain itu, produk makanan laut yang akan dimakan hendaknya dimasak
secara sempurna untuk membunuh larva yang mengkontaminasi makanan.
Untuk ikan yang akan dikalengkan,dibekukan atau dikeringkan, sebaiknya
dilakukan pemblansiran terlebih dahulu. Blansir adalah suatu cara perlakuan
panas pada bahan dengan cara pencelupan ke dalam air panas atau
pemberian uap panas pada suhu sekitar 82-93 OC. Waktu blansir bervariasi
antara 1-11 menit tergantung dari macam tergantung pada jenis, ukuran,
derajat kematangan ikan yang diinginkan.Tujuan pemblansiran adalah untuk
menghambat atau mencegah aktivitas enzim Vibrio parahaemolyticus.
Blansir merupakan pemanasan pendahuluan bahan pangan yang biasanya

10
dilakukan untuk makanan sebelum dikalengkan, dibekukan, atau
dikeringkan. Maksudnya untuk menghambat atau mencegah aktivitas enzim
dan mikroorganisme. Penyajian pasca pemasakan juga tidak boleh luput
dari perhatian. Sebaiknya makanan yang telah melalui proses pemasakan
langsung dikonsumsi. Sebagian besar kasus foodborne diseases di
Indonesia diakibatkan oleh penanganan pasca pemasakan yang tidak
sempurna, seperti penyimpanan yang terlalu lama.

Untuk produk pangan yang dikalengkan, sebaiknya perhatikan keadaan


kaleng. Jangan mengonsumsi makanan dari kaleng yang sudah rusak atau
berbau asam. Selain itu, tanggal kedaluwarsa juga mutlak diperhatikan. Satu
hal yang perlu mendapat perhatian untuk produk kemasan adalah proses
yang tidak sempurna dan kerusakan kemasan selama distribusi maupun
penyimpanan.

Ciri-ciri makanan kaleng yang telah rusak, yaitu flipper, springer, soft
swell, dan hard swell. Flipper dapat dicirikan permukaan kaleng kelihatan
datar, tetapi bila salah satu ujung kaleng ditekan, ujung lainnya akan menjadi
cembung. Springer dapat dicirikan dari salah satu ujung kaleng sudah
cembung secara permanen. Bila ditekan, cembung akan bergerak ke arah
yang berlawanan. Soft swell dicirikan dengan kedua ujung kaleng sudah
cembung, tetapi belum begitu keras sehingga masih bisa ditekan sedikit ke
dalam. Hard swell dicirikan dengan kedua ujung permukaan kaleng
cembung dan sangat keras, sehingga tidak bisa ditekan ke dalam oleh ibu
jari. Selain itu, masih ada flat sour, yakni permukaan kaleng tetap datar tetapi
produknya sudah berbau asam yang menusuk. Hal itu disebabkan oleh
aktivitas spora bakteri tahan panas yang tidak hancur selama proses
sterilisasi.

Cara pencegahan yang lain adalah dengan pemberian Imunisasi aktif


dengan vaksin mati whole cell, yang diberikan secara parenteral kurang
bermanfaat untuk penanggulangan wabah maupun untuk penanggulangan
kontak. Vaksin ini hanya memberikan perlindungan parsial (50%) dalam
jangka waktu yang pendek (3 - 6 bulan) di daerah endemis tinggi tetapi tidak
memberikan perlindungan terhadap infeksi asimptomatik, oleh karena itu
pemberian imunisasi tidak direkomendasikan.

11
2.9 Cara Pengobatan

 Pada kasus berat, perlu rehidrasi dan penambahan elektrolit


 Antibiotika : Kloramfenikol, Kanamisin tetrasiklin dan sefalotin
 Kuman ini banyak terdapat di air laut, sehingga perlu perhatian khusus
untuk pekerja-pekerja kapal, perenang dan juru masak sea food.
 Pengolahan dan penyimpanan makanan laut harus cermat.

2.10 Daftar Singkatan

 pH : Potential Hydrogen
 MPN : Most probable number
 DNA : deoxyribonucleic acid
 PCR : Polymerase Chain Reaction
 APW : broth alkaline peptone water
 NTSB : salt trypticase soy broth
 TCBS : thiosulfate-citrate-bile-saccharose
 SPB : salt polimiksin broth

2.11 Glosarium

 Bakteri fakultatif anareob : bakteri yang dapat hidup dengan baik itu
dengan oksigen atau tanpa oksigen
 Zoonis : infeksi yang ditularkan di antara hewan
vertebrata dan manusia atau
sebaliknya.
 Gastroenteritis : infeksi pada lambung dan usus yang
disebabkan oleh beberapa jenis virus dan
bakteri.
 Septisemia : kondisi di mana dalam darah terdapat
bakteri dan sering dikaitkan dengan
penyakit berat
 Blansir : perlakuan pemanasan awal yang
 biasanya dilakukan pada bahan nabati
segar sebelum proses pembekuan,
pengeringan atau pengalengan

12
 foodborne diseases : penyakit yang disebabkan karena
 mengkonsumsi makanan atau minuman
 yang tercemar
 flipper : permukaan kaleng makanan kelihatan
datar, tetapi bila salah satu ujung kaleng
ditekan.
 springer : satu ujung kaleng makanan sudah
cembung secara permanen.
 soft swell : kedua ujung kaleng makanan sudah
cembung, tetapi belum begitu keras
sehingga masih bisa ditekan sedikit ke
dalam.
 hard swell : kedua ujung permukaan kaleng
makanan cembung dan sangat keras,
sehingga tidak bisa ditekan ke dalam
oleh ibu jari.
 flat sour : permukaan kaleng makanan tetap datar
tetapi produknya sudah berbau asam
yang menusuk.

13
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Bakteri Vibrio parahaemolyticus (Vibrio parahaemolyticus) merupakan


bakteri gram negatif, halofilik, bersifat motil atau bergerak, berbentuk
bengkok atau koma, menghasilkan energi untuk pertumbuhan dengan
oksidasi, fakultatif anaerob dan mempunyai flagelum kutub tunggal dan
tidak dapat membentuk spora serta bersifat zoonosis
 Bakteri Vibrio parahaemolyticus hidup pada sekitar muara sungai (brackish
water atau estuaries), pantai (coastal waters) tetapi tidak hidup pada laut
dalam (open sea).
 Media pengkayaan yang umum digunakan untuk Vibrio adalah APW (broth
alkaline peptone water), NTSB (salt trypticase soy broth) dan SPB (salt
polimiksin broth).
 Bakteri Vibrio parahaemolyticus masuk ke dalam tubuh manusia yang
mengkonsumsi produk makanan laut seperi udang, kerang, ataupun ikan
mentah yang dimasak kurang sempurna.
 Untuk mencegahnya perlu perhatian khusus untuk pekerja-pekerja kapal,
perenang dan juru masak sea food. Pengolahan dan penyimpanan
makanan laut harus cermat.

3.2 Saran

Dengan makalah ini penulis mengharapkan agar pembaca dapat


mendapatkan manfaat yang tersirat di dalamnya mengenai bakteri Vibrio
parahaemolyticus. Penulis juga mengharapkan saran agar makalah ini menjadi
lebih baik lagi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2015.”Vibrio Parahaemolyticus”.(online).
https://dokumen.tips/documents/vibrio-parahaemolyticus.html. (diakses pada 9
Des 2018).

Dr. Huriawat Hartanto.2004.Tinjauan Klinis Hasil Laboratorium.Jakarta : EGC

Geo F. Brooks,Janets.Butel,L.Nicholas Ornston.1996.Mikrobiologi


Kedokteran.Jakarta : EGC

Jawetz,dkk.1996.Mikrobiologi Kedokteran Edisi 20.Jakarta : EGC

Materi Bakteriologi II tahun 2018 pemberian dosen dosen analis kesehatan


poltekkes Palembang

Staff Pengajar FK UI,1993.Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran.Jakarta : Universitas


Indonesia

15

Вам также может понравиться

  • Makalah Vibrio Parahaemolyticus
    Makalah Vibrio Parahaemolyticus
    Документ18 страниц
    Makalah Vibrio Parahaemolyticus
    Fati Andari Almahdini
    Оценок пока нет
  • Modul Manajemen Lab KLMPK 4B NEW
    Modul Manajemen Lab KLMPK 4B NEW
    Документ30 страниц
    Modul Manajemen Lab KLMPK 4B NEW
    Fati Andari Almahdini
    Оценок пока нет
  • Makalah Miko Belom Fix
    Makalah Miko Belom Fix
    Документ13 страниц
    Makalah Miko Belom Fix
    Fati Andari Almahdini
    Оценок пока нет
  • Landasan Teori
    Landasan Teori
    Документ3 страницы
    Landasan Teori
    Fati Andari Almahdini
    Оценок пока нет
  • Tugas Cbis SISTEM INFORMASI AKADEMIK
    Tugas Cbis SISTEM INFORMASI AKADEMIK
    Документ11 страниц
    Tugas Cbis SISTEM INFORMASI AKADEMIK
    Fati Andari Almahdini
    Оценок пока нет
  • Prak 2
    Prak 2
    Документ3 страницы
    Prak 2
    Fati Andari Almahdini
    Оценок пока нет
  • Bros Juntay Harga Mama
    Bros Juntay Harga Mama
    Документ37 страниц
    Bros Juntay Harga Mama
    Fati Andari Almahdini
    Оценок пока нет
  • Sistem Informasi Model E-R Dan Model Relasi (Lucky Andani Alpioneri, Kelas 2B)
    Sistem Informasi Model E-R Dan Model Relasi (Lucky Andani Alpioneri, Kelas 2B)
    Документ2 страницы
    Sistem Informasi Model E-R Dan Model Relasi (Lucky Andani Alpioneri, Kelas 2B)
    Fati Andari Almahdini
    Оценок пока нет
  • Pidato Bahasa Indonesia Luki
    Pidato Bahasa Indonesia Luki
    Документ2 страницы
    Pidato Bahasa Indonesia Luki
    Fati Andari Almahdini
    Оценок пока нет
  • Jualanan Mama Bros Juntay
    Jualanan Mama Bros Juntay
    Документ36 страниц
    Jualanan Mama Bros Juntay
    Fati Andari Almahdini
    Оценок пока нет
  • Gasifikasi Batubara
    Gasifikasi Batubara
    Документ19 страниц
    Gasifikasi Batubara
    Fati Andari Almahdini
    Оценок пока нет
  • Soal Sitohistoteknologi Lucky Andani Alpioneri
    Soal Sitohistoteknologi Lucky Andani Alpioneri
    Документ1 страница
    Soal Sitohistoteknologi Lucky Andani Alpioneri
    Fati Andari Almahdini
    Оценок пока нет
  • Pasang Surut Air
    Pasang Surut Air
    Документ10 страниц
    Pasang Surut Air
    Fati Andari Almahdini
    Оценок пока нет
  • Soal Vibrio Parahaemolyticus
    Soal Vibrio Parahaemolyticus
    Документ2 страницы
    Soal Vibrio Parahaemolyticus
    Fati Andari Almahdini
    Оценок пока нет
  • Laporan Biologi Uji Enzim
    Laporan Biologi Uji Enzim
    Документ3 страницы
    Laporan Biologi Uji Enzim
    Fati Andari Almahdini
    Оценок пока нет
  • Tugas Bahasa Indonesia Semester 2
    Tugas Bahasa Indonesia Semester 2
    Документ9 страниц
    Tugas Bahasa Indonesia Semester 2
    Fati Andari Almahdini
    Оценок пока нет
  • PENELITIAN SOSIOLOGI Luki
    PENELITIAN SOSIOLOGI Luki
    Документ13 страниц
    PENELITIAN SOSIOLOGI Luki
    Fati Andari Almahdini
    Оценок пока нет
  • Patofisiologi
    Patofisiologi
    Документ28 страниц
    Patofisiologi
    Fati Andari Almahdini
    Оценок пока нет
  • Agama
    Agama
    Документ11 страниц
    Agama
    Fati Andari Almahdini
    Оценок пока нет
  • Karya Seni Lukisan Pelukis Sumatera Selatan
    Karya Seni Lukisan Pelukis Sumatera Selatan
    Документ12 страниц
    Karya Seni Lukisan Pelukis Sumatera Selatan
    Fati Andari Almahdini
    Оценок пока нет
  • Kimia Periode 3
    Kimia Periode 3
    Документ33 страницы
    Kimia Periode 3
    Fati Andari Almahdini
    Оценок пока нет
  • Tugas Parasitologi II
    Tugas Parasitologi II
    Документ17 страниц
    Tugas Parasitologi II
    Fati Andari Almahdini
    Оценок пока нет
  • Patofisiologi
    Patofisiologi
    Документ28 страниц
    Patofisiologi
    Fati Andari Almahdini
    Оценок пока нет
  • Aves Icissss
    Aves Icissss
    Документ4 страницы
    Aves Icissss
    Fati Andari Almahdini
    Оценок пока нет
  • Proposal Pelatihan Penulisan
    Proposal Pelatihan Penulisan
    Документ6 страниц
    Proposal Pelatihan Penulisan
    Fati Andari Almahdini
    Оценок пока нет
  • Abstrak
    Abstrak
    Документ3 страницы
    Abstrak
    Fati Andari Almahdini
    Оценок пока нет
  • Bahasa Indo Neng
    Bahasa Indo Neng
    Документ6 страниц
    Bahasa Indo Neng
    Fati Andari Almahdini
    Оценок пока нет
  • Tugas Parasitologi II
    Tugas Parasitologi II
    Документ5 страниц
    Tugas Parasitologi II
    Fati Andari Almahdini
    Оценок пока нет
  • Tugas Parasitologi II
    Tugas Parasitologi II
    Документ17 страниц
    Tugas Parasitologi II
    Fati Andari Almahdini
    Оценок пока нет