Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Spesifikasi Teknis
Umum
Seluruh alat-alat bermesin harus dilengkapi dengan manual
penggunaan dan keselamatan yang salinannya dapat diakses secara
mudah oleh operator atau pengawas lapangan.
Alat pemaku dan stapler otomatis dan portabel
Jika Penyedia Jasa menggunakan pemaku dan stapler otomatis dan
2
portabel, maka ketentuan keselamatan di bawah ini harus dipenuhi:
a. Alat tidak boleh diarahkan pada orang, walaupun alat tersebut
memiliki pengaman.
b. Pemicu pada alat pemaku dan stapler tidak boleh ditekan kecuali
ujung alat diarahkan pada suatu permukaan benda yang aman.
c. Perhatian khusus harus diberikan jika memaku di daerah tepi suatu
benda.
d. Jika sumber tenaga alat pemaku dan stapler otomatis menggunakan
tenaga pnematik, tidak diperkenankan menggunakan sumber gas
yang berbahaya dan mudah terbakar.
e. Alat yang rusak tidak boleh digunakan.
f. Pelindung pendengaran dan pelindung mata yang sesuai harus
digunakan saat menggunakan alat tersebut.
Alat portabel bermesin (Portable Power Tools)
Gergaji mesin, mesin pengaduk beton, alat pemotong beton dan alat
bermesin lainnya harus dilengkapi dengan alat pengaman sepanjang
waktu.
Penyedia Jasa harus memenuhi ketentuan keselamatan berikut:
- Setiap operator harus telah dilatih untuk menggunakan alat-alat
tersebut di atas.
- Gunakan hanya alat dan metoda yang tepat untuk setiap jenis
pekerjaan yang dilakukan.
- Alat atau mesin yang rusak tidak boleh digunakan.
- Alat pemotong harus terjaga ketajamannya.
- Pelindung pendengaran dan pelindung mata yang sesuai harus
digunakan saat menggunakan alat tersebut.
- Daerah di sekitar alat atau mesin harus bersih.
- Kabel penyambung (extension) harus ditempatkan sedemikian
rupa agar terhindar dari kerusakan dari peralatan dan material.
- Penerangan tambahan harus diberikan ketika menggunakan alat
atau mesin tersebut.
Alat kerekan (hoist) pengangkat material dan orang
a. Alat pengangkat material dan orang harus didirikan oleh orang yang
berkompeten.
b. Operator harus orang yang terlatih dan diberikan izin khusus untuk
mengoperasikan alat.
c. Alat pengangkat harus berada di atas pondasi yang kokoh dan diikat
pada bangunan atau struktur.
d. Akses untuk operator dan personil yang melakukan pemeliharaan
harus aman.
3
e. Keranjang alat pengangkat mempunyai ketinggian minimum 2 m,
dengan sisi dan pintu tertutup penuh (solid) atau ditutup dengan ram
kawat dengan diameter kawat minimum 3 mm dan dengan bukaan
maksimum 9 mm.Keranjang alat pengangkat harus ditutup dengan
atap sekurang-kurangnya dari papan kayu atau plywood dengan tebal
minimal 18 mm.
f. Tinggi pintu keranjang minimum 2 m dan mempunyai kunci yang aman.
Pintu solid harus mempunyai panel yang tembus pandang.
g. Jarak dari lantai keranjang ke permukaan tanah tidak boleh lebih dari
50 mm.
h. Keranjang alat pengangkat harus mempunyai mekanisme pengunci
elektromekanik yang hanya dapat dibuka dari keranjang dan hanya
dapat dibuka ketika keranjang berada di permukaan tanah serta dapat
mencegah beroperasinya alat pengangkat ketika keranjang sedang
dibuka.
i. Pengangkatan dikendalikan di dalam keranjang alat pengangkat.
j. Semua bagian dari metal harus dihubungkan ke bumi (earth).
k. Alat penyelamat harus ada untuk menghentikan keranjang jika jatuh
atau bergerak terlalu cepat.
l. Keterangan pabik pembuat, model dan kapasitas beban harus
ditempel dalam keranjang.
m.Harus tersedia suatu mekanisme untuk keadaan darurat dan untuk
mengeluarkan orang yang terjebak dalam keranjang.
n. Harus tersedia alarm darurat di dalam keranjang.
o. Jika memungkinkan, sediakan alat komunikasi antara operator dan
personil yang bekerja.
1. Bila jalan-jalan dan sarana umum lainnya (air, listrik, telepon, dan lain-lain)
yang ada memotong atau berhubungan dengan tempat pekerjaan,
Kontraktor harus mendapatkan persetujuan secara tertulis dari yang
berwenang, terhadap usulan pekerjaan sementara atau pekerjaan tetap yang
akan mempengaruhi pekerjaan pelayanan umum tersebut.
2. Bangunan kepentingan umum poin 6.1.di atas baik mungkin atau tidak
terlihat di dalam gambar, Kontraktor harus tetap bertanggung jawab untuk
keamanan dan kelangsungan fungsi dari jalan dan sarana umum lainnya
tersebut selama pelaksanaan pekerjaan.
Dalam kasus tidak ada jalan masuk ke lokasi pekerjaan atau jalan pintas
yang bisa digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus
membuat jalan masuk sementara atau jalan pintas dalam lokasi. Kontraktor
harus melengkapi perlengkapan yang diperlukan untuk melintasi sungai,
saluran air atau lainnya dan bila perlu harus ditingkatkan atau diperkuat
fasilitas yang ada yang dipergunakan untuk masuk ke lokasi pekerjaan. Bila
Kontraktor menggunakan jalan masyarakat yang telah ada, maka pada saat
pekerjaan selesai Kontraktor wajib memperbaiki jalan tersebut paling tidak
seperti kondisi semula, namun akan terpuji jika akan lebih baik dari kondisi
semula.
5
1.2 Fasilitas Yang Akan Diperlukan
1.2.1 Test Laboratorium
Kontraktor wajib memelihara peralatan laboratorium yang ada dan menyediakan
bahan-bahan yang diperlukan untuk pengetesan. Macam uji / test yang akan
dilakukan dalam pekerjaan ini adalah menyangkut mechanical test dan physical
test. Ditinjau dari pekerjaan yang dilaksanakan, maka tes laboratorium yang
harus dilakukan adalah Concrete Strenght test.
Apabila keadaan peralatan laboratorium yang ada tidak memadai untuk
melakukan test-test yang diperlukan. Kontraktor harus tetap melaksanakan test
tersebut pada Instansi yang berwenang.
Kontraktor harus menyediakan tenaga operasional laboratorium yang cakap dan
mampu menjalankan prosedur pengetesan dan mampu menganalisa hasil yang
didapat.
Jumlah personil yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan dan petunjuk direksi.
1.2.2 Alat Komunikasi
Kontraktor berkewajiban nnengadakan sernua kebutuhan peralatan komunikasi
untuk kepentingan direksi dan engineer di lapangan. Kontraktor harus dapat
mengatur / mengoperasikan dan memelihara atas semua beban biaya yang
timbul akibat adanya alat komunikasi tersebut.
1.2.3 Penyediaan Listrik, Keamanan dan Kebakaran
Kontraktor harus dapat penyediaan listrik yang diperlukan sesuai dengan
kepentingan di lapangan, termasuk di dalamnya untuk kantor, mess,
laboratorium, bengkel, gudang dan tempat lainnya untuk penerangan jalan dan
keamanan. Satuan tugas keamanan di lingkungan proyek harus telah disiapkan
oleh kontraktor. Peralatan pemadam kebakaran untuk kawasan lingkungan
proyek harus disiapkan dan dipelihara kontraktor, segala hal yang menyangkut
tentang pengadaan peralatan keamanan dan kebakaran harus mendapat
persetujuan tertulis dari direksi.
a. Catatan tenaga kerja yang terdiri dari : jumlah pekerja, mandor, tukang,
kepala tukang serta tenaga personalia dari Kontraktor sendiri.
b. Catatan bahan meliputi : stock bahan yang datang, bahan yang ditolak
dan bahan yang digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan.
c. Jenis kegiatan bagian konstruksi yang dilaksanakan pada hari tersebut.
d. Hasil fisik pekerjaan yang dicapai.
e. Volume galian, timbunan, pasangan batu yang dicapai pada hari itu
f. Jumlah alat baik yang operasikan maupun yang tidak
g. Keadaan cuaca (hujan, banjir dll)
3. Pencatatan dalam buku harian dibuat oleh petugas pelaksana dan
diperiksa/diketahui keberadaanya oleh pengawas pekerjaan dengan
memberi paraf tiap hari.
7
akhir minggu yang bersangkutan dan laporan bulanan diserahkan selambat-
lambatnya tanggal 5 pada bulan berikutnya.
Kemajuan fisik 0%
Kemajuan fisik 50%
Kemajuan fisik 100%
Setelah masa pemeliharaan berakhir/penyerahan kedua.
Setiap pengambilan foto dibidik dari tiga posisi dengan titik pengambilan
yang tetap. Foto dicetak rangkap 3 (tiga) dengan ukuran 3R disusun pada
album dan menyerahkan Soft Copy File dalam bentuk compac disk (CD).
8
c. Alat-alat yang dipergunakan adalah waterpass lengkap dengan statip dan
rambu-rambunya, theodolit lengkap dengan statip dan rambu-rambunya,
meteran, jalon, prisma dan alat bantu lainnya sesuai dengan intruksi Direksi.
d. Cara pengukuran ketetapan hasil pengukuran, toleransi, dan pembuatan
serta pemasangan patok bantu akan ditentukan oleh Direksi.
e. Ukuran-ukuran pokok dari pekerjaan adalah sesuai dengan yang tercantum
dalam gambar. Ukuran-ukuran yang tidak tercantum, tidak jelas atau saling
berbeda, harus segera dilaporkan kepada Pengawas Lapangan. Apabila
dianggap perlu, Direksi berhak memerintahkan kepada Kontraktor untuk
merubah ketinggian, letak atau ukuran suatu bagian pekerjaan.
f. Apabila timbul keragu-raguan dari pihak Kontraktor dalam menginterprestasi
angka-angka elevasi dalam gambar maka hal ini harus dilaporkan kepada
Direksi untuk dimintai penjelasannya.
g. Jika terdapat perbedaan antara gambar kerja dengan keadaan sebenarnya
di lapangannya, maka yang dilaksanakan adalah keputusan yang diberikan
oleh Direksi. Selanjutnya Kontraktor wajib melakukan penggambaran
kembali tapak proyek sesuai dengan keadaan sebenarnya di lapangan.
h. Pada keadaan di mana ada penyimpangan dari gambar rencana, Kontraktor
harus mengajukan 3 (tiga) lembar gambar penampang dari daerah yang
dipatok. Direksi akan membutuhkan tanda tangan persetujuan atau
pendapat/revisi pada satu lembar gambar tersebut dan mengembalikan
kepada Kontraktor. Setelah diperbaiki, Kontraktor harus mengajukan kembali
gambar yang oleh Direksi diminta untuk direvisi.Gambar tersebut harus
digambar kembali ke atas kertas kertas kalkir dan setelah disetujui oleh
Direksi, maka Kontraktor akan menyerahkan kepada Direksi gambar asli dan
3 (tiga) lembar hasil rekamannya.
i. Apabila terdapat kesalahan dalam pengukuran kembali, maka pengukuran
ulang menjadi tanggung jawab Kontraktor. Kontraktor bertanggung jawab
penuh atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan menurut peil-peil dan ukuran
dalam gambar dan uraian/isyarat-isyarat pelaksanaan itu.
j. Pembuatan dan Pemasangan papan dasar pelaksanaan (bouwplank)
termasuk pekerjaan Kontraktor dan harus dibuat dari kayu jenis meranti
kelas II yang tidak berubah oleh cuaca. Pemasangan harus kuat dan
permukaan atasnya rata dan sifatnya datar (waterpass).
k. Semua ketetapan pekerjaan pengukuran, baik ukuran panjang maupun sudut
harus terjamin kebenarannya. Pengukuran sudut siku-siku dengan prisma
atau benang hanya dibenarkan untuk bagian-bagian kecil dari pekerjaan dan
mendapat persetujuan Direksi. Kekeliruan dari hasil pengukuran,
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
10
A 2 PEKERJAAN TANAH
2.1. Uraian umum
a.Yang dimaksud pekerjaan galian disini adalah pekerjaan galian untuk
pondasi struktur atau pondasi pasangan batu. Jenis galian terdiri dari
galian tanah, galian berbatu (diameter batuan tidak melebihi 80 cm) dan
galian batu (diameter batuan melebihi 80 cm) dengan ukuran galian dibuat
sesuai gambar rencana atau sesuai petunjuk Pengawas Lapangan/Direksi
Teknis.
b.Yang dimaksud pekerjaan urugan adalah pekerjaan penimbunan disertai
dengan pemadatan, baik menggunakan material tanah yang diperoleh
dari sumber diluar maupun dari material tanah hasil galian, pasir urug
maupun tanah batuan yang memenuhi persyaratan untuk bahan urugan.
Urugan tanah digunakan untuk menimbun kembali bekas galian tanah pondasi
atau perataan tanah. Urugan dengan menggunakan pasir urug digunakan
untuk dasar galian pondasi dan dibawah lantai kerja atau beton rabat. Tebal
urugan sesuai dengan gambar rencana. Dimana dalam penimbunan dengan
pemadatan menggunakan alat pemadat, dilakukan dengan ketebalan lapisan
setiap 30 cm dan disertai penyiraman
2.2. Bahan/material
a. Hasil dari galian berupa sampah atau bongkahan yang tidak memenuhi
syarat untuk digunakan sebagai bahan timbunan hendaknya segera
disingkirkan dari lokasi kerja agar tidak mengganggu.
b. Bahan urugan berupa tanah, tanah batuan dan pasir urug harus dipilih
dari bekas galian setempat atau sumber-sumber pengadaan yang disetujui
Pengawas/Direksi Teknis, bebas dari bahan organik/anorganik. Semua
material urugan harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
Pengawas/DireksiTeknis.
c. Bahan urugan sebelum pelaksanaan pengurugan harus disiapkan di
lokasi pekerjaan dan telah mendapat persetujuan dari Pengawas/Direksi
Teknis. Lokasi penempatan diatur sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu area kerja, bebas dari kotoran dan air, tapi juga dekat dengan
rencana penghamparan atau pada tempat yang telah ditentukan
Pengawas/Direksi Teknis.
d. Bahan urugan yang tidak diterima / ditolak oleh Pengawas/Direksi
Teknis, segera dipindahkan dari lokasi dan diganti dengan bahan yang
memenuhi persyaratan.
2.3. Pelaksanaan pekerjaan
a. Tentukan titik / posisi daerah galian dengan pengukuran yang
cermat, sesuaikan dengan gambar rencana kemudian dibuat patok-patok /
bowplank. Patok harus dipasang kuat dengan jarak yang cukup dari rencana
galian, sehingga tidak akan terganggu atau berubah selama pelaksanaan.
Patok tersebut juga sebagai acuan penentuan peil galian atau urugan.
b. Pekerjaan galian baru bisa dilakukan setelah mendapat
persetujuan Pengawas/Direksi Teknis. Ukuran / dimensi galian disesuaikan
dengan gambar rencana atau perintah Direksi.
c. Material hasil galian yang tidak dapat digunakan sebagai bahan urugan
segera dipindahkan dari lokasi pekerjaan atau ditimbun pada tempat
sementara yang diijinkan oleh Pengawas/Direksi Teknis.
11
d. Jika terjadi kesalahan posisi galian dan sudah terlanjur digali, maka
Penyedia harus segera menimbun kembali lubang tersebut dan dipadatkan
seperti semula.
e. Pemadatan dilaksanakan dengan menggunakan alat pemadat bergetar
dan material harus terlebih dahulu dihampar merata. Ditimbris dan disiram air
secukupnya agar diperoleh hasil pemadatan maksimum.
2.4. Pengendalian mutu
Bila diminta oleh Direksi, Penyedia harus bersedia melakukan test terhadap
bahan urugan yang digunakan untuk mengetahui apakah bahan tersebut
memenuhi persyaratan spesifikasi. Test dapat dilakukan dengan uji
Laboratorium atau uji pengendalian di lapangan.
2.5. Cara pengukuran pekerjaan
a. Pengukuran galian diukur dalam jumlah meter kubik volume galian
yang dihitung dari potongan melintang yang ada dalam gambar rencana
atau diukur di lapangan.
b. Untuk pengukuran pekerjaan timbunan diukur dalam jumlah meter
kubik volume urugan yang dihitung dari potongan melintang gambar rencana
dimana ketebalan urugan dkalikan luas urugan atau diukur di lapangan.
Urugan di luar batas lapangan pekerjaan tidak boleh di masukkan
kedalam pengukuran urugan.
2.6. Dasar pembayaran
Volume galian dan urugan yang diukur akan dibayar per satuan pengukuran
harga- harga yang bersangkutan yang dimasukkan dalam daftar penawaran.
Biaya-biaya lain seperti pengangkutan, pemadatan, pengujian bahan sudah
dikompensasi dalam harga satuan daftar penawaran dan tidak ada item
pembayaran tersendiri.
Uraian Satuan
Pembayaran
Galian Tanah Meter kubik
Galian Berbatu Meter kubik
Galian Batuan Meter kubik
Urugan Tanah Meter kubik
Urugan Tanah Pasir Batu Meter kubik
3.1.1 Umum
Analisa Harga Satuan Pekerjaan Batu dan Pasangan Batu dalam Dokumen
Penawaran Kontraktor harus sudah memasukkan harga satuan untuk material,
pekerja dan alat. Pekerjaan Batu dan Pasangan Batu meliputi :
a. Pasangan Batu
b. Pasangan Batu Pecah (Stone Pitching)
Material batu yang digunakan adalah batu yang kokoh, tidak retak/patah, tidak
mengandung bijih besi tanah dan pasir. Semua material yang akan digunakan
untuk Pekerjaan Batu dan Pasangan Batu harus diperiksa dan mendapat
persetujuan Engineer.
12
3.1.2 Pasangan Batu
a. Cakupan Pekerjaan
Semua pasangan batu harus dilaksanakan menurut persyaratan ini dan untuk
semua pekerjaan yang berhubungan dengan hal ini dan yang mungkin diminta
oleh direksi, harus terdiri dari bahan-bahan yang ditentukan dan harus dicampur
dengan perbandingan yang tepat, di bentuk dan dipasang sesuai dengan
persyaratan dan ketentuan yang tersebut dalam pasal ini. Persyaratan dan
ketentuan ini harus diterapkan untuk semua pekerjaan batu kecuali bila dirubah
secara khusus oleh Direksi untuk bagian pekerjaan tertentu. Standar yang
digunakan untuk Pekerjaan Batu dan Pasangan Batu adalah :
a. Material yang digunakan adalah N.I 13 (Batu Belah)
b. PUBI – 1982 (Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia)
c. Kriteria Perencanaan Irigasi (untuk beberapa jenis pekerjaan)
b. Semen
Semen yang digunakan harus dipilih dari salah satu PC (Portland Cement)
dengan label SNI Kecuali atas seijin Direksi Teknis/Pengawas, semen yang
digunakan pada pekerjaan harus diperoleh dari satu sumber pabrik.
c. Pasir
Agregat halus terdiri dari pasir alam atau bagian halus dari batu atau kerikil
pecah, bergradasi baik dari kasar sampai halus dengan hampir seluruh
partikel lolos saringan 4,75 mm, dan bahan yang lolos saringan 0,75 mm (#200)
sebanyak 3%. Agregat halus/pasir harus bebas dari sejumlah cacat kotoran
organik, anorganik dan tanah.
d. Air
Air yang digunakan dalam menyiapkan adukan mortar harus tidak mengandung
sejumlah bahan-bahan yang tidak dapat merusak seperti lumpur, bahan-bahan
organis, alkali, garam-garam dan bahan lain yang tidak dikehendaki. Air tersebut
akan diperiksa dan disetujui oleh Engineer serta sesuai dengan Bab VI
(Pekerjaan Beton).
e. Susunan Spesi / adukan
Adukan mortar untuk semua pasangan batu kecuali ditentukan lain terdiri dari
yaitu:
a. Pasangan dengan mortar jenis PC-PP tipe N 5,2 Mpa (1 : 4)
b. Volume air digunakan secukupnya agar menghasilkan konsistensi yang tepat untuk
penggunaan yang dimaksud. Kompensasi campuran adukan mortar untuk bagian
tertentu harus sesuai dengan gambar atau yang ditentukan oleh Engineer.
f. Mencampur Adukan Mortar
Cara dan alat yang digunakan untuk mencampur adukan mortar harus
sedemikian rupa sehingga dapat menentukan dengan teliti serta mengontrol
jumlah tiap bahan secara terpisah yang akan diaduk dan harus mendapat
persetujuan Engineer. Bila dipergunakan mesin pengaduk harus disesuaikan
dengan rencana kerja, begitu juga dengan lama pengadukan, sesudah semua
bahan berada di dalamnya tidak boleh kurang dari 2 (dua) menit kecuali bila
airnya sudah cukup. Banyaknya adukan yang dicampur air hendaknya
secukupnya saja sesuai yang akan segera digunakan, dan semua adukan yang
13
tidak digunakan dalam 30 menit sesudah pemberian air harus dibuang.
Pencairan ulang adukan mortar yang sudah mengeras tidak diijinkan. Bak dan
ember-ember adukan harus selalu dibersihkan dan dicuci pada akhir pekerjaan
tiap hari kerja.
g. Pemasangan
Semua batu yang digunakan dalam pasangan batu harus betul-betul bersih
sebelum dipasang dan harus disetujui oleh Engineer. Batu-batu tidak boleh
dipasang selama hujan cukup lebat atau cukup lama agar adukan tidak larut dari
pasangan. Adukan yang sudah dihamparkan dan meleleh karena air hujan
harus dibuang dan diganti sebelum pekerjaan dilanjutkan. Sebelum pasangan
batu betul-betul mengeras, tidak diperbolehkan adanya kegiatan pekerjaan lain
di atasnya.
Semua batu yang digunakan dalam pasangan batu dengan sambungan adukan
harus dibasahi dengan air antara tiga sampai empat jam sebelum dipergunakan
dengan suatu cara yang menjamin bahwa batu benar-benar akan basah
seluruhnya dan merata.
Jarak antar batu dalam spesi sekitar 10 mm ~ 50 mm, dan tidak boleh terjadi
persinggungan antar batu. Ukuran dan distribusi batu dalam pasangan batu
harus dikontrol sedemikian sehingga spesi yang diisikan dalam rongga antar
batu dapat seminimal mungkin volumenya.
14
Kecuali ditentukan lain dalam Gambar Rencana atau oleh Engineer, Pasangan
Batu harus disiar dan diaci.
A. Pekerjaan Plesteran
Plesteran dikerjakan dengan campuran 1 Pc dan 3 Pasir yang dicampur
sedemikian rupa sehingga menghasilkan kekuatan tekan 12,5 MPa (dg
mortar jenis PC-PP tipe S) dengan ketebalan rata-rata 1,0 cm.
Sebelum plesteran dimulai, permukaan pasangan dibersihkan dan
dibasahi dulu dengan air.
Pencampuran bahan dikerjakan sebagaimana halnya pada pekerjaan
pasangan.
Plesteran harus memberikan permukaan yang rata, padat, dan pada
sudut-sudut lurus, memberikan hasil yang rapi.
Pasangan-pasangan yang kemudian ditimbuni tanah, terlebih dahulu
harus diplester kasar (brapen)
Plesteran yang belum mengeras harus dilindungi dari hujan.
B. Pekerjaan Siaran
Mortar untuk siaran berupa campuran 1 PC dan 2 Pasir lolos saringan
No. 8 yang dicampur dengan perbandingan tertentu untuk menghasilkan
kekuatan tekan 17,2 Mpa (dg mortar jenis PC-PP tipe M) dengan
permukaan siaran diaci, pekerjaan siaran dapat dibagi atas :
Siar tenggelam (masuk ke dalam 1 cm)
Siar rata (rata dengan muka batu)
Siar timbul (timbul dengan tebal 1 cm, lebar 2 cm)
Siaran dilakukan pada setiap celah batu satu dengan lainnya pada bidang
muka pasangan.
Sebelum disiar bidang muka pasangan harus dibasahi dulu dan
dibersihkan dari kotoran yang melekat pada pasangan.
Pencampuran spesi dikerjakan sebagaimana halnya pada pencampuran
spesi pada pekerjaan pasangan.
Siaran yang belum mengeras harus dilindungi dari hujan.
3.1.4 Lubang Drainase
Dinding pasangan batu yang dipasang harus diberi lubang drainase dengan
ketentuan 1 (satu) lubang tiap 4 (empat) meter persegi tampak muka bangunan
seperti ditunjukkan dalam gambar atau sesuai arahan Engineer. Pipa PVC yang
digunakan adalah diameter 50 mm.
3.1.5 Timbunan tanah dan Drainasi Layer (bedding)
Dilakukan sesuai dengan garis, elevasi dan dimensi seperti yang ditunjukkan
pada Gambar Kerja atau sesuai dengan arahan dari Engineer. Material
timbunan yang akan diisikan dan metode pemadatan yang dilakukan juga harus
sesuai dengan penjelasan pada Bab 9 tentang Bronjong Batu atau dengan
arahan dari Engineer.
Kecuali bila tidak terdapat dalam Gambar Kerja, Antara material timbunan tanah
(backfill) dengan Dinding Penahan tanah, dinding dan dasar saluran, dan
pasangan batu pelindung slope harus di beri bedding dan atau drainasi
15
memanjang berupa kerikil dengan ketebalan minimum 150 mm. Pemasangan
bedding dengan mengikuti ketentuan:
(1) Antara random backfill atau impervious backfill dengan pasangan batu:
dipasang lapisan dengan urutan back fill – fine – coarse – Pasangan batu.
(2) Antara Timbunan tanah bebas dengan pasangan batu, dipasang lapisan
dengan susunan backfill – coarse – Pasangan batu.
(3) Antara galian tanah berbatuan lunak dengan pasangan batu, dipasang
lapisan dengan susunan galian tanah berbatuan lunak – fine – coarse –
Pasangan batu.
(4) Antara galian batuan lunak sampai batuan keras dengan pasangan batu,
dipasang dengan urutan galian batuan lunak sampai batuan keras –coarse
– Pasangan batu.
Untuk dinding saluran dan lantai beton bangunan air, drainasi atau bedding
harus dibuat sesuai dengan Gambar Kerja atau sesuai dengan arahan Engineer.
Bila disetujui oleh Engineer, geotekstil sintetis dapat digunakan sebagai
pengganti lapisan fine . Biaya penggantian ini menjadi tanggung jawab
Kontraktor. Tipe, ketebalan dan karakteristik geotekstil yang akan dipakai harus
mendapat persetujuan Engineer dan pemasangannya harus benar-benar
mengikuti petunjuk dari industri pembuatnya. Ijuk dan bahan alam lain tidak
boleh digunakan sebagai pengganti geotekstil tanpa persetujuan dari Engineer.
3.1.6 Perawatan
Semua pasangan batu atau pasangan batu kosong termasuk pekerjaan siaran
harus dirawat dengan air atau cara-cara lain yang harus diterima dan disetujui
Engineer. Bila perawatan dilaksanakan dengan air, pasangan-pasangan batu
harus tetap dijaga agar tetap basah minimum 14 hari kecuali bila ditentukan lain,
misalnya ditutup dengan bahan yang direndam air atau dengan pipa-pipa alat
pengiram, atau cara-cara lain yang disetujui, untuk tetap menjaga semua
permukaan selalu basah. Air yang dipakai untuk perawatan harus memenuhi
ketentuan-ketentuan persyaratan untuk air.
3.1.7 Perbaikan Pasangan Batu
Bila sesudah penyelesaian suatu pekerjaan pasangan batu, pasangan berada di
luar garis ketentuan atau ternyata tidak rata dan atau tidak sesuai dengan garis-
garis dan tingkatan sesuai pada gambar, maka pasangan tersebut harus
dibongkar dan diganti atas biaya Kontraktor kecuali bila Engineer mengijinkan
secara tertulis, untuk menambal atau mengganti bagian yang rusak atas
persetujuan Direksi.
16
(2) Pengukuran plesteran untuk pembayaran akan dilaksanakan dalam satuan
luasan m2 sesuai dengan garis dan dimensi seperti pada gambar atau
ditentukan oleh Direksi secara tertulis.
(3) Pengukuran pasangan batu candi dan stil Bali untuk pembayaran akan
dilaksanakan terpisah dan ditentukan oleh Direksi secara tertulis
berdasarkan klausul pekerjaan tambahan.
(4) Pengukuran untuk pembayaran pekerjaan batu kosong dilaksanakan
menurut garis luar pasangan tersebut termasuk lapisan dasar berdasarkan
tebal pasangan dan lapisan dasar seperti yang ditunjukkan pada gambar-
gambar atau ditentukan oleh Direksi.
Harga satuan Pasangan Batu pada penawaran sudah harus mencakup biaya
untuk air, semen, pasir, pengangkutan, penyiapan untuk pemasangan,
perawatan, perlindungan, penyelesaian dan perbaikan permukaan pasangan
dan semua pekerjaan lainnya termasuk perencanaan drainasi, serta prosedur-
prosedur serta ketentuan yang diperlukan untuk menyelesaikan pasangan batu
sesuai dengan persyaratan ini.
Pembayaran untuk pasangan batu kosong akan dilaksanakan menurut harga
satuan per meter kubik dan harus merupakan biaya keseluruhan untuk
menyelesaikan pekerjaan menurut spesifikasi ini, pada gambar-gambar
pasangan batu kosong, serta harus meliputi biaya penyelesaian dan
pemasangan lapisan dasar.
A.3.2.1 UMUM
1) Uraian
a) Yang dimaksud dengan beton adalah campuran antara semen portland
atau semen hidraulik yang setara, agregat halus, agregat kasar, dan air
dengan atau tanpa bahan tambahanmembentuk massa padat.
b) Pekerjaan yang diatur dalam seksi ini harus mencakup pelaksanaan
seluruh struktur beton bertulang, beton tanpa tulangan, beton prategang,
beton pracetak dan beton untuk struktur baja komposit, sesuai dengan
spesifikasi dan gambar rencana atau sebagaimana yang disetujui oleh
Direksi Pekerjaan.
c) Pekerjaan ini harus pula mencakup penyiapan tempat kerja untuk
pengecoran beton, pengadaan perawatan beton, lantai kerja dan
pemeliharaan fondasi seperti pemompaan atau tindakan lain untuk
mempertahankan agar fondasi tetap kering.
d) Mutu beton yang digunakan pada masing-masing bagian dari pekerjaan
dalam kontrak harus seperti yang ditunjukkan dalam gambar rencana atau
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Mutu beton yang
digunakan dalam kontrak ini dibagi sebagai berikut:
17
Jenis fc’ bk’
(Kg/cm2) Uraian
Beton (MPa)
Umumnya digunakan untuk
beton prategang seperti tiang
Mutu
45 K500 pancang
tinggi beton prategang, gelagar beton
prategang, pelat beton
prategang dan sejenisnya.
Umumnya digunakan untuk
beton bertulang seperti
pelat lantai
Mutu 20 ≤ x < K250 ≤ x < jembatan, gelagar beton
sedang 45 K500 bertulang, diafragma, kereb
beton pracetak, gorong-gorong
beton bertulang, bangunan
bawah jembatan, perkerasan
beton semen
Umumya digunakan
untuk
15 ≤ x < K175 ≤ x < struktur beton tanpa tulangan
20 K250 seperti beton siklop, trotoar dan
Mutu
rendah pasangan batu kosong yang diisi
adukan, pasangan batu.
Digunakan sebagai lantai
10 ≤ x < K125 ≤ x <
kerja, penimbunan kembali
15 K175
dengan beton.
2) Standar Rujukan
c) Campuran Percobaan
d) Penyedia Jasa harus mengirim Gambar detil untuk seluruh perancah yang
akan digunakan, dan harus memperoleh persetujuan dari Direksi Pekerjaan
sebelum setiap pekerjaan perancah dimulai.
Penyedia Jasa harus menjaga temperatur semua bahan, terutama agregat kasar,
dengan temperatur pada tingkat yang serendah mungkin dan harus dijaga
agar selalu di bawah 30oC sepanjang waktu pengecoran. Sebagai tambahan,
Penyedia Jasa tidak boleh melakukan pengecoran bilamana :
a) Tingkat penguapan melampaui 1,0 kg/m2/jamsesuai dengan petunjuk
Gambar 1.
b) Lengas nisbi dari udara kurang dari 40 %.
c) Tidak diijinkan oleh Direksi Pekerjaan, selama turun hujan atau bila udara
penuh debu atau tercemar.
20
Gambar 1. Diagram Penentuan Tingkat Penguapan Air Rata-rata
b) Bilamana terjadi perbedaan pendapat dalam mutu pekerjaan beton atau adanya
keraguan dari data pengujian yang ada, Direksi Pekerjaan dapat meminta
Penyedia Jasa melakukan pengujian tambahan yang diperlukan untuk
menjamin bahwa mutu pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat dinilai dengan
adil. Biaya pengujian tambahan tersebut haruslah menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa.
c) Perbaikan atas pekerjaan beton yang retak atau bergeser yang diakibatkan oleh
kelalaian Penyedia Jasa merupakan tanggung jawab Penyedia Jasa dan harus
dilakukan dengan biaya sendiri. Penyedia Jasa tidak bertanggung jawab atas
kerusakan yang timbul berasal dari bencana alam yang tidak dapat dihindarkan,
asalkan pekerjaan yang rusak tersebut telah diterima dan dinyatakan oleh
Direksi Pekerjaan secara tertulis telah selesai.
21
A.3.2.2 BAHAN
1) Semen
2) Air
3) Agregat
22
Tabel 2. Ketentuan Gradasi Agregat
Kasar
Inci Standar
HalusUkuran Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran
(in) (mm)
maksimu maksimum maksimu maksimu maksimu
2 50,8 - m
100 25- m- m- m-
1½ 38,1 - 37,5 mm
95 -100 mm100 19 mm- 12,5- mm 10 mm
-
1 25,4 - - 95 – 100 100 -
¾ 19 - 35 - 70 - 90 - 100 100
½ 12,7 - - 25 – 60 - 90 - 100 100
3/8 9,5 100 10 - 30 - 20 - 55 40 - 70 95 - 100
#4 4,75 95 – 100 0-5 0 -10 0 - 10 0 - 15 30 - 65
#8 2,36 80 – 100 - 0-5 0-5 0-5 20 - 50
#16 1,18 50 – 85 - - - - 15 - 40
# 50 0,300 10 – 30 - - - - 5 - 15
# 100 0,150 2 – 10 - - - - 0-8
b) Sifat-sifat Agregat
(1) Agregat yang digunakan harus bersih, keras, kuat yang
diperoleh dari pemecahan batu atau koral, atau dari
penyaringan dan pencucian (jika perlu) kerikil dan pasir sungai.
(2) Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang
ditunjukkan oleh pengujian SNI 03-2816-1992 tentang Metode
pengujian kotoran organik dalam pasir untuk campuran mortar dan
beton, dan harus memenuhi sifat- sifat lainnya yang diberikan dalam
Tabel 3 bila contoh-contoh diambil dan diuji sesuai dengan prosedur
yang berhubungan.
23
(4) Bahan tambah yang digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan
kinerja beton dapat berupa bahan kimia, bahan mineral atau hasil
limbah yang berupa serbuk pozzolanik sebagai bahan pengisi pori
dalam campuran beton.
a) Bahan kimia
Bahan tambahan yang berupa bahan kimia ditambahkan
dalam campuran beton dalam jumlah tidak lebih dari 5% berat
semen selama proses pengadukan atau selama pelaksanaan
pengadukan tambahan dalam pengecoran beton. Ketentuan
mengenai bahan tambahan ini harus mengacu pada SNI 03-2495-
1991.
b) Mineral
Mineral yang berupa bahan tambahan atau bahan limbah dapat
berbentuk abu terbang (fly ash), pozzolan, mikro silica atau
silica fume. Apabila digunakan bahan tambahan berupa abu
terbang, maka bahan tersebut harus sesuai dengan standar
spesifikasi yang ditentukan dalam SNI 03-2460-1991 tentang
Spesifikasi abu terbang sebagai bahan tambahan untuk
campuran beton.
24
Penggunaan jenis bahan tambahanmineral untuk maksud apapun
harus berdasarkan hasil pengujian laboratorium yang menyatakan
bahwa hasilnya sesuai dengan persyaratan dan disetujui oleh
Direksi Pekerjaan.
2) Penyesuaian Campuran
b) Penyesuaian Kekuatan
Bilamana beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan, atas
persetujuan Direksi Pekerjaan kadar semen dapat ditingkatkan asalkan
tidak melebihi batas kadar semen maksimum karena pertimbangan
panas hidrasi. Cara lain dapat juga dengan menurunkan rasio air/semen
dengan pemakaian bahan tambahan jenis plasticizer yang berfungsi
untuk meningkatkan kinerja kelecakan adukan beton tanpa menambah air
atau mengurangi penggunaan air dalam campuran beton tanpa
mengurangi kelecakan adukan beton.
d) Bahan Tambahan
Bila untuk penyesuaian campuran perlu menggunakan bahan tambahan,
maka dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan poin A.3.2.3).b).(4)
dan mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
25
3) Penakaran Bahan
b) Untuk mutu beton fc’>15 Mpa atau K250 seluruh komponen bahan beton
harus ditakar menurut berat. Untuk mutu beton fc’< 20 MPa atau K250
diizinkan ditakar menurut volume sesuai SNI 03-3976-1995.
Halus
Halus
Kasar Sedang
Kasar Sedang
4) Pencampuran
b) Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan alat
ukur yang akurat untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang
digunakan dalam setiap penakaran.
26
d) Waktu pencampuran harus diukur pada saat air mulai dimasukkan ke
dalam campuran bahan kering. Seluruh air yang diperlukan harus
dimasukkan sebelum waktu pencampuran telah berlangsung
seperempat bagian. Waktu pencampuran untuk mesin berkapasitas ¾ m3
atau kurang haruslah 1,5 menit; untuk mesin yang lebih besar waktu harus
ditingkatkan 15 detik untuk tiap penambahan 0,5 m3.
c) Seluruh pekerjaan beton harus dijaga agar senatiasa kering dan beton
tidak boleh dicor di atas tanah yang berlumpur atau bersampah atau di
dalam air. Atas persetujuan Direksi beton dapat dicor di dalam air dengan
cara dan peralatan khusus untuk menutup kebocoran seperti pada
dasar sumuran atau cofferdam.
2) Acuan
b) Acuan yang dibuat dapat dari kayu atau baja dengan sambungan dari
adukan yang kedap dan kaku untuk mempertahankan posisi yang diperlukan
selama pengecoran, pemadatan dan perawatan.
27
c) Kayu yang tidak diserut permukaannya dapat digunakan untuk
permukaan akhir struktur yang tidak terekspos, tetapi kayu yang diserut
dengan tebal yang merata harus digunakan untuk permukaan beton yang
terekspos. Seluruh sudut-sudut tajam Acuan harus dibulatkan.
3) Pengecoran
d) Tidak ada campuran beton yang boleh digunakan bilamana beton tidak dicor
sampai posisi akhir dalam cetakan dalam waktu 1 jam setelah pencampuran,
atau dalam waktu yang lebih pendek sebagaimana yang dapat diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan berdasarkan pengamatan karakteristik waktu
pengerasan (setting time) semen yang digunakan,kecuali diberikan bahan
tambahan (aditif) untuk memperlambat proses pengerasan (retarder) yang
disetujui oleh Direksi.
g) Bilamana beton dicor ke dalam acuan struktur yang memiliki bentuk yang
rumit dan penulangan yang rapat, maka beton harus dicor dalam lapisan-
lapisan horisontal dengan tebal tidak melampuai 15 cm. Untuk dinding beton,
tinggi pengecoran dapat 30 cm menerus sepanjang seluruh keliling struktur.
h) Beton tidak boleh jatuh bebas ke dalam cetakan dengan ketinggian lebih dari
150 cm. Beton tidak boleh dicor langsung dalam air.
28
i) Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa hingga
campuran beton yang telah dicor masih plastis sehingga dapat menyatu
dengan campuran beton yang baru.
j) Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton yang akan
dicor, harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan- bahan yang
lepas dan rapuh dan telah disiram dengan air hingga jenuh. Sesaat sebelum
pengecoran beton baru ini, bidang-bidang kontak beton lama harus disapu
dengan adukan semen dengan campuran yang sesuai dengan betonnya
k) Air tidak boleh dialirkan di atas atau dinaikkan ke permukaan pekerjaan beton
dalam waktu 24 jam setelah pengecoran.
5) Pemadatan
a) Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari luar
yang telah disetujui. Bilamana diperlukan, dan bilamana disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, penggetaran harus disertai penusukan secara manual dengan
alat yang cocok untuk menjamin pemadatan yang tepat dan memadai.
Penggetar tidak boleh digunakan untuk memindahkan campuran beton dari
satu titik ke titik lain di dalam cetakan.
29
b) Harus dilakukan tindakan hati-hati pada waktu pemadatan untuk
menentukan bahwa semua sudut dan di antara dan sekitar besi
tulangan benar-benar diisi tanpa pemindahan kerangka penulangan, dan
setiap rongga udara dan gelembung udara terisi.
c) Penggetar harus dibatasi waktu penggunaannya, sehingga menghasilkan
pemadatan yang diperlukan tanpa menyebabkan terjadinya segregasi pada
agregat.
d) Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan
sekurang-kurangnya 5000 putaran per menit dengan berat efektif 0,25
kg, dan boleh diletakkan di atas acuan supaya dapat menghasilkan getaran
yang merata.
e) Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam harus dari jenis
pulsating (berdenyut) dan harus mampu menghasilkan sekurang- kurangnya
5000 putaran per menit apabila digunakan pada beton yang mempunyai
slump 2,5 cm atau kurang, dengan radius daerah penggetaran tidak kurang
dari 45 cm.
f) Setiap alat penggetar mekanis dari dalam harus dimasukkan ke dalam
beton basah secara vertikal sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi
sampai ke dasar beton yang baru dicor, dan menghasilkan kepadatan pada
seluruh kedalaman pada bagian tersebut. Alat penggetar kemudian harus
ditarik pelan-pelan dan dimasukkan kembali pada posisi lain tidak lebih dari
45 cm jaraknya. Alat penggetar tidak boleh berada pada suatu titik lebih
dari 30 detik, juga tidak boleh digunakan untuk memindah campuran
beton ke lokasi lain, serta tidak boleh menyentuh tulangan beton.
g) Jumlah minimum alat penggetar mekanis dari dalam diberikan dalam Tabel
4.
1) Pembongkaran Acuan
a) Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang
tipis dan struktur yang sejenis lebih awal 30 jam setelah pengecoran
beton. Cetakan yang ditopang oleh perancah di bawah pelat, balok,
gelegar, atau struktur busur, tidak boleh dibongkar hingga pengujian
menunjukkan bahwa paling sedikit 85 % dari kekuatan rancangan
beton telah dicapai.
b) Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang digunakan untuk
pekerjaan ornamen, sandaran (railing), dinding pemisah (parapet), dan
permukaan vertikal yang terekspos harus dibongkar dalam waktu
paling sedikit 9 jam setelah pengecoran dan tidak lebih dari 30 jam,
tergantung pada keadaan cuaca.
30
2) Permukaan (Pengerjaan Akhir Biasa)
Beton dirawat dengan uap untuk maksud mendapatkan kekuatan yang tinggi
pada permulaannya.Bahan tambahan (aditif) tidak diperkenankan untuk
dipakai dalam hal ini kecuali atas persetujuan Direksi Pekerjaan. Perawatan
dengan uap harus dikerjakan secara menerus sampai waktu dimana beton
telah mencapai 70 % dari kekuatan rancangan beton berumur 28 hari atau
setelah beton mencapai kekuatan minimum yang disyaratkan. Perawatan
dengan uap untuk beton harus mengikuti ketentuan di bawah ini:
a) Tekanan uap pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh
melebihi tekanan di luar.
b) Temperatur pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh
melebihi 380C selama sampai 2 jam sesudah pengecoran selesai,
dan kemudian temperatur dinaikkan berangsur-angsur sehingga
mencapai 65 0C dengan kenaikan temperatur maksimum 14 0C / jam
secara ber-sama-sama.
c) Beda temperatur yang diukur di antara dua tempat di dalam ruang
uap tidak boleh melampaui 5,50C.
d) Penurunan temperatur selama pendinginan tidak boleh lebih dari 11
0C per jam.
32
A.3.2.6. PENGENDALIAN MUTU DI LAPANGAN
1) Penerimaan Bahan
Bahan yang diterima (air, semen, agregat dan bahan tambahanbila
diperlukan) harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan
mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan
tersebut telah sesuai dengan hasil Job Mix Formula.
Apabila bahan-bahan yang dibutuhkan jumlahnya cukup banyak dengan
pengiriman yang terus menerus, maka dengan perintah Direksi Pekerjaan,
untuk agregat kasar dan agregat halus Penyedia Jasa harus melakukan
pengujian bahan secara berkala selama pelaksanaan dengan interval
maksimum 1000 m3 untuk gradasi dan maksimum 5000 m3 untuk abrasi,
sedangkan untuk bahan semen dengan interval setiap maksimum
pengiriman 300 ton. Tetapi apabila menurut Direksi Pekerjaan terdapat
indikasi perubahan mutu atau sifat bahan yang akan digunakan, maka
Penyedia Jasa harus segera melakukan pengujian bahan kembali sebelum
bahan tersebut digunakan.
2) Dasar Pembayaran
Kuantitas yang diterima dari berbagai mutu beton yang ditentukan
sebagaimana yang disyaratkan di atas, akan dibayar pada harga kontrak
untuk mata pembayaran dan menggunakan satuan pengukuran yang
ditunjukkan di bawah dan dalam daftar kuantitas.
Harga dan pembayaran harus merupakan kompensasi penuh untuk seluruh
penyediaan dan pemasangan seluruh bahan yang tidak dibayar dalam mata
pembayaran lain, termasuk "water stop", lubang sulingan, acuan, perancah
untuk pencampuran, pengecoran, pekerjaan akhir dan perawatan beton,
dan untuk semua biaya lainnya yang perlu dan lazim untuk penyelesaian
pekerjaan yang sebagaimana mestinya, yang diuraikan dalam seksi ini.
35