Вы находитесь на странице: 1из 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Neoplasma dari sistem moskuloskeletal terdapat berapa jenis .


Neoplasma tersebut mencakup tumor-tumor osteogenik, kondrogenik,
fibrogenik, otot dan sumsum tulang juga saraf, vaskular, dan tumor sel lemak.
Neoplasma tersebut dapat juga merupakan tumor primer atau tumor
metatastik merupakan kondisi yang umum dari pada tumor tulang primer
(Diane, 2000)
Sjamsuhidayat R (1997), membagi bahasan neoplasma pada system
muskuloskeletal menjadi dua, yaitu neoplasma jaringan lunak dan neoplasma
kerangka. Tumor tulang di luar tulang, kulit, dan sistem organ besar biasanya
disebut tumor ganas jaringan lunak dan bukan sarkoma, karena berbagai
tumor mesenkim dengan derajat keganasan rendah dan tumor dengan
penumbuhan infiltratif setempat juga termasuk dalam golongan ini.

Terdapat dua tipe tumor tulang (neoplasma) yaitu primer dan


metastasis. Tumor yang berasal dari tulang (primer) mencakup tumor yang
tidak berbahaya seperti osteoma, kondroma, tumor sel raksasa, kista dan
osteid osteoma. Tumor primer tumbuh dengan lambat, pada area terbatas, dan
jarang sekali meluas. Tumor primer yang ganas sangat jarang menyerang
orang dewasa dan jika menyerang, tumor ini mencangkup osteosarkoma dan
multiple myeloma (Reeves, 2001).
Doenges (2000), memakai istilah kanker untuk menggambarkan
gangguan pertumbuhan seluler, kanker merupakan kelompok penyakit dan
bukan hanya penyakit tunggal. Sarkoma merupakan kanker yang berasal dari
tulang, otot, atau jaringan penyambung.
Tumor ganas sering bermetastis sampai paru-paru selama tahap
awalnya. Osteosarkoma merupakan keganasan tulang yang utama, sering
ditemukan pada anak-anak dan remaja. Tumor tulang metastatik awalnya

1
terdapat di paru-paru, payudara, prostat, ginjal, ovary, atau tiroid. Insiden
osteosarkoma lebih banyak terjadi daripada tumor tulang primer dan memiliki
prognosis yang buruk. Karsinoma akan lebih sering bermetastatis ke tulang
daripada sarkoma.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi tumor tulang?
2. Apa etiologi, klasifikasi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan
penunjang, penatalaksanaan dari tumor tulang?
C. Tujuan
1. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui tentang tumor tulang
2. Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui tentang kanker tulang maligna dan benigna.
b. Untuk mengetahui perbedaan kanker tulang maligna dan benigna.

2
BAB II

PEMBAHASAN

I. Konsep Penyakit
A. Definisi
Tumor adalah pertumbuhan jaringan baru yang terus menerus
secara cepat dan pertumbuhannya tidak terkendali. Tumor dapat berasal
dari dalam tulang, jaringan, atau sel kartilago yang berhubungan dengan
epifisis atau dari unsur pembentuk darah yang terdapat pada sumsum
tulang (Suratun, 2008).
Tumor tulang merupakan pertumbuhan sel abnormal yang terjadi
pada tulang. Tumor ini dapat terjadi pada bagian tulang manapun yang
bermula pada sel normal yang berubah dan tumbuh tidak terkontrol
sehingga membentuk massa. Tumor tulang dapat bersifat jinak maupun
ganas (National Institutes of Health, 2012)
B. Etiologi

Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir


ini, penelitian menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh
yaitu C-Fos dapat meningkatkan kejadian tumor tulang. Radiasi sinar radio
aktif dosis tinggi, keturunan, beberapa kondisi tulang yang ada
sebelumnya seperti penyakit paget (akibat pajanan radiasi), (Smeltzer,
2001).
Meskipun tidak ada penyebab tumor tulang yang pasti, ada beberapa
factor yang berhubungan dan memungkinkan menjadi faktor penyebab
terjadinya tumor tulang yang meliputi:
1. Genetik
Beberapa kelainan genetik dikaitkan dengan terjadinya keganasan
tulang, misalnya sarcoma jaringan lunak atau soft tissue sarcoma (STS).
Dari data penelitian diduga mutasi genetic pada sel induk mesinkin dapat
menimbulkan sarcoma. Ada beberapa gen yang sudah diketahui

3
,mempunyai peranan dalam kejadian sarcoma, antara lain gen RB-1 dan
p53. Mutasi p53 mempunyai peranan yang jelas dalam terjadinya STS.
Gen lain yang juga diketahui mempunyai peranan adalah gen MDM-2
(Murine Double Minute 2). Gen ini dapat menghasilkan suatu protein
yang dapat mengikat pada gen p53 yang telah mutasi dan
menginaktivitas gen tersebut.
2. Radiasi.
Keganasan jaringan lunak dapat terjadi pada daerah tubuh yang
terpapar radiasi seperti pada klien karsinoma mamma dan limfoma
maligna yang mendapat radioterapi. Halperin dkk. Memperkirakan resiko
terjadinya sarcoma pada klien penyakit Hodgkin yang diradiasi adalah
0,9 %. Terjadinya keganasan jaringan lunak dan bone sarcoma akibat
pemaparan radiasi sudah diketahui sejak 1922. Walaupun jarang
ditemukan, prognosisnya buruk dan umumnya high grade.
Tumor yang sering ditemukan akibat radiasi adalah malignant
fibrous histiocytoma (MFH) dan angiosarkoma atau limfangiosarkoma.
Jarak waktu antara radiasi dan terjadinya sarcoma diperkirakan sekitar 11
tahun.
3. Bahan Kimia.
Bahan kimia seperti Dioxin dan Phenoxyherbicide diduga dapat
menimbulkan sarkoma, tetapi belum dapat dibuktikan. Pemaparan
terhadap torium dioksida (Thorotrast), suatu bahan kontras, dapat
menimbulkan angiosarkoma, pada hepar, selain itu, abses juga diduga
dapat menimbulkan mosotelioma, sedangkan polivilin klorida dapat
menyebabkan angiosarkoma hepatik.
4. Trauma
Sekitar 30 % kasus keganasan pada jaringan lunak mempunyai riwayat
trauma. Walaupun sarkoma kadang-kadang timbul pada jaringan
sikatriks lama, luka bakar, dan riwayat trauma, semua ini tidak pernah
dapat dibuktikan.
5. Limfedema kronis.

4
Limfedema akibat operasi atau radiasi dapat menimbulkan
limfangiosarkoma dan kasus limfangiosarkoma pada ekstremitas superior
ditemukan pada klien karsinoma mammae yang mendapat radioterapi
pasca-mastektomi.
6. Infeksi.
Keganasan pada jaringan lunak dan tulang dapat juga disebabkan
oleh infeksi parasit, yaitu filariasis. Pada klien limfedema kronis akibat
obstruksi, filariasis dapat menimbulkan limfangiosrakoma.

C. Klasifikasi
1. Tumor Jinak
a. Osteokondroma
Merupakan tumor tulang benigna yang paling sering, biasanya
terjadi sebagai tonjolan tulang besar pada ujung tulang
panjang(pada lutut atau tubuh). Terjadi selama pertumbuhan dan
kemudian menjadi massa tulang statis. Lapisan kartilago pada
osteokondroma dapat mengalami tramsformasi maligna setelah
trauma, dan dapat terjadi kondrosarkoma.
b. Enkondroma
Merupakan tumor tulang yang sering pada kartilago hialin yang
tumbuh di tangan, rusuk, femur, tibia, humerus atau pelvis.
Umumnya satu-satunya gejala adalah linu yang ringan . dapat
terjadi fraktur patologis.
c. Osteoid osteoma
Merupakan lesi tunggal disertai ras nyeri yang biasanya mengenai
femur atau tibia. Nyeri kemungkinan dapat berat, bertambah sakit
pada malam hari, dan akan berkurang bila diberi aspirin. Secara
histologis ‘nidus’ pusat dari jaringan fibrosa vaskuler yang
mengandung trabekula tulang yang dibentuk oleh osteoblast.
d. Osteoma

5
Merupakan suatu massa padat dari tulang yang abnormal, biasanya
pada sinus paranasal atau tulang tengkorak.
e. Kondroblastoma dan kondromiksoid fibroma
Merupakan tumor tulang panjang yang jarang ditemukan dengan
gambaran histologis yang jelas. Tumor ini sering mengenai femur,
tibia atau humerus pada usia penderita sekitar 10-30 tahun.
2. Tumor jinak local agresif atau rekuren
a. Tumor sel datia
Ditemukan sebanyak 5% dari keseluruhan neoplasma tulang dan
paling sering terjadi pada ujung akhir tulang panjang. Tumor
mungkin berasal dari sel mesenkim tanpa diferensiasi dalam
kerangka jaringan ikat dari tulang. Sel datia mudah dilihat dan
untuk alas an ini, tumor ini dikenal juga sebagai osteoklastoma
tetapi sel ini bukan komponen neoplastik. Tumor sel datia secara
histologis dapat dikacaukan dengan lesi tulang akibat
hiperparatiroidisme (penyakit von recklinghausen tulang) yang
osteoklasnya ditemukan banyak sekali.
b. Osteoblastoma
Merupakan tumor tunggal yang jarang ditemukan mengenai
vertebra dan pada keadaan yang lebih sedikit, tulang panjang
ekstremitas. Lesi sangat vaskuler dan menunjukkan aktivitas
osteoblastik yang tinggi. Tindakan operasi biasanya kerokan dapat
menyembuhkan
c. Kordoma
Tumbuh dari sisa-sisa notokordal, biasanya pada dasar tengkorak
kepala atau regio sakrum. Sel yang menyusun sering mempunyai
gambaran “gelembung” akibat dari vakuolasi sitoplasmik. Tumor
ini jarang metastatis, tetapi sering kembuh secara local.
d. Adamantinoma dan Ameloblastoma
Secara histologis merupakan tumor yang serupa. Ameloblastoma
mengenai rahang dan mempunyai kemampuan memproduksi

6
enamel gigi, sedangkan adamantinoma biasanya mengenai tibia
dan tidak memproduksi enamel. Gambaran histologisnya khas,
dengan pita dan tali sel yang berwarna gelap yang tersusun
mengelilingi stroma fibrosa vaskuler. Eksisi surgical yang adekuat
sering dapat nenyembuhkan.
3. Tumor ganas
a. Osteosarcoma
Tumor ganas yang agresif ini biasanya mengenai orang dewasa
muda yang sangat sering mengenai femur bagian distal, tibia
proksimal atau humerus. Tumor tumbuh dengan cepat dan sering
mengenai gambaran foto rontgen yang khas. Osteo sarcoma secara
histologis ditandai dengan osteoblast yang pleomorfik dan mitosis
aktif berhubungan dengan osteoid. Beberapa varian mempunyai
vaskularisasi yang berlebihan.
b. Kondrosarkoma
Berbeda dengan osteosarcoma, tumbuh perlahan dan tidak hanya
mengenai tulang panjang tetapi juga pelvis, iga dan vertebra.
Tumor ini mungkin berdiferensiasi baik dan dapat mirip dengan
kartilago normal
c. Fibrosarkoma dan histiositoma fibrosa maligna
Merupakan tumor ganas sel spindle dengan gambaran histologis
yang khas. Lesi ini mungkin timbul dari fibroblast dan bersama
sama mereka membentuk sebagian besar sarcoma jaringan lunak.
Juga terjadi sebagai lesi primer tulang, dengan tulang panjang dan
pelvis yang paling sering terkena.
d. Sarkoma ewing
Mengenai anak anak dan remaja ,tumor ini tersusun atas sel kecil,
pewarnaan gelap tanpa diferensiasi tempat asalnya yang tepat (
histogenesis) menjadi teka-teki bagi spesialis patologi untuk kurun
waktu beberapa tahun. Pria lebih sering terkena dibandingkan

7
wanita, serta tulang panjang, pelvis dan iga merupakan tulang yang
sering terkena.
4. Metastatis dan multiple mieloma
Tumor ganas tulang yang paling sering ialah tumor sekunder yang
berupa metastatis dari karsinoma tempat lain. Di eropa dan amerika
utara tumor primernya yang paling sering yaitu berasal dari bronkus
dan payudara. Sedangkan yang berasal dari karsinoma tiroid, prostat
dan ginjal lebih sedikit. Lesi tulang yang luas dan ekstensif juga
merupakan gambaran multiple meiloma. Sebagian besar deposit tumor
sekunder tulang menyebabkan kerusakan tulang (osteolisis), tetapi
beberapa, terutama yang berasal dari karsinoma prostat, merangsang
pembentukan tulang (osteoklerosis). Deposit sekunder pada tulang
merupakan penyebab utama hiperkalsemia pada penderita usia
pertengahan dan yang lebih tua.

D. Patofisiologi

Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi


oleh sel tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik
yaitu proses destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik
atau proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal. Pada
proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan
periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi, sehingga terjadi
pertumbuhan tulang yang abortif.

Kelainan congenital, genetic, gender / jenis kelamin, usia,


rangsangan fisik berulang, hormon, infeksi, gaya hidup, karsinogenik
(bahan kimia, virus, radiasi) dapat menimbulkan tumbuh atau
berkembangnya sel tumor. Sel tumor dapat bersifat benign (jinak) atau
bersifat malignant (ganas).

8
Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor
jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan
sehat sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut
pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh
karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan
dengan cara operasi.

Sel tumor pada tumor ganas (kanker) tumbuh cepat, sehingga tumor
ganas pada umumnya cepat menjadi besar. Sel tumor ganas tumbuh
menyusup ke jaringan sehat sekitarnya, sehingga dapat digambarkan
seperti kepiting dengan kaki-kakinya mencengkeram alat tubuh yang
terkena. Disamping itu sel kanker dapat membuat anak sebar (metastasis)
ke bagian alat tubuh lain yang jauh dari tempat asalnya melalui pembuluh
darah dan pembuluh getah bening dan tumbuh kanker baru di tempat lain.
Penyusupan sel kanker ke jaringan sehat pada alat tubuh lainnya dapat
merusak alat tubuh tersebut sehingga fungsi alat tersebut menjadi
terganggu.

Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel


yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan
biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang
bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh
(metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan
DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel,
dan fungsi lainnya (Tjakra, Ahmad. 1991).

Adapun siklus tumbuh sel kanker adalah membelah diri, membentuk


RNA, berdiferensiasi / proliferasi, membentuk DNA baru, duplikasi
kromosom sel, duplikasi DNA dari sel normal, menjalani fase mitosis, fase
istirahat (pada saat ini sel tidak melakukan pembelahan).

9
Genetik Radiasi Bahan Kimia Trauma Limfedema Infeksi
Kronis

Tumbuh dan berkembangnya sel tumor

Tumor

Menginvasi jaringan lunak

Respon osteolitik Respon osteoblastik

Terjadi Penimbunan
destruksi periosteum terbaru
tulang
Pertumbuhan tulang
Rongga sendi yang abortif
sempit, terjadi
erosi. Adanya massa pada
tulang

Nyeri akut Massa membesar

Dapat menjadi kanker Gangguan


Mobilitas Fisik
Menyerang
jaringan normal

Metastase

Ansietas Kematian

10
E. Manifestasi klinis
Tumor tulang dimanifestasikan dengan berbagai rangkaian masalah
terkait:
1. Asimtomatik atau nyeri (ringan,kadang-kadang sampai konstan, berat)
2. Berbagai derajat disabilitas terkadang, pertumbuhan jelas terlihat
3. Mungkin terjadi penurunan berat badan, kelemahan umum (malaise),
demam
4. Metastatis ke tulang belakang menyebabkan kompresi koda dan deficit
neurologis ( misalnya nyeri progresif, kelemahan, anormalistas gaya
berjalan, parestesia, paraplegia, retensi urin, kehilangan control
usus/kandung kemih)
F. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
a. Pada pemeriksaan laboratorium biasanya ditemukan kadar alkali
fosfatase serum meningkat (pada sarkom).

b. Tes darah rutin

Tes darah rutin disarankan. Jika ada penderitaan dari sumsum tulang
karena penyebaran kanker mungkin ada anemia, rendah sel darah putih
atau hitungan trombosit.

c. Tes darah biokimia

Darah biokimia tes mungkin menunjukkan peningkatan enzim yang


disebut basa phosphatise pada pasien dengan osteosarkoma

2. Radiologi
a. Sinar x tulang

Pemeriksaan Ini adalah yang paling umum dan paling efektif


biaya penyelidikan diberitahukan bila kondisi tulang yang dicurigai.
Pasien yang menyajikan ke dokter dengan fraktur mungkin memiliki
kanker tulang yang mendasari yang dapat diduga pada x ray. Jika sinar

11
x sugestif dari kanker tulang pasien disebut spesialis untuk lebih lanjut
evaluasi dan manajemen.

b. MRI scan

MRI scan adalah studi pencitraan lain yang menggunakan


medan magnet yang kuat dan gelombang radio untuk melihat tulang
dan organ tubuh. Ini mungkin disarankan untuk mendeteksi ukuran dan
penyebaran setiap kanker tumor dalam tulang.

c. CT scan

CT scan juga melibatkan mengambil serangkaian sinar-X yang


melihat ukuran dan tingkat penyebaran kanker. CT scan dada dapat
mengungkapkan penyebaran kanker tulang ke paru-paru.

3. Biopsi

Ini adalah metode yang paling pasti untuk mendeteksi kanker


tulang. Biopsi melibatkan mengambil sampel kecil dari daerah yang
terkena dampak dari tulang dan menodai dengan pewarna cocok pada slide
dan memeriksa sel sampel di bawah mikroskop di laboratorium.

Biopsi digunakan untuk mendeteksi jenis kanker, tahap atau kelas


kanker dan bagaimana agresif kanker adalah. Hal ini membantu dalam
perencanaan manajemen kanker dan juga membantu dalam meramalkan
hasil dari kanker.

Biopsi dari tulang dapat diambil oleh salah satu dari dua metode -
inti biopsi jarum atau biopsi terbuka. Biopsi jarum inti dilakukan setelah
menerapkan lokal atau umum anestesi. Tipis jarum dimasukkan ke dalam
tulang dan sampel jaringan akan dihapus.

Biopsi terbuka biasanya dilakukan di bawah anestesi umum.


Dokter bedah membuat sayatan atas tulang yang terpengaruh kanker dan
menghapus bagian yang lebih besar dari tulang untuk analisis.

12
G. Penatalaksanaan
Sasaran penatalaksaan adalah menghancurkan atau pengangkatan
tumor. Ini dapat dilakukan dengan eksisi bedah (berkisar dari eksisi local
sampai amputasi dan disartikulasi), radiasi bila tumor bersifat radio
sensitive dan kemoterapi (pre operatf, pasca operatif, dan ajuvan untuk
mencegah mikro metastatis). Sasaran utama dapat dilakukan dengan eksisi
luas dengan teknik grafting restorative. Ketahanan dan kualitas hidup
merupakan pertimbangan penting pada prosedur yang mengupayakan
mempertahankan ekstremitas yang sakit.
Pengangkatan tumor secara bedah sering memerlukan amputasi
ekstremitas yang sakit, dengan tinggi amputasi di atas tumor agar dapat
mengontrol local lesi primer.
Prosedur mempertahankan ekstremitas hanya mengangkat tumor
dan jaringan disekitarnya. Bagian yang direseksi diganti dengan prostesa
yang telah di ukur, artroplasti sendi total, atau jaringan tulang dari pasien
sendiri ( autograft ) atau dari donor kadaver (alograft)
Jaringan lunak dan pembuluh darah mungkin memerlukan grafting
akibat luasnya eksisi. Komplikasi yang mungkin timbul termasuk infeksi,
pelonggaran atau dislokasi prosthesis, non-union allograft, fraktur,
devitalilasi kulit dan jaringan lunak, fibrosis sendi, dan kambuhan tumor.
Fungsi dan rehabilitasi setelah pertahanan ekstremitas bergantung pada
kemampuan memperkecil komplikasi dan dorongan positif.
Karena adanya bahaya metastatis pada tumor maligna, maka
kombinasi kemoterapi dimulai sebelum dan dilanjutkan setelah
pembedahan sebagai usaha mengeradikasi lesi mikro metastatis.
Harapannya adalah kombinasi kemoterapi mempunyai efek yang lebih
tinggi dengan tingkan toksisitas yang rendah sambil menurunkan
kemungkinan resistensi terhadap obat. Terdapat peningkatan angka
bertahan hidup (60%) pada pengangkatan pan pemberian kemoterapi
(doksorubisin hidroklorida dan sisplatin atau metotreksat) osteosarcoma
yang masih terlokalisasi.

13
Sarkoma jaringan lunak diatasi dengan radiasi, eksisi dengan
mempertahankan ekstremitas dan kemoterapi ajuvan
Penanganan kanker tulang metastatis adalah paliatif, dan sasaran
terapeutiknya adalah mengurangi nyeri dan ketidaknyamanan pasien
sebanyak mungkin. Terapi tambahan disesuaikan dengan metoda yang
digunakan untuk menangani kanker asal. Fiksasi interna fraktur patologi
dapat mengurangi kecacatan dan nyeri yang timbul. Bila perlu, tulang
besar dengan lesi metastatis dapat diperkuat dengan fiksasi interna
profilaksis. Pembedahan dapat di indikasikan pada fraktur tulang panjang.
Bila terdapat hiperkalsemia penanganan meliputi hidrasi dengan
pemberian cairan salin normal intravena, diuretika, mobilisasi, dan obat-
obatan seperti fostat, mitramisin, kalsitonin, atau kortikosteroid.

14
II. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Tumor Tulang

A. Pengkajian

1. Identitas pasien
Identitas klien : Identitas klien( nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa,
agama, status marietal, pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal MRS,
diagnose medis ). Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang
kelompok usia 15 – 25 tahun (pada usia pertumbuhan). Status ekonomi
yang rendah merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
terjadinya osteosarkoma ditinjau dari pola makan, kebersihan dan
perawatan. Gaya hidup yang tak sehat misalnya merokok, makanan dan
minuman yang mengandung karbon. Alamat berhubungan dengan
epidemiologi (tempat, waktu dan orang). Pekerjaan yang memicu
terjadinya osteosarkoma adalah yang sering terkena radiasi seperti tenaga
kesehatan bagian O.K, tenaga kerja pengembangan senjata nuklir, tenaga
IT. Pendidikan berkisar antara SMP samapai Sarjana. Angka kejadian
pada anak laki-laki sama dengan anak perempuan.

2. Riwayat keperawatan:
a. Keluhan utama : Adalah alasan utama yang menyebabkan dibawanya
klien ke rumah sakit (adanya benjolan dan nyeri).
b. Riwayat penyakit sekarang : Ini bisa berupa kronologi terjadinya
penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang
terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. Didahului dengan
manifestasi klinis nyeri dan atau pembengkakan ekstremitas yang
terkena. Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta
pergerakan yang terbatas. Peningkatan kadar kalsium dalam darah.
Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Tempat yang
paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang,

15
terutama lutut. sarkoma sering sudah menyebar ke paru ketika pasien
pertama kali berobat.
c. Riwayat penyakit dahulu : Perlu dikaji untuk mengetahui riwayat
penyakit yang pernah dialami sebelumnya yang dapat digunakan
sebagai acuan dalam menentukan proses keperawatan. Kemungkinan
pernah terpapar sering dengan radiasi sinar radio aktif dosis tinggi.
Kemungkinan sering mengkonsumsi kalsium dengan batas tidak
normal. Kemungkinan sering mengkonsumsi zat-zat toksik seperti :
makanan dengan zat pengawet, merokok dan lain-lain.
d. Riwayat penyakit keluarga : Perlu dikaji untuk mengetahui apakah
penyakit yang dialami oleh klien saat ini ada hubungannya dengan
penyakit herediter. Kemungkinan ada keluarga yang menderita
sarcoma.
3. Pemeriksaan fisik:
a. Sistem Pernafasan
1) Inspeksi: Apabila tidak melibatkan sistem pernapasan, biasanya
akan ditemukan kesimetrisan rongga dada normal, klien tidak sesak
napas, tidak menggunakan otot bantu pernapasan. Apabila
melibatkan sistem pernapasan seperti adanya tumor paru dan
keganasan pada paru atau terjadi fraktur patologis pada tulang
belakang, akan ada kelainan pada pengkajian inspeksi rongga dada.
2) Palpasi: Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.
3) Perkusi: Suara resonan pada seluruh lapang paru.
4) Auskultasi: Suara napas hilang/ melemah pada sisi yang sakit,
biasanya didapatkan suara ronki atau mengi.

b. Sistem Hematologi
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering ditemukan keringat
dingin dan pusing. Klien tumor dan keganasan sistem muskuloskeletal
sering mengalami anemia yang berhubungan dengan proses

16
peningkatan neovaskularisasi dan peningkatan kebutuhan darah untuk
pembentukan jaringan baru..

c. Sistem Perkemihan
Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan
pada sistem perkemihan

d. Sistem Pencernaan
Pada kasus tumor dan keganasan, tidak ada gangguan eliminasi.
Walaupun demikian, perlu juga dikaji frekuensi, konsis-tensi, warna,
serta bau feses. Pada eliminasi urine, dikaji frekuensi, kepekatan,
warna, bau, dan jumlah urine. Klien biasanya mengalami mual, nyeri
lambung, yang menyebabkan klien tidak nafsu makan.

e. Sistem Muskuloskeletal
1) Nyeri. Keluhan ini merupakan keluhan utama yang sering kali
mendorong klien meminta pertolongan pada perawat dan dokter.
Nyeri merupakan keluhan utama pada tumor ganas. Adanya nyeri
menunjukkan tanda ekspansi tumor yang cepat dan penekanan ke
jaringan sekitarnya, perdarahan, atau degenerasi.
2) Keterbatasan pergerakan. Gangguan ini biasanya semakin
bertambah berat secara perlahan sejalan dengan bertambah-nya
nyeri dan makin besarnya benjolan/pembengkakan. Penting menilai
kemampuan klien dalam melakukan pergerakan untuk menentukan
rencana asuhan pemenuhan aktivitas dan menghindart risiko cedera
karena keterbatasan aktivitas.
3) Pembesaran jaringan. Klien mungkin menunjukkan bahwa salah
satu bagian tubuhnya secara perlahan membesar. Pen-ting
memeriksa lelak pembesaran, jumlah benjolan/pembesaran
jaringan, dan berapa diameter ukuran dari benjolan/ pembesaran
jaringan tersebut. Dalam melakukan palpasi, penting sekali untuk

17
menggerakkan benjolan guna mengetahui perbedaan. Apabila
benjolan dapat bergerak, biasanya adalah tumor jinak dan bila
tumor atau benjolan tersebut tidak bergerak, biasanya merupakan
tumor ganas dengan metastasis yang sudah luas.
4) Kelemahan fisik. Klien dengan keganasan pada tulang dan jaringan
lunak yang lama biasanya mengalami kelemahan fisik. Hal ini
berkaitan dengan peningkatan metabolisme yang digunakan oleh
sel-sel tumor untuk melakukan proliferasi. Penting mengkaji sejauh
mana kemampuan klien dalara memenuhi kebutuhan aktivitas
sehari-hari.
5) Tanda-tanda peradangan. Pada klien yang mengalami keganasan
jaringan lunak, biasanya terdapat lesi sampai ulkus pada kulit
sekitar jaringan yang mengalami pembengkakan atau benjolan,
Perawat perlu menilai sejauh mana kerusakan integritas kulit yang
terlihat. Hal ini berguna untuk menetapkan rencana asuhan
perawatan luka guna memperbaiki pertumbuhan kulit dan
menghindari kondisi psikologis klien yang menahan perubahan bau
yang keluar dari lesi kulit tersebut.

4. Pola Fungsi Kesehatan


a. Pola Nutrisi
Kebiasaan diet buruk (misalnya : rendah serat, tinggi lemak, aditif, dan
bahan pengawet). Anoreksia, mual/muntah. Intoleransi makanan.
Perubahan berat badan (BB), penurunan BB hebat, kaheksia,
berkurangnya massa otot. Perubahan pada kelembapan/turgor kulit,
edema.
b. Pola eliminasi
Perubahan pola defekasi, BAB dan BAK dilakukan dengan bed rest.
c. Pola istirahat

18
Perubahan pada pola tidur dan waktu tidur pada malam hari, adanya
faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti : nyeri, ansietas, dan
berkeringat malam.
d. Pola aktivitas
Px nampak lemah, gelisah sehingga perlu bantuan sekunder untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kelemahan dan atau keletihan.
Keterbatasan partisipasi dalam hobi dan latihan. Pekerjaan atau profesi
dengan pemajanan karsinogen, tingkat stress tinggi. (Doenges dkk,
2000).

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi jaringan saraf atau inflamasi.


2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
kekuatan, kerusakan muskuloskeletal, nyeri, atau amputasi.
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian dan perubahan status
kesehatan

19
C. Perencanaan
Rencana Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional
( NOC ) ( NIC )
1 Nyeri akut b.d obstruksi Setelah diberikan intervensi NIC : Manajemen nyeri 1. Dibutuhkan untuk
jaringan saraf dan keperawatan Aktifitas keperawatan : mengetahui informasi
inflamasi selama…x…jam, diharapkan 1. Lakukan pengkajian tentang nyeri yang
pasien mampu menunjukkan: nyeri komprehensif dialami pasien
NOC : kontrol nyeri yang meliputi lokasi 2. Rangsangan yang
- Dipertahankan pada… karakteristik durasi berlebihan dari
- Ditingkatkan pada… dan factor pencetus lingkungan akan
1. Tidak pernah 2. Kendalikan factor memperberat rasa
menunjukkan lingkungan yang nyeri
2. Jarang menunjukkan dapat mempengaruhi 3. Teknik relaksasi
3. Kadang-kadang respon pasien melepas ketegangan
menunjukkan 3. Ajarkan pengguna otot
4. Sering menunjukkan teknik non 4. Obat analgesic dapat
5. Secara konsisten farmakologi menurunkan
menunjukkan 4. Dorong pasien untuk mobilitas

20
Dengan kriteria hasil : menggunakan obat- 5. Pendekatan preventif
- Mengenali kapan obatan penurun nyeri untuk mengurangi
nyeri terjadi yang adekuat nyeri
- Menggambarkan 5. Berikan informasi 6. Agar masalah lain
factor penyebab mengenai nyeri yang timbul akibat
- Menggunakan 6. Tentukan akibat dari nyeri bias diatasi
tindakan pengurangan pengalaman nyeri 7. Pemberian analgesic
nyeri tanpa analgesic tergadap kualitas dapat mengurangi
- Menggunakan hidup pasien nyeri
analgesic yang 7. Pastikan perawatan 8. istirahat yang kuat
direkomendasikan analgesic bagi pasien membantu proses
- Melaporkan nyeri yang 8. Dorong istirahat dan penyembuhan
terkontrol tidur yang adekuat 9. penanganan nyeri
untuk membantu yang dapat dilakukan
penurunan nyeri pasien
9. Dorong pasien untuk 10. pasien dapat
memonitor nyeri dan menyatakan apakah
penanganan nyeri tindakan yang
yang tepat dilakukan

21
10. Evaluasi bersama mengurangi rasa
pasien dan tim nyeri
kesehatan lainnya
mengenai aktivitas
tindakan pengontrol
nyeri
2 Gangguan mobilitas fisik Setelah diberikan intervensi NIC :Peningkatan mekanika 1. Postur tubuh yang benar
b.d penurunan kekuatan, keperawatan tubuh dapat membantu klien
kerusakan selama…x…jam, diharapkan 1. Kaji komitmen mengurangi pegal dan
muskuloskeletal, nyeri, pasien mampu menunjukkan: pasien untuk belajar nyeri pada sendi
atau amputasi. NOC : Pergerakan dan menggunakan 2. Penanganan yang tepat
- Dipertahankan pada… postur (tubuh) yang dapat mempercepat
- Ditingkatkan pada… benar waktu penyembuhan
1. Sangat terganggu 2. Kolaborasikan 3. Untuk meningkatkan
2. Banyak terganggu dengan fisioterapis kesejahteraan dan
3. Cukup terganggu dalam fisiologis
4. Sedikit terganggu mengembangkan 4. Matras atau bantal yang
5. Tidak terganggu peningkatan lembut akan mengurangi
Dengan kriteria hasil : mekanika tubuh, nyeri

22
- Keseimbangan sesuai indikasi 5. untuk terhindar serta
- Koordinasi 3. Kaji pemahaman membuat klien terhindar
- Cara berjalan pasien mengenai dari tindakan ambulasi
- Gerakan otot mekanika tubuh dan berikutnya
- Gerakan sendi latihan (misalnya, 6. Agar gangguan mobilitas
- Kinerja pengaturan mendemonstrasikan fisik dapat berkurang
tubuh kembali teknik 7. Mengurangi nyeri pada
melakukan lokasi tumor
aktivitas/latihan 8. Pemulihan akan lebih
yang benar) cepat dan tidak
4. Edukasi penggunaan menambah nyeri di
matras/tempat lokasi lain
duduk/bantal yang
lembut
5. Edukasi pasien
tentang pentingnya
postur (tubuh) yang
benar untuk
mencegah kelelahan,

23
ketegangan atau
injuri
6. Jangan
menempatkan pasien
pada posisi yang
meningkatkan nyeri
7. Bantu untuk
mendemonstrasikan
posisi tidur yang
tepat
8. Bantu pasien untuk
memilih aktivitas
pemanasan sebelum
memulai latihan atau
memulai pekerjaan
yang tidak dilakukan

24
3 Ansietas b.d ancaman Setelah diberikan intervensi NIC:Pengurangan 1. Agar pasien percaya
kematian dan perubahan keperawatan kecemasan dan mau bercerita
status kesehatan selama…x…jam, diharapkan 1. Gunakan pendekatan dengan kita masalah
pasien mampu menunjukkan: yang tenang dan kecemasannya
NOC : tingkat kecemasan meyakinkan 2. Agar pasien bias
- Dipertahankan pada… 2. Jelaskan semua mengontrol
- Ditingkatkan pada… prosedur termasuk peningkatan
1. Berat sensasi yang akan kecemasan saat
2. Cukup berat dirasakan yang prosedur tindakan
3. Sedang mungjin dialami dilakukan
4. Ringan pasien selama 3. Mempermudah dalam
5. Tidak ada prosedur melakukan tindakan
Dengan kriteria hasil : 3. Pahami situasi krisis 4. Semakin paham
- Tidak dapat yang terjadi dari pasien akan penyakit
beristirahat perspektif klien akan cara
- Distress 4. Berikan informasi perawatannya maka
- Perasaan gelisah factual terkait rasa cemasnya akan
- Serangan panic diagnosis, perawatan berkurang
- Rasa takut yang dan prognosis 5. Agar pasien merasa

25
disampaikan secara 5. Dorong keluarga nyaman bila di
lisan untuk mendampingi dampingi keluarga
- Rasa cemas yang klien dengan cara 6. Untuk mengurangi
disampaikan secara yang tepat rasa cemas
lisan 6. Berikan objek yang 7. Untuk mengurangi
menunjukkan cemas pasien
perasaan aman 8. Agar kita mengetahui
7. Jauhkan peralatan cara yang tepat untuk
perawatan dari mengurangi
pandangan pasien kecemasannya
8. Bantu klien apabila kita
mengidentifikasi mengetahui penyebab
situasi yang memicu nya
kecemasan 9. Untuk merileks kan
9. Instruksikan klien pasien sehingga
untuk menggunakan kecemasannya
teknik relaksasi berkurang

26
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tumor tulang adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana
sel-sel tersebut tidak pernah menjadi dewasa. Dengan istilah lain yang sering
digunakan “Tumor Tulang”, yaitu pertumbuhan abnormal pada tulang yang
bisa jinak atau ganas.
Ada tiga macam tumor tulang yaitu yang bersifat lunak, ganas dan yang
memiliki lesi di tulang (berlubangnya struktur karena jaringan akibat cedera
atau penyakit). Selain itu ada yang bersifat primer dan skunder. Pada tumor
tulang sekunder misalnya, seseorang terkena tumor payudara, kemudian
menjalar ke tulang dan selanjutnya menggerogoti tulang tersebut. Kanker
tulang ini merupakan kelompok tumor tulang yang ganas.
Keganasan tulang dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu tumor benigna
dan maligna.
Klasifikasi yang banyak digunakan untuk kedua jenis tumor ini adalah sebagai
berikut :
a. Tumor Tulang Benigna
Tumor tulang benigna biasanya tumbuh lambat dan berbatas tegas,
gejalanya sedikit dan tidak menyebabkan kematian.
Neoplasma primer benigna sistem muskuloskeletal meliputi osteoma
osteoid, osteokondroma, enkondroma, kista tulang (misalnya kista tulang
aneurisma) rabdoioma, dan fibroma. Tumor benigna tulang dan jaringan
lunak lebih sering daripada tumor maligna. Beberapa tumor benigna,
seperti tumor sel raksasa mempunyai potensial mengalami transformasi
maligna.
b. Tumor Tulang Maligna
Tumor muskuloskeletal maligna primer relatif jarang dan tumbuh dari
sel jaringan ikat dan penyokong (sarkoma) atau dari elemen sumsum tulang

27
(mieloma). Tumor muskuloskeletal primer maligna meliputi osteosarkoma,
kondrosarkoma, sarkoma ewing, dan fibrosarkoma jaringan lunak dan
rabdomiosarkoma.

B. Saran
Penting bagi seorang perawat untuk dapat memahami penyakit tumor
tulang (maligna dan benigna), salah satu penyakit dalam sistem
muskuloskeletal karena dapat menolong kita pada saat terjun di lapangan atau
rumah sakit nanti ketika kita menemukan pasien dengan gangguan penyakit
muskuloskeletal untuk mengetahui dan menentukan diagnosa apakah tumor
itu jinak atau gamas. Sedikit tidaknya, kita sudah memahami dan mengerti
konsep dasar dari penyakit tumor tilang dan bagaimana proses keperawatan
untuk penderita tumor tilang.

28

Вам также может понравиться