Вы находитесь на странице: 1из 12

PERBANDINGAN PERUSAHAAN SEJENIS

PT. Betonjaya Manunggal Tbk. Merupakan salah satu dari 10 perusahaan industry
manufaktur yang bergerak di sector logam dan sejenisnya pada Bursa Efek Indonesia. Untuk
melakukan perbandingan terhadap kinerja perushaan tersebut, kami memilih PT. Saranacentral
Bajatama Tbk. sebagai pembanding. Pemilihan tersebut didasarkan oleh beberapa faktor antara
lain :
1. Kedua perusahaan ini merupakan perusahaan yang tidak konsolidasi pada sektornya dan
listed pada BEI.
2. Kedua perusahaan ini merupakan perusahaan manufaktur di sektor yang sejenis yaitu
sektor logam dan sejenisnya.
3. Harga saham yang tidak terlampau jauh.
4. Perbedaan nilai rasio kinerja keuangan yang signifikan

Berikut merupakan rasio keuangan kedua perusahaan:

Analisis Cross Section


PT. Betonjaya PT. Saranacentral
Rasio Manunggal Tbk. Bajatama Tbk.
2016 2017 2016 2017
Quick Ratio 3.98 5.11 0.38 0.32
Debt to asset ratio 0.19 0.16 0.8 0.82
Inventory turnover 8.4 7.34 1.88 2.51
Total asset turnover 0.35 0.48 1 1.29
Account receivable turnover 8.52 7.91 4.04 7.05
Account payable turnover 1.46 2.29 0.008 0.002
Return on asset -0.03 0.06 0.04 -0.03

A. Rasio Cepat (Quick Ratio)


Quick Ratio
6
5
4 PT. Betonjaya
3 Manunggal Tbk

2 PT. Saranacentral
Bajatama Tbk
1
0
2016 2017

Dari hasil perhitungan untuk tahun 2016, diperoleh rasio cepat (quick ratio) PT.
Betonjaya Manunggal Tbk. sebesar 3,98. Nilai ini bisa di ini bisa di interprestasikan bahwa
setiap satu Rupiah hutang dijamin dengan Rp3,98 aktiva lancar yang dapat diuangkan. Untuk
tahun 2017 rasio cepat sebesar 5,11 yang berarti setiap satu Rupiah hutang lancer dijamin
dengan Rp5,11 aktiva cepat yang dapat diuangkan. Terjadi peningkatan rasio cepat sebesar
28% dari tahun 2016 ke tahun 2017. Hal ini disebabkan oleh hutang lancer pada tahun 2016
sebesar Rp30,5 Miliar mengalami penurunan sebesar Rp5,3 Miliar atau 17,3% yang menjadi
Rp25,2 Miliar pada tahun 2017. Turunnya hutang lancer ini disebabkan oleh turunnya hutang
usaha pada pihak berelasi. Hutang usaha ini merupakan hutang yang berkaitan dengan
pembelian bahan baku dari perusahaan afiliasi yang menjadi pemasok utama bahan baku untuk
PT. Betonjaya Manunggal Tbk.
Sedangkan, berdasarkan grafik diatas, terlihat kemampuan PT Betonjaya Manunggal, Tbk
dalam menggunakan aktiva lancar untuk menutupi hutang lancarnya lebih baik daripada PT
Saranacentral Bajatama Tbk yang mempunyai rasio cepat sebesar 0,38 pada tahun 2016 dan
mengalami penurunan pada tahun 2017 menjadi 0,32. Pada PT. Saranacentral Bajatama Tbk
telah terjadi penurunan rasio cepat sebesar 19%. Hal ini dikarenakan oleh hutang lancar pada
tahun 2017 lebih besar dibandingkan dengan hutang lancer pada tahun 2016. Sedangkan,
aktiva lancer di tahun 2017 itu lebih kecil dibandingkan aktiva lancar pada tahun 2016. Aktiva
lancer di tahun 2017 lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya diakibatkan oleh banyaknya
hutang lancer yang telah jatuh tempo yang perlu segera untuk di lunasi, akibatnya kas pun
digunakan untuk membayar utang tersebut, sehingga jumlah aktiva lancer yang dihasilkan
pada tahun tersebut juga lebih rendah.
B. Rasio Utang (Debt to Asset Ratio)

Debt to asset ratio


1
0.8 PT.
0.6 Saranacentral
Bajatama Tbk.
0.4
PT. Betonjaya
0.2 Manunggal Tbk

0
2016 2017

Dari hasil perhitungan untuk tahun 2016, diperoleh debt to asset ratio PT. Betonjaya
Manunggal Tbk. sebesar 0,19. Pada tahun 2017 debt to asset ratio PT. Betonjaya Manunggal
Tbk. sebesar 0,16. Artinya, terjadi penurunan rasio utang sebesar 19%. Penurunan ini dapat
dikatakan baik karena semakin kecil rasio utang, maka artinya semakin besar total aktiva yang
dimiliki yang mampu menutupi total hutang yang dimiliki oleh perusahaan. Hal ini dikarenakan,
pada tahun 2017 terjadi kenaikan total aktiva yang menjadi Rp183,5 Miliar dari tahun
sebelumnya yang sebesar Rp177,3 Miliar. Artinya, terjadi kenaikan sebesar Rp6,2 Miliar atau
3,5%. Naiknya total aset terutama terjadi pada aset lancer , yaitu pada akun kas dan setara kas,
serta piutang kepada pihak ketiga, dan persediaan.
Sedangkan, berdasarkan grafik diatas, terlihat bahwa debt to asset ratio yang dimiliki
PT. Saranacentral Bajatama Tbk. lebih besar dibandingkan dengan PT. Betonjaya Manunggal
Tbk. Selain itu, pada PT Saranacentral Bajatama Tbk telah terjadi peningkatan rasio sebesar
2,5% yang pada tahun 2016 sebesar 0,80 menjadi 0,82 ditahun 2017. Hal ini membuat tingkat
keamanan dana yang dimiliki oleh PT. Saranacentral Tbk cenderung mengkhawatirkan. Total
aktiva perusahaan pada tahun 2016 yaitu sebesar Rp982,63 Miliar menurun sebesar Rp36,18
Miliar atau 3,7% menjadi Rp946,45 miliar di tahun 2017. Penurunan ini diakibatkan karena
terjadi penurunan piutang usaha pihak ketiga yang belum dapat ditagih pada tahun 2017,
sehingga membuat jumlah piutang usaha pada tahun 2017 lebih rendah dibandingkan dengan
piutang ditahun 2016.
C. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)

Inventory Turnover
10

8
PT. Betonjaya
6 Manunggal Tbk.

4 PT.
Saranacentral
2
Bajatama Tbk.
0
2016 2017

Berdasarkan hasil perhitungan pada tahun 2016, diperoleh rasio perputaran persediaan
PT. Betonjaya Manunggal Tbk sebesar 8,4. Pada tahun 2017, rasio perputaran persediaan PT
Betonjaya Manunggal Tbk sebesar 7,34. Terjadi penurunan rasio sebesar 14%. Artinya, terjadi
inefisiensi perusahaan dalam mengelola persediaannya pada tahun 2017. Walaupun pada tahun
2017, persediaan perusahaan lebih tinggi dari tahun sebelumnya, tetapi persediaan didominasi
oleh persediaan bahan baku, sedangkan persediaan barang jadi yang dimiliki oleh perusahaan
jauh lebih sedikit dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Artinya, barang yang siap untuk
dijual juga sedikit, yang mengakibatkan tingkat penjualan juga rendah. Akibatnya, perputaran
persediaan juga akan semakin rendah.

Sedangkan, berdasarkan grafik diatas, terlihat bahwa rasio perputaran persediaan pada PT.
Saranacentral Bajatama Tbk sebagai perusahaan pembanding sebesar 1,88 di tahun 2016
meningkat menjadi 2,51 di tahun 2017. Terjadi peningkatan rasio sebesar 34%. Tetapi,
peningkatan ini terjadi dikarenakan terjadinya peningkatan beban pokok penjualan sebesar 34%
dari tahun 2016 ke tahun 2017 yang disebabkan oleh pemakaian bahan baku yang lebih tinggi
dari tahun sebelumnya, sedangkan jumlah barang jadi yang dihasilkan tidak jauh berbeda dari
tahun sebelumnya. Hal ini bisa berarti adanya ketidak efisiensi perusahaan dalam memproduksi
produknya.
D. Perputaran Total Aset (Total Asset Turnover)

Total Asset Turnover


1.4
1.2
1 PT. Betonjaya
0.8 Manunggal Tbk

0.6
PT.
0.4 Saranacentral
Bajatama Tbk
0.2
0
2016 2017

Berdasarkan hasil perhitungan pada tahun 2016, diperoleh rasio perputaran total aktiva
PT. Betonjaya Manunggal Tbk sebesar 0,35. Pada tahun 2017, rasio perputaran total aktiva PT
Betonjaya Manunggal Tbk sebesar 0,48. Terjadi peningkatan sebesar 37%. Artinya, kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan penjualan dari total aktivanya semakin efisien. Hal ini terjadi
karena penjualan pada tahun 2017 itu lebih besar dari tahun sebelumnya. Dimana disebabkan
oleh kenaikan harga jual produk sebesar 24% di tahun 2017 dan kuantitas penjualan juga
meningkat sebesar 12,4%, akibatnya pendapatan usaha perusahaan juga meningkat.

Sedangkan, untuk PT. Saranacentral Bajatama Tbk diperoleh rasio perputaran total aktiva
lebih besar dibanding dengan PT. Betonjaya Manunggal Tbk. yakni sebesar 1 pada tahun 2016,
dan meningkat menjadi 1,29 di tahun 2017. Terjadi peningkatan sebesar 29%. Artinya,
kenampuan PT. Saranacentral Bajatama Tbk dalam menghasilkan penjualan dari total aktivanya
lebih efisien dibanding dengan PT. Betonjaya Manunggal Tbk. Hal tersebut disebabkan oleh
penjualan pada tahun 2017 lebih besar daripada tahun sebelumnya. Dimana kondisi ekonomi
Indonesia di tahun 2017 mengalami peningkatan 5,03% dari tahun sebelumnya, yang membuat
industry baja juga mengalami penguatan di tahun yang sama, terutama didorong oleh penguatan
pada sector konstruksi dan industry otomotif. Oleh karena itu, penjualan PT. Saranacentral
Bajatama Tbk juga mengalami peningkatan.
E. Perputaran Piutang Usaha (Account Receivable Turnover)

Account Receivable Turnover


9
8
7
PT. Betonjaya
6
Manunggal Tbk
5
4
3 PT.
Saranacentral
2
Bajatama Tbk
1
0
2016 2017

Berdasarkan hasil perhitungan pada tahun 2016, rasio perputaran piutang usaha PT. Betonjaya
Manunggal Tbk adalah 8,52. Kemudian, pada tahun 2017 rasio perputaran piutang usaha sebesar
7,91, rasio ini mengalami penurunan sebesar 8%. Tingkat perputaran piutang menurun terjadi
karena rata-rata pengumpulan piutang (dalam hari) lebih besar daripada batas pembayaran yang
telah disepakati oleh perusahaan, hal ini berarti cara perusahaan untuk mengumpulkan
piutangnya dari pelanggan kurang efisien.

Sedangkan, rasio perputaran piutang usaha PT. Saranacentral Bajatama Tbk sebagai
perusahaan pembanding adalah sebesar 4,04 di tahun 2016. Rasio ini mengalami peningkatan
sebesar 75% yaitu menjadi 7,05% pada tahun 2017. Tetapi, rasio ini masih lebih rendah
dibandingkan rasio yang dihasilkan oleh PT. Betonjaya Manunggal Tbk. Peningkatan rasio
perputaran piutang yang terjadi dikarenakan penjualan pada tahun 2017 lebih besar daripada
tahun sebelumnya. Dimana kondisi ekonomi Indonesia di tahun 2017 mengalami peningkatan
5,03% dari tahun sebelumnya, yang membuat industry baja juga mengalami penguatan di tahun
yang sama, terutama didorong oleh penguatan pada sector konstruksi dan industry otomotif. Oleh
karena itu, penjualan PT. Saranacentral Bajatama Tbk juga mengalami peningkatan. Selain itu,
jumlah hari pengumpulan piutang usaha lebih cepat, sehingga membuat perputaran piutang usaha
perusahaan juga semakin cepat.
F. Perputaran Utang (Account Payable Turnover)

Account Payable Turnover


2.5

2
PT. Betonjaya
1.5 Manunggal Tbk

1 PT.
Saranacentral
0.5 Bajatama Tbk

0
2016 2017

Berdasarkan hasil perhitungan rasio perputaran utang usaha PT. Betonjaya Manunggal Tbk pada
tahun 2016 adalah 1,46. Pada tahun 2017 rasio ini mengalami peningkatan sebesar 57% menjadi
2,29. Peningkatan ini terjadi dikarenakan utang usaha yang dimiliki oleh perusahaan di tahun
2017 lebih rendah daripada tahun 2016. Selain itu, jangka waktu pembayaran utang usaha
perusahaan kepada pemasok utama lebih cepat yaitu dalam kisaran 30-60 hari, hal itulah yang
membuat perputaran utang usaha PT. Betonjaya Manunggal Tbk meningkat.

Sedangkan, rasio perputaran utang usaha PT Saranacentral Bajatama Tbk sebagai perusahaan
pembanding mengalami penurunan sebesar 3 kali lipat dari tahun 2016 sebesar 0,008 menjadi
0,002 ditahun 2017. Penurunan ini disebabkan oleh utang usaha kepada pihak ketiga PT
Saranacental Bajatama Tbk lebih besar dibanding utang usahanya kepada pihak berelasi,
sehingga pembayaran utang usaha juga membutuhkan waktu yang lebih lama, karena untuk
membayar hutangnya yang jumlahnya besar dan telah jatuh tempo, perusahaan juga memerlukan
kas yang besar pula untuk dikeluarkan.

G. Imbal Hasil atas Aset (Return on Asset)


Return on Asset
0.08

0.06

0.04 PT. Betonjaya


Manunggal Tbk
0.02
PT.
0
Saranacentral
Bajatama
-0.02

-0.04
2016 2017

Berdasarkan hasil perhitungan ROA PT Betonjaya Manunggal Tbk, pada tahun 2016 ROA
yang dihasilkan oleh perusahaan adalah -0,03. Pada tahun 2017, ROA yang dihasilkan adalah
0,06. Artinya, terjadi peningkatan sebesar 3 kali lipat dari tahun sebelumnya. Hal ini terjadi
dikarenakan laba bersih yang dihasilkan pada tahun 2017 adalah Rp11,4 Miliar , sedangkan
pada tahun 2016 perusahaan justru memperoleh rugi sebesar Rp5,9 Miliar. Laba ditahun
2017 utamany disebabkan oleh kenaikan rata-rata harga jual yaitu 24% dan kenaikan
kuantitas penjualan sebesar 12,4% ditahun 2017 dibandingkan dengan tahun 2016.
Berdasarkan hal ini, perusahaan dapat dikatakan sangat baik, karena dengan total aktiva di
tahun 2016 yang hanya naik 3,5% di tahun 2017, perusahaan mampu menghasilkan laba
yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya.
Sedangkan, ROA pada PT Saranacentral Bajatama Tbk lebih rendah dibandingkan dengan
dengan PT Betonjaya Manunggal Tbk, dimana pada tahun 2016 ROA PT Saranacentral
Bajatama Tbk adalah 0,04 yang turun menjadi -0,03 pada tahun 2017. Hal ini terjadi karena
total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan meningkat, tetapi laba bersih yang dihasilkan
menurun. Walaupun penjualan perusahaan meningkat, akan tetapi laba bersih perusahaan
menurun, yang disebabkan oleh beban pokok penjualan yang meningkat. Beban pokok
penjualan ini meningkat diakibatkan oleh pemakaian bahan baku yang tinggi, tetapi produk
jadi yang dihasilkan jauh lebih sedikit. Hal ini berarti adanya kesalahan yang terjadi sewaktu
produksi, seperti banyaknya barang cacat dan barang rusak yang dihasilkan.
Analisis SWOT (PT. Betonjaya Manunggal Tbk)
Ada empat komponen dalam analisis SWOT yaitu sebagai berikut:
1. Strenght (S) yaitu analisis kekuatan, situasi ataupun kondisi yang merupakan
kekuatan dari suatu organisasi atau perusahaan pada saat ini.
- kapasitas mesin yang unggul membuat produksi lebih maksimal
- memiliki penerapan tata kelola yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan
- produk yang dihasilkan berkualitas dan telah memiliki sertfikasi SNI dan ISO
9001:2008
- memiliki sumber daya manusia yang banyak dan berkompeten
2. Weaknesses (W) yaitu analisis kelemahan, situasi ataupun kondisi yang merupakan
kelemahan dari suatu organisasi atau perusahaan pada saat ini.
- terbatasnya sumber bahan baku, yang hanya dapat diperoleh dari perusahaan
afiliasi.
3. Opportunity (O) yaitu analisis peluang, situasi atau kondisi yang merupakan peluang
diluar suatu organisasi atau perusahaan dan memberikan peluang berkembang bagi
organisasi dimasa depan.
- Prospek usaha perusahaan cukup bagus seiring dengan pertumbuhan penduduk
Indonesia akan kebutuhan perumahan, mengingat besi beton polos hasil produksi
Perseroan utamanya digunakan untuk perumahan kecil menengah.
4. Threats (T) yaitu analisis ancaman, cara menganalisis tantangan atau ancaman yang
harus dihadapi oleh suatu perusahaan ataupun organisasi untuk menghadapi berbagai
macam faktor lingkungan yang tidak menguntungkan pada suatu perusahaan atau
organisasi yang menyebabkan kemunduran.
- Pemerintah di bidang perpajakan, perdagangan dalam negeri dan luar negeri yang
dapat mempengaruhi perusahaan.
Analisis SWOT (PT. Saranacentral Bajatama Tbk)
Ada empat komponen dalam analisis SWOT yaitu, sebagai berikut:
5. Strenght (S) yaitu analisis kekuatan, situasi ataupun kondisi yang merupakan
kekuatan dari suatu organisasi atau perusahaan pada saat ini.
- penerapan tata kelola perusahaan yang baik.
- memiliki jaringan distribusi segmen pasar pada industrinya
- memiliki system pengendalian internal baik yang mampu mengamankan investasi
dan aset perusahaan kepatuhan kepada peraturan dan kebijakan yang berlaku,
serta mendorong efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan
- perusahaan memenuhi Kebijakan Pemerintah tentang Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan Hidup, dimana perusahaan mengelola limbah hasil
produksinya sebelum dibuang sehingga limbah yang dihasilkan tidak mencemari
lingkungan sekitar pabrik
- memiliki teknologi canggih pada mesin yang dimilkinya yaitu system Non
Oxidized Furnace (NOF).

6. Weaknesses (W) yaitu analisis kelemahan, situasi ataupun kondisi yang merupakan
kelemahan dari suatu organisasi atau perusahaan pada saat ini.
- bahan baku yang bisa saja sewaktu-waktu tidak tersedia dengan tepat waktu atau
jumlahnya yang tidak tercukupi. Selain itu, harga bahan baku yang bisa berubah
sewaktu-waktu. Naiknya harga CRC di pasar global karena produsen utama baja
dunia yakni Cina, mengurangi suplai baja jenis CRC, yang mengakibatkan
harganya menjadi semakin mahal, dan menyebabkan beban pokok penjualan
meningkat tajam sehingga laba yang diterima lebih rendah ditahun 2017
7. Opportunity (O) yaitu analisis peluang, situasi atau kondisi yang merupakan peluang
diluar suatu organisasi atau perusahaan dan memberikan peluang berkembang bagi
organisasi dimasa depan.
- tingginya permintaan dari sektor pembangunan konstruksi (pemerintah pusat) dan
sektor otomotif yang mengalami tren penguatan di tahun 2017.
- Konsumsi masyarakat akan sector otomotif maupun konstruksi meningkat
- peningkatan peringkat kredit yang diberikan oleh Fitch Ratings kepada Indonesia
dari BBB ke BBB (Outlook Stabil) yang dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi
8. Threats (T) yaitu analisis ancaman, cara menganalisis tantangan atau ancaman yang
harus dihadapi oleh suatu perusahaan ataupun organisasi untuk menghadapi berbagai
macam faktor lingkungan yang tidak menguntungkan pada suatu perusahaan atau
organisasi yang menyebabkan kemunduran.
- nilai tukar rupiah yang melemah mengakibatkan perusahaan mengalami kerugian
kurs mata uang asing dan kebijakan pemerintah di bidang perpajakan,
perdagangan dalam negeri dan luar negeri (import) yang dapat mempengaruhi
perusahaan.
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan analisis SWOT dan analisis rasio keuangan yang telah dilakukan, bahwa
masing-masing perusahaan yaitu PT. Betonjaya Manunggal Tbk dan PT. Saranacentral
Bajatama Tbk memiliki kekurangan maupun kelemahan. Namun, secara keseluruhan baik
sebagai investor jangka panjang maupun investor jangka pendek seperti trader, akan lebih
menguntungkan jika memilih PT. Betonjaya Manunggal Tbk untuk berinvestasi. Hal ini
disebakan oleh keunggulan PT. Betonjaya Manunggal Tbk jika dilihat dari sisi solvabilitas,
perusahaan mampu melunasi kewajiban jangka panjangnya ketika perusahaan dilikuidasi.
Selain solvabilitas yang baik, perusahaan memiliki likuiditas yang baik, artinya perusahaan ini
mampu melunasi kewajiban jangka pendeknya. Kemudian, dari sisi aktvitas perusahaan juga
berjalan dengan baik, terbukti dari perhitungan rasio-rasio seperti perputaran aset, perputaran
persedian, perputaran hutang, perputaran piutang yang mencerminkan aktivitas perusahaan
dikelola dengan baik. Untuk profitabilitas, juga perusahan menunjukkan imbal hasil yang baik,
artinya perusahaan mampu mengelola aset yang dimilikinya untuk menghasilkan laba yang
tinggi.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa PT. Betonjaya Manunggal Tbk layak untuk
menjadi perusahaan dimana investor baik investor jangka panjang dan investor jangka pendek
seperti trader menginvestasikan dananya dilihat dari analisis-analisis yang telah dilakukan.

Вам также может понравиться