Вы находитесь на странице: 1из 89

1

Biomekanika Olahraga
ii

BIOMEKANIKA OLAHRAGA
(Tingkat Dasar)

Bambang Ks.
Abdul Aziz Hakim
Moh. Nanang Himawan Kusuma

Asdep Tenaga Keolahragaan


Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga
Kemenpora
2014

Biomekanika Olahraga
iii

Biomekanika Olahraga
iv

DAFTAR ISI
BAG I PENDAHULUAN ............................................................... 1
PENGERTIAN UMUM .................................................................... 1
FUNGSI DAN KEGUNAAN ............................................................. 4
BIOMEKANIKA OLAHRAGA HARUS DIPELAJARI ............................. 7
DEFINISI ..................................................................................... 13
RUANG LINGKUP BIOMEKANIKA .................................................. 14

BAG II KESETIMBANGAN ......................................................... 15


STATIKA .................................................................................... 15
DINAMIKA .................................................................................. 21

BAG III GERAK ........................................................................... 22


MACAM GERAK ........................................................................... 22
INERSIA DAN MOMENTUM ............................................................ 27

BAG IV GAYA .............................................................................. 29


AERODINAMIKA .......................................................................... 41
HIDRODINAMIKA ......................................................................... 47

Biomekanika Olahraga
v

BAB V TEKNIK, TAKTIK DAN CARA MELATIH .............................. 53

BAB VI SELEKSI BAKAT ATLET ..................................................... 57


PROFIL ATLET BERBAKAT ................................................................ 57

BAB VII KONSEP DASAR ANALISIS DAN APLIKASI ...................... 60


ANALISIS KUALITATIF ..................................................................... 61
ANALISIS KUANTITATIF ................................................................... 63
CONTOH ANALISIS DAN APLIKASI .................................................... 70

Biomekanika Olahraga
vi

KATA PENGANTAR

P
uji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, atas segala rahmat dan karunia yang diberikan ke-
pada tim penyusun, sehingga kami bisa menyelesaikan
buku panduan biomekanika olahraga. Ucapan terima
kasih juga kami sampaikan kepada Asisten Deputi Tenaga
Keolahragaan, Deputi Peningkatan Prestasi Olahraga, Kementerian
Pemuda dan Olahraga atas segala fasilitas dan sarana yang diberikan
serta kepada para dosen pengampu mata kuliah biomekanika olah-
raga yang sudah memberikan kritik dan saran untuk perbaikan buku
panduan ini.

Buku panduan tahap pertama ini merupakan buku tahap awal yang
disusun dalam rangka membantu memberikan pemahaman kepada
para pelatih tingkat dasar cabang olahraga, terkait dengan penger-
tian dan konsep dasar biomekanika olahraga serta bentuk aplikasi
sederhana yang bisa dilakukan oleh para pelatih untuk mencapai
prestasi olahraga yang diharapkan. Selanjutnya, tak lupa tim penyu-
sun mengharapkan bantuan kepada semua pihak terkait untuk dapat
memberikan saran, kritik, dukungan fasilitasnya agar buku panduan
tahap kedua bisa segera diselesaikan.

Semoga dengan diterbitkannya buku panduan tahap awal ini, dapat


membantu memberikan kontribusi pengembangan ilmu dan pen-
getahuan olahraga kepada para pelatih khususnya dibidang biome-
kanika olahraga, dalam proses peningkatan prestasi olahraga indone-
sia. Semoga prestasi olahraga Indonesia semakin maju dan mampu
berkiprah di tingkat internasional.

TIM PENYUSUN

Biomekanika Olahraga
1

Bag 1
PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN UMUM

B
iomekanika adalah studi tentang struktur dan fungsi
sistem biologi dengan metode atau pendekatan me-
kanika, yang berkaitan dengan statika, dinamika, kinema-
tika dan kinetika. Meliputi gerak linier (lurus) dan angular
(melingkar), serta gerak-gerak umum lainnya (gerak
gabungan), yang dapat terjadi. Bukan hanya gerak benda yang ada di
darat, akan tetapi juga gerak benda yang ada pada media lain, seperti
air, udara, dan bahkan gerak benda yang ada pada ruang hampa udara.

Pastinya, Olahraga juga mengenal Biomekanika, yang disebut seb-


agai Biomekanika Olahraga. Biomekanika Olahraga dapat diartikan
sebagai ilmu yang menerapkan prinsip-prinsip mekanika terhadap
struktur tubuh manusia pada saat melakukan aktivitas olahraga. Dalam
Biomekanika Olahraga, sasarannya jelas terfokus pada Atlet. Namun
demikian, Biomekanika Olahraga juga membahas tentang gerak-gerak
dan sifat benda mati yang digunakan dalam berolahraga, khususnya
yang berkaitan dengan gaya-gaya yang bekerja, serta efek-efek yang
ditimbulkannya. Semua dibahas dan dipelajari dengan teliti dan pasti,
oleh karena seluruh peralatan yang digunakan atlet sangat memberi-
kan kontribusi yang sangat berarti bagi penampilan dan keberhasilan
prestasinya. Peralatan yang digunakan dalam olahraga adalah sep-
erti raket, bola, sepatu, dan permukaan lapangan, pada cabang tenis.
Kemudian, perahu cano, dan dayung pada cabang rowing. Lalu, frame,
roda, gigi bertingkat, ban, pakaian, dan helm, pada cabang sepeda, dan
masih banyak yang lainnya.
Biomekanika Olahraga
2

k
Gbr. 1-1: Rancangan semua
peralatan Balap Sepeda,
merupakan hasil analisis Biome-
kanika Olahraga.

Seluruh teknik gerak olahraga yang dilakukan atlet, pada semua cabang
olahraga, diciptakan dan dikembangkan oleh para ahli Biomekanika
Olahraga. Demikian pula seluruh peralatan yang digunakan dalam olah-
raga, semuanya didisain oleh para ahli Biomekanika Olahraga. Sebagai
contoh misalnya, 1) Perubahan teknik gaya pada lompat tinggi, mulai
dari gaya bebas, lalu gunting, kemudian straddle, dan akhirnya teknik
gaya flop. 2) Perubahan teknik servis pada cabang bola voli, mulai dari
servis bawah, servis atas (termasuk floating service), hingga sekarang
yang kita kenal dengan jumping service, dengan topspin bolanya yang
menukik. 3) Disain pada raket tenis, mulai dari yang terbuat dari kayu,
alumunium, karbon, dan titanium. Mulai dari yang bentuk normal, lebar,
hingga long body. Semua dikembangkan oleh para ahli biomekanika
olahraga, dalam rangka meningkatkan prestasi setinggi-tingginya.

Biomekanika Olahraga
3

k
Gbr. 1-2 : Teknik Lompat Tinggi gaya Flop. Dikembangkan oleh ahli
Biomekanika.
k

Gbr. 1-3: Teknik Jumping Service pada Bolavoli, merupakan


pengembangan strategi, yang secara teori merupakan bagian dari
Tujuan Mekanik Utama dalam Biomekanika Olahraga, yaitu melaku- kan
pukulan cepat & tepat dari posisi yang lebih tinggi, sehingga diharapkan
dapat menghasikan poin dengan cepat.

Biomekanika Olahraga
4

k
Gbr. 1-4: Disain Raket Tenis long
body, menghasilkan pukulan lebih
keras. Merupakan hasil rancangan ahli
Biomekanika Olahraga.

B. FUNGSI DAN KEGUNAAN

B
iomekanika olahraga sangat dibutuhkan oleh para pela-
tih. Mulai dari tingkat yang paling rendah, hingga pada
tingkat yang paling tinggi. Mulai dari mengidentifikasi
bakat, melatih teknik, mengevaluasi teknik, memberikan
latihan terapi (latihan pembetulan teknik gerak), hingga
dalam menentukan peralatan yang akan digunakan oleh atletnya.
Kemudian, Biomekanika Olahraga diperlukan dalam mengevalu-
asi program latihan yang diberikan oleh pelatih, termasuk program
latihan fisik. Bahkan diperlukan juga dalam mengevaluasi cidera
olahraga dan proses penyembuhannya. Untuk hal yang terakhir ini,
tentunya ditangani oleh para dokter dan fisioterapist. Dalam hal ini,
pelatih berperan sebagai pelaku preventif, penjaga atau pemberi ara-
han cara latihan yang aman, agar tidak terjadi kecelakaan dan cidera.
Kinesiotaping, mungkin masih dapat dilakukan oleh pelatih, karena
tidak terlalu sulit.
Biomekanika Olahraga
5

Gbr. 1-5 : Foot scan, dengan


Analisis Gait.

Dengan analisis Gait, yakni dengan melakukan scan telapak kaki, den-
gan berjalan atau berlari, cidera dapat diketahui dengan lebih jelas.
Pada gambar telapak kaki akan terlihat warna biru, hijau, kuning, dan
merah, yang menggambarkan tingkat kekuatan tekanan dan kesem-
purnaan tekanan kaki. Semua dapat dievaluasi dan bahkan diketahui
bagian tubuh mana yang sedang mengalami cidera.
k

Gbr. 1-6: Kinesiotaping, untuk pencegahan cidera dan


untuk memaksimalkan kerja otot dan persendian, terutama
ketika mengalami cidera ringan.

Biomekanika Olahraga
6

Pelatih tingkat dasar dan menengah yang menguasai Biomekanika


Olahraga, dan didukung dengan pengetahuan Kinesiologi serta Be-
lajar Motorik, dalam hal melatih skill/teknik, akan lebih cepat berhasil
3-5 kali lipat, dibandingkan dengan pelatih yang tidak memahami
ketiga ilmu di atas. Bahkan hasil gerakan tekniknya pun akan lebih
sempurna. Jelaslah pasti akan lebih efisien dan efektif, baik dalam
hal tenaga, waktu, maupun biaya yang harus dikeluarkan. Di negara-
negara maju, sudah menjadi target umum bahwa, program latihan
4-5 tahun harus jadi pemain nasional, dan program 8-10 tahun harus
jadi pemain dunia.

k
Gbr. 1-7: Ilmu pendukung melatih
teknik olahraga, yang harus dikuasai
oleh pelatih.

Oleh karenanya tidak boleh diragukan lagi bahwa, Biomekanika Olahraga


merupakan ilmu yang harus dipahami oleh para pelatih olahraga, yang
selalu terlibat dalam masalah pemanduan/seleksi bakat, melatih teknik,
mengembangkan teknik, melatih fisik, hingga menentukan/memilih
alat-alat yang digunakan, serta berkaitan dengan masalah cedera atlet,
khususnya pada saat latihan. Dengan memahami ilmu ini diharapkan
para pelatih akan mampu, tidak saja dalam mengidentifikasi kesalahan-
kesalahan teknik yang ditampilkan atletnya, tetapi juga pelatih mampu
memberikan koreksi (feedback) dan treatment yang benar, sehingga akan
lebih efektif dan efisien dalam pencapaian prestasi yang diinginkan.

Biomekanika Olahraga
7

Pada akhirnya pelatih pun dapat membuat dan melaksanakan semua


program latihan dengan baik dan benar. Agar para pelatih menjadi
lebih profesional, dan sempurna dalam mengaplikasikan Iptek olahraga,
mampu mengidentifikasi kesalahan-kesalahan teknik yang ditampilkan
atletnya, maka tidak ada cara yang paling baik kecuali harus mempelajari
Biomekanika Olahraga dengan sungguh-sungguh, secara teoritik mau-
pun praktek. Dari level paling bawah, hingga level paling atas. Dengan
demikian kekuatan pengamatan (observational power) pelatih, ketika
mengamati penampilan atletnya di lapangan akan semakin meningkat.

C. BIOMEKANIKA OLAHRAGA HARUS DIPELAJARI

B
iomekanika Olahraga telah banyak ditulis untuk para
guru penjas, pelatih, dan atlet. Ilmu ini menjelaskan
bagaimana pengetahuan mekanika diaplikasikan
pada cabang olahraga, untuk membantu menciptakan
penampilan (performance) yang lebih baik. Bagi para
pelatih, ilmu ini akan membantunya menjadi seorang pelatih yang
lebih baik. Bagi para atlet akan menemukan bahwa informasi pen-
getahuan ini membantu memperbaiki penampilannya. Bahkan bagi
seorang penggemar olahraga, dengan memahami ilmu ini akan men-
gubahnya menjadi seorang pengamat yang kritis. Para ilmuwan yang
berkecimpung dalam bidang mekanika pasti mempelajari pengaruh
dari gaya-gaya (force), seperti gravitasi, gesekan, dan tahanan udara
pada benda hidup dan benda mati. Pengetahuan ini digunakan
untuk membantu mendesain benda-benda yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari, seperti gedung-gedung, jembatan, kendaraan,
dan pesawat terbang. Selain itu pula, para ahli mengukur pengaruh
dari gaya-gaya tersebut yang bekerja pada manusia dan sebaliknya,
pengaruh gaya yang disebabkan oleh manusia.

Biomekanika Olahraga
8

k
Gbr. 2-2: Biomekanika Olah-
raga harus dipelajari secara teori
maupun praktek.

Nampaknya jelas bagi kita bahwa gaya gravitasi, gesekan, dan tahanan
udara tidak menyebabkan adanya pengaruh yang berbeda selama
aktivitas olahraga dan kehidupan sehari-hari. Seorang pelompat tinggi
harus melawan gaya gravitasi, seseorang yang sedang menaiki tangga
atau sebuah pesawat terbang yang sedang lepas landas (take off). Be-
gitu pula, gaya tahanan udara (air resistance) dan gaya gesek (friction)
menghambat para pembalap mobil dan pembalap sepeda yang sedang
berlomba. Hal ini menunjukkan bahwa prinsip-prinsip mekanika yang
digunakan dalam kehidupan sehari-hari berlaku juga pada situasi olah-
raga.

Dalam olahraga, prinsip-prinsip mekanika tidak lain adalah aturan-


aturan dasar yang mengatur aksi atlet. Contohnya, jika pelatih dan atlet
memahami karakteristik gaya gravitasi, maka mereka harus mengetahui
apa yang harus dilakukan untuk melawan pengaruh gaya ini, dan seba-
liknya, aksi-aksi apa saja yang harus ditampilkan untuk memanfaatkan
gaya gravitasi ini. Seorang peloncat indah yang menyadari bahwa gaya
gravitasi bekerja tegak lurus terhadap permukaan bumi, akan mengeta-
hui lintasan bagaimana yang memudahkan teknik loncatan optimalnya.
Demikian juga, para pegulat akan mempelajari bahwa gaya gravitasi
adalah temannya ketika lawannya telah berada pada posisi yang tidak
seimbang (off balance). Sebaliknya, jika pegulat tidak bisa mempertah-
ankan stabilitas tubuhnya, maka gaya gravitasi akan memutarnya ke
Biomekanika Olahraga
9

samping dan menjadi sahabat lawannya. Terdapat lebih banyak lagi


gaya-gaya di permukaan bumi ini selain gravitasi, tahanan udara, dan
gesekan. Gaya-gaya tersebut beraksi degan cara-cara yang berbeda,
dan jika atlet terlibat dalam olahraga yang mengandung unsur kontak
tubuh, maka pelatih harus mempertimbangkan gaya-gaya yang dicip-
takan oleh lawannya. Jika anda seorang pelatih dan anda memahami
Gbr. 2-3: Pukulan Tennis. bagaimana seluruh gaya-gaya tersebut saling berkaitan, maka anda
Ada 5 gaya yang bekerja pada saat
akan lebih mampu untuk menganalisis teknik atlet dan memperbaiki
yang bersamaan :
0) Bola datang (top-spin) penampilannya. Jika anda seorang atlet yang memahami pengeta-
1) Gaya Gravitasi huan mekanika gerak, maka akan mengetahui mengapa lebih baik
2) Gaya Gesek
mengerahkan kekuatan otot pada situasi tertentu dan mengapa ger-
3) Gaya Elastis (senar)
4) Gaya Pantul (bola datang) akan dalam teknik lebih baik ditampilkan dengan cara tertentu dan
5) Gaya Dorong bukan dengan cara yang lainnya.
k
Dalam olahraga, hukum-hukum mekanika tidak diterapkan pada atlet
saja. Prinsip-prinsip mekanika juga digunakan
untuk memperbaiki efisiensi peralatan olahraga.
Sepatu yang digunakan untuk atletik, ski, dan
peralatan keselamatan seluruhnya dibuat dengan
menggunakan pengetahuan tentang gaya-gaya
eksternal (external force) yang ada di muka bumi
dan kekuatan otot yang diciptakan atlet. Ketika
membandingkan penampilan dua orang atlet,
kita seringkali menyatakan bahwa salah satu atlet
mempunyai bentuk gerakan yang lebih baik, atau
lebih tepatnya mempunyai teknik yang lebih baik.
Apa yang dimaksud dengan teknik ? Teknik meru-
pakan pola dan rangkaian gerak yang digunakan
atlet untuk menampilkan keterampilan cabang
olahraga, seperti pass bawah dalam bola voli,
bantingan panggul dalam judo, atau handspring
dalam senam.

Keterampilan cabang olahraga bervariasi dalam

Biomekanika Olahraga
10

jumlah dan tipenya. Dalam beberapa cabang olahraga (seperti lempar


cakram dan lembing) hanya terdapat satu keterampilan yang harus
ditampilkan. Pelempar harus memberikan putaran dan melemparkan
cakram. Tetapi dalam permainan tenis, pemain harus melakukan fore-
hand, backhand, voli dan servis. Tiap keterampilan, apakah dalam servis
tenis atau lempar cakram, mempunyai tujuan khusus yang ditentukan
oleh aturan cabang olahraga itu sendiri. Pemain tenis ingin menem-
patkan bolanya melewati atas net dan jatuh di daerah servis dengan
cara tertentu sehingga lawan tidak bisa mengembalikannya. Pelempar
cakram harus melemparkan cakramnya sejauh mungkin, dan memasti-
kan cakramnya jatuh di daerah yang sah. Kedua atlet berusaha menggu-
nakan teknik yang baik, sehingga tujuan tiap keterampilan dapat terca-
pai dengan tingkat efisiensi dan keberhasilan tertinggi.

Seorang atlet dapat menampilkan suatu keterampilan dengan teknik


yang baik atau kurang baik. Teknik yang kurang baik berarti tidak efektif
dan gagal dalam menciptakan hasil terbaik. Penampilan teknik ini bisa
kita amati di tempat-tempat latihan golf (driving range), dan bersamaan
dengan teknik yang kurang baik adalah hasil yang tidak memuaskan.
Kalau kita bandingkan para pegolf biasa dengan para pegolf profesional
yang berbeda dalam tinggi, kekuatan, dan berat badan, tetapi teknik
dasar yang digunakan oleh seluruh pegolf adalah sama. Dari backswing
sampai follow-through terlihat aplikasi gaya yang begitu tepat dan ger-
akannya yang begitu indah. Efisiensi gerakan ini menunjukkan bahwa
para pegolf profesional menggunakan teknik yang sangat baik, aksinya
begitu sangat efektif.

Di luar perbedaan tersebut, para atlet dunia dari berbagai cabang olah-
raga menggunakan teknik superior yang didasarkan pada penggunaan
prinsip-prinsip mekanika gerak yang mengontrol gerak manusia. Tetapi
sangatlah penting untuk dipahami bahwa teknik yang ditampilkan para
atlet dunia tidak terjadi secara kebetulan. Sangat tidak mungkin bagi
seorang atlet bisa memperoleh status atlet dunia tanpa bantuan
seorang pelatih yang memahami Biomekanika Olahraga. Pada masa

Biomekanika Olahraga
11

sekarang ini para atlet dunia memperoleh bantuan dari para pelatih
yang berilmupengetahuan, dan kalau disertai dengan bakat dan dis-
iplin atlet, maka akan membantu menciptakan penampilan terbaik.

Apa yang harus diketahui agar pengajaran teknik yang baik bisa di-
lakukan? Kita ambil contoh, apa yang diperlukan ketika kita mengajar
pemula memukul bola golf. Ketika keterampilan ini diperkenalkan,
alangkah baiknya pelatih dapat mendemonstrasikan pukulan den-
gan teknik yang baik. Kemudian menjelaskan tiap fase gerakan yang
harus dilakukan. Tetapi hanya “menjelaskan dan mendemonstrasikan”
saja belumlah cukup! Sangatlah penting bagi pelatih untuk men-
getahui mengapa gerak memukul tersebut harus dilakukan dengan
cara tertentu dan bukan dengan cara lainnya, dan harus memahami
apa yang dapat diperoleh dari sikap siap (stance), perpindahan berat
badan (weight shift), putaran panggul (hip rotation), dan meluruskan
kedua lengan (extension of the arms) ketika terjadi impact dengan
bola golf. Guru pendidikan jasmani yang sedang mengajar bola voli
perlu memiliki pengetahuan mekanika tentang voli. Dalam bola voli
sangatlah penting mengetahui alasan-alasan mekanika mengapa
dengan gerakan tertentu seorang pemain bisa melompat ke atas
untuk melakukan spike dan mengapa dengan gerakan lainnya tidak
bisa. Begitu pula ketika melakukan servis atas, mengapa bola harus
dipukul dengan memberikan putaran (spin) pada bolanya sehingga
bola bisa memasuki lapangan permainan.

Masih banyak para pelatih dan atlet yang menggunakan metode


lama (tradisional) selama proses latihannya, yaitu metode yang
memperlihatkan kurangnya pemahaman prinsip-prinsip mekanika.
Beberapa pelatih merasa bangga menggunakan metode trial and
error. Kadang-kadang diperoleh hasil yang baik, tetapi ternyata lebih
sering memperoleh kegagalan. Beberapa pelatih mengajarkan teknik
kepada atletnya berdasarkan juara dunia, tanpa memperhatikan
perbedaan-perbedaan pada fisik, latihan, dan kematangan. Begitu
pula, banyak para atlet muda usia yang meniru setiap gerakan yang

Biomekanika Olahraga
12

ditampilkan atlet dunia. Alangkah lebih baik, jika mereka dapat mem-
bedakan antara gerakan yang benar secara mekanik dengan gerakan
yang salah. Dengan memiliki latar belakang pengetahuan Biomekanika
Olahraga, maka guru pendidikan jasmani dan para pelatih akan mampu
menganalisis penampilan dan mengajarkan pola-pola gerak teknik yang
lebih efisien, terhindar dari cedera, serta bisa meningkatkan penampilan
atletnya !

Sekarang kita kaji dan melihat diri kita sendiri, apakah dalam proses
melakukan pembinaan olahraga, sudah menerapkan IPTEK Olahraga
atau belum, science atau hanya experience, dan Biomekanika Olahraga
adalah sport science yang paling pokok. Apa perbedaannya, mari kita
lihat dalam matrik berikut.

VARIABEL NON IPTEK IPTEK


SIFAT Tradisional Modern
METODE Coba – Salah Coba – Benar
DURASI Lambat Cepat

k
KUALITAS Rendah Tinggi

Bagi pelatih yang belum menggunakan Iptek, mulailah dari sekarang Tabel. 2-1: Perbandingan lati-
han dengan pendekatan Non-Iptek
meninggalkan cara lama dan menggunakan Iptek. Jangan takut dan dan Iptek. Kita ada di mana … ?
malu, semua pasti bisa. Jujurlah dengan kemampuan kita sekarang. Ingat, 4-5 thn, seharusnya su­dah
Biomekanika Olahraga merupakan ilmu yang paling dahulu yang ha- pemain nasional dan 8-10 thn,
seharusnya sudah pemain dunia.
rus anda pelajari, karena ketika anak mulai belajar gerak melakukan
teknik olahraga, harus benar sejak awal. Jika tidak, maka akan relatif sulit
merubahnya kelak ketika sudah dewasa.

Biomekanika Olahraga
13

D. DEFINISI

Perlunya pengetahuan mekanika dalam memahami teknik cabang


olahraga dan seluruh gerak manusia (human movement) sudah tidak
disangsikan lagi. Biomekanika Olahraga adalah ilmu yang menerapkan
prinsip-prinsip mekanika terhadap struktur tubuh manusia dan seluruh
alat yang digunakan pada saat melakukan aktivitas olahraga. Guru
pendidikan jasmani, pelatih, dan atlet akan menghadapi kesulitan jika
tidak memiliki pengetahuan mekanika yang mendasari teknik cabang
olahraga yang diajarkan. Mereka akan mempunyai kerugian ketika
dihadapkan pada pemilihan teknik terbaik yang harus digunakan,
keputusan bagaimana memodifikasi teknik tertentu yang memu-
dahkan untuk karakteristik pribadi atlet, mengamati kesalahan dan
mengidentifikasi penyebabnya, serta cara-cara tertentu untuk memb-
etulkan kesalahan tersebut.

Biomekanika Olahraga seringkali dijelaskan dengan menggunakan


beberapa cabang pengetahuan matematika. Tetapi hal ini sering me-
nimbulkan kesulitan bagi mereka yang kurang memahami matema-
tika. Para pengajar telah berusaha keras untuk mengatasi kesulitan ini
dengan menyederhanakan rumus-rumus matematika dengan menya-
jikan konsep-konsep dasar dalam istilah-istilah non-matematika. Oleh
karena itu, untuk memudahkan pembaca dalam memahami buku ini,
maka tidak digunakan rumus-rumus atau penghitungan matema-
tika. Buku ini diperuntukkan bagi para pelatih, guru penjas, atlet,
dan penggemar olahraga secara sederhana – tidak ada istilah-istilah
matematika dan menyajikan contoh-contoh yang menarik tentang
persoalan gerak. Tulisan dalam buku ini sangat mudah untuk dibaca
dan sangat memudahkan pembaca untuk memahami Biomekanika
Olahraga.

Biomekanika Olahraga
14

E. RUANG LINGKUP BIOMEKANIKA

Biomekanika (Biomechanics) tidak saja digunakan untuk perbaikan


teknik cabang olahraga, tetapi juga banyak digunakan oleh para ahli di
luar bidang ilmu olahraga, misalnya bidang kedokteran, dan desain alat-
alat kebutuhan manusia. Ruang lingkup Biomekanika (area spesialisasi)
mencakup:

1. Developmental biomechanics, yaitu biomekanika yang secara khu-


sus mempelajari perubahan pola-pola gerak selama hidup dan orang-
orang cacat. Misalnya: analisis yang dilakukan terhadap orang-orang
yang menderita celebral palsy.

2. Biomechanics of exercise, yaitu biomekanika yang mempelajari


usaha-usaha untuk meningkatkan keuntungan yang diperoleh dari lati-
han dan mengurangi kemungkinan terjadinya cedera.

3. Rehabilitation mechanics, yaitu biomekanika yang mempelajari pola


gerak orang-orang yang mengalami cedera.

4. Equipment design, yaitu biomekanika yang mempelajari desain


peralatan yang digunakan dalam olahraga. Misalnya: desain raket tenis,
bulutangkis, sepatu atletik, bola, pakaian, sepeda balap, peralatan golf,
dan lain-lain.

5. Sports Biomechanics (Biomekanika Olahraga), yaitu ilmu biome-


kanika yang digunakan untuk meningkatkan efisiensi gerak atlet ketika
menampilkan cabang olahraga. Misalnya dengan cara, Analisis Teknik,
Identifikasi Cidera Olahraga, dan Evaluasi Program Latihan.

Biomekanika Olahraga
15

Bag 2
KESETIMBANGAN

A. KESETIMBANGAN

1. STATIKA

S
tatika adalah cabang atau bagian dari mekanika yang
membahas tentang kestabilan atau konstanta. Pemba-
hasan bukan sebatas benda diam tidak bergerak, tetapi
juga pada benda-benda yang bergerak konstan, dan tidak
mengalami perubahan gerak. Jadi tidak ada penambahan
atau pengurangan kecepatan, serta perubahan arah gerak. Di dalam
pembahasannya terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan,
Hukum dan Azas-azas Kestabilan.

Stabilitas berkaitan dengan seberapa


besar tahanan yang diciptakan atlet
untuk melawan gangguan lawan terha-
dap keseimbangannya. Semakin stabil
atlet, maka semakin besar tahanan yang
diciptakannya untuk mengatasi gaya
yang mengganggunya. Cabang olahraga
yang sangat memerlukan tingkat stabili-
tas yang tinggi termasuk gulat, dan judo.
k

Gbr. 2-4: Gulat dan Judo sangat membutuhkan tingkat


kestabilan yang tinggi. Oleh karenanya, secara teknik disebut
sebagai permainan kestabilan. Yang kedua, disebut juga
sebagai permainan bantingan. Yang ketiga disebut sebagai
permainan kuncian.

Biomekanika Olahraga
16

Faktor-faktor yang menentukan Stabilitas

Kondisi-kondisi yang memberikan stabilitas minimal bagi pesenam dan


stabilitas maksimal bagi pegulat merupakan petunjuk prinsip-prinsip
mekanika yang menentukan stabilitas. Prinsip-prinsip ini penting karena
terjadi dalam setiap keterampilan cabang olahraga. Faktor-faktor terse-
but antara lain:

a. Bahan Benda (Tingkat Koefisien Gesek)

Azas hukumnya berbunyi, ‘Semakin tinggi tingkat koefisien gesek suatu


benda, maka akan semakin stabil.’ Sol sepatu atlet yang terbuat dari karet
murni akan lebih stabil dibandingkan dengan yang terbuat dari bahan
campuran plastik, karena bahan karet murni memiliki tingkat koefisien
gesek yang lebih tinggi dari bahan campuran karet-plastik. Hal ini ber-
laku juga pada permukaan lapangan seperti, lantai teraso, kayu, rum-
put, karpet, gravel, dan tartan, semua memiliki tingkat koefisien yang
berbeda, dan dapat mempengaruhi kestabilan atlet. Dalam aplikasinya,
diperlukan jenis sepatu yang berbeda-beda untuk permukaan lapangan
yang berbeda.

b. Massa Benda

Azas hukumnya berbunyi, ‘Semakin besar massa benda, maka akan se-
makin stabil.’ Jadi massa benda berbanding lurus dengan tingkat kesta-
bilan. Atlet yang massa badannya 100 kg akan lebih stabil bila diband-
ingkan dengan atlet yang mempunyai massa badan 75 kg, dan atlet
yang massa badannya 75 kg akan lebih stabil bila dibandingkan dengan
atlet yang mempunyai massa badan 50 kg, dan seterusnya. Massa dalam
pemahaman mekanika adalah suatu kuantitas dasar materi sebuah
benda. Selama tidak ada perubahan fisik, besaran massa sebuah benda
akan tetap hingga akhir jaman, meskipun dipindahkan keplanet-planet
lain di luar angkasa.

Biomekanika Olahraga
17

c. Gravitasi

Gravitasi bumi, pertama kali ditemukan oleh Sir Isac Newton (1643-1727)
dalam ’tragedi buah apel’. Maksudnya, ia menemukannya secara tidak
sengaja tertimpa buah apel di kebunnya, ketika ia sedang belajar.

Azas hukumnya berbunyi, ‘Semakin besar gravitasi, maka akan semakin


stabil.’ Namun demikian, gravitasi merupakan besaran yang konstan dan
relatif sama besarnya dipermukaan bumi (kecuali planet lain). Biasanya
gravitasi digabungkan dengan massa, sehingga menjadi apa yang dise-
but dengan Berat. Berat dengan massa memiliki definisi yang berbeda
dalam mekanika. Dalam pemamahaman mekanika Berat adalah hasil
perkalian antara Massa dan Gravitasi, dalam rumus ditulis W = m x g.

d. Bentuk atau Susunan Segmen Benda

Alat-alat yang digunakan dalam olahraga bentuknya bermacam-macam.


Demikian pula sikap tubuh atlet ketika ia melakukan suatu gerakan.
Gbr. 2-5 :
Setiap bentuk dan sikap tubuh memiliki tingkat stabilitas yang berbeda-
Benda no. 1 paling labil, benda beda. Berkaitan dengan hal ini maka, azas hukumnya berbunyi, 1) ‘Se-
no. 4 paling stabil. makin bundar atau bulat bentuk sebuah benda, maka akan semakin labil
Benda no. 5 dan 6 adalah benda
yang tingkat kestabilannya
benda tersebut.’ Kemudian, 2) ‘Semakin menjauhi bidang tumpu, proyeksi
rendah. gabungan PMB tiap segmen, maka akan semakin labil benda tersebut.’
k

Biomekanika Olahraga
18

e. Luas Bidang Tumpu

Bidang tumpu merupakan hal yang penting dalam cabang olahraga


yang menuntut stabilitas. Mobil Formula 1 dirancang sangat stabil,
dengan melebarkan letak bannya ke samping. Azas hukumnya berbunyi,
‘Semakin luas bidang tumpu, maka akan semakin stabil keadaan sebuah
benda.’ Jadi atlet pun, ketika bergerak dapat meningkatkan stabilitasnya
bila ukuran bidang tumpuannya diperluas.

k
Gbr. 2-6 :

Bidang tumpuan merupakan dae-


rah yang ditunjukkan oleh garis
putus-2, yang menghubungkan
bagian sisi kaki.

d. Pusat Massa Benda

Azas hukumnya berbunyi, 1) ‘Semakin rendah letak


Pusat Massa Benda (Center of Gravity), maka akan
semakin stabil benda tersebut.’ Kemudian azas yang
lain berbunyi, 2) ‘Semakin dekat ke pusat bidang
tumpu, proyeksi (garis gravitasi) pusat massa benda
(CG), maka akan semakin stabil benda tersebut.’ Atlet,
ketika mendapat gaya dorong eksternal, ia memper-
tahankan stabilitasnya dengan cara 1) merendahkan
tubuhnya, dan 2) menjaga agar garis vertikalnya,
melalui titik berat atlet, tetap jatuh di dalam bi-
dang tumpuannya.
k

Gbr. 2-7: Lokasi dan proyeksi titik berat badan


atlet. Kiri labil, kanan lebih stabil.

Biomekanika Olahraga
19

g. Tenaga Luar

Azas hukumnya berbunyi, ‘Semakin besar tenaga luar yang bekerja pada
sebuah benda, maka semakin labil keadaan benda tersebut.’ Atlet dapat
meningkatkan stabilitasnya bila garis gravitasinya dipindahkan ke arah
datangnya gaya. Melebarkan bidang tumpuan dan memindahkan letak
titik berat badan ke arah datangnya gaya, merupakan contoh untuk
prinsip ini.
k

Gbr. 2-8: Seseorang sedang


memberikan tenaga luar kepada
lawan tanding gulat dan judo.

h. Keseimbangan

Keseimbangan dan stabilitas merupakan dua istilah yang hampir sama


tetapi mempunyai arti yang berlainan. Keseimbangan berkaitan dengan
koordinasi dan kontrol. Jadi daya balance ini hanya ada pada makhluk
hidup. Seorang atlet yang mempunyai keseimbangan yang baik, dapat
mempertahankan keadaan equilibriumnya dan menetralkan gaya-gaya
yang akan mengganggu penampilannya. Seorang atlet harus memper-
tahankan keseimbangannya dalam keterampilan yang dinamis (seperti
keseimbangan pada palang sejajar). Lawan yang dihadapi atlet ketika
mencoba mempertahankan keseimbangannya adalah gaya eksternal.
Gravitasi, gesekan, tahanan udara, atau gaya yang diberikan lawan
untuk mengganggu penampilannya. Dengan demikian maka azas
hukumnya berbunyi, ‘Semakin baik tingkat koordinasi dan daya kontrol
seseorang, maka akan semakin tinggi tingkat kestabilannya.’

Biomekanika Olahraga
20

Pandanga Mata (Point of view)

Pandangan adalah sikap mata

k
seorang atlet (terpejam, terbuka,
melirik) pada saat atlet melaku- Gbr. 2-9 : Seorang atlet senam
sedang berjalan di atas balok
kan pergerakan. Pandangan titian. Pandangan selalu tetap
merupakan bagian dari sistem ke depan.
keseimbangan tubuh. Stimulus
berupa informasi lingkungan,
yang datang dari luar masuk
melalui mata dan diteruskan
menuju pusat sistem syaraf
keseimbangan (equilibrium).
Informasi tersebut diperlukan
untuk mengetahui tingkat sta-
bilitas tubuh, untuk kemudian
diteruskan lagi menuju sistem
syaraf motorik, hingga ke otot,
sebagai respon untuk menjaga
stabilitas tubuh. Agar stabilitas
dapat terjaga dengan baik maka
stimuslus (informasi) tidak boleh berubah-ubah. Oleh karena itu azas
hukumnya berbunyi, ‘Keadaan seseorang akan stabil apabila pandangan-
nya ditujukan pada satu titik tertentu.’ Seorang pesenam yang melaku-
kan kontra salto, akan berhasil lurus jika ia tidak menoleh ke samping.
Demikian pula seorang pembalap sepeda, jika ia menoleh ke samping
maka lintasannya akan menjadi berbelok. Seorang atlet senam yang
berjalan di atas balok titian (beam), pandangannya harus tetap lurus ke
depan (tidak melihat ke bawah) , jika tidak maka ia akan segera oleng
dan jatuh.

Biomekanika Olahraga
21

2. DINAMIKA

D
inamika identik dengan gerak, yakni gerak yang tidak
konstan dan selalu berubah. Dalam mekanika, gerak
dibahas dan dipelajari melaui 2 sisi, yakni; 1) Kinema-
tika, yaitu yang membahas tentang gerak benda itu
sendiri berkaitan dengan masalah ruang dan waktu,
tanpa melihat apa penyebab bergeraknya benda tersebut. Aspek-
aspek yang terdapat di dalamnya adalah; Jarak, Kecepatan, Waktu, dan
Percepatan. 2) Kinetika, yaitu yang membahas tentang hal-hal yang
menyebabkan terjadinya gerak sebuah benda. Aspek-aspek yang
terdapat di dalamnya adalah; Gaya, Power, Momentum, Tekanan, dan
seterusnya.

Dalam Kinematika, sejatinya gerak hanya ada dua macam, yaitu Gerak
Lurus (linier) dan Gerak Melingkar (anguler). Namun seorang atlet
dapat bergerak dengan tiga cara yang berbeda. Geraknya bisa linier
(yaitu dalam garis lurus), bisa anguler (dalam bentuk rotasi), atau bisa
juga gabungan/kombinasi, yang disebut juga sebagai gerak umum
(general motion). Dalam olahraga, kombinasi kedua gerak ini yang
paling sering terjadi, dan gerak anguler yang paling dominan dilaku-
kan oleh atlet. Hal ini terjadi karena gerak atlet berasal dari ayunan,
aksi putaran anggota tubuh ketika berputar melalui sendinya. Bahkan
seluruh gerak yang dilakukan oleh setiap bagian tubuh atlet (seg-
men), adalah gerak anguler atau melingkar.

Biomekanika Olahraga
22

Bag 3
GERAK

MACAM GERAK

a. Gerak Lurus (Linier Motion)

Gerak linier disebut juga translasi, menggambarkan situasi dimana


seluruh bagian benda bergerak dengan jarak, arah, dan waktu yang
sama. Seperti yang dapat kita bayangkan, hal ini sukar terjadi pada
atlet, karena beberapa bagian anggota tubuh dapat bergerak ketika
bagian tubuh lainnya tidak bergerak. Tetapi contohnya ada, seorang
atlet sepatu roda berada pada posisi diam ketika rodanya meluncur
dalam garis lurus adalah gerak translasi.

Ada dua macam gerak lurus yaitu; Gerak Lurus Beraturan (GLB), dan
Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB). Keduanya selalu terjadi dalam
kegiatan olahraga. Namun pada kenyataannya, lebih sering terjadi Gbr. 2-10: Perubahan kecepatan
gerak lurus yang berubah beraturan. GLB memiliki kecepatan yang pada lari sprint 100 m, (garis merah).
konstan, sedang GLBB kecepatannya selalu berubah-ubah. k
Seorang pelari sprint 100 m,
melakukan gerak lurus yang
tidak konstan. Kecepatannya
berubah. Pada awal mening-
galkan garis start, penambahan
kecepatannya sangat tinggi,
hingga kurang lebih 5 detik. Ke-
mudian kecepatannya konstan,
dan setelah itu, 2-3 detik tera-
khir, kecepatannya menurun.

Biomekanika Olahraga
23

b. Gerak Melingkar (Angular Motion)

Gerak rotasi, spin, salto, dan twist, merupakan nama lain untuk gerak
anguler. Seluruh istilah tersebut menunjukkan bahwa sebuah benda
atau seorang atlet sedang berputar beberapa derajat. Dalam olahraga
seperti senam, loncat indah, atlet sering melakukan setengah putaran
(180 derajat), putaran penuh (revolution) 360 derajat.

Untuk menciptakan gerak anguler, maka gerakan harus terjadi di


sekitar poros. Tubuh atlet mempunyai banyak persendian dan selu-
ruhnya bekerja sebagai poros. Gerak rotasi yang paling sering terlihat
adalah di sekitar sendi bahu, lengan bawah sekitar sendi sikut, dan
tangan sekitar sendi pergelangan tangan. Sendi panggul beraksi se-
bagai poros bagi tungkai, sendi lutut untuk tungkai bawah, dan sendi
pergelangan kaki untuk kaki. Gerakan tergantung pada gerak rotasi
dari tiap segmen (yaitu kaki, tulang kering, dan paha) anggota tubuh
atlet ketika bergerak pada sendinya.

Gbr. 2-11: Seorang pesenam melakukan


k

gerak rectilinear, dan rotasi.

Biomekanika Olahraga
24

c. Gerak Umum (General Motion)

Gerak umum sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Dalam dunia
olahraga pun sering kita lakukan. Contoh gerak umum misalnya seperti,
Gerak Lengkung, Gerak Slalom, Gerak Parabola, dan sebagainya. Anda
mungkin tidak pernah berfikir bahwa gerak lengkung, gerak slalom, dan
gerak parabola, adalah gabungan dari dua buah gerak lurus. Seorang
penerjun bebas, sebelum ia membuka payungnya, gerak yang dialami
tubuhnya merupakan gerak lengkung, gabungan antara gerak lurus
horizontal dan gerak lurus jatuh bebas. Demikian pula gerak slalom yang
dilakukan oleh atlet ski air, merupakan gabungan antara gerak lurus ke
arah depan dengan gerak lurus bolak-balik ke arah kiri dan kanan. Juga
sama dengan gerak parabola, yang terjadi pada gerak peluru, cakram
dan lembing, semua merupakan gabungan gerak lurus horizontal dan
gerak lurus vertical, yang dipengaruhi gaya gravitasi. Jenis gerak gabun-
gan juga dapat diamati pada lari sprint. Pada nomor lari 100 m, atlet ber-
lari dari star sampai finish secepat mungkin. Meskipun atlet mengetahui
bahwa jarak terpendek antara start dan finish adalah garis lurus dan ha-
rus ditempuh dengan gerak linier, maka sangatlah tidak mungkin untuk
berlari dengan menggunakan gerak linier. Jika kita amati pelari sprint,
maka akan terlihat naik turunnya posisi tubuh atlet dari satu langkah ke
langkah lainnya. Beberapa gerakannya adalah linier, tetapi sebagian be-
sar adalah anguler. Secara keseluruhan, gerak sprint atlet termasuk gerak
kombinasi. Terjun bebas (free fall) pada saat awal jatuh dari pesawat,
juga sebenarnya merupakan pola gerak gabungan, yang dapat diamati.
Gerak tersebut merupakan gabungan dari gerak lurus horizontal (laju
pesawat) dan gerak lurus berubah beraturan (jatuh bebas).

Biomekanika Olahraga
25

Gbr. 2-12:
Beberapa contoh gerak umum (General motions)
1) Gerak tangan pelari.
2) Gerak Bola Football.
3) Gerak Penerjun Freefall.

d. Gerak Parabola (Projectile)

Gerak parabola sebenarnya merupakan gerak umum atau gerak gabun-


gan, namun oleh karena gerak ini unik dan sering ditemui dalam keg-
iatan olahraga sehari-hari, maka kiranya perlu dibahas secara khusus.
Semua gerak benda yang melayang ke udara (selain vertical dan hori-
zontal), akan membentuk sebuah lintasan parabola.

Dalam berbagai cabang olahraga, seringkali atlet dan alat-alat yang


digunakannya diproyeksikan (bergerak melayang di udara), yang selan-
jutnya disebut sebagai proyektil. Proyektil bisa berupa bola golf, bola
basket, lembing, atau pelompat dan pesenam. Cabang-cabang olah-
raga ini menuntut atlet untuk memanipulasi, mengontrol, atau menilai
lintasan melayang yang terjadi. Contoh, pelompat tinggi bertujuan

Biomekanika Olahraga
26

untuk memperoleh ketinggian, jarak, dan rotasi, sehingga dapat berha-


sil melompat melewati atas mistar. Pemanah menempatkan busur dan
anak panah serta menarik tali busur dengan jarak yang sesuai, sehingga
anak panahnya bisa tepat mengenai sasaran. Penjaga gawang dalam
sepakbola harus dapat memperkirakan kecepatan dan jalur melayang-
nya bola, agar tidak kemasukan gol. Dalam berbagai cabang olahraga
tersebut, beberapa faktor mempengaruhi sifat-sifat jalur melayangnya
adalah : sudut, kecepatan, dan ketinggian saat lepas.

Dalam lompat jauh, pada tahap melayang merupakan pola gerak pa-
rabola, yang take-off dan landing-nya berada pada ketinggian yang
sama. Secara teori, kecepatan awal sangat menentukan jauhnya lom-
patan. Lalu sudut elevasi, sejatinya untuk lompatan terjauh harus 45o.
Namun demikian hal tersebut tidak mungkin dapat dilakukan, disebab-
kan karena kecepatan tolakan vertikal tidak dapat menyamai kecepatan
awalan horizontal. Selama ini yang tercatat hanya sebesar 20o-22o saja.
Agar sudut lepas (melayang) mendekati 45o, maka tolakan kaki harus
sekuatnya dan secepat mungkin dilakukan, dan yang lebih penting lagi
adalah tolakan kaki benar-benar murni diarahkan vertikal ke atas.

Gbr. 2-13 : Dua buah gaya yang dilakukan oleh


pelompat jauh, horizontal dan vertical, menghasilkan
Resultan Gaya berwarna merah sebesar +20o.
L1 merupakan jarak horizontal pada saat take-off.

Biomekanika Olahraga
27

4. Inersia dan Momentum

a. Inersia (Kelembaman)

Inersia adalah kecenderungan benda untuk tetap dalam keadaan semu-


la. Jika ia diam, maka akan tetap diam selamanya, hingga ada kekuatan
tenaga luar yang bekerja mempengaruhinya. Jika ia bergerak, maka
akan tetap bergerak lurus dengan kecepatan tetap selamanya, hingga
ada gaya luar yang bekerja mempengaruhinya. Hal ini tertuang dalam
hukum gerak Newton I. Inersia bersifat sebagai hambatan, karena ia
juga merupakan besaran. Dalam gerak melingkar, disebut sebagai Mo-
men Inersia, yang juga memiliki sifat yang sama.

Momen inersia ini dapat dianggap sebagai hambatan rotasi. Istilah ini
menjelaskan kecenderungan seluruh benda atau atlet yang pada awal-
nya menghambat rotasi dan seterusnya ingin melanjutkan rotasi. Prinsip
mekanika ini terjadi dalam setiap situasi dimana atlet melakukan rotasi,
spin, atau twist, dan dalam setiap situasi dimana bat, golf club, dan alat
lainnya diayunkan. Pendek kata, momen inersia selalu ada dalam selu-
ruh situasi olahraga dimana terjadi gerak anguler.

Terdapat dua faktor penting yang menentukan seberapa besar inersia


yang dimiliki benda yang berputar. Faktor-faktor tersebut adalah:

1). Massa Benda

Semakin besar massa yang dimiliki sebuah benda, maka semakin besar
tahanan yang menghambat gerak rotasinya. Selain itu pula, semakin
besar massa, semakin besar pula keinginan benda untuk tetap berputar.
Sebuah bat baseball lebih sulit untuk diayunkan dari pada bat yang
ringan. Setelah pemukul memberikan efek putaran yang memadai agar
bat bergerak, maka bat yang berat tetap ingin terus bergerak. Semakin
berat bat, maka semakin kuat atlet untuk menggerakkan, mengontrol
dan menghentikan bat.

Biomekanika Olahraga
28

2). Distribusi Massa

Distribusi massa yaitu bagaimana massa tersebar seberapa dekat atau


jauh terhadap poros rotasinya. Dua club golf A dan B, panjang dan
bentuknya sama, dan pada timbangan menunjukkan berat yang sama.
Club B, massanya lebih banyak terkumpul di sekitar ujung clubnya. Club
B mempunyai momen inersia yang lebih besar dari pada club A, karena
hampir seluruh massanya terdistribusi ke ujung clubnya. Bila Club B
diayunkan, maka pada awalnya akan mengalami kesulitan, juga akan
kesulitan untuk mengontrolnya selama diayunkan, dan mengalami kesu-
litan apabila akan menghentikan ayunannya.

Pemahaman ini tentunya dapat digunakan ketika pelatih atau para


Pembina memilih calon atlet berbakat, khususnya dalam melihat ben-
tuk tubuh (somatoype) atlet. Bentuk kaki yang ramping di bagian ujung
(betis), akan lebih ringan digerakkan, dibandingkan dengan bentuk kaki
yang agak besar. Dengan demikian maka betis yang ramping memiliki
keuntungan dalam hal kecepatan dan kelincahan. Di negara-negara
maju, telah lama menerapkan pengetahuan ini pada cabang olahraga
yang membutuhkan kecepatan dan mobilitas tinggi, seperti nomor lari
pada atletik, sepakbola, futsal, bola basket, bulutangkis, tenis lapangan,
dan tenis meja.
k

Gbr. 2-14: Bentuk kaki yang


ideal untuk seorang atlet cabang-
cabang Olahraga yang butuh
kecepatan dan mobilitas tinggi.

Biomekanika Olahraga
29

Bag 4
GAYA

Gaya (Force)

A
pa sebenarnya yang dimaksud dengan gaya? Dalam
pemahaman mekanika, gaya adalah Kuantitas yang dapat
memungkinkan bergeraknya sebuah benda. Kita sebena-
rnya tidak bisa melihat gaya, tetapi kita bisa melihat dan
merasakan efeknya. Sebuah gaya merupakan dorongan
atau tarikan yang mengubah atau cenderung untuk mengubah keadaan
gerak suatu benda atau atlet.

Dalam olahraga weight-lifting, kita contohkan dua lifter yang sedang


mengerahkan kekuatan ototnya untuk mengangkat sebuah barbel den-
gan arah vertikal. Kombinasi kedua gaya menunjukkan jumlah dan di-
angkat pada arah tertentu. Ketika arah dan jumlah gaya yang diterapkan
diketahui, maka kombinasi keduanya disebut vektor gaya. Istilah vektor
menunjukkan kuantitas yang mempunyai arah. Dalam kasus ini, jumlah
gaya tertentu divektorkan dengan arah vertikal.

Ada banyak gaya yang kita kenal, yang ditemukan dalam olahraga, di
antaranya adalah, Gaya Gravitasi, Gaya Internal dan Eksternal, Gaya Sen-
trifugal dan Sentripetal, serta Gaya Gesek.

1. Gaya Gravitasi

Gaya Gravitasi yang disebut juga sebagai gaya tarik bumi, merupakan
salah satu gaya tahanan yang paling besar yang harus diatasi oleh atlet.
Untuk lompat ke udara setinggi mungkin, mempertahankan stabilitas
dan keseimbangan, melempar benda sangat jauh, seluruhnya memerlu-
kan pemahaman bagaimana gaya-gaya itu bekerja.

Biomekanika Olahraga
30

Gaya tarik bumi akan menarik atlet pada titik berat tubuh atlet. Dalam
posisi apa saja, berdiri ataupun sedang bergerak, maka gaya gravitasi
selalu terpusat pada titik berat atlet. Tubuh atlet berbeda dengan besi
tolak peluru (titik beratnya tepat di tengah-tengah besi), karena tubuh
atlet tidak terbuat dari bahan yang sama, dan juga massanya tidak ter-
distribusikan merata dari kepala sampai ujung kaki. Tetapi tubuh atlet
tersusun dari bentuk-bentuk dan substansi yang berbeda seperti tulang,
otot, lemak, jaringan, yang seluruhnya tidak sama densitasnya. Tulang
dan otot lebih padat dari lemak, sehingga lebih besar massanya dan
mengisi setiap ruangan yang ditempatinya.

Bumi akan menarik lebih kuat bagian-bagian tubuh atlet yang lebih
berat. Ini berarti bahwa letak titik berat atlet tidak selalu sama dari
berbagai permukaan tubuh atlet, seperti pada besi peluru. Jika seorang
atlet mempunyai massa lebih besar di bagian togok dan tubuh bagian
atas dari pada bagian tungkainya, maka letak titik berat atlet akan lebih
terpusat ke arah tubuh bagian atas. Jika bagian tungkainya lebih berat,
maka sebaliknya. Meskipun letak titik berat atlet tidak sama jaraknya
dari bagian-bagian tubuhnya, tetapi massa tubuhnya akan seimbang di
sekitar titik beratnya.

Cabang-cabang olahraga yang memanfaatkan gaya gravitasi di anta-


ranya adalah Terjun Payung dan Loncat Indah.
k

Gbr. 2-15: Dalam beberapa


detik, atlet berusaha melakukan
maneuver gerakan yang telah
ditentukan.

Biomekanika Olahraga
31

2. Gaya Internal dan Eksternal

Yang disebut sebagai gaya internal adalah gaya yang terdapat di dalam
sebuah benda, yang terjadi dari sebuah sistem gerak. Sedangkan gaya
eksternal adalah gaya yang berada di luar sebuah benda, dalam sebuah
sistem gerak, yang setiap saat dapat ditransfer masuk ke benda lain dan
menjadi gaya internal bagi benda tersebut.

Kapan saja atlet menampilkan suatu keterampilan, maka atlet mencip-


takan gaya internal (internal force) dalam tubuhnya dengan mengkon-
traksikan otot-ototnya. Otot-otot menarik melalui tendon dan tendon
menarik tulang. Gaya- gaya yang diciptakan atlet ditujukan untuk
melawan gaya eksternal (external force) yang diciptakan gravitasi, gaya
reaksi dari tanah, gesekan, tahanan udara, dan dalam berbagai cabang
olahraga, kekuatan dorongan yang diciptakan pemain lawan.

Tumbukan bola-bola bilyard merupakan contoh yang jelas dari pemaha-


man tentang gaya internal dan eksternal. Ketika seorang atlet menyo-
dokkan stiknya pada bola putih, maka tangan atlet merupakan gaya
eksternal bagi stik, dan stik itu sendiri merupakan gaya eksternal bagi
bola putih. Bola putih kemudian memiliki gaya internal setelah meneri-
manya dari stik. Stik juga memiliki gaya internal setelah menerimanya
dari gerak ayunan tangan atlet. Dengan demikian sumber dari gaya
internal adalah otot tangan.

Contoh lain dari terjadinya


gaya internal dan eksternal
k

adalah pada olahraga soccer,


Gbr. 2-16: Gaya Internal rugby, dan basketball, ketika
ditransfer dari tangan ke stik, lalu terjadi dorongan antar pe-
ke bola putih, kemudian ke bola
merah-putih. main. Demikian pula ketika
melakukan shooting bola
ke gawang atau keranjang
lawan, dan seterusnya.

Biomekanika Olahraga
32

3. Gaya Sentrifugal dan Sentripetal

Benda yang mengalami gerak rotasi pada porosnya juga tunduk terha-
dap gaya linier. Bila suatu benda diikat dengan tali dan diputar kemu-
dian dilepaskan, maka benda itu akan lepas dari jalur lingkarannya dan
membentuk singgungan (tangen) dengan jalur lingkarannya pada titik
dimana benda itu lepas. Hal ini terjadi akibat adanya gaya sentrifugal
(centrifugal force) yang selalu bekerja ketika benda bergerak melingkar
atau melengkung. Besarnya gaya ini berbanding lurus antara massa
benda yang bergerak dengan kecepatannya, dan berbanding terbalik
dengan jarak benda dari poros putarannya (jari-jari radius).

Bila sebuah bola diikat dengan tali dan diayun melingkar, maka tali
memberikan Gaya Sentripetal (centripetal force) pada bola tersebut,
yang menyebabkan bola tetap berada pada jalur lingkarannya, dan bola
memberikan gaya sentrifugal pada tali yang menyebabkan tali menjadi
tegang. Jika tali itu putus dan bola akan lepas pada titik singgung jalur
lingkarannya dimana kedua gaya berhenti bekerja. Menurut hukum
Newton III, kedua gaya ini besarnya sama dan berlawanan arah yang
disebut sebagai gaya aksi dan reaksi.

Pengaruh kedua gaya di atas pada aktivitas olahraga banyak


sekali. Pada saat pemain tenis mengayunkan raketnya ke udara dengan
jalur melingkar, maka tangan yang memegang raket memberikan gaya
sentripetal untuk mempertahankan raket yang memutar pada jalur ling-
karannya, dan raket memberikan gaya sentrifugal terhadap tangan. Jika
peralatan olahraga yang diayun lebih berat, seperti lontar martil, maka
jumlahnya kedua gaya ini akan meningkat, sehingga atlet harus memir-
ingkan tubuhnya menjauhi martil yaitu untuk menghindari tarikan yang
diakibatkan oleh gaya sentrifugal. Demikian pula, pesenam yang besar
tubuhnya melakukan gerakan memutar pada palang tunggal memer-
lukan pegangan yang lebih kuat untuk melawan gaya sentrifugal dari
putaran tubuh yang diberikan terhadap palang.

Biomekanika Olahraga
33

k
Gbr. 2-17 : Atlet
Lontar Martil ber-
putar membangun
Gaya Sentrifugal.
Gaya Sentrifugal
bekerja ketika tan-
gan melepas martil
dan palang berting-
kat pada Senam.

4. Gaya Gesek

Gaya gesek terjadi ketika orang berjalan, berlari, atau melompat ke depan.
Pada roda sepeda, motor, dan mobil pun terjadi gaya gesek ketika ia ber-
putar menarik badan kendaraannya. Seorang atlet tidak dapat berjalan
atau berlari dengan cepat jika gesekan atara sol sepatunya dengan aspal
jalan tidak sempurna. Demikian pula pada kendaraan roda dua dan empat.
Semua tidak akan dapat bergerak jiaka tidak terjadi gesekan di antara kedua
benda yang bersentuhan. Hal inilah yang disebut dengan gaya gesek (fric-
tion force). Besarnya gaya ini tergantung dari materi atau bahan benda yang
digunakan. Masing-masing memiliki tingkat koefisien gesek yang berbeda.

Aplikasi pada cabang tenis adalah jenis sepatu yang digunakan, yaitu
ketika bermain di lapangan hard-cort, clay-cort, dan grass-cort. Sepatu
yang digunakan tentunya harus berbeda, khususnya pada jenis karet sol
dan bentuk kembangannya.

Pada olahraga balap motor, dan cabang sepeda nomor road race, jenis
ban yang digunakan tentunya tidak memiliki kembangan (kecuali saat
hujan). Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gaya gesek yang maksimal,
sehingga memiliki tarikan percepatan yang tinggi, selain efisien dalam
hal tenaga dan bahan bakar.

Biomekanika Olahraga
34

Pada cabang tenis meja terjadi ketika pemain melakukan pukulan top-
spin (looping). Karet bet serang halus akan menghasilkan putaran bola
yang lebih tinggi ketimbang karet bet serang bintik. Semakin renggang
jarak bintiknya, maka akan semakin rendah putarannya, dan sebaliknya,
semakin rapat jarak bintiknya, maka akan semakin tinggi putarannya.
Bidang kontak bola dengan karet bet serang yang halus terjadi 100%
sempurna, sedang pada karet bet serang bintik terjadi tidak sempurna,
disebabkan karena adanya celah atau rongga antara bintik-bintik terse-
but.

k
Gbr. 2-18: Karet Bet serang
’halus’ menghasilkan gesekan
bola yang maksimal. Demikian
pula Ban motor Superbike atau
GP yang ’halus,’ memiliki gesekan
yang tinggi, sehingga menghasil-
kan kecepatan maksimal.

c. Titik Berat Badan (Center of Gravity)

Dimanakah sebenarnya letak titik berat tubuh atlet ? Untuk kebanyakan


atlet laki-laki dewasa yang berdiri dengan kedua lengan di samping,
maka titik beratnya terletak sekitar ketinggian sabuk atau sekitar 1 inch
di bawah pusar. Untuk atlet wanita, titik beratnya terletak sedikit lebih
bawah. Alasannya, karena laki-laki lebih berat di sekitar bahu dan lebih
ringan di sekitar panggul, sedangkan wanita sebaliknya.

Biomekanika Olahraga
35

Letak titik berat atlet jarang tetap pada


tempat yang sama selama beberapa
waktu. Bahkan ketika sedang tidur,
posisi tubuh sedikit berubah, maka akan
k
mengubah distribusi massa pada tubuh.
Akibatnya, akan terjadi perubahan letak
Gbr. 2-19 : titik berat badannya.
Letak Pusat Massa Badan.
Pria : + 57 %
Wanita : + 55 %
Jika atlet berdiri tegak dan kemudian
dari tinggi badan. menggerakkan tungkainya ke arah
depan satu langkah, maka titik beratnya
berpindahn ke arah yang sama. Jika
menggerakkan tungkai dan lengannya,
maka titik beratnya berpindah ke depan
bahkan lebih jauh karena lebih banyak
massa yang dipindahkannya.

Berdasarkan hukum gaya yang berlaku,


agar semua teknik gerakan lebih sempurna dan maksimal, maka Pusat
Massa Badan (CG) harus selalu dipindahkan searah dengan arahnya
pukulan, dorongan, dan seterusnya. Jika tidak, maka hasilnya tidak akan
maksimal, atau harus mengerahkan tenaga yang lebih besar.

d. Power (Daya Ledak)

Hampir semua cabang olahraga membutuhkan Power. Power sangat


dibutuhkan oleh cabang-cabang olahraga yang bersifat eksplosif seperti
Atletik, Bolabasket, Sepakbola, Tenis, Bulutangkis, dan Tenis meja.

Power dalam istilah olahraga adalah daya ledak otot. Maksudnya adalah
kemampuan otot dalam satu kali kontraksi maksimal yang sangat cepat,
dengan suatu tahanan (beban) tertentu. Dalam istilah umum power
dikenal sebagai perpaduan antara kekuatan dan kecepatan (P = St x
Sp). Jelas, untuk membangun powernya seorang atlet harus melakukan
latihan beban dan kecepatan, serta latihan perpaduan antara keduanya
seperti plyometrik.

Biomekanika Olahraga
36

Ketika seorang pelompat tinggi menolakan kakinya ke atas untuk


melewati mistar, maka ketika itu ia sedang mengerahkan kemam-
puan power yang ada pada dirinya. Sama ketika petolak peluru me-
nolakkan pelurunya, atau pelempar cakram dan lembing saat melem-
par cakram dan lembingnya. Sama juga ketika seorang pemain bola
basket pada saat melakukan jumpshot. Demikian juga ketika shooting
dilakukan oleh pemain sepakbola, smash yang dilakukan oleh pe-
main bulutangkis dan tenis meja. Semakin besar power yang dimiliki
seorang atlet, maka akan semakin baik dan menguntungkan.

Gbr. 2-20: Cabang olahraga yang mengerahkan Power maksimal, diantaranya Bolabasket (melompat) dan
Lempar Lembing.

Biomekanika Olahraga
37

e. Momentum (Kuantitas Gerak)

Pengertian momentum dalam Biomekanika olahraga sangatlah berbeda


dengan istilah yang digunakan pada masyarakat umum. Momentum di
sini artinya jumlah gerak atau kuantitas gerak sebuah benda. Hanya benda
yang bergeraklah yang memilki momentum. Besar momentum gerak lurus
merupakan perbandingan lurus antara massa benda dengan kecepatan
liniernya (M = m x V). Sedang momentum gerak melingkar adalah meru-
pakan perbandingan lurus antara momen inersia dengan kecepatan sudut
atau angulernya (L = I x ω).

Dalam olahraga prestasi, besar momentum gerak linier sangat diperlukan


pada cabang olahraga yang melakukan benturan atau tumbukan, seperti
sepakbola pada saat kontak badan dan shooting, bolabasket ketika kontak
badan, tenis ketika kontak raket dengan bola, softball ketika kontak bat
dengan bola.

Mengapa atlet sepakbola yang lebih tinggi memiliki tendangan yang relatif
lebih keras? Mengapa atlet Eropa memiliki pukulan yang relatif lebih keras
pada cabang softball, tenis dan tenis meja, dibanding atlet Asia? Pada
shooting sepakbola, tidak lain oleh karena ia memiliki momemtum yang
lebih besar pada ujung kakinya, disebabkan oleh massa kaki yang lebih be-
sar, dan kecepatan linier di ujung kaki yang lebih tinggi. Hal ini berlaku juga
pada ketiga cabang lainnya.

Khusus pada cabang tenis, berkaitan dengan disain raket. Mengapa massa
raket tenis yang tersebar di Amerika dan Eropa lebih berat dari pada yang
ada di Asia? Apa maksud dibuatnya jenis raket long body? Semua didisain
tidak lain untuk menghasilkan linier momentum yang lebih besar, yang
pada akhirnya menghasilkan kecepatan bola yang lebih keras ketika dipu-
kul.

e. Sistem Tuas

Penggunaan tuas terjadi dalam seluruh cabang olahraga. Untuk mema-


hami bagaimana sistem tuas ini bekerja pada tubuh manusia dan melihat
Biomekanika Olahraga
38

bagian-bagian apa yang berguna dalam olahraga, kita lihat dahulu


komponen-komponen sistem tuas.

Tuas merupakan sebuah mesin sederhana yang memindahkan dan


mengubah energi mekanik dari satu tempat ke tempat lainnya. Tuas
selalu mengkombinasikan sebuah benda kaku yang berputar pada
sebuah poros dan menciptakan gerak anguler. Otot-otot, tulang-
tulang, dan persendian atlet saling bekerja sama sebagai tuas. Se-
buah poros dalam tuas pada tubuh manusia adalah sendi. Dalam
sistem tuas, gaya diterapkan pada salah satu tempat pada tuas dan
tahanan memberikan gayanya pada tempat lainnya. Aksi dari pada
gaya membantu tuas untuk berputar pada salah satu arah. Gaya yang
diciptakan oleh tahanan mencoba untuk memutar tuas dengan arah
berlawanan. Gaya dan tahanan saling berlawanan.

Pada tubuh atlet, gaya diciptakan oleh kontraksi otot. Jarak tegak
lurus dari mana gaya diterapkan terhadap poros dinamakan lengan
gaya (force arm). Begitu pula, jarak tegak lurus dari mana tahanan
memberikan gayanya terhadap poros dinamakan lengan beban (resis-
tance arm).

Jenis-jenis Tuas

T
uas merupakan batang yang kaku yang memiliki tiga
buah titik penentu, yaitu titik gaya, titik beban, dan titik
poros (as). Tuas dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu
tuas kelas satu, kelas dua, dan kelas tiga. Klasifikasi
ini didasarkan pada bagaimana titik gaya, beban, dan
poros ditempatkan pada batang tuas. Dalam tubuh atlet, kita amati
bahwa tuas kelas tiga yang paling banyak. Sekalipun demikian, dalam
penampilan keterampilan cabang olahraga, ditemukan bahwa ketiga
tuas ini digunakan.

Biomekanika Olahraga
39

a. Tuas Kelas Satu

Pada tuas kelas satu, poros terletak antara gaya dan beban. Lengan gaya
dan lengan beban dapat sama sama panjang atau tidak sama panjang. Jika
lengan gaya lebih panjang dari lengan beban, maka tuasnya tuas gaya. Jika
lengan gaya lebih pendek dari lengan beban, maka tuasnya tuas kecepatan.
Apa yang hilang dari gaya, maka akan menciptakan kecepatan dan jarak,
dan sebaliknya. Contoh tuas kelas satu : triceps extension.

Gbr. 2-21 : Contoh Tuas Kelas


Satu.
k

b. Tuas Kelas Dua

Tuas kelas dua ditandai dengan letak gaya dan beban berada pada samping
poros yang sama, dengan lengan gaya selalu lebih panjang dari lengan be-
ban. Gaya yang diterapkan bekerja pada salah satu arah dan tahanan pada
arah yang berlawanan. Tuas kelas dua adalah tuas yang menghasilkan gaya.
Semakin besar lengan gaya, maka semakin besar kekuatan yang dihasilkan.
Ini berarti bahwa seorang atlet yang menggunakan tuas kelas dua mener-
apkan sedikit gaya dengan jarak yang besar untuk memindahkan beban
yang lebih berat. Contoh tuas kelas dua: calf rise, dan push-up.

Biomekanika Olahraga
40

Gbr. 2-22: Contoh Tuas Kelas Dua.

k
c. Tuas Kelas Tiga

Pada tuas kelas tiga, porosnya berada pada salah satu ujung sisi tuas
dan bebannya berada pada ujung sisi lainnya. Gaya yang diterapkan
beraksi antara poros dan beban. Seperti tuas kelas dua, gaya dan
beban menarik dan mendorong dalam arah yang berlawanan. Tuas
kelas tiga selalu menggerakkan beban dengan ruang gerak yang
lebih besar. Sebaliknya, gaya yang diterapkan selalu lebih besar dari
pada bebannya. Contoh tuas kelas tiga: bicep curl
Gbr. 2-23 : Contoh Tuas Kelas Tiga.
k

Biomekanika Olahraga
41

B AERODINAMIKA

A
erodinamika adalah bahasan mekanika tentang gerak-gerak
benda yang berada dalam ruang udara, dan Hidrodinamika
adalah bahasan mekanika tentang gerak-gerak benda yang
berada di air atau zat cair. Pada prinsipnya Aerodinamika dan
Hidrodinamika sama. Hukum-hukum yang ada dapat berlaku
sama. Ada lima gaya yang bekerja pada saat bersamaan ketika benda be-
rada baik di dalam media udara maupun dalam media air. Gaya-gaya terse-
but adalah; gravity, buoyant, lift, propulsion, dan drag.
k

Gbr. 2-24 :
Gaya-gaya yang bekerja
pada media air dan udara
adalah relatif sama.
1) Gravity, 2)
Buoyant, 3) Lift, 4)
Propulsion, 5) Drag.
Gaya buoyant
pada pesawat udara
besarnya nol (0). Karena
Berat Jenis pesawat udara
jauh lebih besar diband-
ingkan dengan Berat Jenis a. Gravity
udara.
Gravity atau gravitasi, adalah gaya tarik bumi yang arahnya selalu ke bawah
dan besarnya konstan 9,8 m/t2. Setiap benda, di mana pun ia berada, apa
pun bentuknya, termasuk air dan udara akan selalu mendapat gaya gravitasi
ini. Jika tidak ada gravitasi, maka setiap benda akan terus melayang ke atas
dan tidak akan jatuh ke bumi lagi. Cabang olahraga yang berkaitan dengan
aerodinamika dan hidrodinamika, yang memanfaatkan gaya gravitasi ini
adalah; Terjun Payung, Selam, Balap Mobil dan Balap Motor. Khusus balap
mobil dan motor adalah pada gesekan ban dengan aspal yang terjadi untuk
mendapatkan tarikan percepatan yang tinggi dan sebagai salah satu unsur
kestabilan yang harus ada. Jika tidak ada gravitasi maka tidak akan terjadi
gesekan dan tidak akan terjadi percepatan.

Biomekanika Olahraga
42

k
Gbr. 2-25 : Gaya gravitasi selalu bekerja ke arah
pusat bumi.

k
Gbr. 2-26: Jika tidak ada gravitasi, maka pada
ban belakang tidak akan terjadi gesekan yg sem-
purna. Dengan demikian sepeda pun tidak dapat
bergerak dengan cepat.

b. Buoyant

Buoyant, adalah gaya angkat ke atas yang disebabkan oleh perbe-


daan massa jenis benda dan perbedaan tekanan media secara vertikal,
dalam hal ini, air/udara. Gaya angkat buoyant terjadi tanpa disebab-
kan oleh pergerakan benda terlebih dahulu. Gaya angkat buoyant
lebih tepat disebut Gaya Apung. Contoh sederhana yang terjadi
sehari-hari di dalam media udara adalah balon gas yang naik terbang
ke atas dan zeppelin. Contoh sederhana yang terjadi sehari-hari di
dalam media air adalah bola tenis yang dimasukkan ke dasar kolam,

Biomekanika Olahraga
43

kemudian dilepas. Besar gaya ini tergantung oleh massa jenis benda
dan perbedaan tekanan ruang secara vertikal. Contoh cabang olah-
raga aerodinamika dan hidrodinamika yang membutuhkan buoyant
adalah; Renang, Selam, dan Dayung. Atlet renang yang bagus adalah
yang massa Jenis tubuhnya relatif lebih kecil, karena ia harus selalu
terapung di bawah permukaan air untuk mendapatkan laju kecepatan
yang maksimal. Hal ini dipengaruhi oleh komposisi tubuh dan besar
tulang atlet. Pada olahraga Selam buoyant diperlukan sebagai salah
satu unsur kestabilan sikap tubuh ketika meluncur, agar mendapat-
kan kecepatan luncur yang maksimal. Pada cabang olahraga Dayung
buoyant dibutuhkan untuk mengapungkan perahu, agar tidak terlalu
masuk ke dalam air yang menyebabkan tahanan air dan menghambat
k

lajunya perahu.

Gbr. 2-27 : Disain perahu yang


baik. Ringan, ceper, ramping,
dan licin. Hal ini dirancang
untuk mengurangi hambatan
yang terjadi (profile drag,
surface drag, dan wave drag).

c. Lift

Lift, juga merupakan gaya angkat ke atas yang dapat terjadi di dalam
air atau ruang udara. Meskipun sama-sama gaya angkat ke atas, dan
sama-sama disebabkan perbedaan tekanan secara vertikal, namun
lift berbeda dengan buoyant. Buoyant terjadi tanpa ada pergerakan
dari benda, sedangkan lift terjadi karena adanya pergerakan dari
benda tersebut sebelumnya, misalnya gerakan horizontal pesawat
dan gerakan berputar baling-baling helikopter. Pada olahraga dapat
ditemukan pada gerak lembing dan cakram yang sedang meluncur ke
udara. Besar gaya ini ditentukan oleh bentuk (profile) dan kecepatan
benda bergerak. Seorang pelempar lembing dan cakram akan memi-
liki keuntungan ganda jika dapat mengerahkan kekuatannya dengan
kecepatan yang tinggi. Pertama adalah karena rumus formula gerak

Biomekanika Olahraga
44

parabola itu sendiri (R=Vi2.sin2α/g), dan kedua, lembing dan cakram


akan mendapat lift yang lebih besar, sehingga jarak horizontal yang
dihasilkan akan lebih jauh.

k
Gbr. 2-28 : Lift terjadi akibat pergerakan
benda dan bentuk/sikap benda. Mana yang
lebih besar gaya lift-nya.

d. Propulsion

Propulsion atau gaya dorong ke depan, merupakan gaya yang disebab-


kan oleh dorongan gaya internal atau eksternal. Gaya Propulsion dapat
berasal dari kontraksi otot untuk menggerakkan tubuhnya sendiri, atau
juga untuk melontarkan benda lain seperti lembing dan cakram pada
cabang olahraga atletik, serta untuk mengkayuh dayung dan pedal
pada cabang Dayung dan Sepeda. Besar gaya ini tergantung dari kekua-
tan dan percepatan yang dibangun. Gaya ini dapat berasal dari putaran
mesin, seperti pada pesawat terbang, motor boat, motor balap dan
mobil balap. Dapat juga berasal dari angin, seperti pada cabang olah-
raga Layar dan Selancar Angin. Dalam olahraga prestasi, gaya inilah yang
harus dibangun secara maksimal. Pada tubuh manusia (atlet), besarnya
gaya ini ditentukan oleh; kekuatan otot, kecepatan bergerak dan frekue-
nsi gerakan segmen tubuh.

Biomekanika Olahraga
45

Gbr. 2-29 : Gaya propulsion pada mo-


tor balap, terjadi akibat dari putaran
mesin, dan gesekan ban pada aspal.
k

e. Drag

Drag, merupakan gaya tarik ke belakang dari sebuah benda yang


bergerak, baik pada media air maupun dalam ruang udara. Gaya ini
akan terjadi bila benda bergerak. Pada benda yang diam tidak akan
terjadi drag. Drag merupakan hambatan yang menahan lajunya gerak
benda. Besar gaya ini tergantung dari bentuk benda, permukaan
benda, dan pusaran atau gelombang yang terjadi di belakang benda
tersebut. Oleh karena itu maka dinyatakan ada tiga macam drag pada
benda yang bergerak, yaitu Profile Drag, Surface Drag, dan Wave Drag.
Pada Profile Drag, dijelaskan bahwa, bentuk benda yang streamline
akan lebih laju dan sebaliknya bentuk benda yang tidak streamline
akan bergerak lebih lambat. Pada Surface Drag dijelaskan bahwa, per-
mukaan benda yang lebih rata, licin, atau memiliki pori-pori yang leb-
ih halus, akan bergerak lebih laju dan sebaliknya permukaan benda
yang tidak rata dan kasar akan bergerak lebih lambat. Pada Wave Drag
dicontohkan bahwa, semakin kecil atau sedikit pusaran, atau kibaran

Biomekanika Olahraga
46

benda yang ada di belakang benda bergerak, maka akan semakin


laju jalan benda tersebut, dan sebaliknya, semakin besar atau banyak
pusaran, atau kibaran benda yang ada di belakang benda bergerak,
maka akan semakin lambat geraknya.

k
Gbr. 2-30 : Drag yang terjadi akibat
benda bergerak. Kemana arah drag-
nya?

Buoyant, Lift dan Drag, ketiganya terjadi karena adanya perbedaan


tekanan media udara dan air di sekitar benda. Buoyant dan Lift bersi-
fat positif, sedang Drag bersifat negatif. Aplikasi dalam olahraga,
bagaimana sedapat mungkin gaya Drag ini dikurangi. Pada teknik
renang, kaki tidak boleh keluar dari permukaan air, karena akan mem-
bawa masuk udara ke dalam air yang menyebabkan terjadinya gelem-
bung udara serta menghambat lajunya kecepatan renang.

Shark Skin diciptakan untuk menutup sebagian besar permukaan tubuh


yang kasar, berbulu dan adhesif, yang dapat menyebabkan terjadinya
Surface Drag. Dengan demikian kecepatan renang akan lebih laju. Sikap
tubuh pada teknik renang harus rata-rata air (horizontal), agar tidak ter-
jadi tahanan ke belakang yang disebabkan oleh Profile Drag

Gbr. 2-31: Perbedaan sikap tubuh


pada renang. Mana yang lebih baik.
k

Biomekanika Olahraga
47

2. HIDRODINAMIKA

Bagaimana seorang perenang dapat meluncur ke depan, dan


bagaimana pula perahu dayung dapat melaju ke depan. Faktor apak-
ah yang menyebabkan pergerakan tersebut. Yang jelas bukan aksi-
reaksi seperti yang berlaku pada hukum Newton III. Hukum Newton
III (Aksi-Reaksi) terjadi ketika kita mengerahkan gaya pada sebuah
benda yang memiliki inersia (tahanan) jauh lebih besar dari gaya
yang kita berikan. Gaya tersebut kemudian dikembalikan sebesar
gaya yang sama dengan yang kita berikan. Contohnya dalam olah-
raga adalah ketika seorang atlet melompat. Aksi-Reaksi dapat terjadi
juga ketika seseorang, secara alami ingin mempertahankan kesta-
bilannya (posisinya). Contoh, ketika atlet tenis melakukan pukulan
backhand dengan tumpuan kaki kanan, sebagai fungsi keseimban-
gan tubuh kemudian kaki kiri yang tertinggal di belakang melakukan
gerakan ke arah yang sama dengan arah pukulan. Pergerakan benda
di ruang udara dan air bukanlah karena hukum aksi-reaksi.

Kembali dengan pergerakan atlet renang dan perahu dayung, ternya-


ta semua disebabkan karena perbedaan kecepatan aliran air yang
dapat menyebabkan perbedaan tekanan di depan dan belakang
telapak tangan dan telapak kaki, serta daun batang dayung, seperti
yang berlaku pada hukum Boys Ballot dan Bernoulli. Dan pada ke-
nyataannya kedua hukum ini berlaku sama pada media udara dan air.

a. Hukum Boys Ballot

Hukum Boys Ballot berbunyi; ’Udara bergerak dari daerah bertekanan


tinggi ke arah daerah bertekanan rendah.’ Hukum ini berbicara ten-
tang aliran udara. Tapi pada kenyataannya dapat berlaku sama pada
aliran air. Udara yang bergerak akan membawa apa saja ke arah yang
sama dengan arah geraknya udara. Awan, balon, kertas, hingga
perahu layar. Perhatikan gambar di bawah ini.

Biomekanika Olahraga
48

Gbr. 2-32 : Perahu Layar dan


Selancar Angin yang bergerak meng-
gunakan tenaga angin.

Bahkan pesawat udara pun terangkat akibat dari terjadinya perbe-


daan tekanan pada bagian bawah dan atas sayap. Tekanan udara
di bawah sayap lebih tinggi dari tekanan udara di atas sayap. Lalu,
karena sayap menyatu dengan badan pesawat, maka seluruh badan
pesawat akan terangkat ke atas (terbang).

b. Hukum Bernoulli

Hukum Bernoulli berbunyi; ’Aliran air yang lebih cepat memiliki tekanan
yang lebih rendah, dan sebaliknya aliran air yang lebih lambat memiliki
tekanan yang lebih tinggi.’ Hukum ini berbicara mengenai aliran air.
Tetapi pada kenyataannya dapat berlaku sama pada aliran udara.

Gbr. 2-33 : Perahu bergerak karena


kayuhan dayung cano. Pergerakan
terjadi karena ada perbedaan aliran
air, yang menyebabkan terjadinya
perbedaan tekanan pada bagian
depan dan belakang dayung cano. 1)
Aliran air lambat, 2) Aliran air cepat.

Biomekanika Olahraga
49

Terbangnya pesawat disebabkan oleh daya angkat (lift) yang terjadi


pada sayap. Daya angkat terjadi karena adanya perbedaan tekanan
udara di bagian bawah dan atas sayap pesawat. Perbedaan tekanan
terjadi karena adanya perbedaan kecepatan aliran udara. Aliran
udara di atas sayap lebih cepat dari pada aliran udara di bawah say-
ap. Menurut Bernoulli, aliran udara yang lebih cepat menghasilkan
teknan udara yang lebih rendah, dan sebaliknya aliran udara yang
lebih lambat, menghasilkan tekanan udara yang lebih tinggi. Dengan
demikian hukum Bernoulli pun berlaku sama untuk ruang/media
udara. Boys Ballot mengatakan, udara akan bergerak dari daerah
bertekanan tinggi ke arah daerah bertekanan rendah. Hal inilah yang
menyebabkan sebuah pesawat naik ke atas.

Gbr. 2-34: Badan pesawat diangkat


oleh kedua sayap, karena lift yang
terjadi akibat perbedaan tekanan (+) di
bawah sayap dan (-) di atas sayap.

Biomekanika Olahraga
50

3. Massa Jenis Benda

Massa Jenis benda atau dalam bahasa asing disebut Density (kepa-
datan benda), adalah merupakan hal yang sangan penting diperhati-
kan dalam olahraga prestasi bagi cabang renang, selam, dayung, dan
selancar angin. Sebelum kita bahas dalam masalah olahraga tersebut,
ada baiknya kita pahami terlebih dahulu apa yang dimaksud Massa
Jenis tersebut.

Mengapa jarum dan batu kecil tenggelam ke dalam air, sedang


batang pohon yang besar dan kapal perang induk tidak tenggelam.
Itulah Massa Jenis. Mengapa batu kecil jika dilepas akan jatuh ke
bawah, sedang balon gas yang lebih berat dapat terapung ke atas.
Itulah Massa Jenis. Lalu apa sebenarnya Massa Jenis itu. Perhatikan
formulanya (ρ = m/V). Jadi Massa Jenis adalah hasil bagi antara massa
dan volumenya. Jarum dan batu kecil tenggelam karena; Massa Jenis
jarum dan batu lebih besar dari pada air. Demikian pula batu yang
jatuh ke bawah karena; massa jenis batu lebih besar dari pada massa
jenis udara. Sedangkan massa jenis batang pohon dan kapal perang
induk lebih kecil dari pada massa jenis air, dan massa jenis balon gas
lebih kecil dari pada massa jenis udara.

Gbr. 2-35: Perbandingan massa


jenis benda. Mana yang terapung
di air.

Biomekanika Olahraga
51

4. Efek Magnus

Efek Magnus adalah efek berbeloknya benda yang bergerak sambil


berputar. Tentu saja efek ini dapat terjadi pada ruang media udara
dan air. Efek Magnus tidak dapat terjadi pada ruang hampa. Mengapa
dapat terjadi efek magnus tersebut. Lagi-lagi efek magnus terjadi
karena terjadinya perbedaan tekanan udara antara sisi benda yang
bergerak. Tekanan udara positif di sebelah bola, terjadi karena ta-
brakan permukaan bola dengan aliran udara yang arahnya berlawa-
nan (terjadi tahanan). Tekanan udara negatif di sebelah bola, terjadi
karena gerak permukaan bola searah dengan arah aliran udara (tidak
terjadi tahanan). Semaikin tinggi putaran bola, akan semakin berbe-
lok bola tersebut. Semakin kasar permukaan bola, semakin berbelok
bola tersebut. Semakin ringan massa bola (density), semakin berbelok
pula bola tersebut.

Gbr. 2-36: Perbedaan tekanan udara di sekitar bola menyebabkan berbeloknya bola.

Biomekanika Olahraga
52

Pukulan topspin tenis dan tenis meja akan menghasilkan putaran


bola yang arahnya ke atas. Bola akan melengkung ke bawah dan
jatuh lebih cepat. Sebaliknya pukulan slice akan menghasilkan
putaran bola yang arahnya ke bawah. Bola akan melengkung ke atas,
dan jatuh lebih lama. Lemparan pitching softball, dapat menghasilkan
lengkungan arah gerak bola yang arahnya ke samping (kiri/kanan).
Demikian juga tendangan (shooting) sepakbola.

Gbr. 2-31: Efek Magnus dapat terjadi juga pada tendangan sepak bola. Arah lengkung bola dapat diatur sesuai
tujuan.

Biomekanika Olahraga
53

Bag 5
TEKNIK, TAKTIK,
DAN CARA MELATIH

PEMAHAMAN TEKNIK DALAM OLAHRAGA

D
efinisi teknik olahraga yang benar hanya ada dalam
Biomekanika Olahraga. Sungguh masih banyak para
Pembina atau pelatih yang belum memahami arti dari
teknik dalam olahraga, sehingga mereka salah dalam
menerapkan metode latihannya. Jika salah melatih,
apakah mungkin akan tercapai sasaran yang dinginkannya. Passing
dan shooting yang tidak akurat, servis dan dropshot yang gagal, pu-
kulan dan smash yang pelan, tangkapan bola yang tidak sempurna,
semua merupakan kelemahan teknik pada atlet.

Dalam sepakbola, kekalahan dapat disebabkan hanya oleh karena


kegagalan-kegagalan passing, dan hal ini merupakan masalah Biome-
kanika Olahraga. Bagaimana bisa? Ya benar sekali; ’Gol terjadi oleh
karena ada shooting/heading. Shooting/heading terjadi oleh karena
ada peluang. Peluang terjadi oleh karena penguasaan permainan yang
dominan. Penguasaan permainan dominan terjadi oleh karena passing
yang akurat.’ Passing dan shooting yang akurat dalam berbagai situasi
permainan didefinisikan sebagai keterampilan atau skill. Dan skill
yang baik didasari oleh teknik yang baik. Begitu seterusnya. Lalu apa
sesungguhnya teknik olahraga itu?

Dalam definisi Biomekanika Olahraga, teknik adalah serangkaian pola


gerak yang dilakukan oleh seorang atlet, untuk mencapai tujuan me-
kanik tertentu. Penilaiannya adalah benar atau salah. Dalam bahasa

Biomekanika Olahraga
54

umum, teknik olahraga dapat didefinisikan sebagai cara melakukan


gerakan. Bagaimana cara melakukannya (How to do). Teknik yang
benar akan terlihat indah, sebaliknya teknik yang salah akan terlihat
kaku dan tidak indah. Teknik memiliki pemahaman yang sangat ber-
beda dengan taktik, terlebih lagi dengan fisik dan mental. Masih ban-
yak pelatih yang memberikan latihan teknik dengan materi latihan
taktik. Sesungguhnya hanya pelatih yang menguasai Biomekanika
Olahraga lah yang dapat melatih teknik dengan baik.

Untuk memahami lebih jelas apa itu teknik, baiknya diuraikan pula
pemahaman tentang apa itu fisik, taktik, dan mental, sehingga terlihat
dengan gamblang semua perbedaan yang ada. Hal ini perlu dilakukan
agar jangan terjadi lagi kesalahan konsep dalam melatih, sehingga
dapat membedakan bagaimana melatih teknik, taktik, fisik, dan men-
tal.

Teknik dalam olahraga adalah serangkaian pola gerak yang dilakukan


oleh tubuh, untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam bahasa sehari-
hari adalah ’cara bagaimana melakukan gerakan.’ Penilaiannya adalah
benar atau salah. Seberapa benar gerak yang sudah dilakukan. Pe-
nilaian dilakukan dengan pengamatan, baik dengan mata telanjang,
dengan kamera biasa, atau dengan kamera canggih. Pendekatan atau
metodenya dapat dilakukan dengan kualitatif maupun kuantitatif.

Taktik dalam olahraga adalah serangkaian pola penyerangan dan


pola pertahanan. Baik secara individu, grup, maupun tim. Dalam ba-
hasa yang sederhana adalah, ’cara bagaimana bermain.’ Penilaiannya
adalah tepat atau keliru. Penilaian dilakukan dengan mengacu pada
konsep umum dan khusus. Juga dilakukan dengan pengamatan, baik
dengan mata telanjang atau dengan kamera biasa.

Fisik dalam olahraga adalah ’serangkaian sistem energi/metabolisme


yang terjadi dalam tubuh,’ sesuai dengan sifat dan karakter cabang
olahraga yang ada. Dalam bahasa umum, fisik adalah kekuatan,
kecepatan, dan daya tahan, serta gabungan antara ketiganya. Pe-

Biomekanika Olahraga
55

nilaiannya adalah kuat, cepat, tahan, atau tidak, ketiga aspek tersebut
dengan kebutuhan cabang olahraga yang ada. Seberapa kuat dia,
seberapa cepat dia, dan seberapa tahan dia.

Mental dalam olahraga adalah ’kondisi psikologis yang terjadi dalam


tubuh atlet,’ baik dalam keadaan normal (tidak bertanding), maupun
dalam kondisi mengalami tekanan (saat bertanding). Secara umum
mental bersifat positif (mendukung) dan bersifat negatif (menggang-
gu). Hal ini akan terjadi tergantung dari konsep diri, pengalaman,
dan lingkungan atlet. Penilaiannya adalah baik atau buruk.

Dengan demikian maka jelaslah bahwa, teknik dalam olahraga mem-


punyai makna yang sangat berbeda dengan ketiga aspek yang lain-
nya. Oleh karenanya maka, harus berbeda pulalah metode atau cara
bagaimana melatih keempat aspek tersebut. Dalam Annual Chart Pro-
gram Latihan, keempat aspek tersebut harus tertuang dengan jelas,
pada tahap apa diberikannya, dan berapa besar persentasenya.

Kembali ke masalah teknik olahraga. Atlet yang memiliki teknik dasar


olahraga baik, dipastikan akan memiliki keterampilan (skill) yang baik
pula. Skill merupakan aplikasi atau implementasi dari teknik-teknik
dasar yang dikuasai, dengan segala macam kombinasi dan variasinya.
Skill sulit dilatih dan dibentuk, relatif lama, bahkan hingga memakan
waktu tahunan, tergantung dari cabang olahraganya, closed skilled
atau opened skilled, gross atau fine skilled, individu atau tim, dan
seterusnya. Namun demikian yakinlah bahwa, dengan melakukan
pendekatan science (Iptek), semua pasti akan menjadi relatif singkat.
Akan tetapi jika sudah terbentuk, skill akan sulit hilang, bahkan malah
menjadi permanen, meskipun lama tidak latihan.

Berbeda dengan taktik dan fisik. Dalam membentuk kedua aspek


ini pelatih tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama (relatif
singkat). Waktu 6 bulan hingga 1 tahun sudah cukup untuk mem-
bentuk fisik yang prima. Demikian pula taktik. Namun, sifatnya
pun relatif singkat (tidak permanen). Dalam waktu yang sama,

Biomekanika Olahraga
56

jika atlet tidak melakukan latihan, maka kondisinya akan kembali


seperti semula.

Dalam kajian Biomekanika, teknik olahraga terbagi menjadi dua


bagian, yaitu pertama, teknik mengatur tubuh sendiri tanpa
menghiraukan alat yang digunakan, dan kedua, teknik mengatur
alat atau benda di luar tubuh sendiri. Perhatikan gambar diagram
di bawah ini.

Gbr. 3-2 : Teknik olahraga, terbagi dua atas 1) Mengatur Tubuh Sendiri, 2) Mengtur Alat/Benda di luar
tubuh sendiri. Teknik olahraga ada yang sederhana, ada juga yang merupakan gabungan dari beberapa aspek di
atas. Dalam kotak transparan merupakan kunci-kunci teknik yang dibuat untuk mempermudah pelatih
dalam memberikan koreksi atau feedback, atau mencari tahu inti kesalahan teknik, dan memperbaikinya. Kunci-
kunci tersebut berlaku untuk semua cabang olahraga.

Biomekanika Olahraga
57

Bag 6
SELEKSI BAKAT ATLET

ASPEK-ASPEK BAKAT ATLET

T
elah disampaikan bahwa Biomekanika Olahraga memiliki
kontribusi yang sangat besar terhadap pencapaian prestasi
olahraga. Bukan saja pada tahap proses pembinaan, yaitu
ketika melatih teknik dan menentukan peralatan atlet, tetapi
juga pada tahap input pembinaan, yakni ketika merekrut dan
memilih calon atlet berbakat. Tahap ini sangat penting, karena bakat meru-
pakan faktor internal/primer yang lebih menentukan keberhasilan atlet
mencapai puncak prestasinya. Di sini Biomekanika olahraga memiliki peran
yang sangat besar. Kita sering lupa melakukan seleksi atlet dengan benar
pada tahap input.

Postur tubuh, bentuk tubuh, dan jenis serabut otot, harus diketahui dan
ditentukan sejak awal, ketika melakukan seleksi atlet berbakat, di samping
kepribadian dan kecerdasan atlet. Ketiga aspek pertama merupakan ranah
Biomekanika olahraga, oleh karena semua berkaitan dengan masalah-ma-
salah kekuatan, gaya, power, momentum, kecepatan, efisiensi, dan seterus-
nya. Mengapa ketiga aspek tersebut harus diketahui sejak awal? Pertama,
karena aspek-aspek tersebut merupakan faktor genetik, yang tidak dapat
atau sulit dirubah/dibentuk melalui program latihan pada tahap proses.
Kedua, karena tiap cabang olahraga memiliki tuntutan kebutuhan yang
relatif berbeda satu dengan yang lainnya.

PROFILE ATLET BERBAKAT

Ada sebuah konsep yang mengatakan bahwa, sang juara dilahirkan. Ada
juga yang mengatakan bahwa, sang juara diciptakan. Apa artinya dilahirkan,

Biomekanika Olahraga
58

dan apa artinya diciptakan? Dilahirkan artinya atlet memiliki bakat yang
luar biasa, yang dibawa sejak lahir. Diciptakan artinya dibentuk dengan
proses latihan yang canggih dengan menggunakan pendekatan Iptek
olahraga. Pelatih harus mengggunakan kedua konsep tersebut, agar
mendapatkan hasil yang maksimal. Namun demikian pelatih harus tahu,
manakah yang lebih besar memberikan kontribusi di antara keduanya,
jelas adalah bakat yang dibawa sejak lahir. Mengapa demikian?

Iptek olahraga dapat berubah dan dikembangkan, menjadi lebih baik


dan lebih baik lagi. Sedang bakat tidak bisa berubah meskipun direkaya-
sa dengan Iptek apapun. Inilah yang disebut dengan given, pemberian
Tuhan. Iptek dapat diberikan dengan sama canggih kepada kedua atlet
yang berbeda bakat. Pastilah yang memiliki bakat yang sesuai akan
menjadi lebih baik hasilnya. Mudah-mudahan ilustrasi berikut dapat
menambah wawasan kita semua; Kuda dan Cheeta dapat berlari cepat,
apakah ada yang melatihnya? Jelas tidak. Oleh karena itu pelatih atau
pembina yang bijak, sepatutnya tidak hanya melatih saja, tetapi juga
harus benar-benar membuat program untuk melakukan pencarian
bakat atlet, agar hasilnya menjadi lebih maksimal. Pertanyaan berikut
adalah; Apakah sama bakat atlet untuk semua cabang olahraga? Adakah
ketentuan atau ciri-ciri yang spesifik? Bagaimana cara melakukan seleksi
bakat atlet?

Di bawah ini digambarkan sebuah ’perangkat lunak’ dalam bentuk


matrik (belum terlalu rinci), yaitu bakat-bakat atlet yang sesuai untuk 30
macam nomor/cabang olahraga. Aspek-aspek yang akan menjadi acuan
adalah aspek-aspek Biomekanis, Fisiologis dan Psikologis, yang dibawa
calon atlet sejak lahir, yang tidak dapat atau sulit diurubah dengan per-
lakuan program latihan.

Biomekanika Olahraga
59

Tabel 4-1: Matrik Aspek bakat atlet, untuk 30 nomor/cabang olahraga.


No Cabor Pstur Type Tngkai Lengan Otot Koord. Kap.Vit IQ EQ
1 Sprinter Tinggi Mezo Panjang Sedang- Putih Sedang Sedang Sedang Tinggi
2 Lari Mngh Tinggi Mezo- Panjang Sedang Jingga Sedang Besar Sedang Sedang
3 Lari Jauh Tinggi Ecto Panjang Sedang Merah Sedang Besar Sedang Sedang
4 Lpt.Tinggi Tinggi Mezo- Pnjang+ Sedang Putih Sedang Rendah Sedang Sedang
5 Lpt.Jauh Tinggi Mezo Panjang Sedang Putih Sedang Rendah Sedang Tinggi
6 Lpt.Galah Tinggi Mezo Sedang Panjang Putih Sedang Rendah Sedang Sedang
7 Lpr.Lembing Tinggi Mezo Sedang Panjang Putih Sedang Rendah Sedang Tinggi
8 Tlk.Peluru Tinggi Mezo+ Sedang Panjang Putih Sedang Rendah Sedang Tinggi
9 Renang 50m Tinggi Mezo Panjang Sedang Putih Sedang Sedang Sedang Tinggi
10 Renang 100m Tinggi Mezo Panjang Panjang Putih Sedang Sedang Sedang Tinggi
11 Renang 200m Tinggi Mezo Panjang Panjang Jingga Sedang Besar Sedang Sedang
12 Renang jauh Tinggi Mezo Panjang Panjang Merah Sedang Besar Sedang Sedang
13 Loncat Indah Sedang Mezo Panjang Sedang- Putih Sedang Rendah Sedang Sedang
14 Selam Tinggi Mezo Panjang Panjang Jingga Sedang Besar Sedang Sedang
15 Senam Art. Sedang Mezo Sedang Sedang Putih Sedang Sedang Sedang Sedang
16 Sepak Bola Tinggi Mezo Sedang Sedang Putih Tinggi Besar Tinggi Sedang
17 Bola Basket Tinggi Mezo Panjang Panjang Jingga Tinggi Besar Tinggi Sedang
18 Bola Voli Tinggi Mezo Panjang Panjang Putih Tinggi Besar Tinggi Sedang
19 Bulutangkis Tinggi- Mezo- Sedang Panjang Putih Tinggi Besar Tinggi Sedang
20 Tenis Tinggi Mezo Sedang Panjang Putih Tinggi Besar Tinggi Sedang
21 Tenis Meja Tinggi Mezo- Sedang Panjang Putih Tinggi Besar Tinggi Sedang
22 Angkat Besi Sedang Mezo+ Sedang- Pendek Putih Sedang Sedang Sedang Tinggi
23 Binaraga Tinggi Mezo+ Panjang Sedang Jingga Rendah Sedang Sedang Rendah
24 Sepeda Sprint Tinggi Mezo Panjang Pendek Putih Sedang Besar Sedang Tinggi
25 Sepeda Rd.Race Tinggi Mezo- Panjang Pendek Merah Sedang Besar Sedang Sedang
26 Tinju Amatir Tinggi Mezo Sedang Panjang Putih Tinggi Sedang Sedang Tinggi
27 Tinju Profesional Tinggi Mezo Sedang Panjang Jingga Tinggi Besar Sedang Sedang
28 Silat Seni Sedang Mezo Sedang Sedang Jingga Sedang Sedang Sedang Sedang
29 Silat Tanding Tinggi Mezo Panjang Panjang Putih Tinggi Sedang Sedang Sedang
30 Panahan Tinggi Mezo Sedang Panjang Putih Rendah Besar Sedang Rendah

Biomekanika Olahraga
60

Bag 7
KONSEP DADAR
DAN APLIKASI

A
nalisis biomekanik teknik olahraga dapat diklasifikasi-
kan sebagai berikut (Hay dan Red, 1982), adalah anali-
sis kualitatif dan analisis kuantitaif. Kedua jenis analisis
tersebut sama-sama bertujuan untuk mendeskripsi-
kan bagaimana karakteristik dari penampilan olahraga
yang di observasi dan dianalisis.

Analisis kualitatif merupakan analisis yang mendeskripsikan teknik


gerakan atau penampilan dalam olahraga sehingga salah atau bena-
rnya gerakan bisa diketahui. Biasanya disajikan dalam model hirearki.
Untuk melakukan analisis ini, tidak selalu diperlukan video berke-
cepatan tinggi, namun dengan handycam saja suda bisa dilakukan
baik dengan cara memutar hasil rekaman secara gerak lambat atau
pada waktu yang sebenarnya (kecepatan pemutaran normal).

Analisis kuantitatif merupakan analisis gerak yang mendeskripsikan


kinematikan gerakan dan menghasilkan ukuran-ukuran berupa an-
gka-angka. Dalam metode analisis ini diperlukan peralatan perekam
yang berkecepatan tinggi agar analisis yang dilakukan dapat lebih de-
tail. Sekarang, penggunaan analisis dengan komputer sudah menjadi
tren, karena banyak sekali software-software yang bisa digunakan
untuk analisis gerak. Analisis kuantitatif dapat juga digunakan untuk
menentukan faktor-faktor kunci, dan membantu dalam mendefinisi-
kan parameter-parameter optimal dalam suatu gerakan teknik olah-
raga (Hay, 1997).

Biomekanika Olahraga
61

A. Analisis Kualitatif

Terdapat berbagai prosedur dalam melakukan analisis kualitatif yang


telah dipublikasikan oleh berbagai ahli biomekanika (Kreighbaum &
Barthels, 1996). Disini, adalah salah satu prosedur sistematis yang di
anjurkan untuk dipakai dalam melakukan analisis kualitatif gerak ma-
nusia. Adapun langkah-langkah dalam melakukan analisis tersebut
adalah sebagai berikut:

Deskripsi. Membentuk sebuah model teoritis dari teknik yang paling


efektif dan mendeskripsikan apa yang telah diamati dan Menentu-
kan apa yang ingin diamati. Untuk bisa mendeskripsikan anda harus
memiliki, hal hal sebagai berikut:

Pengetahuan terhadap pengetahuan dasar dari keterampilan yang


diobeservasi. Sebelum melakukan evaluasi terhadap keterampilan
gerak teknik olahraga atau gerak manusia lainnya, anda harus tahu
dan mengenal keterampilan tersebut. Ini sangat penting dimiliki
jika anda akan menentukan keterampilan yang ideal. Demikian juga
aturan-aturan dalam pelaksanaan teknik olahraga harus diketahui
sebelum anda melakukan analisis keterampilan tersebut, agar dapat
memberikan saran yang sesuai dan tidak melanggar aturan yang
berlaku dalam cabang olahraga yang diamati.

Tujuan atau fungsi keterampilan. Setelah anda mengetahui keterampi-


lan dasar dari suatu cabang olahraga yang akan dianalisis, langkah
selanjutnya adalah mengidentifikasi tujuan atau fungsi keterampilan
gerak, dan jika mungkin juga menginterpretasikan tujuan dan fungsi
mekanik gerak keterampilan tersebut. Tujuan dari gerak keterampilan
adalah apa yang ingin dicapai dari pelaksanaan gerakan itu, kriteria
dari penampilannya atau ukuran-ukuran tertentu sehingga penampi-
lan gerak tersebut dianggap berhasil.

Karakteristik teknik yang paling efektif. Langkah berikutnya adalah


mengedientifikasi karakteristik teknik yang paling efektif. Untuk

Biomekanika Olahraga
62

dapat menentukan kefektifan suatu gerakan, anda harus lebih banyak


mengamati keterampilan yang dilakukan oleh atlet-atlet elit. Cobalah
untuk mengidentifikasi dari posisi dan gerakan-gerakan tekniknya.
Sehingga anda tahu bagaimana kontribusi secara mekanis gerakan atau
posisi tersebut terhadap tujuan atau fungsi keterampilan. Untuk lebih
mudahnya anda bisa menguraikan tujuan-tujuan dari setiap keterampi-
lan dari suatu cabang olahraga. Setelah itu, coba untuk mencari tahu
bagaimana setiap gerak keterampilan itu berkontribusi terhadap penca-
paian tujuan gerakan.

Observasi. Melakukan observasi penampilan atlet untuk menentukan


bagaimana teknik yang telah dilakukan. Observasi biasanya dilakukan
secara visual namun hanya dengan melihat suatu rekaman keterampi-
lan olahraga masih belum cukup untuk melakukan analaisis kualitatif.
Oservasi yang akan anda lakukan harus terencana, dengan mengikuti
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

Siapa?. Harus diketahui dulu tingkat keterampilannya karena hal ini bisa
mempengaruhi hasil analisis yang akan anda lakukan. Observasi pada
atlet elit harus dilakukan secara lebih berhati-hati dengan perhatian
yang lebih juga, ini disebabkan oleh minimnya kesalahan-kesalahan
teknik gerak yang dilakukan oleh mereka. Kalau mungkin anda bisa
mengulang-ulang pengamatan anda sehingga kesalahan-kesalahan
kecil bisa teridentifikasi.

Bagaimana kondisinya?. Cobalah untuk melakukan observasi dengan


kondisi menyerupai pertandingan atau kompetisi yang sebenarnya.
Karena, walaupun kompetisisi merupakan kondisi yang paling ideal un-
tuk melakukan observasi, tetapi beberpa hal dalam lingkungan pertand-
ingan sering menyulitkan kita untuk dapat melakukan observasi dari
sudut yang paling baik

Dibagian mana yang akan diobservasi?. Tentukan bagian gerakan yang akan
anda observasi. Anda bisa melakukan perkeman dari samping atau dari depan,
bergantung pada tujuan dan jenis gerak keterampilan suatu cabang olahraga.

Biomekanika Olahraga
63

Apa yang anda cari?. Biasanya, anda akan melihat suatu rekaman video
berulang-ulang. Pada amatan pertama melihat rekaman mungkin anda
hanya akan melihat bagaimana atlet melakukan keterampilannya (untuk
pemula anda bisa langsung mencari kesalahan-kesalahan yang terjadi).
Kemudian baru pada tayangan ulang berikutnya anda dapat menentu-
kan kefektifan gerakan-gerakan yang telah dilakukan oleh atlet tersebut.

Evaluasi. Membandingkan teknik ideal dengan teknik yang telah di-


observasi dari penampilan atlet. Mengidentifikasi dan mengevaluasi
kesalahan-kesalahan yang terjadi pada gerakan teknik.

Instruksi. Memberikan bimbingan dan edukasi kepada atlet dengan


menyediakan umpan balik (feedback) dari hasil analisis yang telah di-
lakukan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan gerakan. Ini adalah
langkah terakhir dari analisis biomekanika secara kualitatif. Kefektifan
komunikasi antara pelatih dan atlet sangat diperlukan disini agar kesala-
han-kesalahan dapat segera dibetulkan, untuk itu anda perlu menyam-
paikan kesalahan-kesalahan gerakan yang telah dilakukan kepada atlet,
dan anda juga harus menjelaskan apa yang perlu atlet lakukan untuk
memperbaiki atau membetulkan kesalahannya.

B. Analisis Kuantitatif

Analisis biomekanika secara kuantitatif meliputi pengukuran-pengu-


kuran berbagai variabel biomekanis. Beberapa variabel tersebut meli-
puti; timing (ketepatan waktu gerak), kinematika (posisi, perpindahan,
kecepatan, percepatan), atau kinetika (gaya (Force), energi (E), Usaha
(work), dan Power). Untuk dapat melakukan pengukuran terhadap
variabel-variabel tersebut, kita membutuhkan alat khusus untuk itu.

Perlalatan untuk mengukur variabel-varibel biomekanika

Peralatan untuk mengukur variabel-varibel biomeknika sangat bera-


gam, baik dari bentu maupun harganya. Mulai dari yang paling seder-

Biomekanika Olahraga
64

hana seperti stopwatch sampai dengan force plattform yang sangat


sensitif. Teknologi pengukuran ini berkembang seiring dengan pening-
katan dan perkembangan teknologi. Dalam aplikasinya dapat dibedakan
menjadi peralatan untuk pengukuran kinematika dan kinetika.

1. Peralatan untuk pengukuran kinematika

Variabel-variabel kinematika didasarkan pada setiap perubahan-peruba-


han posisi dan waktu. Peralatan yang populer untuk mengukur variabel
kinematika di biomekanika meliputi timing system, velocity-measuring
systems (berdasar radar atau laser), optical imaging systems (film cam-
eras, video cameras) dan accelerometer.

a. Timing devices

Peralatan yang paling sederhana untuk mengukur waktu adalah jam.


Jika waktu yang dicatat agak panjang dapat menggunakan stopwatch
yang sederhana. Namun, jika keakuratan waktu sangat diperlukan maka
dapat digunakan stopwatch digital yang mampu mencatat waktu seper
seribu detik. Sekarang sebagian besar alat pencatat waktu otomatis
sudah bisa/telah dihubungan dengan komputer sehingga kekuratan
pencatatn waktu lebih bisa didapat. Dengan penggabungan beberapa
sensor yang ditempat pada tempat tertentu perlatan pengukur waktu
juga dapat mengukur secara langsung kecepatan suatu gerakan.

b. Velocity-Measuring Systems

Radar gun adalah alat yang dapat digunakan dalam mengukur ke-
cepatan suatu objek (manusia) yang sedang bergerak di udara. Radar
gun dapat mentransimisikan satu sinyal radio microwave pada khusus
frekuensi dan mengukur frekuensi dan mengukur frekuensi yang pantul-
kan balik oleh objek yang sedang bergerak. Radar gun dapat digunakan

Biomekanika Olahraga
65

Gbr. 5-1: Pengukuran kecepa-


tan lari dengan sensor sinar laser
(light gate)

dalam golf, tenis lapangan, hockey, sepak bola dan olahraga-olahraga


lainnya. Alat pengukur kecepatan yang lain berbasis sinar laser biasa
digunakan untuk mengkur kecepatan pelari.

c. Optical Imaging System

Yang paling banyak digunakan dalam sistem ini


adalah kamera video. Untuk mendapatkan hasil
gambar yang berkualitas dan lebih akurat ketika
dianalisis, diperlukan kamera video berkecepatan
tinggi. Sedangkan di pasaran, banyak kemera hanya
berkecapatn 60 frame per detik, artinya dalam 1 detik
rekaman tersebut dapat dipecah dalam 60 gambar.
Untuk analisis 2 D, 1 kamera mungkin cukup untuk
digunakan perekaman, dengan tetap memperhati-
kan penempatan posisi kamera saat merekam. Tetapi
Gbr. 5-2: Perekaman teknik untuk analisis 3 D, kamera yang digunakan bisa 2
bolavoli untuk analisis 2 D (2 atau lebih dengan dintegrasikan sofware khusus analisis 3 Dimensi
dimensi).
(Gruen, 1997).

Biomekanika Olahraga
66

d. Accelerometer

Pengukuran percepatan sebenarnya Gbr. 5-3: Alat pengukur kecepa-


tan dan percepatan
dapat dilakukan dari data yang diperoleh
dari laser dan radar velocity-measuring
device atau dari data yang diperoleh
melalui optical imaging system. Na-
mun, pengukuran secara tidak langsung
tersebut kurang akurat. Sehingga accel-
erometer merupakan alat yang lebih baik
karena dapat mengukru percepatan secara langsung. Selain dapat
mengukur percepatan, accelerometer juga dapat mengukur getaran
dan pengaruhnya terhadap tubuh (Dainty & Norman, 1987).

2. Peralatan untuk pengukuran kinetika

Variabel-variabel kinetika adalah gaya. Beberapa alat yang biasa


digunakan dalam analisis biomekanika antara lain force platforms,
strain gauges, pressure-sensing device, electromyography (EMG) dan
simulasi komputer (William, dkk, 2002; Matthew, dkk., 2005.; James,
dkk., 2007).

a. Force Platform

Force platform atau force plates mengukur gaya reaksi dan arah dari
resultan gaya reaksi. Force platform biasanya digunakan untuk men-
gukur gaya reaksi pada tumpuan ketika jalan (Barrett, dkk., 1998). Ini
juga biasa digukan untuk mengukur gaya reaksi tumpuan pada atlet
tolak peluru dan lempar cakram ketika melempar; atlet lompat jauh,
lompat tinggi, dan lompat jangkit ketika take off; atlet angkat besi
selama mengangkat beban, dan atlet-atlet cabang olahraga lainnya
yang menggunakan kaki sebagai tumpuannya.

Biomekanika Olahraga
67

Gbr. 5-4: Alat pengukur


kecepatan dan percepatan

b. Force tranducers

Force tranducer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur gaya


(Krosshaug, dkk. 2005; Hakim, 2006). Salah satu alat alat yang termasuk
katagori ini adalah strain gauges yang mengukur strain (ketegangan)-
perubahan panjang dari panjang normalnya. Ini biasa digunakan dalam
Gbr. 5-5 : Proses
pengukuran kemampuan mengukur ketegangan alat-alat olahraga seperti alat-alat senam, dan lain-
lompat tegak di preesure lainya.
sensor
c. Pressure Sensors

Sebagaimana force platform, pressure sensors yang berbentuk


seperti matras juga mengukur ground reaction force, tetapi lebih
lengkap karena bisa mengukur gaya yang berlaku dibeberapa titik
dimana gaya itu berlaku pada matras. Alat ini lebih sering digu-
nakan dalam pengembangan sole sepatu, untuk mengingkatkan
penampilan olahraga.

Biomekanika Olahraga
68

d. Elektromyography (EMG) Gbr. 5-6 : Alat Electromyography


(EMG).
Gaya otot yang dihasilkan selama
gerakan dapat diukur dengan elec-
tromyigraphy (EMG). EMG mengu-
kur aktivitas elektric dari kontraksi
otot melalui elektroda yang ditem-
patkan pada permukaan kulit di atas
otot atau elektroda yang ditanamkan
di dalam otot. Dengan alat ini dapat
diketahui kondisi kontraksi otot pada
saat melaksanakan suatu gerakan (Pink, dkk., 1993; Mero, dkk. 1994). Bagian
mana otot yang berkontraksi atau tidak akan diketahui. Walaupun demikian,
menghitung gaya otot yang bekerja saat bergerak masih belum bisa dilaku-
kan dengan EMG, jadi EMG hanya bisa mengetahui tingkat kontraksi otot.

e. Simulasi komputer dan pemodelan

Alat terakhir yang digunakan oleh para ahli biomekanika adalah simulasi
komputer dan pemodelan. Simulasi komputer dan pemodelan bukanlah
sekedar alat pengukuran, melainkan lebih dari itu merupakan alat analisis
(Hatze, 1996). Di Olahraga, dengan simulasi komputer dapat memprediksi
hasil dari suatu gerakan berdasarkan input yang sesuai (Hammond, 2006).

Simulasi komputer biasanya menggunakan model matematik yang


diturunkan dari hukum gerak Newton. Input yang dimasukkan dalam
membuat suatu simulasi antara lain massa, panjang, moment of iner-
tia dari bagian-bagian tubuh, kondisi awal pada awal simulasi (posisi
dan kecepatan tubuh) dan runtutan waktu gerak bagian-bagian tubuh.
Setelah berbagai bagian input tersebut di entry maka akan menghasil-
kan simulasi gerakan. Dengan simulasi komputer juga kita dapat lebih
jauh melakukan penyelidikan yang bertujuan untuk mencari solusi dari
pertanyaan “apa yang terjadi jika?”, sehingga hasil suatu gerakan bisa
diprediksi sebelumnya.
Biomekanika Olahraga
69

Gbr. 5-7: Six configurations of


a computer simulation animation
sequence showing various phases of
an overrotated rock’n roll Betterini
somersault. From top left to bottom
right (pre-impact times in brackets):
Initial position (1.243 s), somersault
half completed (0.949 s); somersault
completed, overrotation already
obvious (0.466 s); female dancer
passes partner (0.277 s); accident
unavoidable (0.067 s); impact (0.0 s).
(Hatze,1996)

Gbr. 5-8: Hatze’s anthropo-


metric model (Hatze,1980)

Biomekanika Olahraga
70

C. CONTOH HASIL ANALISIS BIOMEKANIK DALAM CABANG


OLAHRAGA

S
eorang pelatih pada saat melihat atlet asuhannya se-
dang melakukan latihan meningkatkan performanya
atau mungkin pertandingan dapat muncul perasaan
gembiranya, atau cemas, tetapi mungkin juga muncul
rasa bersalah. Pada umumnya pelatih tidak punya cukup
waktu untuk memberikan bimbingan kepada sejumlah anak asu-
hannya termasuk memberikan informasi secara individual tentang
kesalahan-kesalahan gerak yang mereka lakukan. Disamping itu atlet
juga perlu ada waktu luang untuk dapat menerima informasi tentang
kesalahan yang ada pada dirinya.

Informasi yang diberikan pada suatu proses pembelajaran atau


latihan yang pada umumnya menunjukkan keselahan-kesalahan
disebut dengan feedback atau umpan balik (Drowatzky, 1981). Den-
gan diberikannya umpan balik ini atlet akan lebih mudah memahami
gerakannya (Bouquet, C.A. dkk., 2007).

Dapat dipastikan bahwa salah satu hal penting dalam proses pem-
belajaran termasuk kepelatihan olahraga adalah adanya penerapan
feedback yang berkenaan dengan perilaku atau gerakan selama
proses berlangsung. Feedback merupakan konsekuensi logis dalam
sutu pembelajaran gerak apapun untuk meningkatkan Tentu saja
komentar secara verbal paling sering dilakukan untuk memberikan
pengarahan kepada atlet secara simultan.

Sebagaimana diketahui jenis dan tujuan umpan balik (feedback) ber-


gantung kepada jenis keterampilan dan performa yang dipelajarinya.
Umpan balik dapat dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut:

Biomekanika Olahraga
71

Gbr. 5-9 : Intrinsic dan


exstrinsic feedback.

Jika ditinjau dari bentuk feedback tersebut, maka Biomechanical feed-


back pada umumnya termasuk jenis Extrinsic feedback karena hasil
analisis pengamatan yang dilakukan pada proses latihan menyangkut
perihal performan tayang ulang kegiatan untuk dibandingkan den-
gan performa sebelumnya dan ditujukan untuk memperbaiki per-
forma selanjutnya.

Umpan balik biomekanik dapat dilakukan dengan maksimal


manakala disertai sarana dan prasarana yang memadai. Hasil anali-
sis atau informasi gerak yang telah dilakukan atlet dapat berupa data
kuantitatif maupun kualitatif. Untuk mendapatkan informasi kuantitatif
dari suatu gerak atlet diperlukan perlalatan dan software analisis gerak
tertentu baik 2 Dimensi maupun 3 Dimensi misalnya: Dartfish, APAS
dan MOVEN. Sedangkan untuk informasi kualitatif, selain dengan pera-
latan khusus analisis gerak seperti qualisys dan simi, juga bisa diperoleh
secara sederhana dengan program komputer bawaan windows yaitu

Biomekanika Olahraga
72

movie maker. Berikut contoh penerapan analisis Biomekanika Teknik Gbr. 5-10 : Contoh feedback analisis
teknik pada Sepak Takraw
Sepak Takraw.

Bagan di atas menunjukkan bagian-bagian dari teknik sepak takraw yang


perlu dan bisa dilakukan analisis mekanik baik secara kuantitaif maupun
kualitatif. Hasil analisis dapat digunakan sebagai koreksi atas teknik yang
telah dilakukan sebagai upaya meningkatkan kualitas teknik olahraga
khususnya cabang olahraga Sepak Takraw. Berikut ini adalah hubungan dari
analisis biomekanik dengan upaya peningkatan kualitas teknik gerak (Ae
dkk, 1995; Ae dan Kubo, 1999) Didalam meningkatkan kualitas teknik biasan-
ya dimulai dengan membandingkan performa atlet dengan model mekanik
dari performa suatu teknik gerak. Model yang digunakan sebagai pemband-
ing adalah pemain yang memiliki teknik yang sangat bagus dan benar-benar
terampil. Sehingga ketika kemudian membandingkannya bisa digunakan
untuk mengetahui kekuarangan dan faktor-faktor keterbatasan pemain.
Kemudian dapat dapat disusun dan dipilih suatu model pendekatan latihan
yang tepat sehingga kualitas teknik benar bisa meningkat. Setelah dilakukan
koreksi terhadap teknik dalam latihan maka selanjutnya dapat diulang kem-
bali untuk di analisis ulang jika perlu.

Biomekanika Olahraga
73

Gbr. 5-11: Hubungan Analisis


Biomekanika Olahraga dalam proses
pelatihan teknik gerak.

Gbr. 5-12 : Alur pemanfaatan


Analisis Biomekanika Olahraga
untuk perbaikan teknik olahraga.

Biomekanika Olahraga
74

1. Analisis Biomekanik Teknik Sepak Mula

Perkenaan Bola Dengan Kaki

D
alam hasil penelitian pada suatu pertandingan sepak
takraw yang ditemukan bahwa perolehan angka dalam
permainan sepak takraw terbesar 24 % diperoleh dari
teknik sepak mula (Hakim, 2007), maka disini akan diconto-
hkan analisis teknik sepak mula. Perhatikan gambar pada
halaman berikut.

Gbr. 5-13 : Stik Analisis, Teknik Sepak Mula.

Biomekanika Olahraga
75

Gambar 5.13 di atas merupakan hasil analisis batang dari teknik sepak
mula, yang digunakan untuk mengetahui posisi bola dan model sepak
mula. Pengaruh posisi bola saat perkenaan dengan kaki tekong saat
melakukan sepak mula, sangat mempengaruhi pola gerak bola hasil
sepak mula, khususnya bentuk lintasan bola. Yang tentunya berpen-
garuh juga terhadap kecepatan bola. Berdasarkan hasil analisis tiga
model perkenaan bola tersebut diatas maka dapat jelaskan sebagai
berikut. Pada model sepak mula A merupakan bentuk sepakmula
yang paling sering digunakan oleh atlet yang setingkat pemain PON
sebagaimana hasil analasis yang dilakukan pada pertandingan di PON
XVII Kaltim 2008 (Hakim, 2008). Pada model A, merupakan teknik yang
menghasilkan sepak mula paling optimal, karena bola yang dihasilkan
memiliki kecepatan yang cukup cepat dan cenderung terarah. Demiki-
an juga dengan jangkauan kaki ketika menyepak bola akan pada titik
tertinggi sehingga h0 (height of release) bola mendapatkan tinggi
yang optimal. Sedangkan model B, dimana perkenaan bola sedikit
di belakang tubuh, maka cenderung menghasilkan bola yang relatif
lebih lambat, sehingga bola hasil sepakmula lebih mudah diterima
lawan. Kondisi bola yang demikian biasanya disebabkan oleh um-
pan atau lambungan yang terlampau jauh. Sebaliknya, untuk model
C, perkenaan bola dengan kaki sedikit lebih di depan. Kekurangan
model ini adalah bola yang dihasilkan cenderung selalu cepat, dan
relatif sedikit lebih sulit untuk diarahkan. Pada tekong yang memiliki
ketinggian tubuh relatif pendek (<165 cm), sepak mula model C akan
menghasilkan bola yang sering tidak menyebrang sebagai akibat
nyangkut di Net. Sebaliknya pada, tekong dengan ketinggian tubuh
yang relatif tinggi maka ini sangat efektif untuk menghasilkan tekong
yang sangat cepat. Berikut berbandingan hasil lintasan, dan ke-
cepatan bola dari ketiga model sepak mula di atas:

Biomekanika Olahraga
A
B
C
76

Gbr. 5-14 : Lintasan bola,


Sepak Mula dari model A, B
dan C.

Sedangkan kecepatan rata-rata masing-masing model adalah sebagai


berikut:

Model Rata-Rata Kecepatan Bola


A 15.74074 meter/detik
B 11.64384 meter/detik
C 32.69231 meter/detik

Faktor Mekanik Yang Mempengaruhi Sepak Mula


Gbr. 5-15 : Bentuk lintasan
kaki pada teknik sepak mula.

Biomekanika Olahraga
77

Pada dasarnya bentuk sepakan dalam teknik sepak mula mebentuk


lingkaran, sehingga kecepatan bola (Vbola) sepakan bergantung pada
kecepatan sudut (ωkaki) yang di hasilkan oleh perputaran kaki yang
digunakan untuk menyepak. Sehingga berdasarkan rumus perhitungan
Moment of Inertia (I) = m.r2 , maka dalam hal ini bisa ditentukan faktor-
faktor mekanik yang berpengaruh terhadap Gaya (F), Momentum (L),
Energi Kinetik (KE) dan Work-Energy (WE) (Tnetθ) pada teknik gerak sepak
mula.

Gbr. 5-16 : Hubungan Moment of


Inertia dengan Gaya, Momentum,
KE dan WE.

Berdasarkan bagan hubungan pada gambar 5-16 di atas, maka semakin


besar moment of inertia, akan semakin besar pula, gaya, momentum,
dan, KE yang dihasilkan. Demikian juga WE yang diperlukan juga se-
makin besar. Sehinggga jika seorang tekong ingin menghasilkan sepak
mula dengan bola yang cepat dan kuat maka juga harus di perhatikan
pula momentum of inertia yang ia hasilkan yaitu dengan memperbe-
sarnya. Dengan demikian, karena Moment of Inertia (I) = m.r2 dalam
hal ini m = massa tungkai, r = panjang tungkai. Dalam proses pelatihan
maka yang perlu dilakukan adalah dengan menambah massa tungkai
dengan memberi latihan beban, sehingga kekuatan tungkai semakin
meningkat. Demikian juga dengan latihan beban, massa otot dan tulang
akan juga mengalami peningkatan sebagai akibat hypertropy dan me-
madatnya tulang. Tidak hanya itu, latihan kecepatan juga harus dilaku-
kan oleh karena, dengan otot yang kuat dan cepat bisa menghasilkan
power (P), Momentum, dan kecepatan sudut (ωkak).

Biomekanika Olahraga
78

Implikasi lainnya adalah dalam proses pemanduan bakat atlet sepak


takraw khususnya posisi tekong, hendaknya dipilih calon atlet yang
memiliki karakteristik antropometri tungkai panjang. Dengan pan-
jangnya tungkai seorang tekong maka beberapa keuntungan yang
akan dapat diperoleh adalah mement of inertia (I) akan menjadi se-
makin besar oleh karena lebih besarnya jari-jari (r), jangkauan keting-
gian bola semakin tinggi sehingga menungkinkan untuk melakukan
servis yang keras dan cepat sehingga bola lurus menukik.

Bagaimanapun juga untuk melakukan analisis teknik olahraga sepak


takraw, sebaiknya dan akan lebih optimal jika petugas observer
juga memahami tentang karakteristik teknik cabang olahraga sepak
takraw. Demikian juga dengan karakteristik fisik dan mental atlet
yang harus diketahui. Sehingga dapat benar-benar menghasilkan
umpan balik yang tepat untuk melakukan perbaikan teknik dan
strategi pelatihan teknik. Walaupun analisis biomekanika berupa
pengamatan teknik cenderung membutuhkan software yang relatif
mahal dan membutuhkan keterampilan khusus yang biasanya hanya
dimiliki oleh ahli biomekanika olahraga, namun melalui penjela-
san berikut ini diharapkan dapat membantu pelatih untuk mampu
melakukan analisis teknik gerak sepak takraw secara kualitatif dengan
hanya bantuan perekam video dan seperangkat komputer yang ter-
dapat software widows movie maker.

2. Pembuatan Umpan balik Biomekanik Secara Kualitatif

Didalam pembuatan umpanbalik kualitatif yang dilakukan hanya den-


gan bantuan peralatan sederhana, yang paling harus diperhatikan
adalah:

a. Tentukan tujuan perekaman atau observasi. Misalnya: ingin


mengetahui kecenderungan arah sepak mula sebagai akibat tidak
konstanya lambungan.

Biomekanika Olahraga
79

b. Siapkan kamera perekam beserta tempat yang digunakan seb-


agai tempat kamera agar tidak goyang-goyang.

c. Penempatan posisi kamera terhadap objek yang akan diobservasi


harus sesuai dengan tujuan perekaman atau observasi.

d. Setelah penempatan kamera ditetapkan, atur fokus dan area yang


bisa direkam kamera. Lakukan percobaan, karena pada saat per-
ekaman, fokus kamera harus tidak boleh diubah-ubah.

e. Lakukan perekaman pada pemain secara bergantian.

f. Kemudian hasil rekaman ditransfer ke hardisk, dan disimpan


dalam bentuk Mpg.

g. Setelah tersimpan di dalam hardisk, kemudian bukalah program


movie maker.

h. Dalam program movie maker, import video untuk membuka file


rekaman.

i. Play video pada tampilan frame video, untuk memainkan video.


Jika diperlukan anda bisa memainkan video tersebut secara lebih
lambat, dari frame-per frame dengan menekan tombol Alt + à,
bahkan anda juga bisa memutar ulang (rewind) secara frame-per
frame dengan tombol Alt + ß.

j. Berdasarkan hasil rekaman dan olah data melalui movie maker


tersebut anda akan bisa melakukan analisis sebagaimana tujuan
awal. Sehingga pada akhirnya dapat diketahui faktor yang mem-
pengaruhi arah sepak mula.

k. Hasil analisis tersebut kemudian dapat digunakan sebagai pelatih


untuk menyusun pelatihan guna memperbaiki teknik atlet. Akan
lebih baik lagi jika hasil rekaman pada saat di Asrama dan dalam
kondisi yang santai, rekaman-rekaman tersebut ditayangkan kem-
bali oleh kepada atlet sambil pelatih memberikan keterangan ten-
Biomekanika Olahraga
80

tang koreksi gerakan atlet. Dengan demikian akan meningkatkan Gbr. 5-17: Contoh Analisis Kualitatif
dengan program windows movie
persepsi gerak atlet dan akan meningkatkan waktu atlet dalam
maker.
memahami konsep geraknya.

Gbr. 5-18 : Contoh penempatan


posisi kamera untuk perekaman
gerak atlet Sepak Takraw.

Biomekanika Olahraga
81

Analisis Lari Gawang (melewati gawang)

Lari Gawang merupakan jenis keterampilan ’membawa tubuh untuk


mencapai waktu secepat mungkin,’ dan juga ’mengatur tubuh diuda-
ra,’ dengan ’melakukan pola gerak yang telah diisyaratkan.’ Perhatikan
analisis gerak berikut (Melewati Gawang), dengan menggunakan
kamera high speed dari samping dan depan, dan menggunakan soft-
ware Kinovea.

Gbr 5-19: Take-off, Flying, and Landing. Lari Gawang.

Biomekanika Olahraga
82

Gbr. 5-20: Feedbak lari gawang,


ketika melewati mistar.

a. Saat Take-off
1) Sikap kaki :
2) Sikap badan :
3) Sikap tangan :
4) Waktu take-off :

b. Saat Melayang
1) Sikap kaki :
2) Sikap badan :
3) Sikap tangan :
4) Tinggi melayang :
5) Waktu melayang :

c. Saat Landing
1) Sikap kaki :
2) Sikap badan :
3) Sikap tangan :
4) Waktu landing :

Biomekanika Olahraga
83

DAFTAR REFERENSI

Adrian, M.J. (1995). Biomechanics of Human Movement. New York. WCB /


McGraw-Hill.

Battinelli, Thomas (2007). Physique, Fitness, and Performance, Second Edi-


tion. Boca Raton London New York. Taylor & Francis Group, CRC Press.

Carr, G. (1997). Mechanics of Sport, A Practitioner’s Guide. Australia – Ameri-


ca. Human Kinetics

Dadang Masnun (2007). Kinesiologi, Materi Perkuliahan FIK UNJ. Jakarta.

Hakim, Abdul Aziz dan Hanif, Ach. Sofyan. Biomechanical analysis of Sepak-
takraw Serve. (2011).

Hay, J. (1993). The Biomechanics of Sports Techniques. New Jersey. Pren-


tice-Hall Inc.

Hall, S.J. (1995). Basic Biomechanics. New York. The McGraw-Hill Companies Inc.

Imam Hidayat (…….).Biomekanika Olahraga, Materi Perkuliahan. UPI,


Bandung.

Lippert, Lynn S. (2006). Clinical Kinesiology and Anatomy. Philadelphia, F.A.


Davis Company.

McLester, John and St.Pierre, Peter (2008). Applied Biomechanics: Concept


and Connections. Belmont, USA. Thomsons Wadsworth.

McMorris, Terry (2004). Acquisition and Performance of Sport Skills. Univer-


sity College, Chichester, UK. John Wiley & Sons, Ltd.

Saladin (2003). Anatomy and Physiology, The Unity of Form and Function,
Third Edition. The McGraw-Hill Company.

Winter, D.A. (1979). Biomechanics of Human Movement. New York. John


Wiley & Sons.
Biomekanika Olahraga

Вам также может понравиться