Вы находитесь на странице: 1из 7

PROSES SEEDING DAN AKLIMATISASI KULTUR TERCAMPUR

PADA PENGOLAHAN ANAEROB


LIMBAH CAIR PRODUKSI MINYAK SAWIT

Gusti Rahayu1); David Andrio2); Nina Veronika3)


1)
Mahasiswa Prodi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Riau
2)
Dosen Prodi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Riau
3)
Dosen Prodi Teknik Pengolahan Sawit, Politeknik Kampar
Kampus Bina Widya Jl. H.R Soebrantas Km 12,5, Pekanbaru, Kode Pos 28293
Email : gustirahayu30@gmail.com

ABSTRACT

Palm Oil Mill Effluent (POME) was high strength organic wastewater contained
COD 50.000 – 70.000 mg/l. Mixed cultures used in this research is from cow
dung. To increase concentration of bacteria on the inokulum and decreased lag
phase on anaerobic treatment for treat it, the anaerobic mixed culture bacteria
should be seeding process and acclimatized toward POME. The bioreactor of
seeding process and acclimatization using circulating batch reaktor with worked
volume 15 L and 5 L, respectively. Ratio wastewater to biomass bacteria was
70:30 (% V/V). This study use 3 variation of heat temperature of mixed culture
anaerob that is 35° C for 1 hour; 70° C for 30 minutes; 100o C for 15 minutes
with control. The parameter observed in this research was VSS and COD. Seeding
process was doing in 5 days with highest VSS on day’s 5 was 8.280 mg/L and
COD total concentration was 36.454 mg/L. Acclimatization process was doing on
three stages, each of the 5 days. The most increase of VSS at the third stages of
acclimatization was found within R1 (heat pretreatment inoculum 35° C for 1
hour) was 880 mg/L/day and the most reduction of soluble COD was found within
R3 (heat pretreatment inoculum 100° C for 15 minutes) was 14,30%.

Keywords : POME, mixed culture, circulating batch reactor,seeding,


acclimatization, COD, VSS,

1. Pendahuluan
Indonesia merupakan produksi minyak sawit mencapai
produsen kelapa sawit terbesar di 8.506.646 ton pada tahun 2016
dunia, dengan luas areal sebesar (Direktorat Jenderal Perkebunan,
11,67 juta hektar dan produksi crude 2015). Setiap ton minyak sawit
palm oil (CPO) sebesar 33,50 juta mentah akan mengasilkan limbah
ton pada tahun 2016 (Kementrian cair sebesar 1,13 m3 dengan
Pertanian, 2016). Provinsi Riau kandungan bahan organik atau
merupakan sentra penghasil minyak chemical oxygen demand (COD)
sawit terbesar di Indonesia, dengan sebesar 50.000-70.000 mg COD/L
jumlah pabrik minyak sawit (Andrio dkk., 2015).
sebanyak 192 buah dan jumlah

Jom FTEKNIK Volume 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 1


Limbah cair produksi minyak dkk., 2006). Proses aklimatisasi
sawit (LCPMS) memiliki potensi dilakukan untuk menyeleksi dan
yang besar sebagai substrat untuk mengadaptasi mikroorganisme hasil
fermentasi bioetanol karena memiliki seeding sehingga dapat digunakan
senyawa organik seperti karbohidrat untuk mengolah limbah cair produksi
termasuk pati, hemiselulosa, sukrosa minyak sawit.
dan karbohidrat lainnya yang dapat
dimanfaatkan oleh mikroorganisme. 2. Metodologi Penelitian
Hal ini dapat digunakan sebagai 2.1 Alat dan Bahan
substrat untuk menghasilkan biofuel Reaktor yang digunakan
seperti bioetanol (Wakil dkk., 2013). dalam penelitian ini adalah
Bioetanol diproduksi secara Circulating bed reactor (CBR).
fermentasi dengan bantuan Proses pencampuran menggunakan
mikroorganisme pada kondisi sirkulasi gas pada head space reaktor
anaerob. Penggunaan kultur oleh kompresor untuk
tercampur anaerob memiliki menghomogenkan substrat dan
beberapa keuntungan yaitu inokulum dalam reaktor. Reaktor
kemampuan bakteri dalam dibuat dari bahan akrilik (plexiglass)
beradaptasi terhadap lingkungan dengan volume 27 liter untuk reaktor
sehingga tidak diperlukan proses seeding dan 7 liter untuk reaktor
sterilisasi dan juga mampu aklimatisasi. Masing-masing reaktor
mempercepat serta menyempurnakan menyisakan head space sebanyak 12
degradasi senyawa pencemar. Selain liter dan 2 liter untuk internal biogas,
itu, kultur tercampur juga memiliki sehingga volume reaktor yang
kemampuan untuk beradaptasi digunakan adalah 15 liter dan 5 liter.
dengan keanekaragaman mikroba Bagian dan komponen-komponen
dan berbagai jenis substrat (Mahmod pendukung reaktor dapat dilihat pada
dkk., 2017). Hasil penelitian Lin dan Gambar 1.
Wen (2008) melaporkan bahwa
kotoran sapi merupakan kultur
tercampur anaerob yang sangat baik
digunakan sebagai sumber inokulum
dalam upaya untuk meningkatkan
produksi bioetanol.
LCPMS sulit untuk
didegradasi oleh mikroorganisme
sehingga perlu dilakukan persiapan
inokulum agar dapat mengolah
limbah cair produksi minyak sawit
secara efisien. Seeding atau Gambar 1. Reaktor Seeding
pembiakan dilakukan untuk dan Aklimatisasi
menumbuhkan bakteri pada
inokulum dengan pemberian nutrisi Substrat yang digunakan
berupa glukosa (C6H12O6) kepada adalah limbah cair produksi minyak
bakteri sampai kadar COD menjadi sawit dan dapat dilihat
tunak (fluktuasi <10%) (Dworkin karaktristiknya pada Tabel 1.

Jom FTEKNIK Volume 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 2


Tabel 1. Karateristik Limbah Cair Produksi dan dimasukkan dimasukkan ke
Minyak Sawit dalam labu pemanas yang kemudian
a Baku
Parameter Nilai
Mutub
dipanaskan menggunakan hotplate
pH 5,06 6–9 yang dilengkapi magnetic stirrer.
VSS 10.000 - Pemanasan inokulum dilakukan
COD Total 35.000 350 dengan variasi temperatur yaitu
COD Terlarut
a
27.500 - pemanasan pada 35 oC selama 1 jam;
= Semua parameter dalam mg/L, kecuali pH pemanasan pada 70 oC selama 30
b
= Permen LH No. 5 Tahun 2014
Sumber : Hasil karakteristik menit; dan pemanasan pada 100 oC
selama 15 menit.
Inokulum yang digunakan Proses aklimatisasi
adalah bakteri mixed culture (kultur merupakan tahap adaptasi bakteri
tercampur) yang berasal dari kotoran terhadap limbah yang akan dijadikan
sapi. Bahan-bahan kimia lain yang penelitian. Aklimatisasi dilakukan
digunakan adalah untuk keperluan dengan cara mengurangi konsentrasi
analisa sesuai dengan metode analisa glukosa secara bertahap dan
SM 5220 C untuk COD dan SM menambahkan konsentrasi limbah
2540 D untuk VSS. secara bertingkat. Rasio pemberian
glukosa dan limbah pada proses
2.2 Operasional Reaktor aklimatisasi % (v/v) adalah 100 : 0;
Seeding merupakan tahap 50 : 50; dan 0 : 100. Konsentrasi
pengembangbiakkan bakteri kultur COD terlarut dan VSS diukur setiap
tercampur. Pembiakan bakteri ini 24 jam hingga konsentrasi COD
dilakukan dengan memberikan turun dan konsentrasi VSS
glukosa (C6H12O6) kepada bakteri meningkat, minimal 2000 – 4000 mg
sampai efisiensi COD stabil VSS/liter, maka proses aklimatisasi
(fluktuasi < 10%) (Dworkin dkk., selesai (Reynold, 1982).
2006). Penambahan glukosa Pengambilan sampel dilakukan
tergantung pada konsentrasi COD setiap 24 jam selama 5 hari untuk
substrat. Menurut Metcalf dan Eddy mengetahui mikroorganisme telah
(1991), 1 g glukosa sebanding beradaptasi pada limbah cair
dengan 1000,7 mg COD/L sehingga produksi minyak sawit dan jumlah
jumlah glukosa yang akan mikroorganisme dalam reaktor
ditambahkan kedalam reaktor adalah (Prayascitra, 2008).
20.000 mg/L. Sebelum seeding 3. Prosedur Penelitian
dimulai, dilakukan flushing gas Prosedur penelitian ini dapat
nitrogen selama 10 menit ke dalam dilihat pada Gambar 2. Dimulai dari
reaktor untuk menciptakan kondisi persiapan alat dan bahan kemudian
anaerob (Syafila dkk., 2010). dilakukan uji karakteristik awal
Pengambilan sampel dilakukan untuk substrat, seeding, pretreatment
setiap 24 jam selama 5 hari. pemanasan inokulum dan
Setelah tahap seeding selesai, aklimatisasi. Penelitian dilakukan
maka dilanjutkan dengan tahap secara duplo dengan menggunakan
pretreatment pemanasan inokulum. tiga buah reaktor untuk tiga variasi
Inokulum di dalam reaktor seeding pemanasan inokulum dan 1 reaktor
dikeluarkan melalui sampling ports kontrol.

Jom FTEKNIK Volume 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 3


Persiapan Alat dan
Bahan

Pengambilan limbah cair 1. Persiapan reaktor


seeding, aklimatisasi dan Pengambilan inokulum
produksi minyak sawit (kotoran sapi)
segar penelitian utama
2. Hot plate, magnetic
stirrer, labu pemanas dan
termometer
Uji karakteristik limbah cair Persiapan inokulum
produksi minyak sawit (pencampuran kotoran sapi
dan air)

Analisis COD total,


Seeding inokulum
dan VSS
Selama 5 hari

Pretreatment inokulum
dengan variasi pemanasan =
35°C selama 1 jam; 70°C selama 30 menit; dan 100°C
selama 15 menit

Aklimatisasi inokulum terhadap limbah cair minyak sawit,


rasio penambahan glukosa dan limbah % (v/v) = Analisis COD terlarut,
100:0 ; 50:50 ; 0:100 dan VSS

Limbah : inokulum = 70% : 30%

Pengolahan data

Selesai

Gambar 2. Diagram Alir Penelitian

3. Hasil dan Pembahasan hari ke-2 mikroorganisme yang tidak


3.1 Seeding dapat beradaptasi dan mengonsumsi
substrat akan mati, sehingga
mikroorganisme yang mati akan
menurunkan produksi VSS dan
menjadi COD total sehingga
meningkatkan nilai COD Total
(Davis, 2010). Pada hari ke-4 terjadi
peningkatan VSS dan penurunan
COD menandakan mikroorganisme
bekerja dengan baik dalam
mengkonsumsi bahan organik di
dalam reaktor. Hingga hari ke-5
Gambar 3. Hubungan COD Total dan VSS pertumbuhan bakteri dianggap sudah
pada saat Seeding memenuhi persyaratan pengolahan
anarob dengan bahan organik >
COD total menggambarkan
4.000 mg/L, yaitu konsentrasi VSS
jumlah keseluruhan senyawa organik
8.280 mg/L dan COD total
terlarut dan tidak terlarut yang
36.454,40 mg/L.
terdapat dalam suatu sampel.
Setelah tahap seeding selesai,
Berdasarkan hasil pengukuran COD
maka dilanjutkan dengan tahap
total (Gambar 3), pada hari ke-0
pretreatment pemanasan terhadap
sampai hari ke-1 terjadi penurunan
inokulum untuk memungkinkan
COD total yang menandakan bahwa
sejumlah bakteri asidogenesis untuk
bahan organik telah dikonsumsi oleh
bertahan hidup dan berkembang biak
mikroorganisme sehingga nilai VSS
dengan optimum (Ren dkk., 2008).
menjadi meningkat. Namun pada

Jom FTEKNIK Volume 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 4


Pemanasan inokulum dilakukan bakteri yang beradaptasi dengan
dengan variasi suhu yaitu pemanasan limbah yang ditambahkan
pada 35 oC selama 1 jam; 70 oC (Widjajanti, 2008) dimana pada
selama 30 menit; dan 100oC selama aklimatisasi III substrat yang
15 menit. Selanjutnya penelitian ditambahkan lebih kompleks yaitu
dilanjutkan dengan melakukan tahap 100% LCPMS. Terjadinya
aklimatisasi perbedaan pola pertumbuhan bakteri
pada tahap ini juga disebabkan
3.2 Aklimatisasi karena inokulum yang digunakan
Hasil analisa aklimatisasi tahap merupakan kultur tercampur yang
III dapat dilihat pada Gambar 4. terdiri dari beragam konsorsium
Terjadi peningkatan COD terlarut bakteri, dimana setiap bakteri
dan penurunan VSS pada semua memiliki kurva pertumbuhan yang
reaktor di hari ke-1. Menurut berbeda-beda (Metcalf & Eddy,
Deublin dan Steinhauser (2008),0-24 1991). Pada hari ke-5 terjadi
jam merupakan tahap terjadinya penurunan konsentrasi COD terlarut
proses hidrolisis , yaitu degradasi pada semua reaktor yang
senyawa organik kompleks menjadi menandakan telah terjadi proses
senyawa organik sederhana yang asidogenesis (Deublin dan
ditandai dengan peningkatan COD Steinhauser, 2008), yaitu proses
terlarut. Sedangkan VSS mengalami konversi produk hidrolisis menjadi
penurunan menunjukkan bahwa asam organik volatil oleh bakteri
bakteri sedang mengalami fase lag asidogenesis. Konsentrasi VSS pada
(adaptasi) terhadap limbah sehingga semua reaktor pada hari ke-5 juga
belum terjadi peningkatan VSS. berada pada rentang 4.980 – 7.560
Selanjutnya pada hari ke-2 mg/L, nilai ini sudah memenuhi
konsentasi COD terlarut semua persyaratan minimum
reaktor mengalami fluktuasi hingga mikroorganisme yang dibutuhkan
hari ke-4. Fluktuasi disebabkan oleh untuk pengolahan anaerob. VSS(mg/L)
VSS (mg/L)

(mg/L)
\VSS

A B
VSS (mg/L)
VSS (mg/L)

C D

Gambar 4. Hubungan COD dan VSS pada A) Reaktor pemanasan 35 oC selama 1 jam; B) Reaktor
pemanasan 70 oC selama 30 menit; C) Reaktor 100oC selama 15 menit; D) Reaktor kontrol

Jom FTEKNIK Volume 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 5


Efisiensi penyisihan bahan 4. Kesimpulan
organik dan pembentukan Peningkatan VSS tertinggi
mikroorganisme pada tahap seeding aklimatisasi tahap III terdapat pada
dan aklimatisasi ditunjukkan pada reaktor R1 (pretreatment pemanasan
Tabel 2 dan Tabel 3. 35 C selama 1 jam) sebesar 880
mg/L/hari. Sedangkan efisiensi
Tabel 2. Laju pertumbuhan bakteri penyisihan COD terlarut tertinggi
tahap Aklimatisasi III
Reaktor Laju Pertumbuhan
diperoleh pada reaktor R3
Maksimum (pretreatment pemanasan 100 C
(mg/L/hari)
R1 (35 C selama 1 jam) selama 15 menit) sebesar 14,30%.
880
R2 (70 C selama 30 menit)
-308 DAFTAR PUSTAKA
R3 (100 C selama 15 menit)
440 Andrio, D., M. Syafila., M.
R4 (Kontrol)
270 Handajani dan D. Natalia.
2015. Pengaruh Pengendalian
pH Terhadap Pembentukan
Tabel 3. Efisensi penyisihan COD terlarut
tahap Aklimatisasi III
Etanol Dan Pergeseran
Reaktor Efisiensi Produk Asidogenesa Dari
Penyisihan (%) Fermentasi Limbah Cair
R1 (35 C selama 1 jam) 4,21
Industri Minyak Sawit.
R2 (70 C selama 30 menit) 9,54
Jurnal Manusia dan
R3 (100 C selama 15 menit) 14,30 Lingkungan 22 (1): 1-11.
R4 (Kontrol) 11,11 Davis, M.L. 2010. Water and
Wastewater Engineering
Berdasarkan tabel-tabel di Design Principles and
atas, dapat dilihat laju pertumbuhan Practice. Mc Graw Hill Inc.
bakteri tertinggi pada aklimatisasi New York.
tahap III terjadi pada reaktor R1 Direktorat Jenderal Perkebunan.
sebesar 880 mg/L/hari. Sedangkan 2015. Statistik Perkebunan
efisiensi penyisihan COD terlarut Indonesia 2014-2016.
tertinggi diperoleh pada reaktor R3 Deublein, D., dan Steinhauser, A.
sebesar 14,30%. Rendahnya efisiensi 2008. Biogas from Waste
penyisihan COD terlarut disebabkan and Renewable Resources.
karena substrat yang ditambahkan Strauss GmbH,
yaitu 100% LCPMS memiliki Morlenbach. Germany.
kandungan senyawa organik yang Dworkin, M., FAlkow, S.,
sangat kompleks sehingga lebih sulit Rosenberg, E., Schleifer, K-
untuk didegrdasi. Penelitian ini juga H., Stackebrandt, E. 2006.
hanya berfokus hingga tahap The Prokaryotes Third,
asidogenesis, dimana pada tahap ini Symbiotic Association.
masih terus terjadi konversi Biotechnology, Applied
senyawa-senyawa organik. Efisiensi Microbiology. Vol 1.
penyisihan COD optimum baru akan Lin, C.Y., W.C. Hung. 2008.
tercapai apabila telah memasuki Enhancement of
tahap akhir degradasi anaerob yaitu Fermentative
tahap metanogenesis. Hydrogen/Ethanol Production

Jom FTEKNIK Volume 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 6


from Cellulose using Mixed Pengaturan N2. Tugas Akhir
Anaerobic Cultures. Sarjana. Teknik Lingkungan
International Journal of ITB, Bandung, Jawa Barat.
Hydrogen Energy. 33, 3660- Syafila, Mindriany., Marisa
3667. Handajani dan Adearty
Mahmod, S.S., J.M. Jahim dan P.M. Prayascitra. 2010. The Effect
Abdul. 2017. Pretreatment of Nitrogen Gas Flushing on
Conditions of Palm Oil Mill Intermediate Products
Effluent (POME) for Formation in Acidogenic
Thermophilic Biohydrogen Stage of Anaerobic Process
Production by Mixed Culture. of Cocoa Sweatings. Journal
International Journal of Engineering and Science.
Hydrogen Energy. 30, 1-2. Vol. 42, No. 2, 129-136.
Metcalf dan Eddy. 1991. Wastewater Wakil, S.M., A.B. Blessing., F.S.
Engineering: Treatment and Adedayo dan O.A. Abiodun.
Reuse. Edisi III. Mc Graw 2013. Production of
Hill Inc. New York. Bioethanol from Palm Oil
Peraturan Menteri Lingkungan Mill Effluent using Starter
Hidup Republik Indonesia Cultures. New York Science
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Journal. 6(3): 77-85.
Baku Mutu Air Limbah. Widjajanti, S. 2008. Studi
Pusat Data dan Sistem Informasi Keterolahan dan Kinetika
Pertanian Sekretariat Jenderal Reaksi Pengolahan Limbah
– Kementerian Pertanian. Cair Security Printing dengan
2016. Outlook Kelapa Sawit Proses Biologis Anaerob
Komoditas Pertanian pada Circulating Bed Reactor
Subsektor Perkebunan. ISSN: (CBR) dengan Sistem
1907-1507. Sequencing Batch Reactor
Prayascitra, A. 2008. Optimasi (SBR). Tesis Prodi Teknologi
Pembentukan Asam Asetat Pengolahan Air dan Limbah
dari Daur Ulang (Recovery) ITB.
Limbah Pulp Kakao dengan

Jom FTEKNIK Volume 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 7

Вам также может понравиться