Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Hepatitis B
a) Pengertian
sebagai persoalan kesehatan masyarakat yang harus diselesaikan. Hal ini karena selain
prevalensinya tinggi, virus hepatitis B dapat menimbulkan problema pasca akut bahkan dapat
terjadi cirroshis hepatitis dan karsinoma hepatoseluler primer. Sepuluh persen dari infeksi
virus hepatitis B akan menjadi kronik dan 20 % penderita hepatitis kronik ini dalam waktu 25
tahun sejak tertular akan mengalami cirroshis hepatis dan karsinoma hepatoselluler
(hepatoma). Kemungkinan akan menjadi kronik lebih tinggi bila infeksi terjadi pada usia
balita dimana respon imun belum berkembang secara sempurna. Pada saat ini didunia
diperkirakan terdapat 350 juta orang pengidap (carier) HBsAg dan 220 juta (78%)
(Sulaiman, 1994). Selain itu di Indonesia infeksi virus hepatitis B terjadi pada bayi dan anak,
diperkirakan 25 -45,g% pengidap adalah karena infeksi perinatal. Hal ini berarti bahwa
Indonesia termasuk daerah endemis penyakit hepatitis B dan termasuk negara yang dihimbau
ditularkan dari orang ke orang melalui darah (darah produk yang mempunyai konsentrasi
virus hepatitis B yang tinggi) melalui semen, melalui saliva, melalui alat-alat yang tercemar
virus hepatitis B seperti sisir, pisau cukur, alat makan, sikat gigi, alat kedokteran dan lain-
lain. Di Indonesia kejadian hepatitis B satu diantara 12-14 orang, yang berlanjut menjadi
hepatitis kronik, chirosis hepatis dan hepatoma. Satu atau dua kasus meninggal akibat
(carier) yang kronis, tetapi diyakini 95 % efektif mencegah berkembangnya penyakit menjadi
carier.
b) Epidemiologi Hepatitis B
Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB). Virus ini pertama kali
ditemukan oleh Blumberg pacta tahun 1965 dan di kenal dengan nama antigen
Australia. Virus ini termasuk DNA virus. Virus hepatitis B berupa partikel dua lapis
berukuran 42 nm yang disebut "Partikel Dane". Lapisan luar terdiri atas antigen
HBsAg yang membungkus partikel inti (core). Pada inti terdapat DNA VHB
Polimerase. Pada partikel inti terdapat Hepatitis B core antigen (HBcAg) dan
Hepatitis B e antigen (HBeAg). Antigen permukaan (HBsAg) terdiri atas lipo protein
dan menurut sifat imunologik proteinnya virus Hepatitis B dibagi menjadi 4 subtipe
yaitu adw, adr, ayw dan ayr. Subtipe ini secara epidemiologis penting, karena
- Darah
- Saliva
- Parenteral : dimana terjadi penembusan kulit atau mukosa misalnya melalui tusuk
jarum atau benda yang sudah tercemar virus hepatitis B dan pembuatan tato
- Non Parenteral : karena persentuhan yang erat dengan benda yang tercemar virus
cara penting, yaitu penularan vertikal : penularan infeksi virus hepatitis B dari ibu
yang HBsAg positif kepada anak yang dilahirkan yang terjadi selama masa
perinatal. Resiko terinfeksi pada bayi mencapai 50-60 % dan bervariasi antar
negara satu dan lain berkaitan dengan kelompok etnik. Penularan horizontal :
penularan infeksi virus hepatitis B dari seorang pengidap virus hepatitis B kepada
Faktor Host (Penjamu) adalah semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang
meliputi umur, jenis kelamin, mekanisme pertahanan tubuh dan kebiasaan hidup,
pekerjaan.
Faktor Agent, penyebab Hepatitis B adalah virus hepatitis B termasuk DNA virus.
Virus Hepatitis B terdiri atas 3 jenis antigen yakni HBsAg, HBcAg, dan HBeAg.
Berdasarkan sifat imunologik protein pada HBsAg, virus dibagi atas 4 subtipe yaitu
adw, adr, ayw, dan ayr yang menyebabkan perbedaan geografi dalam
lingkungan dengan sanitasi jelek, daerah dengan angka prevalensi VHB nya tinggi,
daerah unit pembedahan: Ginekologi, gigi, mata, daerah unit laboratorium, daerah
unit bank darah, daerah tempat pembersihan, daerah dialisa dan transplantasi, daerah
E) Patofisiologi Hepatitis B
Pada manusia hati merupakan target organ bagi virus hepatitis B. Virus Hepatitis B
(VHB) mula-mula melekat pada reseptor spesifik dimembran sel hepar kemudian mengalami
penetrasi ke dalam sitoplasma sel hepar. Dalam sitoplasma VHB melepaskan mantelnya,
hati. Di dalam inti asam nukleat VHB akan keluar dari nukleokapsid dan akan menempel
pada DNA hospes dan berintegrasi; pada DNA tersebut. Selanjutnya DNA VHB
memerintahkan gel hati untuk membentuk protein bagi virus baru dan kemudian terjadi
pembentukan virus baru. Virus ini dilepaskan ke peredaran darah, mekanisme terjadinya
kerusakan hati yang kronik disebabkan karena respon imunologik penderita terhadap infeksi.
Apabila reaksi imunologik tidak ada atau minimal maka terjadi keadaan karier sehat.
Gambaran patologis hepatitis akut tipe A, B dan Non A dan Non B adalah sama yaitu adanya
peradangan akut diseluruh bagian hati dengan nekrosis sel hati disertai infiltrasi sel-sel hati
dengan histiosit. Bila nekrosis meluas (masif) terjadi hepatitis akut fulminan. Bila penyakit
menjadi kronik dengan peradangan dan fibrosis meluas di daerah portal dan batas antara
lobulus masih utuh, maka akan terjadi hepatitis kronik persisten. Sedangkan bila daerah
portal melebar, tidak teratur dengan nekrosis diantara daerah portal yang berdekatan dan
pembentukan septa fibrosis yang meluas maka terjadi hepatitis kronik aktif.
Berdasarkan gejala klinis dan petunjuk serologis, manifestasi klinis hepatitis B dibagi
2 yaitu :
Hepatitis B akut yaitu manifestasi infeksi virus hepatitis B terhadap individu yang
sistem imunologinya matur sehingga berakhir dengan hilangnya virus hepatitis B dari
b. Hepatitis Fulminan
c. Hepatitis Subklinik
Hepatitis B kronis yaitu manifestasi infeksi virus hepatitis B terhadap individu dengan
tidak efektif dan terjadi koeksistensi dengan VHB. Bentuk hepatitis ini meliputi 95 %
penderita dengan gambaran ikterus yang jelas. Gejala klinis terdiri atas 3 fase yaitu :
- Fase Praikterik (prodromal), gejala non spesifik, permulaan penyakit tidak jelas,
demam tinggi, anoreksia, mual, nyeri di daerah hati disertai perubahan warna air
pada minggu kedua. setelah timbul ikterus, gejala menurun dan pemeriksaan
Hepatitis Fulminan. Bentuk ini sekitar 1 % dengan gambaran sakit berat dan sebagian
besar prognosa buruk dalam 7-10 hari, lima puluh persen akan berakhir dengan
kematian. Adakalanya penderita belum menunjukkan gejala ikterus yang berat, tetapi
pemeriksaan SGOT memberikan hasil yang tinggi pada pemeriksaan fisik hati
menjadi lebih kecil, kesadaran cepat menurun hingga koma, mual dan muntah yang
hebat disertai gelisah, dapat terjadi gagal ginjal akut dengan anuria dan uremia.
Hepatitis B kronik. Hepatitis ini terjadi jika setelah 6 bulan tidak menunjukkan