Вы находитесь на странице: 1из 9

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA CREATIVE

PROBLEM SOLVING (CPS) BERBANTUAN


CD INTERAKTIF TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH PADA SISWA SMA KELAS X
Moh. Asikin dan Pujiadi
FMIPA Unnes
SMA Negeri 1 Semarang

Abstract
This research is aimed to find out whether students’ activity in learning process
with CPS model assisted with interactive CD positively influences their problem
solving ability. Secondly, it is aimed to find whether or not the problem solving ability
of students joining this program is better than those joining the conventional one.
Thirdly, the study is aimed to know whether there is a difference in the problem
solving ability among upper, middle, and lower students. This research is a true
experimental research. Research variable consists of students’ activity (independent
variable) and students’ problem solving ability (dependent variable). The measuring
instruments used were students’ activity observation sheets and problem solving tests.
The data were analyzed by the use of regression analysis, independent sample t test,
and comparison of means of one way anova. The results of the research show that
students’ activity in learning with CPS model assisted with interactive CD has positive
influence on their problem solving ability, problem solving ability of the students
joining the model is better than those joining the conventional one, and there is a
difference of problem solving ability among upper, middle, and lower group students
in the learning.

Kata Kunci: Problem Solving, CPS, CD Interaktif, Pemecahan Masalah, Kreatif

PENDAHULUAN konsep dan mengaplikasikan konsep atau


Matematika merupakan pengeta-huan algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan
universal yang mendasari perkembangan tepat dalam pemecahan masalah; (2) meng-
teknologi modern, dan mempunyai peran gunakan penalaran pada pola dan sifat,
penting dalam berbagai disiplin ilmu. melakukan manipulasi matematika dalam
Dengan demikian diperlukan penguasaan membuat generalisasi, menyusun bukti,
matematika yang kuat sejak dini, sehingga atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
mata pelajaran matematika perlu diberikan matematika; (3) memecahkan masalah yang
kepada semua peserta didik mulai dari meliputi kemampuan memahami masalah,
sekolah dasar, hal ini untuk membekali merancang model matematika,
peserta didik dengan kemampuan berpikir menyelesaikan model dan menafsirkan
logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, solusi yang diperoleh; (4) mengkomuni-
serta kemampuan bekerjasama. kasikan gagasan dengan simbol, tabel,
Pada Kurikulum Tingkat Satuan diagram, atau media lain untuk
Pendidikan (KTSP), secara khusus memperjelas keadaan atau masalah; dan (5)
disebutkan bahwa tujuan diajarkannya memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika di sekolah, yaitu agar siswa matematika dalam kehidupan, yaitu
mempunyai kemahiran atau kecakapan memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan
matematika berupa: (1) memahami konsep minat dalam (Depdiknas, 2006).
matematika, menjelaskan keterkaitan antar

37
38 LEMBARAN ILMU KEPENDIDIKAN JILID 37, NO. 1, JUNI 2008

Dengan diberlakukannya KTSP kemampuan berpikir dan memecahkan


mengisyaratkan perlunya reformasi masalah. Kondisi seperti inilah yang sedikit
paradigma dalam pembelajaran matema- banyak turut memberikan andil terhadap
tika, yaitu dari peran guru sebagai pem-beri rendahnya kemampuan pemecahan masalah
informasi (transfer of knowledge) ke peran siswa di Indonesia secara umum, yang
guru sebagai pendorong belajar (stimulation menurut data PISA 2003 (dalam Sujak,
of learning). Pada peran terakhir ini, guru 2005) bahwa kemampuan pemecahan
dituntut untuk memberi kesempatan pada masalah siswa di Indonesia hingga saat ini
siswa agar mereka mengkonstruksi sendiri masih sangat rendah yakni dari 100 siswa,
pengetahuan yang dipelajari melalui 73 siswa berada di bawah level 1.
aktivitas-aktivitas, antara lain melalui Dalam upaya “mengentaskan”
kegiatan pemecahan masalah. keterpurukan terkait kemampuan
Pemecahan masalah merupakan pemecahan masalah siswa di Indonesia,
komponen penting dari kurikulum merupakan tanggung jawab guru untuk
matematika dan di dalamnya terdapat inti memikirkan dan melaksanakan
dari aktifitas matematika, sehingga pembelajaran yang sesuai dengan
kemampuan pemecahan masalah di kebutuhan dan mengemas proses
kalangan siswa perlu mendapat perhatian pembelajaran yang lebih bermakna,
dalam pembelajaran. Branca (dalam Kruyg menarik, mengikuti perkembangan IPTEK,
dan Reys, 1980: 3) menjelaskan bahwa serta dapat membantu siswa untuk
kemampuan memecahkan masalah adalah meningkatkan kemampuan pemecahan
tujuan utama dalam pembelajaran masalah, oleh karena itu perlu sekiranya
matematika, oleh karena itu kemampuan dikembangkan penerapan model
memecahkan masalah hendaknya diberikan, pembelajaran yang berbasis pada
dilatihkan, dan dibiasakan kepada peserta pemecahan masalah (problem solving).
didik sedini mungkin. Salah satunya adalah model
Pada kenyataannya hingga saat ini pembelajaran Creative Problem Solving
melatih memecahkan masalah peserta didik (CPS) berbantuan CD interaktif. Model
di Indonesia relatif belum begitu pembelajaran Creative Problem Solving
membudaya. Gani (2003) meneliti tentang (CPS) merupakan suatu model
penerapan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran yang melakukan pemusatan
pemecahan masalah pada siswa SMU di pada pengajaran dan keterampilan
Bandung, dari hasil analisis data yang pemecahan masalah, yang diikuti dengan
dilakukan secara kualitatif diperoleh penguatan keterampilan. Ketika dihadapkan
gambaran bahwa siswa dari SMU yang dengan suatu pertanyaan, siswa dapat
diteliti belum terbiasa belajar dengan melakukan keterampilan memecahkan
pendekatan pemecahan masalah (yang masalah untuk memilih dan
berpandu pada langkah-langkah Polya). mengembangkan tanggapannya, tidak
Senada dengan hasil ini, Marpaung (2006) hanya dengan cara menghafal tanpa dipikir,
menyatakan pembelajaran konvensional keterampilan memecahkan masalah
yang sampai sekarang masih dominan memperluas proses berpikir. CPS
dilaksanakan dalam pembelajaran merupakan representasi dimensi proses
matematika di sekolah di Indonesia yang alami, bukan suatu usaha yang
aktivitas pembelajaran lebih banyak dipaksakan. CPS merupakan cara
didominasi guru dibandingkan dengan pendekatan yang dinamis, siswa menjadi
siswa, sebagian besar siswa terbiasa lebih terampil sebab siswa mempunyai
melakukan kegiatan belajar berupa prosedur internal yang lebih tersusun dari
menghafal tanpa dibarengi pengembangan awal. Dengan CPS siswa dapat memilih dan
Moh. Asikin dan Pujiadi, Pengaruh Model Pembelajaran 39

mengembangkan ide dan pemikirannya, awal yang heterogen akan mendorong


berbeda dengan hafalan yang sedikit terjalinnya hubungan yang saling
menggunakan pemikiran. mendukung antar anggota kelompok. Siswa
Model CPS terdiri dari tahap yang mengalami kesulitan dapat bertanya
klarifikasi masalah, pengungkapan baik kepada siswa lain maupun kepada
pendapat, evaluasi dan seleksi, serta guru, sehingga diharapkan akan dapat
implementasi (Pepkin, 2004:2). Dengan meningkatkan kemampuan pemecahan
membiasakan siswa menggunakan langkah- masalah siswa dan hasil belajar yang
langkah yang kreatif dalam memecahkan diperoleh lebih maksimal. Hal ini
masalah diharapkan dapat membantu siswa dimunginkan karena akan terjalin hubungan
untuk meningkatkan kemampuan yang saling mendukung antar anggota
pemecahan masalah dan mengatasi kelompok, untuk bersama-sama
kesulitan dalam mempelajari matematika. memperoleh hasil belajar yang maksimal.
Hal ini sesuai dengan teori belajar Jerome Siswa yang lebih pandai membantu siswa
Bruner (dalam Hidayat, 2005: 11) yang yang kurang pandai, sehingga siswa yang
menyatakan bahwa pembelajaran adalah berkemampuan kurang memiliki guru yang
siswa belajar melalui keterlibatan aktif berasal dari teman kelompoknya. Dengan
dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip demikian terjadi proses pengajaran oleh
dalam memecahkan masalah dan guru rekan sebaya (peer teaching). Hal ini sesuai
berfungsi sebagai motivator bagi siswa dengan pendapat Lie (2002: 43) yang
dalam mendapatkan pengalaman yang menyatakan bahwa kelompok heterogen
memungkinkan mereka menemukan dan memberi kesempatan untuk saling mengajar
memecahkan masalah. Demikian pula teori (peer tutoring) dan saling mendukung.
belajar bermakna David Ausabel (dalam Siswa yang berpengetahuan lebih tinggi
Suparno,1997: 53) yang menekankan menjadi guru bagi siswa lain, dan siswa
pentingnya siswa mengasosiasikan yang berpengetahuan kurang mendapat
pengalaman, fenomena dan fakta-fakta baru guru dari teman sekelompoknya, sehingga
ke dalam sistem pengertian yang telah diharapkan prestasi belajar siswa pada
dipunyai, dan dalam proses pembelajaran kelompok bawah dapat meningkat. Hal ini
siswa harus aktif. sesuai dengan pendapat Lundgren (dalam
Seting kelas dalam pembelajaran CPS Ibrahim, 2005: 17) yang menyatakan bahwa
terdapat diskusi kelompok (small pembelajaran kooperatif memiliki dampak
discussion) dengan anggota kelompok yang amat positif untuk siswa yang rendah
heterogen berdasarkan kemampuan hasil belajarnya. Demikian pula dengan
awalnya. Pembagian kelompok yang siswa pada kelompok atas maupun tengah,
heterogen ini sesuai dengan penjabaran diharapkan prestasi belajarnya juga dapat
Piaget terhadap implikasi teori kognitif meningkat, karena dengan adanya siswa
dalam pendidikan, yang antara lain yang berpengetahuan lebih tinggi menjadi
memaklumi adanya perbedaan individual guru bagi siswa lain, maka yang
dalam hal kemajuan perkembangannya, berpengetahuan tinggi akan lebih bisa
kemudian dalam pembelajaran guru harus menguasai materi yang diberikan oleh guru,
melakukan upaya untuk mengatur aktivitas hal ini sesuai dengan pen-dapat Lie (2002:
di dalam kelas yang terdiri dari individu- 43) yang mengatakan bahwa dengan
individu ke dalam bentuk kelompok- mengajarkan apa yang seseorang baru
kelompok kecil peserta didik (Hidayat, dipelajari, dia akan lebih bisa menguasai
2005: 7). atau menginternalisasi pengetahuan dan
Adanya pembagian kelompok siswa ketrampilan barunya. Demikian pula teori
dalam pembelajaran dengan kemampuan Vigotsky (dalam Hidayat, 2005: 24) yang
40 LEMBARAN ILMU KEPENDIDIKAN JILID 37, NO. 1, JUNI 2008

menekankan pada hakekat sosiokultural sebagai salah satu komponen sumber


dari pembelajaran. Menurutnya interaksi pembelajaran. Dengan bantuan komputer
sosial, yaitu interaksi individu tersebut konsep dan masalah materi pembelajaran
dengan orang-orang lain, merupakan faktor yang sebelumnya hanya dituliskan dan
yang terpenting yang mendorong atau digambarkan dalam buku maka selanjutnya
memicu perkembangan kognitif seseorang. dapat ditampilkan dalam bentuk tayangan
Kelebihan Model CPS sama halnya melalui media audio yang dikemas dalam
seperti kelebihan model-model CD interaktif. CD interaktif merupakan
pembelajaran yang berbasis pada salah satu sumber belajar yang dirancang
pemecahan masalah pada umumnya, (learning resources by design) dan di
Sanjaya (2006: 220-221) menyebutkan dalamnya telah diinstal program yang
keunggulan-keunggulan tersebut antara lain disiapkan untuk tujuan pembelajaran
bahwa pemecahan masalah: merupakan tertentu, dan sebagai media mutahir
teknik yang cukup bagus untuk memahami berbasis komputer yang diyakini mampu
isi pelajaran; dapat menantang kemampuan menciptakan pembelajaran yang lebih
siswa serta memberikan kepuasan untuk ”hidup” dan melibatkan interaktifitas siswa
menemukan; dapat meningkatkan aktivitas (Arsyad, 2006: 32). Jadi CD interaktif dapat
pembelajaran siswa; dapat membantu siswa digunakan sebagai alternatif pemilihan
bagaimana mentransfer pengetahuan media pembelajaran matematika yang
mereka untuk memahami masalah dalam cukup mudah dan efektif untuk laksanakan.
kehidupan nyata; dapat membantu siswa Tujuan penelitian ini adalah untuk
untuk mengembangkan pengetahuan mengetahui apakah aktivitas siswa dalam
barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran yang mereka lakukan, CPS berbantuan CD interaktif berpengaruh
disamping juga dapat mendorong untuk positif terhadap kemampuan pemecahan
melakukan evaluasi sendiri baik terhadap masalah siswa, dan apakah kemampuan
hasil maupun proses belajarnya; bisa pemecahan masalah bagi siswa yang
memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mengikuti pembelajaran dengan model CPS
mata pelajaran (termasuk matematika) pada berbantuan CD interaktif lebih baik dari
dasarnya merupakan cara berfikir dan pada kemampuan pemecahan masalah bagi
sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
bukan sekedar belajar dari guru atau dari model konvensional, demikian pula apakah
buku-buku saja; dianggap lebih terdapat perbedaan kemampuan pemecahan
menyenangkan dan disukai siswa;bisa masalah siswa yang mengikuti
mengembangkan kemampuan siswa untuk pembelajaran dengan model CPS
berpikir kritis dan mengembangkan berbantuan CD interaktif antara siswa pada
kemampuan mereka untuk menyesuaikan kelompok atas, tengah dan bawah.
dengan pengetahuan baru; dapat
memberikan kesempatan pada siswa untuk METODE
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka Penelitian ini merupakan penelitian
miliki dalam dunia nyata; dan dapat true experimental, dengan populasi seluruh
mengembangkan minat untuk secara terus siswa kelas X reguler SMA Negeri 1
menerus belajar sekalipun belajar pada Semarang tahun pelajaran 2007/2008,
pendidikan formal telah berakhir. sebagai sampel diambil siswa dari dua kelas
Di sisi lain, adanya kemajuan secara acak, satu kelas sebagai kelas
teknologi di bidang komputer dengan eksperimen dan satu kelas lainnya sebagai
berbagai program dan animasinya, maka kelas kontrol. Variabel penelitaian terdiri
sangat sesuai bila komputer digunakan dari aktivitas siswa (variabel bebas),
Moh. Asikin dan Pujiadi, Pengaruh Model Pembelajaran 41

kemampuan pemecahan masalah siswa yang dapat mempermudah proses


(variabel terikat). belajarnya. Jadi dalam pembelajaran
Alat ukur yang digunakan untuk dengan model CPS berbantuan CD
mengukur aktivitas siswa berupa lembar interaktif, aktivitas siswa mendominasi
pengamatan aktivitas siswa yang meliputi proses pembelajaran, atau dengan kata lain
indikator-indikator visual activities, oral pembelajaran berpusat pada siswa. Hal ini
activities, listening activities, writing selaras dengan saran Nasution (1995)
activities, drawing activities, motor bahwa pengajaran modern hendaknya
activities, mental activities, dan emotional mengutamakan aktivitas siswa. Demikian
activities, sedangkan untuk mengukur pula teori belajar Bruner, yang menyatakan
kemampuan pemecahan masalah digunakan bahwa pembelajaran adalah siswa belajar
tes pemecahan masalah yang meliputi aspek melalui keterlibatan aktif dengan konsep
pengukuran pemahaman masalah, dan prinsip-prinsip dalam memecahkan
perencanaan penyelesaian, pelaksanaan masalah, dan guru berfungsi sebagai
perhitungan dan pemeriksaan kembali motivator bagi siswa dalam mendapatkan
perhitungan, di samping itu digunakan pengalaman yang memungkinkan siswa
angket sebagai instrumen pendukung untuk menemukan dan memecahkan masalah.
memperoleh data tentang respon dan minat Berdasarkan analisis data hasil
siswa dalam pembelajaran. penelitian menggunakan analisis regresi
Ruang lingkup materi yang digunakan diketahui bahwa aktivitas siswa dalam
adalah materi trigonometri yang diajarkan pembelajaran dengan model CPS
di kelas X pada semester 2. Data hasil berbantuan CD interaktif berpengaruh
penelitian dianalisis menggunakan analisis positif terhadap kemampuan pemecahan
regresi, independent sample t tes, compare masalah siswa. Besarnya pengaruh atau
means one way anova. kontribusi aktivitas siswa terhadap
kemampuan pemecahan masalah sebesar
HASIL DAN PEMBAHASAN 74%, sedangkan hubungan pengaruh an-
Berdasarkan data dari lembar tara aktivitas siswa dengan kemampuan
pengamatan aktivitas siswa diperoleh Mean pemecahan masalah dinyatakan oleh
hasil pencapaian skor aktivitas siswa secara persamaan regresi: Ŷ= 6,997+0,86X, Ŷ
individu adalah 58,58 atau 83,69.%, yang adalah variabel kemampuan pemecahan
menunjukan bahwa aktivitas siswa dalam masalah dan X variabel aktivitas siswa.
pembelajaran dengan model CPS Harga 6,997 merupakan nilai konstanta
berbantuan CD interaktif sangat tinggi. yang menunjukkan bahwa jika seorang
Kondisi ini didorong oleh suasana siswa tidak mempunyai aktivitas siswa,
pada pembelajaran model CPS berbantuan maka kemampuan pemecahan masalah
CD interaktif yang menuntut siswa untuk siswa bernilai 6,997. Sedangkan harga 0,86
selalu aktif selama pembelajaran merupakan koefisien regresi yang
berlangsung, yaitu aktif untuk menemukan menunjukkan bahwa setiap kenaikan skor
solusi dari masalah secara kreatif, juga aktif aktivitas siswa sebesar 1, maka akan
berinteraksi dengan siswa lain melalui diiringi kenaikan nilai kemam-puan
kegiatan diskusi kelompok maupun diskusi pemecahan masalah sebesar 0,86.
kelas serta presentasi di depan kelas. Diperolehnya hasil di atas
Selama pembelajaran berlangsung guru dimungkinkan karena dalam pembela-jaran
bertindak sebagai fasilitator dan motivator, menggunakan model CPS berbantu-an CD
disamping memberikan kemudahan interaktif, siswa berperan aktif dalam proses
(fasilitas) belajar kepada siswa dan siswa pembelajaran dan secara kreatif berusaha
berinteraksi dengan sumber-sumber belajar menemukan solusi dari permasalahan yang
42 LEMBARAN ILMU KEPENDIDIKAN JILID 37, NO. 1, JUNI 2008

diajukan, saling berinteraksi dengan teman CD interaktif dengan siswa yang mengikuti
maupun guru, saling bertukar pikiran, pembelajaran dengan model konvensional
sehingga wawasan dan daya pikir mereka berbeda secara signifikan, hal ini
berkem-bang. Hal ini akan banyak ditunjukkan perolehan harga t= 12,602
membantu siswa dalam meningkatkan dengan tingkat signifikansi sebesar
kemampuan pemecahan masalah, sehingga 0,000<5%, dan dari tabel group statistics
ketika mereka dihadapkan dengan suatu kemampu-an pemecahan masalah siswa
perta-nyaan, mereka dapat melakukan kelas eksperimen dan kelas kontrol tampak
keteram-pilan memecahkan masalah untuk bahwa mean nilai kemampuan pemecahan
memilih dan mengembangkan tangga- masalah kelas eksperimen sebesar 78,14
pannya, tidak hanya dengan cara menghafal jauh lebih baik dari mean nilai kemampuan
tanpa memperdalam dan memperluas pemecahan masalah kelas kontrol yang
pemikirannya. sebesar 42,42.
Hal tersebut relevan dengan Hasil ini dimungkinkan karena model
penjabaran implikasi teori kognitif Piaget CPS berbantuan CD interaktif merupakan
yang antara lain menyatakan bahwa dalam suatu model pembelajaran yang berorientasi
pembalajaran memusatkan perhatian pada siswa, dan dapat melibatkan siswa
kepada berpikir atau proses mental peserta secara aktif, yakni suatu model
didik, mengutamakan peran peserta didik pembelajaran yang berbasis pada model
dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan pemecahan masalah yang melakukan
aktif dalam kegiatan belajar mengajar pemusatan pada pengajaran dan
(Hidayat, 2005: 7). keterampilan pemecahan masalah, yang
Di sisi lain dengan adanya diikuti dengan penguatan ketrampilan.
pemanfaatan multimedia pembelajaran dan Dalam proses pembelajaran-nya siswa
penggunaan CD interaktif dapat menggunakan segenap pemi-kiran, memilih
meningkatkan minat siswa dan membantu strategi pemecahan masalah, dan
siswa dalam pemahaman materi, hal ini memproses hingga menemukan
dapat dilihat dari hasil pengisian angket, penyelesaian dari suatu penyelesaian
yang menunjukkan bahwa 97,44 % siswa masalah. CPS juga merupakan cara
merasa senang dengan penggunaan CD pendekatan yang dinamis, siswa menjadi
interaktif, dan 94,87 % siswa menyatakan lebih terampil karena siswa mempunyai
bahwa penggunaan CD dapat membantu prosedur internal yang lebih tersusun dari
memahami materi, bahkan secara umum awal. Jadi dengan CPS siswa dapat
100 % siswa menyatakan senang dengan memilih dan mengembangkan ide dan
suasana belajar yang dilatihkan oleh guru, pemikirannya, tidak seperti hafalan yang
dan 97,44 % berminat mengikuti kegiatan sedikit menggunakan pemikiran.
pembelajaran serupa untuk materi Berbeda dengan model CPS, pada
matematika selanjutnya. Respon dan minat model konvensioanal pembelajaran
siswa yang positif terhadap pembelajaran menempatkan guru sebagai sumber
secara keseluruhan, akan banyak membantu informasi utama yang berperan dominan
siswa dalam meningkatkan prestasi dalam proses pembelajaran. Menurut
belajarnya. Suparman (1997: 198) dalam pembelajar-an
Berdasarkan penghitungan anali-sis konvensional guru bertindak sebagai
independent sample t tes terhadap data pentransfer ilmu kepada siswanya, siswa
hasil penelitian menunjukkan bahwa dianggap sebagai penerima pengetahuan
kemampuan pemecahan masalah antara yang pasif. Hal ini mengakibatkan dalam
siswa yang mengikuti pembelajaran pembelajaran siswa merasa bosan, siswa
matematika dengan model CPS berbantuan cenderung belajar menghafal dan tidak
Moh. Asikin dan Pujiadi, Pengaruh Model Pembelajaran 43

menimbulkan adanya “pengertian”, inisiatif hasil antara sebelum dan sesudah penelitian,
dan kreativitas siswa kurang berkembang. jika dilihat dari perbandingan antara rata-
Kondisi ini jelas tidak mendukung siswa rata kemampuan awal dan rata-rata
dalam meningkatkan kemampuan kemampuan pemecahan masalah masing-
pemecahan masalah. masing kelompok yaitu untuk kelompok
Berdasarkan penghitungan anali-sis atas sebesar 24,73, kelompok tengah 13,24
compare means one way anova dari data dan untuk kelompok bawah sebesar 3,72.
kemampuan pemecahan masalah masing- Hal ini menunjukkan bahwa model
masing kelompok pada kelas eksperimen pembelajaran CPS berbantuan CD interaktif
diperoleh nilai F hitung = 28,149 dengan cukup membantu siswa untuk
signifikansi sebesar 0,000 < 5%, yang meningkatkan hasil belajarnya yaitu berupa
berarti Ho ditolak, hal ini menunjukkan peningkatan kemampuan pemecahan
bahwa terdapat perbedaan kemampuan masalah, baik pada kelompok atas, tengah
pemecahan masalah antara siswa pada maupun bawah.
kelompok atas, tengah dan bawah pada Hasil ini dimungkinkan karena pada
pembelajaran menggunakan model CPS model pembelajaran CPS berbantuan CD
berbantuan CD interaktif. Kemudian dari interaktif semua siswa berperan aktif dalam
hasil dari uji lanjut menggunakan metode kegiatan pembelajaran, dan termotivasi
Scheffe diketahui bahwa antar semua untuk memecahkan masalah yang diajukan,
kelompok menunjukan nilai signifikansi baik secara individu maupun kelompok.
sebesar 0,000 < 5 %, yang berarti terdapat Adanya pembagian kelompok dengan
perbedaan kemampuan pemecahan masalah kemampuan anggotanya heterogen, juga
yang signifikan antar semua kelompok. memungkinkan masing-masing siswa untuk
Diperolehnya hasil di atas saling bertukar pendapat dan beradu
dimungkinkan karena secara umum argumen, untuk kemudian menemukan
kemampuan pemecahan masalah seorang solusi bersama. Dengan demikian akan
siswa dipengaruhi oleh kemampuan membantu kematangan berfikir dan
awalnya. Siswa yang mempunyai kemampuan pemecahan masalah siswa,
kemampuan awal lebih baik, realif tidak tidak hanya pada siswa kelompok atas, tapi
mengalami kesulitan ketika harus juga siswa pada kelompok tengah dan
melakukan pemecahan masalah terhadap bawah. Hal ini sesuai dengan teori Vigotsky
masalah yang diajukan, namun siswa yang yang menekankan pada hakekat
mempunyai kemampuan awal kurang baik, sosiokultural dari pembelajaran. Menurut
sangat dimungkinkan mengalami kesulitan Vygotsky (dalam Hidayat, 2005: 24)
dalam melakukan pemecahan masalah interaksi sosial, yaitu interaksi individu
terhadap masalah yang diajukan. Dengan tersebut dengan orang-orang lain,
demikian, siswa yang berasal dari merupakan faktor yang terpenting yang
kelompok atas tidak mengalami kesulitan mendo-rong atau memicu perkembangan
dalam pemecahan masalah dibandingkan kognitif seseorang. Vygotsky meyakini
dengan siswa yang berasal dari kelompok bahwa fungsi mental yang lebih tinggi
lain. Adanya perbedaan tingkat kesulitan umumnya muncul dalam percakapan atau
dalam pemecah-an masalah bagi siswa pada kerjasama antar siswa sebelum fungsi
masing-masing kelompok ini, sedikit mental yang lebih tinggi itu terserap.
banyak akan berpengaruh terhadap Adanya selisih antara rata-rata
kemampuan pemecahan masalah siswa kemampuan awal dan rata-rata kemam-
pada kelompok tersebut. puan pemecahan masalah pada kelompok
Namun demikian pada masing- atas yang jauh lebih besar dari kelompok
masing kelompok terdapat peningkatan tengah maupun bawah menunjukkan bahwa
44 LEMBARAN ILMU KEPENDIDIKAN JILID 37, NO. 1, JUNI 2008

model pembelajaran CPS berbantuan CD CPS berbantuan CD interaktif. Nilai F


interaktif sangat cocok untuk siswa pada hitung = 28,149 dengan signifikansi
kelompok atas. Demikian pula model ini sebesar 0,000 < 5 %. Hasil uji lanjut
juga cukup cocok diterapkan untuk siswa dengan metode Scheffe menunjukkan
pada kelompok tengah, tetapi bukan berarti nilai signifikansi antar semua kelompok
model ini tidak dapat diterapkan pada siswa sebesar 0,000 < 5 %.
kelompok bawah, karena pada kenyataanya
untuk kelompok bawah-pun terdapat Saran
peningkatan hasil belajar, walaupun Dari penelitian ini disampaikan saran:
peningkatannya tidak sebesar kelompok 1) Model pembelajaran CPS berbantuan
atas maupun tengah. CD interaktif dapat dijadikan sebagai
alternatif model pembelajaran yang
SIMPULAN DAN SARAN dapat meningkatkan kemampuan
Simpulan pemecahan masalah siswa, oleh karena
Berdasarkan hasil penelitian itu para guru matematika diharapkan
diperoleh simpulan: dapat menerapkan model ini dalam
1) Aktivitas siswa dalam pembelajaran pembelajaran matematika khususnya
matematika dengan model CPS pada materi trigono-metri kelas X .
berbantuan CD interaktif berpengaruh 2) Guru hendaknya meningkatkan aktivitas
positif terhadap kemampuan pemecahan siswa dalam pembelajaran sehingga
masalah siswa. Besarnya pengaruh dapat meningkatkan kemampuan
aktivitas siswa terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa.
pemecahan masalah siswa sebesar 74 3) Guru hendaknya dalam pembelajaran
%, sedangkan hubungan pengaruh memberi kesempatan lebih banyak
antara aktivitas siswa dengan kepada siswa untuk menyelesaikan
kemampuan pemecahan masalah persoalan berbentuk pemecahan
dinyatakan oleh persamaan regresi: Ŷ = masalah.
6,997+0,86X, Ŷ adalah variabel 4) Perlunya penelitian lebih lanjut untuk
kemampuan pemecahan masa-lah siswa materi dan kelas yang berbeda dan jika
dan X variabel aktivitas siswa. memungkinkan untuk mata pelajaran
2) Kemampuan pemecahan masalah bagi lain yang relevan.
siswa yang mengikuti pembelajaran
matematika dengan model CPS DAFTAR PUSTAKA
berbantuan CD interaktif lebih baik dari Arsyad, A. 2006. Media Pembelajaran.
pada siswa yang mengikuti Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa.
pembelajaran dengan model Depdiknas. 2006. Standar Isi. Jakarta:
konvensional. Perolehan harga t hitung Permendiknas 22 tahun 2006.
= 12,602 dengan tingkat signifikansi Gani, R.A. 2003. Pengaruh Penerapan
sebesar 0,000 < 5%, dan mean nilai Pembelajaran dengan Pendeka-tan
kemampuan pemecahan masalah kelas Pemecahan Masalah terha-dap Hasil
eksperimen sebesar 78,15 lebih baik Belajar Matematika Siswa Sekolah
dari mean nilai kemampuan pemecahan Menengah Umum di Bandung.
masalah kelas kontrol yang sebesar Tersedia di:
42,42. http://digilib.upi.edu/pasca/available/e
3) Terdapat perbedaan kemampuan td-0425105-120503/ [10 Oktober
pemecahan masalah antara siswa pada 2007].
kelompok atas, tengah dan bawah pada Hidayat, M. A. 2005. Teori Pembelajar-an
pembelajaran menggu-nakan model Matematika. Semarang: Prog-ram
Moh. Asikin dan Pujiadi, Pengaruh Model Pembelajaran 45

Pascasarjana Unnes. http://www.uh.edu/hti/cu/2004/v02/0


Ibrahim, M. 2000. Pembelajaran Koope- 4.htm [14 Februari 2007].
ratif. Surabaya: UNESA-Univer-sity Sanjaya, W. 2007. Strategi Pebelajaran.
Press. Berorientasi Standar Proses Pedidikan
Kruyg & Reys. 1980. Problem Solving in (cetakan ke-3). Jakarta: Kencana.
School Mathematics. Washing-ton, Sujak, A. 2005. Wacana Kebijakan
D.C: NCTM. Sertifikasi Tenaga Kependidikan
Lie, A. 2002. Cooperative Learning, (Makalah). Direktorat Tenaga
Mempraktekkan Cooperative Kependidikan Dirjen Peningkat-an
Learning di Ruang-ruang Kelas. Mutu Pendidik dan Tenaga
Jakarta: Gramedia. Kependidikan Depdiknas.
Marpaung, Y. 2006. Pendekatan Multi- Suparman. 1997. Desain Instruksional.
kultural dalam Pembelajaran Mate- Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.
matika (Makalah). Suparno, P. 2000. Filsafat Konstruktivisme
Nasution, S. 1995. Didaktik Asas-Asas dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Penerbit Kanisius.
Pepkin, K. L. 2004. Creative Problem
Solving In Math. Tersedia di:

Вам также может понравиться