Вы находитесь на странице: 1из 14

MAKALAH

“TENTANG PENETAPAN HARGA”


Dosen Pengempu :
Aditya Rusli, S.E. M,M.

Disusun Oleh :
Diana Lufita Ratna Sari (16120069)
Ananda Adika (16120036p)
Nasrul Huda Mahendra (16120100)

FAKULTAS MANAGEMENT SUMBER DAYA MANUSIA


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................i

KATA PENGANTAR..............................................................................................................1

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................................2

A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................2

B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................3

C. TUJUAN PENULISAN..................................................................................................3

BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................................................4

A. HARGA...........................................................................................................................4

1. DEFINISI HARGA.......................................................................................................4

2. TUJUAN PENETAPAN HARGA.................................................................................4

3. METODE PENETAPAN HARGA................................................................................5

B. PENETAPAN HARGA..................................................................................................6

1). PENETAPAN HARGA MARKUP..............................................................................6

2). DISKRIMINASI HARGA...........................................................................................7

3). PENETAPAN HARGA PRODUK BERGANDA........................................................9

4). PENETAPAN HARGA DALAM PASAR YANG MAPAN.......................................10

BAB 3 PENUTUP..................................................................................................................11

KESIMPULAN..................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................12

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Sang Maha Pencipta, atas terselesaikannya makalah
Ekonomi Internasional yang berjudul “Ekonomi Manajerial” untuk memenuhi tugas dari
dosen pengampu mata kuliah Ekonomi Manajerial yaitu Bapak Aditya Rusli, SE. MM.
Kami mohon maklum apabila materi di dalam makalah ini belumlah sesempurna dari
yang diharapkan. Maka dari itu kami membuka pintu saran-saran yang selebar-lebarnya dari
pembaca sekalian. Dan kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca terutama
yang sedang mencari tahu tentang betapa pentingnya Praktik Penentuan Harga.
Atas kesediannya untuk membaca makalah ini, kami ucapkan terima kasih.

BAB I
PENDAHULUAN

1
A. Latar Belakang
Secara teoritis, tidak ada perbedaan signifikan antara perekonomian klasik dengan
modern. Teori harga secara mendasar sama, yakni bahwa harga wajar atau harga
keseimbangan diperoleh dari interaksi antara kekuatan permintaan dan penawaran (suplai)
dalam suatu persaingan sempurna, hanya saja dalam perekonomian modern teori dasar ini
berkembang menyadi kompleks karena adanya diversifikasi pelaku pasar, produk, mekanisme
perdagangan, instrumen, maupun perilakunya,yang mengakibatkan terjadinya distorsi pasar.
Dalam struktur pasar apapun sebuah perusahaan beroperasi, penetapan harga untuk
maksimasi laba mangharuskan analisis yang seksama terhadap hubungan antara biaya
marginal dan pendapatan marginal. Tetapi, riset tentang praktek – praktek penetapan harga
aktual menunjukkan bahwa banyak perusahaan tampaknya menetapkan harga tanpa analisis
eksplisit rehadap hubungan marginal. Studi memperlihatkan bahwa kebanyakan perusahaan
menggunakan penetapan harga markup, menetapkan harga untuk menutup semua biaya
langsung ditambah markup sebesar satu presentase tertentu untuk kontribusi laba (biaya
umum dan laba) daripada menetapkan harga di mana MR = MC. Bagaimana sesuatu yang
tampaknya bertentangan antara teori ekonomi dan praktek penetapan harga actual ini
dijelaskan?
Jika kita memahami prosedur yang dipergunakan untuk keputusan penetapan harga
actual, tidak terdapat konflik antara teori dan praktek. Pada kenyataannya, praktek – praktek
penetapan harga secara markup merupakan alat praktis yang dengannya perusahaan –
perusahaan menerapkan analisis marginal untuk menetapkan harga berbagai barang dan jasa.
Praktek penetapan harga secara markup yang luwes dan mencerminkan perbedaan dalam
biaya marginal dan elastisitas permintaan merupakan cara yang efisien untuk beroperasi
sehingga MR = MC untuk setiap lini produk yang dijual.
Demikian pula, praktek penetapan harga untuk musim puncak dan di luar puncak,
diskriminasi harga, dan penetapan harga untuk produk - produk kesemuanya merupakan cara
yang efisien untuk beroperasi sehingga MR = MC untuk setiap pelanggan atau kelompok
pelanggan dan kelompok produk.

B. Rumusan Masalah
Agar permasalahan tidak meluas serta dapat lebih terarah pada pokok permasalahan, maka
dapat dirumuskan permasalahan berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas adalah

2
sebagai berikut :
1. Bagaimana penetapan harga secara markup?
2. Penjelasan diskriminasi harga?
3. Bagaimana penetapan harga produk berganda?
4. Bagaimana penetapan harga dalam pasar yang mapan?

C. Tujuan Penulisan
Berdasar rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui penetapan harga secara markup
2. Untuk mengetahi diskriminasi harga
3. Untuk mengetahui penetapan harga produk berganda
4. Untuk mengetahui penetapan harga dalam pasar yang mapan

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Harga
1. Definisi Harga
Menurut Stanton, (1984) Harga adalah Price is valueexpressed in terms of dollars and
cens, or any other monetary medium of exchange. yang kurang lebih memiliki arti harga
adalah nilai yang dinyatakan dalam dolar dan sen atau medium moneter lainnya sebagai alat
tukar.
Menurut Basu Swastha (1986: 147) Harga diartikan sebagai Jumlah uang (kemungkinan
ditambah barang) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang
beserta pelayanannya.
Menurut menurut Alex S Nitisemito (1991:55) Harga diartikan sebagai nilai suatu barang atau
jasa yang diukur dengan sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut seseorang atau
perusahaan bersedia melepaskan barang atau jasa yang dimiliki kepada pihak lain.
Harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa)
yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa,
Tjiptono (2001 : 151). Dan harga merupakan unsur satu–satunya dari unsur bauran pemasaran
yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan di banding unsur bauran
pemasaran yang lainnya (produk, promosi dan distribusi).

2. Tujuan Penetapan Harga

Dalam teori ekonomi klasik, setiap perusahaan selalu berorientasi pada seberapa besar
keuntungan yang akan diperoleh dari suatu produk atau jasa yang dimilikinya, sehingga
tujuan penetapan harganya hanya berdasarkan pada tingkat keuntungan dan perolehan yang
akan diterimanya. Namun di dalam perkembangannya, tujuan penetapan harga bukan hanya
berdasarkan tingkat keuntungan dan perolehannya saja melainkan berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan non ekonomis lainnya.
Berikut adalah tujuan penetapan harga yang bersifat ekonomis dan non ekonomis;

1. Memaksimalkan Laba
Penetapan harga ini biasanya memperhitungkan tingkat keuntungan yang ingin diperoleh.
Semakin besar marjin keuntungan yang ingin didapat, maka menjadi tinggi pula harga yang
ditetapkan untuk konsumen. Dalam menetapkan harga sebaiknya turut memperhitungkan
daya beli dan variabel lain yang dipengaruhi harga agar keuntungan yang diraih dapat
maksimum.

4
2. Meraih Pangsa Pasar
Untuk dapat menarik perhatian para konsumen yang menjadi target market atau target pasar
maka suatu perusahaan sebaiknya menetapkan harga yang serendah mungkin. Dengan harga
turun, maka akan memicu peningkatan permintaan yang juga datang dari market share
pesaing atau kompetitor, sehingga ketika pangsa pasar tersebut diperoleh maka harga akan
disesuaikan dengan tingkat laba yang diinginkan

3. Return On Investment (ROI) / Pengembalian Modal Usaha


Setiap usaha menginginkan tingkat pengembalian modal yang tinggi. ROI yang tinggi dapat
dicapai dengan jalan menaikkan profit margin serta meningkatkan angka penjualan.

4. Mempertahankan Pangsa Pasar


Ketika perusahaan memiliki pasar tersendiri, maka perlu adanya penetapan harga yang tepat
agar dapat tetap mempertahankan pangsa pasar yang ada

5. Tujuan Stabilisasi Harga


Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga, bila suatu perusahaan
menurunkan harganya, maka para pesaingnya harus menurunkan pula harga mereka. Kondisi
seperti ini yang mendasari terbentuknya tujuan stabilisasi harga dalam industri-industri
tertentu (misalnya minyak bumi). Tujuan stabilisasi dilakukan dengan jalan menetapkan harga
untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan dan harga
pemimpin industri (industry leader)

6. Menjaga Kelangsungan Hidup Perusahaan


Perusahaan yang baik menetapkan harga dengan memperhitungkan segala kemungkinan agar
tetap memiliki dana yang cukup untuk tetap menjalankan aktifitas usaha bisnis yang dijalani.
Tujuan-tujuan dalam penetapan harga ini mengindikasikan bahwa pentingnya perusahaan
untuk memilih, menetapkan dan membuat perencanaan mengenai nilai produk atau jasa dan
tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan atas produk atau jasa tersebut.

3. Metode Penetapan Harga


Ada beberapa metode yang dapat digunakan sebagai rancangan dan variasi, dalam
penetapan harga menurut Marras (1999: 181-185), harga dapat ditentukan atau dihitung :

1) Harga didasarkan pada biaya total ditambah laba yang diinginkan


2) Harga yang berdasarkan pada keseimbangan antara permintaan dan suplai.
3) Penetapan harga pasar yang ditetapkan atas dasar kekuatan pasar.
4) Harga yang berdasarkan keseimbangan antara suplai dan permintaan.
5) Penetapan harga atas dasar kekuatan pasar.
B. Penetapan Harga

5
1) Penetapan Harga Markup
Survey praktek bisnis menunjukkan bahwa praktek penetapan harga markup
merupakan metode penerapan harga yang paling luas dipergunakan oleh perusahaan -
perusahaan bisnis. Dalam pendekatan yang paling umum dalam praktek penerapan harga
markup, perusahaan - perusahaan mengestimasi biaya variabel rata - rata untuk memproduksi
dan memasarkan sebuah produk, menambahkan biaya umum, dan lalu menambahkan markup,
atau margin sebesar presentase tertentu untuk laba. Pengenaan biaya tidak langsung, atau
biaya umum, biasanya ditentukan dengan mengalokasikan biaya - biaya ini di antara produk -
produk perusahaan atas dasar biaya variabel rata - rata mereka.

Mark up pricing
merupakan penetapan harga, dimana harga tertentu ditetapkan dengan jelas menambahkan
suatu prosentase tetap di atas biaya produksi. Mark up Pricing berbeda-beda dalam suatu
swalayan karena:
1. Adanya persaingan dalam kelas produk yang ada
2. Volume penjualan produk tersebut
3. Resiko yang terjadi dalam menjual masing-masing produk

1) Markup Atas Biaya


Yaitu selisih antara harga dan biaya yang ukur secara relatif terhadap biaya, diukur dalam %
(persen)
2) Markup Atas Harga
Mark up atas harga, selisih harga dan biaya yang diukur secara relatif terhadap harga,
diukur dalam persen.

2) Diskriminasi Harga
Diskriminasi harga yaitu kebijaksanaan untuk memberlakukan harga jual yang

6
berbeda-beda untuk satu jenis barang yang sama di segmen pasar. Jadi, diskriminasi harga
terjadi jika produk yang sama dijual kepada konsumen yang berbeda dengan harga yang
berbeda. Diskriminasi harga dapat dipahami lebih baik dengan memperkenalkan konsep
surplus konsumen. Surplus konsumen adalah nilai barang dan jasa bagi para konsumen di atas
dan di luar jumlah yang mereka bayarkan kepada pada penjual.

Diskriminasi harga banyak dipakai sekarang ini, terutama dengan barang-barang yang
tidak mudah dipindahkan dari pasar dengan harga rendah ke pasar dengan harga tinggi.
Ternyata, praktek ini seringkali dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi. Monopolis
menaikkan harga jual produk mereka dan menurunkan jumlah penjualan mereka untuk
meningkatkan keuntungan. Dengan melakukan hal tersebut, mereka mungkin bisa
mendapatkan pasar untuk para pembeli yang berkeinginan kuat dan kehilangan pasar untuk
pebeli yang enggan.

Dengan memberikan harga yang berbeda untuk mereka yang mau membeli dengan
harga tinggi dan mereka yang mau membeli dengan harga yang rendah, monopolis dapat
meningkatkan keuntungan serta kepuasan pelanggannya.Persyaratan untuk diskriminasi harga
yang menguntungkan
Dua kondisi diperlukan untuk diskriminasi harga yang menguntungkan. Pertama,
harus terdapat elastisitas harga dari permintaan yang berada di antara berbagai bagian
pelanggan untuk satu produk tertentu. Kecuali elastisitas harga berbeda di antara berbagai
bagian pasar. Kedua, perusahaan tersebut harus mampu mensegmentasi pasar dengan
mengidentifikasi bagian - bagian pasar dan mencegah perpindahan pelanggan dalam bagian -
bagian pasar yang berbeda.

Jenis - jenis diskriminasi harga :


1. Diskriminasi harga derajat 1
Diskriminasi harga derajat 1 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang berbeda-beda
untuk setiap konsumen berdasarkan reservation price (Willingness To Pay) masing-masing
konsumen dibedakan pada kemampuan daya beli masing-masing konsumen. Contoh: seorang
dokter memberlakukan tarif konsultasi yang berbeda-beda pada setiap pasiennya.
menjelaskan tentang grafik diskriminasi harga derajat 1 terdapat hubungan antara P (harga)
dan Q (output) yang dimisalkan harga terdapat P1, P2 dan P3 dan output terdapat Q1, Q2 dan
Q3. Pada grafik terlihat apabila P tinggi maka Q rendah. Hal ini apabila dikaitkan pada
kemampuan daya beli konsumen berarti apabila produsen menawarkan harga yang tinggi
maka terdapat sedikit konsumen yang akan membeli produk tersebut. Dan begitu sebaliknya,
apabila produsen menawarkan harga yang rendah maka terdapat banyak konsumen yang
dapat membeli barang tersebut. Jadi, dalam hal ini perusahaan harus mengetahui kemampuan
daya beli pada masing-masing konsumen.
Diskriminasi harga derajat 1 dapat merugikan konsumen karena terdapat surplus konsumen

7
yang diterima oleh produsen, biaya yang harusnya diterima oleh konsumen namun menjadi
milik konsumen. Diskriminasi harga derajat 1 juga disebut perfect price discrimination karena
memperoleh surplus konsumen paling besar.

2. Diskriminasi harga derajat 2


Diskriminasi harga derajat 2 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang berbeda-beda
pada jumlah batch atau lot produk yang dijual. Diskriminasi harga ini dilakukan karena
perusahaan tidak memiliki informasi mengenai reservation pricekonsumen. Contoh:
perbedaan harga per unit pada pembelian grosir dan pembelian eceran, pembeli yang membeli
mie instan 1 bungkus dan 1 kardus akan berbeda harganya. menjelaskan tentang diskriminasi
harga derajat 2. Pada grafik tersebut pelaku usaha menetapkan harga (P1, P2 dan P3)
berdasarkan jumlah konsumsi.
Kebijakan ini dapat meningkatkan kesejahteraan konsumen karena jumlah output bertambah
dan harga jual semakin murah. Hal ini dikarenakan pelaku usaha menggunakan sistem
perbedaan harga per unit pada pembelian grosir dan pembelian eceran. Harga eceran lebih
tinggi dari pada harga per pak, sehingga konsumen lebih baik membeli barang langsung per
pak daripada membeli barang eceran.
3. Diskriminasi harga derajat 3
Diskriminasi harga derajat 3 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang berbeda untuk
setiap kelompok konsumen berdasarkan reservation price masing-masing kelompok
konsumen. Diskriminasi harga derajat 3 dilakukan karena perusahaan tidak mengetahui
reservation price masing-masing konsumen, tapi mengetahui reservation price kelompok
konsumen. Kelompok konsumen dapat dibedakan atas lokasi, geografis, maupun karakteristik
konsumen seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan lain-lain. Contoh : barang yang dijuala
di pedesaan dan di perkotaan akan berbda harganya. menjelaskan tentang grafik diskriminasi
harga derajat 3.Diskriminasi harga ditetapkan berdasarkan perbedaan elastisitas harga.
Permintaan yang lebih inelastis dikenakan harga yang lebih tinggi.

3) Penetapan Harga Produk Berganda


Model mikroekonomi dasar dari suatu perusahaan mengasumsikan bahwa perusahaan

8
memproduksi satu produk yang homogen. Hampir semua perusahaan memproduksi
setidaknya beberapa model, gaya, atau ukuran dari keluaran mereka, dan masing - masing
variasi ini dipandang sebagai produk yang terpisah untuk maksud penetapan harga. Walaupun
penetapan harga produk berganda mengharuskan analisis yang sama seperti untuk satu
produk, analisis ini diperumit dengan adanya keterkaitan permintaan dan produksi.
1) Keterkaitan Permintaan
Keterkaitan permintaan timbul karena persaingan atau sifat saling melengkapi di
antara berbagai produk perusahaan. Analisis Keterkaitan Permintaan Keterkaitan permintaan
mempengaruhi keputusan harga melalui pengaruh mereka terhadap pendapatan marginal
2) Keterkaitan produksi
Sama seperti produk - produk perusahaan yang dapat berkaitan melalui fungsi
permintaan, produk - produk itu juga dapat berkaitan dalam produksi. beberapa produk dapat
diproduksi bersama - sama dalam rasio yang tetap atau dalam proporsi yang dapat
divariasikan.
Produk Gabungan Yang Diproduksi Dalam proporsi Tetap
Kasus paling sederhana dari produksi bersama adalah produk - produk yang dihasilkan
dalam proporsi tetap. Dalam situasi ini, adalah tidak masuk akal untuk mencoba memisahkan
produk - produk tersebut dari sudut pandang produksi atau biaya. Yaitu produk - produk yang
harus dihasilkan dalam proporsi tetap dan tidak memungkinkan penyesuaian terhadap
terhadap rasio keluaran produk.

4) Penetapan Harga Dalam Pasar yang Mapan


Tingkat harga umum yang terjadi di pasar yang mapan adalah tingkat harga yang
memenuhi tujuan harga tertinggi atau tujuan perusahaan - perusahaan tersebut secara umum.
Penetapan harga dalam pasar yang mapan dapat dilakukan dengan cara :

9
1) Price Positioning
Jumlah maksimum yang akan dibayar oleh pembeli untuk suatu produk dikenal sebagai harga
reservasi pembeli tersebut. Penelitian pasar yang dilakukan dengan cermat akan bermanfaat
bagi perusahaan dalam menunjukkan harga - harga reservasi untuk produk tertentu dan untuk
setiap ciri yang tercakup atau tidak dalam produk tersebut.
2) Strategi Harga Product Line
Pendekatan ini memilih markup berdasarkan estimasi elastisitas harga permintaan yang secara
implisit mengasumsikan bahwa permintaan akan setiap item pada lini produk tidak tergantung
permintaan setiap item lain dalam lini produk itu.
3) Penentuan Harga Untuk Menduga Kualitas
Penentuan harga sebuah produk yang lebih tinggi akan meyakinkan konsumen bahwa item itu
berkualitas lebih tinggi dan menyebabkan penjualan serta laba lebih besar dibanding apabila
produk itu dijual dengan harga lebih rendah.
4) Penentuan Harga Produk Dalam Satu Paket
Pembundelan produk adalah praktik penjualan satu atau lebih produk secara bersama - sama
sebagai satu paket dengan harga tunggal. Penjualan secara paket akan meningkatkan laba
yang ditempuh dengan cara menaikkan harga setiap produk apabila dijual terpisah dan
menawarkan bundelan sebagai suatu paket dengan satu harga yang lebih rendah dari harga
jual masing - masing komponen dalam bundelan tersebut.
Menurut Tjiptono (2001 : 174) ada beberapa faktor yang menyebabkan suatu
perusahaan harus selalu meninjau kembali strategi penetapan harga produk - produknya yang
sudah ada di pasar, diantaranya adalah :
1) Adanya perubahan dalam lingkungan pasar, misalnya pesaing besar menurunkan
harga.
2) Adanya pergeseran permintaan, misalnya terjadinya perubahan selera konsumen.
Dalam melakukan peninjauan kembali penetapan harga yang telah dilakukan,
perusahaan mempunyai tiga alternatif strategi, yaitu:
1) Mempertahankan Harga, strategi ini dilaksanakan dengan tujuan mempertahankan
posisi dalam pasar dan untuk meningkatkan citra yang baik di masyarakat.
2) Menurunkan Harga, Strategi ini sulit untuk dilaksanakan karena perusahaan harus
memiliki kemampuan finansial yang besar, sementara konsekuensi yang harus ditanggung,
perusahaan menerima margin laba dengan tingkat yang kecil. Ada tiga alasan atau penyebab
perusahaan harus menurunkan harga produk yang sudah mapan.
3) Menaikan Harga, suatu perusahaan melakukan kebijakan menaikan harga dengan
tujuan untuk mempertahankan profitabilitas dalam periode inflasi dan untuk melakukan
segmentasi pasar tertentu.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

10
Makalah ini meneliti sejumlah topik penetapan harga. Penetapan harga secara markup,
sebuah tekhnik penetapan harga yang umum dalam praktek, diperlihatkan sangat erat
berkaitan dengan analisis marginal. Penggunaan yang tepat dari tekhnik - tekhnik penetapan
harga secara markup mengharuskan diberikannya perhatian yang erat baik pada pertimbangan
biaya maupun permintaan. Sensitivitas harga terhadap biaya marginal, digandakan dengan
hubungan berbalik yang umumnya diamati antara margin laba dan elastisitas dari permintaan,
menyiratkan bahwa baik pertimbangan biaya maupun permintaan memang memainkan peran
penting dalam praktek penetapan harga markup.

Analisis laba inkremental juga diperlihatkan sebagai alat yang kuat untuk keputusan
penetapan harga optimal. Selama periode - periode di luar puncak, ketika sebuah perusahaan
memiliki kapasitas berlebih, biaya yang dialokasikan sepenuhnya jarang sesuai untuk maksud
keputusan. Hanya biaya inkremental yang berkaitan dengan keluaran relevan dalam situasi
seperti ini.

Untuk berhasil terlibat dalam diskriminasi harga, perusahaan harus :


1. Menghadapi elastisitas harga dari permintaan yang berbeda di berbagai segmen pasar
2. Mampu mengisolasi berbagai bagian pasar untuk mencegah perpindahan.

Diskriminasi harga sempurna (derajat pertama) akan memaksimumkan laba penjual dengan
menghapus semua surplus konsumen, yang adalah manfaat yang tidak dibayarkan yang
diturunkan dari kegiatan konsumsi.

Penetapan harga produk berganda diperlihatkan menggunakan konsep ekonomi yang


sama seperti penetapan harga satu produk Penetapan harga produk berganda yang optimal
mengharuskan bahwa pendapatan dan biaya inkremental adalah sama untuk setiap produk.
Penggunaan konsep laba inkremental secara tepat akan memastikan bahwa pengaruh total dari
sebuah keputusan penetapan harga terhadap perusahaan dianalisis dan mengarah pada
penetapan harga optimal dalam kasus produk berganda, sama seperti dengan satu produk.

DAFTAR PUSTAKA

Fandy Tjiptono. 2001. Manajemen Jasa. Yogyakarta :Andy Offset.


Karwowski, W and Marras, S.W. 1999. The Occupational Ergonomics Handbook.
New York : CRC Press LLC

11
Nitisemito, Alex S, 1991. Manajemen Personalia – Manajemen Sumber Daya
Manusia. Jakarta: Ghalia
Pappas, James L. dan Hirschey, Mark. 1995. Ekonomi Manajerial.Jakarta : PT.
Binarupa Aksara Indonesia.
Stanton, William J. 1984. Prinsip Pemasaran. Jakarta : Penerbit Erlangga
Swasta, Basu DH dan Irawan. M.B.A. 1986. Manajemen Pemasaran Modern.
Yogyakarta: Edisi ke dua. Penerbit

12

Вам также может понравиться