Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
OLEH :
NO. BP : 1710423017
KELOMPOK : 7A
LABORATORIUM TEACHING II
JURUSAN BIOLOGI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2018
BAB I. PENDAHULUAN
Embrio adalah mahluk yang sedang berkembang sebelum makhluk tersebut mencapai
bentuk definitif seperti bentuk makhluk dewasa. Selanjutnya dikatakan perkembangan
makhluk hidup dalam embriologi dibedakan dalam tiga tahap perkembangan yaitu: 1)
Progenase, dimulai dari perkembangan sel kelamin sampai menjadi zygot; 2)
Embriogenesis, merupakan proses perkembangan zygot, pembelahan zygot, blastulasi,
serta gastrulasi; 3) Organogenesis merupakan proses perkembangan alat-alat tubuh
seperti jantung, paru-paru, ginjal, otak dan sebagainya (Tang dan Ridwan 2004).
Embriogenesis dibagi menjadi tiga stadium yaitu pembelahan, embrionik dan
eleutheroembrionik (stadium ikan menetas sampai ikan dapat mencari makanan sendiri
dari luar). Embrionik adalah periode perkembangan mulai dari pembuahan sampai ikan
mendapat makanan dari luar (Tang dan Ridwan 2004).
Morula merupakan pembelahan sel yang terjadi setelah sel berjumlah 32 sel dan
berakhir bila sel sudah menghasilkan sejumlah blastomer yang berukuran sama akan
tetapi ukurannya lebih kecil. Sel tersebut memadat untuk menjadi blastodik kecil yang
membentuk dua lapisan sel. Pada saat ini ukuran sel mulai beragam. Sel membelah
secara melintang dan mulai membentuk formasi lapisan kedua secara samar pada kutub
anima. Stadia morula berakhir apabila telah menghasilkan blastomer. Blastomer
kemudian memadat menjadi blastodik kecil membentuk dua lapis sel. Pada akhir
pembelahan akan dihasilkan dua kelompok sel. Pertama kelompok sel-sel utama
(blastoderm) dan yang kedua adalah kelompok sel-sel pelengkap (Effendie 1997).
Blastulasi awal adalah proses perubahan sel yang menempel pada kuning telur
dengan membentuk penjuluran plasma ke bagian dalam sehingga seperti lapisan di
bawah mangkuk terbalik. Lapisan itu dinamakan periblast atau tropoblast yang erat
hubungannya dengan kuning telur. Rongga di dalamnya yang terbentuk itu disebut
blastocoels (gambar 2). Blastula tersusun atas campuran sel- sel blastomer dalam rongga
yang penuh cairan (Effendi 1997). Pada stadium blastula sel-sel terus mengadakan
pembelahan dengan aktif sehingga ukuran sel-selnya semakin mengecil. Pada stadium
blastula ini terdapat dua macam sel yaitu sel formatif dan sel nonformatif. Sel formatif
masuk ke dalam komposisi tubuh embrionik sedangkan sel normatif sebagai tropoblast
yang ada hubungannya dengan nutrisi embrio (Effendi 1997).
Gastrula sebagai kelanjutan dari stadium blastula lapisannya berkembang dari
satu menjadi dua lapis sel. Awal dari gastrula ini terjadi begitu stadium blastula selesai.
Proses pembelahan sel dengan pergerakannya berjalan lebih cepat dari pada stadium
blastula. Dalam garis besarnya proses pergerakan sel dalam stadium gastrula ada dua
macam yaitu epiboly dan emboly. Epiboly ialah suatu pergerakan sel-sel yang dianggap
akan menjadi epidermis dan daerah persyarafan, dimana pergerakannya itu ke depan, ke
belakang dan juga ke samping dari sumbu yang akan menjadi embrio. Dalam proses
epiboly akan terjadi penutupan kuning telur kecuali di tempat yang dinamakan
blastopor. Sedangkan emboly adalah pergerakan sel yang arahnya menuju ke bagian
dalam terutama di ujung sumbu bakal embrio. Akhir dari proses gastrula apabila kuning
telur sudah tertutup oleh lapisan sel. Bersamaan dengan selesainya proses gastrula,
sebenarnya dimulai awal pembentukan organ-organ (Effendie 1997). Menurut Sukra
(1989) stadium gastrula pada ikan diawali dengan penebalan di tepi luar blastodisk,
sehingga terbentuk suatu lingkaran berbentuk seperti cincin yang di sebut cincin
kecambah (germ ring). Cincin kecambah posterior yang lebih tebal disebut perisai cincin
kecambah (embryonic shield).
Organogenesis adalah pembentukan organ. Sejalan dengan proses pembentukan
embrio atau embriogenesis terjadi proses pembentukan alat tubuh embrio yang disebut
organogenesis. Organogensis berlangsung setelah stadium gastrula. Dalam proses
organogenesis terbentuk berturut-turut bakal organ antara lain syaraf, notochorda, mata,
somit, rongga kuffer, kantung olfaktori, rongga ginjal, usus, tulang subnotchord, linea
lateralis, jantung, aorta, insang, infudibulum dan lipatan-lipatan sirip (Tang dan Ridwan
2004). Organ-organ tersebut berasal dari ektoderm, endoderm dan mesoderm. Dari
ektoderm akan terbentuk organ-organ susunan syaraf dan epidermis kulit. Endoderm
akan terbentuk saluran pencernaan dan alat pernapasan, sedangkan mesoderm akan
muncul rangka otot, alat-alat peredaran darah, ekskresi, reproduksi dan korum kulit.
Ektoderm akan muncul lapisan luar gigi, epithelium olfaktoris, syaraf, lensa mata dan
telinga dalam (Tang dan Ridwan 2004).
Mesoderm terbagi menjadi bagian dorsal, intermediet dan lateral. Mesoderm
dorsal terbagi menjadi dua kelompok somit. Tiap somit terbagi lagi menjadi tiga bagian
yaitu skelereton, miotom dan dermaton. Skeleroton membentuk rangka aksial. Miotom
berkembang menjadi otot tubuh rangka apendiklar, sirip dan otot- ototnya. Dermaton
berkembang menjadi jaringan-jaringan ikat dermis kulit dan derivate kulit termasuk
kulit. Mesoderm lateral menjadi lapisan dalam dan luar yang membungkus ruang
coelom. Pelapis ruang perikardium, peritoneum, jantung, saluran darah, tubuh dan usus.
Endoderm memasuki sel-sel kelamin primer dan membentuk lapisan epithelium dalam
dan saluran alat pencernaan (Tang dan Ridwan 2004).
Penetasan adalah perubahan intracapsular (tempat yang terbatas) ke fase
kehidupan, hal ini penting dalam perubahan-perubahan morfologi hewan. Penetasan
merupakan saat terakhir masa pengeraman sebagai hasil beberapa proses sehingga
embrio keluar dari cangkang. Penetasan terjadi karena ada dua hal yaitu (Tang dan
Ridwan 2004): 1. Kerja Mekanik Embrio sering mengubah posisinya karena kekurangan
ruang dalam cangkangnya, atau karena embrio telah lebih panjang dari lingkungannya
dalam cangkang. Dengan pergerakan-pergerakan tersebut bagian cangkang telur yang
lembek akan pecah sehingga embrio akan keluar dari cangkangnya. 2. Kerja Enzimatik
Enzim dan unsur kimia lainnya yang dikeluarkan oleh kelenjar endodermal di daerah
pharynk embrio. Enzim ini disebut chorionase yang kerjanya bersifat mereduksi korion
yang terdiri dari pseudokeratine menjadi lembek. Biasanya pada bagian cangkang yang
pecah akibat gabungan kerja mekanik dan kerja enzimatik, ujung ekor embrio yang
dikeluarkan terlebih dahulu kemudian menyusul kepalanya. Semakin aktif embrio
bergerak, maka akan semakin cepat terjadinya penetasan. Aktifitas embrio dan
pembentukan chorionase di pengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam
antara lain hormon dan kuning telur. Faktor luar yang berpengaruh antara lain suhu,
oksigen, pH, salinitas dan intensitas cahaya (Tang dan Ridwan 2004).
Larva adalah organisme yang masih berbentuk primitif atau belum mempunyai
organ tubuh yang lengkap seperti induknya, untuk menjadi bentuk definitif yaitu dengan
cara metamorfosis. Stadia larva terdiri dari prolarva dan postlarva. Prolarva adalah larva
yang mash mempunyai kuning telur, sedangkan postlarva adalah larva yang telah
kehabisan kuning telur sampai terbentuk organ baru atau dapat disebut tahap
penyempurnaan organ yang telah ada, sehingga pada masa akhir dari postlarva tersebut
morfologisnya telah mempunyai bentuk yang sama dengan induknya yang biasanya
disebut juvenil (Effendie 1997).
Organ tubuh yang dimiliki pada saat larva masih terbatas. Terdapat beberapa
organ yang mulai berkembang antara lain sirip primordial berkembang pada bidang
sagital, usus masih berbentuk tabung lurus serta ginjal dengan glomeruli sangat sedikit.
Saat kuning telur yang diserap, mulut mulai berfungsi, usus dan mata berkembang lebih
lanjut, dan larva tersebut menjadi layak untuk melakukan mencari makanan (Shukla,
2009).
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Praktikum ini dilakukan pada hari Rabu tanggal 27 Maret 2019 di Laboratorium
Teaching II, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Andalas, Padang.
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah pipet tetes, kaca objek, botol film,
mikroskop, Tissue, . Bahan yang diperlukan adalah embrio ikan Lele (Clarias sp.)
Dilakukan pemijahan antara lele betina dan lele jantan di tempat pembenihan ikan.
Setelah ikan melakukan fertilisasi, dilakukan pencuplikan telur ikan dengan umur 0 jam,
2 jam, 4 jam, 6 jam, 8 jam, 10 jam, 12 jam, 14 jam, 16 jam, 18 jam, 20 jam, 22 jam, serta
24 jam. Setiap pencuplikan telur diberi larutan formalin 4%. Telur diamati di bawah
mikroskop.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.Dari praktikum yang telah dilakukan mengenai embryogenesis paDa ikan lele
(Clarias sp.) diperoleh hasil:
Tabel 1. Tahap perkembangan embrio ikan lele
No Usi Tahap Gambar Prakt Gambar literatur Keterangan
. a
1. 0 Cleavage Sel
jam berbentuk
bola gelap
Awal
pembelaha
n sel
Bentuk
masih utuh
Pembelaha
n sel 0
2. 2 Morula Pembelah
jam n sel
Sudah
terjadi
pembelaha
n
3. 4 Blastula Terbentuk
jam lekuk
blastosol
Pembelah
an sel
semakin
banyak
4. 18 Organogene Sudah terlihat
jam sis awal bentuk
kepala dan
ekor
5. 24 Organogene Terbentuk
jam sis ekor,kepala
6. 26 Organogene Organ-organ
jam sis lain sudah
mulai terlihat
jelas
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan serangkaian perlakuan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa tahapan-
tahapan embriologi dari ikan lele (Clarias sp.) diawali dengan tahapan cleavage (sel
telur yang telah terfertilisasi mulai membelah), morula ( 32 – 64 sel), blastula ( 64 – 128
sel), serta gastrulasi.
5.2 Saran
Selama melakukan praktikum ini lebih baik lagi jika setiap proses pembelahan dapat
direkam secara keseluruhan hingga telur setelah menetas, sehingga dapat diamati lebih
detail terhadap embriogenesis yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA