Вы находитесь на странице: 1из 15

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM PERKEMBANGAN HEWAN

TAHAP PERKEMBANGAN AWAL EMBRIO IKAN

OLEH :

NAMA : ANNISA ARYANI PUTRI

NO. BP : 1710423017

KELOMPOK : 7A

ANGGOTA KELOMPOK : 1.PANJI CHRISTY (1710422007)


2.WILKA RAMADHIA (1710422031)
3.YELLA PRASTIKA YUDHA (1710423031)
4.INDAH FADHILA (1710423032)
ASISTEN PJK : ARDEA MUSFAR

LABORATORIUM TEACHING II

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2018

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Embriogenesis berguna untuk mengetahui fase perkembangan embrio suatu makhluk


hidup. Informasi yang diperoleh dari proses embriogenesis akan berguna untuk rekayasa
genetika, pemuliaan ikan, ataupun keperluan lainnya. Dalam proses pembuahan,
spermatozoa masuk ke dalam telur melalui lubang microphyle yang terdapat pada
chorion. Tetapi spermatozoa mempunyai kesempatan yang sama untuk membuahi satu
telur. Telur dan sperma yang baru di keluarkandari tubuh induk, mengeluarkan zat kimia
yang berguna dalam proses pembuahan (Effendie, 1997).
Embriogenesis merupakan proses pembelahan sel dan diferensiasi sel dari embrio
manusia yang terjadi pada saat tahap-tahap awal dari perkembangan manusia. Tepatnya,
embriogenesis terjadi pada saat spermatozoa bertemu dan menyatu dengan ovum yang
disebut fertilisasi sampai akhir dari minggu ke-8 dari perkembangan manusia
(Moyle,1988). Tahapan dalam embriogenesis setelah fertilisasi adalah morula, blastula,
dan gastrula. Setelah tahap ini, berlangsung proses organogenesis. Semua makhluk
hidup mengalami proses embriogenesis dalam siklus hidupnya. Salah satu jenis ikan
yang banyak dibudidayakan adalah ikan mas. Ikan mas sering digunakan sebagai hewan
uji coba praktikum embriogenesis, karena mudah didapatkan dan ukuran telurnya yang
relatif besar (Priatna, 2008).
Embriogenesis merupakan proses pembelahan sel dan diferensiasi sel dari
embrio yang terjadi pada saat tahap-tahap awal dari perkembangan makhluk hidup.
Tahapan embrio dimulai dari fetilisasi yaitu penyatuan sel telur dan sperma. Zigot
terbentuk setelah adanya fertilisasi dan mengalami pembelahan. Terdapat beberapa fase
dalam perkembangan embrio yaitu fase morula, fase blastula, fase gastrula, fase
diferensiasi dan fase organogenesis (Aryulina 2009).
Setelah pembuahan kemudian mengalami Perkembangan embrio merupakan
suatu kelanjutan hasil fertilisasi dari hasil sel telur dan sel sperma yang kemudian setelah
dibuahi akan mengalami proses pembentukan pola-pola pembelahan telur yang disebut
cleavage. Sel telur membelah secara berturut-turut hingga mencapai fase diferensiasi
menjadi bentuk dewasa pada tahap organogenesis. Pertumbuhan menjadi sistem organ
yang kompleks dan saling tergantung merupakan suatu hal yang terinci dalam sistem
biologis yang semuanya akan termodifikasi secara sempurna (Harvey, 1979).
Perkembangan embrio pada Ikan Mas dimulai setelah telur dibuahi oleh inti
spermatozoon yang semua haploid, menjadi inti zigot yang diploid. Zigot inilah yang
mempunyai kemampuan untuk melakukan pembelahan segmentasi melalui proses
mitosis yang cepat. Zigot yang tersegmen-segmen menjadi bagian yang kecil (cleavage),
bermula dari satu sel kemudian membelah menjadi 2 sel, 4 sel, 8 sel, 16 sel, hingga 32
sel yang disebut fase morula.Sama halnya dengan telur ikan lele (Djuhanda, 1981).
Proses pembentukan blastula disebut blastulasi dimana kelompok sel-sel anak
hasil pembelahan berbentuk benda yang relatif bulat ditengahnya terdapat rongga yang
kosong disebut suloblastula (coeloblastula) sedangkan yang berongga massif disebut
steroblastula. Gastrulasi adalah proses pembentukan 3 daun kecambah yakni ectoderm,
mesoderm dan entoderm. Gastrulasi ini erat hubungannya dengan pembentukan system
syaraf (neurolasi) sehingga merupakan periode kritis dan kemudian sampai pada
organogenesis (Aryulina 2009).
Sebagaimana halnya ikan lele, lele sangkuriang (Clarias gariepinus) memiliki
ciri-ciri identik dengan lele dumbo sehingga sulit untuk dibedakan. Secara umum, ikan
lele sangkuriang dikenal sebagai ikan berkumis atau catfish. Tubuh ikan lele
sangkuriang ini berlendir dan tidak bersisik serta memiliki mulut yang relatif lebar yakni
¼ dari panjang total tubuhnya (Mahyuddin, 2007).
Kajian mengenai embriogenesis ini merupakan hal yang penting untuk dipelajari.
Embriogenesis pada ikan lele sangat penting diamati sebagai pengetahuan proses umum
embriogenesis makhluk hidup. Oleh karena itu melalui praktikum ini praktikan dapat
melihat proses embriogenesis yang terjadi pada ikan, dan dapat menentukan jenis telur
serta tipe pembelahan embrionik yang terjadi pada ikan lele.
1.2 Tujuan
Untuk melihat tahap perkembangan awal embrio pada kelas ikan.
II.TINJAUAN PUSTAKA

Embrio adalah mahluk yang sedang berkembang sebelum makhluk tersebut mencapai
bentuk definitif seperti bentuk makhluk dewasa. Selanjutnya dikatakan perkembangan
makhluk hidup dalam embriologi dibedakan dalam tiga tahap perkembangan yaitu: 1)
Progenase, dimulai dari perkembangan sel kelamin sampai menjadi zygot; 2)
Embriogenesis, merupakan proses perkembangan zygot, pembelahan zygot, blastulasi,
serta gastrulasi; 3) Organogenesis merupakan proses perkembangan alat-alat tubuh
seperti jantung, paru-paru, ginjal, otak dan sebagainya (Tang dan Ridwan 2004).
Embriogenesis dibagi menjadi tiga stadium yaitu pembelahan, embrionik dan
eleutheroembrionik (stadium ikan menetas sampai ikan dapat mencari makanan sendiri
dari luar). Embrionik adalah periode perkembangan mulai dari pembuahan sampai ikan
mendapat makanan dari luar (Tang dan Ridwan 2004).
Morula merupakan pembelahan sel yang terjadi setelah sel berjumlah 32 sel dan
berakhir bila sel sudah menghasilkan sejumlah blastomer yang berukuran sama akan
tetapi ukurannya lebih kecil. Sel tersebut memadat untuk menjadi blastodik kecil yang
membentuk dua lapisan sel. Pada saat ini ukuran sel mulai beragam. Sel membelah
secara melintang dan mulai membentuk formasi lapisan kedua secara samar pada kutub
anima. Stadia morula berakhir apabila telah menghasilkan blastomer. Blastomer
kemudian memadat menjadi blastodik kecil membentuk dua lapis sel. Pada akhir
pembelahan akan dihasilkan dua kelompok sel. Pertama kelompok sel-sel utama
(blastoderm) dan yang kedua adalah kelompok sel-sel pelengkap (Effendie 1997).
Blastulasi awal adalah proses perubahan sel yang menempel pada kuning telur
dengan membentuk penjuluran plasma ke bagian dalam sehingga seperti lapisan di
bawah mangkuk terbalik. Lapisan itu dinamakan periblast atau tropoblast yang erat
hubungannya dengan kuning telur. Rongga di dalamnya yang terbentuk itu disebut
blastocoels (gambar 2). Blastula tersusun atas campuran sel- sel blastomer dalam rongga
yang penuh cairan (Effendi 1997). Pada stadium blastula sel-sel terus mengadakan
pembelahan dengan aktif sehingga ukuran sel-selnya semakin mengecil. Pada stadium
blastula ini terdapat dua macam sel yaitu sel formatif dan sel nonformatif. Sel formatif
masuk ke dalam komposisi tubuh embrionik sedangkan sel normatif sebagai tropoblast
yang ada hubungannya dengan nutrisi embrio (Effendi 1997).
Gastrula sebagai kelanjutan dari stadium blastula lapisannya berkembang dari
satu menjadi dua lapis sel. Awal dari gastrula ini terjadi begitu stadium blastula selesai.
Proses pembelahan sel dengan pergerakannya berjalan lebih cepat dari pada stadium
blastula. Dalam garis besarnya proses pergerakan sel dalam stadium gastrula ada dua
macam yaitu epiboly dan emboly. Epiboly ialah suatu pergerakan sel-sel yang dianggap
akan menjadi epidermis dan daerah persyarafan, dimana pergerakannya itu ke depan, ke
belakang dan juga ke samping dari sumbu yang akan menjadi embrio. Dalam proses
epiboly akan terjadi penutupan kuning telur kecuali di tempat yang dinamakan
blastopor. Sedangkan emboly adalah pergerakan sel yang arahnya menuju ke bagian
dalam terutama di ujung sumbu bakal embrio. Akhir dari proses gastrula apabila kuning
telur sudah tertutup oleh lapisan sel. Bersamaan dengan selesainya proses gastrula,
sebenarnya dimulai awal pembentukan organ-organ (Effendie 1997). Menurut Sukra
(1989) stadium gastrula pada ikan diawali dengan penebalan di tepi luar blastodisk,
sehingga terbentuk suatu lingkaran berbentuk seperti cincin yang di sebut cincin
kecambah (germ ring). Cincin kecambah posterior yang lebih tebal disebut perisai cincin
kecambah (embryonic shield).
Organogenesis adalah pembentukan organ. Sejalan dengan proses pembentukan
embrio atau embriogenesis terjadi proses pembentukan alat tubuh embrio yang disebut
organogenesis. Organogensis berlangsung setelah stadium gastrula. Dalam proses
organogenesis terbentuk berturut-turut bakal organ antara lain syaraf, notochorda, mata,
somit, rongga kuffer, kantung olfaktori, rongga ginjal, usus, tulang subnotchord, linea
lateralis, jantung, aorta, insang, infudibulum dan lipatan-lipatan sirip (Tang dan Ridwan
2004). Organ-organ tersebut berasal dari ektoderm, endoderm dan mesoderm. Dari
ektoderm akan terbentuk organ-organ susunan syaraf dan epidermis kulit. Endoderm
akan terbentuk saluran pencernaan dan alat pernapasan, sedangkan mesoderm akan
muncul rangka otot, alat-alat peredaran darah, ekskresi, reproduksi dan korum kulit.
Ektoderm akan muncul lapisan luar gigi, epithelium olfaktoris, syaraf, lensa mata dan
telinga dalam (Tang dan Ridwan 2004).
Mesoderm terbagi menjadi bagian dorsal, intermediet dan lateral. Mesoderm
dorsal terbagi menjadi dua kelompok somit. Tiap somit terbagi lagi menjadi tiga bagian
yaitu skelereton, miotom dan dermaton. Skeleroton membentuk rangka aksial. Miotom
berkembang menjadi otot tubuh rangka apendiklar, sirip dan otot- ototnya. Dermaton
berkembang menjadi jaringan-jaringan ikat dermis kulit dan derivate kulit termasuk
kulit. Mesoderm lateral menjadi lapisan dalam dan luar yang membungkus ruang
coelom. Pelapis ruang perikardium, peritoneum, jantung, saluran darah, tubuh dan usus.
Endoderm memasuki sel-sel kelamin primer dan membentuk lapisan epithelium dalam
dan saluran alat pencernaan (Tang dan Ridwan 2004).
Penetasan adalah perubahan intracapsular (tempat yang terbatas) ke fase
kehidupan, hal ini penting dalam perubahan-perubahan morfologi hewan. Penetasan
merupakan saat terakhir masa pengeraman sebagai hasil beberapa proses sehingga
embrio keluar dari cangkang. Penetasan terjadi karena ada dua hal yaitu (Tang dan
Ridwan 2004): 1. Kerja Mekanik Embrio sering mengubah posisinya karena kekurangan
ruang dalam cangkangnya, atau karena embrio telah lebih panjang dari lingkungannya
dalam cangkang. Dengan pergerakan-pergerakan tersebut bagian cangkang telur yang
lembek akan pecah sehingga embrio akan keluar dari cangkangnya. 2. Kerja Enzimatik
Enzim dan unsur kimia lainnya yang dikeluarkan oleh kelenjar endodermal di daerah
pharynk embrio. Enzim ini disebut chorionase yang kerjanya bersifat mereduksi korion
yang terdiri dari pseudokeratine menjadi lembek. Biasanya pada bagian cangkang yang
pecah akibat gabungan kerja mekanik dan kerja enzimatik, ujung ekor embrio yang
dikeluarkan terlebih dahulu kemudian menyusul kepalanya. Semakin aktif embrio
bergerak, maka akan semakin cepat terjadinya penetasan. Aktifitas embrio dan
pembentukan chorionase di pengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam
antara lain hormon dan kuning telur. Faktor luar yang berpengaruh antara lain suhu,
oksigen, pH, salinitas dan intensitas cahaya (Tang dan Ridwan 2004).
Larva adalah organisme yang masih berbentuk primitif atau belum mempunyai
organ tubuh yang lengkap seperti induknya, untuk menjadi bentuk definitif yaitu dengan
cara metamorfosis. Stadia larva terdiri dari prolarva dan postlarva. Prolarva adalah larva
yang mash mempunyai kuning telur, sedangkan postlarva adalah larva yang telah
kehabisan kuning telur sampai terbentuk organ baru atau dapat disebut tahap
penyempurnaan organ yang telah ada, sehingga pada masa akhir dari postlarva tersebut
morfologisnya telah mempunyai bentuk yang sama dengan induknya yang biasanya
disebut juvenil (Effendie 1997).
Organ tubuh yang dimiliki pada saat larva masih terbatas. Terdapat beberapa
organ yang mulai berkembang antara lain sirip primordial berkembang pada bidang
sagital, usus masih berbentuk tabung lurus serta ginjal dengan glomeruli sangat sedikit.
Saat kuning telur yang diserap, mulut mulai berfungsi, usus dan mata berkembang lebih
lanjut, dan larva tersebut menjadi layak untuk melakukan mencari makanan (Shukla,
2009).
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilakukan pada hari Rabu tanggal 27 Maret 2019 di Laboratorium
Teaching II, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Andalas, Padang.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah pipet tetes, kaca objek, botol film,
mikroskop, Tissue, . Bahan yang diperlukan adalah embrio ikan Lele (Clarias sp.)

3.3 Skema Kerja

Dilakukan pemijahan antara lele betina dan lele jantan di tempat pembenihan ikan.
Setelah ikan melakukan fertilisasi, dilakukan pencuplikan telur ikan dengan umur 0 jam,
2 jam, 4 jam, 6 jam, 8 jam, 10 jam, 12 jam, 14 jam, 16 jam, 18 jam, 20 jam, 22 jam, serta
24 jam. Setiap pencuplikan telur diberi larutan formalin 4%. Telur diamati di bawah
mikroskop.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.Dari praktikum yang telah dilakukan mengenai embryogenesis paDa ikan lele
(Clarias sp.) diperoleh hasil:
Tabel 1. Tahap perkembangan embrio ikan lele
No Usi Tahap Gambar Prakt Gambar literatur Keterangan
. a
1. 0 Cleavage  Sel
jam berbentuk
bola gelap
 Awal
pembelaha
n sel
 Bentuk
masih utuh
 Pembelaha
n sel 0
2. 2 Morula  Pembelah
jam n sel
 Sudah
terjadi
pembelaha
n

3. 4 Blastula  Terbentuk
jam lekuk
blastosol
 Pembelah
an sel
semakin
banyak
4. 18 Organogene Sudah terlihat
jam sis awal bentuk
kepala dan
ekor
5. 24 Organogene Terbentuk
jam sis ekor,kepala

6. 26 Organogene Organ-organ
jam sis lain sudah
mulai terlihat
jelas

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap perkembangan embrio ikan dapat


diketahui bahwa secara umum morfologi yang dihasilkan setiap tahapnya berbeda.
Namun dalam perkembangan tahap embriologi ikan lele tidak semua klompok berhasil
sampai pada tahap hatching. Hal ini mungkin dikarenakan lamanya saat pencuplikan
karena pada prinsipnya fertilisasi ikan harus membutuhkan oksigen yang berada di
dalam air. Selain itu, mungkin dilihat dari kualitas sperma dan sel telurnya yang kurang
baik ataupun pengaruh suhu dan intensitas cahaya yang tidak mendukung perkembangan
embrio ikan.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan embrio dari ikan mas
adalah: faktor lingkungan (suhu, intensitas cahaya, aerasi), kualitas sel telur dan sperma,
dan dapat juga dipengaruhi oleh substrat tempat telur menempel karena telur ikan mas
bersifat menempel pada substratnya (Scott dan Elizabeth, 2004).
Cleavage merupakan pembelahan dari zigot menjadi bagian-bagian yang lebih kecil
dan lebih kecil lagi, tanpa ada penambahan volume dari sel telur. Pembentukan segmen-
segmen terjadi pada tahap cleavage, biasanya dimulai 30 menit setelah fertilisasi terjadi.
Total dari terjadinya cleavage adalah sebanyak enam kali pembelahan dan pertambahan
jumlah sel. Cleavage hanya terjadi pada tudung blastoderm dari sitoplasma
(meroblastik). Cleavage pertama selalu berbentuk meridional dan membagi sel telur
menjadianimal pole dan vegetal pole. Nukleus pada saat cleavage tahap pertama dapat
terlihat jelas. Cleavage kedua berlangsung membagi secara vertikal dari pembelahan
pertama, dan akhirnya membentuk blastomer. Cleavage ketiga berlangsung sejajar
dengan yang pertama, dan blastodisc berbentuk persegi empat. Cleavage keempat
sejajar dengan yang kedua, dan pada tahapini sentral blastomer menjadi lebih
kecil. Cleavage kelima dan keenam membagi telur secara vertikal dan horizontal dengan
jumlah yang sama membentuk bola dari sel-sel yaitu morula. Pada
tahap cleavage pembelahan terjadi secara sinkron atau selaras, sehingga menghasilkan
sel-sel dengan jumlah dan bentuk yang sama (Pandey dan Shukal, 2010).
Fase cleavage dicirikan dengan pembentukan blastodisk pada kutub anima.
Pembentukan blastodisk sempurna terjadi 60 menit setelah pembuahan. Blastodisk inilah
yang nantinya akan membelah menjadi banyak sel. Hasil penelitian Olivia (2011)
menunjukkan pembelahan satu sel berlangsung pada jam ke- 1 lewat 10 menit setelah
pembuahan. Kemudian blastodisk ini akan membelah dengan membentuk 2 sel, 4 sel, 8
sel, 16 sel dan 32 sel.
Menurut Melamed dan Sherwood (2005) fertilisasi merupakan peleburan antara
sel sperma dan sel ovum sehingga dihasilkan zigot. Terjadi tahap pembelahan (cleavage)
secara berturut-turut yaitu 1 sel, 2 sel, 4 sel, 32 sel, dan 64 sel. Tahap pembelahan dapat
dimati dengan ditandai oleh sel-sel blastomer yang membelah. Sel blastomer ini berada
Menurut Effendie (1995) pada telur telolechital kuning telur tidak ikut membelah, yang
mengalami pembelahan hanyalah keping protoplasmanya saja yang terdapat di kutub
anima. Berdasarkan uraian tersebut telur ikan nilem termasuk telolechital sehingga
pembelahannya dinamakan meroblastik. Pembelahan sel pertamanya secara meridian,
diikuti oleh pembelahan kedua tegak lurus pada bidang pembelahan pertama
Pembelahan ketiga memotong bidang pembelahan kedua sebelah kiri dan kanan bidang
pembelahan pertama dengan pembelahan kedua-duanya yang sejajar dengan bidang
pembelahan pertama.
Pembelahan berikutnya terdiri dari dua pembelahan yang berjalan bersama-
sama, sejajar dan terletak di kiri dan kanan bidang pembelahan kedua. Pembelahan
kelima empat buah sel yang terletak di tengah-tengah membelah sejajar pada
permukaan. Pembelahan kelima merupakan fase awal morula. di salah satu kutub telur.
Menurut Ostrander (2000) blastomer merupakan kumpulan sel yang membentuk bola
padat dan berkembang dari pembelahan sel embrionik. Pembentukan blastula ini
ditandai dengan terbentuknya rongga di tengah sel saat sel-sel blastula mengalami
pembelahan. Blastula adalah bentukan lanjutan dari morula yang terus mengalami
pembelahan. Bentuk blastula ditandai dengan mulai adanya perubahan sel dengan
mengadakan pelekukan yang tidak beraturan, di dalam blastula terdapat cairan sel yang
disebut dengan blastocoel (Scott dan Elizabeth, 2004).
Menurut Effendie (1997) fase morula dimulai ketika telah mencapai 32 sel. Hasil
pengamatan fase morula awal terjadi 3 jam setelah pembuahan, sedangkan menurut
Olivia (2011) pembelahan kelima (32 sel) terjadi 3 jam 50 menit setelah pembuahan
pada suhu 29°C. Dari gambar 5 terlihat ukuran sel blastodisk sudah mulai beragam. Sel
membelah secara melintang dan mulai terbentuk formasi lapisan kedua secara samar
pada kutub anima. Fase morula berakhir apabila pembelahan sel sudah menghasilkan
blastomer yang ukuran sama tetapi lebih kecil. Sel tersebut memadat untuk menjadi
blastodisk kecil membentuk dua lapis sel.
Fase blastula terjadi 4 jam setelah pembuahan. Hasil penelitian Olivia (2011)
menyebutkan fase blastula telur ikan nilem terjadi 4 jam 50 menit setelah pembuahan
pada suhu 29°C. Pada akhir fase blastula, sel-sel blastoderma akan terdiri dari neural,
epidermal, notochordal, mesodermal serta endodermal yang merupakan bakal
pembentuk organ-organ. Setelah fase blastula kemudian dilanjutkan fase gastrula
dimana pada awal fase ini blastoderma menutupi hampir seluruh kuning telur. Bagian
yang tidak menutupi kuning telur dinamakan blastopor. Jaringan luar embrio terus
berkembang mengelilingi kuning telur. Setelah jaringan menutupi seluruh kuning telur
terbentuklah perisai embrio pada kutub anima. Perisai embrio yang berada pada kutub
anima akan berkembang menjadi tulang belakang. Fase gastrula terjadi 5 jam setelah
pembuahan. Akhir dari proses gastrulasi apabila kuning telur sudah tertutup lapisan sel
(perisai embrio). Bersamaan dengan selesainya proses gastrulasi sebenarnya sudah
dimulai awal pembentukan organ-organ.
Fase organogenesis merupakan tahap pembentukan organ pada embrio. Dalam
fase organogenesis terbentuk berturut-turut bakal organ yaitu syaraf, notochord, mata,
somit, rongga kuffer, kantong alfaktori, rongga ginjal, usus, tulang subnotochord,
linealateralis, jantung, aorta, insang, infundibullum,dan lipatan-lipatan sirip.
Pembentukan semua organ tubuh hampir sempurna ketika telur akan menetas (Tang dan
Ridwan 2004). Setelah fase organogenesis 4 jam kemudian larva akan menetas yang di
sebabkan korion melunak akibat aktifitas pergerakan larva dan juga oleh kinerja enzim
chorionase. Penetasan larva ikan terjadi setelah 24 jam dari pembuahan dengan larva
yang dihasilkan normal. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Olivia (2011) yang
menyatakan penetasan ikan nilem pada kisaran suhu 27°C-29°C menghasilkan larva
ikan yang normal serta derajat penetasan yang tinggi.
Larva ikan pada fase endogenous feeding merupakan bentuk kehidupan peralihan
yang berkembang dari telur kemudian melalui berbagai tahap embrio, dengan kuning
telur sampai akhirnya menetas menjadi larva yang mampu menangkap dan mencerna
organisme mangsa. Kuning telur pada fase ini digunakan sebagai nutrisi dan energi yang
digunakan untuk tumbuh serta aktivitas metabolisme sampai larva menetas (Kamler
1992).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan serangkaian perlakuan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa tahapan-
tahapan embriologi dari ikan lele (Clarias sp.) diawali dengan tahapan cleavage (sel
telur yang telah terfertilisasi mulai membelah), morula ( 32 – 64 sel), blastula ( 64 – 128
sel), serta gastrulasi.

5.2 Saran
Selama melakukan praktikum ini lebih baik lagi jika setiap proses pembelahan dapat
direkam secara keseluruhan hingga telur setelah menetas, sehingga dapat diamati lebih
detail terhadap embriogenesis yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Aryulina D. 2009. Biologi: Jilid 3. Jakarta: Erlangga


Djuhanda T. 1981. Dunia Ikan. Bandung : Armico.
Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta
Kamler, E. 1992. Early Life History Of Fish An energetic approach . Chapman & Hall.
London
Mahyuddin, Kholish. 2007. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Jakarta: Penebar
Swadaya
Moyle, P.B. dan J.J. Cech. 1988. Fishes an Introduction to Ichtyology. Second Edition.
Department of Wildlife and Fisheries Biology.University of California. 559 p.
Olivia, S. 2011. Pengaruh Suhu Media Terhadap Keragaan Embriogenesis dan
Kelangsungan Hidup Larva Ikan Nilem dalam Wadah Terkontrol. Skripsi.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. UNPAD
Pandey R. dan Shukla S.. 2010. Fish & Fisheries. Ardiant Electric Press. Meeerut.
Priatna K. 2008 Proyek pengembangan ekonomi masyarakat pedesaan, budidaya ikan
lele (Clarias sp.). Jakarta : BAPPENAS
Scott, A. S dan Elizabeth, F. 2004. Body Structures and Functions.Tehth
Edition. Delmar Learning, Canada
Shukla, N.A. 2009. Fish Breeding. House PVT.LTD. New Delhi.
Tang, Usman Muhammad dan Ridwan 2004. Fisiologi Hewan Air. Pekan Baru.
Universitas Riau Press.

Вам также может понравиться