Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
1. NOSA YENDRI SYAH PUTRI
2. RINI FITRI
DIII KEBIDANAN
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
.
Faktor lain yang mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi antara lain faktor
pasangan (umur, gaya hidup, jumlah keluarga yang diinginkan, pengalaman
dengan metode kontrasepsi yang lalu), faktor kesehatan (status kesehatan,
riwayat haid, riwayat keluarga, pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul), faktor
metode kontrasepsi (efektivitas, efek samping, biaya), tingkat pendidikan,
pengetahuan, kesejahteraan keluarga, agama, dan dukungan dari suami/istri.
Faktor-faktor ini nantinya juga akan mempengaruhi keberhasilan program KB.
Strategi peningkatan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP)
seperti IUD, terlihat kurang berhasil, yang terbukti dengan jumlah peserta KB
IUD yang terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data
BKKBN Provinsi Jawa Tengah, jumlah peserta KB IUD terus menurun dari
tahun 2004 yakni 552.233 menjadi 529.805 pada tahun 2005, dan 498.366 pada
tahun 2006. Dalam perkembangannya pemakaian IUD memang cenderung
mengalami penurunan dari tahun ke tahun (Imbarwati, 2009). Berdasarkan data
di atas, IUD merupakan salah satu jenis alat kontrasepsi yang menjadi
alternative pilihan bagi masyarakat yang ingin ber-KB. Oleh karena itu penulis
tertarik menyusun makalah tentang kontrasepsi IntraUterine Device (IUD).
1.3. Tujuan
1. Mengetahui alat kontrasepsi IUD
2. Mengetahui cara kerja, kelebihan, kelemahan dan kontra indikasi IUD
3. Mengetahui cara kerja dan penggunaan/pemasangan IUD.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi IUD
Intra Uterine device (IUD) adalah alat kecil berbentuk-T terbuat dari plastik
dengan bagian bawahnya terdapat tali halus yang juga terbuat dari plastik.
Sesuai dengan namanya IUD dimasukkan ke dalam rahim untuk mencegah
kehamilan. Pemasangan bisa dengan rawat jalan dan biasanya akan tetap terus
berada dalam rahim sampai dikeluarkan lagi. IUD mencegah sperma tidak
bertemu dengan sel telur dengan cara merubah lapisan dalam rahim menjadi
sulit.
Alat kontrasepsi dalam rahim ( AKDR / IUD ) merupakan alat kontrasepsi yang
dipasang dalam rahim yang relatif lebih efektif bila dibandingkan dengan
metode pil, suntik dan kondom. Alat kontrasepsi dalam rahim terbuat dari
plastik elastik, dililit tembaga atau campuran tembaga dengan perak. Lilitan
logam menyebabkan reaksi anti fertilitas dengan waktu penggunaan dapat
mencapai 2-10 tahun, dengan metode kerja mencegah masuknya
sprematozoa/sel mani ke dalam saluran tuba. Pemasangan dan pencabutan alat
kontrasepsi ini harus dilakukan oleh tenaga medis (dokter atau bidan terlatih),
dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi namun tidak boleh dipakai
oleh perempuan yang terpapar infeksi menular seksual (Imbarwati, 2009).
IUD yaitu alat yang terbuat dari plastik yang dimasukkan ke dalam rahim dan
mencegah kehamilan dengan cara menganggu lingkungan rahim dan
menghalangi terjadinya pembuahan maupun implantasi (ILUNI FKUI, 2010) .
AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) atau spiral, atau dalam bahasa Inggrisnya
Intra-Uterine Devices, disingkat IUD adalah alat yang dibuat dari polietilen
dengan atau tanpa metal/steroid yang ditempatkan di dalam rahim. Pemasangan
ini dapat untuk 3-5 tahun dan bisa dilepaskan setiap saat bila klien berkeinginan
untuk mempunyai anak. AKDR ini bekerja dengan mencegah pertemuan
sperma dengan sel telur (Kusumaningrum, 2009).
a. Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian
vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini
mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik (Imbarwati,
2009).
b.Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan.
Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan
gulungan kawat tembaga luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama dengan
lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T (Imbarwati, 2009).
c.Multiload
IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan
berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm.
Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau
375 mm2 untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu
standar, small, dan mini (Imbarwati, 2009).
d.Lippesloop
IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf S
bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya
Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian
atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm (benang
hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning) dan tipe D berukuran 30 mm
dan tebal (benang putih). Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang
rendah. Keuntungan dari pemakaian IUD jenis ini adalah bila terjadi perforasi,
jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan
plastic(Imbarwati,2009).
Spiral bisa bertahan dalam rahim dan menghambat pembuahan sampai 10 tahun
lamanya. Setelah itu harus dikeluarkan dan diganti. Bahan spiral yang paling
umum digunakan adalah plastic atau plastic bercampur tembaga. Terdapat dua
jenis IUD yaitu IUD dengan tembaga dan IUD dengan hormon (dikenal dengan
IUS = Intrauterine System). IUD tembaga (copper) melepaskan partikel
tembaga untuk mencegah kehamilan sedangkan IUS melepaskan hormon
progestin(Kusmarjadi,2010).
Spiral jenis copper T (melepaskan tembaga) mencegah kehamilan dengan cara
menganggu pergerakan sperma untuk mencapai rongga rahim dan dapat dipakai
selama 10 tahun. Progestasert IUD (melepaskan progesteron) hanya efektif
untuk 1 tahun dan dapat digunakan untuk kontrasepsi darurat (ILUNI FKUI,
2010).
a. Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar pada infeksi menular
b. Efek samping umum terjadi perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak,
perdarahan antar mensturasi, saat haid lebih sakit
c. Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah
pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang
memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding uterus (sangat jarang
apabila pemasangan benar)
d. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
e. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti
pasangan
f. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai
AKDR, PRP dapat memicu infertilitas
g. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan
AKDR
h. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan
AKDR. Biasanya menghilang dalam 1 - 2 hari
i. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas terlatih yang
dapat melepas (Muhammad, 2008).
j. Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD
dipasang segera setelah melahirkan)
k. Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu
(Imbarwati, 2009).
Sedangkan efeknya antara lain rasa kram dan sakit pinggang sesaat sampai
beberapa jam setelah pemasangan. Beberapa wanita mengalami perdarahan
ringan dan nyeri sampai beberapa minggu setelah pemasangan. Kadang haid
bisa banyak pada IUD tembaga (Kusmarjadi, 2010).
Spiral tidak melindungi dari berbagai penyakit yang menular melalui hubungan
seksual, termasuk HIV/AIDS. Bukan hanya itu saja, spiral akan memperparah
penyakit Anda, menyebabkan komplikasi-komplikasi serius, seperti radang
mulut rahim yang bisa membuat Anda kehilangan kesuburan (mandul) (Zahra,
2008).
1.Spotting
Keluarnya bercak-bercak darah diantara siklus menstruasi, spoting akan muncul
jika capek dan stress. Perempuan yang aktif sering mengalami spotting jika
menggunakan kontrasepsi AKDR.
2.Perubahan siklus menstruasi
Setelah pemasangan AKDR siklus menstruasi menjadi lebih pendek. Siklus
menstruasi yang muncul lebih cepat dari siklus normal rata-rata yaitu 28 hari
dengan lama haid 3-7 hari, biasanya siklus haid berubah menjadi 21 hari.
3.Amenore
Tidak didapat tanda haid selama 3 bulan atau lebih.
4.Dismenore
Munculnya rasa nyeri saat menstruasi.
5.Menorrhagea
Perdarahan berat secara eksesif selama masa haid atau haid yang lebih
banyak.
6.Fluor albus
Penggunaan AKDR akan memicu rekurensi vaginosis bacterial yaitu keadaan
abnormal pada ekosistem vagina yang disebabkan bertambahnya pertumbuhan
flora vagina bakteri anaerob menggantikan Lactobacillus yang mempunyai
konsentrasi tinggi sebagai flora normal vagina.
7.Pendarahan Post seksual
Pendarahan post seksual ini disebabkan karena posisi benang AKDR yang
menggesek mulut rahim atau dinding vagina sehingga menimbulkan
pendarahan.
2.6.Kontraindikasi
Wanita yang boleh menggunakan kontrasepsi IUD yaitu :
a.Usia reproduktif
b. Keadaan nulipara
c. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
d. Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui
f. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
g. Risiko rendah dari IMS
h. Tidak menghendaki metoda hormonal
i. Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
j. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 - 5 hari senggama
k. Perokok
l. Gemuk ataupun kurus (Muhammad, 2008).
e. Mendapat haid yang “berat” (darah yang keluar sangat banyak) diserat rasa
sakit yang hebat
f. sangat kekurangan darah merah (anemia)
g. belum pernah hamil (Zahra, 2008).
Kebijaksanaan :
1. Petugas harus siap ditempat.
2. Harus ada permintaan dan persetujuan dari calon peserta.
3. Ruang pemeriksaan yang tertutup, bersih, dan cukup ventilasi.
4. Alat-alat yang tersedia :
a. Gyn bed
b. Timbangan berat badan
c. Tensimeter dan stetoskop
d. IUD set steril
e. Bengkok
f. Lampu
g. Kartu KB (kl, K IV)
h. Buku-buku administrasi dan registrasi KB
i. Meja dengan duk steril
J. Speculum
k. Sonde rahim
l. Lidi kipas dan kapas first aid secukupnya.
m. Busi / dilatator hegar
n. Kogel tang
o. Pincet dan gunting
Langkah-langkah :
1. Memberi penjelasan kepada calon peserta mengenai keuntungan,
efek samping dan cara menanggulangi efek samping.
2. Melaksanakan anamnese umum, keluarga, media dan kebidanan.
3. Melaksanakan pemeriksaan umum meliputi timbang badan,
mengukur tensimeter.
4. Mempersilakan calon peserta untuk mengosongkan kandung
kemih.
5. Siapkan alat-alat yang diperlukan.
6. Mempersilakan calon peserta untuk berbaring di bed gynaecologi
dengan posisi Lithotomi.
7. Petugas cuci tangan
8. Pakai sarung tangan kanan dan kiri
9. Bersihkan vagina dengan kapas first aid
10. Melaksanakan pemeriksaan dalam untuk menentukan keadaan
posisi uterus.
11. Pasang speculum sym.
12. Gunakan kogel tang untuk menjepit cervix.
13. Masukkan sonde dalam rahim untuk menentukan ukuran, posisi
dan bentuk rahim.
14. Inserter yang telah berisi AKDR dimasukkan perlahan-lahan ke
dalam rongga rahim, kemudian plugger di dorong sehingga AKDR
masuk ke dalam inserter dikeluarkan.
15. Gunting AKDR sehingga panjang benang ± 5 cm
16. Speculum sym dilepas dan benang AKDR di dorong ke samping
mulut rahim.
17. Peserta dirapikan dan dipersilakan berbaring ± 5 menit
18. Alat-alat dibersihkan
19. Petugas cuci tangan
20. Memberi penjelasan kepada peserta gejala-gejala yang mungkin terjadi /
dialami setelah pemasangan AKDR dan kapan harus kontrol
21. Membuat nota pelayanan
22. Menyerahkan nota pelayanan kepada peserta untuk diteruskan ke bagian
administrasi pelayanan.
23. Mencatat data pelayanan dalam kartu dan buku catatan untuk
dilaporkan ke bagian Rekam Medik (Imbarwati, 2009).
Catatan :
a. Bila pada waktu pamasangan terasa ada obstruksi, jangan dipaksa (hentikan)
konsultasi dengan dokter.
b. Bila sonde masuk ke dalam uterus dan bila fundus uteri tidak terasa,
kemungkinan terjadi perforasi, keluarkan sonde, dan konsultasikan ke dokter.
c. Keluarkan sonde dan lihat batas cairan lendir atau darah, ini adalah panjang
rongga uterus. Ukuran normal 6 – 7 cm.
d. Bila ukuran uterus kurang dari 5 cm atau lebih dari 9 cm jangan dipasang
(Imbarwati, 2009).
• Tujuan umum :
Agar pasien yang akan melepas AKDR mendapat pelayanan yang cepat, puas,
dan sesuai dengan kebutuhan.
• Tujuan khusus :
Mempersiapkan ibu agar cepat mengenal efek samping dilepaskan AKDR.
Kebijaksanaan :
1. Petugas harus siap ditempat
2. Harus ada permintaan dan persetujuan dari calon peserta.
3. Ruang pemeriksaan yang tertutup, bersih, dan cukup ventilasi.
4. Alat-alat yang harus tersedia lengkap sesuai dengan standart yang ditentukan:
a. Meja dengan alas duk steril.
b. Sarung tangan kanan dan kiri
c. Lidi kapas, kapas first aid secukupnya.
d. Cocor bebek / speculum
e. Tampon tang.
f. Tutup duk steril
g. Bengkok
h. Lampu
i. Timbangan berat badan
j. Tensimeter dan
k. Stetoskop
Langkah-langkah :
1. Memberi penjelasan kepada calon peserta mengenai keuntungan, efek samping
dan cara menanggulangi efek samping.
2. Melaksanakan anamnese umum, keluarga, media dan kebidanan
3. Melaksanakan pemeriksaan umum meliputi timbang badan, mengukur
tensimeter.
4. Siapkan alat-alat yang diperlukan.
5. Mempersilakan calon peserta untuk berbaring di bed gynaecologi dengan posisi
Lithomi.
6. Bersihkan vagina dengan lysol
7. Melaksanakan pemeriksaan dalam untuk menentukan keadaan dan posisi uterus.
8. Pasang speculum sym.
9. Mencari benang IUD kemudian dilepas dengan tampon tang
10. Setelah IUD berhasil dilepas, alat-alat dibereskan.
11. Pasien dirapikan kembali
12. Memberi penjelasan kepada peserta gejala-gejala yang mungkin
terjadi / dialami setelah AKDR dilepas dan kapan harus kontrol
13. Menyerahkan nota pelayanan dan menerima pembayaran sesuai
dengan nota
14. Mencatat data pelayanan dalam kartu dan buku catatan, register KB untuk
dilaporkan ke bagian Rekam Medik (Imbarwati, 2009).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Alat kontrasepsi dalam rahim ( AKDR / IUD ) merupakan alat kontrasepsi yang
dipasang dalam rahim yang relatif lebih efektif bila dibandingkan dengan
metode pil, suntik dan kondom. Alat kontrasepsi dalam rahim terbuat dari
plastik elastik, dililit tembaga atau campuran tembaga dengan perak. Lilitan
logam menyebabkan reaksi anti fertilitas dengan waktu penggunaan dapat
mencapai 2-10 tahun, dengan metode kerja mencegah masuknya
sprematozoa/sel mani ke dalam saluran tuba. Pemasangan dan pencabutan alat
kontrasepsi ini harus dilakukan oleh tenaga medis (dokter atau bidan terlatih),
dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi namun tidak boleh dipakai
oleh perempuan yang terpapar infeksi menular seksual. Jenis-jenis IUD yaitu :
Copper-T, Copper-7, Multi load, lippes loap
3.2.Saran
a. Untuk Pasien : Bila Anda ingin menghentikan pemakaian spiral, segera
kunjungi pekerja kesehatan yang memasangnya, atau yang terlatih. Jangan
mencoba mencopot spiral sendiri di rumah.
b. Untuk Petugas Kesehatan : Diharapkan agar memberikan Pelayanan IUD
lebih Kompoten agar tidak terjadi komplikasi-komplikasi yang merugikan bagi
pasien.
DAFTAR PUSTAKA