Вы находитесь на странице: 1из 55

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang


disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan
bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk
mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru
dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade
terakhir ini di seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC
merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas),
angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya.
Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia menempati urutan
ketiga setelah India dan China dalam hal jumlah penderita di antara 22
negara dengan masalah TBC terbesar di dunia.
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992,
menunjukkan bahwa Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit
kedua penyebab kematian, sedangkan pada tahun 1986 merupakan penyebab
kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance
memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000penderita Tuberkulosis / TBC
baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau insidens rate kira-kira 130 per
100.000 penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis /
TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun. Jumlah penderita
TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat.
Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap
dua menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap
empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia.Sehingga
kita harus waspada sejak dini & mendapatkan informasi lengkap tentang
penyakit TBC.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa saja hasil dari brainstroming yang didapatkan dari kasus tersebut?
1.2.2 Bagaimana penjelasan-penjelasan dari setiap pertanyaan yang terdapat
pada kasus tersebut?
1.2.3 Bagaimana konsep tuberculosis?
1.2.4 Bagaimana konsep asuhan keperawatan yang harus dilakukan kepada
pasien dengan kasus tuberculosis?
1.2.5 Bagaimana asuhan keperawatan yang harus dilakukan kepada pasien
dengan kasus tuberculosis?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan menerapkan konsep teori tuberculosis paru
dan gambaran asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
pernafasan: TB paru.
1.3.2 Tujuan Khusus
a) Mengetahui konsep TB Paru.
b) Melaksanakan pengkajian keperawatan pada pasien TB paru.
c) Menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien TB paru.
d) Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien TB paru.
e) Melaksanakan pelaksanaan keperawatan pada pasien TB paru.
f) Melaksanakan evaluasi keperawatan pada pasien TB paru..

1.4 Manfaat Penulisan


a) Untuk mengetahui definisi TB Paru.
b) Untuk mengetahui penyebab penyakit TB Paru, tanda dan gejala
serta patofisiologinya dalam tubuh.
c) Untuk mengetahui peran perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan terhadap penderita TB Paru.
1.5 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode
kognitif yang bersifat menggambarkan keadaan yang sebenarnya dan metode
deskriptif yang memaparkan pokok masalah yaitu dengan cara :

a) Studi kepustakaan: yaitu dengan membaca dan mempelajari buku-


buku yang mengacu dan berhubungan dengan pembahasan yang
dibahas pada kardiovascular hipertensi.
b) Referensi Internet
c) Studi kasus: yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung atau
melaksanakan asuhan keperawatan langsung pada pasien melalui
wawancara, observasi langsung dan dokumentasi.

1.6 Sistematika Penulisan


Sistematika Penulisan pada makalah ini terdiri dari:

1. Bab 1
Pendahuluan
2. Bab 2
Tinjauan Teori
3. Bab 3
Skenario Kasus dan Pembahasan
4. Bab 4
Penutup
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Teori Tuberculosis


2.1.1 Definisi
Menurut Sylvia A. Price, tuberculosis merupakan penyakit infeksi
menular yangdisebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang meyerang
paru-paru dan hampir seuruh organ tubuh lainnya.
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun pada paru
yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis, yaitu bakteri tahan asam
yang ditularkan melalui udara yang ditandai dengan pembentukan granuloma
pada jaringan yang terinfeksi.
Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman aerob yang dapat
hidup terutama di paru / berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan parsial
tinggi. Penyakit tuberculosis ini biasanya menyerang paru tetapi dapat menyebar
ke hampir seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang, nodus limfe.
Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan. Individu
kemudian dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau
ketidakefektifan respon imun.
2.1.2 Anatomi Fisiologi

Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan

1. Hidung
Hidung adalah organ pertama yang memulai proses pernapasan dan
juga organ terakhir dalam proses pembuangan udara sisa metabolisme.
Hidung terdiri atas lubang hidung, rongga hidung, dan ujung
rongga hidung. Rongga hidung memiliki rambut, banyak kapiler darah,
dan selalu lembap dengan adanya lendir yang dihasilkan oleh selaput
mukosa. Di dalam rongga hidung, udara disaring oleh rambutrambut kecil
(silia) dan selaput lendir yang berguna untuk menyaring debu,
melekatkan kotoran pada rambut hidung, mengatur suhu udara
pernapasan, maupun menyelidiki adanya bau. Pada pangkal rongga mulut
yang berhubungan dengan rongga hidung terdapat suatu katup yang
disebut anak tekak. Saat menelan makanan anak tekak ini akan terangkat
ke atas menutup rongga hidung sehingga makanan tidak dapat masuk ke
dalam rongga hidung. Fungsi hidung, sebagai tempat keluar masuknya
udara pernapasan.
2. Faring
Faring merupakan persimpangan jalan masuk udara dan makanan.
Faring merupakan persimpangan antara rongga mulut ke kerongkongan
dengan hidung ke tenggorokan.
Fungsi faring untuk mengatur makanan supaya tidak masuk ke
tenggorokan
3. Laring
Laring disebut juga pangkal tenggorok atau kotak suara. Laring
terdiri atas tulang rawan yang membentuk jakun. Jakun tersusun atas
tulang lidah, katup tulang rawan, perisai tulang rawan, piala tulang rawan,
dan gelang tulang rawan. Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh katup
pangkal tenggorokan (epiglotis). Pada waktu menelan makanan, epiglotis
melipat ke bawah menutupi laring sehingga makanan tidak dapat masuk
dalam laring. Sementara itu, ketika bernapas epiglotis akan membuka.
Pada pangkal tenggorok terdapat selaput suara atau lebih dikenal dengan
pita suara.
Fungsi laring untuk mencegah supaya makanan dan minuman
masuk ke dalam tenggorokan.
4. Trakea
Trakea (batang tenggorokan) merupakan pipa yang panjangnya
kira-kira 9 cm. Trakea tersusun atas enam belas sampai dua puluh cincin-
cincin tulang rawan yang berbentuk C. Cincin-cincin tulang rawan ini di
bagian belakangnya tidak tersambung yaitu di tempat trakea menempel
pada esofagus. Hal ini berguna untuk mempertahankan agar trakea tetap
terbuka.
Cincin-cincin tulang rawan diikat bersama oleh jaringan fibrosa,
selain itu juga terdapat beberapa jaringan otot. Trakea dilapisi oleh
selaput lendir yang dihasilkan oleh epitelium bersilia. Silia-silia ini
bergerak ke atas ke arah laring sehingga dengan gerakan ini debu dan
butir-butir halus lainnya yang ikut masuk saat menghirup napas dapat
dikeluarkan. Di paru-paru trakea ini bercabang dua membentuk bronkus.
Fungsi trakea: menyediakan akses saluran pernapasan, mencegah
benda asing masuk ke paru-paru, dan menjaga suhu udara yang masuk ke
paru-paru.
5. Bronkus
Bronkus merupakan cabang batang tenggorokan yang jumlahnya
sepasang, yang satu menuju ke paru-paru kanan dan yang satu lagi
menuju ke paru-paru kiri. Tempat percabangan ini disebut bifurkase.
Bronkus mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis
sel yang sama. Bronkus yang ke kiri lebih panjang dan sempit serta
kedudukannya lebih mendatar daripada yang ke kanan.
Hal ini merupakan salah satu sebab mengapa paru-paru kanan lebih
mudah terserang penyakit. Bronkus sebelah kanan bercabang menjadi tiga
bronkiolus, sedangkan bronkus sebelah kiri bercabang menjadi dua
bronkiolus. Fungsi bronkus sebagai penangkap debu yang hendak masuk
ke paru-paru.
6. Bronkiolus
Bronkiolus merupakan cabang dari bronkus, dindingnya lebih tipis
dan salurannya lebih kecil. Semakin kecil salurannya, semakin berkurang
tulang rawannya dan akhirnya tinggal dinding fibrosa dengan lapisan
silia. Setiap bronkiolus terminal (terakhir) bermuara ke dalam seberkas
kantung-kantung kecil mirip anggur yang disebut alveolus.
Fungsi bronkiolus: sebagai penyalur udara dari bronkus ke alveoli,
dan juga sebagai pengontrol jumlah udara yang didistribusikan melalui
paru-paru dengan dilatasi dan konstriksi.
7. Alveolus
Alveolus merupakan saluran akhir dari alat pernapasan yang
berupa gelembung-gelembung udara. Dindingnya tipis, lembap, dan
berlekatan erat dengan kapiler-kapiler darah. Alveolus terdiri atas satu
lapis sel epitelium pipih dan di sinilah darah hampir langsung
bersentuhan dengan udara. Adanya alveolus memungkinkan terjadinya
perluasan daerah permukaan yang berperan penting dalam pertukaran gas
O2dari udara bebas ke sel-sel darah dan CO2 dari sel-sel darah ke udara.
Fungsi alveolus: sebagai tempat terjadinya pertukaran gas karbon
dioksida (CO2) dengan gas oksigen (O2), dan menyimpan udara untuk
sementara waktu untuk memungkinkan penyerapan oksigen ke dalam
darah.
8. Paru-paru
Paru-paru adalah organ pernapasan utama dalam sistem pernapasan
manusia. Paru-paru terletak dalam rongga dada. Letaknya di sebelah
kanan dan kiri serta di tengahnya dipisahkan oleh jantung. Jaringan paru-
paru mempunyai sifat elastik, berpori, dan seperti spon. Apabila
diletakkan di dalam air, paru-paru akan mengapung karena mengandung
udara di dalamnya.
Paru-paru dibagi menjadi beberapa belahan atau lobus. Paru-paru
kanan mempunyai tiga lobus dan paru-paru kiri dua lobus. Setiap lobus
tersusun atas lobula. Paru-paru dilapisi oleh selaput atau membran serosa
rangkap dua disebut pleura. Di antara kedua lapisan pleura itu terdapat
eksudat untuk meminyaki permukaannya sehingga mencegah terjadinya
gesekan antara paru-paru dan dinding dada yang bergerak saat bernapas.
Dalam keadaan sehat kedua lapisan itu saling erat bersentuhan. Namun
dalam keadaan tidak normal, udara atau cairan memisahkan kedua pleura
itu dan ruang di antaranya menjadi jelas. Fungsi paru-paru untuk menukar
oksigen dari udara dengan karbon dioksida dari darah.

2.1.3 Etiologi
Penyebab tuberculosis adalah Mycobacterium Tuberculosa. Basil ini
tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari dan
sinar ultraviolet.
Ada dua macam microbacterium tuberculosa yaitu tipe human dan
tipe bovin. Basil tipe bovin berada dalah susu sapi yang menderita mastitis
tuberkulosis usus. Basil tipe human bisa berada dibercak ludah (droplet) dan
diudara yang berasal dari penderita TBC dan orang yang terkena rentan
terinfeksi bila mengirupnya (Wim de Jong).
Setelah organisme terinhalasi, dan masuk keparu-paru, bakteri dapat
bertahan hidup dan menyebar ke nodus limfatikus lokal. Penyearan melalui
aliran darah ini dapat menyebabkan TB pada organ lain, dimana infeksi laten
dapat bertahan sampai bertahun-tahun (Patrick Davey).
Dalam perjalanan penyakitnya terdapat empat fase (Wim da Jong)
1. Fase 1 (TB Primer)
Masuk ke dalam paru dan berkembang biak tanpa menimbulkan
reaksii pertahanan tubuh.
2. Fase 2
3. Fase 3 (Fase Laten)
Fase dengan kuman yang tidur (bertahun-tahun/ seumur hidup)
dan reaktifitas jika terjadi perubahan keseimbangan daya tahan
tubuh dan bisa terdapat di tulang panjang, vertebra, tuba pallopi,
otak, kelenjar limfe hilus, leher dan ginjal.
4. Fase 4
Dapat sembuh tanpa cacat atau sebaliknya, juga dapat menyebar
ke organ yang lain dan yag kedua ke ginjal setelah paru.

2.1.4 Manifestasi Klinis


Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala
khusus yangtimbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis
tidak terlalu khasterutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk
menegakkan diagnosa secaraklinik.
1. Gejala sistemik/umum
a) Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan
darah).
b) Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya
dirasakanmalam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang
serangan demamseperti influenza dan bersifat hilang timbul.
c) Penurunan nafsu makan dan berat badan.
d) Perasaan tidak enak (malaise), lemah
2. Gejalakhusus:
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi
sumbatansebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat
penekanankelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan
suara “mengi”,suara nafas melemah yang disertai sesak.
a) Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertaidengan keluhan sakit dada.
b) Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi
tulang yangpada suatu saat dapat membentuk saluran dan
bermuara pada kulit diatasnya, pada muara ini akan keluar cairan
nanah.
c) Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak)
dandisebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya
adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-
kejang.
d) Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat
terdeteksi kalaudiketahui adanya kontak dengan pasien TBC
dewasa. Kira-kira 30-50% anak yangkontak dengan penderita
TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif.
e) Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan
penderita TBC parudewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30%
terinfeksi berdasarkan pemeriksaanserologi/darah.

2.1.5 Patofisiologi
1. Cara penularan
Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.
a) Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke
udara dalam bentukpercikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk
dapat menghasilkan sekitar 3000percikan dahak.
b) Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan
dahak berada dalamwaktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi
jumlah percikan, sementara sinarmatahari langsung dapat
membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selamabeberapa jam
dalam keadaan yang gelap dan lembab.
c) Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman
yangdikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan
hasil pemeriksaandahak, makin menular pasien tersebut.
d) Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB
ditentukan olehkonsentrasi percikan dalam udara dan lamanya
menghirup udara tersebut.

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan Bakteriologis
Pemeriksaan bakteriologis untuk menemukan kuman TB
mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis.
Bahan untuk pemeriksaan bakteriologis ini dapat berasal dari dahak,
cairan pleura, bilasan bronkus, liquor cerebrospinal, bilasan lambung,
kurasan bronkoalveolar, urin, faeces, dan jaringan biopsi.
2. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan rutin adalah foto toraks PA. Pemeriksaan atas
indikasi seperti foto apikolordotik, oblik, CT Scan. Tuberkulosis
memberikan gambaran bermacam-macam pada foto toraks. Gambaran
radiologis yang ditemukan dapat berupa:
a) Bayangan lesi di lapangan atas paru atau segmen apikal lobus
bawah.
b) Bayangan berawan atau berbercak.
c) Adanya kavitas tunggal atau ganda.
d) Bayangan bercak milier.
e) Bayangan efusi pleura, umumnya unilateral.
f) Destroyed lobe sampai destroyed lung.
2.1.7 Pengobatan
1. Pengobatan TBC
Pengobatan TBC Kriteria I (Tidak pernah terinfeksi, ada riwayat
kontak, tidak menderita TBC) dan II (Terinfeksi TBC/test tuberkulin (+),
tetapi tidak menderita TBC (gejala TBC tidak ada, radiologi tidak
mendukung dan bakteriologi negatif) memerlukan pencegahan dengan
pemberian INH 5–10 mg/kgbb/hari.
(1) Pencegahan (profilaksis) primer anak yang kontak erat dengan
penderita TBC BTA (+). INH minimal 3 bulan walaupun uji
tuberkulin (-). Terapi profilaksis dihentikan bila hasil uji tuberkulin
ulang menjadi (-) atau sumber penularan TB aktif sudah tidak ada.
(2) Pencegahan (profilaksis) sekunder anak dengan infeksi TBC yaitu
uji tuberkulin (+) tetapi tidak ada gejala sakit TBC. Profilaksis
diberikan selama 6-9 bulan. Obat yang digunakan untuk TBC
digolongkan atas dua kelompok yaitu :
- Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol,
Streptomisin, Pirazinamid. Memperlihatkan efektifitas yang
tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian
besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.
- Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin,
Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin.

Obat Dosis harian Dosis 2x/minggu Dosis 3x/minggu


(mg/kgbb/hari) (mg/kgbb/hari) (mg/kgbb/hari)

15-40 (maks. 900 15-40 (maks. 900


INH 5-15 (maks 300 mg)
mg) mg)

10-20 (maks. 600 10-20 (maks. 600 15-20 (maks. 600


Rifampisin
mg) mg) mg)

Pirazinamid 15-40 (maks. 2 g) 50-70 (maks. 4 g) 15-30 (maks. 3 g)


Etambutol 15-25 (maks. 2,5 g) 50 (maks. 2,5 g) 15-25 (maks. 2,5 g)

Streptomisin 15-40 (maks. 1 g) 25-40 (maks. 1,5 g) 25-40 (maks. 1,5 g)

Sejak 1995, program Pemberantasan Penyakit TBC di Indonesia


mengalami perubahan manajemen operasional, disesuaikan dengan strategi
global yanng direkomendasikan oleh WHO. Langkah ini dilakukan untuk
menindaklanjutiIndonesia � WHO joint Evaluation dan National Tuberkulosis
Program in Indonesia pada April 1994. Dalam program ini, prioritas ditujukan
pada peningkatan mutu pelayanan dan penggunaan obat yang rasional untuk
memutuskan rantai penularan serta mencegah meluasnya resistensi kuman TBC
di masyarakat. Program ini dilakukan dengan cara mengawasi pasien dalam
menelan obat setiap hari,terutama pada fase awal pengobatan.
Strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) pertama kali
diperkenalkan pada tahun 1996 dan telah diimplementasikan secara meluas
dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat. Sampai dengan tahun 2001, 98%
dari populasi penduduk dapat mengakses pelayanan DOTS di puskesmas.
Strategi ini diartikan sebagai "pengawasan langsung menelan obat jangka
pendek oleh pengawas pengobatan" setiap hari.
Indonesia adalah negara high burden, dan sedang memperluas strategi
DOTS dengan cepat, karenanya baseline drug susceptibility data (DST) akan
menjadi alat pemantau dan indikator program yang amat penting. Berdasarkan
data dari beberapa wilayah, identifikasi dan pengobatan TBC melalui Rumah
Sakit mencapai 20-50% dari kasus BTA positif, dan lebih banyak lagi untuk
kasus BTA negatif. Jika tidak bekerja sama dengan Puskesmas, maka banyak
pasien yang didiagnosis oleh RS memiliki risiko tinggi dalam kegagalan
pengobatan, dan mungkin menimbulkan kekebalan obat.
Akibat kurang baiknya penanganan pengobatan penderita TBC dan
lemahnya implementasi strategi DOTS. Penderita yang mengidap BTA yang
resisten terhadap OAT akan menyebarkan infeksi TBC dengan kuman yang
bersifat MDR (Multi-drugs Resistant). Untuk kasus MDR-TB dibutuhkan obat
lain selain obat standard pengobatan TBC yaitu obat fluorokuinolon seperti
siprofloksasin, ofloxacin, levofloxacin (hanya sangat disayangkan bahwa obat
ini tidak dianjurkan pada anak dalam masa pertumbuhan).

2. Pengobatan TBC pada orang dewasa


1) Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan
etambutol setiap hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat
INH dan rifampisin tiga kali dalam seminggu (tahap lanjutan). Diberikan
kepada:
- Penderita baru TBC paru BTA positif.
- Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat.
2) Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3
Diberikan kepada:
- Penderita kambuh.
- Penderita gagal terapi.
- Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.
3) Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Diberikan kepada:
- Penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif.
-
3. Pengobatan TBC pada anak :
Adapun dosis untuk pengobatan TBC jangka pendek selama 6 atau
9 bulan, yaitu:
1) 2HR/7H2R2 : INH+Rifampisin setiap hari selama 2 bulan pertama,
kemudian INH +Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama
7 bulan (ditambahkan Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap
INH).
2) 2HRZ/4H2R2 : INH+Rifampisin+Pirazinamid: setiap hari selama 2
bulan pertama, kemudian INH+Rifampisin setiap hari atau 2 kali
seminggu selama 4 bulan (ditambahkan Etambutol bila diduga ada
resistensi terhadap INH). Pengobatan TBC pada anak-anak jika INH
dan rifampisin diberikan bersamaan, dosis maksimal perhari INH 10
mg/kgbb dan rifampisin 15 mg/kgbb. Dosis anak INH dan rifampisin
yang diberikan untuk kasus:
- TB tidak berat
INH : 5 mg/kgbb/hari
Rifampisin: 10 mg/kgbb/hari
- TB berat (milier dan meningitis TBC)
INH : 10 mg/kgbb/hari
Rifampisin : 15 mg/kgbb/hari
Dosis prednison : 1-2 mg/kgbb/hari (maks. 60 mg)

2.1.8 Komplikasi
1) Komplikasi berikut sering terjadi pada pasien lanjut:
2) Hemoptisis masif (perdarahan dari saluran napas bawah)
3) Kolaps lobus akibat sumbatan bronkus,
4) Bronkietasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru,
5) Pneumotoraks (pnemotorak/ udara didalam rongga pleura) Penyebaran
infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal.
6) Insufisiensi kardio pulmoner (cardio pulmonary insufficiency).
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian Keperawatan
Dalam pengkajian terdiri dari:
1) Identitas Klien dan Identitas Penanggungjawab
Lakukan pengkajian pada identitas klien dan identitas
penenggungjawab lalu isi identitasnya, yang meliputi: nama, jenis
kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, tanggal
pengkajian.
2) Keluhan Utama
Alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan. Riwayat
Kesehatan Sekarang (RKS)
Klien mengeluh sesak nafas dan batuk berdarah.
3) Riwayat Kesehatan Terdahulu (RKD)
Pada RKD, hal yang harus dikaji adalah; penyakit yang pernah
dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit, kemungkinan pasien
pernah menderita penyakit sebelumnya.
Pada kasus tersebut, klien mengeluh batuk sejak tiga bulan yang lalu
dan tidak pernah hilang sampai saat ini. Klien sudah sering berobat ke
puskesmas namun batuknya tidak pernah hilang. Klien juga
mengeluhkan sesak napas sejak empat bulan yang lalu. Klien
mengeluh nafsu makan berkurang sejak satu bulan terakhir, sehingga
badannya semakin kurus.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)
Riwayat adanya penyakit TBC pada anggota keluarga yang lain.
5) Data Dasar pengkajian pasien
Mengkaji data-data yang akan didapat dari pasien, seperti: gejala yang
timbul, sirkulasi, makanan/cairan, neurosensori, kenyamanan,
pernafasan, keamanan, penyuluhan dan pembelajaran, pemeriksaan
penunjang dan prioritas keperawatan.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respons manusia dari individu atau kelompok dimana perawat secara
akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti
untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan
merubah.
Diagnosa keperawatan menjadi dasar untuk pemilihan tindakan
keperawatan untuk mencapai hasil bagi anda sebagai perawat yang dapat
diandalkan (NANDA, Internasional 2007).
Dalam diagnosa keperawatan terdapat empat langkah, yaitu;
klasifikasi dan analisa data, interpretasi data, validasi data dan perumusan
diagnosa keperawatan.

2.2.3 Intervensi Keperawatan


Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk
membantu klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang
diinginkan dalam hasil yang diharapkan (Gordon).
Tahap perencanaan dapat disebut sebagai inti atau pokok dari proses
keperawatan, sebab perencanaan merupakan keputusan awal yang memberi arah
bagi tujuan yang ingin dicapai, hal yang akan dilakukan, termasuk bagaimana,
kapan dan siapa yang akan melakukan tindakan keperawatan. Karenanya, dalam
menyusun rencana asuhan keperawatan untuk klien, keluarga dan orang erdekat
perlu dilibatkan secara maksimal.
Langkah-langkah dalam membuat perencanaan keperawatan
meliputi; penetapan prioritas, penetapan tujuan dan kriteria hasil yang
diharapkan, menentukan intervnsi keperawatan yang tepat dan pengembangan
rencana asuhan keperawatan.
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan
yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasiil yang diharapkan (Gordon
dalam Potter & Perry).
Implementasi merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan.
Untuk kesuksesan pelaksanaan imlemetasi keperawatan agar sesuai
dengan rencana keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan kognitif,
kemampuan dalam hubungan intepersonal dan keterampilan dalam melakukan
tindakan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan
klien, fakto-faktor lain yang memengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi
implementasi keperawatan dan kegiatan komunikasi.

2.2.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang
memungkinkan perawat untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah
berhasil meningkatkan kondisi klien (Potter & Perry (2009).
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang
merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang
teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan
(Asmadi, 2008).
Tujuannya adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai
tujuan, menentukan apakah tujuan keperaawatan telah tercapai atau belum dan
mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai (asmadi,
2008).
BAB III

KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1 Skenario Kasus


Klien Tn. R berusia 37 tahun dirawat diruang Penyakit Dalam RS
Kunningan dengan keluhan sesak nafas dan batuk darah ang dirasakan sejak
kemarin malam. Darah ang keluar berwarna merah segar bercampur dengan
dahak, tidak disertai dengan campuran sisa makanan dan berjumlah ± satu
gelas kecil. Darah yang keluar ini didahului dengan batuk. Sejak kemarin
malam klien mengaku batuk darah dialami hanya sekali saja. Saat ini klien
hanya batuk disertai dahak dengan bercak darah sedikit.
Klien mengeluh batuk sejak tiga bulan yang lalu dan tidak pernah
hilang sampai saat ini. Batuk disertai dengan dahak kental berwarna kuning
kehijauan dengan jumlah ± satu sendok tiap kali batuk. Klien sudah sering
berobat ke puskesmas namun batuknya tidak pernah hilang. Saat ini, klie
merasa betuknya susah keluar dan sangat mengganggu terutama pada
malam hari.
Klien juga mengeluhkan sesak napas sejak empat bulan yang lalu.
Sesak napas sering dikeluhkan oleh klien terutama jika banyak melakukan
aktivitas. Sejak dua hari ini sesak nafas dirasakan semakin memberat. Sesak
nafas ini sediikit berkurang jika klien sudah beristirahat. Sesak nafas disertai
dengan bunyi ngik. Sesak tidak dipengaruhi oleh suhu, cuaca maupun debu.
Selain itu klien pernah merasakan nyeri sebelah kiri seperti ditusuk-tuduk
sejak beberapa minggu yang lalu.
Klien mengeluh nafsu makan berkurang sejak satu bulan terakhir,
sehingga badannya semakin kurus. Saat pengkajian klien merasa mual
namun klien menyangkal adanya nyeri pada ulu hati. Klien juga mengeluh
kepalanya terasa pusing dan badannya terasa lemas sehingga klien tidak
dapat melakukan pekerjaannya lagi.
Hasil pengkajian BAK normal dengan freuensi 3-4x/hari, warna
kuning jernih, nyeri saat BAK (-), darah (-). Sejak seminggu yag lalu klien
mengalami BAB encer namun tidak disertai lendir maupun darah. Frekuensi
BAB 1-2x/hari dengan konsistensi encer warnanya kekuningan.
Berdasarkan hasil pengkajian: tingkat kesadaran GCS: CM/E4/5M6.
Pemeriksaan TTV didapatkan: Tekanan darah= 130/80mmHg. Nagi:
95x/menit, RR: 28x/menit, suhu: 36.1oC. BB: 65kg, TB:165cm.
Hasil pemeriksaan fisik sistem respirasi: bentuk dada: simetris barel
chest (-), pergerakan dinding dada simetris, penggunaan otot bantu
pernafasan Stemocleidomastoideus (+), pemeriksaan Vocal Premitus raba:
Lobus superior:D/S sama, lobus medius dan lingua: D/S sama, lobus
inferior: D/S sama, nyeri tekan (-), edema (-), krepitasi(-).
Hasil pemeriksaan auskultasi: suara nafas vesikuler (+/+), suara
tambahan ronkhi basah (-/+), suara tambahan whezeeng (-/-), suara gesek
dada (-/-).
- Hasil Pemeriksaan Darah Lengkap dan Kimia Klinik

Parameter Hasil
HGB 9,1
HCT 28,2
Terapi yang digunakan:
RBC 3,68
WBC 23,14 1. O2 3 lpm
PLT 329 2. IVFD RL 20 tetes/menit
MCV 76,6 3. Cobiven nebu/8jam
MCH 24,7 4. Cefotaxim 125mg/12jam
MCHC 32,3 5. Sabutamol 2mg tab 2x1
GDS 124 6. Metil prednisolon 12,5mg 1 A/8jam
Kreatinin 0,5 7. Terapi obat kategori 1
Ureum 28
SGOT 32
SGPT 48
- Pemeriksaan anti HbsAg : (-)
- Pemeriksaan sputum : BTA 3+
- Pemeriksaan Radiologi :-
- Foto thorak posisi AP :-

Pasien tinggal dilingkungan padat penduduk. Rumah satu dengan


yang lain berdekatan. Hubungan antara pasien dengan tetangga dekat baik.
Pasien menyangkal mempunyai tetangga yang sering batuk-batuk dan sudah
lama tidak sembuh-sembuh. Pasien tinggal bersama kedua orang tua.
Rumah pasien terdiri dari dua kamar dengan ukuan sedang. Rumah pasien
berdinding tembok, ventilasi jarang sekali dibuka, lantai terbuat dari plester
dan pencahayaan didalam ruangan kurang. Pada saat pengkajian ekspresi
wajah klien tampak lemas dan pucat, klien sering bertanya apakah
penyakitnya bisa kambuh lagi, klien mengatakan tidak tahu banyak tentang
penyakitnya dan cara perawatannya.

CURAH GAGASAN (BRAINSTROMING)

1. Coba ajukan sebanyak mungkin pertanyaan yang muncul setelah membaca


dekskripsi kasus diatas!
2. Coba saudara identifikasi kata kunci yang mendukung masalah
keperawatan utama sesuai dengan kasus diatas!

PERTANYAAN UNTUK ANALISIS KASUS

1. Setelah membaca dan menjawab beberapa pertanyaan yang muncul dari


kasus diatas, coba diskusikan sistem organ apa yang terkait masalah
diatas? Jelaskan dengan menggunakan peta konsep struktur anatomi organ
yang terkait serta mekanisme fisiologis sistem organ itu bekerja!
2. Coba identifikasi diagnosis keperawatan utama pada pasien dengan kasus
tersebut!
3. Coba saudara buat clinical pathway dari masalah keperawatan utama pada
kasus diatas!
4. Intervensi keperawatan apa saja yang seharusnya dilakukan seorang
perawat untuk mengatasi masalah keperawatan utama pasien dan keluarga
pasien diatas!
5. Bagaimana implementasi dari masing-masing diagnosa keperawatan
sesuai dengan kasus diatas?
6. Bagaimana evaluasi keperawatan yang diharapkan dari masalah-masalah
keperawatan yang ditemukan sesuai dengan kasus diatas?
7. Bagaimana simulasi penkes pada kasus diatas?
8. Apa masalah prinsip legal etis pada kasus pasien diatas yang tepat?
9. Bagaimana nursing advocacy yang seharusnya dilakukan oleh perawat
pada kasus diatas?
10. Coba anda telaah isi jurnal sesuai dengan kasus yang dipelajari saat ini
(minimal makna tentang hasil penelitiannya dan saran atau solusi yang
baik dari masalaah yang diteliti tersebut)!

3.2 Pembahasan

1. Coba ajukan sebanyak mungkin pertanyaan yang muncul setelah membaca


dekskripsi kasus diatas!
Jawab:
a) Apakah setiap batuk yang disertai darah menandakan bahwa orang
tersebut mengidap TBC?
Jawab : Tidak, batuk yang disertai darah tidak hanya
menandakan bahwa orang tersebut mingidap TBC.
Batuk berdarah dapat terjadi karena adanya tukak
lambung (maag kronis), kanker paru-paru, kanker
tenggorokan,infeksi paru,bronkhitis dll.
b) Berapa lama seseorang batuk, sampai ia terdiagnosa mengidap TBC?
Jawab : TB merupakan penyakit yang dapat menyerang paru
yang ditandai dengan batuk darah/sputum, dan batuk
terjadi atau berlangsung selama tiga minggu atau lebih.
c) Mengapa pada kasus TBC pasien hanya merasakan nyeri disebelah
kiri?
Jawab : Karena bakteri masuk ke paru bagian kiri sehingga
menyebabkan sesak disertai batuk yang menyebabkan
nyeri.
d) Apakah perkembangan bakteri tuberculosa dapat dimatikan?
Jawab : Bisa. Bakteri yang telah masuk dapat menjadi aktif
atau pasif (laten). Apabila pertahanan tubuh seseorang
yang telah terinfeksi bakteri TB kuat, maka bakteri
dapat dikeluarkan melalui sputum.
e) Kenapa pasien TBC merasakan sesak dengan respirasi rate yang
tinggi?
Jawab : TB merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri
tuberculosis, tanda dan gejala yang terjadi salah
satunya adalah sesak dan nyeri dada, sehingga dipsneu
merupakan hal yang lumrah terjadi saat seseorang
terinfeksi TBC.

2. Coba saudara identifikasi kata kunci yang mendukung masalah


keperawatan utama sesuai dengan kasus diatas!
Kata Kunci
a) HGB
Hemoglobin atau biasa dikenal HB adalah protein dalam sel darah
merah yang bertugas untuk membawa oksigen dari paru-paru
keseluruh organ tubuh lainnya.
b) HCT
Atau HT adalah pengecekan prosentase sel darah merah dalam tubuh.
Jika prosentase HCT rendah maka terjadi kekurangan oksigen dalam
darah kita atau disebut anemia.
c) RBC
Red blood count atau jumlah sel darah merah dalam tubuh kita. Adalah
jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke
jaringan-jaringan tubuh lewat darah dalam hewan bertulang belakang.
Bagian dalam RBC terdapat Hb.
d) WBC
Sel yang membentuk komponen darah yang berfungsi untuk
membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian
dari sistem kekebalan tubuh.
e) PLT
Platelet atau trombosit adalah sel anuclear nulliploid (tidak mempunyai
nukleus pada DNA-nya) daya bentuk tak beraturan dengan ukuran
diameter 2-3 mm yang merupakan pragmentasi dari mega kosiosit.
f) MCV
Mean corpascular volume merupakan salah satu pemeriksaan darah
yang menunjukan volume rata-rata 1. Sel darah merah dibandingkan
dengan volume sel darah merah ke seluruhan dalam darah.
g) MCH
Mean corpuscular hemoglobin adalah pemeriksaan yang ada pada
darah, dimana akan dinilai masa dari Hb dari satuan sel darah merah
yag ada ditubuh.
h) MCHC
Mean corpuscular hemoglobin concentration adalah perhitungan rata-
rata konsentrasi hemoglobin didalam eritrosit.
i) GDS
Gula darah sewaktu yaitu pemeriksaan jenis ini pemeriksaan yang
untuk mengetahui penurunan kadar gula darah dalam waktu cepat.
j) Kreatinin
Pemeriksaan kimia yang berupa produk sampah dari pemecahan sel-sel
otot selama beraktivitas.
k) SGOT/SGPT
Serum glutamic oxaloacetic transaminase/ Serum pyrovic transminase
Merupakan enzim hati dimana jika kadarnya tinggi atau meningkat
dapat menggambarkan adanya gangguan pada hati.

JAWABAN DARI KASUS

1. Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan

a) Hidung
Hidung adalah organ pertama yang memulai proses pernapasan dan
juga organ terakhir dalam proses pembuangan udara sisa metabolisme.
Hidung terdiri atas lubang hidung, rongga hidung, dan ujung
rongga hidung. Rongga hidung memiliki rambut, banyak kapiler darah,
dan selalu lembap dengan adanya lendir yang dihasilkan oleh selaput
mukosa. Di dalam rongga hidung, udara disaring oleh rambutrambut kecil
(silia) dan selaput lendir yang berguna untuk menyaring debu,
melekatkan kotoran pada rambut hidung, mengatur suhu udara
pernapasan, maupun menyelidiki adanya bau. Pada pangkal rongga mulut
yang berhubungan dengan rongga hidung terdapat suatu katup yang
disebut anak tekak. Saat menelan makanan anak tekak ini akan terangkat
ke atas menutup rongga hidung sehingga makanan tidak dapat masuk ke
dalam rongga hidung. Fungsi hidung, sebagai tempat keluar masuknya
udara pernapasan.
b) Faring
Faring merupakan persimpangan jalan masuk udara dan makanan.
Faring merupakan persimpangan antara rongga mulut ke kerongkongan
dengan hidung ke tenggorokan.
Fungsi faring untuk mengatur makanan supaya tidak masuk ke
tenggorokan
c) Laring
Laring disebut juga pangkal tenggorok atau kotak suara. Laring
terdiri atas tulang rawan yang membentuk jakun. Jakun tersusun atas
tulang lidah, katup tulang rawan, perisai tulang rawan, piala tulang rawan,
dan gelang tulang rawan. Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh katup
pangkal tenggorokan (epiglotis). Pada waktu menelan makanan, epiglotis
melipat ke bawah menutupi laring sehingga makanan tidak dapat masuk
dalam laring. Sementara itu, ketika bernapas epiglotis akan membuka.
Pada pangkal tenggorok terdapat selaput suara atau lebih dikenal dengan
pita suara.
Fungsi laring untuk mencegah supaya makanan dan minuman
masuk ke dalam tenggorokan.
d) Trakea
Trakea (batang tenggorokan) merupakan pipa yang panjangnya
kira-kira 9 cm. Trakea tersusun atas enam belas sampai dua puluh cincin-
cincin tulang rawan yang berbentuk C. Cincin-cincin tulang rawan ini di
bagian belakangnya tidak tersambung yaitu di tempat trakea menempel
pada esofagus. Hal ini berguna untuk mempertahankan agar trakea tetap
terbuka.
Cincin-cincin tulang rawan diikat bersama oleh jaringan fibrosa,
selain itu juga terdapat beberapa jaringan otot. Trakea dilapisi oleh
selaput lendir yang dihasilkan oleh epitelium bersilia. Silia-silia ini
bergerak ke atas ke arah laring sehingga dengan gerakan ini debu dan
butir-butir halus lainnya yang ikut masuk saat menghirup napas dapat
dikeluarkan. Di paru-paru trakea ini bercabang dua membentuk bronkus.
Fungsi trakea: menyediakan akses saluran pernapasan, mencegah
benda asing masuk ke paru-paru, dan menjaga suhu udara yang masuk ke
paru-paru.
e) Bronkus
Bronkus merupakan cabang batang tenggorokan yang jumlahnya
sepasang, yang satu menuju ke paru-paru kanan dan yang satu lagi
menuju ke paru-paru kiri. Tempat percabangan ini disebut bifurkase.
Bronkus mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis
sel yang sama. Bronkus yang ke kiri lebih panjang dan sempit serta
kedudukannya lebih mendatar daripada yang ke kanan.
Hal ini merupakan salah satu sebab mengapa paru-paru kanan lebih
mudah terserang penyakit. Bronkus sebelah kanan bercabang menjadi tiga
bronkiolus, sedangkan bronkus sebelah kiri bercabang menjadi dua
bronkiolus. Fungsi bronkus sebagai penangkap debu yang hendak masuk
ke paru-paru.
f) Bronkiolus
Bronkiolus merupakan cabang dari bronkus, dindingnya lebih tipis
dan salurannya lebih kecil. Semakin kecil salurannya, semakin berkurang
tulang rawannya dan akhirnya tinggal dinding fibrosa dengan lapisan
silia. Setiap bronkiolus terminal (terakhir) bermuara ke dalam seberkas
kantung-kantung kecil mirip anggur yang disebut alveolus.
Fungsi bronkiolus: sebagai penyalur udara dari bronkus ke alveoli,
dan juga sebagai pengontrol jumlah udara yang didistribusikan melalui
paru-paru dengan dilatasi dan konstriksi.
g) Alveolus
Alveolus merupakan saluran akhir dari alat pernapasan yang
berupa gelembung-gelembung udara. Dindingnya tipis, lembap, dan
berlekatan erat dengan kapiler-kapiler darah. Alveolus terdiri atas satu
lapis sel epitelium pipih dan di sinilah darah hampir langsung
bersentuhan dengan udara. Adanya alveolus memungkinkan terjadinya
perluasan daerah permukaan yang berperan penting dalam pertukaran gas
O2dari udara bebas ke sel-sel darah dan CO2 dari sel-sel darah ke udara.
Fungsi alveolus: sebagai tempat terjadinya pertukaran gas karbon
dioksida (CO2) dengan gas oksigen (O2), dan menyimpan udara untuk
sementara waktu untuk memungkinkan penyerapan oksigen ke dalam
darah.
h) Paru-paru
Paru-paru adalah organ pernapasan utama dalam sistem pernapasan
manusia. Paru-paru terletak dalam rongga dada. Letaknya di sebelah
kanan dan kiri serta di tengahnya dipisahkan oleh jantung. Jaringan paru-
paru mempunyai sifat elastik, berpori, dan seperti spon. Apabila
diletakkan di dalam air, paru-paru akan mengapung karena mengandung
udara di dalamnya.
Paru-paru dibagi menjadi beberapa belahan atau lobus. Paru-paru
kanan mempunyai tiga lobus dan paru-paru kiri dua lobus. Setiap lobus
tersusun atas lobula. Paru-paru dilapisi oleh selaput atau membran serosa
rangkap dua disebut pleura. Di antara kedua lapisan pleura itu terdapat
eksudat untuk meminyaki permukaannya sehingga mencegah terjadinya
gesekan antara paru-paru dan dinding dada yang bergerak saat bernapas.
Dalam keadaan sehat kedua lapisan itu saling erat bersentuhan. Namun
dalam keadaan tidak normal, udara atau cairan memisahkan kedua pleura
itu dan ruang di antaranya menjadi jelas. Fungsi paru-paru untuk menukar
oksigen dari udara dengan karbon dioksida dari darah
2. Diagnosa Keperawatan Utama
- Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan produksi
sputum berlebih ditandai dengan adanya dipsneu, batuk berlendir
darah(+), peningkatan frekuensi nafas, nadi: 95x/menit, RR:
28x/menit.

3. Clinical Phatway
Microbacterium tuberkulosa

Droplet infection

Masuk lewat jalan nafas

Menempel pada paru

Menetap dijaringan paru

Terjadi proses peradangan

Tumbuh dan berkembang di sitoplasma makrofag

Sarang primer/afek primer (fokus ghon)

Komplek primer

Menyebar ke organ lain (paru lain,saluran pencernaan,tulang) melalui
media (bronchogen percontinuitum,hematogen,limfogen)

Pertahanan primer tidak adekuat

Pembentukan tuberkel

Kerusakan membran alveolar

Pembentukan sputum berlebihan

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas


4. Intervensi keperawatan masalah utama kasus.
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1. Ketidakefektifan Bersihan jalan nafas - Kaji fungsi pernafasan seperti
bersihan jalan kembali efektif setelah bunyi, kecepatan dan irama
nafas diberikan tindakan selama 3 x 24 jam.
berhubungan keperawatan selama 3 - Observasi tanda-tanda vital
dengan produksi hari dengan kriteria hasil: setiap 3 x 24 jam.
sputum berlebih - Batuk berlendir , - Atur posisi klien dengan
ditandai dengan berkurang atau posisi semi fowler setiap kali
adanya dipsneu, hilang klien merasa sesak nafas.
batuk berlendir - Sekret encer. - Ajarkan teknik nafas dalam
darah(+), - Tanda-tanda vital dan batuk efektif pada
peningkatan dalam putus pertemuan pertama.
frekuensi nafas, normal. - Anjurkan pasien untuk
nadi: 95x/menit, - Ronchi -/- gunakan teknik batuk efektif
RR: 28x/menit. setiap ingin batuk.
- Anjurkan klien untuk
meningkatkan asupan cairan
sedikitnya 2.500 ml/ hari
- Kolaborasi beri obat sesuai
instruksi dokter:
 O2 3 lpm
 Cobiven nebu/8jam.
 Cefotaxim
125mg/12jam.
 Sabutamol 2mg tab
2x1.
 Metil prednisolon
12,5mg 1 A/8jam.
 Terapi obat kategori
1.
RASIONALISASI
- Penurunan fungsi nafas dapat
menunjukkan
ketidakmampuan untuk
membersihkan jalan nafas.
- Penyimpangan normal TTV
menunjukkan perubahan
status pasien.
- Posisi membantu ekspansi
paru dan menurunkan upaya
pernafasan.
- Memaksimalkan ventilasi dan
meningkatkan gerakan sekret
ke dalam jalan nafas besar
sebagai mudah dikeluarkan
- Melatih pasien untuk dapat
belajar mengatasi batuk yang
dialaminya.
- Pemasukan cairan yang
banyak membantu
mengencerkan sekret.
- Beri obat dengan teratur
mempercepat proses
penyembuhan.
5. Implementasi keperawatan dari masing-masing diagnosa kasus.

No Dx Implementasi
1 Dx-1 - Mengkaji fungsi pernafasan seperti bunyi, kecepatan dan irama
selama 3 x 24 jam.
- Mengobservasi tanda-tanda vital setiap 3 x 24 jam.
- Mengatur posisi klien dengan posisi semi fowler setiap kali
klien merasa sesak nafas.
- Mengajarkan teknik nafas dalam dan batuk efektif pada
pertemuan pertama.
- Menganjurkan pasien untuk gunakan teknik batuk efektif setiap
ingin batuk.
- Menganjurkan klien untuk meningkatkan asupan cairan
sedikitnya 2.500 ml/ hari
- Berkolaborasi dengan dokter untuk memberi obat sesuai
instruksi:
 O2 3 lpm
 Cobiven nebu/8jam.
 Cefotaxim 125mg/12jam.
 Sabutamol 2mg tab 2x1.
 Metil prednisolon 12,5mg 1 A/8jam.
 Terapi obat kategori 1.

2. Dx-2 - Membantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yag dapat


dilakukan.
- Memonitor derajat mobilitas dengan menggunakan skala
ketergantungan.
- Membantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan berdasarkan
tingkat ketergantungannya.
- Menganjurkan klien untuk beraktivitas secara bertahap.
- Memberi reinforcement positif terhadap tingkat keberhasilan
klien.
3. Dx-3 - Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
- Memberikan makanan yang terpilih.
- Memonitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.
- Memberikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.
- Memonitor adanya penurunan berat badan.
- Memonitor tipe dan jumlah aktivitas yang dilakukan.
- Memonitor mual dan muntah.
- Memonitor kadar albumin, total protein, Hb dan kadar Ht.
- Memonitor kalori dan intake nutrisi.
4. Dx-4 - Menyediakan informasi pada pasien tentag kondisi, dengan cara
yang tepat.
- Mendiskusikan pilihan terapi atau penanganan.
- Mendukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan.
- Menggambarkan tanda dan gejala yang muncul serta proses
penyakit dengan tepat.

6. Prinsip Legal Etis


Tidak ada prinsip legal etis pada kasus tersebut.

7. Analisa Jurnal

No Komponen Penilaian Hasil Telaah


1. Judul Jurnal Mie Sehat Meniran Sebagai Upaya
Mempercepat Pengobatan Penyakit
Tuberkulosisi
2. Latar Belakang Penelitian Meniran dengan nama botani
(Phyllanthus niruri L) merupakan
tanaman obat yang banyak ditemukan
sebagai tanaman liar dipekarangan,
halam rumah, sawah, lading, hutan
maupun pinggir jalan. Pemanfaatan
meniran untuk pengobatan begitu luas,
terutama untuk penyakit infeksi yang
kronis dan infeksi viral. Ekstra tanaamn
ini banyak digunakan sebagai
pengobatan sebagai penyakit secara
turun temurun di Indonesia.
3. Tujuan Penelitian Untuk mengkreasikan tanaman meniran
yang bukan hanya dapat dijadikan obat
dalam bentuk seduhan ataupun kapsul,
tetapai juga dapat diolah dalam bentuk
makanan berupa mie sehat.
4. Hasil Penelitian Penelitian sepanjang tahun 2000 yang
dilakukan oleh dr. Zulkifi Amin, fakar
imunologi dari Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, menunjukan
bahwa meniran sangat efektif untuk
mengurangi jumlah bakteri tahan asam
(BTA, salah satu indicator TBC).
5. Pembahasan Hasil Penelitian Dilakukan uji klinis meniran terhadap
para penderita tuberkulosis. Uji klinis
melibatkan 60 penderita usia 15-55
tahun. Pasien dibagi menjadi 2
kelompok, masing-masing terdiri dari
30 anggota. Kedua kelompok tetap
diberikan obat-obatan anti TBC.
Bedanya 1 kelompok diberi juga
tambahan kapsul ekstra meniran 50 mg.
Freuensi 3 kali sehari masing-masing 1
kapsul. Selama 2 bulan keadaan mereka
terus dipantau. Pada minggu pertama,
efek meniran terlihat sangat nyata.
Jumlah bakteri tahan asam (BTA, salah
satu indicator TBC) pada pasien yang
mengonsumsi meniran berkurang nyata
pada minggu pertama. Perbedaan
jumlah BTA antara pasien yang
mengonsumsi meniran dengan yang
tidak sangat signifikan. Meniran
membantu meningkatkan kadar
imunitas penderita TB dengan cara
meningkatkan CD4 limposit T dan
rasio CD4/CD8 limfosit T.
6. Simpulan Penelitian Herbal meniran, tanaman obat yang
tumbuh secara liar diberbagai tempat
dan bersifat menahun ini banyak
manfaat dalam penyembuhan penyakit,
salah satunya adalah dapat mengurangi
jumlah BTA pasien penyakit
Tuberkulosis. Selama ini herbal
meniran dapat hanya diolah dalam
bentuk minuman seduhan dan kapsul,
sehingga gagasan ini memberikan
inovasi baru dalam olahan meniran
yaitu dengan mengolah meniran
sebagai makanan mie sehat yang
diharapkan dapar lebih disukai dalam
masyarakat.
7. Saran Penelitian Keampuhan meniran sebagai obat TBC
juga tidak luput dari pengaruh perilaku
hidup sehat dan kewaspadaan dari
pengguna/penderita. Maka dari itu pola
hidup sehat di dalam keluarga maupun
masyarakat dengan mengonsumsi
makanan yang bergizi dan makann
yang dapat meningkatkan daya tahan
tubuh
8. Aplikasi Jurnal dalam Mie Sehat Meniran dapat diaplikasikan
Pelayanan Kesehatan dalam pelayanan kesehatan di rumah
sakit- rumah sakit termasuk di Rumah
Sakit Kuningan. Karena mie
merupakan salah satu makanan yang
disukai oleh masyarakat Kuningan.
Dan Mie sehat ini juga dapat diolah
dengan berbagai resep masakan.
3.3 Asuhan Keperawatan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. R


DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN: TB PARU
DI RUANG PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ’45 KUNINGAN

I. PENGKAJIAN

A. Biodata
1. Identitas Klien
Nama klien : Tn. R
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 37 tahun
Agama : Tidak ada data
Pekerjaan : Tidak ada data
Pendidikan : Tidak ada data
Suku/bangsa : Tidak ada data
Golongan darah : Tidak ada data
Alamat : Tidak ada data
Tanggal masuk RS : Tidak ada data
Tanggal pengkajian : Tidak ada data
Diagnosa medis : TB Paru
No. Medrek : Tidak ada data

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tidak ada data
Jenis kelamin : Tidak ada data
Umur : Tidak ada data
Agama : Tidak ada data
Pekerjaan : Tidak ada data
Alamat : Tidak ada data
Hubungan dengan klien : Tidak ada data

B. Keluhan Utama

Sesak nafas dan batuk darah.

C. Riwayat Keluhan Saat Ini

Klien Tn. R berusia 37 tahun dirawat diruang Penyakit Dalam


RSUD ’45 Kuningan dengan keluhan sesak nafas dan batuk darah yang
dirasakan sejak kemarin malam. Klien mengeluh sesak napas, terutama jika
banyak melakukan aktivitas. Sejak dua hari ini sesak nafas dirasakan
semakin memberat. Sesak nafas ini sedikit berkurang jika klien sudah
beristirahat.Klien juga mengeluh kepalanya terasa pusing dan badannya
terasa lemas sehingga klien tidak dapat melakukan pekerjaannya lagi.Saat
ini, klie merasa betuknya susah keluar dan sangat mengganggu terutama
pada malam hari.

D. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Klien mengeluh batuk sejak tiga bulan yang lalu dan tidak pernah
hilang sampai saat ini. Klien sudah sering berobat ke puskesmas namun
batuknya tidak pernah hilang.Klien juga mengeluhkan sesak napas sejak
empat bulan yang lalu.Klien mengeluh nafsu makan berkurang sejak satu
bulan terakhir, sehingga badannya semakin kurus.

E. Riwayat Pengobatan
Klien sudah sering berobat ke puskesmas namun batuknya tidak
pernah hilang, sehingga klien berobat ke rumah sakit.

F. Riwayat Psikososial

Dalam kasus tersebut tidak terdapat riwayat psikososial.


G. Dukungan Keluarga

Tidak ada data.


H. Pola Aktivitas

Tidak ada data.


I. Pemeriksaan Fisik

Hasil pengkajian BAK normal dengan freuensi 3-4x/hari, warna


kuning jernih, nyeri saat BAK (-), darah (-). Sejak seminggu yag lalu klien
mengalami BAB encer namun tidak disertai lendir maupun darah. Frekuensi
BAB 1-2x/hari dengan konsistensi encer warnanya kekuningan.
Berdasarkan hasil pengkajian: tingkat kesadaran GCS: CM/E4/5M6.
Pemeriksaan TTV didapatkan: Tekanan darah: 130/80mmHg. Nagi:
95x/menit, RR: 28x/menit, suhu: 36.1oC. BB: 65kg, TB:165cm.
Hasil pemeriksaan fisik sistem respirasi: bentuk dada: simetris barel
chest (-), pergerakan dinding dada simetris, penggunaan otot bantu
pernafasan Stemocleidomastoideus (+), pemeriksaan Vocal Premitus raba:
Lobus superior:D/S sama, lobus medius dan lingua: D/S sama, lobus
inferior: D/S sama, nyeri tekan (-), edema (-), krepitasi(-).
Hasil pemeriksaan auskultasi: suara nafas vesikuler (+/+), suara
tambahan ronkhi basah (-/+), suara tambahan whezeeng (-/-), suara gesek
dada (-/-).
J. Pemeriksaan Penunjang
- Hasil Pemeriksaan Darah Lengkap dan Kimia Klinik

Parameter Hasil
HGB 9,1
HCT 28,2
Terapi yang digunakan:
RBC 3,68
WBC 23,14 8. O2 3 lpm
PLT 329 9. IVFD RL 20 tetes/menit
MCV 76,6 10. Cobiven nebu/8jam
MCH 24,7 11. Cefotaxim 125mg/12jam
MCHC 32,3 12. Sabutamol 2mg tab 2x1
GDS 124 13. Metil prednisolon 12,5mg 1 A/8jam

Kreatinin 0,5 14. Terapi obat kategori 1

Ureum 28
SGOT 32
SGPT 48

- Pemeriksaan anti HbsAg : (-)


- Pemeriksaan sputum : BTA 3+
- Pemeriksaan Radiologi :-
- Foto thorak posisi AP :-

II.DIAGNOSA KEPERAWATAN

A. Analisa Data

1. DATA
Data Subjektif:
- Klien mengeluh batuk sejak tiga bulan yang lalu dan tidak pernah
hilang sampai saat ini.
- Klien mengeluh sesak nafas dan batuk darah yang dirasakan sejak
kemarin malam.
Data Objektif:
- TTV didapatkan: Tekanan darah= 130/80mmHg. Nagi: 95x/menit,
RR: 28x/menit Suhu: 36,1oC
- Hasil pemeriksaan fisik sistem respirasi: bentuk dada: simetris barel
chest (-), pergerakan dinding dada simetris, penggunaan otot bantu
pernafasan Stemocleidomastoideus (+), pemeriksaan Vocal
Premitus raba: Lobus superior:D/S sama, lobus medius dan lingua:
D/S sama, lobus inferior: D/S sama, nyeri tekan (-), edema (-),
krepitasi(-).
- Hasil pemeriksaan auskultasi: suara nafas vesikuler (+/+), suara
tambahan ronkhi basah (-/+), suara tambahan whezeeng (-/-), suara
gesek dada (-/-).
PENYEBAB
Microbacterium tuberkulosa

Droplet infection

Masuk lewat jalan nafas

Menempel pada paru

Menetap dijaringan paru

Terjadi proses peradangan

Tumbuh dan berkembang di sitoplasma makrofag

Sarang primer/afek primer (fokus ghon)

Komplek primer

Menyebar ke organ lain (paru lain,saluran pencernaan,tulang) melalui
media (bronchogen percontinuitum,hematogen,limfogen)

Pertahanan primer tidak adekuat

Pembentukan tuberkel

Kerusakan membran alveolar

Pembentukan sputum berlebihan

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
MASALAH
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
2. DATA
Data Subjektif:
- Klien mengeluh kepala pusing dan badannya terasa lemas.
- Klien mengeluh sesaknya mengganggu aktivitas.
Data Objektif:
- IVFD RL 20 tetes/menit
PENYEBAB
Kelemahan tubuh

Terpasang infuse

Aktivitas terbatas

Intoleransi aktivitas

MASALAH
Intoleransi aktivitas.
3. DATA
Data Subjektif:
- Klien mengeluh mengalami penurunan nafsu makan.
- Klien mengeluh mengalami penurunan berat badan.
Data Objektif:
- Hasil pengkajian BAK normal dengan frekuensi 3-4x/hari, warna
kuning jernih, nyeri saat BAK (-), darah (-). Sejak seminggu yag
lalu klien mengalami BAB encer namun tidak disertai lendir
maupun darah. Frekuensi BAB 1-2x/hari dengan konsistensi encer
warnanya kekuningan.
PENYEBAB
Microbacterium tuberkulosa

Droplet infection

Masuk lewat jalan nafas

Menempel pada paru

Menetap dijaringan paru

Terjadi proses peradangan

Tumbuh dan berkembang di sitoplasma makrofag

Sarang primer/afek primer (fokus ghon)

Komplek primer

Menyebar ke organ lain (paru lain,saluran pencernaan,tulang) melalui
media (bronchogen percontinuitum,hematogen,limfogen)

Radang tahunan di bronkus

Berkembang menghancurkan jaringan ikat sekitar

Bagian tengah nekrosis

Membentuk jaringan keju

Sekret keluar saat batuk

Batuk produktif (batuk terus-menerus)

Batuk berat

Distensi abdomen

Mual, muntah

Intake nutrisi kurang

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
MASALAH
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. DATA
Data Subjektif :
- Klien mengatakan tidak tahu banyak tentang penyakitnya dan cara
perawatannya.
- Klien mengatakan ventilasi rumahnya jarang sekali dibuka, lantai
terbuat dari plester dan pencahayaan didalam ruangan kurang.
Data Objektif:
-
PENYEBAB
Pasien tidak tahu banya tentang penyakitnya dan cara perawatannya

Defisiensi pengetahuan
MASALAH
Defisiensi pengetahuan.
5. DATA
Data Subjektif:
- Klien mengeluh sesak nafas.
PENYEBAB
Microbacterium tuberkulosa

Droplet infection

Masuk lewat jalan nafas

Menempel pada paru

Menetap dijaringan paru

Terjadi proses peradangan

Tumbuh dan berkembang di sitoplasma makrofag

Sarang primer/afek primer (fokus ghon)

Komplek primer

Menyebar ke organ lain (paru lain,saluran pencernaan,tulang) melalui
media (bronchogen percontinuitum,hematogen,limfogen)

Pertahanan primer tidak adekuat

Pembentukan tuberkel

Kerusakan membran alveolar

Menurunnya permukaan efek paru

Alveolus

Alveolus mengalami konsolidasi & eksudasi



Gangguan pertukaran gas
MASALAH
Gangguan pertukaran gas.

B. Diagnosa Keperawatan Prioritas


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan produksi
sputum berlebih ditandai dengan adanya dipsneu, batuk berlendir
darah(+), peningkatan frekuensi nafas, nadi: 95x/menit, RR:
28x/menit.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi perfusi
ditandai dengan takikardi dan dipsneu.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan tubuh dan proses
pengobatan ditandai dengan sesak nafas, klien mengeluh kepala pusing
dan badannya terasa lemas.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan produksi sputum yang kental dan anoreksia ditandai dengan
klien mengeluh mengalami penurunan nafsu makan dan klien
mengeluh mengalami penurunan berat badan.
5. Defisiensi pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan
kurangnya informasi ditandai dengan klien mengatakan tidak tahu
banyak tentang penyakitnya dan cara perawatannya, ventilasi dirumah
klien jarang dibuka dan kurangnya pencahayaan pada ruangan.

III. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1. Ketidakefektifan Bersihan jalan nafas - Kaji fungsi pernafasan seperti
bersihan jalan kembali efektif setelah bunyi, kecepatan dan irama
nafas diberikan tindakan selama 3 x 24 jam.
berhubungan keperawatan selama 3 - Observasi tanda-tanda vital
dengan produksi hari dengan kriteria hasil: setiap 3 x 24 jam.
sputum berlebih - Batuk berlendir , - Atur posisi klien dengan
ditandai dengan berkurang atau posisi semi fowler setiap kali
adanya dipsneu, hilang klien merasa sesak nafas.
batuk berlendir - Sekret encer. - Ajarkan teknik nafas dalam
darah(+), - Tanda-tanda vital dan batuk efektif pada
peningkatan dalam putus pertemuan pertama.
frekuensi nafas, normal. - Anjurkan pasien untuk
nadi: 95x/menit, - Ronchi -/- gunakan teknik batuk efektif
RR: 28x/menit. setiap ingin batuk.
- Anjurkan klien untuk
meningkatkan asupan cairan
sedikitnya 2.500 ml/ hari
- Kolaborasi beri obat sesuai
instruksi dokter:
 O2 3 lpm
 Cobiven nebu/8jam.
 Cefotaxim
125mg/12jam.
 Sabutamol 2mg tab
2x1.
 Metil prednisolon
12,5mg 1 A/8jam.
 Terapi obat kategori
1.
RASIONALISASI
- Penurunan fungsi nafas dapat
menunjukkan
ketidakmampuan untuk
membersihkan jalan nafas.
- Penyimpangan normal TTV
menunjukkan perubahan
status pasien.
- Posisi membantu ekspansi
paru dan menurunkan upaya
pernafasan.
- Memaksimalkan ventilasi dan
meningkatkan gerakan sekret
ke dalam jalan nafas besar
sebagai mudah dikeluarkan
- Melatih pasien untuk dapat
belajar mengatasi batuk yang
dialaminya.
- Pemasukan cairan yang
banyak membantu
mengencerkan sekret.
- Beri obat dengan teratur
mempercepat proses
penyembuhan.
2. Gangguan  Respiratory Status  Airway Management
pertukaran gas : Gas exchange - Kelarkan sekret dengan batuk
berhubungan atau suction.
 Vital Sign Status
dengan ventilasi - Auskultasi suara mafas.
Dengan Kriteria Hasil :
perfusi ditandai - Monitor pola nafas.
- Memelihara
dengan takikardi
kebersihan paru-paru
dan dipsneu.
dan bebas dari tanda-
tanda distress
pernafasan.
- Mendemonstrasikan
batuk efektif dan
suara nafas yang
bersih.
- Tidak ada dyspneu
(mampu
mengeluarkan
sputum, mampu
bernafas dengan
mudah, tidak ada
pursed lips).
- Tanda-tanda vital
dalam rentang
normal.
3. Intoleransi  Activity Tolerance  Activity Therapy
aktivitas  Self Care: ADLs - Bantu klien untuk
berhubungan Dengan kriteria hasil: mengidentifikasi aktivitas yag
dengan - Status respirasi: dapat dilakukan.
kelemahan pertukaran gas dan - Monitor derajat mobilitas dengan
tubuh dan proses ventilasi adekuat. menggunakan skala
pengobatan - Melakukan aktivitas ketergantungan.
ditandai dengan tanpa disertai - Bantu pasien dalam pemenuhan
sesak nafas, peningkatan tekanan kebutuhan berdasarkan tingkat
klien mengeluh darah, nadi dan RR. ketergantungannya.
kepala pusing - Anjurkan klien untuk beraktivitas
dan badannya secara bertahap.
terasa lemas. - Beri reinforcement positif
terhadap tingkat keberhasilan
klien
RASIONALISASI
- Untuk dapat mengetahui aktivitas
yang dapat dilakukan oleh klien.
- Untuk mengetahui tingkat
ketergantungan.
- Memenuhi kebutuhan sehari-hari
klien.
- Melatih klien untuk tidak
tergantung dan secara bertahap
bisa mandiri.
- Pujian membangkitkan semangat
pasien untuk bisa mengetahui
kebutuhan aktivitasnya.
4. Ketidakseimban  Nutrition status:  Nutrition management:
gan nutrisi nutrient intake. - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
kurang dari  Nutrition status: food menentukan jumlah kalori dan
kebutuhan tubuh and fluid intake. nutrisi yang dibutuhkan pasien.
berhubungan  Weight control. - Berikan makanan yang terpilih.
dengan produksi Dengan kriteria hasil: - Monitor jumlah nutrisi dan
sputum yang - Adanya peningkatan kandungan kalori.
kental dan berat badan sesui - Berikan informasi tentang
anoreksia dengan tujuan. kebutuhan nutrisi.
ditandai dengan - Mampu  Nutrition monitoring:
klien mengeluh mengidentifikasi - Monitor adanya penurunan berat
mengalami kebutuhan nutrisi. badan.
penurunan nafsu - Tidak ada tanda-tanda - Monitor tipe dan jumlah aktivitas
makan dan klien malnutrisi. yang dilakukan.
mengeluh - Monitor mual dan muntah.
mengalami - Monitor kadar albumin, total
penurunan berat protein, Hb dan kadar Ht.
badan. - Monitor kalori dan intake nutrisi.
5. Defisiensi  Kowledge: disease  Teaching: disease process:
pengetahuan process. - Sediakan informasi pada pasien
tentang  Knowledge: health tentag kondisi, dengan cara yang
penyakitnya behavior. tepat.
berhubungan Dengan kriteria hasil: - Diskusikan pilihan terapi atau
dengan - Pasien dan keluarga penanganan.
kurangnya menyatakan - Dukung pasien untuk
informasi pemahamantentang mengeksplorasi atau
ditandai dengan penyakit, kondisi, mendapatkan second opinion
klien prognosis dan dengan cara yang tepat atau
mengatakan program pengobatan. diindikasikan.
tidak tahu - Pasien dan keluarga - Gambarkan tanda dan gejala yang
banyak tentang mampu melaksanakan muncul serta proses penyakit
penyakitnya dan prosedur yang dengan tepat.
cara dijelaskan secara
perawatannya, benar.
ventilasi - Pasien dan keluarga
dirumah klien mampu menjelaskan
jarang dibuka kembali apa yang
dan kurangnya dijelaskan perawat/
pencahayaan tim kesehatan.
pada ruangan.
IV. IMPLEMENTASI

No Dx Implementasi Waktu TTD


1 Dx-1 - Mengkaji fungsi pernafasan seperti bunyi,
kecepatan dan irama selama 3 x 24 jam.
- Mengobservasi tanda-tanda vital setiap 3 x 24
jam.
- Mengatur posisi klien dengan posisi semi fowler
setiap kali klien merasa sesak nafas.
- Mengajarkan teknik nafas dalam dan batuk efektif
pada pertemuan pertama.
- Menganjurkan pasien untuk gunakan teknik batuk
efektif setiap ingin batuk.
- Menganjurkan klien untuk meningkatkan asupan
cairan sedikitnya 2.500 ml/ hari
- Berkolaborasi dengan dokter untuk memberi obat
sesuai instruksi:
 O2 3 lpm
 Cobiven nebu/8jam.
 Cefotaxim 125mg/12jam.
 Sabutamol 2mg tab 2x1.
 Metil prednisolon 12,5mg 1 A/8jam.
 Terapi obat kategori 1.

2. Dx-2 - Mengeluarkan sekret dengan batuk atau suction.


- Mengauskultasi suara mafas.
- Memonitor pola nafas.
3. Dx-3 - Membantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
yag dapat dilakukan.
- Memonitor derajat mobilitas dengan menggunakan
skala ketergantungan.
- Membantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan
berdasarkan tingkat ketergantungannya.
- Menganjurkan klien untuk beraktivitas secara
bertahap.
- Memberi reinforcement positif terhadap tingkat
keberhasilan klien.
4. Dx-4 - Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
- Memberikan makanan yang terpilih.
- Memonitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.
- Memberikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.
- Memonitor adanya penurunan berat badan.
- Memonitor tipe dan jumlah aktivitas yang
dilakukan.
- Memonitor mual dan muntah.
- Memonitor kadar albumin, total protein, Hb dan
kadar Ht.
- Memonitor kalori dan intake nutrisi.
5. Dx-5 - Menyediakan informasi pada pasien tentag kondisi,
dengan cara yang tepat.
- Mendiskusikan pilihan terapi atau penanganan.
- Mendukung pasien untuk mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan.
- Menggambarkan tanda dan gejala yang muncul
serta proses penyakit dengan tepat.
V. EVALUASI

1) Jalan nafas pada pasien efektif


2) Pola nafas pada pasien efektif
3) Kebutuhan nutrisi pasien sudah terpenuhi
4) Pasien dapat melakukan aktivitasnya dengan baik
5) Pasien dan keluarga menyatakan telah memahami tentang penyakit,
kondisi, prognosis dan program pengobatan.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun pada paru yang


disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis, yaitu bakteri tahan asam yang
ditularkan melalui udara yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada
jaringan yang terinfeksi. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah
pemajanan. Individu kemudian dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan
atau ketidakefektifan respon imun.

4.2 Saran

Saran dari kesimpulan di atas yaitu bahwa penyakit TBC adalah penyakit
menular salah satu yang dapat dilakukan untuk mencegahnya dengan cara:

1) Mengobati pasien TB hingga sembuh


2) Menutup mulut sat batuk dan bersin
3) Imunisasi BCG pada bayi
4) Membuang dahak di tempat yang benar
5) Menjaga ventilasi udara
DAFTAR PUSTAKA

Adrian Taufik. 2009. Tuberkulosis Paru.EGC: Jakarta

Arif Mansjoer, dkk. 1999. Kapita Selekta Jilid I. Jakarta: EGC

Arjatmo Tjokronegoro, Prof, dr. 2001. Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit
FKUI. .

Barbara, C.L., 1996, Perawatan Medikal Bedah (suatu pendekatan proses


keperawatan) Bandung.

Doengoes, M.., 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. edisi 3. Jakarta: Buku


Kedokteran EGC.

Marilynn Doenges. 2001 Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

Вам также может понравиться