Вы находитесь на странице: 1из 4

2.

Karakteristik perusahaan asuransi menurut Mehr (1999) sebagai lembaga keuangan antara lain:

Perusahaan asuransi melakukan kegiatan utama menerima resiko dari masyarakat dan untuk
ini masyarakat diharuskan membayar sejumlah uang yang disebut premi
Premi yang diterima diinvestasikan dalam jenis-jenis investasi yang aman, liquid , dan
menguntungkan sehingga perusahaan asuransi mampu memenuhi kewajiban-kewajibannya
dan memberikan keuntungan yang maksimal.
Pada dasarnya perusahaan asuransi tidak dibenarkan menarik kredit atau meminjamkan dana
untuk membiayai kegiatannya.
Karena jumlah pemegang polis asuransi relatif besar maka masyarakat tertanggung tersebut
perlu dilindungi dari kemungki nan kerugian keuangan. Perlindungan ini dilakukan oleh
pemerintah melalui departemen keuangan dalam bentuk pembinaan dan pengawasan.
Pengawasan dan pembinaan yang antara lain dilakukan adalah:
Menetapkan ketentuan mengenai persyaratan permodalan, penempatan deposito atas nama
Menteri Keuangan untuk kepentingan perusahaan asuransi, kewajiban mengirim laporan dan
mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi pada surat kaba r agar diketahui oleh
masyarakat.
Menjaga agar kebijaksanaan investasi perusahaan asuransi jiwa maupun kerugian diarahkan
pada jenis-jenis investasi yang aman dan menguntungkan
Mewajibkan perusahaan asuransi membentuk cadangan teknis, yang terdiri dari cadangan
premi dan cadangan klaim, dalam usaha menjaga kemungkinan timbulnya kewajiban yang
sifatnya tidak tentu
Mewajibkan perusahaan asuransi me lakukan tindakan-tindakan yang perlu dilakukan untuk
menanggulangi keadaan tidak solven , misalnya mewajibkan pemegang saham menambah
jumlah modal sampai pada keadaan di mana perusahaan mencapai tingkat solvabilitas yang
ditentukan.

2.4

PPh Pasal 4 ayat 1


Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak
yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk:
Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh
termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau
imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini;
Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;
Laba usaha;
Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:
Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya
sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;
Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota yang
diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;
Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan,
pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa pun;
Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali yang
diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan badan
keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi
yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan; dan
Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan, tanda
turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan pertambangan;
Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran
tambahan pengembalian pajak;
Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;
Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi
kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
Royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah;
Keuntungan selisih kurs mata uang asing;
Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
Premi asuransi;
Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak
yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak;
Penghasilan dari usaha berbasis syariah;
Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai
ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan
Surplus Bank Indonesia.

2.7 kewajiban perpajakan usaha asuransi


Sesuai UU 42 tahun 2009 (UU PPN) jasa asuransi termasuk dalam jasa tidak kena pajak (non
JKP). Yang dimaksud
dengan jasa asuransi yang non JKP adalah jasa pertanggungan yang meliputi asuransi kerugian,
asuransi jiwa, dan
reasuransi, yang dilakukan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis asuransi, tidak
termasuk jasa
penunjang asuransi seperti agen asuransi, penilai kerugian asuransi dan konsultan asuransi.
Dengan demikian perusahaan asuransi tidak wajib dikukuhkan sebgai PKP. Sementara jasa
penunjang asuransi
wajib dikukuhkan sebagai PKP kecuali yang memenuhi kriteria perusahaan kecil.
Wajib Pungut PPh Pasal 21
Untuk karyawan biasa, penghitungan PPh pasal 21 mengikuti aturan perpajakan yang berlaku
umum (sesuai PER –
57/PJ/2009 jo PER – 31/PJ/2009)
Petugas Dinas Luar Asuransi
Petugas Dinas Luar Asuransi adalah, yang bukan merupakan pegawai/karyawan perusahaan
asuransi, ini
menggunakan norma penghitungan penghasilan (SE -100/PJ/2009) dengan ketentuan sebagai
berikut:
Petugas dinas luar asuransi boleh menghitung penghasilan neto dengan menggunakan norma
penghitungan
penghasilan neto, dengan syarat :
1. Peredaran brutonya dalam satu tahun kurang dari Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan
ratus juta
rupiah)
2. Memberitahukan kepada Direktur Jendral Pajak dalam jangka waktu tiga bulan pertama dari
tahun pajak yang
bersangkutan.
Persentase Norma Penghitungan Penghasilan neto bagi petugas dinas luar asuransi diatur
dalam KEP-536/PJ?2000)
dimana petugas dinas luar asuransi diklasifikasikan dalam jenis usaha “pekerjaan bebas bidang
profesi”.
Prosentasenya adalah sebagai berikut:
1. 50%untuk 10 ibukota propinsi yaitu Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang,
Surabaya, Denpasar,
Manado, Makasar, dan Pontianak
2. 47,5% untuk ibukota propinsi lainnya
3. 45% untuk daerah lainnya.
Penghasilan netto tersebut kemudian dikurangkan dengan PTKP. Selanjutnya dihgitung
dengan tariff pasal 17,
dengan memperhitungkan kumulatif penghasilan selama setahun.

Вам также может понравиться