Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1
bagi serangga hama gudang. Di Indonesia, kehilangan hasil akibat serangan
hama gudang diperkirakan mencapai 26 – 29 % (Semple, 1985).
1.3 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Utari (2009) yang mengutip pedoman teknis proses penediaan makanan dalam
sistem penyelenggaraan makanan institusi (Depkes RI, 2003), prasyarat penyimpanan
bahan makanan adalah:
3. Tersedianya kartu stok atau buku catatan keluar masuknya bahan makanan
3
3. Penyimpanan dingin sekali (freezing) pada suhu 0ºC-4ºC seperti bahan
makanan yang mudah rusak untuk jangka waktu 24 jam
4. Penyimpanan beku (frozen) pada suhu <0ºC seperti bahan protein yang
mudah rusak untuk jangka waktu <24 jam.
Penyimpanan bahan makanan dilakukan agar memiliki shelf life yang cukup lama
dengan mencegah pembusukan makanan tersebut. Pembusukan makanan dipengaruhi
berbagai faktor yaitu suhu, kelembaban dan kekeringan, udara dan oksigen, cahaya,
dan waktu. Sedangkan, pembusukan makanan disebabkan mikroorganisme (bakteri,)
jamur, yeast, alga, protozoa, dan lainnya, enzim yang dikandung makanan, insektisida
dan hewan pengerat. Berdasarkan ketahanannya, makanan dikategorikan menjadi tiga
yaitu makanan tahan lama, makanan semi tahan lama, dan makanan tidak tahan lama.
Umumnya, masyarakat menyimpan kebutuhan sehari-hari didalam lemari, kulkas,
freezer, lumbung, dan lainnya. Namun, apa yang mereka simpan tidaklah bertahan
lama dan kondisi makanan pun rusak, dan terkadang menimbulkan bau yang tidak
sedap. Berbagai metode penyimpanan makanan telah dikembangkan dengan harapan
shelf life makanan menjadi sangat panjang dan kualitas makanan tetap terjaga
sehingga ketersediaannya berada di sepanjang waktu.
4
Makanan Tidak Tahan Lama
Makanan tidak tahan lama adalah makanan yang mudah membusuk dan
membutuhkan metode khusus untuk mencegah pembusukannya, misalnya daging,
ikan, daging unggas, telur, yogurt, susu dan produk susu, dan sayur-sayuran.
Berbagai makanan tersebut disimpan dengan suhu rendah untuk memperlambat
pembusukan makanan atau proses enzimatik yang disebabkan oleh mikroorganisme.
Biasanya penyimpanan tersebut dilakukan didalam kulkas dengan pengaturan suhu
5˚C atau lebih rendah, dan suhu makanan di dalam freezer sebesar -16˚C. Peletakan
makanan di dalam kulkas pun harus diperhatikan, bahan makanan mentah diletakan
di bagian paling bawah, sedangkan makanan yang telah dimasak berada di bagian
paling atas. Jangan memasukkan kembali makanan yang telah dikeluarkan dari
freezer dan sebaiknya memberikan label nama makanan dan tanggal mulai
penyimpanan. Shelf life masing-masing makanan berbeda-beda tergantung pada
metode penyimpanannya.
Mikrostruktur ikan salmon filet yang dikemas secara vakum (superchilled) dan
disimpan didalam freezer pada suhu -1,7±0,3˚C selama 28 hari memiliki ukuran
kristal es dibagian tengah filet superchilled adalah 3 kali lebih besar dari kristal es di
permukaan dan lapisan tengah pusat lapisan lainnya yaitu 23±2,9 dan 92±0,3 µm
pada 0 dan 1hari. Hasil lebih lanjut menunjukka bahwa setelah pemerataan suhu 1
hari penyimpanan, pertumbuhan kristal es intraselular tidaklah signifikan diberbagai
waktu penyimpanan (Kaale et al., 2012). Proses superchilling adalah proses transien
yang tinggi dengan mengembangkan kemiringan curam suhu terhadap produk didekat
permukaan. Seperti yang diketahui, kemiringan suhu tersebut disebabkan
rekristalisasi es selama penyimpanan superchilled (Chevalier et&al., 2001; Payne et
al.,1994)
5
-Susu
- Sayuran
6
lembab menjadikan makanan tersebut tidak tahan lama kecuali dengan penanganan
khusus.
- Buah Jambu
Keqian Hong et al. (2012) melakukan pelapisan berupa kitosan pada jambu yang
telah dipanen dan disimpan pada 11°C untuk memperpanjang waktu simpannya. Ia
melaporkan bahwa metode tersebut meningkatkan kemampuan antioksidan yang
menunda kematangannya. Metode ini meningkatkan aktivitas peroksida, dismutasi
superoksida dan katalase, dan menghambat produksi radikal bebas superoksida. Jiang
et al. (2005) mengatakan kitosan adalah polisakarida kationik dengan berat molekul
yang tinggi, larut dalam asam organik, dan secara teoritik dapat digunakan sebagai
material pelapisan untuk mengawetkan buah-buahan. Penggunaan kitosan menunda
penurunan berat dan meningkatkan kandungan padatan yang terlarut (Thommohaway
et al., 2007). Penurunan berat buah-buahan segar dan sayuran tentunya menurunkan
jumlah kandungan air akibat proses transpirasi dan respirasi (Zhu et al., 2008)
- Tepung Jagung
7
Makanan Tahan Lama
Produk makanan tahan lama yaitu sereal, kacang-kacangan, gula, garam, asam
jawa, dan beberapa rempah-rempah yang sering dapat disimpan selama 1 tahun
(biasanya dilakukan oleh masyarakat di pedesaan) dan dibeli untuk stok bulanan.
Yang harus diwaspadai akan produk ini adalah pembersihan benda asing yang
melekat dan kering benar dibawah sinar matahari, ditaruh dalam wadah bersih, dan
disimpan di lemari (biasanya). Sebaiknya, ruang penyimpanannya jauh dari dapur
karena suhu didapur lebih tinggi dari produk makanan yang disimpan. Dengan suhu
lingkungan yang beragam dan tingkat kelembaban yang berlaku di India, tidak ada
klasifikasi mutlak makanan ke dalam kategori. Bahkan gula dan garam menyerap
kelembaban dan menjadi basah selama musim hujan kecuali konsumen berhati-hati.
Masalah penyimpanan bahkan lebih signifikan bagi masyarakat ditinjau dari fasilitas
transportasi, dan daya beli konsumen.
- Kacang Mende
M.G. Sajilata et al. (2005) meneliti pengaruh iradiasi dan penyimpanan terhadap
aktivitas antioksidan kacang mende. Ia melaporkan dosis iradiasi gamma pada 0,25-
1,00 kGy dapat mereduksi aktivitas antioksidan kacang mende dengan shelf life
selama 6 bulan. Ahn et& al. (1986) menyatakan efek yang tidak diinginkan dari
pengaruh
- Rempah-Rempah
William D. Keith et al. (1997) melakukan studi pereduksian mikroba pada rempah-
rempah dengan menggunakan aliran listrik yang teratur (pulsed electric). Tingkat
pereduksian mikroba dihubungkan dengan kekuatan, polaritas, dan bentuk pulse.
Pereduksian mikroba melalui metode pulsed electric dikembangkan untuk
pemrosesan alternatif makanan cair seperti yang telah dilakukan pada susu dan
makanan bermerek (Gupta dan Murray, 1989; Ho et al., 1995; Zhang et al., 1994 a,b).
iradiasi gamma membentuk oksida lipid dari reaksi lipid membran dengan lipid
lainnya yang ada didalam makanan dengan radikal oksidan yang dihasilkan gamma.
8
Menurut Rahmy (2011), Penyimpanan bahan makanan merupakan satu dari 6
prinsip higiene dan sanitasi makanan. Penyimpanan bahan makanan yang tidak baih
terutama dalam jumlahyang banyak (untuk katering dart jasa boga) dapat
menyebabkan kerusakan bahan makanan tersebut.
Adapun tata cara penyimpanan bahan makanan yang baik menurut higiene dan
sanitasi makanan adalah sebagai berikut:
1. Suhu penyimpanan yang baik Setiap bahan makanan mempunyai spesifikasi dalam
penyimpanan tergantung kepada besar dan banyaknya makanan dan tempat
penyimpanannya. Sebagian besar dapat dikelompokkan menjadi:
d. Tepung biji-bijian dan umbi kering pada suhu kamar (250C). 2. Tata
carapenyimpanan a. Penyimpanan suhu rendatr dapat berupa:
9
3) Lemari es (Freezer) yang dapat mencapai suhu -5OC, dapat digunakan untuk
penyimpanan daging unggas, ikan dengan waktu tidak lebih dari 3 hari.
4) Kamar beku yang merupakan ruangan khusus untuk menyimpan makanan
beku (frozenfood) dengan suhu mencapai -20OC untuk menyimpan daging dan
makanan beku dalam jangka waku lama.
b. Penyimpanan suhu kamar
untuk makanan kering dan makanan terolahan yang disimpan dalam suhu kamar,
maka rak penyimpanan harus .liarur sebagai berikut:
1. makanan diletakkan dalam rak-rak yang tidak menempel pada dinding, Iantai
dan langit-langit, maksudnya adalah untuk sirkulasi udara segar agar udara
segar dapat segera masuk keseluruh ruangan, mencegah kemungkinan
jamahan dan temlat persembunyian tikus, untuk memudahkan pembersihan
lantai dan untuk mempermudah dilakukan stok opnarme
2. Setiap makanan ditempatkan dalam kelompoknya dan tidak tercampur baur
3. Untuk bahan yang mudah tercecer seperti gula pasir dan tepul& ditempatkan
dalam wadah Penampunga sehingga tidak mengotori lantai
10
b. Untuk mempercepat pembekuan ,bungkus daging dengan potongan kecil-kecil
pada plastik yang kuat dan rapat,kemudian masukkan ke dalam freezer dan pasang
suhu serendah mungkin.
(1) hidrolisis pati dan selulosa menjadi fraksi yang lebih kecil, menyebabkan
fermentasi gula
(3) mencerna protein dan menghasilkan bau busuk dan amoniak. Beberapa mikrob
dapat membentuk lendir, gas, busa, warna, asam, toksin, dan lainnya. Mikrob yang
berperan dalam pembusukan bahan pangan di antaranya bakteri, misalnya
Streptococcus sp.; khamir, dan kapang.
Kerusakan bahan pangan dapat dideteksi dengan berbagai cara, yaitu: uji
organoleptik, fisik, kimia, dan mikrobiologis. Uji organoleptik dilakukan dengan
dengan melihat tanda-tanda kerusakan seperti perubahan tekstur dan kekenyalan,
kekentalan, warna, bau, pembentukan lendir, dan lain-lain. Uji fi sik untuk melihat
perubahan-perubahan fi sik yang dapat terjadi karena kerusakan oleh mikrob maupun
oleh reaksi kimia, misalya perubahan pH, keketalan, tekstur, indeks refraktif, dan
11
lain-lain. Uji kimia untuk menganalisa senyawa-senyawa kimia sebagai hasil
pemecahan komponen pangan oleh mikrob atau hasil reaksi kima. Uji mikrobiologis
yang dapat dilakukan dengan metode hitungan cawan, MPN, dan mikroskopis
(Siagian, 2002).
Perubahan yang terjadi selama penyimpanan bahan makanan secara fisik, kimia,
dan mikrobiologis.
1. Perubahan fisik
Perubahan yang terjadi yang bisa dilihat dari bentuk luarnya, yang dipengaruhi oleh
udara dll. Dan juga dapat disebabkan karena salah dalam proses penyimpannya.
2. Perubahan kimia
3. Perubahan mikrobiologis
Perubahan yang terjadi karena disebabkan oleh bakteri yang telah terkandung
didalamnya.
12
BAB III
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
14