Вы находитесь на странице: 1из 11

BAB 7

TRIAS POLITIKA DAN SUPRASTRUKTUR POLITIK

A. Pemisahan kekuasaan dan pembagian


1.pemisahan kekuasaan
Trias politika merupakan sebuah prinsip yang mengemukakan bahwa semua kekuasaan didalam
negara sebaiknya tidak diserahkan kepada orang atau badan yang sama, hal ini untuk mencegah terjadinya
pemyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa. Tujuannya adalah agar hak asasi warga negara
dapat lebih terjamin.
Menurut JOHN LOCKE (1632-1704) trias politika adalah suatu pemisah kekuasaan di negara
menjadi tiga bagian, yaitu legislative, eksekutif, dan federative.
Seiring berkembangnya zaman dan konsep negara kesejahteraan dimana pemerintah mempunyai
tanggung jawab atas keejahteraan rakyatnya, maka fungsi negara sudah melampaui tiga macam yang
sudah disebutkan.
Saat ini badan eksekutif tidak hanya bertindak sebagai pelaksana undang-undang, namun juga bergerak
secara aktif dalam bidang legislative, seperti mengusulkan rancangan undang-undang kepada DPR,
membuat peraturan pemerintah,dll. konsep pembagian kekuasaan merupakan konsep yang paling banyak
diterapkan oleh negara-negara pada saat ini,khusus nya bagi negara yang menunjang tinggibhak asasi
manusia dan menerapkan demokrasi.

B. LEMBAGA TINGGI NEGARA (Suprastruktur politik)


Setelah amandemen Undang-Undang Dasar 1945 telah terjadi perubahan yang sangat besar dalam
bidang ketatanegaraan di Indonesia, kalua dahulu kita mengenal Majelis Permusyawaratan (MPR) sebagai
lembaga tertinggi negara, maka saat ini kita tidak lagi mengenal MPR sebagai lembaga tertinggi.
Berdasarkan pada UUD 1945 hasil amandemen, ada beberapa lembaga tinggi negara yang
terdapat d iIndonesia, dimana masing-masing lembaga mempunyai tugas dan kewenangan berbeda.
Mencerminkan adanya pemisah kekuasaan.
Adapun lembaga-lembaga tinggi negara atau disebut uga sebagai organ konstitusi lapis pertama
dalam UUD 1945 yaitu :
1. Presiden dan Wakil Presiden
2. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
3. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
4. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
5. Mahkamah Konstitusi (MK)
6. Mahkamah Agung (MA)
7. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

a. Cabang Kekuasaan Eksekutif


1) Arti dan Fungsi Kekuasaan Eksekutif
Dalam konsep Trias politika badan eksekutif disebut juga sebagai pemerintah, adapun secara
etimologi kata pemerintah berasal dari kata perintah yaitu badan negara yang memerintah dan memiliki
kekuasaan, tapi dilakukan berdasarkan undang-undang dan tidak bertindak sewenang-wenang.
Menurut W.S Sayre (pemerintah yang sangat baik diartikan sebagai organisasi negara, yang
memperlihatkan dan menjalankan kekuasaannya).
Menurut Mac Iver (pemerintah adalah sebagai suatu organisasi dari orang-orang yang mempunyai
kekuasaan).
Dalam arti sempit pemerintah dapat diartikan sebagai lembaga eksekutif yang hanya terdiri dari kepala
pemerintahan, wakil dan para menteri cabinet , selain dari jabatan politis(presiden,wakil presiden, dan
para menteri).
Berdasarkan peraturan perundang-undangan maka presiden atau raja selaku kepala negara dan
pemerintahan juga diberikan hak untuk dapat mennggunakan alat-alat kelengkapan negara, seperti militer
dan polisi dalam rangka upaya perlindungan wilayah serta warga negara dari segala macam bentuk
ancaman.

2) Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan


Berdasarkan UUD 1945 Pasal 7 disebutkan bahwa presiden dan wakil presiden memegang
jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam satu kali masa jabatan.
Dalam hal pelaksanaan tugas presiden dan wakil presiden dibantu oleh para menteri yang bergabung
dalam sebuah cabinet, para menteri di cabinet bertanggung jawab atas presiden dalam menjalankan tugas-
tugasnya.

3). Pemerintahan Daerah


Pemerintahan diartikan sebagai cara, perihal, dan perbuatan dari lembaga yang memerintah dalam
mencapai tujuan negara. Berdasarkan UUD 1945 nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah adalah
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan daerah prinsip otonomi seluas-luasnya dalam system dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Penjelasan tersebut memberikan sebuah pemahaman bahwa berbicara pemerintahan daerah di era
reformasi tidak dapat dilepaskan dengan adanya penerapan asas otonomi yang mana didalamnya terdapat
asas desentralisasi, bergulirnya reformasi tidak hanya menuntut terciptanya perubahan ditingat nasional
tetapi juga ditingkat local, yaitu dimana dalam konteks kedaerahan pemerintahan daerah juga memiliki
kewajiban untuk menciptakan dan menentukan tujuan daerah yang berorientasi pada kepentingan
masyarakat setempat, seperti peningkatan kesejahteraan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran
masyarakat, peningkatan daya saing daerah, serta penerapan prinsip-prinsip demokrasi ditingkat local.
Urusan pemerintah yang menjadi urusan pemerintah pusat yaitu :
1. Politik luar negeri
2. Pertahanan
3. Yustisi
4. Agama
5. Keamanan
6. Moneter dan fiscal nasional

B. Cabang Kekuasaan Legislatif


1) Arti dan Fungsi Kekuasaan Legislatif
Sebagai wakil rakyat, tugas anggota legislatif adalah membuat Undang-Undang yang berorientasi
kepada kepentingan publik (rakyat) dan juga membantu mengawasi jalannya pemerintahan (eksekutif),
agar pemerintah tidah bertindak sewenang-wenang.

2) Sistem Perwakilan Antara Perwakilan Rakyat dan Daerah


Eksistensi DPD sebagai lembaga perwakilan daerah sebenarnya menggantikan keberadaan utusan
daerah yang sebelumnya juga telah ada dalam MPR, namun berada dalam sistem lama (pada masa
pemerintahan orde baru).keberadaan DPD yang menggantikan utusan daerah adalah untuk
mempertahankan representasi daerah tingkat pusat.

3. Cabang Kekuasaan Yudikatif


1) Arti dan Fungsi Kekuasaan Yudikatif
Lembaga yudikatif berdasarkan atas konsep trias politika adalah lembaga yang mengawasi
jalannya pelaksanaan peraturan peundang-undangan, dengan kata lain lembaga peradilan yang memiliki
kekuasaan kehakiman. Sedangkan fungsi yudikatif atau bidang kekuasaan kehakiman terdapat duan
lembaga tinggi negara, yaitu Mahkamah Konstitusi (MK) dan Mahkamah Agung (MA).
2) Judicial Review
Menurut Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie judicial Review adalah pengujian yang dilakukan melalui
mekanisme lembaga peradilan terhadap kebenaran suatu norma. Dalam kaitannya dengan kewenangan
lembaga yudikatif, maka judicial review telah menjadi kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dalam
judicial review, lembaga judicial dapat menguji produk hukum yang ditetapkan oleh cabang kekuasaan
eksekutif dan legislatif.
C. Badan Negara Independen
Meskipun terpisah dari tiga cabang utama kekuasaan negara, namun demikian keberadaan
lembaga-lembaga ini tetaplah penting bagi struktur ketatanegaraan dan sistem politik demokrasi yang
dianut oleh Indonesia.
Adapunbeberapa badan atau lembaga negara independen yang memiliki kedudukan sangat
penting yaitu Komisi Yudisial (KY), Komisi pemilihan Umum (KPU), Komnas Ham, Tentara Nasional
Indonesia (TNI), Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Bank Indonesia, dan beberapa lembaga lain.

1. Komisi Yudisial (KY)


Sebagian kalangan berpendapat bahwa Komisi Yudisial adalah bagian dari lembaga yudikatif,
karena lembaga ini berdasarkan pasal 24A dan 24B, UUD 1945 hasil amandemen, memiliki kewenangan
untuk mengusulkan calon hakim agung. Akan tetapi, Komisi Yudisial pada dasarnya bukan merupakan
lembaga yudikatif, sebab dalam pasal 24 ayat 2 UUD 1945 dan UU no.48 Tahun 2009 tentang perubahan
UU no. 14 tahun 1970 dengan jelas dinyatakan bahwa pelaku kekuasaan kehakiman adalah MA dan MK.
Kewenangan dari Komisi Yudisial :
1. Mengusulkan pengangkatan Hakim Agung dan Hakim ad hoc di mahkamah agung kepada DPR untuk
mendapatkan persetujuan
2. menjaga dan menegakkan kehormatan, keeluhuran martabat, serta perilaku Hakim
3. menetapkan kode etik dan pedoman perilaku Hakim (KEPPH) bersama-sama dengan mahkamah
Agung
4.menjaga dan menegakkan pelaksanaan kode etik dan pedoman perilaku hakim (KEPPH)

Tugas Komisi yudisial :


1. melakukan pendaftaran calon Hakim Agung
2. melakukan seleksi terhadap calon Hakim Agung
3. menetapkan calon Hakim Agunh
4. mengajukan calon Hakim Agung ke DPR

2. Komisi Pemilihan Umum (KPU)


Berdasarkan Undang-Undang No.22 tahun 2007 tentang penyelenggara pemilu merupakan
lembaga negara penyelenggara pemilihan umum (pemilu) yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. KPU
mempunyai tugas, wewenang dan kewajiban menyelenggarakan pemilihan umum anggota DPR, DPD,
dan DPRD, pemilihan umum Presiden dan wakil Presiden, serta pemilihan umum kepala daerah dan
wakil kepala daerah.
3. Komnas HAM
Sebuah negara demokrasi yang berlandaskan atas hukum selalu menjunjung tinggi penegakkan
dan perlindungan HAM. Dalam upaya melindungi HAM, negara dapat membentuk lembaga independen
yang mengawasi proses perlindungan HAM.
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia ( Komnas HAM) adalah sebuah lembaga mandiri di
Indonesia yang kedudukannya setinkat dengan lembaga negara lainnya dengan fungsi melaksanakan
kajian,perlindungan, penelitian, penyuluhan, pemantauan, investigasi, dan mediasi terhadap persoalan-
persoalan HAM.

4. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)


Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) adalah sebuah badan yang dibentuk pada 2003 untuk
mengatasi, menanggulangi dan memberantas korupsi. Komisi ini didirikan berdasarkan UU No.30 tahun
2002 mengenai Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Tugas KPK :
1. melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara
2.melakukan penyelidikan,penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak korupsi
3.melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi
4.koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi

Dalam melaksanakan tugas koordinasi, KPK berwenang :


1. meminta laporan instansi mengenai pencegahan tindak pidana korupsi
2. mengkoordinasikan penyelidikan, dan penuntutan tindak pidna korupsi
3. menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi
4. melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang melakukan
pemberantasan tindak pidana korupsi.
BAB 8
INFRASTRUKTUR POLITIK DAN PEMILIHAN UMUM

A. Partai Politik
Keberadaan partai politik adalah sesuatu yang tidak dapat diletakkan dalam sebuah tatanan
masyarakat modern dan berstruktur kompleks, karena partai politik dianggap memiliki kemampuan untuk
menyalurkan partisipasi politik masyarakat yang kompleks itu.

1. Sejarah Munculnya Partai Politik


Jika pada awalnya partai politik dibentuk secara terbatas, yaitu oleh kalangan politik didalam
parlemen, maka dalam perkembangan selanjutnya didunia barat muncul partai politik yang lahir dari luar
parlemen. Partai-partai ini umunya didirikan dengan prinsip atau dasar ideology yang kuat. Ideologi bagi
sebuah partai tidak hanya sebagai identitas pemersatu anggota-anggotanya, tetapi juga sebagai tujuan
perjuangan partai karena itu partai politik perlu memiliki ideologi. Namun dalam perkembangan terbaru,
muncul kecenderungan adanya pergeseran ideology, yaitu dari ekstrem kanan menuju ke tengah. Kondidi
ini terjadi karena adanya keinginan dari partai-partai itu untuk menjadi partai besar dan menuju menang
dalam pemiliham umum.

2. Definisi Partai Politik


Menurut Miriam Budiardjo (2009) dalam dasar-dasar ilmu politik, mengartikan “ partai politik
sebagai suatu kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-
cita, politik dan merebut kedudukan politik dengan cara konstitusional untuk melaksanakan programnya”.
Menurut Carl J.Friedrich mengartikan “partai politiik sebagai kelompok manusia yang
teroganisasikan secara stabil dengan tujuan untuk merebut atau mempertahankan kekuasaan dalam
pemerintahan bagi pemimpin partainya dan berdasarkan kekuasaan itu akan memberikan kegunaan
materiil dan idiin kepada para anggotanya”.
Menurut Sigmund Neumann mengartikan “ partai politik sebagai organisasi dari aktivis-sktivis
politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat melalui
persaingan dengan suatu golongan atau beberapa golongan lain yang mempunyai pandangan berbeda”.
Menurut Soltau mengartikan “partai politik sebagai kelompok warga negara yang sedikit banyak
terorganisasikan, yang bertindak sebagai satu kesatuan politik dan dengan memanfaatkan kekuasaannya
untuk memilih, bertujuan untuk menguasai pemerintahan dan menjalankan kebijakan umum yang mereka
buat”.
Menurut Giovanni Sartori mengartikan “partai politik sebagai suatu kelompok politik yang
mengikuti pemilihan umum dan melalui pemilihan umum itu, mampu menempatkan calon-calonnya
untuk menduduki jabatan publik”.
3. Fungsi Partai Politik
Berikut fungsi-fungsinya:
a. Untuk Sosialisasi Politik
Sosialisasi politik adalah proses yang melaluinya orang dalam masyarakat tertentu belajar
mengenai sistem politiknya. Menurut Surbakti (2010), dari segi metode penyampaian pesan, sosialisasi
politik dibagi jadi dua, yakni pendidikan politik dan indoktrinasi politik . pendidikan politik merupakan
proses dialogic diantara pemberi dan penerima pesan. Sedangkan indoktrinisasi politik, yang terjadi
bukan merupakan proses dialogik melainkan proses sepihak ketika pemimpin partai memanipulasi
masyarakat untuk menerima nilai, norma, dan symbol yang dianggap baik serta ideal menurutnya.

b. Untuk Rekrutmen Politik


Dalam melaksanakan fungsi rekrutmen, partai politik melakukan seleksi dan pemiliohan serta
pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem
politik pada umumnya dan pemerintahan secara khusus.

c. Untuk Partisipasi Politik


Sebagai sarana partisipasi politik, partai politik juga mendorong masyarakat untuk menggunakan
partai sebagai wadah untuk menyalurkan kegiatannya dalam rangka mempengaruhi proses politik.

d. Untuk Komunikasi Politik


Lucian W.Pye (1963) mengungkapkan bahwa komunikasi politik adalah proses penyampaian
informasi mengenai politik dari pemerintah kepada masyarakat dan dari masyarakat kepada pemerintah.

e. Untuk Sarana Pengatur Konflik


Partai membantu untuk mengatasi atau setidaknya meminimalisir terjadinya konflik, karena itu
disebutkan partai politik memiliki fungsi sebagai sarana pengatur konflik.

f. Fungsi Partai Politik di Negara Komunis (Otoriter)


Di negara komunis, dimana partai komunis berkuasa dan memiliki kedudukan monopolis, tujuan
partai politik adalah membawa masyarakat ke arah masyarakat yang modern sebagai ideologi komunis.

4. Tipologi Partai Politik


Adalah mengklarifikasikan berbagai partai politik berdasarkan kriteria tertentu, seperti asas dan
orientasi, komposisi dan fungsi anggota, basis social dan tujuan.
a. Asas dan orientasi
Partai politik pragmatis adalah suatu partai yang mempunyai program dan kegiatan yang tidak
terkait secara kaku pada suatu doktrin dan ideologi tertentu.
Partai doktriner adalah suatu partai politik yang memiliki sejumlah program dan kegiatan
kongkret sebagai pencapaian ideologi.
Partai kepentingan adalah suatu partai politik yang dibentuk dan dikelola atas dasar kepentingan
tertentu, seperti petani,buruh,etnis,agama, atau lingkungan hidup yang secara langsung ingin
berpartisipasi dalam pemerintahan.
b. Komposisi dan Posisi Anggota
terbagi menjadi dua bagian yaitu :
- Partai politik massa atau lindungan adalah partai politik yang mengandalkan kekuatan pada
keunggulan jumlah anggota dengan cara memobilisasi massa sebanyak-banyaknya dan
mengembangkan diri sebagai perlindungan bagi berbagai kelompok dalam masyarakat.
- Partai kader adalah suatu partai yang mengandalkan kualitas anggota, keketatan organisasi,
disiplin anggota sebagai sumber kekuatan utama.
c. Basis Sosial dan Tujuan
menurut basis sosialnya partai politik terbagi menjadi empat tipe,yaitu :
1. Partai politik yang beranggotakan lapisan-lapisan social dalam masyarakat, seperti kelas
atas,menengah,dan bawah.
2, Partai politik yang anggotanya berasal dari kalangan kelompok kepentingan tertentu, seperti petani,
buruh, dan pengusaha.
3. Partai politik yang anggota-anggotanya berasal dari pemeluk agama tertentu, seperti Islam, Katolik,
Protestan, dan Hindu.
4. Partai politik yang anggota-anggotanya berasal dari kelompok budaya tertentu, seperti suku bangsa,
Bahasa, dan daerha tertentu.

5. Sistem Kepartaian
Maurice Duverger (1964) membagi partai berdasarkan klarifikasi jumlah yaitu :
a. Sistem Partai Tunggal
Sistem ini banyak diaplikasikan dinegara-negara yang berideologikan komunis.
b. Sistem Dwi-Partai
Dalam kepustakaan ilmu politik , sistem ini diartikan adanya dua partai yang selalu dominan
dalam penggapaian hak suara. Hanya beberapa negara yang bersifat dwi-partai yaitu Inggris, Amerika
Serikat, Filipina, Kanada, dan Selandia Baru.
c. Sistem Multi-Partai
dalam sistem ini banyak diterapkan dinegara-negara dengan sistem politik demokrasi liberal atau
konstitusional. Di dalam negara yang menganut sistem ini ada lebih dari dua partai politik yang
bersaingan dalam memperebutkan kekuasaan politik melalui mekanisme pemilihan umum.

6. Perkembangan Partai Politik di Indonesia


a. Masa Penjajahan Belanda
Masa ini disebut sebagai metode pertama lahirnya partai politik di Indonesia (waktu Hindia
Belanda). Lahirnya partai menandai adanya kesadaran nasional. Pada masa itu semua organisasi, baik
yang bertujuan social ataupun yang berasaskan politik agama dan sekuler seperti Serikat Islam, PNI, dan
partai katolik, ikut ememainkan peranan dalam pergerakan nasional untuk Indonesia merdeka.
b. Masa Pendudukan Jepang
semua kegiatan partai politik dilarang, hanya golongan Islam diberi kebebasan untuk membantuk
partai Masyumi, yang lebih banyak bergerak dibidang sosial.
c. Masa Merdeka (mulai 1945)
Beberapa bulan setelah proklamasi kemerdekaan, terbuka kesempatan yang besar untuk
mendirikan partai politik, sehingga bermunculanlah partai-partai politik Indonesia.
d. Partai Politik Masa Kini
Ideologi nagi partai adalah suatu idealism yang menjadi garis besar bagi kegiatan dan organisasi
partai. Bagi sebuah partai politik, yang diperlukan bukan hanya dukungan tapi juga kesabaran pemilih
untuk memberikan kesempatan kepada partai politik pilihan mereka juga.

B. Masyarakat Sipil (Civil Society), Kelompok Kepentingan dan Kelompok Penekan


1. Masyarakat Sipil (Civil Society)
Sering diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi masyarakat warga atau masyarakat
kewargaan.
Robert W. Hefner mengilustrasikan bahwa konsep masyarakat sipil berarti sesuatu yang membedakan
secara luas dalam tradisi teoretis berbeda. Idenya adalah agar institusi-institusi formal bisa bekerja, warga
negara pertama harus belajar berpartisipasi dalam asosiasi-asosiasi sukarela local, hal ini bisa melalui
jaringan perjanjian masyarakat sipil.
2. Kelompok Kepentingan
Kelompok kepentingan merupakan perkumpulan dari sekelompok manusia yang mengadakan
kerja sama dengan adanya dorongan kepentingan, tujuan, dan keinginan yang sama. Menurut Eddi
Wibowo, dkk. (2004:69), kelompok kepentingan bertujuan untuk memperjuangkan suatu kepentingan
dengan mempengaruhi lembaga-lembaga politik agar mendapatkan keputusan yang menguntungkan atau
menghindari keputusan yang merugikan.
Jenis-jenis kelompok kepentingan menurut Gabriel A. Almond :
1. kelompok Anonik, adalah kelompok yang terbentuk antara unsur-unsur masyarakat secara spontan dan
hanya sementara, karena tidak memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang mengatur dengan bentuk
partisipasi politik non konvensional seperti demonstrasi, kerusuhan, Dll.
2. Kelompok Non Asosiasional, adalah kelompok yang termasuk kategori kelompok masyarakat awam
dan tidak teroganisir dengan baik, serta kegiatan bersifat temporer.
3. Kelompok Asosiasional, adalah kelompok yang terbentuk dari masyarakat dengan fungsi untuk
mengartikulasikan kepentingan anggotanya kepada pemerintah atau lembaga.
4. Kelompok Institusional, adalah kelompok yang memiliki struktur, visi, misi, tugas, fungsi serta sebagai
artikulasi kepentingan.

3. Kelompok Penekan
Adalah sebuah organisasi yang terbentuk dari sekelompok orang yang bergabung karena adanya
tujuan yang sama dengan aktivitas yang memberikan tujuan kepada pemerintah agar keinginannya dapat
di jalankan.
a. kelompok penekan dan opini publik
Aksi-aksi yang dijalankan oleh kelompok penekan dilakukan dalam rangka membangun opini
public, sehingga memunculkan perhatian dari masyarakat secara umum dan juga pemerintas atas tuntutan
yang mereka perjuangkan.
b. Peranan kelompok penekan
a. terlibat dalam pembuatan kebijakan
b. memberikan pendidikan politik
c. mempromosikan atau mendorong reformasi
d. mengedepankan kepentingan minoritas

C. Media
1. Peranan Media Dalam Politik
Media massa adalah sebuah sarana yang memudahkan proses komunikasi dari pemerintah kepada
masyarakat maupun sebaliknya.
2. Media sebagai Pilar Keempat
Pilar sering digambarkan peran media massa sebagai penjaga atau pelindung konstitusi negara
dan sistem politik demokrasi.
3. Peranan media dalam kehidupan politik di Indonesia
Setiap media massa bebas memberikan suatu hal selama tidak bertentangan dengan aturan yang
berlaku, dan tidak membahayakan kepentingan negara dan masyarakat.
D. Pemilihan Umum (Pemilu)
Merupakan salah satu sarana pergantian kepemimpinan yang demokratis, sistem ini juga
dianggap sebagai sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat.
1. Fungsi Pemilihan Umum
Pemilu mempunyai 4 fungsi yaitu, menyalurkan hak pilih rakyat, membentuk pemerintahan yang
bertanggung jawab, akuntabel dan transparan, dan merefleksikan demokrasi yang ada disebuah negara.
2. Sistem Pemilihan Umum
a. sistem distrik
b. sistem proporsional
c. sistem campuran
3. Pemilihan Umum di Indonesia
a. Zaman demokrasi parlementer (1945-1959)
pada masa ini silakukan oleh cabinet Baharuddin Harahap pada 1955
b. Zaman demokrasi terpimpin (1959-1965)
pada masa ini tidak diadakan pemilihan umum, karna kekuasaan dipegang secara pusat oleh
presiden.
c. Zaman demokrasi Pancasila (1959-1998)
Setelah jatuhnya rezim demokrasi terpimpin yang bersifat semiotoriter, masyarakat menaruh
harapan untuk mandirikan suaru sistem politik yang stabil. Usaha yang dilakukan antaranya melakukan
berbagai forum diskusi yang membicarakan tentang sistem distrik yang masih baru bagi bangsa
Indonesia.
d. Zaman reformasi (1998-Sekarang)
Setelah jatuhnya kekuasaan Orde Baru, pelaksanaan pemilu mengalami perubahan. Pada 1999
cukup banyak partai politik peserta pemilu baru bermunculan, sehingga jumlah parpol keseluruhan
mencapai 48 partai politik.

Вам также может понравиться