Вы находитесь на странице: 1из 54

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat


1. Definisi Kesehatan Masyarakat
Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni mencegah penyakit,
memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan melalui usaha-usaha
pengorganisasian masyarakat untuk perbaikan sanitasi lingkungan,
pemberantasan penyakit-penyakit menular, pendidikan untuk kebersihan
perorangan, perorganisasian sosial pelayanan-pelayanan medis dan
perawatan untuk diagnosis dini. Pengembangan rekayasa sosial untuk
menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan yang layak dalam
memelihara kesehatan (Efendy, 2000).

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan


Menurut Blum (1974) ada 4 faktor determinan yang mempengaruhi
derajat kesehatan, masing-masing faktor saling keterkaitan, yaitu :
1. Perilaku masyarakat
Perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan
kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada
perilaku manusia itu sendiri. Di samping itu, juga dipengaruhi oleh
kebiasaan, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, pendidikan sosial
ekonomi, dan perilaku-perilaku lain yang melekat pada dirinya.
Perilaku masyarakat dalam menjaga kesehatan sangat
memegang peranan penting untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2010.
Hal ini dikarenakan budaya hidup bersih dan sehat harus dapat
dimunculkan dari dalam diri masyarakat untuk menjaga kesehatannya.
Diperlukan suatu program untuk menggerakan masyarakat menuju
satu misi Indonesia Sehat 2010. Sebagai tenaga motorik tersebut
adalah orang yang memiliki kompetensi dalam menggerakan
masyarakat dan paham akan nilai kesehatan masyarakat. Masyarakat

7
8

yang berperilaku hidup bersih dan sehat akan menghasilkan budaya


menjaga lingkungan yang bersih dan sehat.
Pembuatan peraturan tentang berperilaku sehat juga harus
dibarengi dengan pembinaan untuk menumbuhkan kesadaran pada
masyarakat. Sebab, apabila upaya dengan menjatuhkan sanksi hanya
bersifat jangka pendek. Pembinaan dapat dimulai dari lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Tokoh-tokoh masyarakat sebagai
role model harus diajak turut serta dalam menyukseskan program-
program kesehatan.
2. Lingkungan
Lingkungan memiliki pengaruh yang dan peranan terbesar
diikuti perilaku, fasilitas kesehatan dan keturunan. Lingkungan sangat
bervariasi, umumnya digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu yang
berhubungan dengan aspek fisik dan sosial. Lingkungan yang
berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah, air, udara, tanah,
ilkim, perumahan, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial
merupakan hasil interaksi antar manusia seperti kebudayaan,
pendidikan, ekonomi, dan sebagainya.
Berbicara mengenai lingkungan sering kali kita meninjau dari
kondisi fisik. Lingkungan yang memiliki kondisi sanitasi buruk dapat
menjadi sumber berkembangnya penyakit. Hal ini jelas
membahayakan kesehatan masyarakat kita. Terjadinya penumpukan
sampah yang tidak dapat dikelola dengan baik, polusi udara, air dan
tanah juga dapat menjadi penyebab. Upaya menjaga lingkungan
menjadi tanggung jawab semua pihak untuk itulah perlu kesadaran
semua pihak.
Puskesmas sendiri memiliki program kesehatan lingkungan
dimana berperan besar dalam mengukur, mengawasi, dan menjaga
kesehatan lingkungan masyarakat. namun dilematisnya di puskesmas
jumlah tenaga kesehatan lingkungan sangat terbatas padahal banyak
penyakit yang berasal dari lingkungan kita seperti diare, demam
berdarah, malaria, TBC, cacar dan sebagainya.
9

Disamping lingkungan fisik juga ada lingkungan sosial yang


berperan. Sebagai mahluk sosial kita membutuhkan bantuan orang
lain, sehingga interaksi individu satu dengan yang lainnya harus
terjalin dengan baik. Kondisi lingkungan sosial yang buruk dapat
menimbulkan masalah kejiwaan.
3. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena keberadaan
fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan
kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan
keperawatan serta kelompok dan masyarakat yang memerlukan
pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi,
apakah dapat dijangkau atau tidak. Yang kedua adalah tenaga
kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat
untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan serta
program pelayanan kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan
kebutuhan masyarakat yang memerlukan.
Kondisi pelayanan kesehatan juga menunjang derajat kesehatan
masyarakat. Pelayanan kesehatan yang berkualitas sangatlah
dibutuhkan. Masyarakat membutuhkan posyandu, puskesmas, rumah
sakit dan pelayanan kesehatan lainnya untuk membantu dalam
mendapatkan pengobatan dan perawatan kesehatan. Terutama untuk
pelayanan kesehatan dasar yang memang banyak dibutuhkan
masyarakat. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di bidang
kesehatan juga mesti ditingkatkan.
Puskesmas sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan
masyarakat sangat besar perananya. sebab di puskesmaslah akan
ditangani masyarakat yang membutuhkan edukasi dan perawatan
primer. Peranan Sarjana Kesehatan Masyarakat sebagai manager yang
memiliki kompetensi di bidang manajemen kesehatan dibutuhkan
dalam menyusun program-program kesehatan. Utamanya program-
10

program pencegahan penyakit yang bersifat preventif sehingga


masyarakat tidaka banyak yang jatuh sakit.
Banyak kejadian kematian yang seharusnya dapat dicegah
seperti diare, demam berdarah, malaria, dan penyakit degeneratif yang
berkembang saat ini seperti jantung karoner, stroke, diabetes militus
dan lainnya. penyakit itu dapat dengan mudah dicegah asalkan
masyarakat paham dan melakukan nasehat dalam menjaga kondisi
lingkungan dan kesehatannya.
4. Genetik / Keturunan (Heriditas)
Seperti apa keturunan generasi muda yang diinginkan.
Pertanyaan itu menjadi kunci dalam mengetahui harapan yang akan
datang. Nasib suatu bangsa ditentukan oleh kualitas generasi
mudanya. Oleh sebab itu kita harus terus meningkatkan kualitas
generasi muda kita agar mereka mampu berkompetisi dan memiliki
kreatifitas tinggi dalam membangun bangsanya.
Dalam hal ini kita harus memperhatikan status gizi balita sebab
pada masa inilah perkembangan otak anak yang menjadi asset kita
dimasa mendatang. Namun masih banyak saja anakIndonesiayang
status gizinya kurang bahkan buruk. Padahal potensi
alamIndonesiacukup mendukung. oleh sebab itulah program
penanggulangan kekurangan gizi dan peningkatan status gizi
masyarakat masih tetap diperlukan. Utamanya program Posyandu
yang biasanya dilaksanakan di tingkat RT/RW. Dengan berjalannya
program ini maka akan terdeteksi secara dini status gizi masyarakat
dan cepat dapat tertangani.
Program pemberian makanan tambahan di posyandu masih perlu
terus dijalankan, terutamanya daeraha yang miskin dan tingkat
pendidikan masyarakatnya rendah. Pengukuran berat badan balita
sesuai dengan kms harus rutin dilakukan. Hal ini untuk mendeteksi
secara dini status gizi balita. Bukan saja pada gizi kurang kondisi
obesitas juga perlu dihindari. Bagaimana kualitas generasi mendatang
sangat menentukan kualitas bangas Indonesia mendatang.
11

3. Sasaran Kesehatan Masyarakat (Notoatmodjo, 2011)


a. Individu
Individu yang mempunyai masalah keperawatan dan kesehatan
yang dapat dilakukan di Rumah Sakit ,klinik ,puskesmas,rumah
bersalin, posyandu, kelurga binaan dan masyarakat binaan.
b. Keluarga
Keluarga binaan yang mempunyai masalah keperawatan dan
kesehatan yang tergolong dalam keluarga resiko resiko tinggi
,diantaranya adalah:
1. Anggota keluarga yang menderita penyakit menular
2. Keluarga-keluarga dengan kondisi sosial ekonomi dan pendidikan
yang rendah.
3. Keluarga dengan masalah sanitasi lingkungan yang buruk.
4. Keluarga dengan keadaan gizi buruk.
5. Keluarga dengan jumlah keluarga yang banyak di luar
kemampuan kapasitas keluarga.
c. Kelompok
Kelompok khusus yang menjadi sasaran dalam penyuluhan kesehatan
masyarakat adalah:
1. Kelompok ibu hamil
2. kelompok ibu ibu yang memiliki anak balita
3. kelompok PUS dengan resiko tinggi kebidanan
4. kelompok-kelompok masyarakat yang rawan terhadap masalah
kesehatan diantaranya adalah :
- Kelompok usia lanjut
- Kelompok wanita tuna susila
- Kelompok anak remaja yang terlibat dalam penyalahgunan
narkotika.
5) Kelompok-kelompok masyarakat yang ada diberbagai institusi
pelayanan kesehatan seperti:
- Masyarakat sekolah
- Pekerja pekerja dalam perusahaan
12

d. Masyarakat
Masyarakat yang menjadi sasaran dalam penyuluhan kesehatan
adalah:
1) Masyarakat binaan Puskesmas
2) Masyarakat Nelayan
3) Masyarakat Pedesaaan
4) Masyarakat yang datang ke institusi pelayanan kesehatan seperti
Puskesmas ,posyandu yang diberikan penyuluhan kesehatan secara
massal
5) Masyarakat yang luas yang terkena masalah kesehatan seperti
wabah DHF,muntah berak

4. Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


1. Pengertian PHBS
Adalah salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk menghasilkan
kemandirian dibidang kesehatan baik pada masyarakat maupun pada
keluarga. Salah satu pengukuran keberhasilan pembangunan
kesehatan adalah terwujutnya Perilaku hidup Bersih Dan Sehat
(Sumirat, 2007)
2. Tujuan PHBS (Dinkes RI, 2006)
a. Tujuan umum :
Meningkatkan rumah tangga sehat di Desa Kabupaten atau Kota di
seluruh Indonesia.
b. Tujuan Khusus :
1) Meningkatnya pengetahuan, kemauan dan kemampuan
anggota rumah tangga untuk
2) melaksanakan PHBS
3) Berperan aktif dalam gerakan PHBS di Masyarakat.
3. Manfaat PHBS
1) Bagi rumah tangga
a. Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah
sakit
13

b. Anak tumbuh sehat dan cerdas


c. Produktivitas kerja anggota keluarga meningkat dengan
meningkatnya kesehatan anggota keluarga sehingga biaya untuk
alokasi kesehatan bisa dialihkan untuk biaya investasi lainnya
seperti pendidikan, pemenuhan gizi keluarga dan modal usaha
2) Manfaat Bagi Masyarakat
Masyarakat mampu:
a. Mengupayakan lingkungan sehat
b. Mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan
c. Memanfaatkan pelayanan kesehatan
d. Mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat
(UKBM) seperti posyandu, JPS, Tabungan bersalin, Arisan,
ambulan desa dll.
4. Indikator PHBS di masyarakat
1) Indikator prilaku
a. Menjaga kebersihan diri sendiri
b. tidak merokok ditempat umum serta tidak menggunakan
NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan zat aditif).
c. Melakukan olahraga secara teratur
d. Menjadi peserta dn sehat atau jaminan pemeliharaan
kesehatan.
e. Membawa anggota keluarga yang sakit ke pelayanan
kesehatan.
2) Indikator Lingkungan
a. Mempunyai jamban keluarga yang bersih
b. Menggunakan air bersih
c. Membuang sampah pada tempatnya
d. Ada saluran pembuangan limbah
e. Mempunyai ventilasi yang cukup.
5. Sasaran PHBS
Dikelompokkan dalam tatanan, yaitu:
1) Rumah Tangga
14

2) Institusi Tempat Kerja


3) Institusi Kesehatan
4) Institusi Tempat Umum
5) Institusi Pendidikan
6. Sasaran Penyuluhan dalam tatanan
Tatanan Sasaran Sasaran Sasaran
Prioritas
Penyuluhan Primer Sekunder Tersier
Rumah Anggota Ibu Kepala KIA,
Tangga Keluarga Keluarga Kesling,
Gaya hidup,
Gizi
Institusi Seluruh Guru, Kepala Kesling,
Pendidikan Siswa Karyawan, Sekolah gaya hidup
Osis
Tempat Seluruh Pengurus/ Direksi/ Kesling,
kerja Karyawan Serikat pemilik gaya hidup,
Kerja
Tempat Pengunjung/ Pegawai Direksi/ Kesling,gaya
Umum Pengguna Pemilik hidup,
jasa
Institusi Pasien/ Petugas Pimpinan/ Kesling,
Kesehatan Pengunjung Kesehatan Direksi gaya hidup,
KIA, Gizi

7. PHBS Tatanan Rumah Tangga (Depkes, 2006)


Rumah tangga sehat adalah rumah tangga yang layak huni dan
memiliki fasilitas yang dasar ( sarana air bersih, pembungan sampah,
dan penurunan kasus diare).

1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan


2) Memberi ASI ekslusif
3) Menimbang balita setiap bulan
4) Menggunakan air bersih
15

5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun


6) Menggunakan jamban sehat
7) Memberantas jentik di rumah sekali seminggu
8) Makan buah dan sayur setiap hari
9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10) Tidak merokok di dalam rumah (Simkes.2008)
8. Manfaat Rumah Tangga Sehat
1) Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit
2) Anak tumbuh sehat dan cerda
3) Anggota keluarga giat bekerja
4) Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi
gizi keluarga, pendidikan, dan modal usaha untuk menambah
pendapatan keluarga. (Depkes, 2006)
9. PHBS Tatanan Institusi Tempat Kerja
Institusi tempat kerja adalah suatu tempat usaha yang aman dan
nyaman, dan mempunyai fasilitas dasar ( sarana air bersih, jamban,
pembuangan sampah).
10. Indikator PHBS tatanan Institusi tempat kerja :
a. Sekeliling lokasi bersih dari sampahnya
b. Tersedia air bersih
c. Tersedia jamban bersih
d. Tersedia saluran pembuangan air limbah (SPAL)
e. Cukup pencahayaan dan ada penghawaan
f. Pada umumnya kuku pekerjanya pendek dan bersih
g. Para pekerjanya mengetahui bahaya AIDS
h. Ada media/ poster penyuluhan kesehatan
i. Pekerja mempergunakan alat pelindung
j. Menjadi anggota dana sehat
11. Kriteria PHBS Institusi Tempat Kerja
a. Mempunyai Ruang Kerja Karyawan
b. Ruang kerja tertata rapi
c. Tingkat getaran bangunan rendah
16

d. Tingkat kebisingan tidak melebihi


12. PHBS Tatanan Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan adalah tempat yang digunakan untuk proses
belajar mengajar yang memenuhi persyaratan kesehatan, aman,
nyaman, mempunyai fasilitas dasar (sarana air bersih, jamban,
pembuangan, air limbah, pembuangan sampah).
13. Indikator PHBS Tatanan Institusi Pendidikan
a. Tersedia jamban bersih
b. Tersedia air bersih
c. Tidak ada sampah yang berserakan
d. Ketersediaan UKS
e. Menjadi anggota dana sehat
f. Siswa pada umumnya berkuku pendek
g. Siswa tidak merokok
h. Siswa ada dokter kecilnya/ Kader Kesehatan Remaja
14. PHBS Tatanan Institusi Kesehatan
Institusi Kesehatan adalah upaya kesehatan yang
menyelenggarakan kegiatan pelayanan serta dapat berfungsi sebagai
tempat pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian.
15. Indikator PHBS Tatanan Institusi Kesehatan
a. Tersedia air bersih
b. Tersedia jamban bersih
c. Tidak ada sampah yang berserakan
d. Tertat poster kesehatan
e. Radio kaset penyuluhan berfungsi tiap hari
f. Penyuluhan kelompok teratur dilaksanakan
g. Semua petugas tidak merokok
h. Semua petugas kukunya pendek dan bersih
16. PHBS Tatanan institusi tempat umum
Indikator PHBS Tatanan tempat umum ada 3 tempat yang perlu
diperhatikan, yaitu:
a. Indikator warung makan
17

b. Indikator tempat ibadah


c. Indikator pasar
17. PHBS warung makan
Warung makan adalah setiap tempat usaha yang ruang lingkup
kegiatannya menyediakan makan dan minuman untuk umum ditempat
usahanya.
18. Indikator PHBS warung makan
a. Makanan dan minuman tidak menggunakan pengawet kimia
berbahaya
b. Makanan dan minuman terhindar dari serangga dan binatang
pengerat
c. Tersediah jamban yang bersih
d. Tersediah air bersih
e. Tidak ada sampah yang berserakan
f. Tersediah tempat cuci tangan
g. Kuku pengolah makanan pendek dan bersih
h. Menjadi anggota dana sehat
19. PHBS Tempat ibadah
Tempat ibadah adalah suatu tempat berkumpulnya orang-arang
untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan agama.
20. Indikator tempat ibadah
a. Sekeliling tempat ibadah dalam keadaan bersih
b. Tersediah air bersih
c. Tersediah jamban bersih
d. Tersediah SPAL
e. Kuku pengolah pendek dan bersih
f. Pengoalah dan pengunjung tidak merokok
g. Pernah mendengar AIDS
h. Ada penyuluhan kasehatan yang dilakukan secara teratur atau
tersediah media penyuluhan
18

B. Konsep Dasar Asuhan Kesehatan Komunitas


1. Pengertian Kesehatan Komunitas
Asuhan kesehatan komunitas merupakan suatu proses yang dilakukan
dengan tindakan yang berkelanjutan dan dengan menggunakan metode
proses keperawatan, kebidanan dan pemberdayaan komunitas mencakup
dua daerah yaitu : pusat kesehatan masyarakat dan Rumah Sakit. Pola
asuhan kesehatan komunitas merupakan salah satu kegiatan pokok dari
puskesmas. Sasaran kegiatannya diarahkan pada keluarga sebagai satuan
masyarakat terkecil. Dalam mewujudkan kesehatan masyarakat perlu
ditata dan diarahkan mengingat permasalahan yang besar dan semakin
kompleks. Tatanan dan arahan upaya kesehatan tersebut telah diwujudkan
oleh bnagsa Indonesia dalam bentuk Sistem Kesehatan Nasional (SKN),
(Anderson, 2006)
2. Tujuan Kesehatan Komunitas
Tujuan asuhan komunitas dan pemberdayaan komunitas adalah membantu
klien baik sebagai individu, keluarga maupun masyarakat agar mampu
melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Dengan kemandirian
masyarakat, derajat kesehatan yang optimal dapat dicapai dalam
pembangunan kesehatan yang ditegaskan dalam SKN. Selain itu juga
bertujuan membantu dan mendorong masyarakat berperan serta dalam
upaya mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan, (Anderson,
2006)
3. Sasaran Kesehatan Komunitas (Notoadmodjo, 2011)
a. Individu
Individu yang mempunyai masalah keperawatan dan kesehatan
yang dapat dilakukan di Rumah Sakit ,klinik ,puskesmas,rumah
bersalin, posyandu, kelurga binaan dan masyarakat binaan.
b. Keluarga
Keluarga binaan yang mempunyai masalah keperawatan dan
kesehatan yang tergolong dalam keluarga resiko resiko tinggi
diantaranya adalah:
19

1. Anggota keluarga yang menderita penyakit menular


2. Keluarga-keluarga dengan kondisi sosial ekonomi dan pendidikan
yang rendah.
3. Keluarga dengan masalah sanitasi lingkungan yang buruk.
4. Keluarga dengan keadaan gizi buruk.
5. Keluarga dengan jumlah keluarga yang banyak di luar
kemampuan kapasitas keluarga.
c. Kelompok
Kelompok khusus yang menjadi sasaran dalam penyuluhan kesehatan
masyarakat adalah:
1. Kelompok ibu hamil
2. kelompok ibu ibu yang memiliki anak balita
3. kelompok PUS dengan resiko tinggi kebidanan
4. kelompok kelompok masyarakat yang rawan terhadap masalah
kesehatan diantaranya adalah :
- Kelompok usia lanjut.
- Kelompok wanita tuna susila
- Kelompok anak remaja yang terlibat dalam penyalahgunan
narkotika.
5. Kelompok-kelompok masyarakat yang ada diberbagai institusi
pelayanan kesehatan seperti:
- Masyarakat sekolah
- Pekerja pekerja dalam perusahaan
d. Masyarakat
Masyarakat yang menjadi sasaran dalam penyuluhan kesehatan adalah:
1. Masyarakat binaan Puskesmas
2. Masyarakat Nelayan
3. Masyarakat Pedesaaan
4. Masyarakat yang datang ke institusi pelayanan kesehatan seperti
Puskesmas ,posyandu yang diberikan penyuluhan kesehatan secara
massal
20

5. Masyarakat yang luas yang terkena masalah kesehatan seperti


wabah DHF,muntah berak
4. Strategi Kesehatan Komunitas (Sumijatun, 2005)
a. Pendekatan Edukatif
Suatu hal yang tidak boleh dilupakan dalam rangka membangun
masyarakat desa adalah pendekatan yang kita gunakan. Jika
kemandirian di RT yang diharapkan, maka jelas pendekatan yang
diterapkan haruslah berupa pendekatan edukatif. Dalam pendekatan
ini ujung tombaknya adalah gerakan pemberdayaan yang memiliki
tiga mata tombak (Trisula), yaitu konseling, kunjungan rumah, dan
pengorganisasian masyarakat. Ketka mata tombak ini pada hakikatnya
adalah upaya memfasilitasi prose pemecahan masalah dalam diri
sasaran / klien. Pemberdayaan itupun tidak dilakukan secara serta
merta, melainkan secara berjenjang. Para petugas kesehatan dan lintas
sektor terkait memberdayakan pemuka-pemuka masyarakat, yang
disusul dengan gerakan para pemuda masyarakat untuk
memberdayakan unsur-unsur masyarakat (kader). Dan akhirnya para
kader bergerak memberdayakan seluruh masyarakat.
Pendekatan edukatif memerlukan kesabaran dan ketangguhan
dari para petugas (pergerak), karena mereka harus mengawal proses
secara berkelanjutan hingga tercapainya kemandirian masyarakat.
Dijajaran kesehatan penggerak awal adalah para petugas di Dinas
Kesehatan Kabupaten atau kota, rumah sakit, serta puskesmas dan
jaringannya. Demikianlah juga tidak kalah pentingnya adalah motifasi
para kader erat kaitannya dengan berlangsungnya RT siaga.
b. Komunikasi yang Baik
Komunikasi yang nyata adalah sikap. Komunikasi tersebut
melibatkan lebih banyak proses mendengarkan dari proses berbicara.
Merupakan proses interaksi yang ditujukan untuk suatu kesepakatan.
Komunikasi akan membentuk suatu pengalamannya. Sebaiknya jika
keadaan komunikasi adalah banyak rahasia, tidak tahu apa-apa,
menerima sedikit komunikasi akan membuat mereka merasa
21

ditinggalkan, lemah dan tersingkir, yang akan menyulut suasana


ketidakpercayaan antara komunikator dan komunikasi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan seseorang dalam
komunikasi kepada masyarakat adalah sebagai berikut :
1. Jangan terlalu banyak bicara, cobalah untuk tidak menyela
2. Jangan meneruskan kalimat mereka atau mengantisipasi apa yang
sedang mereka ucapkan
3. Tanyakan apabila anda merasa kurang jelas
4. Lebih baik membicarakan sesuatu dengan bertatap muka, daripada
berkomunikasi secara tertulis
c. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan adalah bagian daripada paradigma pembangunan
yang memfokuskan perhatian kepada semua aspek yang prinsipil dari
manusia di lingkungannya yakni dari aspek intelektual (sumberdaya
manusia), aspek matesial dan fisik, sampai kepada menajeral.
Pemberdayaan masyarakat terkait dengan pemberian akses bagi
masyarakat, lembaga dan organisasi masyarakat dalam memperoleh dan
memanfaatkan hak masyarakat bagi peningkatan kehidupan
ekonomi,social, politik dan kesehatan.Oleh sebab itu pemberdayan
masyarakat amat penting untuk mengatasi ketidakmampuan masyarakat
yang diebabkan oleh kerterbatasan akses, kurangnya pengetahuan dan
keterampilan, adanya kondisi keengganan untuk membagi wewenang
dan sumber daya ayang berada pada pemerintahan kepada masyarakat.

C. Proses Asuhan Kesehatan Komunitas


Menurut Sumijatun (2005) asuhan komunitas mempunyai beberapa
tahapan yaitu :
1. Pengumpulan Data
a. Data umum meliputi daerah binaan, keadaan geografis, wilayah dan
pola geografis.
b. Data khusus melliputi pendidikan, agama, pekerjaan, tingkat social,
kebudayaan, dan kebiasaan.
22

2. Analisa Data
Kemampuan mengkaitkan dan menghubungkan data dengan
kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui kesenjangan atau
masalah yang dihadapi (Sumijatun, 2005)
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan yang
dihadapi oleh masyarakat. Dan masalah yang dihadapi oleh masyarakat
tidak mungkin dapat dihadapi sekaligus sehingga perlu dilakukan
prioritas masalah
4. Prioritas Masalah
Dalam menentukan prioritas masalah keperawatan, kebidanan,
kesehatan lingkungan pemberdayaan masyarakat dan kesehatan
masyarakat perlu mempertimbangkan faktor-faktor sebagai kriteria
diantaranya adalah :
a) Magnitude (besarnya masalah)
b) Severity (tingkat kefatalan masalah)
c) Vulnerity ( kemudahan mengatasi masalah )
d) Commitment concern ( persepsi masyarakat terhadap masalah )
e) Political commitment ( komitmen politis )

Mengandung komponen utama :


a) Problem: Kesenjangan dari keadaan normal dan yang seharusnya
b) Etiologi : Dapat memberikan arah terhadap intervensi keperawatan
meliputi: pelaku individu, keluarga, lingkungan fisik, geologis, dan
sosial.
c) Sign : Informasi yang diperlukan untuk diagnosa.
5. Perencanaan
Asuhan kesehatan masyarakat disusun berdasarkan diagnosa yang
telah ditetapkan. Rencana yang disusun harus mencakup :
a. Merumuskan tujuan yang akan dicapai
b. Rencana tindakanan yang akan di laksanakan
c. Kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan
23

6. Implementasi
a. Berdasarkan respon masyarakat
b. Sesuai dengan sumber daya yang tersedia dimasyarakat dalam
memelihara diri sendiri dan masyarakat.
c. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pemeliharaan diri
sendiri, serta lingkungan.
d. Mempertimbangkan kebutuhan kesehatan dan keperawatan,
kebidanan, pemberdayaan dan kesehatan masyarakat secara
esensial.
e. Memelihara partisipasi dan peran serta masyarakat dalam
pelaksanaan keperawatan, kebidanan dan pemberdayaan
masyarakat.
7. Evaluasi
Menilai seberapa jauh keberhasilan yang dapat dicapai sesuai dengan
kriteria yang diciptakan, dengan menggunakan metode penilaian
yaitu:
a. Observasi langsung, mengamati secara langsung perubahan yang
terjadi dalam keluarga
b. Wawancara, mewawancarai keluarga yang berkaitan dengan
perubahan sikap apakah ia telah menjalankan anjuran yang
dilaksanakan sesuai dengan rencana.
c. Memeriksa laporan, dapat dilihat rencana asuhan kebidanan yang
dibuat dari tindakan yang dilaksanakan sesuai denagn rencana.
d. Latihan simulasi, berguna menentukan perkembangan
kesanggupan melaksanakn asuhan kebidanan.

D. Masalah Kesehatan Yang Ditemukan


1. ASI Eksklusif
a. Pengertian ASI Eksklusif
ASI Eksklusif adalah makanan pertama, utama dan terbaik bagi
bayi, yang bersifat alamiah. (Prasetyo:2009). ASI Eksklusif menurut
24

WHO (World Health Organization) adalah pemberian ASI saja tanpa


tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, air jeruk ataupun
makanan tambahan lain yang diberikan saat bayi baru lahir sampai
berumur 6 bulan.
ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa
tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air
putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu,
biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin dan mineral dan obat
(Roesli, 2000). Selain itu, pemberian ASI eksklusif juga berhubungan
dengan tindakan memberikan ASI kepada bayi hingga berusia 6 bulan
tanpa makanan dan minuman lain, kecuali sirup obat. Setelah usia bayi
6 bulan, barulah bayi mulai diberikan makanan pendamping ASI,
sedangkan ASI dapat diberikan sampai 2 tahun atau lebih (Prasetyono,
2005).
ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur
kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI
mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi,
serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat
makanan (Hubertin, 2004).
ASI adalah sebuah cairan ciptaan Allah yang memenuhi
kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan
serangan penyakit. Keseimbangan zat-zat gizi dalam air susu ibu berada
pada tingkat terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik bagi
tubuh bayi yang masih muda. Pada saat yang sama ASI juga sangat
kaya akan sari-sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel
otak dan perkembangan sistem saraf (Yahya, 2007).
b. Pengelompokan ASI Eksklusif (Prasetyo, 2009)
ASI dikelompokan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:
1. ASI stadium I
adalah kolostrum. Kolostrum adalah cairan yang pertama disekresi
oleh kelenjar payudara dari hari ke-1 sampai hari ke-4. Kolostrum
sangat baik untuk mengeluarkan “meconium” yaitu air ketuban
25

dan cairan lain yang tertelan masuk perut bayi saat proses
persalinan. Jumlah (volume) kolostrum berkisar 150-300 cc per
hari.
2. ASI Stadium II adalah ASI peralihan yang keluar setelah kolostrum
sampai sebelum menjadi ASI yang matang. ASI ini diproduksi
pada hari ke-4 sampai hari ke-10.
3. ASI stadium III adalah ASI matur. ASI yang disekresi dari hari ke-
10 sampai seterusnya.
c. Manfaat ASI Eksklusif (Prasetyo, 2009)
Menyusui bayi dapat mendatangkan keuntungan bagi bayi, ibu,
keluarga, masyarakat, dan negara. Sebagai makanan bayi yang paling
sempurna, ASI mudah dicerna dan diserap karena mengandung enzim
pencernaan. Beberapa manfaat ASI sebagai berikut:
1. Untuk Bayi
Ketika bayi berusia 0-6 bulan, ASI bertindak sebagai
makanan utama bayi, karena mengandung lebih dari 60%
kebutuhan bayi, ASI memang terbaik untuk bayi manusia
sebagaimana susu sapi yang terbaik untuk bayi sapi, ASI
merupakan komposisi makanan ideal untuk bayi, pemberian ASI
dapat mengurangi resiko infeksi lambung dan usus, sembelit serta
alergi, bayi yang diberi ASI lebih kebal terhadap penyakit dari
pada bayi yang tidak mendapatkan ASI, bayi yang diberi ASI lebih
mampu menghadapi efek penyakit kuning, pemberian ASI dapat
semakin mendekatkan hubungan ibu dengan bayinya.
Hal ini akan berpengaruh terhadap kemapanan emosinya di
masa depan, apabila bayi sakit, ASI merupakan makanan yang
tepat bagi bayi karena mudah dicerna dan dapat mempercepat
penyembuhan, pada bayi prematur, ASI dapat menaikkan berat
badan secara cepat dan mempercepat pertumbuhan sel otak, tingkat
kecerdasan bayi yang diberi ASI lebih tinggi 7-9 poin
dibandingkan bayi yang tidak diberi ASI ( Roesli, 2000 ).
26

2. Untuk Ibu

Isapan bayi dapat membuat rahim menciut, mempercepat


kondisi ibu untuk kembali ke masa prakehamilan, serta
mengurangi resiko perdarahan, lemak yang ditimbun di sekitar
panggul dan paha pada masa kehamilan akan berpindah ke dalam
ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing kembali, resiko terkena
kanker rahim dan kanker payudara pada ibu yang menyusui bayi
lebih rendah dari pada ibu yang tidak menyusui, menyusui bayi
lebih menghemat waktu, karena ibu tidak perlu menyiapkan botol
dan mensterilkannya.
ASI lebih praktis lantaran ibu bisa berjalan-jalan tanpa
membawa perlengkapan lain, ASI lebih murah dari pada susu
formula, ASI selalu steril dan bebas kuman sehingga aman untuk
ibu dan bayinya, ibu dapat memperoleh manfaat fisik dan
emotional (Dwi, 2009 ).
3. Untuk Keluarga
Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli
susu formula, botol susu, serta peralatan lainnya, jika bayi sehat,
berarti keluarga mengeluarkan lebih sedikit biaya guna perawatan
kesehatan, penjarangan kelahiran lantaran efek kontrasepsi dari
ASI eksklusif, jika bayi sehat berarti menghemat waktu keluarga,
menghemat tenaga keluarga karena ASI selalu tersedia setiap saat,
keluarga tidak perlu repot membawa berbagai peralatan susu ketika
bepergian (Roesli, 2005).
4. Untuk Masyarakat dan Negara
Menghemat devisa negara karena tidak perlu mengimpor
susu formula dan peralatan lainnya, bayi sehat membuat negara
lebih sehat, penghematan pada sektor kesehatan, karena jumlah
bayi yang sakit hanya sedikit, memperbaiki kelangsungan hidup
anak karena dapat menurunkan angka kematian, ASI merupakan
sumber daya yang terus-menerus di produksi (Dwi, 2009 ).
27

d. Fisiologi Pengeluaran Asi Eksklusif


Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat
kompleks antara rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam
hormon. Kemampuan ibu dalam menyusui/laktasipun berbeda-
beda. Sebagian mempunyai kemampuan yang lebih besar
dibandingkan yang lain. Laktasi mempunyai dua pengertian yaitu
pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dan pengeluaran ASI
(Refleks Let Down/Pelepasan ASI) (Maryunani, 2009).
Pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dimulai sejak
kehamilan. Selama kehamilan terjadi perubahan-perubahan
payudara terutama besarnya payudara, yang disebabkan oleh
adanya proliferasi sel-sel duktus laktiferus dan sel-sel kelenjar
pembentukan ASI serta lancarnya peredaran darah pada payudara.
Proses proliferasi ini dipengaruhi oleh hormon-hormon yang
dihasilkan plasenta, yaitu laktogen, prolaktin, kariogona dotropin,
estrogen, dan progesteron. Pada akhir kehamilan, sekitar kehamilan
5 bulan atau lebih, kadang dari ujung puting susu keluar cairan
kolostrum. Cairan kolostrum tersebut keluar karena pengaruh
hormon laktogen dari plasenta dan hormon prolaktin dari hipofise.
Namun, jumlah kolostrum tersebut terbatas dan normal, dimana
cairan yang dihasilkan tidak berlebihan karena kadar prolaktin
cukup tinggi, pengeluaran air susu dihambat oleh hormon estrogen
(Maryunani, 2009).
Setelah persalinan, kadar estrogen dan progesteron menurun
dengan lepasnya plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi
sehingga tidak ada lagi hambatan terhadap prolaktin oleh estrogen.
Hormon prolaktin ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi
untuk membuat air susu ibu (Maryunani, 2009).

Penurunan kadar estrogen memungkinan naiknya kadar


prolaktin dan produksi ASI pun mulai. Produksi prolaktin yang
berkesinambungan disebabkan oleh bayi menyusui pada payudara
28

ibu. Pada ibu yang menyusui, prolaktin akan meningkat pada


keadaan : stress atau pengaruh psikis,anestesi, operasi, rangsangan
puting susu, hubungan kelamin, pengaruh obat-obatan. Sedangkan
yang menyebabkan prolaktin terhambat pengeluarannya pada
keadaan: ibu gizi buruk, dan pengaruh obat-obatan (Badriul, 2008).
Pengeluaran ASI ( Refleks Letdown/pelepasan ASI )
merupakan proses pelepasan ASI yang berada dibawah kendali
neuroendokrin, dimana bayi yang menghisap payudara ibu akan
merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-
sel mioepitel. Kontraksi dari sel-sel ini akan memeras air susu yang
telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus untuk
selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut
bayi sehingga ASI tersedia bagi bayi (Maryunani, 2009).
Faktor-faktor yang memicu peningkatan refleks
”letdown/pelepasan ASI” ini yaitu pada saat ibu melihat bayinya,
mendengarkan suara bayi, mencium bayi, dan memikirkan untuk
meyusui bayi. Sementara itu, faktor-faktor yang menghambat
refleks ”letdown/pelepasan ASI yaitu stress seperti keadaan
bingung atau psikis kacau, takut, cemas, lelah, malu, merasa tidak
pasti atau merasakan nyeri.
Oksitosin juga mempengaruhi jaringan otot polos uterus
berkontraksi sehingga mempercepat lepasnya plasenta dari dinding
uterus dan membantu mengurangi terjadinya perdarahan. Oleh
karena itu, setelah bayi lahir maka bayi harus segera disusukan
pada ibunya (Inisiasi Menyusui Dini ). Dengan seringnya
menyusui, penciutan uterus akan terjadi makin cepat dan makin
baik. Tidak jarang perut ibu akan terus terasa mulas yang sangat
pada hari-hari pertama menyusui, hal ini merupakan mekanisme
alamiah yang baik untuk kembalinya uterus ke bentuk semula.
(Maryunani, 2009)
29

e. Komposisi Asi Eksklusif


Susu menjadi salah satu sumber nutrisi bagi manusia,
komponen ASI sangat rumit dan berisi lebih dari 100.000 biologi
komponen unik, berikut komposisi ASI:
1. Kolostrum : Cairan susu kental berwarna kuning, Kolostrum
mengandung karoten dan vitamin A yang tinggi yang berfungsi
menjaga kekebalan tubuh bagi bayi.
2. Protein : Protein dalan ASI berupa casein (protein yang sulit di
cerna) dan whey (protein yang mudah di cerna). ASI lebih banyk
mengandum whey di bandingkan dengan casein.
3. Lemak : Lemak ASI adalah penghasil kalori (energi) utama dan
merupakan komponen yang gizi yang sangat berfariasi.penelitian
OSBORN membuktikan, bayi yang tidak mendapatkan ASI lebih
banyak menderita penyakit koroner usia muda.
4. Laktosa : Merupakan karbihidrat terutama pada ASI,fungsinya
sebagai sumber energi meninggkatkan absorbs kalsium dan
merang sang pertumbuhan lactobacillus bifidus.
5. Zat Besi : Meskipun ASI mengandum sedikit zat besi, namun
bayi yang menyusui jarang kekurangan zat besi.
6. Taurin : Berupa asam amino dan berfungsi sebagai
neuororansmitter, berperan penting dalam maturasi otak bayi.
7. Lactobacilus : Berfungsi menghambat pertumbuhan
microorganisme seperti bakteri ecoli yang sering menyebabkan
diare pada bayi.
8. Laktoferin : Sebuah besi batas yang mengikat protein
ketersediaan besi untuk bakteri dalam intestines, serta
memungkinkan bakteri sehat tertentu untuk berkembang.
9. Lizozim : Dapat memecah dinding bakteri sekaligus mengurangi
insidens, caries,dentis,dan maloklusi atau kebiasaan lidah yang
mendorong kedepan akibat menyusu dengan botol dan dot.
30

f. Keunggulan ASI dari pada Susu Formula (IDAI, 2013)

Perbedaan ASI Susu Formula


Komposisi ASI mengandung zat-zat Tidak seluruh zat gizi yang
gizi, antara lain:faktor terkandung di dalamnya
pembentuk dapat diserap oleh tubuh
sel-sel otak, terutama DHA, bayi. Misalnya, protein susu
dalam kadar tinggi. ASI juga sapi tidak mudah diserap
mengandung whey (protein karena mengandung lebih
utama dari susu yang banyak casein. Perbandingan
berbentuk cair) lebih banyak whey: casein susu sapi
daripada kasein (protein adalah 20:80.
utama dari susu yang
berbentuk gumpalan) dengan
perbandingan 65:35.
Nutrisi Mengandung imunoglobulin Protein yang dikandung oleh
dan kaya akan DHA (asam susu formula berguna bagi
lemak tidak polar yang bayi lembu tapi kegunaan
berikat banyak) yang dapat bagi manusia sangat terbatas
membantu bayi menahan lagipula immunoglobulin dan
infeksi serta membantu gizi yang ditambah di susu
perkembangan otak dan formula yang telah
selaput mata. disterilkan bisa berkurang
ataupun hilang.

Pencernaan Protein ASI adalah sejenis Tidak mudah dicerna:


protein yang lebih mudah serangkaian proses produksi
dicerna selain itu ada sejenis di pabrik mengakibatkan
unsur lemak ASI yang enzim-enzim pencernaan
mudah diserap dan tidak berfungsi. Akibatnya
digunakan oleh bayi. Unsur lebih banyak sisa pencernaan
elektronik dan zat besi yang yang dihasilkan dari proses
dikandung ASI lebih rendah metabolisme yang membuat
dari susu formula tetapi daya ginjal bayi harus bekerja
serap dan guna lebih tinggi keras. Susu formula tidak
yang dapat memperkecil mengandung posporlipid
beban ginjal bayi. Selain itu ditambah mengandung
ASI mudah dicerna bayi protein yang tidak mudah
karena mengandung enzim- dicerna yang bisa
enzim yang dapat membantu membentuk sepotong susu
proses pencernaan antara lain yang membeku sehingga
lipase (untuk menguraikan berhenti di perut lebih lama
lemak), amilase (untuk oleh karena itu taji bayi lebih
menguraikan karbohidrat) kental dan keras yang dapat
dan protease (untuk menyebabkan susah BAB
menguraikan protein) dan membuat bayi tidak
31

nyaman.
kebutuhan Dapat memajukan pendirian Kekurangan menghisap
hubungan ibu dan anak. ASI payudara: mudah menolak
adalah makanan bayi, dapat ASI yang menyebabkan
memenuhi kebutuhan bayi, kesusahan bayi
memberikan rasa aman menyesuaikan diri atau
kepada bayi yang dapat makan terlalu banyak, tidak
mendorong kemampuan sesuai dengan prinsip
adaptasi bayi. kebutuhan.
ekonomi Lebih murah: menghemat Biaya lebih mahal: karena
biaya alat-alat, makanan, dll menggunakan alat,makanan,
yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan, dll.
pemeliharaan, mengurangi Untuk memelihara sapi.
beban perekonomian Biaya ini sangat subjektif
keluarga yang menjadi beban
keluarga.

kebersihan ASI boleh langsung diminum Polusi dan infeksi:


jadi bias menghindari pertumbuhan bakteri di
penyucian botol susu yang dalam makanan buatan
tidak benar ataupun hal sangat cepat apalagi di dalam
kebersihan lain yang botol susu yang hangat
disebabkan oleh penyucian biarpun makanan yang
tangan yang tidak bersih olehdimakan bayi adalah
ibu. Dapat menghindari makanan bersih akan tetapi
bahaya karena pembuatan karena tidak mengandung
dan penyimpanan susu yang anti infeksi, bayi akan mudah
tidak benar. mencret atau kena penularan
lainnya.
Praktis Tidak perlu disterilkan atau Penyusuan susu formula dan
lebih mudah dibawa keluar, alat yang cukup untuk
lebih mudah diminum, menyeduh susu.
minuman yang paling segar
dan suhu minuman yang
paling tepat untuk bayi.

Penampilan Bayi mesti menggerakkan Penyusuan susu formula


mulut untuk menghisap ASI, dengan botol susu akan
hal ini dapat membuat gigi mengakibatkan penyedotan
bayi menjadi kuat dan wajah yang tidak puas lalu
menjadi cantik. menyedot terus yang dapat
menambah beban ginjal dan
kemungkinan menjadi
gemuk.
32

Pencegahan Bagi bayi yang beralergi, Bagi bayi yang


ASI dapat menghindari alergiterhadap susu formula
alergi karena susu formula tidak dapat menghindari
seperti mencret, muntah, mencret, muntah,infeksi
infeksi saluran pernapasan, saluran napas, asma,
asma, bintik-bintik, kemerahan, pertumbuhan
pertumbuhan terganggu dan terganggu dan gejala lainnya
gejala lainnya. yang disebabkan oleh susu
formula.
Kebaikan Dapat membantu kontraksi Tidak dapat membantu
bagi ibu rahim ibu, lebih lambat kontraksi rahim yang dapat
datang bulan sehabis membantu pengembalian
melahirkan sehingga dapat tubuh ibu jadi rahim perlu
ber-KB alami. Selain itu dielus sendiri oleh ibu. Tidak
dapat menghabiskan kalori dapat memperlambat waktu
yang berguna untuk datang bulan yang dapat
pengembalian postur tubuh menghasilkan cara KB alami.
ibu. Berdasarkan biodata Berdasarkan biodata statistik,
statistik, ibu yang menyusui ibu yang menyusui susu
ASI lebih rendah formula lebih tinggi
kemungkinan menderita kemungkinan menderita
kanker payudara, kanker kanker payudara.
rahim dan keropos tulang

g. Cara Pemberian ASI yang Benar (Maryunani, 2009)


1. Cuci tangan yang bersih dengan sabun.
2. Perah sedikit ASI dan oleskan disekitar putting
3. Duduk dan berbaring dengan santai.
4. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh
tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan
tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung
bayi berhadapan dengan puting susu.
5. Dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke puting
susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.
6. Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir
bawah bayi terletak di bawah puting susu.
h. Cara Menyimpan ASI yang Benar (Maryunani, 2009)
1. Masukan ASI dalam kantung plastik polietilen (misal plastik
gula); atau wadah plastik untuk makanan atau yang bisa
33

dimasukkan dalam microwave, wadah melamin, gelas, cangkir


keramik.
2. Jangan masukkan dalam gelas plastik minuman kemasan
maupun plastik styrofoam.
3. Beri tanggal dan jam pada masing-masing wadah.
4. Dinginkan dalam refrigerator (kulkas). Simpan sampai batas
waktu yang diijinkan ( ± 2 minggu).
5. Jika hendak dibekukan, masukkan dulu dalam refrigerator
selama semalam, baru masukkan ke freezer (bagian kulkas
untuk membekukan makanan).
6. Gunakan sebelum batas maksimal yang diijinkan. (± 3-6 bulan)
i. Faktor yang Pengaruhi Ketidak berhasilan ASI Eksklusif
1. Faktor Internal
a. Ketersediaan ASI
Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI
adalah tidak melakukan inisiasi menyusui dini, menjadwal
pemberian ASI, memberikan minuman prelaktal (bayi
diberi minum sebelum ASI keluar), apalagi memberikannya
dengan botol/dot, kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi
pada saat menyusui (Badriul, 2008 ).
Inisiasi menyusui dini adalah meletakkan bayi
diatas dada atau perut ibu segera setelah dilahirkan dan
membiarkan bayi mencari puting ibu kemudian
menghisapnya setidaknya satu jam setelah melahirkan.
Cara bayi melakukan inisiasi menyusui dini disebut baby
crawl. Karena sentuhan atau emutan dan jilatan pada puting
ibu akan merangsang pengeluaran ASI dari payudara. Dan
apabila tidak melakukan inisiasi menyusui dini akan dapat
mempengaruhi produksi ASI (Maryunani, 2009).
Ibu sebaiknya tidak menjadwalkan pemberian ASI.
Menyusui paling baik dilakukan sesuai permintaan bayi (on
demand ) termasuk pada malam hari, minimal 8 kali sehari.
34

Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh seringnya bayi


menyusui. Makin jarang bayi disusui biasanya produksi
ASI akan berkurang. Produksi ASI juga dapat berkurang
bila menyusui terlalu sebentar. Pada minggu pertama
kelahiran sering kali bayi mudah tertidur saat menyusui.
Ibu sebaiknya merangsang bayi supaya tetap menyusui
dengan cara menyentuh telinga/telapak kaki bayi agar bayi
tetap menghisap (Badriul, 2008).
Seringkali sebelum ASI keluar bayi sudah diberikan
air putih, air gula, air madu, atau susu formula dengan dot.
Seharusnya hal ini tidak boleh dilakukan karena selain
menyebabkan bayi malas menyusui, bahan tersebut
mungkin menyebabkan reaksi intoleransi atau alergi.
Apabila bayi malas menyusui maka produksi ASI dapat
berkurang, karena semakin sering menyusui produksi ASI
semakin bertambah (Danuatmaja, 2003).
Meskipun menyusui adalah suatu proses yang
alami, juga merupakan keterampilan yang perlu dipelajari.
Ibu seharusnya memahami tata laksana laktasi yang benar
terutama bagaimana posisi menyusui dan perlekatan yang
baik sehingga bayi dapat menghisap secara efektif dan ASI
dapat keluar dengan optimal. Banyak sedikitnya ASI
berhubungan dengan posisi ibu saat menyusui. Posisi yang
tepat akan mendorong keluarnya ASI dan dapat mencegah
timbulnya berbagai masalah dikemudian hari (Cox, 2006)
b. Pekerjaan atau aktivitas
Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas
seseorang untuk mendapatkan penghasilan guna memenuhi
kebutuhan hidupnya. Wanita yang bekerja seharusnya
diperlakukan berbeda dengan pria dalam hal pelayanan
kesehatan terutuma karena wanita hamil, melahirkan, dan
menyusui. Padahal untuk meningkatkan sumber daya
35

manusia harus sudah sejak janin dalam kandungan sampai


dewasa. Karena itulah wanita yang bekerja mendapat
perhatian agar tetap memberikan ASI eksklusif sampai 6
bulan dan diteruskan sampai 2 tahun (pusat kesehatan kerja
Depkes RI, 2005).
Beberapa alasan ibu memberikan makanan
tambahan yang berkaitan dengan pekerjaan adalah tempat
kerja yang terlalu jauh, tidak ada penitipan anak, dan harus
kembali kerja dengan cepat karena cuti melahirkan singkat
(Mardiati, 2006). Cuti melahirkan di Indonesia rata-rata tiga
bulan. Setelah itu, banyak ibu khawatir terpaksa memberi
bayinya susu formula karena ASI perah tidak cukup.
Bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI
eksklusif, karena waktu ibu bekerja bayi dapat diberi ASI
perah yang diperah minimum 2 kali selama 15 menit. Yang
dianjurkan adalah mulailah menabung ASI perah sebelum
masuk kerja. Semakin banyak tabungan ASI perah,
seamakin besar peluang menyelesaikan program ASI
eklusif (Danuatmaja, 2003).
c. Pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2007) pengetahuan
merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan akan
memberikan pengalaman kepada ibu tentang cara
pemberian ASI eksklusif yang baik dan benar yang juga
terkait dengan masa lalunya. Dalam hal ini perlu
ditumbuhkan motivasi dalam dirinya secara sukarela ddan
penuh rasa percaya diri untuk mampu menyusui bayinya.
Pengalaman ini akan memberikan pengetahuan, pandangan
36

dan nilai yang akan menberi sikap positif terhadap masalah


menyusui (Erlina, 2008).
Akibat kurang pengetahuan atau informasi, banyak
ibu menganggap susu formula sama baiknya , bahkan lebih
baik dari ASI . Hal ini menyebabkan ibu lebih cepat
memberikan susu formula jika merasa ASI kurang atau
terbentur kendala menyusui. Masih banyak pula petugas
kesehatan tidak memberikan informasi pada ibu saat
pemeriksaan kehamilan atau sesudah bersalin (Prasetyono,
2005).
Untuk dapat melaksanakan program ASI eksklusif, ibu dan
keluarganya perlu menguasai informasi tentang fisiologis
laktasi, keuntungan pemberian ASI, kerugian pemberian
susu formula, pentingnya rawat gabung,cara menyusui yang
baik dan benar, dan siapa harus dihubungi jika terdapat
keluhan atau masalah seputar menyusui.
d. Kelainan pada payudara
Tiga hari pasca persalinan payudara sering terasa
penuh, tegang, dan nyeri. Kondisi ini terjadi akibat adanya
bendungan pada pembuluh darah di payudara sebagai tanda
ASI mulai banyak diproduksi. Tetapi, apabila payudara
merasa sakit pada saat menyusui ibu pasti akan berhenti
memberikan ASI padahal itu menyebabkan payudara
mengkilat dan bertambah parah bahkan ibu bisa menjadi
demam (Roesli, 2000). Jika terdapat lecet pada puting itu
terjadi karena beberapa faktor yang dominan adalah
kesalahan posisi menyusui saat bayi hanya menghisap pada
puting. Padahal seharusnya sebagian besar areola masuk
kedalam mulut bayi. Puting lecet juga dapat terjadi pada
akhir menyusui, karena bayi tidak pernah melepaskan
isapan. Disamping itu, pada saat ibu membersihkan puting
menggunakan alkohol dan sabun dapat menyebabkan puting
37

lecet sehingga ibu merasa tersiksa saat menyusui karena


sakit (Maulana, 2007).
e. Kondisi kesehatan ibu
Kondisi kesehatan ibu juga dapat mempengaruhi
pemberian ASI secara eksklusif. Pada keadaan tertentu, bayi
tidak mendapat ASI sama sekali, misalnya dokter melarang
ibu untuk menyusui karena sedang menderita penyakit yang
dapat membahayakan ibu atau bayinya, seperti penyakit
Hepatitis B, HIV/AIDS, sakit jantung berat, ibu sedang
menderita infeksi virus berat, ibu sedang dirawat di Rumah
Sakit atau ibu meninggal dunia (Pudjiadi, 2001).
Faktor kesehatan ibu yang menyebabkan ibu
memberikan makanan tambahan pada bayi 0-6 bulan adalah
kegagalan menyusui dan penyakit pada ibu. Kegagalan ibu
menyusui dapat disebakan karena produksi ASI berkurang
dan juga dapat disebabkan oleh ketidakpuasan menyusui
setelah lahir karena bayi langsung diberi makanan tambahan
(Pudjiadi, 2001).
2. Faktor Eksternal
a. Faktor petugas kesehatan
Program laktasi adalah suatu program
multidepartemental yang melibatkan bagian yang terkait,
agar dihasilkan suatu pelayanan yang komrehensif dan
terpadu bagi ibu yang menyusui sehingga promosi ASI
secara aktif dapat dilakukan tenaga kesehatan. Dalam hal
ini sikap dan pengetahuan petugas kesehatan adalah faktor
penentu kesiapan petugas dalam mengelola ibu menyusui.
Selain itu sistem pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan
juga mempengaruhi kegiatan menyusui (Arifin, 2004).
Perilaku tenaga kesehatan biasanya ditiru oleh
masyarakat dalam hal perilaku sehat. Promosi ASI
eksklusif yang optimal dalam setiap tumbuh kembangnya
38

sangatlah penting untuk mendukung keberhasilan ibu dalam


menyusui bayinya (Elza, 2008). Selain itu adanya sikap ibu
dari petugas kesehatan baik yang berada di klinis maupun
di masyarakat dalam hal menganjurkan masyarakat agar
menyusui bayi secara eksklusif pada usia 0-6 bulan dan
dilanjutkan sampai 2 tahun dan juga meningkatkan
kemampuan petugas kesehatan dalam hal memberikan
penyuluhan kepada masyarakat yang luas (Erlina, 2008).
b. Kondisi kesehatan bayi
Kondisi kesehatan bayi juga dapat mempengaruhi
pemberian ASI secara eksklusif. Bayi diare tiap kali
mendapat ASI, misalnya jika ia menderita penyakit bawaan
tidak dapat menerima laktosa, gula yang terdapat dalam
jumlah besar pada ASI (Pudjiadi, 2001).
Faktor kesehatan bayi adalah salah satu faktor yang
dapat menyebabkan ibu memberikan makanan tambahan
pada bayinya antara lain kelainan anatomik berupa sumbing
pada bibir atau palatum yang menyebakan bayi
menciptakan tekanan negatif pada rongga mulut, masalah
organik, yaitu prematuritas, dan faktor psikologis dimana
bayi menjadi rewel atau sering menangis baik sebelum
maupun sesudah menyusui akibatnya produksi ASI ibu
menjadi berkurang karena bayi menjadi jarang disusui
(Soetjiningsih, 1997)
c. Pengganti ASI (PASI) atau susu formula
Meskipun mendapat predikat The Gold Standard,
makanan paling baik, aman, dan satu dari sedikit bahan
pangan yang memenuhi kriteria pangan berkelanjutan
(terjangkau, tersedia lokal dan sepanjang masa, investasi
rendah). Sejarah menunjukkan bahwa menyusui merupakan
hal tersulit yang selalu mendapat tantangan, terutama dari
39

kompetitor utama produk susu formula yang mendisain


susu formula menjadi pengganti ASI (YLKI, 2005).
Seperti di Indonesia sekitar 86% yang tidak berhasil
memberikan ASI eksklusif karena para ibu lebih memilih
memberikan susu formula kepada bayinya. Hal ini dapat
dilihat dari meningkatnya penggunaan susu formula lebih
dari 3x lipat selama 5 tahun dari 10,8% pada tahun 1997
menjadi 32,5% tahun 2002 (Depkes, 2006).
d. Keyakinan
Kebiasaan memberi air putih dan cairan lain seperti
teh, air manis, dan jus kepada bayi menyusui dalam bulan-
bulan pertama umum dilakukan. Kebiasaan ini seringkali
dimulai saat bayi berusia sebulan. Riset yang dilakukan di
pinggiran kota Lima, Peru menunjukkan bahwa 83% bayi
menerima air putih dan teh dalam bulan pertama. Penelitian
di masyarakat Gambia, Filipina, Mesir, dan Guatemala
melaporkan bahwa lebih dari 60% bayi baru lahir diberi air
manis dan/atau teh. Nilai budaya dan keyakinan agama juga
ikut mempengaruhi pemberian cairan sebagai minuman
tambahan untuk bayi. Dari generasi ke generasi diturunkan
keyakinan bahwa bayi sebaiknya diberi cairan. Air
dipandang sebagai sumber kehidupan, suatu kebutuhan
batin maupun fisik sekaligus (LINKAGES, 2002)

2. Imunisasi
a. Definisi Imunisasi
Imunisasi merupakan cara atau transfer antibodi secara pasif.
Imunisasi berfungsi untuk meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan
pada antigen yang serupa tidak terjadi sakit (Wahyuni, 2011).
Sebaiknya semua anak menerima imunisasi rutin atau yang disebut
vaksinasi untuk mencegah sejumlah penyakit infeksi yang
40

berpotensi serius dan juga mencegah timbulnya wabah penyakit


(Croom, 2010).
Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal untuk
mencapai kadar kekebalan di atas ambang perlindungan. Imunisasi
diberikan pada bayi antara 0-12 bulan, yang terdiri dari imunisasi
BCG, DPT (1,2,3), Polio (1,2,3,4), Hepatitis B (1,2,3), dan Campak
(PP I, 2005). Imunisasi adalah pemberiaan kekebalan agar bayi
tidak mudah tertular penyakit-penyakit : Hepatitis B, Tubercolusa,
Difteri, Batuk, Rejan, Tetanus, Polio dan Campak (Dinkes RI,
2006).
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak
terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan menderita penyakit
tersebut karena sistem imun tubuh mempunyai sistem memori (daya
ingat), ketika vaksin masuk ke dalam tubuh maka akan dibentuk
antibodi untuk melawan vaksin tersebut dan sistem memori akan
menyimpannya sebagai suatu pengalaman (Mulyani, 2013).
Dalam ilmu kedokteran, imunitas adalah suatu peristiwa
mekanisme pertahanan tubuh terhadap invasi benda asing hingga
terjadi interaksi antara tubuh dengan benda asing tersebut
(Maryanti, 2012). Sedangkan, Imunisasi adalah suatu usaha yang
dilakukan dalam pemberian vaksin pada tubuh seseorang sehingga
dapat menimbulkan kekebalan terhadap penyakit tertentu (Depkes,
2013).
b. Tujuan Imunisasi
Tujuan imunisasi adalah mencegah terjadinya penyakit
tertentu pada seseorang ,dan menghilangkan penyakit tertentu pada
sekelompok masyarakat (Populasi) atau bahkan menghilangkan
penyakit tertentu dari dunia (Wahyuni, 2011). Menurut Rinawati
(2013) Program imunisasi yang dilakukan adalah untuk
memberikan kekebalan kepada bayi sehingga bisa mencegah
penyakit dan kematian serta anak yang disebabkan oleh penyakit
41

yang sering terjangkit. Secara umum tujuan imunisasi antara lain


adalah :
1. Imunisasi dapat menurunkan angka morbiditas (angka
kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) pada bayi dan
balita.
2. Imunisasi sangat efektif untuk mencegah penyakit menular.
3. Melalui imunisasi tubuh tidak akan mudah terserang penyakit
menular.
c. Sasaran Imunisasi
Menurut Rukiyah (2012) Sasaran dari program itu sendiri adalah:
1. Bayi, Batita, dan Balita
2. Ibu Hamil
3. Wanita usia subur
4. Anak Sekolah Dasar
d. Jenis- Jenis Imunisasi Dasar
1. Bacille Calmette Guerin (BCG)
Sebagai salah satu jenis imunisasi bayi yang diwajibkan
oleh pemerintah, imunisasi Bacille Calmette Guerin (BCG)
merupakan upaya pencegahan untuk jenis infeksi tuberculosis
(TBC) pada anak. Usia pemberian BCG dibawah 2 bulan. BCG
juga diberikan pada anak usia 1-15 tahun yang belum divaksinasi.
Setelah vaksinasi, bintik merah kecil timbul dalam waktu 1-2
minggu setelah penyuntikan. Bintik ini kemudian akan pecah
menjadi luka , luka tidak perlu pengobatan khusus karena luka ini
akan sembuh dengan sendirinya secara spontan (Mulyani, 2013).
Vaksin BCG merupakan vaksin untuk mencegah penyakit
tuberkulosis atau TBC dari bakteri Mycobacterium tuberculosis
yang sering disebut juga bakteri tahan asam (BTA). Bakteri ini
dapat menyerang berbagai alat atau organ tubuh yang penting
seperti paru, tulang, selaput otak, usus, kelenjar getah bening, dan
lain sebagainya (Wahyuni, 2011).
42

2. Hepatitis B
Imunisasi ini bertujuan untuk memberikan tubuh
kekebalan terhadap penyakit hepatitis B. diberikan sedini
mungkin setelah bayi lahir. Penyakit hepatitis B, disebabkan oleh
virus yang telah mempengaruhi organ liver (hati). Virus ini akan
tinggal selamanya dalam tubuh. Bayi-bayi yang terjangkit virus
hepatitis berisiko terkena kanker hati atau kerusakan pada hati.
Virus hepatitis B ditemukan didalam cairan tubuh orang yang
terjangkit termasuk darah, ludah dan air mani (Rinawati, 2013).
3. Polio
Imunisasi atau vaksin polio merupakan salah satu cara
untuk mencegah atau mengurangi angka kejadian (infeksi)
penyakit polio. Penyakit yang disebabkan oleh virus poliomyelitis
yang sangat menular. Pemberian vaksin polio ini bisa suntikan
atau lewat mulut (oral). (Putra, 2012). Vaksinasi ini sama sekali
tidak menyakitkan bagi anak, karena diberikan lewat mulut.
Infeksi yang mengikuti pemberian imunisasi polio adalah sangat
jarang, lebih kurang delapan belas kasus dari tiap tahunnya di
Amerika Serikat (Shelov, 2005).
4. Dipteri, Pertusis, Tetanus (DPT)
Pemberian imunisasi DPT dimaksudkan untuk mencegah
atau menghindari beberapa penyakit berbahaya, seperti difteri,
pertusis dan tetanus. Difteri merupakan radang tenggorokan yang
disertai dengan kesulitan bernapas. Pertusis sering juga disebut
batuk rejan atau batuk 100 hari lantaran batuknya memang
berlangsung lama, bisa sampai 3 bulan yang disebabkan oleh
bakteri Bordetella pertussis. Sedangkan tetanus adalah penyakit
yang disebabkan oleh bakteri Clostridium Tetani. Penyakit ini
beresiko menyebabkan kematian. Tetanus rawan menyerang bayi
yang baru lahir , biasanya karena tindakan atau perawatan yang
tidak steril (Putra, 2012).
43

5. Campak
Penyakit ini merupakan penyakit menular yang bersifat akut
dan menular lewat udara melalui sistem pernapasan, terutama
percikan ludah seorang penderita. WHO menganjurkan pemberian
imunisasi campak pada bayi berusia 9 bulan. Kekebalan akan
bertahan selama 8-10 tahun dan akan menurun setelah itu. Pada
negara maju diberikan pada usia 12-15 bulan (Wahyuni, 2011).
e. Pemberian vaksinasi ditunda atau tidak diberikan
Ada 3 macam kontraindikasi pemberian imunisasi yaitu : (Mulyani,
2013).
a. Jangan berikan vaksin BCG kepada bayi yang menunjukkan
tanda-tanda dan gejala AIDS, sedangkan vaksin yang lainya
diberikan.
b. Anafilaksis atau reaksi hipersensitivitas yang hebat merupakan
kontraindikasi yang mutlak terhadap dosis vaksin yang
berikutnya. Riwayat kejang demam dan panas >38oC merupakan
kontraindikasi pemberian DPT atau HB1 dan campak.
c. Jika orang tua sangat berkeberatan terhadap pemberian imunisasi
kepada bayi yang sakit, lebih baik jangan diberikan vaksin, tetapi
mintalah ibu kembali lagi ketika bayi sudah sehat
f. Jadwal Pemberian Imunisasi
Tabel 2.1
Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar Pada Anak

Umur (Bulan)
Jenis Lahir 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Imunisas
i Program Penegembangan Imunisasi (PPI), Diwajibkan
BCG BCG
Hepatitis
B Hepatitis B1
Hepatitis B2 Hepatitis B3
DPT DPT 1
DPT 2
DPT 3
Polio Polio1 Polio 2
Polio 3
44

Polio 4
Campak Campak
Sumber : Maryanti, 2011.
Keterangan :
a. Vaksin BCG
BCG diberikan pada bayi umur 0-12 bulan secara suntikan
intrakutan dengan dosis 0,05 ml. Vaksin BCG dinyatakan berhasil
apabila terjadi tuberkulin konvensi pada tempat suntikan. Ada
tidaknya tuberkulin konvensi tergantung pada potensi vaksin dan
dosis yang tepat serta cara penyuntikan yang benar. Kelebihan
dosis dan suntikan yang terlalu dalam akan menyebabkan abses di
tempat suntikan. Untuk menjaga potensinya vaksin BCG harus
disimpan pada suhu 2oC. (Sujianti, 2011).
b. Vaksin Hepatitis B
Imunisasi ini diberikan sebanyak 3 kali pada umur 11 bulan
melalui injeksi intramuskular. Vaksin juga diberikan pada anak
usia 12 tahun yang masa kecilnya belum diberi vaksin hepatitis B.
selain itu orang yang berada dalam rentan risiko Hepatitis B
sebaiknya juga diberi vaksin ini (Proverawati, 2010).
c. Vaksin DPT
Kekebalan terhadap penyakit difteri, pertusis, dan tetanus
adalah dengan pemberian vaksin yang terdiri dari toksoid difteri
dan toksoid tetanus yang telah dimurnikan ditambah dengan bakteri
bortella pertusis yang telah dimatikan. Dosis penyuntikan 0,5 ml
diberikan secara subkutan atau intramuscular pada bayi yang
berumur 2-12 bulan sebanyak 3 kali dengan interval 4 minggu.
Reaksi spesifik yang timbul setelah penyuntikan tidak ada. Gejala
biasanya demam ringan dan reaksi lokal tempat penyuntikan. Bila
ada reaksi yang berlebihan seperti suhu yang terlalu tinggi, kejang,
kesadaran menurun, menangis yang berkepanjangan lebih dari 3
jam, hendaknya pemberian vaksin DPT diganti dengan DT
(Marimbi, 2010).
45

d. Vaksin Polio
Untuk kekebalan terhadap polio diberikan 2 tetes vaksin
polio oral yang mengandung virus polio tipe 1, 2, dan 3. Vaksin
yang diberikan melalui mulut pada bayi umur 2-12 bulan sebanyak
4 kali dengan jarak waktu pemberian 4 minggu (Depkes RI, 2005).
e. Campak
Vaksin yang diberikan berisi virus campak yang sudah
dilemahkan dan dalam bentuk bubuk kering yang harus
dilarutkan dengan bahan pelarut yang telah tersedia sebelum
digunakan. Suntikan ini diberikan secara subkutan dengan dosis 0,5
ml pada anak umur 9-12 bulan. Di Negara berkembang imunisasi
campak dianjurkan diberikan lebih awal dengan maksud
memberikan kekebalan sedini mungkin, sebelum terkena infeksi
virus campak secara alami. Pemberian imunisasi lebih awal
rupanya terbentur oleh adanya zat anti kebal bawaan yang berasal
dari ibu, ternyata dapat menghambat terbentuknya zat kebal
campak dalam tubuh anak, sehingga imunisasi ulang masih
diberikan 4-6 bulan kemudian. Maka untuk Indonesia vaksin
campak diberikan mulai anak umur 9 bulan. (Depkes RI, 2013)
g. Manfaat Imunisasi
Manfaat imunisasi bagi keluarga, dapat menghilangkan
kecemasan dan memperkuat psikologi pengobatan bila anak jatuh
sakit. Mendukung pembentukan keluarga bila orang tua yakin
bahwa anaknya akan menghadapi dan menjalani masa kanak-
kanaknya dengan tenang. Sedangkan bagi anak, dapat mencegah
penderitaan atau kesakitan yang ditimbulkan oleh suatu penyakit
yang kemungkinan akan menyebabkan kecacatan atau kematian
(Rinawati, 2013).
h. Bahaya Kalau Tidak Di Imunisasi
Kalau anak tidak diberi imunisasi dasar lengkap, maka
tubuhnya tidak mempunyai kekebalan yang spesifik terhadap
penyakit tersebut. Bila kuman yang berbahaya masuk cukup
46

banyak maka tubuhnya tidak mampu untuk melawan kuman


tersebut sehingga bisa menyebabkan sakit berat, cacat atau
meninggal, (IDAI, 2009)
3. Karies Akar Gigi
a. Pengertian Karies Gigi
Penyakit karies gigi adalah penyakit yang mengenai
jaringan keras gigi yang disebabkan oleh kuman Streptococcus
mutan. Penyebab utama dari penyakit karies gigi adalah makanan
camilan/ snack yang banyak mengandung sukrosa (Widya, 2008)
Ada ceruk yang sempit dan dalam pada permukaan gigi
belakang yang kita pakai untuk mengunyah, tidak rata dan datar
sehingga sisa-sisa makanan terjebak dan sangat sulit dibersihkan
oleh sikat gigi meskipun kita sudah menggunakan sikat gigi
dengan bulu sikat paling halus.
Kondisi ini sangat kondusif bagi pertumbuhan dan
perkembangan bakteri, yang lama kelamaan berkembang menjadi
karies gigi. Hal ini dapat terjadi lebih sering pada anak-anak
dimana terdapat gigi tetap yang baru tumbuh. Namun dapat juga
terjadi pada orang dewasa.
Salah satu ciri khas karies yang terjadi pada gigi orang
dewasa adalah karies menggaung, di mana permukaan gigi secara
kasat mata tampak utuh dan bagus tapi sebetulnya karies sudah
mencapai lapisan dentin yang jauh lebih lunak dan mudah
terserang Karies, seperti ini baru terdeteksi saat dokter gigi
melakukan pemeriksaan dengan menelusuri pit dan fissure dengan
instrumen yang ujungnya runcing, yang disebut sonde, (Hurlock,
2002)
Bila ada suatu titik dimana sonde tersangkut, besar
kemungkinan disitulah letak akses karies ke lapisan dentin. Lubang
yang sangat kecil ini bila dipreparasi oleh dokter dengan
menggunakan bur dapat menjadi besar, karena lapisan email yang
tidak terdukung oleh lapisan dentin harus diambil sebab jika
47

dibiarkan pun lama-lama email tersebut akan pecah. Setelah itu


barulah terlihat lubang yang menganga dibawahnya. Salah satu
cara yang dapat mencegah karies pit dan fissure adalah dengan
menutup bagian tersebut dengan suatu bahan adhesive yang dapat
mengalir dengan baik ke dalam pit dan fissure.
Waktu terbaik adalah sesegera mungkin setelah gigi molar
(geraham) pertama baru tumbuh/erupsi, yaitu saat anak berusia 6
tahun. Setelah itu prosedur ini juga perlu dilakukan pada saat gigi
molar kedua baru erupsi, yaitu saat anak berusia 12 tahun. Yang
jelas, kesadaran masyarakat untuk datang ke dokter gigi enam
bulan sekali perlu ditumbuhkan agar kualitas kesehatannya terjaga
optimal Dan mencegah timbulnya komplikasi atau penyakit berat
lainnya.
b. Hal-hal yang Mendukung Terjadinya Karies Gigi
1. Gigi yang Peka
Gigi yang peka yaitu gigi yang mengandung sedikit fluor atau
memiliki lubang, lekukan maupun alur yang menahan plak,
2. Bakteri
Mulut mengandung sejumlah besar bakteri, tetapi hanya bakteri
jenis tertentu yang menyebabkan pembusukan gigi, yang paling
sering adalah bakteri Streptococcus mutans
3. Sisa-sisa makanan
Dalam keadaan normal, di dalam mulut terdapat bakteri. bakteri
ini mengubah semua makanan (terutama gula dan karbohidrat)
menjadi asam.
Bakteri, asam, sisa makanan dan ludah bergabung membentuk
bahan lengket yang disebut plak, yang menempel pada gigi. plak
paling banyak ditemukan di gigi geraham belakang.
Jika tidak dibersihkan maka plak akan membentuk mineral yang
disebut karang gigi (kalkulus, tartar). Plak dan kalkulus bisa
mengiritasi gusi sehingga timbul gingivitis.
48

c. Gejala (Widya, 2006)


Tidak semua nyeri gigi disebabkan karena kavitasi. Sakit gigi dapat
terjadi karena:
1. akar tercemar, tetapi tidak membusuk
2. terlalu kuat mengunyah
3. gigi patah.
Penyumbatan sinus bisa menyebabkan gigi atas menjadi peka.
Biasanya, suatu kavitasi di dalam enamel tidak menyebabkan sakit;
nyeri baru timbul jika pembusukan sudah mencapai dentin. Nyeri
yang dirasakan jika meminum-minuman dingin atau makan
permen menunjukkan bahwa pulpa masih sehat. Jika pengobatan
dilakukan pada stadium ini, maka gigi bisa diselamatkan dan
tampaknya tidak akan timbul nyeri maupun kesulitan menelan.
Suatu kavitasi yang timbul di dekat atau telah mencapai pulpa
menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki. Nyeri tetap
ada walaupun perangsangnya dihilangkan (contohnya air dingin ).
Bahkan gigi terasa sakit meskipun tidak ada perangsangan (sakit
gigi spontan). Jika bakteri masuk ke dalam pulpa dan pulpa mati,
maka untuk sementara waktu nyeri akan hilang tetapi tidak lama
kemudian (beberapa jam sampai beberapa hari) jika dipakai untuk
menggigit atau jika lidah maupun jari tangan menekan gigi yang
terkena, maka gigi menjadi peka karena peradangan dan infeksi
telah menyebar keluar dari ujung akar dan menyebabkan abses
(penumpukan nanah). Nanah yang terkumpul di sekitar gigi
cenderung akan mendorong gigi keluar dari kantongnya. proses
menggigit akan mengembalikan gigi ke tempatnya, disertai nyeri
yang luar biasa.
Nanah bisa terus terkumpul dan menyebabkan pembengkakan
pada gusi di dekatnya atau bisa menyebar lebih jauh melalui
rahang (selulitis) dan mengalir ke dalam mulut atau bahkan
menembus kulit di dekat rahang.
49

Tergantung kepada lokasinya, pembusukan gigi dibedakan menjadi :


4. Pembusukan Permukaan yang Licin atau Rata
Merupakan jenis pembusukan yang paling bisa dicegah dan
diperbaiki, tumbuhnya paling lambat.
Sebuah karies dimulai sebagai bintik putih dimana bakteri
melarutkan kalsium dari email.
Pembusukan jenis ini biasanya mulai terjadi pada usia 20-30
tahun.
5. Pembusukan Lubang dan Lekukan
Biasanya mulai timbul pada usia belasan, mengenai gigi tetap dan
tumbuhnya cepat.
Terbentuk pada gigi belakang, yaitu di dalam lekukan yang
sempit pada permukaan gigi untuk mengunyah dan pada bagian
gigi yang berhadapan dengan pipi. daerah ini sulit dibersihkan
karena lekukannya lebih sempit daripada bulu-bulu pada sikat
gigi.
6. Pembusukan Akar Gigi
Berawal sebagai jaringan yang menyerupai tulang, yang
membungkus permukaan akar (sementum).
Biasanya terjadi pada usia pertengahan akhir. Pembusukan ini
sering terjadi karena penderita mengalami kesulitan dalam
membersihkan daerah akar gigi dan karena makanan yang kaya
akan gula. Pembusukan akar merupakan jenis pembusukan yang
paling sulit dicegah.
b. Pembusukan Dalam Email
Pembusukan terjadi di dalam lapisan gigi yang paling luar dan
keras,tumbuh secara perlahan.
Setelah menembus ke dalam lapisan kedua (dentin, lebih lunak),
pembusukan akan menyebar lebih cepat dan masuk ke dalam pulpa
(lapisan gigi paling dalam yang mengandung saraf dan pembuluh
darah).
50

Dibutuhkan waktu 2-3 tahun untuk menembus email, tetapi


perjalanannya dari dentin ke pulpa hanya memerlukan waktu 1
tahun. karena itu pembusukan akar yang berasal dari dalam dentin
bisa merusak berbagai struktur gigi dalam waktu yang singkat.
seseorang boleh mengenal pasti bahawa dia mempunyai karies gigi
seperti berikut;
1. Perubahan kepada warna permukaan gigi (putih –> kekuningan
dan lembut –> coklat dan kehitaman)
2. Perubahan kepada konsistensi gigi (keras dan kuat –> lembut
dan rapuh)
3. Gigi berlubang
4. Sakit gigi (apabila kerosakan tersebut telah sampai ke rongga
pulpa gigi)
5. Gigi menjadi sensitif terutama apabila mengambil makanan
atau minuman ygsejuk atau panas
6. Makanan terperangkap di dalam atau di celah-celah gigi
7. Rasa atau bau yang kurang menyenangkan di dalam mulut.
d. Akibat Karies Gigi
1. Bau mulut
2. Terasa ngilu bila terkena makanan yang panas atau dingin,
asam dan manis.
3. Tidak bisa tidur atau aktivitas seharí-hari terganggu
4. Keadaan yang parah, kalau tidak dicabut menyebabkan gusi
bengkak, terdapat nanah dan pilek-pilek.
5. Hilangnya gigi adalah salah satu penyebab cacatnya fungsi
kunyah.
6. Penyakit pada organ lain : penyakit jantung koroner,
peradangan otot, penyakit katup jantung, penyakit ginjal,
penyakit mata, panyakit kulit.

e. Jenis Makanan Yang Dapat Menyebabkan Karies Gigi


1. Makanan yang manis seperti permen, coklat, sari manis dll
2. Makanan yang terlalu panas atau dingin
51

f. Pencegahan Karies Gigi (Hamsafir, 2010)


Pencegahan meliputi seluruh aspek kedokteran gigi yang
dilakukan oleh dokter gigi, individu dan masyarakat yang
mempengaruhi kesehatan rongga mulut.
Sehubungan dengan hal ini, pelayanan pencegahan
difokuskan pada tahap awal, sebelum timbulnya penyakit (pre-
patogenesis) dan sesudah timbulnya penyakit (patogenesis).
Leavell dan Clark dari Universitas Harvard dan Colombia
membuat klasifikasi pelayanan pencegahan tersebut atas 3 yaitu
pencegahan primer, sekunder dan tersier.
Pelayanan diarahkan pada tahap pre-patogenesis atau
pencegahan primer timbulnya penyakit, dengan upaya
meningkatkan kesehatan (health promotion) dan memberikan
perlindungan khusus (specific protection). Upaya promosi
kesehatan meliputi pengajaran tentang cara menyingkirkan plak
yang efekti atau cara menyikat gigi dan menggunakan benang gigi
(flossing). Upaya perlindungan khusus termasuk pelayanan yang
diberikan untuk melindungi dari serangan penyakit dengan
membangun penghalang untuk melawan mikroorganisme.
Pelayanan yang ditujukan pada tahap awal patogenesis
merupakan pelayanan pencegahan sekunder, untuk menghambat
atau mencegah penyakit agar tidak berkembang atau kambuh lagi.
Kegiatannya ditujukan pada diagnosa dini dan pengobatan yang
tepat. Sebagai contoh, melakukan penambalan pada lesi karies
yang kecil dapat mencegah kehilangan struktur gigi yang luas.
Pelayanan ditujukan terhadap akhir dari patogenesis
penyakit yang dikenal sebagai pencegahan tersier untuk mencegah
kehilangan fungsi. Kegiatannya meliputi pemberian pelayanan
untuk membatasi ketidakmampuan (cacat) dan rehabilitasi. Gigi
tiruan dan implan termasuk dalam kategori ini.
Pencegahan primer yang dilakukan dokter gigi meliputi
aplikasi topikal, pit dan fisur silen, konseling diet, program kontrol
52

plak, dan melakukan pengukuran risiko karies. Pencegahan primer


yang diberikan dalam masyarakat adalah fluoridasi air minum,
fluoridasi air sekolah dan kumur-kumur dengan larutan fluor
sedangkan individu melakukan tindakan menyikat gigi dengan
pasta gigi yang mengandung fluor dan menggunakan alat
pembersih gigi dan mulut lainnya
g. Pengobatan Karies Gigi
Jika pembusukan berhenti sebelum mencapai dentin, maka
email bisa membaik dengan sendirinya dan bintik putih di gigi
akan menghilang. Jika pembusukan telah mencapai dentin, maka
bagian gigi yang membusuk harus diangkat dan diganti dengan
tambalan (restorasi). Mengobati pembusukan pada stadium dini
bisa membantu mempertahankan kekuatan gigi dan memperkecil
kemungkinan terjadinya kerusakan pulpa. Pada stadium lanjut
kadang timbul demam, sakit kepala dan pembengkakan rahang,
dasar mulut atau tenggorokan, diperlukan pemberian obat
antibiotik, analgetik untuk menyembuhkan pembengkakan.
selanjutnya bisa dilakukan perawatan akar gigi atau pencabutan
gigi. Jika gigi dicabut, harus segera diganti.Jika tidak, gigi di
sebelahnya posisinya akan berubah dan mengganggu proses
menggigit, (Pratiwi, 2007)
4. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)
a. Pengertian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)
ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernafasan
atas, sedangkan yang benar ISPA merupakan singkatan dari infeksi
saluran nafas akut. ISPA dalam bahasa Inggris juga dikenal dengan
sebutan URI.
ISPA merupakan infeksi saluran pernapasan yang berlangsung
sampai 14 hari. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan
bersifat ringan, misalnya batuk pilek dan tidak memerlukan
pengobatan dengan antibiotik. Namun demikian jangan dianggap
enteng, bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat
53

menyebabkan anak menderita pneumoni yang dapat berujung pada


kematian, (Vieta, 2009)

b. Tanda dan Gejala ISPA


Menurut Vietha (2009), tanda dan gejala dari ispa adalah :
1) Pilek Biasa
2) Keluar sekret cair dan jernih dari hidung.
3) Kadang bersi – bersin.
4) Sakit tenggorokan.
5) Batuk.
6) Sakit kepala.
7) Skret menjadi kental.
8) Demam.
9) Muntah.
10) Anoreksia
Sebagian besar anak dengan infeksi saluran pernafasan bagian
atas memberikan gejala yang sangat penting yaitu batuk. Infeksi
saluran nafas bagian bawah memberikan beberapa tanda lainnya
seperti nafas yang cepat dan retratesi dada. Selain batuk gejala ISPA
pada anak juga dapat dikenali yaitu flu, demam, dan suhu tubuh anak
meningkat lebih dari 38,5 ○C dan disetai sesak nafas. Menurut derajat
keparahannya, ISPA dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu : ISPA
ringan ( bukan pneumonia ), ISPA sedang ( pneumonia ) dan ISPA
berat ( pneumonia berat ). Kusus untuk bayi di bawah 2 bulan, hanya
dikenal ISPA berat dan ISPA ringan ( tidak ada ISPA sedang ).
Batasan ISPA berat untuk bayi kurang dari 2 bulan adalah bik
frekuensi nafasnya sepat (60 kali / menit) atau adanya tarikan dinding
dada yang kuat. Pada dasarnya ISPA ringan dapat berkembang
menjadi ISPA sedang/ISPA berat jika keadaan memungkinkan
misalnya pasien kurang mendapat perawatan/daya tahan tubuh pasien
sangat kurang. Gejala ISPA ringan dapat dengan mudah diketahui
orang awam sedangkan ISPA sedang dan berat memerlukan beberapa
pengamatan sederhana, ( Yasir, 2009 )
54

c. Penyebab Umum ISPA


Adapun faktor yang berpengaruh pada timbulnya ISPA dan berat
ringannya penyakit adalah daya tahan tubuh seseorang yang
dipengaruhi oleh keadaan gizi, kekebalan, lingkungan.
Menurut Vietha ( 2009 ), etiologi ISPA adalah lebih dari 200 jenis
bakteri, virus dan jamur. Bakteri penyebabnya antara lain genus
streptococus, Stafilococus, hemafilus, bordetella, hokinebacterium.
Virus penyebabnya antara lain golongan mikrovirus, adnovirus, dan
virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA di influensa yang di
udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan
bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri dan virus
tersebut menyerang anak-anak di bawah usia 2 tahun yang kecepatan
tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke
musim hujan juga menumbulkan resiko serangan ISPA. Beberapa
faktor lain yang diperkirakan berkontrubusi terhadap kejadian ISPA
pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang,
dan buruknya senetasi lingkungan.
d. Cara penularan dan gejala ISPA
Pada dasarnya cara penularan ISPA sangatlah mudah, ISPA dapat
ditularkan melalui air liur, darah dan bersin, udara pernafasan yang
mengandung kuman yang kemudian terhirup oleh orang sehat ke
saluran pernafasannya. Jika tubuh sedang rentan maka ISPA akan
dengan cepat menular, (Yasir, 2009)
e. Cara Penanggulangan ISPA
Kebanyakan ISPA yang disebabkan oleh virus dapat sembuh
dengan sendirinya tanpa pemberian obat-obatan. Tetapi penyakit ini
harus diperhatikan dengan baik agar tidak terjadi resistensi kuman di
kemudian hari. Pemberian antibiotik dapat mempercepat
penyembuhan penyakit.
Namun pada penyakit ISPA yang sudah berlanjut dengan gejala
dahak, dan ingus yang sudah menjadi hijau, pemberian antibiotik
adalah keharusan karena membuktikan sudah ada bakteri yang masuk.
55

Selain itu penting menjaga keadaan gizi agar tetap baik, menjaga
kesehatan lingkungan dan kesehatan perorangan, memberikan
imunisasi pada bayi, mencegah berhubungan dengan penderita.
Beberapa penyakit yang tergolong dalam ISPA seperti, batuk
pilek, faringitis, infeksi telinga luar, pneumonia, tonsilitis, sinusitis.
f. Batuk – Pilek (Dini, 2002)
1) Definisi Batuk – Pilek
Adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh bibit penyakit yaitu
virus. Virus sendiri banyak jenisnya salah satunya menyebabkan
batuk pilek
2) Penyebab batuk pilek
Pada umumnya penyebab dan gejala batuk, pilek sama sehingga
penyakit ini sering di bahas menjadi satu. Batuk-pilek disebabkan
oleh virus yang mudah ditularkan melalui udara. Kelompok
penyakit ini sering sekali terjadi pada anak usia 5-15 tahun karena
pada masa ini anak-anak dalam masa pertumbuhan. Selain oleh
virus penyebab lainnya oleh kehujanan, cuaca dingin, sehingga
tubuh tidak kuat dengan udara dingin, debu, menghisap asap
rokok menghisap talk atau sari bunga, aspirasi (tersedak), alergi,
polusi
3) Tanda dan gejala dari Batuk Pilek
Hidung beringus, badan menjadi panas, tidak enak badan, bersin-
bersin, nyeri sendi, sakit kepala, hidung mampet, batuk pada
anak-anak. Bayi menjadi lebih rewel, demam, sulit bernafas, sulit
menyusui, hidung beringus.
4) Cara pencegahan batuk-pilek
Batuk pilek karena virus tidak ada obatnya, belum semua
penyakit virus dapat diobati, obat yang diberikan hanya
meredakan keluhan dan gejalanya saja
a.) Cara pencegahan
1) Meningkatkan kekebalan tubuh dengan makan-
makanan bergizi.
56

2) Olahraga yang cukup dan teratur.


3) Makan buah-buahan yang segar.
4) Menghindari makanan yang dingin.
5) Tidak banyak minum es.
6) Menghindari makanan yang merangsang tenggorokan.
7) Membersihkan lingkungan sekitar.
8) Menghindari hal-hal yang dapat memicu timbulnya
batuk-filek seperti asap rokok, tepung sari tumbuh-
tumbuhan, dan zat-zat kimia yang disemprotkan.
b) Pencegahan pada balita/anak-anak
1) Jauhkan anak dari penderita batuk.
2) Imunisasi lengkap
3) Menjaga makanan bergizi setiap hari.
4) Menjaga kebersihan tubuh, makanan dan lingkungan.
c) Cara Pengobatan
Sebenarnya pengobatan tergantung dari penyebabnya. Namun
apapun penyebabnya, yang penting adalah memberikan banyak
cairan pada penderita. Batuk-pilek bila belum terlalu parah
tidak perlu dibawa kedokter atau bidan cukup dengan
perawatan di rumah saja. Bisa dengan yang mengoleskan
minyak kelapa dioleskan di kanan atau di kiri hidung agar
tidak mampet, minum-minuman hangat seperti wedang jahe
dan makan sup hangat. Jika batuk dapat minum perasan air
jeruk nipis dicampur kecap manis atau madu, daun sirih 5
lembar disedu dengan air hangat ½ gelas.
Jika pada bayi hidungnya tersumbat bersihkan hidung dengan
sapu tangan bersih.
1) Berikan ASI dan makanan yang cukup.
2) Beri minum lebih banyak dari biasanya.
3) Jika panas kompres dengan kain bersih (tidak perlu air
dingin atau dengan daun melinjo/daun singkong.
Jika keadaan bayi bertambah buruk dengan tanda-tanda.
57

1. Anak tidak mau minum.


2. Nafasnya sesak
3. Nafasnya cepat. Dianjurkan untuk membawa kebidan atau
ke petugas kesehatan dan diberi antibiotik selama 5 hari

5. Kesehatan Lingkungan
a. Definisi
Kesehatan Lingkungan adalah upaya untuk meningkatkan
kesehatan lingkungan melalui upaya sanitasi dasar, pengawasan mutu
lingkungan dan tempat umum, termasuk pengendalian pencemaran
lingkungan dengan meningkatkan peran serta masyarakat dan
keterpaduan pengelolaan lingkungan melalui analisis dampak
lingkungan (Sumijatun, 2005)
b. Bagian-bagian Lingkungan
1. Air
Air merupakan salah satu kebutuhan hidup dan merupakan
dasar bagi peri kehidupan bumi, tanpa air berbagai proses
kehidupan tidak dapat berlangsung, oleh karena itu , penyediaan air
merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia.
Sumber daya air dapat di manfaatkan untuk berbagai
keperluan antara lain untuk kepentimgan rumah tangga (domestik),
industri, pertanian, perikanan, dan sarana angkutan. Untuk
kelangsungan hidup perlu disadari bahwa sumber daya air, baik air
permukaan maupun air tanah, harus mendapatkan perlindungan
dari manusia, supaya mendapatkan manfaat yang optimumdari
keberadaan sumber daya air dan mencegah terjadinya penurunan
kuantitas dan kualitas dari sumber daya air (Leahy, 2000)
2. Sumber-sumber air (Sumantri, 2013)
a. Air hujan
Air hujan merupakan penyubliman awan dan uap air, menjadi
air murni yang ketika turun dan melalui udara akan melarutkan
benda-benda yang terdapat di udara.
58

b. Air permukaan
Air permukaan adalah satu sumber yang dapet dipakai untuk
bahan baku air bersih.
c. Air tanah
Air tanah, merupakan air yang terdapt didalam ruang antara
butir-butir tanah.
3. Pengolahan Air Bersih (Efendy, 2000)
Supaya memenuhi syarat-syarat air untuk minum, air baku
yang berasal dari alam harus diolah terlebih dahulu. Cara
pengolahan tergantung dari jenis air baku yang dipakai, air
permukaan dapat diandalkan kontunitasnya dan banyaknya karena
itu air permukaan banyak dipakai untuk bahan baku air minum.
Pengolahan air permukaan melalui proses-proses barikut :
1) Pembuangan benda-benda yang terapung dan mengendap
2) Pengendapan lumpur
3) Penyaringan
4) Desinfeksi
5) Penyimpanan
6) Distribusi
4. Sampah
Limbah padat atau sampah padat merupakan salah satu
bentuk limbah yang terdapat di lingkungan. Oleh karena itu
masalah pengolahan sampah padat menjadi suatu hal yang sangat
penting untuk diselesaikan, (Efendy, 2000).
5. Persyaratan Rumah Sehat (Leahy, 2000)
a. Bahan Bangunan
Bahan bangunan sebaiknya tidak terbuat dari bahan yang dapat
melepaskan zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan seperti
asbes dan juga tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi
tumbuh kembangnya mikroorganisme patogen.
59

b. Ventilasi yang baik


1) Ventilasi yang baik berukuran lebih kurang 10-20 % dari
luas tanah
2) Ventilasi yang baik akan memberikan udara yang segar dari
luar
3) Suhu optimum 22-24 0 C
4) Kelembapan 60%
c. Pencahayaan yang Cukup
Memberikan kesempatan cahaya matahari yang cukup,
minimal cahaya matahari yang masuk lebih kurang 60lux dan
tidak menyilaukan, sehingga cahaya matahari mampu
membunuh kuman-kuman patogen dan jika pencahayaannya
kurang sempurna akan mengakibatkan ketegangan mata.
d. Bebas dari Kegaduhan dan Kebisingan
1. Tinggat kebisingan maksimal di perumahan
2. Tingkat kebisingan yang akan mengakibatkan gangguan
kenyamanan, gangguan aktivitas, gangguan stres.

e. Kepadatan Hunian Ruang Tidur


Luas ruang tidur minimal 8 m dan tidak dianjurkan
digunakan lebih dari 2 orang tidur dalam satu ruang tidur
kecuali anak berumur dibawah lima tahun
1) Tersedianya (tempat bermain untuk anak-anak)
2) Kesempatan bermain dengan leluasa dirumah dan halaman
dilingkungan rumah
f. Kualitas Tanah
Kualitas tanah pada daerah pemukiman harus memenuhi
persaratan sebagai berikut :
1. Aldrin maksimal 0,05
2. Deadrin maksimal 0,05
3. DDT maksimal 0,09
4. Timah hitam maksimal 1300mg/kg
5. Arsenic total maksimal 100mg/kg
60

6. Cadmium maksimal 20 mg/kg


7. Kandungan kaulitatid cacing tanah ascaris lumricoedes
dalam pemeriksaan 10 sampai secara proporsional harus
negative
g. Sarana Dan Prasarana Lingkungan
Yang memadai sebagai berikut:
1) Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tampat
perindukan vektor penyakit
2) Memiliki sarana jalan lingkungan
3) Tersediannya sumber air bersih yang menghasilkan air
secara cukup sepanjang waktu dengan kualitas air yang
memenuhi persaratan kesehatan kualitas air.
4) Pengelolaan pembuangan kotoran sesuai dan limbah rumah
tangga harus memenuhi persaratan keasehatan dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
5) Pengelolaan pengolahan sampah rumah tangga
6) Memiliki akses terhadap sarana pelayanan umum, sosial
seperti keaman, komunikasi, kesehatan, tempat bekerja,
tempat hiburan, tempat pendidikan.
7) Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan
8) Memiliki taman bermain untuk anak rekreasi keluarga
dengan konstruksi yang aman dari kecelakaan
(Efendy, 2000)

Вам также может понравиться

  • Laporan Sampah
    Laporan Sampah
    Документ4 страницы
    Laporan Sampah
    Amalia Nur Azhima
    Оценок пока нет
  • Konsep Lansia 1
    Konsep Lansia 1
    Документ43 страницы
    Konsep Lansia 1
    Amalia Nur Azhima
    Оценок пока нет
  • SAP Penyakit Kulit
    SAP Penyakit Kulit
    Документ13 страниц
    SAP Penyakit Kulit
    Amalia Nur Azhima
    Оценок пока нет
  • Laporan Sampah
    Laporan Sampah
    Документ4 страницы
    Laporan Sampah
    Amalia Nur Azhima
    Оценок пока нет
  • Sap Cuci Tangan
    Sap Cuci Tangan
    Документ10 страниц
    Sap Cuci Tangan
    Amalia Nur Azhima
    Оценок пока нет
  • Bab 1
    Bab 1
    Документ5 страниц
    Bab 1
    Amalia Nur Azhima
    Оценок пока нет
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Документ2 страницы
    Kata Pengantar
    Amalia Nur Azhima
    Оценок пока нет
  • SAP Sampah
    SAP Sampah
    Документ7 страниц
    SAP Sampah
    Amalia Nur Azhima
    Оценок пока нет
  • ASKEP KELUARGA Amel
    ASKEP KELUARGA Amel
    Документ12 страниц
    ASKEP KELUARGA Amel
    Amalia Nur Azhima
    Оценок пока нет
  • Bab 1
    Bab 1
    Документ4 страницы
    Bab 1
    Amalia Nur Azhima
    Оценок пока нет
  • Grantchar
    Grantchar
    Документ1 страница
    Grantchar
    Amalia Nur Azhima
    Оценок пока нет
  • Penkes DBD
    Penkes DBD
    Документ16 страниц
    Penkes DBD
    Amalia Nur Azhima
    Оценок пока нет
  • Bab Vi
    Bab Vi
    Документ4 страницы
    Bab Vi
    Amalia Nur Azhima
    Оценок пока нет
  • Bab Ii New
    Bab Ii New
    Документ58 страниц
    Bab Ii New
    Mukthyy Annk Taaurruz
    Оценок пока нет
  • Bab 1
    Bab 1
    Документ4 страницы
    Bab 1
    Amalia Nur Azhima
    Оценок пока нет
  • Lembar Jiwa
    Lembar Jiwa
    Документ8 страниц
    Lembar Jiwa
    Amalia Nur Azhima
    Оценок пока нет
  • Data Dasar Sumsel PDF
    Data Dasar Sumsel PDF
    Документ45 страниц
    Data Dasar Sumsel PDF
    Amalia Nur Azhima
    Оценок пока нет
  • Reni Fix Laporan Pendahuluan - Hie
    Reni Fix Laporan Pendahuluan - Hie
    Документ19 страниц
    Reni Fix Laporan Pendahuluan - Hie
    Reni Putri
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ4 страницы
    Bab I
    Amalia Nur Azhima
    Оценок пока нет
  • BAB I & 2 Kejang Demam (Seminar)
    BAB I & 2 Kejang Demam (Seminar)
    Документ34 страницы
    BAB I & 2 Kejang Demam (Seminar)
    Amalia Nur Azhima
    Оценок пока нет
  • SAP Perawatan Luka
    SAP Perawatan Luka
    Документ8 страниц
    SAP Perawatan Luka
    Amalia Nur Azhima
    0% (1)
  • Bab I
    Bab I
    Документ4 страницы
    Bab I
    Amalia Nur Azhima
    Оценок пока нет
  • Lembar Jiwa
    Lembar Jiwa
    Документ8 страниц
    Lembar Jiwa
    Amalia Nur Azhima
    Оценок пока нет
  • Ronde PDP
    Ronde PDP
    Документ17 страниц
    Ronde PDP
    Amalia Nur Azhima
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ8 страниц
    Bab I
    Amalia Nur Azhima
    Оценок пока нет
  • Kusoner Risiko Jatuh
    Kusoner Risiko Jatuh
    Документ2 страницы
    Kusoner Risiko Jatuh
    Amalia Nur Azhima
    Оценок пока нет
  • Pijat Oksitosin
    Pijat Oksitosin
    Документ2 страницы
    Pijat Oksitosin
    Amalia Nur Azhima
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan CA Mamae
    Laporan Pendahuluan CA Mamae
    Документ38 страниц
    Laporan Pendahuluan CA Mamae
    Dhea Erlinda
    67% (6)
  • MENGONTROL HALUSINASI
    MENGONTROL HALUSINASI
    Документ14 страниц
    MENGONTROL HALUSINASI
    Amalia Nur Azhima
    Оценок пока нет