Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh :
Eka Yanti Ningsi
NIM. 180070300011067
A. Definisi
Asma adalah Penyakit Inflamasi kronik pada jalan napas yang dikarakteristikkan dengan
hiperresponsivitas , edema mukosa , dan produksi mucus ( Brunner 2013 )
Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi ( peradangan ) kronik slauran napas yang
menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai dengan
gejala episodic berulang
Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible dimana
trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma bronchial adalah
suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai
rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan
derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan ( The
American Thoracic Society ).
B. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnya serangan asthma bronkial.
1. Faktor predisposisi
a. Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena
adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asthma bronkhial
jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran
pernafasannya juga bisa diturunkan.
2. Faktor presipitasi
a. Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan.
Seperti : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut.
Seperti : makanan dan obat-obatan.
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit.
seperti : perhiasan, logam dan jam tangan.
b. Perubahan cuaca.
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan
asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim
hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin
serbuk bunga dan debu.
c. Stress.
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga
bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang
timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguan
emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika
stresnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
d. Lingkungan kerja.
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini
berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium
hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada
waktu libur atau cuti.
e. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat.
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas
jasmani atau olah raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan
asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai
aktifitas tersebut.
C. Faktor Pencetus Serangan Asthma Bronkiale
Merangsang sel B
Mastosit degranulasi
Spasme otot
bronkus Sumbatan Edema bronkus inflamasi
mukus
Perub.nutrisi<ke
ansietas Peningkatan kerja b.
pernapasan
G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah
dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila
terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
• Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.
• Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan
semakin bertambah.
• Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
• Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
• Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium,
maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
H. Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah:
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara
2. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai penyakit
asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya sehingga
penderita mengerti tujuan pengobatan yang diberikan dan bekerja sama dengan dokter
atau perawat yang merawatnya.
Penatalaksanaan dapat dibagi atas penatalaksanaan umum dan khusus.
Penatalaksanaan umum meliputi tindakan pendidikan pada penderita serta usaha-usaha
menghindari faktor pencetus dan hal lain yang dapat memperberat perjalanan penyakit;
sedangkan penatalaksanaan khusus adalah pemberian obat-obatan, terapi inhalasi dan
tindakan lain.
Penatalaksanaan umum
1. Pendidikan terhadap penderita dan keluarga penderita; keluarga perlu mendapat
penjelasan tentang penyakit serta faktor-faktor pencetus dan yang memperburuk
keadaan, sehingga mereka berperan aktif dalam usaha pencegahan. Juga penjelasan
tentang cara pemakaian obat, sehingga pemakaiannya tepat dan benar.
2. Menghindari faktor pencetus yang bersifat iritasi, seperti debu, gas dan zat kimia.
3. Menghindari perubahan suhu yang tiba-tiba.
4. Menghindari kelelahan fisik yang berlebihan terutama pada pendrita exercise-induced
asthma (asma yang disebabkan oleh aktivitas atau latihan).
5. Menghindari atau mengurangi stres dan menstabilkan emosi.
6. Menghindari zat-zat alergen pada penderita asma ekstrinsik seperti bulu binatang,
tepung sari, makanan tertentu dan lainnya.
7. Menghindari infeksi, karena infeksi terutama di saluran napas bagian atas sering
menjadi pencetus asma.
8. Makanan yang cukup dan bergizi agar daya tahan meningkat; obat-obatan sering
menimbulkan mual-mual dan menyebabkan berkurangnya nafsu makan.
9. Cairan yang cukup, agar dapat mengencerkan reak atau dahak sehingga mudah
dikeluarkan.
10. Imunoterapi dengan jalan desensitisasi, yaitu menyuntikkan ekstrak antigen yang
menimbulkan alergi secara berulang-ulang. Ini hanya bermanfaat pada sebagian
penderita asma dengan riwayat alergi.
Penatalaksanaan khusus
Meliputi pemakaian obat-obatan, terapi respirasi dan usaha rehabilitasi.
Obat-obatan
a. Bronkodilator.
Obat utama yang mengatasi obstruksi saluran napas adalah bronkodilator, tiga
golongan bronkodilator adalah simpatomimetik, antikolinergik dan golongan xanthin.
Obat golongan simpatomimetik merupakan bronkodilator utama oleh karena obat
ini bekerja merigaktifkan adenilsiklase dengan akibat meningkatnya produksi siklik AMP
dan menyebabkan relaksasi otot polos saluran napas. Siklik AMP yang meningkat juga
menghambat pelepasan mediator seperti histamin dan SRS-A yang menimbulkan
bronkospasme. Obat ini juga meningkatkan kecepatan aliran lendir di trakea. Obat beta
stimulan yang bekerja selektif terhadap reseptor beta-2 metaproterenol yaitu beta agonis
seperti terbutalin (Bricasma), fenoterol (Berotec), orciprenalin (Alupent), salbutamol
(Ventolin, Salbuvene), procaterol (Meptin), dan hexoprenalin (Iprado)l, mempunyai efek
bronkodilatasi yang besar serta efek perangsangan kardiak yang minimal.
Pemberian beta-2 agonis ini dapat menimbulkan tremor, dengan meneruskan
pemberian obat gejala samping ini akan berkurang. Pemberian beta-2 agonis secara
inhalasi akan mengurangi efek samping, selain itu juga menimbulkan efek terapeutik yang
lebih cepat serta dapat memobilisasi lendir.
Golongan antikolinergik atau anti muskarinik seperti ipratropium bromid (Atrovent),
bekerja secara kompetisi antagonis dengan asetilkolin. Asetilkolin adalah substansi
penghantar pada refleks vagal, akibat aktivitas substansi ini terjadi bronkokonstriksi.
Golongan xanthin merupakan bronkodilator yang paling lama digunakan. Obat ini
bekerja menghambat aksi enzim fosfodiesterase, yakni enzim yang menginaktifkan siklik-
AMP. Obat ini menyebabkan kadar siklik AMP tinggi sehingga menimbulkan
bronkodilatasi. Pemberian obat ini dikombinasi dengan golongan lain akan memberikan
efek sinergisme. Pemberian kombinasi akan memberikan dosis yang rendah dengan efek
samping yang kurang.
Dosis toksik dapat menimbulkan gejala mual, muntah, anoreksia, gelisah, kejang
dan perubahan kesadaran. Bila dosis terapi tidak menimbulkan efek dapat dilakukan
pemantauan kadar obat dalam darah. Kadar terapeutik ialah 10--20 ug/ml.
b. Kortikosteroid
Kortikosteroid paling sering digunakan pada asma, manfaatnya sangat jelas
terutama pada asma akut berat, walaupun mekanisme kerjanya belum diketahui secara
pasti; selain bersifat sebagai anti radang, obat ini juga bekerja meningkatkan kerja obat-
obat perangsang adenoreseptor. Kortikosteroid topikal seperti beklomethason dipropionat
dan budesonide yang diberikan secara inhalasi memberikan manfaat dalam mencegah
EIA dan menurunkan hiperreaktivitas bronkus serta mempunyai efek samping yang sangat
kecil.
c. Disodium kromoglikat (DSCO)
Bekerja menghambat degranulasi dan penglepasan mediator oleh sel mast
terutama pada mukosa bronkus. Dengan demikian obat ini mencegah bronkospasme, obat
ini dapat digunakan sebagai pencegah timbulnya serangan asma.
d. Antihistamin
Yang digunakan adalah ketotifen, anti histamin yang mempunyai efek
antianafilaktik dan menghambat kerja PAF (platelet aggregating factor). Obat ini
bermanfaat pada golongan asma ekstrinsik. Selain golongan obat-obat di atas diberikan
juga obat-obat penyerta atau pembantu, atas dasar indikasi. Obat-obat penyerta itu antara
lain adalah:
e. Antibiotika, diberikan bila ada tanda-tanda infeksi, yaitu adanya perubahan warna
sputum.
f. Mukolitik untuk mengencerkan sputum dapat diberikan mucohexin atau N-acetyl
cystein dan jenis lain.
g. Ekspektoran untuk memudahkan pengeluaran sputum, yaitu gliseril guaiakolat
dan obat batuk hitam. Obat antihistamin lain umumnya tidak diberikan karena dapat
mengentalkan sekret, kecuali bila jelas terlihat tanda-tanda alergi. Obat penenang seperti
luminal juga tidak dianjurkan karena dapat menekan pusat pernapasan.
Terapi inhalasi
1. Terapi aerosol
Inhalasi bronkodilator sangat efektif pada serangan bronkospasme akut. Pemberian
dapat dengan nebulizer atau dengan spacer.
Bronkodilator inhalasi mempunyai efek terapi yang cepat dan efek samping yang
rendah. Perlu petunjuk yang jelas cara pemakaian aerosol agar tidak terjadi kesalahan
teknik.
2. Terapi oksigen
Terapi oksigen diberikan pada penderita dalam serangan yang berat dan ada tanda-
tanda hipoksemia.
Rehabilitasi
1. Fisioterapi
Diberikan terutama untuk memobilisasi reak, bermanfaat pada penderita asma kronik
dengan produksi sputum yang kental.
Fisioterapi juga dapat berbentuk latihan pernapasan/senam pernapasan. Hal ini selain
mengefektifkan kerja otot-otot pernapasan juga memberikan rasa percaya diri yang
besar para
penderita.
2. Rehabilitasi psikis
Pendekatan psikis berguna untuk mengurangi stres dan menstabilkan emosi
penderita. Terutama pada penderita-penderita dengan emosi labil atau bila faktor
emosi sangat berperan dalam mencetuskan serangan.
Kesimpulan Penatalaksanaan
Penatalaksanaan asma hendaklah secara terpadu dan melaksanakan pendekatan terapi
lain selain pemakaian obat-obatan. Bronkodialtor adalah obat yang utama pada
pengobatan asma. Pemberian kortikosteroid dapat menurunkan hiperreaktivitas bronkus.
Pemberian obat-obatan secara inhalasi akan memberikan efek yang tepat serta efek
samping yang kecil.
Pengobatan Selama Serangan Status Asthmatikus:
a) Infus RL : D5 = 3 : 1 tiap 24 jam
b) Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul
c) Aminophilin bolus 5 mg/KgBB diberikan pelan-pelan selama 20 menit dilanjutkan drip RL
atau D5 maintenance (20 tetes/menit) dengan dosis 20 mg/KgBB/24 jam.
d) Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara subkutan.
e) Dexamethasone 10-20 mg/6jam secara intra vena.
f) Antibiotik spektrum luas.
(Pedoman Penatalaksanaan Status Asthmatikus UPF Paru RSUD Dr. Soetomo
Surabaya).
I. Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah :
1. Status asmatikus
Suatu serangan asma yang berat, berlangsung dalam beberapa jam sampai beberapa
hari, yang tidak memberikan perbaikan pada pengobatan yang lazim. Status
asmatikus merupakan kedaruratan yang dapat berakibat kematian, oleh karena itu :
- Apabila terjadi serangan, harus ditanggulangi secara tepat dan diutamakan
terhadap usaha menanggulangi sumbatan saluran pernapasan.
- Keadaan tersebut harus dicegah dengan memperhatikan faktor-faktor yang
merangsang timbulnya serangan (debu, serbuk, makanan tertentu, infeksi saluran
napas, stress emosi, obat-obatan tertentu seperti aspirin, dan lain-lain)
2. Atelektasis
pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara
(bronkus maupun bronkiolus ) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal
3. Hipoksemia
Hipoksemia (atau Hypoxaemia) secara umum didefinisikan sebagai penurunan
tekanan parsial oksigen dalam darah, kadang-kadang khusus kurang dari yang, tanpa
spesifikasi lebih lanjut, akan mencakup baik konsentrasi oksigen terlarut dan oksigen
yang terikat pada hemoglobin.
4. Pneumothoraks
b. Kolaps paru-paru / pneumothoraks (Pneumothorax) adalah penimbunan
udara atau
c. gas di dalam rongga pleura yang dapat mengakibatkan tekanan udara
meningkat dan
d. menurunnya kapasitas vital paru-paru sehingga akan menyebabkan
kegagalan pernafasan.
4. Emfisema
Empesema adalah suatu kelainan anatomik paru yang ditandai oleh pelebaran secara
abnormal saluran napas bagian distal broncus terminalis, disertai dengan kerusakan
alveoli yang irreversible.
J. Pengkajian
a. Pengumpulan data.
1) Identitas klien.
Pengkajian mengenai nama, umur dan jenis kelamin perlu di kaji pada penyakit
status asthmatikus. Alamat menggambarkan kondisi lingkungan tempat klien berada,
dapat mengetahui kemungkinan faktor pencetus serangan asthma. Status perkawinan,
gangguan emosional yang timbul dalam keluarga atau lingkungan merupakan faktor
pencetus serangan asthma, pekerjaan, serta bangsa perlu juga digaji untuk mengetahui
adanya pemaparan bahan elergen. Hal lain yang perlu dikaji tentang : Tanggal MRS,
Nomor Rekam Medik, dan Diagnosa medis.
2) Riwayat penyakit sekarang.
Klien dengan serangan asthma datang mencari pertolongan dengan keluhan,
terutama sesak napas yang hebat dan mendadak kemudian diikuti dengan gejala-gejala
lain yaitu : Wheeezing, Penggunaan otot bantu pernapasan, kelelahan gangguan
kesadaran, sianosis serta perubahan tekanan darah. Perlu juga dikaji kondisi awal
terjadinya serangan.
3) Riwayat penyakit dahulu.
Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti infeksi saluran
napas atas, sakit tenggorokan,tonsillitis, sinusitis, polip hidung. Riwayat serangan
asthma frekuensi, waktu, alergen-alergen yang dicurigai sebagai pencetus serangan
serta riwayat pengobatan yang dilakukan untuk meringankan gejala asthma.
4) Riwayat kesehatan keluarga.
Pada klien dengan serangan status asthmatikus perlu dikaji tentang riwayat
penyakit asthma atau penyakit alergi yang lain pada anggota keluarganya karena
hipersensitifitas pada penyakit asthma ini lebih ditentukan oleh faktor genetik.
5) Riwayat spikososial
Gangguan emosional sering dipandang sebagai salah satu pencetus bagi serangan
asthma baik gangguan itu berasal dari rumah tangga, lingkungan sekitar sampai
lingkungan kerja.
6) Pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Gejala asthma dapat membatasi manusia untuk berprilaku hidup normal sehingga
klien dengan asthma harus merubah gaya hidupnya sesuai kondisi yang memungkinkan
tidak terjadi serangan asthma
b) Pola nutrisi dan metabolisme
Perlu dikaji tentang status nutrisi klien meliputi, jumlah, frekuensi, dan kesulitan-
kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya. (Hudak dan Gallo;1997)
c) Pola eliminasi
Perlu dikaji tentang kebiasaan BAB dan BAK mencakup warna bentuk, konsentrasi,
frekuensi, jumlah serta kesulitan dalam melaksanakannya.
d) Pola tidur dan istirahat
Perlu dikaji tentang bagaimana tidur dan istirahat klien meliputi berapa lama klien
tidur dan istirahat. Serta berapa besar akibat kelelahan yang dialami klien. Adanya
wheezing, sesak dan ortopnea dapat mempengaruhi pola tidur dan istirahat klien
e) Pola aktifitas dan latihan
Perlu dikaji tentang aktifitas keseharian klien seperti olah raga, bekerja dan aktifitas
lainnya. Aktifitas fisik dapat menjadi faktor pencetus terjadinya asthma yang disebut
dengan Exercise Induced Asthma.
f) Pola hubungan dan peran
Gejala asthma sangat membatasi gejala klien untuk menjalani kehidupan secara
normal. Klien perlu menyesuaikan kondisinya dengan hubungan dan peran klien baik
dilingkungan rumah tangga, masyarakat ataupun lingkungan kerja.
g) Pola persepsi dan konsep diri
Perlu dikaji tentang persepsi klien terhadap penyakitnya. Persepsi yang salah dapat
menghambat respon kooperatif pada diri klien. Cara memandang diri yang salah juga
akan menjadi stresor dalam kehidupan klien. Semakin banyak stresor yang ada pada
kehidupan klien dengan asthma meningkatkan kemungkinan serangan asthma yang
berulang.
h) Pola sensori dan kognitif
Kelainan pada pola persepsi dan kognitif akan mempengaruhi konsep diri klien dan
akhirnya mempengaruhi jumlah stressor yang dialami klien sehingga kemungkinan
terjadi serangan asthma yang berulang akan semakin tinggi.
i) Pola reproduksi seksual
Reproduksi seksual merupakan kebutuhan dasar manusia, bila kebutuhan ini tidak
terpenuhi akan terjadi masalah dalam kehidupan klien. Masalah ini akan menjadi
stressor yang akan meningkatkan kemungkinan terjadinya serangan asthma.
j) Pola penangulangan stress
Stress dan ketegangan emosional merupakan faktor instrinsik pencetus serangan
asthma maka perlu dikaji penyebab terjadinya stres. Frekuensi dan pengaruh
terhadap kehidupan klien serta cara penanggulangan terhadap stresor.
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
Kedekatan klien pada sesuatu yang ia yakini dunia percayai dapat meningkatkan
kekuatan jiwa klien. Keyakinan klien terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta
pendekatan diri pada Nya merupakan metode penanggulangan stres yang
konstruktif dan adaptif.
7) Pemeriksaan fisik
a) Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara bicara,
tekanan darah nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan, penggunaan otot-otot
pembantu pernapasan, sianosis, batuk dengan lendir lengket dan posisi istirahat klien
b) Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit,
kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya
bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna rambut,
kelembaban dan kusam.
c) Kepala.
Dikaji tentang bentuk kepala, simetris adanya penonjolan, riwayat trauma, adanya
keluhan sakit kepala atau pusing, vertigo kejang ataupun hilang kesadaran.
d) Mata.
Adanya penurunan ketajaman penglihatan akan menambah stres yang di rasakan
klien.
e) Hidung
Adanya pernafasan menggunakan cuping hidung, rinitis, alergi dan fungsi olfaktori.
f) Mulut dan laring
Dikaji adanya perdarahan pada gusi. Gangguan rasa menelan dan mengunyah, dan
sakit pada tenggorok serta sesak atau perubahan suara.
g) Leher
Dikaji adanya nyeri leher, kaku pada pergerakaan, pembesaran tiroid serta
penggunaan otot-otot pernafasan.
h) Thorak
(1) Inspeksi
Dada diinspeksi terutama postur bentuk dan kesimetrisan, adanya peningkatan
diameter anteroposterior, retraksi otot-otot interkostalis, frekuensi, irama dan
kedalaman pernafasan.
(2) Palpasi.
Pada palpasi di kaji tentang kesimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus.
(3) Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor.
(4) Auskultasi.
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih dari 4 detik
atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan Wheezing.
i) Kardiovaskuler.
Jantung di kaji ada atau tidaknya pembesaran jantung dan suara jantung
melemah. Tekanan darah dan nadi yang meningkat serta adanya pulsus paradoksus.
j) Abdomen.
Perlu di kaji tentang bentuk, nyeri, serta tanda-tanda infeksi (Hudak dan
Gallo;1997)
k) Ekstrimitas.
Di kaji adanya edema extremitas, tremor dan tanda-tanda infeksi pada
extremitas.
8) Pemeriksaan penunjang.
a) Pemeriksaan spirometri.
Pemeriksaan ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator
aerosol golongan adrenergik. Peningkatan FEV atau FVC sebanyak lebih
dari 20% menunjukkan diagnosis asthma.
b) Laboratorium.
(1) Analisa gas darah.
Hanya di lakukan pada serangan asthma berat karena terdapat
hipoksemia, hyperkapnea, dan asidosis respiratori.
(2) Sputum.
Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan Asthma yang
berat, karena hanya reaksi yang hebat saja yang menyebabkan
transudasi dari adema mukosa, sehingga terlepaslah sekelompok sel –
sel epitel dari perlekatannya. Peawarnaan gram penting untuk melihat
adanya bakteri, diikuti kultur dan uji resistensi terhadap beberapa
antibiotik.
(3) Sel eosinofil
Pada penderita status asthmatikus sel eosinofil dapat mencapai 1000 –
1500 /mm3 baik asthma Intrinsik ataupun extrinsik, sedangkan hitung sel
eosinofil normal antara 100-200/mm3. Perbaikan fungsi paru disertai
penurunan hitung jenis sel eosinofil menunjukkan pengobatan telah tepat.
(4) Pemeriksaan darah rutin dan kimia
Jumlah sel leukosit lebih dari 15.000 terjadi karena adanya infeksi. SGOT
dan SGPT meningkat disebabkan karena kerusakkan hati akibat hipoksia
atau hiperkapnea.
e) Radiologi
Pemeriksaan radiologi dilakukan untuk menyingkirkan adanya proses
patologik di paru atau komplikasi asthma seperti pneumothorak,
pneumomediastinum, atelektosis dan lain – lain.
f) Elektrokardiogram
Perubahan EKG didapat pada 50% penderita Status Asthmatikus, ini
karena hipoksemia, perubahan pH, hipertensi pulmonal dan beban jantung
kanan . Sinus takikardi – sering terjadi pada asthma.
b. Analisa data
Data yang dikumpulkan harus dianalisa untuk menentukan masalah klien.
Analisa data merupakan proses intelektual yang meliputi pengelompokan data,
mengidentifikasi kesenjangan dan menentukan pola dari data yang terkumpul serta
membandingkan susunan atau kelompok data dengan standart nilai normal,
menginterprestasikan data dan akhirnya membuat kesimpulan. Hasil dari analisa
adalah pernyataan masalah keperawatan.
K. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas inefektif yang berhubungan dengan sekresi kental peningkatan
produksi mukus dan bronkospasme
b. Gangguan pola nafas yang berhubungan dengan distensi dinding dada dan
kelelahan akibat kerja pernafasan.
c. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan retensi CO2, peningkatan
sekresi, peningkatan kerja pernafasan dan proses penyakit,(Tucker;1993).
d. Ansietas yang berhubungan dengan sulit bernafas dan rasa takut sufokasi.
Laporan Asuhan Keperawatan
Asma Bronchiale
Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik
A. Identitas Klien
Nama : An T. Z No Register : 16219878
Usia : 9 thn 10 bln TgL Masuk : 18 Februari 2019
Jenis kelamin : Laki laki Tgl pengkajian : 18 Februari 2019
Agama : Islam Sumber Informasi : orang tua
Pendidikan : SD Diagnosa Medis : Asma Bronchiale
1. Obat-obatan yg digunakan:
Pulmicot dan ventolin selalu ada persediaan di rumah untuk pencegahan kekambuhan
sesak di rumah.
Assessment Resiko Jatuh Pada Anak: Humpty Dumpty
Parameter Kriteria Skor
Dibawah 3 tahun 4
3 – 7 tahun 3
Usia
7 – 13 tahun 2
> 13 tahun 1
Laki-laki 2
Jenis Kelamin
Perempuan 1
Kelainan neurologi 4
Gangguan dalam oksigenasi (masalah saluran pernafasan,
3
Diagnosa dehidrasi, anemia, anoreksia, sinkop/ sakit kepala, dll)
Kelainan psikis/ perilaku 2
Diagnosis lain 1
Tidak sadar terhadap keterbatasan 3
Gangguan
Lupa akan keterbatasan 2
Kognitif
Sadar akan kemampuan diri 1
Riwayat pernah terjatuh atau Anak-anak dan bayi
4
ditempatkan di tempat tidur dewasa
Faktor Pasien menggunakan alat batu / bayi diletakkan di tempat
3
tidur bayi atau perabot rumah
Lingkungan
Pasien diletakkan di tempat tidur 2
Area rawat jalan 1
Dalam 24 jam 3
Riwayat
Dalam 48 jam 2
Pembedahan
> 48 jam atau tidak menjalani pembedahan / sedasi /
atau Anestesi 1
anestesi
Penggunaan multiple: Sedatif, obat hypnosis, barbiturate,
3
fenotiazin, antidepressant, pencahar, diuretic, narkotik
Penggunaan
Penggunaan salah satu obat diatas 2
Medika Mentosa
Penggunaan medikasi lain atau tidak menggunakan
1
medikasi
Skor Total Humpty Dumpty 12
Resiko Sedang 7 – 11 Resiko Rendah 0 –
√ Resiko Tinggi ≥ 12
6
D. Riwayat Keluarga
Menurut Ny.D mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit sesak
nafas ( asma bronchiale) seperti klien. Klien sudah sering keluar masuk RS dengan keluhan
sesak.ibu klien mengatakan anaknya terdiagnosa penyakit Asma Bronchial sejak usia 3
tahun.
GENOGRAM
39 35
5
9 tahun
Keterangan:
: Klien
: Tinggal Serumah
: Laki-laki
: Perempuan
E. Riwayat Lingkungan
Jenis Rumah
• Kebersihan Belum terkaji
• Bahaya kecelakaan Belum terkaji
• Polusi Belum Terkaji
• Ventilasi Belum terkaji
• Pencahayaan Belum terkaji
F. Pola Aktifitas-Latihan
Rumah Rumah Sakit
• Makan/minum 2 3
• Mandi 2 3
• Berpakaian/berdandan 2 3
• Toileting 2 3
• Mobilitas di tempat tidur 0 3
• Berpindah 0 3
• Berjalan 0 3
• Naik tangga 2 belum terkaji
Pemberian Skor: 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 = dibantu orang lain, 4 = tidak mampu
H. Pola Eliminasi
Rumah Rumah Sakit
• BAB:
- Frekuensi/pola 1 -2 hari sekali sejak MRS 1 kali BAB
- Konsistensi Lembek Lembek
- Warna & bau Coklat / khas Coklat muda / khas
- Kesulitan Tidak ada Tidak ada
• BAK:
- Frekuensi/pola 4-6 kali 1-3 kali
- Konsistensi Cair Cair
- Warna & bau Kuning cerah Kuning cerah
- Kesulitan Tidak ada Tidak ada
I. Pola Tidur-Istirahat
Rumah Rumah Sakit
• Tidur siang:Lamanya 1-2 jam 30 mnt – 1 jam
- Jam …s/d… 13:30 – 14:00 11:00 – 12:00
- Kenyamanan stlh. tidur segar -
• Tidur malam: Lamanya 7 – 8 jam 6-7 jam
- Jam …s/d… 21:00 – 06:00 21:00 – 05:00
- Kenyamanan stlh. Tidur Ny.D mengatakan tidur anaknya pulas
- Kebiasaan sblm. tidur main game -
- Kesulitan tidak ada tidak ada
O. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum:
Klien tampak lemas, akral teraba hangat
• Kesadaran: compos mentis, GCS : 4 5 6
• Tanda-tanda vital: - Tekanan darah :100/60 mmHg - Suhu : 37,2 oC
- Nadi : 118 x/menit - RR : 26x/menit
• Tinggi badan: 130 cm Berat Badan: 15.6 kg
• Tonus otot baik, mobilisasi (+)
2. Kepala & Leher
a. Kepala:
Bentuk kepala bulat, Tidak tampak benjolan atau massa, simetris
b. Mata:
Simetris, reflek pupil ada, isokor, konjunctiva tidak tampak anemis
c. Hidung:
Tampak simetris kiri kanan, tidak tampak lendir di hidung, tampak terpasang O2 nasal
kanul 1lpm
d. Mulut & tenggorokan:
Bibir pucat dan mukosa bibir tampak kering.
e. Telinga:
Simetris kiri-kanan, tidak terdapat lesi atau benjolan.
f. Leher:
Tidak nampak adanya benjolan, tidak nampak adanya lesi, tidak ada nyeri tekan
Q. Terapi
Terapi intravena Cairan C1.2 15 tpm
Paracetamol (kalau perlu)
Puyer batuk (Nairet, profilax,epexol)
Atarok 2x1 cth
O2 nasal kanul 1lpm
Pulmicot vs Combivent
Objektif :
Sekresi kelnejar mukosa
- Pada auskultasi terdengar
suara nafas tambahan Produksi mukus
Rh +|+ meningkat
Whz +|+
- Klien tampak lemas Ketidakefektifan bersihan
- Akral teraba hangat jalan napas
- Suhu : 36,9⁰C
- RR : 30x/mnt
- SPO2 : 96%
- Hasil laboratorium :
eosofil 13,8 (N:1.0-5.0)
Objektif :
- Pasien tampak lemas di
tempat tidur
PRIORITAS DIAGNOSA
Kriteria Hasil :
No Indikator 1 2 3 4 5
NOC : status Pernapasan
: Kepatenan jalan napas
Keterangan Penilaian:
1 : Sangat berat
2 : Berat
3 : Cukup
4 : Ringan
5 : Tidak ada
Kriteria Hasil:
NOC: Status respirasi ; ventilasi
Tanda – tanda vital
No. Indikator 1 2 3 4 5
1. Frekuensi napas
2. Irama nafas
3. Suara nafas tambahan
4. Penggunaan otot bantu napas
Keterangan Penilaian:
1 : Sangat berat
2 : Berat
3 : Cukup
4 : Ringan
5 : Tidak ada
Tindakan kolaborasi :
1. Kolaborasi untuk terapi inhaler
2. Kolaborasi untuk pemberian obat bronkodilator
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Tujuan: Setelah dilakukan penjelasan selama 1x pertemuan klien / orang tua mengetahui dan
memahami tentang penyakit-nya, dengan kriteria :
Kriteria Hasil:
NOC: Pengajaran proses penyakit
Perilaku kesehatan (health behaviors)
No. Indikator 1 2 3 4 5
Keterangan Penilaian:
6 : Tidak ada pengetahuan
7 : Pengetahuan terbatas
8 : pengetahuan sedang
9 : Pengetahuan banyak
10 : Pengetahuan sangat banyak
18 feb 1 11.00 - Monitor suara nafas tambahan seperti - Terdengar suara nafas
2019 tambahan Whz + | +
ngorok atau mengi
+|+
- Catat pergerakan dada seperti - Tidak tampak penggunaan otot
ketidaksimetrisan, penggunaan otot otot bantu nafas
bantu nafas - Ibu klien mengatakan sesak
anaknya bertambah bila makan
- Monitor keluhan sesak napas klien pantangan seperti seafood dan
termasuk kegiatan yang meningkatkan sejenisnya.
atau memperburuk sesak napas klien
- Berikan bantuan terapi napas jika
diperlukan (misalnya nebulizer).
18 feb 2 12.00 - Monitor pola nafas (bradypnea, - Tidak tampak adanya tanda
2019
takipnea, hyperventilasi, kussmaul tanda takipnue, bradipnue
respirasi, apneustik, Biot respirasi) - Klien mau mengikuti arahan
- Posisikan untuk mengurangi dyspnea bernapas pelan dan cara batuk
- Membantu pasien untuk sering merubah efektif
posisi -
- Mengatur posisi pasien dengan semi
fowler dan bed di stel sesuai posisi
pasien
- Dorong pasien untuk bernafas pelan ,
nafas dalam, dan batuk efektif
19 feb 1 11.00 - Monitor suara nafas tambahan seperti - Terdengar suara nafas
2019 tambahan Whz + | +
ngorok atau mengi
+|+
- Catat pergerakan dada seperti - Tidak tampak penggunaan otot
ketidaksimetrisan, penggunaan otot otot bantu nafas
bantu nafas - Ibu klien mengatakan sesak
anaknya bertambah bila makan
pantangan seperti seafood dan
sejenisnya.
- Monitor keluhan sesak napas klien - Pemberian nebulizer
termasuk kegiatan yang meningkatkan (combivent vs pulmicot 2
mg)
atau memperburuk sesak napas klien
- Berikan bantuan terapi napas jika
diperlukan (misalnya nebulizer).
19 feb 2 12.00 - Monitor pola nafas (bradypnea, - Tidak tampak adanya tanda
2019
takipnea, hyperventilasi, kussmaul tanda takipnue, bradipnue
respirasi, apneustik, Biot respirasi) - Klien mau mengikuti arahan
- Posisikan untuk mengurangi dyspnea bernapas pelan dan cara batuk
- Membantu pasien untuk sering merubah efektif
posisi
- Mengatur posisi pasien dengan semi
fowler dan bed di stel sesuai posisi
pasien
- Dorong pasien untuk bernafas pelan ,
nafas dalam, dan batuk efektif
Tgl No Jam Implementasi Respon Klien TTD
Dx kep Perawat
20 feb 1 15.10 - Memantau suhu tubuh dan tanda vital - RR : 24 x/ menit
2019 - Memposisikan pasien untuk - HR: 100 x/menit
memaksimalkan ventilasi (semi-fowler) - Suhu: 36.3 ⁰C
- Akral teraba hangat
- Auskultasi suara nafas, catat area yang
- Tidak terpasang O2 nasal
terdapat suara nafas tambahan - Obat puyer batuk pilek sudah
- Kelola nebulizer sebagaimana mestinya diberikan
20 feb 1 16.00 - Monitor suara nafas tambahan seperti - Terdengar suara nafas
2019 tambahan Whz - | -
ngorok atau mengi
-|-
- Catat pergerakan dada seperti - Tidak tampak penggunaan otot
ketidaksimetrisan, penggunaan otot otot bantu nafas
bantu nafas - Ibu klien mengatakan anaknya
sudah tidak sesak lagi
- Monitor keluhan sesak napas klien
termasuk kegiatan yang meningkatkan
atau memperburuk sesak napas klien
- Berikan bantuan terapi napas jika
diperlukan (misalnya nebulizer).
20 feb 2 17.00 - Monitor pola nafas (bradypnea, - Tidak tampak adanya tanda
2019
takipnea, hyperventilasi, kussmaul tanda takipnue, bradipnue
respirasi, apneustik, Biot respirasi) - Klien mau mengikuti arahan
- Posisikan untuk mengurangi dyspnea bernapas pelan dan cara batuk
- Membantu pasien untuk sering merubah efektif
posisi Pasien diperbolehkan pulang
- Mengatur posisi pasien dengan semi
fowler dan bed di stel sesuai posisi
pasien
- Dorong pasien untuk bernafas pelan ,
nafas dalam, dan batuk efektif
EVALUASI
Hari/ No
Tanda
Tanggal/ Dx Evaluasi
tangan
Jam Kep
Senin 18 1 S:
Februari Ibu klien mengatakan anaknya masih batuk dan pilek
2019
14:00 O:
Klien nampak lemah, akral teraba hangat, tonus otot
baik, makan / minum baik, BAK (+), tidak ada mual
muntah
- RR: 30 x/ menit
- HR: 110 x/menit
- Suhu: 37.3 ⁰C
NOC: status Pernapasan : Kepatenan jalan napas
Score
Indikator
Awl Tgt Akr
1. Batuk 3 5 4
2. Akumulasi sputum 3 5 4
3. Suara napas tambahan 3 5 4
Score
Indikator
Awl Tgt Akr
1.Frekuensi napas 3 5 4
2. Irama napas 3 5 4
3. Suara napas tambahan 3 5 4
4. Penggunaan otot bantu napas 3 5 4
Hari/ No
Tanda
Tanggal/ Dx Evaluasi
tangan
Jam Kep
Selasa 19 1 S:
Februari Ibu klien mengatakan anaknya masih batuk dan pilek
2019
14:00 O:
Klien nampak lemah, akral teraba hangat, tonus otot
baik, makan / minum baik, BAK (+), tidak ada mual
muntah
- RR: 24 x/ menit
- HR: 100 x/menit
- Suhu: 36.8 ⁰C
NOC: status Pernapasan : Kepatenan jalan napas
Score
Indikator
Awl Tgt Akr
4. Batuk 3 5 4
5. Akumulasi sputum 3 5 4
6. Suara napas tambahan 3 5 4
Score
Indikator
Awl Tgt Akr
1.Frekuensi napas 3 5 4
2. Irama napas 3 5 4
3. Suara napas tambahan 3 5 4
4. Penggunaan otot bantu napas 3 5 4
Hari/ No
Tanda
Tanggal/ Dx Evaluasi
tangan
Jam Kep
Rabu 20 1 S:
Februari Ibu klien mengatakan batuk pilek anaknya sudah
2019 berkurang dan sudah tidak sesak lagi
17:00
O:
Klien tampak sudah tidak terpasang infus, kondisi klien
terliham lebih membaik
- RR: 24 x/ menit
- HR: 100 x/menit
- Suhu: 36.3 ⁰C
NOC: status Pernapasan : Kepatenan jalan napas
Score
Indikator
Awl Tgt Akr
7. Batuk 3 5 4
8. Akumulasi sputum 3 5 4
9. Suara napas tambahan 3 5 4
P: Intervensi dihentikan
Hari/ No
Tanda
Tanggal/ Dx Evaluasi
tangan
Jam Kep
Rabu 20 2 S:
Februari Ibu klien mengatakan batuk pilek anaknya sudah
2019 berkurang dan sudah tidak sesak lagi
17:00 O:
Kondisi klien sudah tampak lebih membaik, tidak
terpasang infus dan O2 nasal
- RR: 24 x/ menit
- HR: 100 x/menit
- Suhu: 36.3 ⁰C
NOC: Status respirasi ; ventilasi
Tanda – tanda vital
Score
Indikator
Awl Tgt Akr
1.Frekuensi napas 3 5 4
2. Irama napas 3 5 4
3. Suara napas tambahan 3 5 4
4. Penggunaan otot bantu napas 3 5 4
Resume Keperawatan
Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik
O
- Saat pengkajian suhu tubuh anaknya 37,5⁰C
- Akral masih teraba hangat
- Anaknya masih tampak lemas
- Tampak ada luka post opp debridement pada lengan kiri dan kaki kiri
- Tampak terpasang Infus dengan cairan C.1.4 12 tpm
A
Hipertermia
P NOC : Termoregulasi
No. Indikator 1 2 3 4 5
1. Peningkatan suhu
2. Warna kulit dan akral
3. Dehidrasi
Keterangan Penilaian :
1 = Sangat terganggu
2 = Banyak terganggu
3 = cukup terganggu
4 = Sedikit terganggu
5 = Tidak terganggu
E S:
- Ibu klien mengatakan suhu tubuh anaknya masih tinggi
- Ibu klien sudah memahami dan mau mengikuti arahan petugas.
O:
- Klien tampak tenang di tempat tidur
- Akral teraba hangat
- TTV :
S : 38,7⁰C N : 115x/menit
TD : 100/60mmHg P : 30x/mnt
NOC:
NO Indikator Awal Target Akhir
1 Peningkatan suhu 2 5 3
2 Warna kulit dan akral 2 5 3
3 Dehidrasi 2 5 4
A: masalah teratasi
P: intervensi dilanjutkan
RESUME
A
Hipertermia
P NOC : Termoregulasi
No. Indikator 1 2 3 4 5
1. Peningkatan suhu
2. Warna kulit dan akral
3. Dehidrasi
Keterangan Penilaian :
1 = Sangat terganggu
2 = Banyak terganggu
3 = cukup terganggu
4 = Sedikit terganggu
5 = Tidak terganggu
E S:
- Ibu klien mengatakan suhu tubuh anaknya normal lagi
- Ibu klien sudah memahami dan mau mengikuti arahan petugas.
O:
- Klien tampak tenang di tempat tidur
- Akral teraba hangat
- TTV :
S : 38,7⁰C N : 115x/menit
TD : 100/60mmHg P : 30x/mnt
- Pemberian injeksi santagesik 100 mg / IV line
- Hasil Laboratorium : trombosit = 236.000, leukosit : 13.050
NOC:
NO Indikator Awal Target Akhir
1 Peningkatan suhu 2 5 3
2 Warna kulit dan akral 2 5 3
3 Dehidrasi 2 5 4
A: masalah teratasi
P: intervensi dilanjutkan