Вы находитесь на странице: 1из 61

RENCANA KEGIATAN MINGGUAN

MINGGU I (TOPAZ 2 RS LAVALETTE)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Departemen Keperawatan Anak

Oleh :
Eka Yanti Ningsi
NIM. 180070300011067

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
RENCANA KEGIATAN MINGGUAN

Departemen : Keperawatan Anak Persepti : Eka Yanti Ningsi


Periode : 18 -23 Feb 2019 Perceptor Klinik : Yeti Lisnawati, Amd.Kep
Ruang : Topaz 2 RS Lavalette Minggu ke : I (Satu)

A. Target yang ingin dicapai


Mampu membuat asuhan keperawatan pada anak sakit selama 1 minggu :
1. Mampu melakukan pengkajian pada pasien anak
2. Mampu menganalisis data yang didapatkan dari hasil pengkajian
3. Mampu merumuskan prioritas diagnosa keperawatan pada pasien anak
4. Mampu menentukan tujuan dan kriteria hasil dari prioritas masalah
5. Mampu membuat rencana intervensi keperawatan pada pasien anak
6. Mampu mengimplementasikan rencana keperawatan yang sudah dibuat kepada
pasien, meliputi:
- Melakukan pengkajian dan pemeriksaan fisik pada pasien anak
- Memberikan oksigenasi nasal
- Memberikan obat melalui nebulizer
- Mengajarkan batuk efektif dan napas dalam
- Melakukan fisioterapi dada
- Memberikan terapi cairan (jenis cairan, perhitungan, dan observasi
keseimbangan cairan.
- Melakukan pemberian infus
- Melakukan titrasi obat
- Melakukan pemberian transfusi darah
- Memberikan obat oral
- Memberikan obat injeksi IV
- Mengukur GCS pada pasien pediatrik
- Mengobservasi tanda- tanda peningkatan TIK
- Melakukan pengukuran antopometri
- Melakukan mobilisasi
- Melakukan oral hygiene
- Melakukan pendidikan kesehatan
- Melakukan terapi bermain
7. Mampu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap asuhan keperawatan yang telah
diberikan
B. Perencanaan Kegiatan
TIK Jenis Kegiatan Waktu Pelaksanaan
1. Melakukan pengkajian sesuai kasus meliputi : Hari ke 1
- Komunikasi efektif
- Pengkajian fisik
- Data penunjang
2. Menganalisis data dari hasil pengkajian Hari ke 1
3. Menetapkan diagnosa dan prioritas masalah Hari ke 1
keperawatan
4. Menetapkan tujuan dan kriteria hasil Hari ke 1
5. Menyusun rencana intervensi keperawatan Hari ke 1
berdasarkan masalah yang muncul dan sesuai
dengan literatur
6. Melakukan implementasi : skill/keterampilan Hari 2-6
sebagai berikut :
- Memberikan oksigenasi nasal
- Memberikan obat melalui nebulizer
- Mengajarkan batuk efektif dan napas dalam
- Melakukan fisioterapi dada
- Memberikan terapi cairan (jenis cairan,
perhitungan, dan observasi keseimbangan
cairan.
- Melakukan pemberian infus
- Melakukan titrasi obat
- Melakukan pemberian transfusi darah
- Memberikan obat oral
- Memberikan obat injeksi IV
- Mengukur GCS pada pasien pediatrik
- Mengobservasi tandapeningkatan TIK
- Melakukan pengukuran antopometri
- Melakukan mobilisasi
- Melakukan oral hygiene
- Melakukan pendidikan kesehatan
- Melakukan terapi bermain
7. Mengevaluasi setiap tindakan yang dilakukan Hari 3-6
dan evaluasi proses keperawatan secara
keseluruhan

C. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan


1. Mahasiswa melakukan pengkajian hingga mengevaluasi seluruh proses
keperawatan yang telah disusun
2. Mahasiswa membuat tugas meliputi laporan pendahuluan, resume dan laporan
askep
3. Mahasiswa melakukan kegiatan penyuluhan bersama kelompok
4. Mahasiswa mengikuti kegiatan praktik sesuai jadwal yang ditentukan tanpa kendala

D. Evaluasi Diri Praktikan


Mahasiswa sudah melakukan tindakan sesuai kompetensi yang ingin dicapai

E Rencana kegiatan kelompok Hari 3-6


1. Menentukan tema penyuluhan
2. Pembuatan SAP dan alat bantu penyuluhan
3. Melakukan konsultasi SAP, materi dan alat
bantu penyuluhan
4. Melakukan kegiatan penyuluhan

Malang, 18 Februari 2019


Mengetahui
Perceptor Klinik Persepti

(Yeti Lisnawati, Amd.Kep) (Eka Yanti Ningsi)


LAPORAN PENDAHULUAN
ASMA BRONCHIALE

A. Definisi

Asma adalah Penyakit Inflamasi kronik pada jalan napas yang dikarakteristikkan dengan
hiperresponsivitas , edema mukosa , dan produksi mucus ( Brunner 2013 )
Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi ( peradangan ) kronik slauran napas yang
menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai dengan
gejala episodic berulang
Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible dimana
trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma bronchial adalah
suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai
rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan
derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan ( The
American Thoracic Society ).

B. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnya serangan asthma bronkial.
1. Faktor predisposisi
a. Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena
adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asthma bronkhial
jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran
pernafasannya juga bisa diturunkan.
2. Faktor presipitasi
a. Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan.
Seperti : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut.
Seperti : makanan dan obat-obatan.
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit.
seperti : perhiasan, logam dan jam tangan.
b. Perubahan cuaca.
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan
asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim
hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin
serbuk bunga dan debu.
c. Stress.
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga
bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang
timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguan
emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika
stresnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
d. Lingkungan kerja.
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini
berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium
hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada
waktu libur atau cuti.
e. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat.
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas
jasmani atau olah raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan
asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai
aktifitas tersebut.
C. Faktor Pencetus Serangan Asthma Bronkiale

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan serangan asthma bronkiale atau sering


disebut sebagai faktor pencetus adalah :
1. Alergen
Alergen adalah sat-zat tertentu bila dihisap atau di makan dapat menimbulkan
serangan asthma, misalnya debu rumah, tungau debu rumah (Dermatophagoides
pteronissynus) spora jamur, serpih kulit kucing, bulu binatang, beberapa makanan laut
dan sebagainya.
2. Infeksi saluran nafas
Infeksi saluran nafas terutama oleh virus seperti influenza merupakan salah satu faktor
pencetus yang paling sering menimbulkan asthma bronkiale. Diperkirakan dua pertiga
penderita asthma dewasa serangan asthmanya ditimbulkan oleh infeksi saluran nafas
(Sundaru, 1991).
3. Tekanan jiwa
Tekanan jiwa bukan sebagai penyebab asthma tetapi sebagai pencetus asthma,
karena banyak orang yang mendapat tekanan jiwa tetapi tidak menjadi penderita
asthma bronkiale. Faktor ini berperan mencetuskan serangan asthma terutama pada
orang yang agak labil kepribadiannya. Hal ini lebih menonjol pada wanita dan anak-
anak (Yunus, 1994).
4. Olah raga / kegiatan jasmani yang berat
Sebagian penderita asthma bronkiale akan mendapatkan serangan asthma bila
melakukan olah raga atau aktifitas fisik yang berlebihan. Lari cepat dan bersepeda
paling mudah menimbulkan serangan asthma. Serangan asthma karena kegiatan
jasmani (Exercise induced asthma /EIA) terjadi setelah olah raga atau aktifitas fisik
yang cukup berat dan jarang serangan timbul beberapa jam setelah olah raga.
5. Obat-obatan. Beberapa pasien asthma bronkiale sensitif atau alergi terhadap obat
tertentu seperti penicillin, salisilat, beta blocker, kodein dan sebagainya.
6. Polusi udara. Pasien asthma sangat peka terhadap udara berdebu, asap pabrik /
kendaraan, asap rokok, asap yang mengandung hasil pembakaran dan oksida
fotokemikal, serta bau yang tajam.
7. Lingkungan kerja. Diperkirakan 2 – 15% pasien asthma bronkiale pencetusnya adalah
lingkunagn kerja (Sundaru, 1991).
D. Manifestasi klinis
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis.
Gejala klinis asma dapat dibagi menjadi:
1. Stadium dini
Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
1) Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
2) Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
3) Whezing belum ada
4) Belum ada kelainan bentuk thorak
5) Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E
6) BGA belum patologis

Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan


1) Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
2) Whezing
3) Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
4) Penurunan tekanan parsial O2
2. Stadium lanjut/kronik
1) Batuk, ronchi
2) Sesak nafas berat dan dada seolah –olah tertekan
3) Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
4) Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)
5) Thorak seperti barel chest
6) Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
7) Sianosis
8) BGA Pa O2 kurang dari 80%
9) Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan kiri
10) Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik
E. Patofisiologi
Alergen,infeksi.exercise (stimulus
imunologik&non immunologik)

Merangsang sel B

Membentuk IgE dg bantuan sel T helper

IgE diikat oleh mastosit mel.reseptor pd


jln nafas

Tubuh terpajan ulang o/ antigen yg


sama

Antigen diikat IgE yg ada pd sel mastosit

Mastosit degranulasi

Mastosit melepas mediator radang


(histamin)

Spasme otot
bronkus Sumbatan Edema bronkus inflamasi
mukus

Inefektif bersihan jln Kurang pengetahuan


nafas Obstruksi saluran
nafas
Inefektif
pola dispnea Penyempitan jln nafas
nafas

Perub.nutrisi<ke
ansietas Peningkatan kerja b.
pernapasan

Peningkatan keb.O2 Penurunan intake


Retensi oral
CO2
F. Klasifikasi Asma Berdasarkan
hiperventilasi Etiologi
kelelahan
kerusakan
pertukaran gas Syndrom dissuse
Asidosis immobilisasi
respiratorik
1. Asma Bronkiale Tipe Atopik (Ekstrinsik)
Asma timbul karena seseorang yang atopi akibat pemaparan alergen. Alergen
yang masuk tubuh melalui saluran pernafasan, kulit, saluran pencernaan dan lain-lain
akan ditangkap oleh makrofag yang bekerja sebagai antigen presenting cells (APC).
Setelah alergen diproses dalam sel APC, kemudian oleh sel tersebut, alergen
dipresentasikan ke sel Th. Sel APC melalui penglepasan interleukin I (II-1)
mengaktifkan sel Th. Melalui penglepasan Interleukin 2 (II-2) oleh sel Th yang
diaktifkan, kepada sel B diberikan signal untuk berproliferasi menjadi sel plasthma dan
membentuk IgE.
IgE yang terbentuk akan segera diikat oleh mastosit yang ada dalam jaringan dan
basofil yang ada dalam sirkulasi. Hal ini dimungkinkan oleh karena kedua sel tersebut
pada permukaannya memiliki reseptor untuk IgE. Sel eosinofil, makrofag dan trombosit
juga memiliki reseptor untuk IgE tetapi dengan afinitas yang lemah. Orang yang sudah
memiliki sel-sel mastosit dan basofil dengan IgE pada permukaan tersebut belumlah
menunjukkan gejala. Orang tersebut sudah dianggap desentisisasi atau baru menjadi
rentan.
Bila orang yang sudah rentan itu terpapar kedua kali atau lebih dengan alergen
yang sama, alergen yang masuk tubuh akan diikat oleh IgE yang sudah ada pada
permukaan mastofit dan basofil. Ikatan tersebut akan menimbulkan influk Ca++ ke
dalam sel dan terjadi perubahan dalam sel yang menurunkan kadar cAMP.
Kadar cAMP yang menurun itu akan menimbulkan degranulasi sel. Dalam proses
degranulasi sel ini yang pertama kali dikeluarkan adalah mediator yang sudah
terkandung dalam granul-granul (preformed) di dalam sitoplasma yang mempunyai sifat
biologik, yaitu histamin, Eosinophil Chemotactic Factor-A (ECF-A), Neutrophil
Chemotactic Factor (NCF), trypase dan kinin. Efek yang segera terlihat oleh mediator
tersebut ialah obstruksi oleh histamin.
Hiperreaktifitas bronkus yaitu bronkus yang mudah sekali mengkerut (konstriksi)
bila terpapar dengan bahan / faktor dengan kadar yang rendah yang pada kebanyakan
orang tidak menimbulkan reaksi apa-apa, misalnya alergen (inhalan, kontaktan), polusi,
asap rokok / dapur, bau-bauan yang tajam dan lainnya baik yang berupa iritan maupun
yang bukan iritan. Dewasa ini telah diketahui bahwa hiper rektifitas bronkus disebabkan
oleh inflamasi bronkus yang kronik. Sel-sel inflamasi terutama eosinofil ditemukan
dalam jumlah besar dalam cairan bilas bronkus pasien asthma bronkiale sebagai
bronkhitis kronik eosinofilik. Hiper reaktifitas berhubungan dengan derajad berat
penyakit. Di klinik adanya hiperreaktifitas bronkhus dapat dibuktikan dengan uji
provokasi yang menggunakan metakolin atau histamin.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas saat ini penyakit asthma dianggap secara
klinik sebagai penyakit bronkhospasme yang reversibel, secara patofisiologik sebagai
suatu hiper reaksi bronkus dan secara patologik sebagai suatu peradangan saluran
nafas.
Bronkus pada pasien asma oedema di mukosa dan dindingnya, infiltrasi sel
radang terutama eosinofil serta terlepasnya sel silia yang menyebabkan getaran silia
dan mukus di atasnya sehingga salah satu daya pertahanan saluran nafas menjadi
tidak berfungsi lagi. Ditemukan pula pada pasien asthma bronkiale adanya
penyumbatan saluran nafas oleh mukus terutama pada cabang-cabang bronkhus.
Akibat dari bronkhospasme, oedema mukosa dan dinding bronkhus serta
hipersekresi mukus maka terjadi penyempitan bronkhus dan percabangannya sehingga
akan menimbulkan rasa sesak, nafas berbunyi (wheezing) dan batuk yang produktif.
Adanya stressor baik fisik maupun psikologis akan menyebabkan suatu keadaan
stress yang akan merangsang HPA axis. HPA axis yang terangsang akan
meningkatkan adeno corticotropic hormon (ACTH) dan kadar kortisol dalam darah.
Peningkatan kortisol dalam darah akan mensupresi immunoglobin A (IgA). Penurunan
IgA menyebabkan kemampuan untuk melisis sel radang menurun yang direspon oleh
tubuh sebagai suatu bentuk inflamasi pada bronkhus sehingga menimbulkan asma
bronkiale.
2. Asma Bronkiale Tipe Non Atopik (Intrinsik)
Asma non alergenik (asma intrinsik) terjadi bukan karena pemaparan alergen
tetapi terjadi akibat beberapa faktor pencetus seperti infeksi saluran nafas atas, olah
raga atau kegiatan jasmani yang berat, serta tekanan jiwa atau stress psikologik.
Serangan asma terjadi akibat gangguan saraf otonom terutama gangguan saraf
simpatis yaitu blokade adrenergik beta dan hiperreaktifitas adrenergik alfa. Dalam
keadaan normal aktifitas adrenergik beta lebih dominan daripada adrenergik alfa. Pada
sebagian penderita asma aktifitas adrenergik alfa diduga meningkat yang
mengakibatkan bronkhokonstriksi sehingga menimbulkan sesak nafas.
Reseptor adrenergik beta diperkirakan terdapat pada enzim yang berada dalam
membran sel yang dikenal dengan adenyl-cyclase dan disebut juga messengner kedua.
Bila reseptor ini dirangsang, maka enzim adenyl-cyclase tersebut diaktifkan dan akan
mengkatalisasi ATP dalam sel menjadi 3’5’ cyclic AMP. cAMP ini kemudian akan
menimbulkan dilatasi otot-otot polos bronkus, menghambat pelepasan mediator dari
mastosit / basofil dan menghambat sekresi kelenjar mukus. Akibat blokade reseptor
adrenergik beta maka fungsi reseptor adrenergik alfa lebih dominan akibatnya terjadi
bronkhus sehingga menimbulkan sesak nafas. Hal ini dikenal dengan teori blokade
adrenergik beta. (baratawidjaja, 1990).
3. Asma Bronkiale Campuran (Mixed)
Pada tipe ini keluhan diperberat baik oleh faktor-faktor intrinsik maupun ekstrinsik.

G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah
dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila
terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
• Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.
• Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan
semakin bertambah.
• Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
• Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
• Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium,
maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.

2. Pemeriksaan tes kulit


Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
3. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3
bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu
• Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi
• Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB ( Right
bundle branch block).
• Tanda-tanda hipoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia
4. Test fungsi paru
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat
dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan
bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pemberian
bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Tidak adanya
respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting
untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek
pengobatan. Banyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya
menunjukkan obstruksi.
5. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
• Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinopil.
• Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang
bronkus.
• Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
• Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid
dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
6. Pemeriksaan darah
a. Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia,
hiperkapnia, atau asidosis. Hanya dilakukan pada penderita dengan serangan asma
berat atau status asmatikus. Pada keadaan ini dapat terjadi hipoksemia,
hiperkapnia dan asidosis respiratorik. Pada asma ringan sampai sedang PaO2
normal sampai sedikit menurun, PaCO2 menurun dan terjadi alkalosis respiratorik.
Pada asma yang berat PaO2 jelas menurun, PaCO2 normal atau meningkat dan
terjadi asidosis respiratorik.
b. Lekositosis dengan neutrofil yang meningkat menunjukkan adanya infeksi
c. Eosinofil darah meningkat > 250/mm3 , jumlah eosinofil ini menurun dengan
pemberian kortikosteroid.

H. Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah:
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara
2. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai penyakit
asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya sehingga
penderita mengerti tujuan pengobatan yang diberikan dan bekerja sama dengan dokter
atau perawat yang merawatnya.
Penatalaksanaan dapat dibagi atas penatalaksanaan umum dan khusus.
Penatalaksanaan umum meliputi tindakan pendidikan pada penderita serta usaha-usaha
menghindari faktor pencetus dan hal lain yang dapat memperberat perjalanan penyakit;
sedangkan penatalaksanaan khusus adalah pemberian obat-obatan, terapi inhalasi dan
tindakan lain.
Penatalaksanaan umum
1. Pendidikan terhadap penderita dan keluarga penderita; keluarga perlu mendapat
penjelasan tentang penyakit serta faktor-faktor pencetus dan yang memperburuk
keadaan, sehingga mereka berperan aktif dalam usaha pencegahan. Juga penjelasan
tentang cara pemakaian obat, sehingga pemakaiannya tepat dan benar.
2. Menghindari faktor pencetus yang bersifat iritasi, seperti debu, gas dan zat kimia.
3. Menghindari perubahan suhu yang tiba-tiba.
4. Menghindari kelelahan fisik yang berlebihan terutama pada pendrita exercise-induced
asthma (asma yang disebabkan oleh aktivitas atau latihan).
5. Menghindari atau mengurangi stres dan menstabilkan emosi.
6. Menghindari zat-zat alergen pada penderita asma ekstrinsik seperti bulu binatang,
tepung sari, makanan tertentu dan lainnya.
7. Menghindari infeksi, karena infeksi terutama di saluran napas bagian atas sering
menjadi pencetus asma.
8. Makanan yang cukup dan bergizi agar daya tahan meningkat; obat-obatan sering
menimbulkan mual-mual dan menyebabkan berkurangnya nafsu makan.
9. Cairan yang cukup, agar dapat mengencerkan reak atau dahak sehingga mudah
dikeluarkan.
10. Imunoterapi dengan jalan desensitisasi, yaitu menyuntikkan ekstrak antigen yang
menimbulkan alergi secara berulang-ulang. Ini hanya bermanfaat pada sebagian
penderita asma dengan riwayat alergi.

Penatalaksanaan khusus
Meliputi pemakaian obat-obatan, terapi respirasi dan usaha rehabilitasi.
Obat-obatan
a. Bronkodilator.
Obat utama yang mengatasi obstruksi saluran napas adalah bronkodilator, tiga
golongan bronkodilator adalah simpatomimetik, antikolinergik dan golongan xanthin.
Obat golongan simpatomimetik merupakan bronkodilator utama oleh karena obat
ini bekerja merigaktifkan adenilsiklase dengan akibat meningkatnya produksi siklik AMP
dan menyebabkan relaksasi otot polos saluran napas. Siklik AMP yang meningkat juga
menghambat pelepasan mediator seperti histamin dan SRS-A yang menimbulkan
bronkospasme. Obat ini juga meningkatkan kecepatan aliran lendir di trakea. Obat beta
stimulan yang bekerja selektif terhadap reseptor beta-2 metaproterenol yaitu beta agonis
seperti terbutalin (Bricasma), fenoterol (Berotec), orciprenalin (Alupent), salbutamol
(Ventolin, Salbuvene), procaterol (Meptin), dan hexoprenalin (Iprado)l, mempunyai efek
bronkodilatasi yang besar serta efek perangsangan kardiak yang minimal.
Pemberian beta-2 agonis ini dapat menimbulkan tremor, dengan meneruskan
pemberian obat gejala samping ini akan berkurang. Pemberian beta-2 agonis secara
inhalasi akan mengurangi efek samping, selain itu juga menimbulkan efek terapeutik yang
lebih cepat serta dapat memobilisasi lendir.
Golongan antikolinergik atau anti muskarinik seperti ipratropium bromid (Atrovent),
bekerja secara kompetisi antagonis dengan asetilkolin. Asetilkolin adalah substansi
penghantar pada refleks vagal, akibat aktivitas substansi ini terjadi bronkokonstriksi.

Golongan xanthin merupakan bronkodilator yang paling lama digunakan. Obat ini
bekerja menghambat aksi enzim fosfodiesterase, yakni enzim yang menginaktifkan siklik-
AMP. Obat ini menyebabkan kadar siklik AMP tinggi sehingga menimbulkan
bronkodilatasi. Pemberian obat ini dikombinasi dengan golongan lain akan memberikan
efek sinergisme. Pemberian kombinasi akan memberikan dosis yang rendah dengan efek
samping yang kurang.
Dosis toksik dapat menimbulkan gejala mual, muntah, anoreksia, gelisah, kejang
dan perubahan kesadaran. Bila dosis terapi tidak menimbulkan efek dapat dilakukan
pemantauan kadar obat dalam darah. Kadar terapeutik ialah 10--20 ug/ml.
b. Kortikosteroid
Kortikosteroid paling sering digunakan pada asma, manfaatnya sangat jelas
terutama pada asma akut berat, walaupun mekanisme kerjanya belum diketahui secara
pasti; selain bersifat sebagai anti radang, obat ini juga bekerja meningkatkan kerja obat-
obat perangsang adenoreseptor. Kortikosteroid topikal seperti beklomethason dipropionat
dan budesonide yang diberikan secara inhalasi memberikan manfaat dalam mencegah
EIA dan menurunkan hiperreaktivitas bronkus serta mempunyai efek samping yang sangat
kecil.
c. Disodium kromoglikat (DSCO)
Bekerja menghambat degranulasi dan penglepasan mediator oleh sel mast
terutama pada mukosa bronkus. Dengan demikian obat ini mencegah bronkospasme, obat
ini dapat digunakan sebagai pencegah timbulnya serangan asma.
d. Antihistamin
Yang digunakan adalah ketotifen, anti histamin yang mempunyai efek
antianafilaktik dan menghambat kerja PAF (platelet aggregating factor). Obat ini
bermanfaat pada golongan asma ekstrinsik. Selain golongan obat-obat di atas diberikan
juga obat-obat penyerta atau pembantu, atas dasar indikasi. Obat-obat penyerta itu antara
lain adalah:
e. Antibiotika, diberikan bila ada tanda-tanda infeksi, yaitu adanya perubahan warna
sputum.
f. Mukolitik untuk mengencerkan sputum dapat diberikan mucohexin atau N-acetyl
cystein dan jenis lain.
g. Ekspektoran untuk memudahkan pengeluaran sputum, yaitu gliseril guaiakolat
dan obat batuk hitam. Obat antihistamin lain umumnya tidak diberikan karena dapat
mengentalkan sekret, kecuali bila jelas terlihat tanda-tanda alergi. Obat penenang seperti
luminal juga tidak dianjurkan karena dapat menekan pusat pernapasan.

Terapi inhalasi
1. Terapi aerosol
Inhalasi bronkodilator sangat efektif pada serangan bronkospasme akut. Pemberian
dapat dengan nebulizer atau dengan spacer.
Bronkodilator inhalasi mempunyai efek terapi yang cepat dan efek samping yang
rendah. Perlu petunjuk yang jelas cara pemakaian aerosol agar tidak terjadi kesalahan
teknik.
2. Terapi oksigen
Terapi oksigen diberikan pada penderita dalam serangan yang berat dan ada tanda-
tanda hipoksemia.
Rehabilitasi
1. Fisioterapi
Diberikan terutama untuk memobilisasi reak, bermanfaat pada penderita asma kronik
dengan produksi sputum yang kental.
Fisioterapi juga dapat berbentuk latihan pernapasan/senam pernapasan. Hal ini selain
mengefektifkan kerja otot-otot pernapasan juga memberikan rasa percaya diri yang
besar para
penderita.
2. Rehabilitasi psikis
Pendekatan psikis berguna untuk mengurangi stres dan menstabilkan emosi
penderita. Terutama pada penderita-penderita dengan emosi labil atau bila faktor
emosi sangat berperan dalam mencetuskan serangan.
Kesimpulan Penatalaksanaan
Penatalaksanaan asma hendaklah secara terpadu dan melaksanakan pendekatan terapi
lain selain pemakaian obat-obatan. Bronkodialtor adalah obat yang utama pada
pengobatan asma. Pemberian kortikosteroid dapat menurunkan hiperreaktivitas bronkus.
Pemberian obat-obatan secara inhalasi akan memberikan efek yang tepat serta efek
samping yang kecil.
Pengobatan Selama Serangan Status Asthmatikus:
a) Infus RL : D5 = 3 : 1 tiap 24 jam
b) Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul
c) Aminophilin bolus 5 mg/KgBB diberikan pelan-pelan selama 20 menit dilanjutkan drip RL
atau D5 maintenance (20 tetes/menit) dengan dosis 20 mg/KgBB/24 jam.
d) Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara subkutan.
e) Dexamethasone 10-20 mg/6jam secara intra vena.
f) Antibiotik spektrum luas.
(Pedoman Penatalaksanaan Status Asthmatikus UPF Paru RSUD Dr. Soetomo
Surabaya).

I. Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah :
1. Status asmatikus
Suatu serangan asma yang berat, berlangsung dalam beberapa jam sampai beberapa
hari, yang tidak memberikan perbaikan pada pengobatan yang lazim. Status
asmatikus merupakan kedaruratan yang dapat berakibat kematian, oleh karena itu :
- Apabila terjadi serangan, harus ditanggulangi secara tepat dan diutamakan
terhadap usaha menanggulangi sumbatan saluran pernapasan.
- Keadaan tersebut harus dicegah dengan memperhatikan faktor-faktor yang
merangsang timbulnya serangan (debu, serbuk, makanan tertentu, infeksi saluran
napas, stress emosi, obat-obatan tertentu seperti aspirin, dan lain-lain)
2. Atelektasis
pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara
(bronkus maupun bronkiolus ) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal
3. Hipoksemia
Hipoksemia (atau Hypoxaemia) secara umum didefinisikan sebagai penurunan
tekanan parsial oksigen dalam darah, kadang-kadang khusus kurang dari yang, tanpa
spesifikasi lebih lanjut, akan mencakup baik konsentrasi oksigen terlarut dan oksigen
yang terikat pada hemoglobin.
4. Pneumothoraks
b. Kolaps paru-paru / pneumothoraks (Pneumothorax) adalah penimbunan
udara atau
c. gas di dalam rongga pleura yang dapat mengakibatkan tekanan udara
meningkat dan
d. menurunnya kapasitas vital paru-paru sehingga akan menyebabkan
kegagalan pernafasan.
4. Emfisema
Empesema adalah suatu kelainan anatomik paru yang ditandai oleh pelebaran secara
abnormal saluran napas bagian distal broncus terminalis, disertai dengan kerusakan
alveoli yang irreversible.

J. Pengkajian

a. Pengumpulan data.
1) Identitas klien.
Pengkajian mengenai nama, umur dan jenis kelamin perlu di kaji pada penyakit
status asthmatikus. Alamat menggambarkan kondisi lingkungan tempat klien berada,
dapat mengetahui kemungkinan faktor pencetus serangan asthma. Status perkawinan,
gangguan emosional yang timbul dalam keluarga atau lingkungan merupakan faktor
pencetus serangan asthma, pekerjaan, serta bangsa perlu juga digaji untuk mengetahui
adanya pemaparan bahan elergen. Hal lain yang perlu dikaji tentang : Tanggal MRS,
Nomor Rekam Medik, dan Diagnosa medis.
2) Riwayat penyakit sekarang.
Klien dengan serangan asthma datang mencari pertolongan dengan keluhan,
terutama sesak napas yang hebat dan mendadak kemudian diikuti dengan gejala-gejala
lain yaitu : Wheeezing, Penggunaan otot bantu pernapasan, kelelahan gangguan
kesadaran, sianosis serta perubahan tekanan darah. Perlu juga dikaji kondisi awal
terjadinya serangan.
3) Riwayat penyakit dahulu.
Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti infeksi saluran
napas atas, sakit tenggorokan,tonsillitis, sinusitis, polip hidung. Riwayat serangan
asthma frekuensi, waktu, alergen-alergen yang dicurigai sebagai pencetus serangan
serta riwayat pengobatan yang dilakukan untuk meringankan gejala asthma.
4) Riwayat kesehatan keluarga.
Pada klien dengan serangan status asthmatikus perlu dikaji tentang riwayat
penyakit asthma atau penyakit alergi yang lain pada anggota keluarganya karena
hipersensitifitas pada penyakit asthma ini lebih ditentukan oleh faktor genetik.
5) Riwayat spikososial
Gangguan emosional sering dipandang sebagai salah satu pencetus bagi serangan
asthma baik gangguan itu berasal dari rumah tangga, lingkungan sekitar sampai
lingkungan kerja.
6) Pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Gejala asthma dapat membatasi manusia untuk berprilaku hidup normal sehingga
klien dengan asthma harus merubah gaya hidupnya sesuai kondisi yang memungkinkan
tidak terjadi serangan asthma
b) Pola nutrisi dan metabolisme
Perlu dikaji tentang status nutrisi klien meliputi, jumlah, frekuensi, dan kesulitan-
kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya. (Hudak dan Gallo;1997)
c) Pola eliminasi
Perlu dikaji tentang kebiasaan BAB dan BAK mencakup warna bentuk, konsentrasi,
frekuensi, jumlah serta kesulitan dalam melaksanakannya.
d) Pola tidur dan istirahat
Perlu dikaji tentang bagaimana tidur dan istirahat klien meliputi berapa lama klien
tidur dan istirahat. Serta berapa besar akibat kelelahan yang dialami klien. Adanya
wheezing, sesak dan ortopnea dapat mempengaruhi pola tidur dan istirahat klien
e) Pola aktifitas dan latihan
Perlu dikaji tentang aktifitas keseharian klien seperti olah raga, bekerja dan aktifitas
lainnya. Aktifitas fisik dapat menjadi faktor pencetus terjadinya asthma yang disebut
dengan Exercise Induced Asthma.
f) Pola hubungan dan peran
Gejala asthma sangat membatasi gejala klien untuk menjalani kehidupan secara
normal. Klien perlu menyesuaikan kondisinya dengan hubungan dan peran klien baik
dilingkungan rumah tangga, masyarakat ataupun lingkungan kerja.
g) Pola persepsi dan konsep diri

Perlu dikaji tentang persepsi klien terhadap penyakitnya. Persepsi yang salah dapat
menghambat respon kooperatif pada diri klien. Cara memandang diri yang salah juga
akan menjadi stresor dalam kehidupan klien. Semakin banyak stresor yang ada pada
kehidupan klien dengan asthma meningkatkan kemungkinan serangan asthma yang
berulang.
h) Pola sensori dan kognitif
Kelainan pada pola persepsi dan kognitif akan mempengaruhi konsep diri klien dan
akhirnya mempengaruhi jumlah stressor yang dialami klien sehingga kemungkinan
terjadi serangan asthma yang berulang akan semakin tinggi.
i) Pola reproduksi seksual
Reproduksi seksual merupakan kebutuhan dasar manusia, bila kebutuhan ini tidak
terpenuhi akan terjadi masalah dalam kehidupan klien. Masalah ini akan menjadi
stressor yang akan meningkatkan kemungkinan terjadinya serangan asthma.
j) Pola penangulangan stress
Stress dan ketegangan emosional merupakan faktor instrinsik pencetus serangan
asthma maka perlu dikaji penyebab terjadinya stres. Frekuensi dan pengaruh
terhadap kehidupan klien serta cara penanggulangan terhadap stresor.
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
Kedekatan klien pada sesuatu yang ia yakini dunia percayai dapat meningkatkan
kekuatan jiwa klien. Keyakinan klien terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta
pendekatan diri pada Nya merupakan metode penanggulangan stres yang
konstruktif dan adaptif.
7) Pemeriksaan fisik
a) Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara bicara,
tekanan darah nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan, penggunaan otot-otot
pembantu pernapasan, sianosis, batuk dengan lendir lengket dan posisi istirahat klien

b) Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit,
kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya
bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna rambut,
kelembaban dan kusam.
c) Kepala.
Dikaji tentang bentuk kepala, simetris adanya penonjolan, riwayat trauma, adanya
keluhan sakit kepala atau pusing, vertigo kejang ataupun hilang kesadaran.
d) Mata.
Adanya penurunan ketajaman penglihatan akan menambah stres yang di rasakan
klien.
e) Hidung
Adanya pernafasan menggunakan cuping hidung, rinitis, alergi dan fungsi olfaktori.
f) Mulut dan laring
Dikaji adanya perdarahan pada gusi. Gangguan rasa menelan dan mengunyah, dan
sakit pada tenggorok serta sesak atau perubahan suara.
g) Leher
Dikaji adanya nyeri leher, kaku pada pergerakaan, pembesaran tiroid serta
penggunaan otot-otot pernafasan.
h) Thorak
(1) Inspeksi
Dada diinspeksi terutama postur bentuk dan kesimetrisan, adanya peningkatan
diameter anteroposterior, retraksi otot-otot interkostalis, frekuensi, irama dan
kedalaman pernafasan.
(2) Palpasi.
Pada palpasi di kaji tentang kesimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus.
(3) Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor.
(4) Auskultasi.
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih dari 4 detik
atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan Wheezing.
i) Kardiovaskuler.
Jantung di kaji ada atau tidaknya pembesaran jantung dan suara jantung
melemah. Tekanan darah dan nadi yang meningkat serta adanya pulsus paradoksus.
j) Abdomen.
Perlu di kaji tentang bentuk, nyeri, serta tanda-tanda infeksi (Hudak dan
Gallo;1997)
k) Ekstrimitas.
Di kaji adanya edema extremitas, tremor dan tanda-tanda infeksi pada
extremitas.
8) Pemeriksaan penunjang.
a) Pemeriksaan spirometri.
Pemeriksaan ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator
aerosol golongan adrenergik. Peningkatan FEV atau FVC sebanyak lebih
dari 20% menunjukkan diagnosis asthma.
b) Laboratorium.
(1) Analisa gas darah.
Hanya di lakukan pada serangan asthma berat karena terdapat
hipoksemia, hyperkapnea, dan asidosis respiratori.
(2) Sputum.
Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan Asthma yang
berat, karena hanya reaksi yang hebat saja yang menyebabkan
transudasi dari adema mukosa, sehingga terlepaslah sekelompok sel –
sel epitel dari perlekatannya. Peawarnaan gram penting untuk melihat
adanya bakteri, diikuti kultur dan uji resistensi terhadap beberapa
antibiotik.
(3) Sel eosinofil
Pada penderita status asthmatikus sel eosinofil dapat mencapai 1000 –
1500 /mm3 baik asthma Intrinsik ataupun extrinsik, sedangkan hitung sel
eosinofil normal antara 100-200/mm3. Perbaikan fungsi paru disertai
penurunan hitung jenis sel eosinofil menunjukkan pengobatan telah tepat.
(4) Pemeriksaan darah rutin dan kimia
Jumlah sel leukosit lebih dari 15.000 terjadi karena adanya infeksi. SGOT
dan SGPT meningkat disebabkan karena kerusakkan hati akibat hipoksia
atau hiperkapnea.
e) Radiologi
Pemeriksaan radiologi dilakukan untuk menyingkirkan adanya proses
patologik di paru atau komplikasi asthma seperti pneumothorak,
pneumomediastinum, atelektosis dan lain – lain.
f) Elektrokardiogram
Perubahan EKG didapat pada 50% penderita Status Asthmatikus, ini
karena hipoksemia, perubahan pH, hipertensi pulmonal dan beban jantung
kanan . Sinus takikardi – sering terjadi pada asthma.
b. Analisa data
Data yang dikumpulkan harus dianalisa untuk menentukan masalah klien.
Analisa data merupakan proses intelektual yang meliputi pengelompokan data,
mengidentifikasi kesenjangan dan menentukan pola dari data yang terkumpul serta
membandingkan susunan atau kelompok data dengan standart nilai normal,
menginterprestasikan data dan akhirnya membuat kesimpulan. Hasil dari analisa
adalah pernyataan masalah keperawatan.

K. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas inefektif yang berhubungan dengan sekresi kental peningkatan
produksi mukus dan bronkospasme
b. Gangguan pola nafas yang berhubungan dengan distensi dinding dada dan
kelelahan akibat kerja pernafasan.
c. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan retensi CO2, peningkatan
sekresi, peningkatan kerja pernafasan dan proses penyakit,(Tucker;1993).
d. Ansietas yang berhubungan dengan sulit bernafas dan rasa takut sufokasi.
Laporan Asuhan Keperawatan

Pada Pasien An. T.Z. Di Ruang Topaz 2 RS Lavalette

Asma Bronchiale

yang disusun oleh:

Eka Yanti Ningsi


NIM: 180070300011067

Telah diperiksa dan melalui proses “Student Oral Case Analysis”.

Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Ns.Septi Dewi Rachmawati.,S.Kep.,M.Ng) (Yeti Lisnawati,Amd.Kep )


JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PENGKAJIAN DASAR KEPERAWATAN


Nama Mahasiswa : Eka Yanti Ningsi Tempat Praktik: Topaz 2 RS. Lavalette
NIM : 1800300011067 Tgl. Praktik : 18 Februari 2019

A. Identitas Klien
Nama : An T. Z No Register : 16219878
Usia : 9 thn 10 bln TgL Masuk : 18 Februari 2019
Jenis kelamin : Laki laki Tgl pengkajian : 18 Februari 2019
Agama : Islam Sumber Informasi : orang tua
Pendidikan : SD Diagnosa Medis : Asma Bronchiale

B. Identitas Orang Tua / Penanggung Jawab


Ibu Ayah
Nama : Ny D.W Nama : Tn. A
Usia : 35 tahun Usia : 39 Thn
Agama : Islam Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia /Jawa warga Negara : Indonesia
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
Alamat rumah : Jln Muharto 3 N0.10 RT08/RW04 Kota lama/ kedungkandang - Malang

C. Status kesehatan Saat Ini


1. Keluhan utama
a. Saat MRS : Ibu klien mengatakan anaknya sesak, batuk dan pilek.
b. Saat Pengkajian : Keluarga klien mengatakan anaknya sesak, batuk dan pilek,
sejak sabtu malam suhu tubuh anaknya juga naik turun.
2. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Orang tua klien mengatakan anaknya baru sebulan yang lalu MRS dengan keluhan yang
sama. Ibu klien mengatakan gejala sesak anaknya terlihat sejak 3 hari yang lalu setelah
anaknya selesai kegiatan sekolah outbond kemudian malamnya kondisi anaknya mulai
demam naik turun, batuk dan sesekali sesak dan bertambah parah sesaknya pada hari
minggu sehingga anaknya dibawa orang tuanya untuk masuk RS.klien tampak terpasang
O2 nasal kanul 1lpm, dengan IVFD cairan C 1.2 15tpm
Riwayat Kesehatan Terdahulu
3. Penyakit yg pernah dialami:
a. Kecelakaan (jenis & waktu) : Tidak pernah
b. Operasi (jenis & waktu) : Tidak pernah
c. Penyakit:
• Kronis : Asa Bronchiale ( sejak usia 3 tahun )
• Akut :tidak ada
• Tidak ada riwayat kejang demam
d. Terakhir masuki RS : 1 bulan yang lalu
4. Alergi (obat, makanan, plester, dll):
Klien mempunyai riwayat alergi makanan ( seafood, telur, tepung, ikan,) klien juga alergi
cuaca dingin dan debu
5. Riwayat Kehamilan/ persalinan, imunisasi dan tumbuh kembang anak
a. Usia ibu saat hamil : 28 tahun
b. Gravid ke :2
c. Gangguan waktu hamil: Tidak ada
d. Tipe persalinan : Spontan
e. BB lahir : 3 kg
f. BB saat pengkajian : 15.6 kg TB: 136 cm Normal (tidak stunting)
g. Imunisasi dasar : Lengkap
h. Riwayat tumbuh kembang
Tengkurap : 4 bulan
Duduk : 5 bulan
Berdiri : 11 bulan
Berjalan : 11 bulan
Bicara : 10 bulan
Tumbuh gigi : 8 bulan

1. Obat-obatan yg digunakan:
Pulmicot dan ventolin selalu ada persediaan di rumah untuk pencegahan kekambuhan
sesak di rumah.
Assessment Resiko Jatuh Pada Anak: Humpty Dumpty
Parameter Kriteria Skor
Dibawah 3 tahun 4
3 – 7 tahun 3
Usia
7 – 13 tahun 2
> 13 tahun 1
Laki-laki 2
Jenis Kelamin
Perempuan 1
Kelainan neurologi 4
Gangguan dalam oksigenasi (masalah saluran pernafasan,
3
Diagnosa dehidrasi, anemia, anoreksia, sinkop/ sakit kepala, dll)
Kelainan psikis/ perilaku 2
Diagnosis lain 1
Tidak sadar terhadap keterbatasan 3
Gangguan
Lupa akan keterbatasan 2
Kognitif
Sadar akan kemampuan diri 1
Riwayat pernah terjatuh atau Anak-anak dan bayi
4
ditempatkan di tempat tidur dewasa
Faktor Pasien menggunakan alat batu / bayi diletakkan di tempat
3
tidur bayi atau perabot rumah
Lingkungan
Pasien diletakkan di tempat tidur 2
Area rawat jalan 1
Dalam 24 jam 3
Riwayat
Dalam 48 jam 2
Pembedahan
> 48 jam atau tidak menjalani pembedahan / sedasi /
atau Anestesi 1
anestesi
Penggunaan multiple: Sedatif, obat hypnosis, barbiturate,
3
fenotiazin, antidepressant, pencahar, diuretic, narkotik
Penggunaan
Penggunaan salah satu obat diatas 2
Medika Mentosa
Penggunaan medikasi lain atau tidak menggunakan
1
medikasi
Skor Total Humpty Dumpty 12
Resiko Sedang 7 – 11 Resiko Rendah 0 –
√ Resiko Tinggi ≥ 12
6

D. Riwayat Keluarga
Menurut Ny.D mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit sesak
nafas ( asma bronchiale) seperti klien. Klien sudah sering keluar masuk RS dengan keluhan
sesak.ibu klien mengatakan anaknya terdiagnosa penyakit Asma Bronchial sejak usia 3
tahun.

GENOGRAM

39 35
5

9 tahun

Keterangan:
: Klien
: Tinggal Serumah
: Laki-laki
: Perempuan

E. Riwayat Lingkungan
Jenis Rumah
• Kebersihan Belum terkaji
• Bahaya kecelakaan Belum terkaji
• Polusi Belum Terkaji
• Ventilasi Belum terkaji
• Pencahayaan Belum terkaji

F. Pola Aktifitas-Latihan
Rumah Rumah Sakit
• Makan/minum 2 3
• Mandi 2 3
• Berpakaian/berdandan 2 3
• Toileting 2 3
• Mobilitas di tempat tidur 0 3
• Berpindah 0 3
• Berjalan 0 3
• Naik tangga 2 belum terkaji
Pemberian Skor: 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 = dibantu orang lain, 4 = tidak mampu

G. Pola Nutrisi Metabolik


Rumah (sebelum sakit) Sejak Sakit
• Jenis diit/makanan tanpa seafood, telur, susu, ayam, ikan BSTIK
• Frekuensi/pola 2-3 kali sehari 1 – 2x sehari
(sedikit sedikit)
• Porsi yg dihabiskan 1 porsi habis ½ porsi
• Komposisi menu Nasi sayur dan lauk Nasi sayur lauk
• Pantangan - -
• Napsu makan Klien mau makan Makan hanya 1/2 porsi
• Fluktuasi BB 6 bln. terakhir Tidak ada Tidak ada
• Jenis minuman air putih air putih
• Frekuensi/pola minum 3-5 kali perhari 3-5 kali perhari
• Gelas yg dihabiskan ± 1 gelas per minum Hanya sedikit 1/2 gelas

H. Pola Eliminasi
Rumah Rumah Sakit
• BAB:
- Frekuensi/pola 1 -2 hari sekali sejak MRS 1 kali BAB
- Konsistensi Lembek Lembek
- Warna & bau Coklat / khas Coklat muda / khas
- Kesulitan Tidak ada Tidak ada

• BAK:
- Frekuensi/pola 4-6 kali 1-3 kali
- Konsistensi Cair Cair
- Warna & bau Kuning cerah Kuning cerah
- Kesulitan Tidak ada Tidak ada

I. Pola Tidur-Istirahat
Rumah Rumah Sakit
• Tidur siang:Lamanya 1-2 jam 30 mnt – 1 jam
- Jam …s/d… 13:30 – 14:00 11:00 – 12:00
- Kenyamanan stlh. tidur segar -
• Tidur malam: Lamanya 7 – 8 jam 6-7 jam
- Jam …s/d… 21:00 – 06:00 21:00 – 05:00
- Kenyamanan stlh. Tidur Ny.D mengatakan tidur anaknya pulas
- Kebiasaan sblm. tidur main game -
- Kesulitan tidak ada tidak ada

J. Pola Kebersihan Diri


Rumah Rumah Sakit
• Mandi:Frekuensi 2-3 kali sehari 1 kali hanya diwaslap
- Penggunaan sabun Menggunakan sabun Menggunakan sabun
• Keramas: Frekuensi 2 hari sekali belum keamas
Penggunaan shampoo 3x seminggu selama di RS blm prnh
Gunakan shampo
• Gososok gigi:
- Frekuensi 2-4 kali sehari 1 kali sehari
- Penggunaan odol Menggunakan odol Menggunakan odol
• Ganti baju:Frekuensi 3 kali sehari 1 kali sehari
• Memotong kuku
- Frekuensi 1 minggu sekali belum pernah

K. Pola Toleransi-Koping Stres


1. Pengambilan keputusan: ( ) sendiri (√ ) dibantu orang lain, Orang tua pasien
2. Masalah utama terkait dengan perawatan di RS atau penyakit (biaya, perawatan diri,
dll):Menurut ibu klien selama MRS biayanya ditanggung asuransi BPJS
3. Yang biasa dilakukan apabila stress/mengalami masalah: Belum dapat dikaji ...................
4. Harapan setelah menjalani perawatan: Keluarga mengatakan ingin putranya segera
sembuh dan dapat kembali aktivitas seperti biasa ( sekolah dll )
5. Perubahan yang dirasa setelah sakit: sesak dan batuk

L. Pola Peran & Hubungan


1. Peran dalam keluarga Sebagai anak kedua dari 3 bersaudara
2. Sistem pendukung:suami/istri/anak/tetangga/teman/saudara/tidak ada/lain-lain,
sebutkan: Orang tua
3. Kesulitan dalam keluarga: Tidak ada
4. Masalah tentang peran/hubungan dengan keluarga selama perawatan di RS: tidak ada ...
M. Pola Komunikasi
1. Bicara: ( √) Normal ( )Bahasa utama:
( ) Tidak jelas ( ) Bahasa daerah:
( ) Bicara berputar-putar ( ) Rentang perhatian:
( ) Mampu mengerti pembicaraan orang lain( ) Afek
2. Tempat tinggal: Bersama orang lain, yaitu: -
3. Kehidupan keluarga
a. Adat istiadat yg dianut: Jawa
b. Pantangan & agama yg dianut: Islam
c. Penghasilan keluarga: ( ) < Rp. 250.000 ( ) Rp. 1 juta – 1.5 juta
( ) Rp. 250.000 – 500.000 ( ) Rp. 1.5 juta – 2 juta
( ) Rp. 500.000 – 1 juta (√) > 2 juta
N. Pola Nilai & Kepercayaan
1. Apakah Tuhan, agama, kepercayaan penting untuk Anda, Ya/Tidak
2. Kegiatan agama/kepercayaan yg dilakukan dirumah (jenis & frekuensi): sebelum sakit
klien selalu mengerjakan sholat 5 waktu
3. Kegiatan agama/kepercayaan tidak dapat dilakukan di RS: selama di RS tidak
melakukan
4. Harapan klien terhadap perawat untuk melaksanakan ibadahnya: Belum dapat dikaji

O. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum:
Klien tampak lemas, akral teraba hangat
• Kesadaran: compos mentis, GCS : 4 5 6
• Tanda-tanda vital: - Tekanan darah :100/60 mmHg - Suhu : 37,2 oC
- Nadi : 118 x/menit - RR : 26x/menit
• Tinggi badan: 130 cm Berat Badan: 15.6 kg
• Tonus otot baik, mobilisasi (+)
2. Kepala & Leher
a. Kepala:
Bentuk kepala bulat, Tidak tampak benjolan atau massa, simetris
b. Mata:
Simetris, reflek pupil ada, isokor, konjunctiva tidak tampak anemis
c. Hidung:
Tampak simetris kiri kanan, tidak tampak lendir di hidung, tampak terpasang O2 nasal
kanul 1lpm
d. Mulut & tenggorokan:
Bibir pucat dan mukosa bibir tampak kering.
e. Telinga:
Simetris kiri-kanan, tidak terdapat lesi atau benjolan.
f. Leher:
Tidak nampak adanya benjolan, tidak nampak adanya lesi, tidak ada nyeri tekan

3. Thorak & Dada:


• Jantung
- Inspeksi: Ictus cordis terlihat
- Palpasi: Tidak terdapat nyeri tekan
- Perkusi: Tidak terdengar suara jantung tambahan
- Auskultasi: Suara jantung 1 dan 2 tunggal
• Paru
- Inspeksi: Tidak terdapat retraksi dada, bentuk normal, simetris kiri dan kanan
- Palpasi: tactil fremitus teraba simetris
- Perkusi:
- Auskultasi:
Rh + + Wh + +
+

4. Payudara & Ketiak


Tidak ditemukan benjolan atau lesi
5. Punggung & Tulang Belakang
Tidak ditemukan benjolan atau lesi, tidak ditemukan kelainan tulang belakang
6. Abdomen
• Inspeksi: Tidak ada pembesaran abdomen
• Palpasi: Tidak nyeri tekan, konsistensi supel
• Perkusi: Tymphani di 4 kuadran abdomen
• Auskultasi: Bising usus dalam batas normal 3-5 kali/menit
7. Genetalia & Anus
• Belum dikaji
8. Ekstermitas
• Atas:Kekuatan otot: 5 tidak terdapat keluhan, benjolan dan lesi
Bawah: Kekuatan otot 5 tidak terdapat keluhan, benjolan dan lesi
9. Sistem Neorologi
GCS: 4-5-6 - Belum dapat dilakukan pengkajian reflek neurologis
10. Kulit & Kuku
• Kulit: teraba hangat, tidak ikterik, nampak pucat
• Kuku: kuku tidak panjang, crt < 2 dtk

P. Hasil Pemeriksaan Penunjang


( Terlampir )

Q. Terapi
Terapi intravena Cairan C1.2 15 tpm
Paracetamol (kalau perlu)
Puyer batuk (Nairet, profilax,epexol)
Atarok 2x1 cth
O2 nasal kanul 1lpm
Pulmicot vs Combivent

R. Persepsi Klien Terhadap Penyakitnya


Belum dapat dikaji
S. Kesimpulan
Klien mengalami gangguan bersihan jalan napas
Perencanaan Pulang
• Tujuan pulang: tidak terdapat sesak, nafsu makan meningkat, banyak minum
• Transportasi pulang: Menggunakan mobil pribadi
• Dukungan keluarga: Keluarga klien mendukung kesembuhan klien
• Antisipasi bantuan biaya setelah pulang: menggunakan BPJS
• Antisipasi masalah perawatan diri setelah pulang: gangguan pola nafas
• Pengobatan: Keluarga mengatakan akan follow up di poli anak RS. Lavalette
• Rawat jalan ke: Keluarga mengatakan akan follow up di poli anak RS. Lavalette
• Hal-hal yang perlu diperhatikan di rumah: pola makan dan minum yang seimbang
(menghindari makanan yang menjadi pencetus sesak), istirahat yang cukup. Konsumsi
obat secara teratur.
Hasil Pemeriksaan Laboratorium

No. Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Tanggal 18/02-2019
Hemoglobin 14,1 mg/dl 10.8 – 12.8
Eritrosit 5.11 3.60 – 5.20
Hematokrit 39.6 (high) 1.0 – 6.0
Leukosit 11.790 10.8 – 12.8
Trombosit 451.000 229.000 – 553.000
LED 19 < 25
MCV 77.5
MCH 27.6
Eosinofil 13.8 ( High ) 1.0 – 5.0
Basofil 1.2 <1
Neutrofil 41.9 25.0 – 60.0
Limfosit 35.2 25.0 – 50.0
Monosit 7.9 (High) 1.0 – 6.0
Analisa Data
No Data Etiologi Diagnosa
Keperawatan
1. Subjektif : Paparan alergen Ketidakefektifan
- Ibu klien mengatakan anaknya bersihan jalan napas
mulai sesak sejak pulang Alergen diikat oleh IgE
kegiatan outbond hari kamis
dan keluhan bertambah berat Vasokonstriksi pada
saluran nafas
pada sabtu malan sehingga
anaknya dibawa MRS
Asma
- Ibu klien mengatakan anaknya
batuk dan pilek ± 2 hari
Pelepasan histamin

Objektif :
Sekresi kelnejar mukosa
- Pada auskultasi terdengar
suara nafas tambahan Produksi mukus
Rh +|+ meningkat
Whz +|+
- Klien tampak lemas Ketidakefektifan bersihan
- Akral teraba hangat jalan napas
- Suhu : 36,9⁰C
- RR : 30x/mnt
- SPO2 : 96%
- Hasil laboratorium :
eosofil 13,8 (N:1.0-5.0)

2. Subjektif : Paparan alergen Ketidakefektifan pola


- Ibu klien mengatakan anaknya nafas
Pengaktifkan respon imun
mulai sesak sejak pulang (sel must)
kegiatan outbond hari kamis
dan keluhan bertambah berat Pengaktifkan mediator
kimiawi (histamin,
pada sabtu malan sehingga serotonin
anaknya dibawa MRS
- Ibu klien mengatakan anaknya bronkospasme
batuk dan pilek ± 2 hari
penyempitan jalan napas
Objektif :
- Klien tampak lemas peningkatan kerja otot
pernapasan
- Pada Auskultasi terdengar
adanya suara napas tambahan
ketidakefektifan pola
- Pada inspeksi terlihat retraksi napas
dinding dada intercosta
- Akral teraba hangat
- Suhu : 36,9⁰C
- Trombosit : 56.000 (L)
- Rh +|+ Whz +|+
- TTV : RR = 26x/mnt P :
84x/mnt
- Hasil laboratorium :
eosofil 13,8 (N:1.0-5.0)
3. Subjektif : Kesiapan
- Ibu klien mengatakan anaknya meningkatkan
mulai sesak sejak pulang manajemen
kegiatan outbond hari kamis kesehatan
dan keluhan bertambah berat
pada sabtu malan sehingga
anaknya dibawa MRS
- Ibu klien mengatakan anaknya
batuk dan pilek ± 2 hari

Objektif :
- Pasien tampak lemas di
tempat tidur
PRIORITAS DIAGNOSA

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya akumulasi sekret


2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan bronkospasme
3. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan No. 1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas berhubungan dengan
adanya akumulasi sekret
Tujuan: Dalam intervensi 2 x 24 jam jalan nafas pasien paten, batuk berkurang, sputum
berkurang, keluarga dapat mempraktikkan cara mengurangi batuk dan pengeluaran sputum.

Kriteria Hasil :
No Indikator 1 2 3 4 5
NOC : status Pernapasan
: Kepatenan jalan napas

1 Batuk Sangat Berat cukup ringan Tidak


berat ada

2 Akumulasi sputum Sangat Berat cukup ringan Tidak


banyak ada

3 Suara napas tambahan Sangat Banyak cukup sedikit Tidak


terdengar terdengar terdengar terdengar terdengar

Keterangan Penilaian:
1 : Sangat berat
2 : Berat
3 : Cukup
4 : Ringan
5 : Tidak ada

Intervensi NIC: (Manajemen jalan nafas)


Tindakan Mandiri
Untuk Pasien:
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi (semi-fowler)
2. Lakukan fisioterapi dada sebagaimana mestinya
3. Gunakan teknik yang menyenangkan untuk memotivasi bernafas dalam kepada anak-
anak seperti meniup balon, harmonica dan gelembung.
4. Auskultasi suara nafas, catat area yang terdapat suara nafas tambahan
5. Kelola nebulizer sebagaimana mestinya
6. Posisikan status pernufasan dan oksigenasi sebagaimana mestinya
7. Pantau tanda-tanda vital
Untuk Keluarga
1. Ajarkan keluarga cara fisioterapi dada
2. Ajarkan keluarga untuk memotivasi anak bernafas dalam dengan cara yang
menyenangkan.
3. Anjurkan keluarga untuk memotivasi anak agar meminum banyak cairan
Kolaboratif
1. Pemberian antibiotic
2. Pemberian obat nebulizer
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan No. 2. Ketidakefektifan pola nafas


Tujuan: Dalam intervensi 2 x 24 pola nafas dapat terarasi dengan

Kriteria Hasil:
NOC: Status respirasi ; ventilasi
Tanda – tanda vital
No. Indikator 1 2 3 4 5

1. Frekuensi napas
2. Irama nafas
3. Suara nafas tambahan
4. Penggunaan otot bantu napas

Keterangan Penilaian:
1 : Sangat berat
2 : Berat
3 : Cukup
4 : Ringan
5 : Tidak ada

Intervensi : NIC Manajemen jalan napas


Tindakan mandiri
1) Monitor pola nafas (bradypnea, takipnea, hyperventilasi, kussmaul respirasi, apneustik, Biot
respirasi)
2) Posisikan untuk mengurangi dyspnea
3) Membantu pasien untuk sering merubah posisi
4) Posisikan untuk mengurangi usaha nafas (mengelevasikan kepala pada bed dan
menyediakan tempat untuk bersandar)
5) Dorong pasien untuk bernafas pelan , nafas dalam, dan batuk efektif

Tindakan kolaborasi :
1. Kolaborasi untuk terapi inhaler
2. Kolaborasi untuk pemberian obat bronkodilator
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan No. 3. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan

Tujuan: Setelah dilakukan penjelasan selama 1x pertemuan klien / orang tua mengetahui dan
memahami tentang penyakit-nya, dengan kriteria :

Kriteria Hasil:
NOC: Pengajaran proses penyakit
Perilaku kesehatan (health behaviors)
No. Indikator 1 2 3 4 5

1. Faktor penyebab dan yang berkontribusi


2. Manfaat manajemen penyakit
3. Pentingnya kepatuhan manajemen penyakit
4. Manfaat pemantauan sendiri secara terus
menerus

Keterangan Penilaian:
6 : Tidak ada pengetahuan
7 : Pengetahuan terbatas
8 : pengetahuan sedang
9 : Pengetahuan banyak
10 : Pengetahuan sangat banyak

Intervensi : NIC Teaching : Disease Process (5602)


1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan klien / orang tua tentang proses
penyakitnya
2. Jelaskan patofisiologi pneumonia dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi
dan fisiologi dengan cara yang sesuai.
3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada pneumonia (pernafasan cepat,
tarikan dinding dada) dengan cara yang sesuai
4. Gambarkan proses penyakit pneumonia dengan cara yang sesuai
5. Bantu klien / orang tua mengenali factor pencetus serangan sesak nafas
6. Berikan informasi pada klien / orang tua tentang kondisi penyakit dengan tepat serta
Informasikan kepada orang tua tentang kemajuan / perkembangan penyakit klien dengan
cara yang sesuai
NIC : Teaching Procedur/Treatment
1. Informasikan kepada klien dan orang tua kapan prosedur pengobatan akan dilaksanakan
2. Informasikan seberapa lama prosedur pengobatan akan dilakukan
3. Jelaskan tujuan dan alasan dilakukan prosedur pengobatan
4. Anjurkan kepada klien untuk kooperatif saat dilakukan prosedur pengobatan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tgl No Jam Implementasi Respon Klien TTD


Dx kep Perawat
18 feb 1 10.20 - Memantau suhu tubuh dan tanda vital - RR : 30 x/ menit
2019 - Memposisikan pasien untuk - HR: 110 x/menit
memaksimalkan ventilasi (semi-fowler) - Suhu: 37.2 ⁰C
- Akral teraba hangat
- Auskultasi suara nafas, catat area yang
- Tampak terpasang O2 nasal
terdapat suara nafas tambahan kanul 1 lpm
- Kelola nebulizer sebagaimana mestinya - Obat puyer batuk pilek sudah
diberikan
- Posisikan status pernafasan dan
oksigenasi sebagaimana mestinya
- Pantau tanda-tanda vital
- Pemberian injeksi dexametasone 2,5 mg
via IV line dan pemberian obat puyer
batuk pilek
- Pemberian O2 nasal kanul

18 feb 1 11.00 - Monitor suara nafas tambahan seperti - Terdengar suara nafas
2019 tambahan Whz + | +
ngorok atau mengi
+|+
- Catat pergerakan dada seperti - Tidak tampak penggunaan otot
ketidaksimetrisan, penggunaan otot otot bantu nafas
bantu nafas - Ibu klien mengatakan sesak
anaknya bertambah bila makan
- Monitor keluhan sesak napas klien pantangan seperti seafood dan
termasuk kegiatan yang meningkatkan sejenisnya.
atau memperburuk sesak napas klien
- Berikan bantuan terapi napas jika
diperlukan (misalnya nebulizer).

18 feb 2 12.00 - Monitor pola nafas (bradypnea, - Tidak tampak adanya tanda
2019
takipnea, hyperventilasi, kussmaul tanda takipnue, bradipnue
respirasi, apneustik, Biot respirasi) - Klien mau mengikuti arahan
- Posisikan untuk mengurangi dyspnea bernapas pelan dan cara batuk
- Membantu pasien untuk sering merubah efektif
posisi -
- Mengatur posisi pasien dengan semi
fowler dan bed di stel sesuai posisi
pasien
- Dorong pasien untuk bernafas pelan ,
nafas dalam, dan batuk efektif

- Melakukan edukasi / pengajaran Orang tua klien memahami dan


tentang proses penyakit anaknya mengerti tentang penjelasan
dimulai dari tanda dan gejala sampai yang diberikan serta mau
dengan komplikasi mengikuti arahannya dan mau
- Menjelaskan tentang tindakan menerapkannya sewaktu di
keperawatan yang dilakukan serta rumah
terapi yang diberikan pada pasien
dengan tujuannya
IMPLEMENTASI
Tgl No Jam Implementasi Respon Klien TTD
Dx kep Perawat
19 feb 1 10.20 - Memantau suhu tubuh dan tanda vital - RR : 24 x/ menit
2019 - Memposisikan pasien untuk - HR: 100 x/menit
memaksimalkan ventilasi (semi-fowler) - Suhu: 36.8 ⁰C
- Akral teraba hangat
- Auskultasi suara nafas, catat area yang
- Tampak terpasang O2 nasal
terdapat suara nafas tambahan kanul 1 lpm
- Kelola nebulizer sebagaimana mestinya - Obat puyer batuk pilek sudah
diberikan
- Posisikan status pernafasan dan
oksigenasi sebagaimana mestinya
- Pantau tanda-tanda vital
- Pemberian injeksi dexametasone 2,5 mg
via IV line dan pemberian obat puyer
batuk pilek
- Pemberian O2 nasal kanul

19 feb 1 11.00 - Monitor suara nafas tambahan seperti - Terdengar suara nafas
2019 tambahan Whz + | +
ngorok atau mengi
+|+
- Catat pergerakan dada seperti - Tidak tampak penggunaan otot
ketidaksimetrisan, penggunaan otot otot bantu nafas
bantu nafas - Ibu klien mengatakan sesak
anaknya bertambah bila makan
pantangan seperti seafood dan
sejenisnya.
- Monitor keluhan sesak napas klien - Pemberian nebulizer
termasuk kegiatan yang meningkatkan (combivent vs pulmicot 2
mg)
atau memperburuk sesak napas klien
- Berikan bantuan terapi napas jika
diperlukan (misalnya nebulizer).

19 feb 2 12.00 - Monitor pola nafas (bradypnea, - Tidak tampak adanya tanda
2019
takipnea, hyperventilasi, kussmaul tanda takipnue, bradipnue
respirasi, apneustik, Biot respirasi) - Klien mau mengikuti arahan
- Posisikan untuk mengurangi dyspnea bernapas pelan dan cara batuk
- Membantu pasien untuk sering merubah efektif
posisi
- Mengatur posisi pasien dengan semi
fowler dan bed di stel sesuai posisi
pasien
- Dorong pasien untuk bernafas pelan ,
nafas dalam, dan batuk efektif
Tgl No Jam Implementasi Respon Klien TTD
Dx kep Perawat
20 feb 1 15.10 - Memantau suhu tubuh dan tanda vital - RR : 24 x/ menit
2019 - Memposisikan pasien untuk - HR: 100 x/menit
memaksimalkan ventilasi (semi-fowler) - Suhu: 36.3 ⁰C
- Akral teraba hangat
- Auskultasi suara nafas, catat area yang
- Tidak terpasang O2 nasal
terdapat suara nafas tambahan - Obat puyer batuk pilek sudah
- Kelola nebulizer sebagaimana mestinya diberikan

- Posisikan status pernafasan dan


oksigenasi sebagaimana mestinya
- Pantau tanda-tanda vital
- Pemberian injeksi dexametasone 2,5 mg
via IV line dan pemberian obat puyer
batuk pilek
- Pemberian O2 nasal kanul

20 feb 1 16.00 - Monitor suara nafas tambahan seperti - Terdengar suara nafas
2019 tambahan Whz - | -
ngorok atau mengi
-|-
- Catat pergerakan dada seperti - Tidak tampak penggunaan otot
ketidaksimetrisan, penggunaan otot otot bantu nafas
bantu nafas - Ibu klien mengatakan anaknya
sudah tidak sesak lagi
- Monitor keluhan sesak napas klien
termasuk kegiatan yang meningkatkan
atau memperburuk sesak napas klien
- Berikan bantuan terapi napas jika
diperlukan (misalnya nebulizer).

20 feb 2 17.00 - Monitor pola nafas (bradypnea, - Tidak tampak adanya tanda
2019
takipnea, hyperventilasi, kussmaul tanda takipnue, bradipnue
respirasi, apneustik, Biot respirasi) - Klien mau mengikuti arahan
- Posisikan untuk mengurangi dyspnea bernapas pelan dan cara batuk
- Membantu pasien untuk sering merubah efektif
posisi Pasien diperbolehkan pulang
- Mengatur posisi pasien dengan semi
fowler dan bed di stel sesuai posisi
pasien
- Dorong pasien untuk bernafas pelan ,
nafas dalam, dan batuk efektif
EVALUASI

Hari/ No
Tanda
Tanggal/ Dx Evaluasi
tangan
Jam Kep
Senin 18 1 S:
Februari Ibu klien mengatakan anaknya masih batuk dan pilek
2019
14:00 O:
Klien nampak lemah, akral teraba hangat, tonus otot
baik, makan / minum baik, BAK (+), tidak ada mual
muntah
- RR: 30 x/ menit
- HR: 110 x/menit
- Suhu: 37.3 ⁰C
NOC: status Pernapasan : Kepatenan jalan napas
Score
Indikator
Awl Tgt Akr
1. Batuk 3 5 4
2. Akumulasi sputum 3 5 4
3. Suara napas tambahan 3 5 4

A: Masalah sesuai dengan NOC belum teratasi


Intervensi yang telah dilakukan:
- Memantau suhu tubuh dan tanda vital
- Memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
(semi-fowler)
- Auskultasi suara nafas, catat area yang terdapat suara
nafas tambahan
- Kelola nebulizer sebagaimana mestinya
- Posisikan status pernafasan dan oksigenasi
sebagaimana mestinya
- Pantau tanda-tanda vital
- Pemberian injeksi dexametasone 2,5 mg via IV line
- Pemberian O2 nasal kanul

P: Intervensi dilanjutkan dan didelegasikan pada perawat


yang dinas siang
Hari/ No
Tanda
Tanggal/ Dx Evaluasi
tangan
Jam Kep
Senin 18 2 S:
Februari Ibu klien mengatakan anaknya masih batuk dan pilek
2019 O:
14:00 Klien nampak lemah, tampak terpasang O2 nasal kanul
1 lpm
- RR: 30 x/ menit
- HR: 110 x/menit
- Suhu: 37.3 ⁰C
NOC: Status respirasi ; ventilasi
Tanda – tanda vital

Score
Indikator
Awl Tgt Akr

1.Frekuensi napas 3 5 4
2. Irama napas 3 5 4
3. Suara napas tambahan 3 5 4
4. Penggunaan otot bantu napas 3 5 4

A: Masalah sesuai dengan NOC belum teratasi


Intervensi yang telah dilakukan:
6) Monitor pola nafas (bradypnea, takipnea, hyperventilasi,
kussmaul respirasi, apneustik, Biot respirasi)
7) Posisikan untuk mengurangi dyspnea
8) Membantu pasien untuk sering merubah posisi
9) Posisikan untuk mengurangi usaha nafas
(mengelevasikan kepala pada bed dan menyediakan
tempat untuk bersandar)
10) Dorong pasien untuk bernafas pelan , nafas dalam,
dan batuk efektif
11) Pantau tanda tanda vital
P: Intervensi dilanjutkan dan didelegasikan pada perawat
yang dinas siang
EVALUASI

Hari/ No
Tanda
Tanggal/ Dx Evaluasi
tangan
Jam Kep
Selasa 19 1 S:
Februari Ibu klien mengatakan anaknya masih batuk dan pilek
2019
14:00 O:
Klien nampak lemah, akral teraba hangat, tonus otot
baik, makan / minum baik, BAK (+), tidak ada mual
muntah
- RR: 24 x/ menit
- HR: 100 x/menit
- Suhu: 36.8 ⁰C
NOC: status Pernapasan : Kepatenan jalan napas
Score
Indikator
Awl Tgt Akr
4. Batuk 3 5 4
5. Akumulasi sputum 3 5 4
6. Suara napas tambahan 3 5 4

A: Masalah sesuai dengan NOC belum teratasi


Intervensi yang telah dilakukan:
- Memantau suhu tubuh dan tanda vital
- Memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
(semi-fowler)
- Auskultasi suara nafas, catat area yang terdapat suara
nafas tambahan
- Kelola nebulizer sebagaimana mestinya
- Posisikan status pernafasan dan oksigenasi
sebagaimana mestinya
- Pantau tanda-tanda vital
- Pemberian injeksi dexametasone 2,5 mg via IV line

P: Intervensi dilanjutkan dan didelegasikan pada perawat


yang dinas siang
Hari/ No
Tanda
Tanggal/ Dx Evaluasi
tangan
Jam Kep
Selasa 19 2 S:
Februari Ibu klien mengatakan anaknya masih batuk dan pilek
2019
14:00 O:
Klien nampak lemah, O2 nasal tidak terpasang lagi
- RR: 24 x/ menit
- HR: 100x/menit
- Suhu: 36.8 ⁰C

NOC: Status pernapasan ; pertukaran gas


Score
Indikator
Awl Tgt Akr
Status pernapasan ; pertukaran gas
1.Saturasi O2 3 5 4
2. Sianosis 3 5 4
3. Dispnea saat istirahat 3 5 4
4. Gangguan kesadaran 3 5 4

A: Masalah sesuai dengan NOC belum teratasi


Intervensi yang telah dilakukan:
- Monitor suara nafas tambahan seperti ngorok atau
mengi
- Catat pergerakan dada seperti ketidaksimetrisan,
penggunaan otot otot bantu nafas
- Monitor keluhan sesak napas klien termasuk kegiatan
yang meningkatkan atau memperburuk sesak napas
klien
- Berikan bantuan terapi napas jika diperlukan (misalnya
nebulizer)

P: Intervensi dilanjutkan dan didelegasikan pada perawat


yang dinas siang
Hari/ No
Tanda
Tanggal/ Dx Evaluasi
tangan
Jam Kep
Selasa 19 2 S:
Februari Ibu klien mengatakan anaknya masih batuk dan pilek
2019 O:
14:00 Klien nampak lemah, tidak tampak terpasang O2 nasal
kanul 1 lpm
- RR: 24 x/ menit
- HR: 100 x/menit
- Suhu: 36.8 ⁰C
NOC: Status respirasi ; ventilasi
Tanda – tanda vital

Score
Indikator
Awl Tgt Akr

1.Frekuensi napas 3 5 4
2. Irama napas 3 5 4
3. Suara napas tambahan 3 5 4
4. Penggunaan otot bantu napas 3 5 4

A: Masalah sesuai dengan NOC belum teratasi


Intervensi yang telah dilakukan:
12) Monitor pola nafas (bradypnea, takipnea,
hyperventilasi, kussmaul respirasi, apneustik, Biot
respirasi)
13) Posisikan untuk mengurangi dyspnea
14) Membantu pasien untuk sering merubah posisi
15) Posisikan untuk mengurangi usaha nafas
(mengelevasikan kepala pada bed dan menyediakan
tempat untuk bersandar)
16) Dorong pasien untuk bernafas pelan , nafas dalam,
dan batuk efektif
17) Pantau tanda tanda vital
P: Intervensi dilanjutkan dan didelegasikan pada perawat
yang dinas siang
EVALUASI

Hari/ No
Tanda
Tanggal/ Dx Evaluasi
tangan
Jam Kep
Rabu 20 1 S:
Februari Ibu klien mengatakan batuk pilek anaknya sudah
2019 berkurang dan sudah tidak sesak lagi
17:00
O:
Klien tampak sudah tidak terpasang infus, kondisi klien
terliham lebih membaik

- RR: 24 x/ menit
- HR: 100 x/menit
- Suhu: 36.3 ⁰C
NOC: status Pernapasan : Kepatenan jalan napas
Score
Indikator
Awl Tgt Akr
7. Batuk 3 5 4
8. Akumulasi sputum 3 5 4
9. Suara napas tambahan 3 5 4

A: Masalah sesuai dengan NOC sudah teratasi


Intervensi yang telah dilakukan:
- Memantau suhu tubuh dan tanda vital
- Memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
(semi-fowler)
- Auskultasi suara nafas, catat area yang terdapat suara
nafas tambahan
- Kelola nebulizer sebagaimana mestinya
- Posisikan status pernafasan dan oksigenasi
sebagaimana mestinya
- Pantau tanda-tanda vital

P: Intervensi dihentikan
Hari/ No
Tanda
Tanggal/ Dx Evaluasi
tangan
Jam Kep
Rabu 20 2 S:
Februari Ibu klien mengatakan batuk pilek anaknya sudah
2019 berkurang dan sudah tidak sesak lagi
17:00 O:
Kondisi klien sudah tampak lebih membaik, tidak
terpasang infus dan O2 nasal
- RR: 24 x/ menit
- HR: 100 x/menit
- Suhu: 36.3 ⁰C
NOC: Status respirasi ; ventilasi
Tanda – tanda vital

Score
Indikator
Awl Tgt Akr

1.Frekuensi napas 3 5 4
2. Irama napas 3 5 4
3. Suara napas tambahan 3 5 4
4. Penggunaan otot bantu napas 3 5 4

A: Masalah sesuai dengan NOC sudah teratasi


Intervensi yang telah dilakukan:
18) Monitor pola nafas (bradypnea, takipnea,
hyperventilasi, kussmaul respirasi, apneustik, Biot
respirasi)
19) Posisikan untuk mengurangi dyspnea
20) Membantu pasien untuk sering merubah posisi
21) Posisikan untuk mengurangi usaha nafas
(mengelevasikan kepala pada bed dan menyediakan
tempat untuk bersandar)
22) Dorong pasien untuk bernafas pelan , nafas dalam,
dan batuk efektif
23) Pantau tanda tanda vital
P: Intervensi di hentikan klien diperbolehkan pulang
LEMBAR PENGESAHAN

Resume Keperawatan

1. Pasien An. A dengan diagnose Combutio grade II ( luas ±10%)

2. Pasien An A. N dengan diagnosa Observasi febris

3. Pasien An.X.R dengan diagnosa Bronkopneumonia

Di Ruang Topaz 2 RS. Lavalette

yang disusun oleh:

Eka Yanti Ningsi


NIM: 180070300011067

Telah diperiksa dan melalui proses “Student Oral Case Analysis”.

Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Ns Septi Dewi Rachmawati.,S.Kep.,M.Ng) (Ns. Yeti Lisnawati, S.Kep)


RESUME

Nama Klien : An. A.A (9 bln 11 hari) Tanggal : 19 feb 2019


Dx. Medis : Combutio grade II ( luas ±10%) Dx. Keperawatan : Kerusakan integritas kulit

S - Ibu klien mengatakan anaknya tersiram air panas saat

O
- Saat pengkajian suhu tubuh anaknya 37,5⁰C
- Akral masih teraba hangat
- Anaknya masih tampak lemas
- Tampak ada luka post opp debridement pada lengan kiri dan kaki kiri
- Tampak terpasang Infus dengan cairan C.1.4 12 tpm

A Kerusakan integritas kulit


P NOC : Pemulihan luka bakar
No. Indikator 1 2 3 4 5
1. Bau busuk luka
2. Nyeri
3. Edema pada luka
4 Sulit bernapas
Keterangan Penilaian :
1 = Sangat besar
2 = Besar
3 = Sedang
4 = Terbatas
5 = Tidak ada

NIC : Pressure Management


- Anjurkan pada pasien untuk gunakan pakaian longgar
- Hindari kerutan pada tempat tidur
- Jaga kebersihan luka agar tetap bersih
- Monitor kulit akan adanya kemerahan
- Monitor tanda dan gejala infeksi pada area luka
-
I - Mengukur TTV
- Memantau suhu tubuh pasien
- Memasang side rail pada tempat tidur pasien
- Memantau tanda tanda infeksi pada luka ( warna, bau, pembengkakan )
E S:
- Ibu klien mengatakan anaknya tidak rewel tetapi maunya menyusu terus
O:
- Klien tampak tenang di tempat tidur di temani ibu nya
- Tampak terpasang underpad pada tempat tidur
- Tampak adanya luka post opp debridement dengan balutan pada tangan
kiri dan kaki kiri
- Tonus otot baik, makan dan minum (+), tidak ada muntah
- Tidak tampak adanya tnada infeksi luka (kemerahan, edema pada luka,
atau bau busuk)
- Pemberian injeksi santagesik 100 mg
- TTV :
S : 37,2⁰C N : 115x/menit
TD : P : 36x/mnt

NOC: Tissue integrity : skin and mucous membrane


NO Indikator Awal Target Akhir
1 Bau busuk luka 3 4 3
2 Nyeri 3 4 3
3 Edema pada luka 4 5 5
4 Sulit bernapas 4 5 5

A: masalah teratasi teratasi


P: intervensi dihentikan
RESUME

Nama Klien : An. A. N (1th 9 bln ) Tanggal : 19 feb 2019


Dx. Medis : Observasi Febris Dx. Keperawatan : Hipertermi

S - Ibu klien mengatakan anaknya ±4 hari sudah di RS Wajak 3 hari setelah


sehari KRS anaknya demam lagi batuk (-) pilek (-)

O - Saat pengkajian suhu tubuh anaknya 38,9⁰C


- Akral masih teraba hangat
- Anaknya masih tampak lemas
- IVFD C1.4 12tpm
- N : 100x/mnt
- P : 20x/mnt
- Santagesik 100 mg

A
Hipertermia

P NOC : Termoregulasi
No. Indikator 1 2 3 4 5
1. Peningkatan suhu
2. Warna kulit dan akral
3. Dehidrasi
Keterangan Penilaian :
1 = Sangat terganggu
2 = Banyak terganggu
3 = cukup terganggu
4 = Sedikit terganggu
5 = Tidak terganggu

NIC : (Perawatan Demam)


Tindakan Mandiri
Untuk Pasien:
1. Pantau suhu tubuh dan tanda-tanda vital lainnya
2. Monitor warna kulit dan suhu
3. Monitor asupan dan keluaran cairan
4. Dorong konsumsi cairan
5. Lembabkan mukosa bibir
6. Berikan kompres hangat dan mengganti pakaian yang berbahan lembut
serta tipis guna untuk menyerap keringat

I - Mengukur suhu tubuh pasien


- Monitor suhu dan warna kulit serta suhu kulit klien
- Anjurkan ke ibu klien untuk memberi minum sedikit tapi sering
- Beri kompres hangat pada klien saat demam
- Anjurkan pada ibu untuk mengganti baju yang berbahan tipis dan lembut
untuk penyerapan haluarannya.

E S:
- Ibu klien mengatakan suhu tubuh anaknya masih tinggi
- Ibu klien sudah memahami dan mau mengikuti arahan petugas.

O:
- Klien tampak tenang di tempat tidur
- Akral teraba hangat
- TTV :
S : 38,7⁰C N : 115x/menit
TD : 100/60mmHg P : 30x/mnt
NOC:
NO Indikator Awal Target Akhir
1 Peningkatan suhu 2 5 3
2 Warna kulit dan akral 2 5 3
3 Dehidrasi 2 5 4

A: masalah teratasi
P: intervensi dilanjutkan
RESUME

Nama Klien : An. X R Tanggal : 21 feb 2019


Dx. Medis : Bronkopneumonia Dx. Keperawatan : Hipertermi

S - Ibu klien mengatakan anaknya ±5 hari, nafsu makan anak menurun,


batuk, pilek (+)

O - Saat pengkajian suhu tubuh anaknya 38,⁰C


- Akral masih teraba hangat
- Anaknya masih tampak lemas
- BB : 9 Kg
- IVFD C1.4 12tpm
- N : 100x/mnt
- P : 20x/mnt
- Santagesik 100 mg
- Pemeriksaan laboratorium Darah lengkap

A
Hipertermia

P NOC : Termoregulasi
No. Indikator 1 2 3 4 5
1. Peningkatan suhu
2. Warna kulit dan akral
3. Dehidrasi
Keterangan Penilaian :
1 = Sangat terganggu
2 = Banyak terganggu
3 = cukup terganggu
4 = Sedikit terganggu
5 = Tidak terganggu

NIC : (Perawatan Demam)


Tindakan Mandiri
Untuk Pasien:
1) Pantau suhu tubuh dan tanda-tanda vital lainnya
2) Monitor warna kulit dan suhu
3) Monitor asupan dan keluaran cairan
4) Dorong konsumsi cairan
5) Lembabkan mukosa bibir
6) Berikan kompres hangat dan mengganti pakaian yang berbahan lembut
serta tipis guna untuk menyerap keringat

I - Mengukur suhu tubuh pasien


- Monitor suhu dan warna kulit serta suhu kulit klien
- Anjurkan ke ibu klien untuk memberi minum sedikit tapi sering
- Beri kompres hangat pada klien saat demam
- Anjurkan pada ibu untuk mengganti baju yang berbahan tipis dan lembut
untuk penyerapan haluarannya.

E S:
- Ibu klien mengatakan suhu tubuh anaknya normal lagi
- Ibu klien sudah memahami dan mau mengikuti arahan petugas.

O:
- Klien tampak tenang di tempat tidur
- Akral teraba hangat
- TTV :
S : 38,7⁰C N : 115x/menit
TD : 100/60mmHg P : 30x/mnt
- Pemberian injeksi santagesik 100 mg / IV line
- Hasil Laboratorium : trombosit = 236.000, leukosit : 13.050
NOC:
NO Indikator Awal Target Akhir
1 Peningkatan suhu 2 5 3
2 Warna kulit dan akral 2 5 3
3 Dehidrasi 2 5 4

A: masalah teratasi
P: intervensi dilanjutkan

Вам также может понравиться