Вы находитесь на странице: 1из 8

BAB 2

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian EYD
EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD) adalah tata bahasa dalam bahasa Indonesia
yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan
penulisan huruf kapital, huruf miring, serta penulisan unsur serapan. EYD disini diartikan
sebagai tata bahasa yang disempurnakan. Dalam penulisan karya ilmiah perlu adanya aturan
tata bahasa yang menyempurnakan sebuah karya tulis. Karena dalam sebuah karya tulis
memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail.
Secara umum, hal-hal yang diatur dalam EYD adalah:
1. Penulisan huruf, termasuk huruf kapital dan huruf miring.
2. Penulisan kata.
3. Penulisan tanda baca.
4. Penulisan singkatan dan akronim.
5. Penulisan angka dan lambang bilangan.
6. Penulisan unsur serapan.

2.2 Ruang lingkup EYD


Ruang lingkup EYD mencakup lima aspek, yaitu:
1. Pemakaian huruf : mengatur masalah yang mendasar dari suatu bahasa, yaitu :

a) Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri dari 26 huruf berikut ini.
Nama/lafal setiap huruf disertakan disebelahnya.
b) Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri dari huruf a, i, u, e,
dan o. Contoh pemakaian huruf vokal dalam kata adalah.
1) Pemakaian huruf vokal "a" : api, padi, lusa.
2) Pemakaian huruf vokal "i" : itu, simpan, padi.
3) Pemakaian huruf vokal "u" : ulang, tahun, itu.
4) Pemakaian huruf vokal "e" : enak. petak, sore.
5) Pemakaian huruf vokal "o" : oleh, kota, radio

c) Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia adalah huruf yang
selain huruf vokal yang terdiri dari huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s,
t, v, w, x, y, dan z.
Dalam bahasa Indonesia juga digunakan gabungan konsonan (diagraf) sebannyak 4
pasang, contoh :
Kh seperti dalam kata (khusus, akhir)
Ng seperti dalam kata (ngilu, bangun)
Ny seperti dalam kata (nyata, anyam)
Sy seperti dalam kata (syair, asyik)
Selain gabungan dua konsonan, ada pula gabungan dua vokal yang disebut diftong.
Diftong terjadi jika dua vokal yang berurutan harus dalam satu suku kata,
menciptakan bunyi luncuran (bunyi yang berubah kualitasnya) yang berbeda dengan
lafal aslinya. Contoh :
a. Diftong ai dalam kata
Bantai dilafalkan (bantay)
Pandai dilafalkan (panday)
Santai dilafalkan (santay)
b. Diftong au dalam kata
Kacau dilafalkan (kacaw)
Kerbau dilafalkan (kerbaw)
Silau dilafalkan (silaw)
c. Diftong oi dalam kata
Boikot dilafalkan (boykot)
Sepoi dilafalkan (sepoy)
Jika vokal beruntun ai, au, dan oi terdapat dalam kata yang pelafalannya persis sama
dengan lafal huruf aslinya, vokal beruntun itu bukan diftong. Contoh yang bukan
diftong adalah :
a. Namai dilafalkan (namai) bukan (namay)
b. Bau dilafalkan (bau) bukan (baw)
c. Mau dilafalkan (mau) bukan (mau)
d. Doi dilafalkan (do’i) bukan (doy)

d) Pemenggalan kata
Pemenggalan kata merupakan pemisahan huruf/kelompok huruf dari kata.
Pemenggalan kata dasar baik kata Indonesia maupun kata serapan, dilakukan dengan
prinsip otografis.
1) Pemenggalan kata yang mengandung sebuah huruf konsonan dilakukan
sebelum huruf konsonan tersebut. Contoh:
a. Kabar = Ka-bar
b. Sopan = So-pan
2) Suku kata yang mengandung gugus vokal au, ai, oi, ae, ei, eu, dan ui baik dalam
kata-kata Indonesia maupun dalam kata-kata serapan, diperlakukan sebagai
satu suku, contoh :
a. Aula = Au-la
b. Santai = San-tai
3) Pemenggalan kata yang ditengahnya terdapat gabungan huruf konsonan yang
mewakili fonem tunggal (digraf) dilakukan dengan tetap mempertahankan
kesatuan digraf itu. Contoh:
a. Akhlak = Akh-lak
b. Masyarakat = Ma-sya-ra-kat
e) Nama diri
Cara penulisan nama diri (nama orang, lembaga, tempat, jalan) harus mengikuti
EYD. Contoh :
a. Rumahnya di Jalan Pajajaran No.5.
b. Ia berkantor di Jalan Budi Utomo.

2.3 Penulisan Huruf Kapital Dan Miring, Kata, Angka Dan Bilangan
1. Penulisan Huruf Kapital Dan Miring
1) Huruf Kapital
Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama pada awal kalimat, petikan langsung,
ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, unsur nama jabatan, nama gelar
kehormatan, keturunan, nama orang, nama bangsa, suku, nama geografi, bulan,
tahun, dll. Contoh :
I. Huruf kapital digunakan sebagai unsur nama gelar kehormatan : Haji Agus Salim
II. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat : Siapa
yang datang tadi malam?
III. Huruf kapital digunakan sebagai unsur nama jabatan : Menteri pertanian.

2) Huruf Miring
Huruf Miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, surat
kabar, yang dikutip dalam tulisan, nama ilmiah atau ungkapan asing (kecuali yang
telah disesuaikan ejaannya), dan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, atau kelompok kata.
I. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku yang
dikutip dalam karangan, misal : Tabloid Nova. Surat Kabar Kompas
II. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilimiah atau
ungkapan asing, misal : Nama ilmiah padi ialah Oriza sativa.
2. Penulisan Kata
a. Kata dasar
Kata dasar adalah kata yang belum mengalami perubahan bentuk, yang ditulis
sebagai suatu kesatuan. Misalnya: Buku itu sangat tebal
b. Kata Turunan (berimbuhan)
Kata Turunan (Kata berimbuhan) Kaidah yang harus diikuti dalam penulisan kata
turunan, yaitu :
1. Imbuhan semuanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, misalnya : Menulis,
2. Awalan dan akhrian ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, misalnya : Sebar
luaskan, Bertepuk tangan
3. Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan
akhiran, kata itu ditulis serangkai, misalnya : Keanekaragaman.

c. Kata Ulang
Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung (-)
Kata ulang dibagi menjadi 4, yaitu:
I. Dwipurwa yaitu pengulangan suku kata awal. Misal : Laki = Lelaki
II. Dwilingga yaitu pengulangan utuh atau secara keseluruhan. Misal: Laki =
Laki-Laki
III. Dwilingga salin suara yaitu pengulangan variasi fonem, misal : Sayur = Sayur-
mayur
IV. Pengulangan berimbuhan yaitu pengulangan yang mendapat imbuhan, misal :
Main = Bermain-main

d. Kata Depan
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Kecuali
didalam gabungan yang sudah dianggap sebagai satu kata, seperti kepada dan
daripada. Contoh : Angga sedang ke luar kota.

e. Singkatan dan Akronim


a. Singkatan
Singkatan adalah bentuk kata yang dipendekkan yang terdiri satu huruf atau
lebih. Adapun aturan penulisannya adalah sebagai berikut :
I. Setiap menyingkat satu kata, dipakai satu tanda titik. Misalnya : Nomor
disingkat No. atau Nmr.
II. Bila menyingkat dua kata, dipakai dua titik, misalnya : atas nama disingkat
a.n
III. Bila menyingkat tiga huruf atau lebih, pada akhir singkatannya dipakai satu
tanda titik, misalnya : dan lain-lain disingakat dll.
IV. Penulisan singkatan satuan ukuran takaran tidak diikuti titik, misalnya :
kilogram disingkat kg

b. Akronim
Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal kata atau
gabungan suku kata dari deret kata yang disingkat. Misalnya : singkatan yang
seluruhnya ditulis dengan huruf kapital : KONI (Komite Olahraga Nasional
Indonesia)

f. Angka dan Lambang bilangan


Angka adalah sebuah angka, sistem bilangan. Sedangkan lambang bilangan adalah
Simbol ataupun lambang yang digunakan untuk mewakili suatu bilangan. Misal:
I. Angka yang dipakai untuk melambangkan nomor jalan/rumah pada alamat :
Jalan Sentosa III No.152
II. Penullisan lambang bilangan pada persentase : 1%

2.4 Penulisan Unsur Serapan


Kata serapan adalah kata yang berasal dari bahasa asing yang sudah diintegrasikan kedalam
suatu bahasa dan diterima pemakaiannya secara umum. Penulisan unsur serapan pada
umumnya mengadaptasi atau mengambil dari istilah bahasa asing yang sudah menjadi istilah
dalam bahasa Indonesia. Contoh : president menjadi presiden.
Penyerapan unsur asing dalam penggunaan bahasa indonesia dibenarkan, sepanjang :
I. Unsur asing itu merupakan istilah teknis sehingga tidak ada yang layak mewakili
dalam bahasa Indonesia, akhirnya dibenarkan, diterima, atau dipakai dalam bahasa
Indonesia.
II. Konsep yang terdapat dalam unsur asing itu tidak ada dalam bahasa Indonesia.

2.5 Pemakaian Tanda baca


A. Tanda koma (,)
Kaidah penggunaan tanda koma (,) digunakan:
I. Memisahkan anak kalimat atau induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk
kalimatnya.
II. Memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului
oleh kata tetapi atau melainkan.
III. Memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
IV. Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi
Contoh : Saya membeli permen, roti, dan air mineral.

B. Tanda titik (.)


Penulisan tanda titik di pakai pada :
I. Akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan
II. Akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
III. Akhir singkatan nama orang.
Contoh : Adik saya sedang belajar.

C. Tanda Tanya (?)


Tanda tanya dipakai pada : Akhir kalimat tanya dan Dipakai di dalam tanda kurung untuk
menyatakan bagian kalimat yang diragukan atau kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh : Sedang ada dimana?

D. Tanda Seru (!)


Tanda seru yang dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, dan rasa emosi. Misalnya : Jangan
membantah!

E. Tanda titik dua (:)


Tanda titik dua dipakai untuk : Sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemberian.
Dan Di antara judul dan anak judul suatu karangan. Contoh : Nama :

F. Tanda Garis Miring (/)


Tanda garis miring ( / ) dipakai untuk : Dalam penomoran kode surat, dan Sebagai
pengganti kata dan,atau, per, atau nomor alamat. Contoh : No.: 7/PK/VIII/2009

9. Ejaan Yang Disempurnakan

Вам также может понравиться