Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
-Aisah Krisna
-Naila Fira R. J 1700008049
-Atika Riani 1700008065
-VebyNindia 1700008084
Negeri Honitetu dipimpin oleh seorang Raja yang dipilih dari keturunan golongan
matarumah parentah. Negeri Honitetu sendiri terdiri atas satu Negeri induk yaitu
Honitetu dan empat dusun (kampung) yaitu: Ursana, Sukowati, Rumatita, dan
Imabatae. Setiap dusun dipimpin oleh kepala dusun. Bahasa yang digunakan adalah
bahasa Wemale (salah satu bahasa di Maluku yang umumnya dipakai penduduk
Negeri Piru dan beberapa Negeri lainnya dalam wilayah Kabupaten SBB) dan Bahasa
Indonesia.Semua lahan Petuanan Negeri (hak ulayat) yang dikuasai Negeri Honitetu,
termasuk hutan adat, dibagi ke dalam tiga kategori yaitu lahan milik Negeri, lahan
milik marga, dan lahan milik individu.
Lahan milik Negeri dapat dimanfaatkan oleh semua anggota masyarakat yang
diatur oleh Raja dan lembaga adat. Sementara itu pengaturan lahan milik marga diatur
oleh Kepala Marga. Terdapat sembilan marga asli di Honitetu (dikenal dengan istilah
Soa), yaitu Latu, Molly, Nurubulu, Mawene, Tebiary, Tita, Ukakale, Laiuluy, dan
Kakale. Wilayah adat yang dikuasai marga-marga di Maluku biasanya disebut Tanah
Dati atau Petuanan(di Negeri Honitetu biasanya diistilahkan dengan Petuanan). Pada
umumnya Tanah Dati atau Petuanan di Maluku dikuasai secara kolektif atau bersama
oleh beberapa keluarga sebagai suatu keluarga luas (extended family) dari suatu mata
rumah (Ohorella, Suharjito, & Ichwandi, 2011). Mata rumah itu sendiri merupakan
suatu kelompok kekerabatan yang bersifat unilateral dan berdasarkan prinsip-prinsip
hubungan patrilineal (Arianto & Talaohu, 2009). Kepemilikan atau penguasaan
petuana di Negeri Honitetu secara adat diakui oleh semua pihak dan merupakan
warisan sejak jaman leluhur mereka.
Geografis
Pulau Seram memiliki wilayah seluas 18.625 km2 , dengan panjang 340 km dan lebar
60 km. Titik tertingginya ialah Gunung Binaiya, setinggi 3.019m di atas permukaan laut.Pulau
Seram memiliki alam pegunungan dan hutan tropis. Produk-produk yang dihasilkan antara
lain cengkih, pala, kopra, damar, sagu, ikan, dan minyak. Terdapat satu taman nasional yaitu
Taman Nasional Manusela yang terkenal karena banyak hewan dan tumbuhan endemiknya.
Untuk mencapai tempat ini dapat ditempuh melalui Desa Yaputih atau Hatu di Kecamatan
Tehoru, kurang lebih 100 km dari Masohi. Bisa juga melalui Desa Wahai, dibagian Seram
Utara, yang rutenya melewati beberapa desa yaitu Hoaulu, Kanikeh, dan desa-desa kecil
lainnya.
Maluku Tengah sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Maluku, letaknya diapit
oleh kabupaten Seram Bagian Barat di sebelah barat dan Seram Bagian Timur di sebelah
timur.Luas wilayah Kabupaten Maluku Tengah seluruhnya kurang lebih 275.907 Km2 yang
terdiri dari luas laut 264.311,43 Km2 dan luas daratan 11.595,57 Km2.
Iklim
Wilayah Maluku Tengah mengalami iklim laut tropis dan iklim musim.Keadaan ini
disebabkan oleh karena Maluku Tengah dikelilingi laut yang luas, sehingga iklim laut tropis di
daerah ini berlangsung seirama dengan iklim musim yang ada. Berikut keadaan klimatologi
yang dapat menggambarkan keadaan iklim di Kabupaten Maluku Tengah secara umum:
Tercatat Rata-rata temperatur pada tahun 2009 di Kecamatan Amahai 26,30C, di mana
temperatur maksimum rata-rata 30,40C dan minimum rata-rata 23,3 0C. Jumlah curah hujan
pada tahun 2009 rata-rata sebesar 185,1 mm dengan jumlah hari hujan rata-ratasebanyak
18,1 hari. Penyinaran matahari pada tahun 2009 rata-rata sebesar 65,9 % dengan tekanan
udara rata-rata 1011,2 Milibar dan kelembaban nisbi yang terjadi rata-rata sebesar 84,9 %.
Penduduk
Penduduk aslinya adalah suku Alifuru. Terdapat juga Suku-suku primitif lainnya
seperti Suku Hoaulu yang terletak desanya di daerah Seram bagian Utara. Namun sekarang
telah banyak pendatang dari berbagai pulau di sekitarnya, terutama suku bangsa Tionghoa
dan Arab.
Transportasi yang dapat digunakan untuk ke pulau kei yaitu dapat ditempuh
dengan menyewa mobil, dengan akomondasi kurang lebih Rp. 400.000,00. Dapat juga
dengan menggunakan angkot, tetapi tidak dapat menjangkau semua lokasi yang
diinginkan. Untuk akses masuk kawasan hutan kelapa dipulau Kei masih
gratis,dikarenakan tempat ini atau desa ini belum dijadikan tempat wisata seutuhnya.
Purnaweni, Hartuti Dkk.2013. Studi Kearifan Lokal Sasi Kelapa Pada Masyarakat Adat di
Rosman Rumakefig, 2000, Pengamat dan Pengelolaan Hutan Kepulauan Watubela Skipsi
Yuki, Putri Anggita. 2017. 10 Hal Yang Perlu kamu Ketahui Tentang Pulau