Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ABSTRACT
The relationship of religion, culture and community very important or is a system of life
because of the interconnectedness of each other. But the question of keberagamaan and
social development will not be complete if only seen from one particular aspect only. For that
in looking at the question of societal must go through a holistic approach. Required studies
as the study of the sociology of religion and vice versa. It means the study of the life of
keberagamaan the community won't be completed without involving sociology, sociological
stats helper monkeys do not judge the religion concerned. Each nation or group that actually
live up to the mandate of each religion, therefore by itself will manifest harmony,
brotherhood, peace and comfort in the life of bermayarakat. Because religions have taught
the truth and goodness and distanced from all malice, strife, discrimination etc. Religious life
looks on mindset, behaviour or attitude and way of living one's religious attitude embodiment
and able to receive different neighbor any religion as a servant of God Almighty. Religion as
a guide of human life created by God, the one true God through his life. Whereas culture is
as a habit or an Ordinance of human life created by the man itself results from creativity,
taste and karsanya given by the Lord. Religion and culture influence each other each other.
Religion affects culture, community groups, and ethnic groups. The culture tends to be fickle
to any people or groups who really lives in accordance with the mandate his religion each,
hence will automatically be eventuate harmony, the peace and comfort in life bermayarakat.
Because of religion have taught truth and goodness and removed from all philippic,
dissensions, discrimination and others. Religious life looks on people think, behavior or
attitude and manner embodiment attitude religious life someone and capable of receiving
fellow different any religious as the servants of allah swt. Religion as a guideline human life
created by god, of almighty god in lived his life. While culture is as habit or procedures of
human life created by human beings themselves from the power copyright, taste and karsanya
given by god. Religion and culture interplay each other. Religious affect culture, the group,
and peoples. Culture capricious tending to any people or groups who really lives in
accordance with each, amanah his religion hence with itself would be harmony, the
fraternity, peace and comfort in life community. Because of religion have taught truth and
goodness and badness, taking away from all dissensions, discrimination and others.
Religious life seemed in a pattern of thought, of behavior or attitude and manner of living
religious embodiment of the attitude of someone and capable of receiving a fellow who is
different any religious a follower of allah swt. Religion as a guideline human life created by
the lord of almighty god in lived his life. While culture is as the habit or procedures of human
life created by human beings themselves from the power of copyright, taste and karsanya
given by god. Religion and culture on each other. Affecting culture, religion community
groups, and peoples.
Keywords :Religion, cultural and society
bagaimana menempatkan posisi agama dan umat manusia sehingga muncullah agama
posisi budaya dalam suatu kehidupan yang merupakan salah satu usaha manusia
masyarakat. Dalam kehidupan manusia, untuk mendekatkan diri pada kekuatan
agama dan budaya jelas tidak berdiri sendiri, supranatural.
keduanya memiliki hubungan yang sangat Sebelum kita memahami perspektif
erat dalam dialektikanya; selaras mencip- agama, budaya dan masyarakat, maka
takan dan kemudian saling menegasikan. terlebih dahulu kita harus mengetahui
Agama sebagai pedoman hidup manusia penjelasan eksistensi tentang agama. Agama
yang diciptakan oleh Tuhan, dalam merupakan suatu kepercayaan tertentu yang
menjalani kehidupannya. Sedangkan kebu- dianut sebagian besar masyarakat meru-
dayaan adalah sebagai kebiasaan tata cara pakan tuntunan hidup. Agama menyangkut
hidup manusia yang diciptakan oleh kepercayaan-kepercayaan dan berbagai
manusia itu sendiri dari hasil daya cipta, rasa prakteknya, serta benar-benar merupakan
dan karsanya yang diberikan oleh Tuhan. masalah sosial yang pada saat ini senantiasa
Agama dan kebudayaan saling mem- ditemukan dalam setiap masyarakat
pengaruhi satu sama lain. Agama manusia. Karena itu, lahir pertanyaan
mempengaruhi kebudayaan, kelompok bagaimana seharusnya dari sudut pandang
masyarakat, dan suku bangsa. Kebudayaan sosiologis. Dalam pandangan sosiologi,
cenderung berubah-ubah yang berimplikasi perhatian utama agama adalah pada
pada keaslian agama sehingga menghasilkan fungsinya bagi masyarakat. Di mana fungsi
penafsiran berlainan. Salah satu agenda seperti diketahui, menunjuk pada sum-
besar dalam kehidupan masyarakat, bangan yang diberikan agama atau lembaga
berbangsa dan bernegara adalah menjaga sosial yang lain untuk memper-tahankan
persatuan dan kesatuan dan membangun keutuhan masyarakat sebagai usaha aktif
kesejahteraan hidup bersama seluruh warga yang berlangsung secar terus-menerus.
negara dan umat beragama. Hambatan yang Konsepsi agama menurut kamus besar
cukup berat untuk mewujudkan kearah bahasa indonesia adalah sistem yang
keutuhan dan kesejahteraan adalah masalah mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
kerukunan sosial, termasuk di dalamnya peribadatan kepada tuhan yang mahakuasa
hubungan antara agama dan kerukunan serta tata kaidah yang. Menurut Yusuf
hidup umat beragama. Persoalan ini semakin Alqaradawi dan Hussein Shahatah, zakat
kursial karena terdapat serangkaian kondisi gaji dan pendapatan diistilahkan sebagai
sosial yang menyuburkan konflik, sehingga zakat mal almustafad yaitu zakat yang
terganggu kebersamaan dalam membangun bersumberkan gaji. Agama dengan agama
keadaan yang lebih dinamis dan kondusif. hidup itu terarah, dengan seni hidup itu
Demikian pula kebanggaan terhadap indah, dengan ilmu hidup itu mudah ilmu
kerukunan dirasakan selama bertahun-tahun tanpa agama adalah buta, agama tanpa ilmu
mengalami degradasi, bahkan menimbulkan adalah lumpuh pengertian lembaga agama.
kecemasan terjadinya disintegrasi bangsa. Penulis masih sering menyaksikan
Latar belakang lahirnya agama karena adanya sebahagian anggota masyarakat yang
adanya masalah kekuatan yang dianggap mencampur adukkan antara nilai-nilai
lebih tinggi dari kekuatan yang ada pada agama dengan nilai-nilai budaya yang
dirinya sehingga mereka mencari lebih padahal kedua hal tersebut tentu saja tidak
dalam dari mana asal kekuatan yang ada dapat seratus persen disamakan, bahkan
pada alam baik berupa gunung laut langit mungkin berlawanan. Demi terjaganya
dan sebagainya, dan ketika mereka tidak esistensi dan kesucian nilai-nilai agama
dapat mengkajinya maka disembah karena sekaligus memberi pengertian, disini penulis
mereka berpikiran, bahwa kekuatan alam itu hendak mengulas mengenai Apa itu agama
memiliki kekuatan yang luar biasa dan bisa dan apa itu budaya, dan masyarakat yang
menghidupi beribu-ribu, bahkan berjuta-juta memiliki hubungan yang kuat.
JPIS, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Volume 23, No. 2, Edisi Desember 2014 13
Budaya atau yang biasa di sebut culture Konsep epoche adalah membedakan wilayah
merupakan warisan dari dari nenek moyang data (subjek) dengan interpretasi peneliti.
terdahlu yang masih eksis sampai saat ini. Konsep epoche menjadi pusat dimana
Suatu bangsa tidak akan memiliki ciri khas peneliti menyusun dan mengelompokkan
tersendiri tanpa adanya budaya-budaya yang dugaan awal tentang fenomena untuk
di miliki. Budaya-budaya itupun berkem- mengerti tentang apa yang dikatakan oleh
bang sesui dengan kemajuan zaman yang responden.
semakin modern. Kebudayaan yang ber- Selanjutnya, peneliti melakukan analisis
kembang dalam suatu bangsa itu sendiri di data yang merupakan upaya mencari dan
namakan dengan kebudayaan lokal, karena menata secara sistematis catatan hasil
kebudayaan lokal sendiri merupakan sebuah observasi, wawancara, dan lainnya untuk
hasil cipta, karsa dan rasa yang tumbuh dan meningkatkan pemahaman peneliti tentang
berkembang di dalam suku bangsa yang ada kasus yang diteliti dan menyajikannya
di daerah tersebut. Di dalam kebudayaan sebagai temuan kepada orang lain. Adapun
suatu pasti menganut suatu kepercayaan untuk meningkatkan pemahaman tersebut
yang bisa kita sebut dengan agama. Agama analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya
itu sendiri iyalah sistem atau prinsip mencari makna (meaning) (Muhadjir,2002
kepercayaan kepada Tuhan atau juga disebut :142).
dengan nama Dewa atau nama lainnya Analisis data dengan model Miles dan
dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban Huberman, di mana proses mencari dan
yang bertalian dengan kepercayaan yang menyusun secara sistematis data yang
dianut oleh suatu suku/etnik tersebut. diperoleh dari hasil wawancara, catatan
Rumusan masalahnya adalah sebagai lapangan dan dokumentasi, dengan cara
berikut: 1) Bagaimana perbedaan konsep mengorganisaikan data ke dalam kategori,
agama, budaya dan masyarakat? 2) menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan
Bagaimana perspektif agama, kebudayaa sintesa, menyusun kedalam pola, memeilih
dan masyarakat di Indonesia? 3) Mengapa mana yang penting dan akan dipelajari, serta
manusia sebagai pencipta dan pengguna membuat kesimpulan sehingga mudah
kebudayaan? 4) Bagaimana peranan dan dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.
hubungan kebudayaan dengan agama dalam Analisis data kualitatif adalah bersifat
masyarakat? 5) Bagaimana pengaruh agama induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan
Islam dalam kehidupan masyarakat data yang diperoleh, selanjutnya dikembang-
Indonesia? kan menjadi hipoteisis. Berdasarkan hipo-
tesis yang dirumuskan berdasarkan data
METODE PENELITIAN tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi
Metode penelitian yang digunakan secara berulang, sehingga dapat disimpulkan
adalah deskriptif kualitatif dengan pende- apakah hipotesis tersebut diterima atau
katan fenomenologi. Pendekatan fenomeno- ditolak berdasarkan data yang terkumpul.
logi mencoba menjelaskan atau mengungkap Bila berdasarkan data yang dapat dikum-
makna konsep atau fenomena pengalaman pulkan secara berulang-ulang dengan teknik
yang didasari oleh kesadaran yang terjadi triangulasi, ternyata hipotesis diterima, maka
pada beberapa individu. Penelitian ini hipotesis tersebut berkembang menjadi teori.
dilakukan dalam situasi yang alami, Selain itu, analisis data dalam penelitian
sehingga tidak ada batasan dalam memaknai kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan
atau memahami fenomena yang dikaji. data berlangsung, dan setelah selesai
Creswell (1998:54) mengatakan bahwa, pengunpulan data dalam periode tertentu.
pendekatan fenomenologi menunda semua Pada saat wawancara, peneliti sudah
penilaian tentang sikap yang alami sampai melakukan analisis terhadap jawaban yang
ditemukan dasar tertentu. Penundaan ini diwawencarai. Bila jawaban yang diwa-
biasa disebut epoche (jangka waktu). wancarai setelah dianalisis terasa belum
Laode Monto Bauto, Persfektif Agama dan Kebudayaan…. 24
kepribadian yang tinggi. Seni beluk kini mengandung dimensi iman yang tidak
biasa disajikan pada acara-acara selamatan dikotori oleh unsur-unsur syirik, tunduk,
atau tasyakuran, misalnya memperingati disertai dengan rasa ikhlas karena Allah
kelahiran bayi ke-4- hari (cukuran), upacara SWT, berserah diri diiringi dengan amal
selamatan syukuran lainnnya seperti sholeh serta sikap tegar dan optimis. Jadi
kehamilan ke-7 bulan (nujuh bulan atau pengertian Islam secara lughowi pada
tingkeban), khitanan, selesai panen padi dan prinsipnya merupakan penyerahan diri
peringatan hari-hari besar nasional. secara bulat kepada Allah SWT yang
Akulturasi budaya Islam dengan budaya melahirkan satu sikap hidup tertentu.
lokal nusantara sebagaimana yang terjadi di Para orientalis menyebut “Islam”
Jawa didapati juga di daerah-daearah lain di dengan istilah “Muhammadanisme”. Mereka
luar Jawa, seperti Sumatera Barat, Aceh, mengasosiakan sebutan ini dengan sebutan-
Makasar, Kalimantan, Sumatera Utara, dan sebutan bagi agama-agama selain Islam
daerah-daerah lainnya. Khusus di daerah yang dianalogikan pada pembawanya atau
Sumatera Utara, proses akulurasi ini antara tempat kelahirannya. Agama Nasrani
lain dapat dilihat dalam acara-acara seperti diambil dari negeri kelahirannya (Nazaret).
upah-upah, tepung tawar, dan Marpangir. Kristen diambil dari nama pembawanya
Apabila ditinjau dari segi munculnya, (Yesus Kristus). Budha (Budhisme) dari
agama-agama selain monoteisme murni nama pembawanya (Sang Budha Gautama),
merupakan hasil kontemplasi manusia, Zoroaster (Zoroasteranisme) dari pendirinya,
sedangkan monoteisme murni merupakan Yahudi (Yuda-isme) dari negerinya
wahyu dari hasil ciptaan Tuhan. Ragam (Yudea).
agama yang terakhir ini merupakan jawaban Namun, nam Islam mengandung
dari pertolongan Tuhan terhadap manusia pengertian yang mendasar. Agama Islam
setelah “gagal” mencari kedamaian atau bukanlah milik pembawanya yang bersifat
kedamaian hakiki melalui indera. individual atau pun diperuntukkan bagi
Bila kita amati secara obyektif, Islam suatu golongan atau negara tertentu. Islam
memiliki ciri-ciri baik dalam konsep Ketu- sebagai agama universal dan eternal
hanan, Kerasulan dan ajaran-ajaran yang merupakan wujud realisasi dari konsep
menunjukkan kesatuan (Tauhid) yang Rahmatan Lil Alamin (rahmat bagi seluruh
murni. Syarat mencapai suatu kebenaran dan umat). Istilah “Muhammadanisme” membu-
kedamaian yang sebenarnya haruslah ka peluang bagi timbulnya berbagai
terlebih dahulu mengenal Islam dengan tepat interpretasi serta persepsi terhadap Islam
dan benar. Kemudian harus komitmen yang diidentikkan dengan agama-agama lain
terhadap ajarannya. yang jelas berbeda konsep.
Terwujudnya suatu “kedamaian” apabi- Sejak awal sejarah lahirnya manusia,
la didukung dengan adanya penyerahan serta terdapat satu bentuk petunjuk yang berupa
kepatuhan (Islam) terhadap Sang Pencipta. wahyu ilahi melalui seorang Rosul (agama
Dalam hal ini Allah SWT telah telah berjanji Allah). Agama-agama Allah tersebut pada
kepada siapa pun yang menyerahkan diri prinsipnya merupakan agama-agama yang
disertai amal sholeh, akan mendapatkan yang menyerahkan diri hanya kepada Tuhan
kedamaian, sebab dalam penyerahan (Islam) Yang Satu. Mengenai konsep Tuhan Yang
ini terdapat konsekuensi sikap muslim yang Satu dan ajaran penyerahan diri kepada
logis, tidak pernah gentar, pesimis dan takut Allah SWT, tetaplah sama. Hubungan
dalam hidupnya. semua Rosul sejak Adam A.S. sampai
Al-Qur’an mempergunakan kata Islam Muhammad SAW., berdasarkan ajaran yang
di berbagai tempat dengan pengertian yang mereka bawakan, bagaikan mata rantai yang
berbeda-beda, namun pada prinsipnya selalu datang berkesinambungan dan
mengarah pada pemahaman yang sama. merupakan penyempurnaan ajaran sebelum-
Pengertian Islam secara umum yakni nya sehingga agama Allah tersebut akan
JPIS, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Volume 23, No. 2, Edisi Desember 2014 17
mampu menjawab seluruh hajat manusia di tahapan yang sederhana menuju tahapan
berbagai zaman, kapan dan dimana saja. yang lebih kompleks.
Konsep budaya atau kebudayaan Konsep masyarakat adalah suatu sistem
berasal dari bahasa Sanskerta yaitu sosial yang menghasilkan kebudayaan
buddhayah, yang merupakan bentuk jamak (Soerjono Soekanto, 1983). Sedangkan
dari buddhi (budi atau akal), diartikan agama menurut Kamus Besar Bahasa
sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi Indonesia adalah sistem atau prinsip
dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kepercayaan kepada Tuhan, atau juga
kebudayaan disebut culture, yang berasal disebut dengan nama Dewa atau nama
dari kata Latin colere, yaitu mengolah atau lainnya dengan ajaran kebaktian dan
mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai kewajiban-kewajiban yang berkaitan dengan
mengolah tanah atau bertani. Kata culture kepercayaan tersebut. Sedangkan Agama di
juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" Indonesia memegang peranan penting dalam
dalam bahasa Indonesia. Kemudian penger- kehidupan masyarakat. Hal ini dinyatakan
tian ini berkembang dalam arti culture, yaitu dalam ideologi bangsa Indonesia, Pancasila:
sebagai sebagai daya dan aktivitas manusia “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
untuk mengolah dan mengubah alam. Sejumlah agama di Indonesia berpe-
Berikut pengertian budaya atau kebudaan ngaruh secara kolektif terhadap politik,
menurut beberapa ahli : ekonomi dan budaya. Di tahun 2000, kira-
E. B. Tylor, budaya adalah suatu kira 86,1% dari 240.271.522 penduduk
keluruhan yang kompleks yang meliputi Indonesia adalah pemeluk Islam, 5,7%
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, Protestan, 3% Katolik, 1,8% Hindu, dan
moral, keilmuan, hukum, adat istiadat, 3,4% kepercayaan lainnya. Secara norma-
dan kemampuan yang lain sera kebiasaan tif dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa
yang didapat oleh manusia sebagai “tiap-tiap penduduk diberikan kebebasan
anggota masyarakat. untuk memilih dan mempraktekkan
R. Linton, kebudayaan dapat dipandang kepercayaannya” dan “menjamin semuanya
sebagai konfigurasi tingkah yang dipela- akan kebebasan untuk menyembah, menurut
jari dan hasil tingkah laku yang agama atau kepercayaannya”. Pemerintah
dipelajari, dimana unsur pembentuknya bagaimanapun, secara resmi hanya menga-
didukung dan diteruskan oleh angota kui enam agama, yakni Islam, Protestan,
masyarakat lainnya. Katolik, Hindu, Buddha, dan Kong-
Koentjaraningrat, kebudayaan iyalah hucu. Banyaknya agama maupun aliran
seluruh sistem gagasan milik manusia kepercayaan yang ada di Indonesia, konflik
dengan belajar. antar agama sering kali tidak terelakkan.
Selo Soemardjan dan Soelaeman Lebih dari itu, kepemimpinan politis
Soemardi, menyatakan bahwa kebuda- Indonesia memainkan peranan penting
yaan adalah semua hasil karya, rasa, dan dalam hubungan antar kelompok maupun
cipta masyarakat. golongan. Program transmigrasi secara tidak
Herkovits, kebudayaan adalah bagian dari langsung telah menyebabkan sejumlah
lingkungan hidup yang dicintai manusia. konflik di wilayah Timur Indonesia.
Dengan demikian kebudayaan atau budaya Menurut sejarah, kaum pendatang telah
menyangkut seluruh aspek kehidupan ma- menjadi pendorong utama keanekaragaman
nusia baik material maupun non material. agama dan kultur di dalam negeri dengan
Sebagian besar ahli yang mengartikan pendatang dari India, Tiongkok, Portugal,
kebudayaan kemungkinan besar sangat di Arab, dan Belanda. Bagaimanapun, hal ini
pengaruhi oleh pandangan evolusionisme, sudah berubah sejak beberapa perubahan
yaitu suatu teori yang mengatakan bahwa telah dibuat untuk menyesuaikan kultur di
kebudayaan itu akan berkembang dari Indonesia.
Laode Monto Bauto, Persfektif Agama dan Kebudayaan…. 24
baik dan mana yang jahat dan melakukan suku bangsa; 2) Kebudayaan cenderung
yang baik dan menjauhi yang jahat (amar mengubah-ubah keaslian agama seshingga
ma’ruf nahi munkar) berdampak pada menghasilkan penafsiran berlainan.
pertumbuhan akhlak yang mulia. Inilah hal- Hal pokok bagi semua agama adalah
hal yang disumbangkan Islam dalam bahwa agama berfungsi sebagai alat
pembentukan budaya bangsa. Lapisan pengatur dan sekaligus membudayakannya
kelima adalah agama Kristen, baik Katholik dalam arti mengungkapkan apa yang ia
maupun Protestan. Agama ini menekankan percaya dalam bentuk-bentuk budaya yaitu
nilai kasih dalam hubungan antar manusia. dalam bentuk etis, seni bangunan, struktur
Tuntutan kasih yang dikemukakan melebihi masyarakat, adat istiadat dan lain-lain. Jadi
arti kasih dalam kebudayaan sebab kasih ini ada pluraisme budaya berdasarkan kriteria
tidak menuntutbalasan yaitu kasih tanpa agama. Hal ini terjadi karena manusia
syarat. Kasih bukan suatu cetusan emosional sebagai homoreligiosus merupakan insan
tapi sebagai tindakan konkrit yaitu yang berbudidaya dan dapat berkreasi dalam
memperlakukan sesama seperti diri sendiri. kebebasan menciptakan berbagai objek
Dipandang dari segi budaya, semua realitas dan tata nilai baru berdasarkan
kelompok agama di Indonesia telah inspirasi agama.
mengembangkan budaya agama untuk Agama dan masyarakat memiliki
mensejahterakannya tanpa memandang hubungan yang erat. Di sini perlu diketahui
perbedaan agama, suku dan ras. bahwa ini tidak berarti mengimplikasikan
Disamping pengembangan budaya pengertian “agama menciptakan masya-
immaterial tersebut agama-agama juga telah rakat.” Tetapi hal ini mencerminkan bahwa
berhasil mengembangkan budaya material agama adalah merupakan implikasi dari
seperti candi-candi dan bihara-bihara di perkembangan masyarakat. Hubungan anta-
Jawa tengah, sebagai peninggalan budaya ra agama dengan masyarakat terlihat di
Hindu dan Buddha, sedang budaya Islam dalam masalah ritual. Dimana kesatuan
antara lain telah mewariskan Masjid Agung masyarakat tradisional sangat tergantung
Demak (1428) di Gelagah Wangi Jawa kepada conscience collective (hati nurani
Tengah. Masjid ini beratap tiga susun yang kolektif), dan agama nampak memainkan
khas Indonesia, berbeda dengan masjid Arab peran ini. Masyarakat menjadi “masyarakat”
umumnya yang beratap landai. Atap tiga karena fakta bahwa para anggotanya taat
susun itu menyimbolkan Iman, Islam dan kepada kepercayaan dan pendapat bersama.
Ihsan. Masjid ini tanpa kubah, benar-benar Ritual, yang terwujud dalam pengumpulan
has Indonesia yang mengutamakan kese- orang dalam upacara keagamaan, mene-
larasan dengan alam.Masjid Al-Aqsa kankan pada kepercayaan mereka atas orde
Menara Kudus di Banten bermenaar dalam moral yang ada, dimana solidaritas mekanis
bentuk perpaduan antara Islam dan Hindu. itu bergantung. Di sini agama nampak
Masjid Rao-rao di Batu Sangkar merupakan sebagai alat integrasi masyarakat, dan
perpaduan berbagai corak kesenian dengan praktek ritual secara terus menerus
hiasan-hiasan mendekati gaya India sedang menekankan ketaatan manusia terhadap
atapnya dibuat dengan motif rumah agama, yang ikut serta di dalam memainkan
Minangkabau (Philipus Tule 1994:159). fungsi penguatan solidaritas.
Kenyataan adanya tersebut membuktikan
bahwa agama-agama di Indonesia telah Fungsi Agama dalam Masyarakat
membuat manusia makin berbudaya sedang Dalam pandangan sosiologis, perhatian
budaya adalah usaha manusia untuk menjadi utama terhadap agama adalah terletak pada
manusia. fungsinya dalam masyarakat. Konsep fungsi
Pengaruh timbal balik antara agama dan seperti kita ketahui, menunjuk pada sum-
budaya : 1) Agama mempengaruhi bangan atau kontribusi yang diberikan
kebudayaan, kelompok, masyarakat, dan agama, atau lembaga sosial yang lain, untuk
JPIS, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Volume 23, No. 2, Edisi Desember 2014 21
yang bersifat supra-rasional tidak mereka maka seharusnya cara berpikir sosiologis
akui. Dan hasilnya, mereka terpenjara dalam dipusatkan pada lembaga-lembaga kecil dan
realitas yang serba empiri. Semua harus besar, serta gabungan lembaga-lembaga
terukur dan terhitung. Walaupun mereka yang merupakan sub-sub sistem dalam
sampai sekarang masih belum memahami masyarakat. Para sosiolog cenderung untuk
banyaknya fungsi alam yang bekerja dalam memperhatikan pola-pola interaksi yang
mekanisme supra rasional, keterbatasan terjadi dalam setiap institusi atau lembaga
kerangka berpikir yang mereka miliki kemasyarakatan.
menegasikan semua hal yang tidak dapat Pengelompokan lembaga-lembaga yang
ditangkap secara inderawi. Padahal, penting dapat dijabarkan ke dalam kategori-
pembatasan diri dalam realita yang hanya kategori yang lebih kecil dan khusus), yakni:
bersifat empiri hanya akan membatasi 1. Lembaga-lembaga poitik yang ruang
potensi manusia itu sendiri. Dan hal ini lingkupnya adalag kekuasaan dan
menegasikan tujuan hidup yang selama ini monopoli pada penggunaan kekuasaan
diagungkan para penganut realita rasio saja, secara sah.
yaitu aktualisasi diri dan segala potensinya. 2. Lembaga-lembaga ekonomi yang
Agama, dengan sandaran yang kuat mencakup produksi dan distribusi barang
pada realitas supra rasional, membebaskan atau jasa
manusia untuk mengambil segala hal yang 3. Lembaga-lembaga integrative-ekspresif .
terbaik yang dapat dihasilkannya dalam 4. Lembaga-lembaga kekerabatan menca-
hidup. Semua-apakah hal itu bersifat empiri- kup kaedah-kaedah yang mengatur
terukur, maupun yang belum dapat diukur. hubungan sosial, biologis dan penga-
Empirisme bukanlah suatu hal yang ditolak rahan terhadap golongan muda.
agama. Agama yang benar, yang bersifat Walaupun tampaknya, suatu lembaga
universal, mencakup segi intelektual yang memusatkan perhatian terhadap suatu aspek
luas, yang diantaranya adalah empirisme. kemasyarakatan tertentu, namun di dalam
Agama tidak mereduksi intelektualitas kenyataan lembaga-lembaga tersebut saling
manusia dengan membatasi kuantitas berkaitan secara fungsional. Setiap lembaga
maupun kualitas suatu idea. Agama yang berpartisipasi dan memberikan kontribusi
benar, memberi petunjuk pada manusia dengan cara-cara tertentu pada kehidupan
tentang bagaimana potensi manusia dapat masyarakat setempat (“community”).
dikembangkan sebesar-besarnya. Kesalahan Sejarah mencatat bahwa tidak jarang
yang dibuat para penilai agamalah yang terjadi peralihan sebab terpaksa. Pemaksaan
kemudian menyebabkan realita ajaran ideal terjadi melalui “perselingkuhan” antara
ini menjadi terlihat buruk. Beberapa lembaga agama dengan lembaga kekuasaan.
peristiwa sejarah yang menonjol mereka Keduanya mempunyai kepentingan.
identikan sebagai kesalahan karena agama. Pemerintah butuh ketentraman sedangkan
Karena keyakinan pada ajaran agama. lembaga agama membutuhkan penganut
Padahal, kerusakan yang ditimbulkan adalah atau pengikut. Kerjasama atau lebih tepat
justru karena jauhnya orang dari ajaran disebut saling memanfaatkan itu terjadi
agama. Kerusakan itu timbul saat agama sejak dahulu kala. Para penyiar agama
yang mengajarkan kemuliaan disalahgu- sering membonceng pada suatu kekuasaan
nakan oleh manusia pelaksananya untuk (kebetulan menjadi penganut agama
mencapai tujuan yang terlepas dari ajaran tersebut) yang mengadakan invansi ke
agama itu sendiri, dan terlepas dari daerah lain. Penduduk daerah atau negara
pelaksanaan dimensi keseluruhan. yang baru ditaklukkan itu dipaksa suka atau
tidak suka menjadi penganut agama
Pelembagaan Agama Dalam Masyarakat penguasa baru. Bahkan sejarah menun-
Agama dalam kaitannya dengan lem- jukkan bahwa lembaga-lembaga keagamaan
baga sosial yang ada dalam masyarakat,
JPIS, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Volume 23, No. 2, Edisi Desember 2014 23
merupakan bentuk asosiasi manusia yang bagaikan tumbuhan yang mendapat siraman
paling mungkin untuk terus bertahan. air dan pupuk yang segar. Anehnya sebab
Kaitannya dengan lembaga sosial yang bukan hanya orang yang masih tinggal di
ada dalam masyarakat, hendaknya cara kampung yang menyambut angin segar itu
berpikir sosiologis dipusatkan pada dengan antusias tetapi ternyata orang yang
lembaga-lembaga kecil dan besar, serta lama tinggal di kotapun menyambutnya
gabungan lembaga-lembaga yang merupa- dengan semangat membara. Bahkan di kota-
kan sub-sub sistem dalam masyarakat. Para kota pun sering ditemukan praktik hidup
sosiolog cenderung untuk memperhatikan yang sebenarnya berakar dalam agama suku.
paling sedikit. Misalnya pemilihan hari-hari tertentu yang
Kasus-kasus itu tidak hanya terjadi di diklaim sebagai hari baik untuk
Indonesia atau Asia dan Afrika pada melaksanakan suatu upacara. Hal ini
umumnya tetapi juga terjadi di Eropa pada semakin menarik sebab mereka pada
saat agama monoteis mulai diperkenalkan. umumnya merupakan pemeluk agama yang
Di Indonesia “tradisi” saling memanfaatkan “fanatik” dari salah satu agama monoteis
berlanjut pada zaman orde Baru.Pemerintah bahkan pejabat atau pimpinan agama
orde baru tidak mengenal penganut di luar tertentu.
lima agama resmi. Inilah pemaksaan tahap
kedua. Penganut di luar lima agama resmi, Pengaruh Agama Dalam Kehidupan
termasuk penganut agama suku, terpaksa Masyarakat
memilih salah satu dari lima agama resmi Setiap umat atau kelompok yang benar-
versi pemerintah. Namun ternyata masalah benar hidup sesuai dengan amanah
belum selesai. Kenyataannya banyak orang agamanya masing-masing. Oleh karena itu,
yang menjadi penganut suatu agama tetapi maka dengan sendirinya akan terwujud
hanya sebagai formalitas belaka. Dampak kerukunan, persaudaraan, kedamaian dan
keadaan demikian terhadap kehidupan kenyamanan dalam kehidupan bermaya-
keberagaan di Indonesia sangat besar. Para rakat. Karena agama telah mengajarkan
penganut yang formalitas itu, dalam kebenaran dan kebaikan dan menjauhkan
kehidupan kesehariannya lebih banyak dari segala keburukan, pertikaian,
mempraktekkan ajaran agam suku, yang diskriminasi dan lain sebagainya. Hidup
dianut sebelumnya, daripada agama beragama tampak pada sikap dan cara
barunya. Pra rohaniwan agama monoteis, perwujudan sikap hidup beragama seseorang
umumnya mempunyai sikap bersebrangan yang mampu menerima sesama yang
dengan prak keagamaan demikian. Lagi pula beragama apapun sebagai hamba Allah
pengangut agama suku umumnya telah SWT. Karena keyakinan bahwa Allah SWT
dicap sebagai kekafiran. Berbagai cara telah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
dilakukan supaya praktek agama suku mengasihi setiap manusia dan seluruh umat
ditinggalkan, misalnya pemberlakukan manusia tanpa diskriminasi, maka dia pun
siasat/disiplin gerejawi. Namun nampaknya wajib dan tak punya pilihan lain, selain
tidak terlalu efektif. Upacara-upacara yang mengasihi sesamanya tanpa adanya dis-
bernuansa agama suku bukannya semakin kriminasi, baik berdasarkan agama, budaya,
berkurang tetapi kelihatannya semakin etnik, profesi, atau kepentingan tertentu
marak di mana-mana terutama di desa-desa. yang berbeda.
Demi pariwisata yang mendatangkan Seseorang yang tulus dalam beragama,
banyak uang bagi para pelaku pariwisata, akan menghormati, menghargai dan bahkan
maka upacarav-upacara adat yang notabene mengasihi dan merahmati sesamanya.
adalah upacara agama suku mulai Karena sesamanya adalah manusia yang
dihidupkan di daerah-daerah. Upacara- dikasihi oleh Allah SWT. Seseorang yang
upacara agama sukuyang selama ini ditekan tulus beragama mengasihi sesamanya hanya
dan dimarjinalisasikan tumbuh sangat subur
Laode Monto Bauto, Persfektif Agama dan Kebudayaan…. 24
dengan berpamrih pada Allah SWT, sebagai ubah keaslian agama sehingga meng-
segala sumber kasih dan rahmat. hasilkan penafsiran berlainan.
Membedakan diri sendiri dengan orang 5) Agama dan Budaya memiliki keter-
lain adalah perbuatan akal sehat, tetapi hubungan yang erat, yakni agama
melakukan diskriminasi terhdap orang lain berperan sebagai konsepsi budaya dan
justru bertentangan dengan akal sehat dan sebagai realitas budaya yang terdapat di
nilai kemanusiaan yang dijunjung tinggi Indonesia.
oleh para umat beragama dari setiap agama 6) Budaya merupakan hasil dari interaksi
yang saling berbeda. Sebagai umat yang antara manusia dengan segala isi yang
beragama, sudah sepatutnya kita menjadi ada di alam raya ini. Dengan kemampuan
contoh terbaik bagi umat manusia sedunia akal pikiran yang dimiliki oleh manusia
dengan cara hidup yang saling mengasihi maka manusia mampu menciptakan suatu
dan saling menghargai dengan menerima kebudayaan.
perbedaan agama sebagai rahmat Allah 7) Kebudayaan digunakan untuk memahami
SWT. agama yang tampil dalam bentuk formal
yang menggejala di masyarakat.
PENUTUP 8) Keragaman budaya atau “cultural
1) Agama, budaya dan masyarakat saling diversity” adalah keniscayaan yang ada di
berkaitan dan dibuktikan dengan penge- bumi Indonesia yang tidak dapat
tahuan agama yang meliputi penulisan dipungkiri keberadaannya. Dengan
sejarah dan figur nabi dalam mengubah keanekaragaman kebudayaan Indonesia
kehidupan sosial. Argumentasi rasional dapat dikatakan memiliki keunggulan
tentang arti dan hakikat kehidupan, dibandingkan dengan negara lain, di
tentang Tuhan dan kesadaran akan mana Indonesia mampu menghasilkan
kematian menimbulkan relegi, dan sila potret kebudayaan yang lengkap dan
Ketuhanan Yang Maha Esa sampai pada bervariasi.
pengalaman agamanya para tasauf.
2) Agama merupakan tempat mencari DAFTAR PUSTAKA
makna hidup yang final dan ultimate. Andito, 1998, Atas Nama Agama, Wacana
Dan pada gilirannya agama yang diyakini Agama Dalam Dialog Bebas Konflik,
merupakan sumber motivasi tindakan Pustaka Hidayah: Bandung
individu dalam hubungan sosial dan Anshari, Saifuddin Endang. 2004. Wawasan
kembali kepada konsep hubungan agama Islam: Pokok-pokok Pikiran Tentang
dengan masyarakat, di mana pengalaman Paradigma dan Sistem Islam, : Gema
keagamaan akan terefleksikan pada Insani, 2004. ISBN.
tindakan sosial dan individu dengan Azyumardi Azra, 1999, Konteks Berteologi
masyarakat yang seharusnya tidak di Indonesia: Pengalaman Islam,
bersifat antagonis. Paramadina: Jakarta
3) Hubungan agama, kebudayaan dan Badri Yatim, 2006, Sejarah Peradaban
masyarakat serta agama berfungsi Islam, Raja Grafindo Persada: Jakarta
sebagai alat pengatur pengontrol dan Dadang Kahmad, 2004. Sosiologi Agama,
sekaligus membudayakannya dalam arti Suatu Pengantar, Gramedia Press,
mengungkapkan apa yang ia percaya Jakarta.
dalam bentuk-bentuk budaya yaitu dalam Durkheim, Emile, 1954, The Elementary
bentuk etis, seni bangunan, struktur Forms of The Religious Life. trans. By
masyarakat, adat istiadat dan lain-lain. Joseph Ward Swain (Glencoe, III : The
4) Pengaruh timbal balik antara agama dan Free Press, George Allen & Unwin
budaya, dalam arti agama mempengaruhi Ltd.
kebudayaan, kelompok masyarakat, suku Elizabet K. Nottingham, 1985. Agama dan
bangsa. Kebudayaan cenderung meng- Masyarakat: Suatu pengantar
JPIS, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Volume 23, No. 2, Edisi Desember 2014 25